Anda di halaman 1dari 21

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNTUK TINDAKAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD DAN STEMI

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Keperawatan Medikal

oleh :
kelompok 2B

1. Hidah Rohmawati (200070300011006)


2. Alvin Fitri Hendika (200070300011007)
3. Amirul Agadhafi (200070300011015)
4. Dewi Luberty W. (200070300011016)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

SOP PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

No Dokumen No Revisi:00 Halaman 1-2


PRODI S1
Standar Prosedur Diterbitkan t anggal Departemen edikal
Operasional M
Pengertian Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) adalah tindakan untuk merekam aktivitas listrik
jantung dari Nodus Sinoatrial yang dikonduksi dalam jantung yang mengakibatkan

jantung berkontraksi sehingga dapat direkam melalui elektroda yang dilekatkan pada
kulit.

Tujuan Untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas fungsi maupun struktur organ jantung
Kebijakan Tindakan EKG dilakukan di Inst. Elektromedik, Inst. Rawat Inap, Inst. Ins. Rawat Jalan
dan Inst. Gawat darurat
Indikasi Pada klien dengan nyeri dada dan jantung berdebar
Kontra Indikasi Pemasangan EKG tidak dilakukan jika pasien menolak
Persiapan
1. Persiapan 1. Menjaga privasi klien
Perawat 2. Inform concent
2. Persiapan 1. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Pasien 2. Pastikan kondisi pasien tenang, kooperatif dan dapat dipasang elektroda
3. Persiapan Alat 1. Alat monitor EKG lengkap siap pakai & kondisi baik
2. Kapas Alkohol
3. Jelly khusus EKG
4. Tissu
Prosedur Tindakan Pelaksanaan
1. Cek identitas pasien
2. Pasang sampiran
3. Lakukan cuci tangan
4. Atur posisi pasien tidur terlentang
5. Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas. Bila pasien memakai jam tangan,
gelang dan logam lain dilepas.
6. Bersihkan kotoran dan lemak dengan menggunakan kapas alcohol pada daerah
dada, kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi pemasangan manset
elektroda

87. POalseasknagn m jeanlyse pt aedleak ptreordmau pkadaan keledkutaro


pdeargelangan tangan dan kedua tungkai.
9. Sambung kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai pasien,
untuk sadapan ekstremitas LEAD (LEAD I, II, III , AVR,AVL,AVF) dengan
cara sebagai berikut :
a) Warna merah pada tangan kanan
b) Warna kuning pada tangan kiri
c) Warna hijau pada kaki kiri
d) Warna hitam pada kaki kanan.
10. Pasangkan elektroda ke dada untuk merekam precardical :
1 1 e b elah kanan
V 2 : Pada intercosta ke 4 pada garis ir i
sternum V3 : Pertengahan antara V2 dan
V4
V4 : Pada intercosta ke 5 pada axilla bagian belakang kiri.
V5 : Pada axilla sebelah depan kiri
V6 :Pada intercosta ke 5 pada mid axilla
11. Lakukan perekaman secara berurutan sesuai dengan pemilihan LEAD yang
terdapat pada mesin EKG.
12. Beri identitas pasien pada hasil rekaman
13. Rapikan pasien dan peralatan.
14. Cuci tangan
15. Mendokumentasikan pada lembar tindakan
16. Interprestasi Hasil interpretasi EKG dibaca oleh dokter umum jaga IGD
Instruksi Paska Dokumentasi
Tindakan Evaluasi dan dokumentasikan hasil bacaan dari dokter

Komplikasi -
Unit Terkait Inst Elektomedik, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat darurat
Referensi PDSKI. 2016. Pedoman Uji Latih Jantung: Prosedur dan
Interpretasi.http://www.inaheart.org/upload/image/_Pedoman_Uji_Jantung.pdf
SOP BLEEDING/INFILTRASI/HEMATOMA

No DokumenNo Revisi:00 Halaman 1-4

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN


NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Standar Prosedur Operasional Diterbitkan tanggal Departemen Medikal
Pengertian Bleeding (perdarahan), bisa terjadi pada tipe akses vaskuler apa
saja, dan kejadian ini seringkali diikuti dengan adanya infiltrasi
dan hematoma pada jaringan di bawah kulit. Pada AVF, AVG
dan kanulasi femoralis, bleeding bisa terjadi pre treatment (saat
kanulasi), selama treatment, post treatment (saat pelepasan jarum
fistula), baik inlet maupun outlet. Bleeding bisa terjadi karena,

r ra p u h n ya d in d in g p e m b kanulasi,
k k e ti d a k d eku a t a n p en ek a n an
u lu h da ra h , tr a um
pa d a are e x it site f is t ula .
Tujuan Pencegahan dan perawatan bleeding pada pasien Hemodialisa
Kebijakan Dilakukan pada setiap pasien yang akan dilakukan hemodialisa dengan
akses femoral
Indikasi Pada klien dengan gagal ginjal kronis
Kontra Indikasi Selain klien Hemodialisa
Persiapan
4. Persiapan Perawat 1. Menjaga privasi klien
2. Inform concent
3. Mempertahankan teknik steril selama pelaksanaan
5. Persiapan Pasien 1. Kondisi umum klien tenang
2. Komunikasi verbal baik
6. Persiapan Alat 1. Perlak
2. Bak istrumen steril
3. Handscoon steril
4. Duk steril
5. Spuit 3 cc dan spuit 10 cc
6. Lidokain 1 ampul
7. Betadin/alkohol
8. Jarum fistula
9. NaCl 0,9 %
10. Plaster
11. Kassa Steril
12. Air hangat dan air dingin (es)
Prosedur Tindakan Pelaksanaan
1. Upaya pencegahan saat kanulasi:
a. Jarum fistula tidak boleh diputar
b. Hindari penggunaan vena kecil
c. Bilas dengan normal salin (NaCl 0,9 %) untuk
meyakinkan bahwa posisi jarum sudah tepat
masuk pada pembuluh darah dan tidak ada
hematoma atau pembengkakan
2. Upaya pencegahan saat treatment:
a. Fiksasi jarum fistula dengan benar dan kuat
b. Edukasi pasien untuk mengurangi
aktivitas/gerakan pada ekstrimitas yang ada jarum
fistulanya
c. Lakukan monitoring dengan baik area akses
vaskuler selama HD berjalan
3. Upaya pencegahan saat pelepasan jarum fistula:
a. Hindari penekanan yang terlalu kuat pada kasa
desinfeksi diarea exit site
b. Lakukan pelepasan jarum dengan sudut yang
sama seperti saat insersi
c. Lakukan penekanan pada area exit site jarum
fistula dengan 2-3 jari tangan
d. Lakukan penekanan 10-12 menit (jangan diintip
sebelum 10 menit)
7. Upaya perawatan jika terjadi infiltrasi:
a. Jika terjadi pada AVF atau AVG, posisikan
tangan lebih tinggi dari jantung (posisi elevasi)
b. Kompres dingin dengan es setelah terjadi
infiltrasi/hematoma, dan dilakukan setiap 20
menit (20 menit dingin, 20 menit off) selama 24
jam
c. Kompres hangat setelah 24 jam
d. Fistula diistirahatkan terlebih dahulu
e. Kolaborasikan dengan tim HD dan juga dengan
dokter bedah ataupun nephrologist, jika terjadi
hematoma berulang
f. Edukasi pasien cara mengatasi perdarahan
dirumah (jika terjadi perdarahan lagi di rumah),
yaitu:
• Tambahkan kasa steril atau ganti kasa pada
area perdarahan dan lakukan penekanan
dengan 2-3 jari
• Beritahu pasien tipe dan lokasi akses
vaskuler yang mengalami perdarahan
• Beritahu dan berikan nama serta no
telepon dokter ahli bedah yang bisa
dihubungi
• Beritahu alamat rumah sakit terdekat yang
bisa dihubungi jika terjadi perdarahan yang
sulit berhenti

Instruksi Paska Tindakan Dokumentasi


Evaluasi dan dokumentasikan hasil pemasangan, pelepasan fistula
dan hasil perawatan perdarahan jika terjadi bleeding.
Komplikasi -
Unit Terkait Hemodialisa
Referensi
1. Chad Deepa. H., et al., 2009, Hemodialysis Vascular
Access Options in Pediatrics : Considerations for
Patients and Practitioners in Educational Review
Pediatric Nephrol, USA

2. Ching Lin C. and Chang Yang W., 2009, Prognostic


Factors Influencing The Patency of Hemodialysis
Vascular Access : Literature Review and Novel Therapeutic Modality by For Infrar
Ismail, N. and Hakim, R. 1991. Hemodialysis. D. Z.

Levine (ed:), Care of The Renal Patient. 2 , W.B. Saunders Company. Pp 220-8

Lawrence P.F., 2008, vascular Acces for Hemodialysis in Adult in Handbook of D


Noordwijk, J. V., 2001. Dialysing For Life : The
Development Of The Artificial Kidney.
i.Netherlands : Kluwer Academic Publisher

6. National Kidney Fondation-K/DOQI, 2006, Guidlines for


Vascular Access

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR LATIHAN MOBILISASI


AMBULASI DINI PADA PASIEN GANGGUAN JANTUNG
(Miring kanan dan Miring kiri)

PROSEDUR PENGERTIAN
Mobilisasi ddengan posisi SIMS merupakan teknik pemberian
posisi dengan memiringkan tubuh ke kanan atau ke kiri dengan
posisi tubuh tetap berbaring
Tujuan a. Mencegah rasa tidak nyaman pada otot
b. Mencegah terjadinya kejadian komplikasi immbobilisasi,
seperti ulkus decubitus kerusakan saraf superficial, dan
mencegah kontraktur
Indikasi a. Klien dengan kelemahan
b. Klien yang mengalami penurunan kesadaran
Kontraindikasi a. Klien dengan cedera servikal
b. Klien dengan fraktur ekstermitas atas atau fraktur calvicula
Persiapan Klien 1. Mengucapkan salam, perkenalkan diri dan menanyakan
kondisi klien
2. Menjelaskan prosedur Tindakan yang akan dilakukan, berikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya
3. Menjelaskan Langkah-langkah Tindakan
Persiapan Alat 1. Bantal/guling seperlunya
2. Handuk
Tindakan 1. Beri tahu bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Dekatkan alat-alat disisi klien.
4. Cuci tangan
5. Buatlah posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja
(sesuai dengan tinggi perawat).
6. Pindahkan klien ke posisi tempat tidur dengan arah yang
berlawanan dengan posisi yang di inginkan.
7. Klien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke
kiri/kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki

kiri lurus lutut, paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.


8. Miringkan klien sampai posisi agak tengkurap.
9. Tempatkan bantal kecil di bawah kepala.
10. Letakkan tangan kiri diatas kepala dan tangan kanan diatas
tempat tidur.
11. Letakkan bantal di ruang antara dada, abdomen, lengan atas
dan tempat tidur.
12. Letakkan bantal di ruang antara abdomen, pelvis, paha atas
dan tempat tidur.
13. Pastikan bahwa bahu dan pinggul berada pada bidang yang
sama.
Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di bawah telapak
kaki.
Kaji respon klien
Berikan reinforcement positif pada klien
Cuci tangan.
Observasi posisi dan pindahkan posisi klien pada sisi yang berlawanan tiap 2 jam

Evaluasi 1. Observasi keadaan pasien tiap 2 jam


2. Jadwalkan perubahan posisi selama 24 jam (tiap 2 jam ganti posisi).
Dokumentasi hasil tindakan dan catat respon klien

3.

Referensi Widiyanto B, Sukmawati & Dody S., (2016). Pengaruh Ambulasi


Dini Terhadap Peningkatan Activity Of Daily Living pada pasien Post Katerisasi Jant

Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TINDAKAN


HEMODIALISA

PROSEDUR
PENGERTIAN Hemodialisaadalahtindakanpengobatandengantujuan
mengeluarkan sisa metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada da

semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi


Tujuan
Indikasi a. Klien dengan gagal ginjal kronik maupun akut
b. Intoxication, ueremia, edema
Kontraindikasi a. Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor
b. penyakit stadium terminal

Prosedur Tindakan A. Persiapan Sebelum Hemodialisa

1. Persiapan pasien
a. Mengucapkan salam, perkenalkan diri dan menanyakan
kondisi klien
b. Menjelaskan prosedur Tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
c. Menjelaskan Langkah-langkah Tindakan
d.Cek Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e.Kaji riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f.Cek Keadaan umum pasien
g. Kaji Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit,

extremitas edema +/-)


h. Cek Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum,
creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT.
2. Persiapan alat
a. Dialyzer
b. Transfuse set
c. Normal saline 0,9%
d. AV blood Line
e. AV fistula
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocaine
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Mangkok kecil
m. Desinfektan (alcohol)
n. Klem
o. Timbangan
p. Tensimeter
q. Thermometer
r. Plastic
s. Perlak kecil
3. Langkah-langkah
a. Setting dan priming
1) Hidupkan mesin
2) Lakukan setting dengan cara mengeluarkan dialyzer
dan AV blood line dan selang infus/ transfuse set
dan NaCL (perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan set infus, set
infus dengan selang arteri, selang darah arteri
dengan dialyzer dan dialyzer dengan selang darah
venous
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah,
putar pump dengan menekan tombol tanda V/Λ
(pompa akan otomatis berputar sesuai arah jarum
jam)
5) Buka klem selang pada set infus, alirkan normal
saline ke selang darah arteri, tamping cairan ke
dalam gelas ukur
6) Setelah selang arteri terisi normal saline, kemudian
klem selang
b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di
atas dan merah (inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol
V/Λ untuk menentukan nagka yang diinginkan dalam

posisi priming, sebaiknya kecepatan aliran darah 100


rpm
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua
dengan normal saline, habiskan cairan sebanyak 500
cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak
1000 cc putarlah OB dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung
darah venous
5) Buka semua klem, kecuali klem heparin

6) Setelah priming mesin akan ke posisi dialysis, start


layer menunjukkan preparation yang artinya
consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat
petunjuk Conductivity telah mencapai (normal : 13,8-
14,2), pada keadaan preparation selang concentrate
bisa disambungkan ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam dengan menyambung ujung
blood line arteri vena
a. Ganti cairan norma; saline dengan yang baru
500 cc
b. Tekan tombol UFG dan tim life 10 menit
c. Putar kecepatan aliran darah (pump) 35o rpm
d. Hidupkan tombol UF posisi ON , maka mesin
otomatis akan melakukan ultrafiltralisasi (cairan
normal salin akan berkurang sebanyak 500 cc
dalam waktu 10 menit)
e. Setekah UV mencapai 500 cc, maka akan
muncul pada layer UFG reached yang artinya
sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit
pada selang arteri, lakukan sirkulasi selama 5 menit
agar heparin mengisi ke seluruh selang darah dan
dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm

c. Dialyzer siap untuk digunakan

B. Punksi Akses Vaskuler


1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shut
2. Beri alas/perlak kecil dan atur posisi klien
3. Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan, buka bak steril dan memakai handscoen
5. Beritahu kepada klien apabila akan dilakukan punksi
6. Lakukan desinfeksi daerah yang akan dilakukan
Tindakan punksi, kemudian pasang duk steril
7. Ambil fistula dan punctioutlet terlebih dahulu, bila perlu
lakuan anesteesi local
8. Lakukan punksi inlet dengan cra yang sama, kemudian
difiksasi

C. Memulai hemodialisa
1. Seelah selesai dilakukan Tindakan punksi, sirkulasi
dihentikan dan ujung AV blood line diklem
2. Lakukan reset data unuk menghapus program yang
telah dibuat, mesiin secara otomatis akan
menunjukkan angka nol pada UV, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB
dating-BB standar +jumalh makan saat hemodialisaa
4. Tekan tombol UFG = Target cairan yang akan ditarik
5. Tekan tombol time left = waktu yang deprogram
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien
7. Tekan tombol temperature (suhu mesin 36-37 0 C
8. berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
9. sambungkan selang fistula dengan selang darah arteri
a. matikan klem selan infus
b. sambungkan selang arteri dengan fistula arteri
(inlet)
c. desinfeksi kedua ujung selang darah arteri dan
fistula
d. masukkan ujung selang darah venous ke dalam
gelas ukur
e. hidupkan pompa darah dan tekan tombol V/V 100
rpm
f. perharikan aliran cimino apakah lancer, fiksasi
dengan micropore, jika aliran tidak lancer, runahlah
posisi jarum fistula
g. perhatikan darah, buble trap tidak boleh
penuh/kosong, sebaiknya terisi ¾ bagian
h. setelah darah mengisi semua selang darah dan
dialyzer matika pompa darah
10. menyambung sselang darah venous dengan fistula
outlet

a. sambung selang darah venous kenujung AV fistula


outlet
b. klem pada selamg arteri dan venous dibuka,
sedangkan klem infus ditutup
c. pastikan tidak ada udara lalu hidupkan pompa
darah dari 100 rpm
d. tekan tombol UF pada layer monitor terbaca
dialysis
e. rapikan peralatan

D. Penatalaksanaan selama Hemodialisa


1. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa
a. Lamanya HD
b. Kecepatan aliran darah (150-250 cc/menit
c. Kecepatan aliran dialisa (500 cc/menit)
d. Temperature dialisat
e. UFR dan TMP otomatis
f. Heparinisasii
g. Monitor tekanan
1) Fistula pressure
2) Arterial pressure
3) Venous pressure
4) Dialisat pressure
5) Detector (udara blood)
2. Observasi pasien
a. Observasi Tanda-tanda vital
b. Observasi posisi dan aktiitas klien
c. Keluhan dan komplikasi HD

Evaluasi 1. Observasi tanda-tanda vital klien


2. Bereskan alat dan kembalikan ke tempat semula
3. Dokumentasikan hasil Tindakan dan catat respon klien
SOP MANAJEMEN NYERI

No Dokumen No Revisi:00 Halaman 1-2

PRODI S1 KEPERAWATAN
DAN NERS JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Standar Prosedur OperasionalDiterbitkan tanggal

Departemen Medikal
PengertianPengkajian nyeri dan cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai
tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien.
Tujuan Untuk mengetahui skala nyeri yang dialami pasien, sehingga bisa
menyesuaikan dengan perawatan yang akan diberikan
Kebijakan  Setiap pasien dewasa yang merasakan nyeri dinilai dari skala 0 –
10
1. 0 = tidak nyeri
2. 1-3 = nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
3. 4-6 = nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat

mp erninutnajhu)kkan lokasi nyeri, mendeskripsikan dan dapat


mengikuti
4. 7-9 = nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, tidak dapat
mendeskripsikan, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas
panjang dan distraksi.
5. 10 = nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul)

• Setiap pasien anak yang merasakan nyeri dinilai dari skala wajah
Wong Baker

0 1 2 3 4 5

1. Nilai 0 nyeri tidak dirasakan oleh anak


2. Nilai 1 nyeri dirasakan sedikit saja
3. Nilai 2 nyeri dirasakan hilang timbul
4. Nilai 3 nyeri yang dirasakan anak lebih banyak
5. Nilai 4 nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan
6. Nilai 5 nyeri sekali dan anak menjadi menangis

Indikasi Pada klien dengan nyeri akut dan kronis


Kontra Indikasi Penanganan nyeri dikecualikan pada pasien dengan kondisi nyeri HIS
Persiapan
8. Persiapan 4. Menjaga privasi klien
Perawat 5. Inform concent
9. Persiapan 3. Kondisi umum klien tenang
Pasien 4. Komunikasi verbal baik
10. Persiapan Alat 13. Handuk/waslab untuk kompres
14. Buli-buli panas
15. Obat analgesik
Prosedur Tindakan Pelaksanaan
• Lakukan pengkajian penyebab, skala, lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.
• Observasi reaksi nonverbal
• Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
• Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
• Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
• Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti:

1. Kompres dingin
2. Massage kulit
3. Buli-buli panas
4. Relaksasi seperti lingkungan yang tenang, posisi yang
nyaman dan nafas dalam.
5. Tekhnik distraksi yakni mengalihkan perhatian ke
stimulus lain seperti menonton televisi, membaca
koran, mendengarkan musik
• Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Instruksi Paska Dokumentasi
Tindakan Evaluasi dan dokumentasikan hasil penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

Komplikasi -
Unit Terkait Unit Gawat Darurat
Unit Rawat Inap
Unit Rawat Jalan
Referensi Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan proses nyeri. Jogjakarta : Ar-Ruzz

Nicholls, AJ dan Wilson, IH., Manajemen nyeri akut, in Kedokteran


Perioperatif,Darmawan, Iyan(ed), Farmedia, Jakarta,2001, bab 14,
57-69.

SOP MEMBERIKAN OKSIGEN

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN NERS No Dokumen No Revisi:00 Halaman 1-2


AN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Standar Prosedur Operasional

Diterbitkan tanggal Departemen Keperawatan


Medikal
PengertianMemberikan O2 merupakan suatu kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dala tubuh pada pasien yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
Tujuan1.Memenuhi kebutuhan oksigen pasien
2. Necegah terjadinya hipoksia
Indikasi Masker rebreathing:
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan kecepatan aliran 8-
12 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 60%-80%

Masker nonrebreathing :
1. Klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan
oksigen >70%
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsnea,
sianosis,apnea
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan kecepatan aliran 8-
12 liter/menit dan konsentrasi oksigen hingga 90%

Persiapan Alat a. simple mask, rebreathing mask, non- rebreathing mask

(sesuai keutuhan dan ukuran)


b. Selang oksigen (connector)
c. Flowmeter
d. Sumber oksigen
e. Humidifikasi (beserta air steril)
Persiapan Pasien 1. Inspeksi tanda dan gejala pada pasien yang berhubungan
dengan hipoksia dan adanya sekresi pada jalan nafas
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga hal-hal yang diperlukan
dlam prosedur dan tujuan terapi oksigen

Prosedur Pelaksanaan 1. Berikan pasien posisi senyaman mungkin


2. Cuci tangan
3. Pasangkan flowmeter pasa sumber oksigen (bila belum
terpasang)
4. Pasang humidifikasi (bila belum terpasang)
5. Menentukan jenis alat pemberian oksigen yang diperlukan
dan hubungkan ke sumber oksigen yang sudah dilembabkan
6. Jika menggunakan rebreathing mask atau non- rebreathing
isi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup lubang
antara kantong dengan sungkup, terasa oksigen keluar dari

masker
7. Tentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
Cek apakah oksigen sudah mengalir dengan benar pada
kanul dan masker
Tempatkan kanul pada hidung pasien atau masker pada wajah pasien, dan pastikan
Bila menggunakan humidifikasi lakukan pengecekan secara periodik (maksimal 8 ja
Amati respon pasien
Cuci tangan
Catat segala tindakan yang dilakukan, Catat tanggal dan waktu pelaksanaan prosed
setelah diberikan oksigen, kecepatan aliran oksigen)
Alimul, Aziz & Uliyah, Musrifatul.2005. Buku Saku Praktikum :
Kebutuhan Dasar Manusia. Jkarta :EGC

Dokumentasi

Referensi

SOP MEMPOSISIKAN PASIEN PADA POSISI


SEMI FOWLER

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN NERS No Dokumen No Revisi:00 Halaman 1-2


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Standar Prosedur Operasional
Diterbitkan tanggal Departemen Keperawatan
Medikal
PengertianMengatur posisi semi fowler adalah cara membaringkan pasien
denga posisi setengah duduk (450)
Tujuan

1. Mengurangi sesak napas 2. Memberikan rasa nyaman


3. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
Indikasi 1. Pada klien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada klien yang mengalami imobolisasi
3. Pada klien dengan masalah jantung
Persiapan Alat

1. Sandaran punggung atau kursi

2. Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu


3. Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu

Persiapan Pasien

1. Perkenalkan diri anda pada klien


2. Pastikan identitas klien
3. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
yang dapat dipahami oleh klien
4. Siapkan peralatan
5. Cuci tangan
6. Yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan
pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan tugas
7. Berikan privasi klien

Prosedur Pelaksanaan

1. Pasien di dudukkan, sandaran punggung atau kursi di letakkan


di bawah atau di atas kasur di bagian kepala, di atur sampai
setengah duduk dan di rapikan. Bantal di susun menurut
kebutuhan. Pasien di baringkan kembali dan pada ujung
kakinya di pasang penahan.
2. Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat
tidurnya langsung di atur setengah duduk, di bawah lutut di
tinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan di topang dengan
bantal.

3. Pasien di rapikan

4. Cuci tangan
Dokumentasi Catat segala tindakan yang dilakukan, Catat tanggal dan waktu
pelaksanaan prosedur, Catat hasil pengkajian (respon klien
setelah diberikan tindakan)
0
Referensi Wijayati, Sugih, dkk. 2019. Pengaruh Posisi Semi Fowler 45
terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Journal of
Clinical Medicine 6(1) 13-19

Anda mungkin juga menyukai