Anda di halaman 1dari 16

TUGAS LINGKUNGAN PENGENDAPAN

PRINSIP STATIGRAFI DAN SEDIMENTOLOGI

DISUSUN OLEH :

Nama : ADERY

NIM : 1801018

Kelas : Teknik Perminyakan A

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK & GAS BUMI

BALIKPAPAN

2018/2019
PRINSIP STRATIGRAFI & SEDIMENTOLOGI

Lingkungan Pengendapan Sedimen

Pengantar

Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu
kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi”
yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan.

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Stratigrafi juga didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam
batuan di alam dalam ruang dan waktu.

Menurut Rigby dan Hamblin (1972), lingkungan pengendapan adalah suatu


tempat dimana terjadinya akumulasi material sedimen, yang mempunyai kondisi
fisis, kimia, dan biologis yang mencirikan keadaan yang khas¹ dari tempat
pengendapan tersebut. Lingkungan pengendapan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lainnya²

Penentuan lingkungan pengendapan dari suatu tubuh batuan, dapat dilakukan


dengan melihat sifat-sifat khas dari batuan, yang mana akan mencirikan kondisi
pada saat sedimen itu terbentuk.

Secara umum dikenal tiga lingkungan pengendapan yaitu lingkungan darat (non
marine), transisi dan laut (marine)³. Beberapa contoh lingkungan darat
contohnya endapan rawa, sungai dan danau, angin dan gletser.Endapan transisi
merupakan endapan yang ada di daerah antara darat dan laut, delta, laguna dan
litoral. Sementara endapan laut adalah endapan neritik batial dan abisal.
Petunjuk Kerja:

1. Tugas di ketik dengan aturan yang sudah disepakati pada kertas HVS ukuran
A4!
2. Baca dan cermati Point 1,2 dan 3 di paragraf pengantar di atas!
3. Tugas dikumpulkan dalam bentuk hard copy dan soft file. Soft file
dikumpulkan secara kolektif pada 1 FD oleh Kating atau yang ditugaskan!

Soal:

1. Jelaskan yang dimaksud pada point ¹ di atas!


2. Uraikan yang dimaksud pada point ² di atas!
3. Jelaskan point nomor ³ diatas disertai dengan gambar!
4. Soal nomor ² adalah soal yang diberikan di kelas pada pertemuan sebelumnya
tentang proses terbentuknya batuan sedimen non klastik!
5. Tuliskan daftar pustaka yang digunakan!
1. Kondisi fisik, kimia dan biologi yang menandakan keadaan yang khas :

a. Parameter Fisik

- Parameter fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang


diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu;
dan kelembapan.

- Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin,
air dan es; air hujan; dan hujan salju.

b. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen
yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan.

c. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk


meliputi kedua-duanya dari aktifitas organisme, seperti pertumbuhan tanaman,
penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan pengambilan dari silica
dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka. Dan kehadiran dari sisa
organism disebut sebagai material pengendapan.

2. Faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendapan Blatt et al (1972) :

a. Kedalaman air disini penting, karena beberapa organisme dalam hidupnya


sangat dipengaruhi oleh kedalaman air, seperti : koral, algae. Kedalaman air
kadang-kadang memberikan kenampakan yang khas, dengan melihat kenampakan
dapat diketahui kedalaman dari batuan pada saat diendapkan, kenampakan
tersebut misalnya :
a. "Cut and Fill Structures", dan perlapisan silang siur, yang menunjukkan di
daerah tersebut ada arus dan gelombang.
b. "Mud Crack", yang menunjukkan daerah tersebut tersingkap pada atmosfer.
c. Beberapa jenis "Trail and Burrow" ternyata berbeda bentuknya karena
disebabkan beberapa perbedaan kedalaman dari air.

b. Energi kinetis dari air merupakan kontrol bagi pegerakan sedimen. Sedimen
yang berbutir halus tidak bisa terbentuk dalam lingkungan turbulensi terlalu
tinggi.

c. Temperatur akan mengontrol kelarutan dari CaCO3 dan kecepatan pertukaran


zat atau unsur dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, sebagai contoh : populasi yang
besar dari organisme dan karbonat jarang terdapat di dalam air dingin.

d. Kegaraman merupakan kontrol penting bagi aktifitas biologis. Populasi dari


hewan dan tumbuh-tumbuhan banyak yang dipengaruhi oleh kegaraman dari
air.
e. Eh (potensial oksidasi) dan pH (konsentrasi ion H)
Eh dan pH merupakan dua aspek kimia yang penting dalam lingkungan
pengendapan, yang akan mengontrol sedimen dan fauna yang hidup di dasar.
f. Bentuk Fisik dari Lingkungan Pengendapan kerap kali mengontrol sedimen
yang ada dalam cekungan. Bentuk fisik dari lingkungan pengendapan dapat
berupa : kemiringan dari permukaan, kedalaman dari daerah deposisi.

3. Contoh Lingkungan Pengendapan :


A. Lingkungan pengendapan daratan: Kumpulan dari berbagai lingkungan
pengendapan yang ada di darat.

1. Kipas Aluvial (Alluvial fans): endapan menyerupai kipas yang terbentuk di


kaki gunung. Alluvial fans umum berada di daerah kering sampai semi-kering
dimana curah hujan jarang tetapi deras, dan laju erosi besar. Endapan alluvial
fan khas akan kwarsa, pasir dan gravel bersorting buruk.
2. Lingkungan Fluvial (Fluvial Environments): mencakup braided river, sungai
bermeander, dan jeram. Saluran-saluran sungai, ambang sungai, tanggul, dan
dataran-dataran banjir adalah bagian dari lingkungan fluvial. Endapan di saluran-
saluran sungai terdiri dari kwarsa, gravel dengan kebundaran baik, dan pasir.
Ambang sungai terbentuk dari gravel atau pasir, tanggul-tanggul terbuat dari pasir
berbutir halus ataupun lanau. Sementara, dataran-dataran banjir ditutupi oleh
lempung dan lanau.

3. Lacustrine environments (danau): mempunyai karakteristik yang bermacam-


macam; besar atau kecil, dangkal atau dalam; diisi oleh sedimen evaporit,
karbonatan, atau terrigeneous. Sedimen berbutir halus dan bahan organic yang
mengendap pada beberapa danau menghasilkan serpih berlapis yang mengandung
minyak.

4. Gurun (Aeolian or aolian environments): biasanya berupa daerah luas dengan


bukit-bukit dari endapan pasir. Endapan pasir mempunyai sorting yang baik,
kebundaran yang baik, cross-bedded tanpa adanya asosiasi dengan gravel atau
lempung.
5. Rawa (Paludal environments): air yang diam dengan tumbuhan hidup
didalamnya. Terdapat endapan batu bara.

B. Lingkungan pengendapan transisi


Lingkungan pengendapan transisi adalah semua lingkungan pengendapan
yang berada atau dekat pada daerah peralihan darat dengan laut.

1. Delta: endapan berbentuk kipas, terbentuk ketika sungai mengaliri badan air
yang diam seperti laut atau danau. Pasir adalah endapan yang paling umum
ditemui.

2. Pantai dan barrier islands: didominasi oleh pasir dengan


fauna marine. Barrier islands terpisah dari pulau utama oleh lagoon. Umumnya
berasosiasi dengan tidal flat.

3. Lagoons: badan dari air yang menuju darat dari barrier


islands. Lagoons dilindungi dari gelombang laut yang merusak oleh barrier
islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus dibandingkan dengan yang
ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga hadir di balik reef atau
berada di pusat atoll
4. Tidal flats: membatasi lagoons, secara periodik mengalami pasang surut
(biasanya 2 kali sehari), mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh saluran
yang bermeander. Terdiri dari lapisan-lapisan lempung, lanau, pasir halus.

C. Lingkungan pengendapan lautLingkungan pengendapan laut adalah semua


lingkungan pengendapan yang berada di laut atau samudera.

1. Reefs: tahan terhadap gelombang, strukturnya terbentuk dari kerangka berbahan


calcareous dari organisme seperti koral dan beberapa jenis alga. Kebanyakan reef
zaman resen berada pada laut yang hangat, dangkal, jernih, laut tropis, dengan
koordinat antara garis lintang 30oN dan 30oS. Cahaya matahari diperlukan untuk
pertumbuhan reef.

2. Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope < 0.1o),
dangkal (kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai beberapa
ratus meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan lanau.
4. Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut
dari continental shelf. Continental slopeadalah bagian paling curam pada tepi
kontinen. Continental slope melewati dasar laut menuju continental rise, yang
punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise adalah pusat
pengendapan sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.

5. Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan
dilapisi oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan
sel-sel organisme mikroskopis.

4. Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen Non Klastik :


a. Batubara
Pembentukkan Batubara terjadi di lingkungan pengendapan rawa (paludal
environment).
b. Batu Rijang
Pembentukkan Batu Rijang terjadi di lingkungan pengendapan laut dalam
(abyysal plain).
c. Batu Gamping
Pembentukkan Batu Gamping terjadi di lingkungan pengendapan perairan
laut dangkal.
Proses Pembentukan Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses
kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang
sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai
hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme
yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah.
Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut
dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi
seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses
biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan
kimia yang ada dalam air).

Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk
dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi
(yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari
kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu
sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
sedimen evaporit, karbonat , batugamping dan dolomit, serta batuan
bersilika, rijang

Batuan Sedimen Non Klastik

a. Batubara

Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian


umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

 Pembentukan :
 Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai
pada saat dimana tumbuhan yang telah mati mengalami
pembusukan (terdeposisi) dan menjadi humus. Humus ini
kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic
dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama
yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat
menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan
dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Secara rinci, pembentukan batubara terbagi menjadi 5


bagian, yaitu :

1. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan


diuraikan oleh bakteri anaerob.

2. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses


pembusukan selanjutnya akan mengalami pengendapan,
biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari
endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya
akhirnya akan membentuk lapisan gambut.

3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami


perubahan melalui proses biokimia dan mengakibatkan
keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur
karbon dalam bentuk karbondioksida,
karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur
karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur
atau senyawa tersebut.

4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi


akibat adanya gaya tektonik dan kemudian akan
mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low
grade dapat berubah menjadi batubara high
grade apabila gaya tektonik yang terjadi adalah gaya
tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat
menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma.
Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang
berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan
adanya gaya tektonik setting tertentu.

5. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan


batubara yang telah mengalami proses geotektonik.
Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah
yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

Gambar Batubara
b. Batu Rijang

Batu rijang atau Batuapi adalah batuan sedimen mikrokristalin atau


kriptokristalin yang tersusun atas silikon dioksida (SiO2) dengan
permukaan yang licin (glassy). Rijang dapat terbentuk sebagai nodul,
massa konkresi, dan deposit berlapis. Serpihan rijang dengan pecahan
konkoidal sering menghasilkan bentuk yang tajam sehingga manusia pada
zaman dahulu menggunakan batu rijang sebagai alat pemotong bahkan
sebagai asesoris.

 Pembentukan :
 Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida
(SiO2) tumbuh dalam sedimen lunak yang akan menjadi
batu kapur. Dalam sedimen tersebut, jumlah yang sangat
besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh
menjadi nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi
silika terlarut terangkut oleh air ke sebuah lingkungan
pengendapan.

 Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam


jumlah yang besar maka akan membentuk lapisan rijang
dalam suatu massa sedimen. Rijang yang terbentuk dengan
cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia.
Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan
memiliki asal biologis. dibeberapa tempat baik itu di
lingkungan "laut dalam" maupun "laut dangkal", dimana di
lingkungan tersebut terdapat diatom dan radiolaria yang
hidup di air. Organisme ini memilik cangkang kaca silika
yang licin (glassy silica skeleton).

Gambar Batu Rijang

c. Batu Gamping

Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh


kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia,
batu gamping sering disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan
istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batu gamping paling sering
terbentuk di perairan laut dangkal.
Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen
organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan
pecahan-pecahan sisa organisme. Batu ini juga dapat menjadi batuan
sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air
danau ataupun air laut.

 Pembentukan :
 Pada Lingkungan Laut
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal,
tenang, dan pada perairan yang hangat. Lingkungan ini
merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu
membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton
sebagai sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika
organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka
akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya
akan terlitifikasi menjadi batugamping.

 Di Lingkungan Evaporasi, Batu gamping juga dapat


terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit dan
formasi gua lainnya (sering disebut speleothems) adalah
contoh dari batugamping yang terbentuk melalui
penguapan. Di sebuah gua, tetesan air akan merembes dari
atas memasuki gua melalui rekahan ataupun ruang pori di
langit-langit gua, kemudian akan menguap sebelum jatuh
ke lantai gua.

Batu Gamping
d. Batu Garam

Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering


disebut halite. Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu
garam bisa juga mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang
berasosiasi dengan batu garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum
(CaSO4.2H2O), dan juga sylvite (KCl).

 Pembentukan :
 Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari
penguapan air yang mengandung garam seperti air laut
yang banyak mengandung ion-ion Na+ (Sodium) dan
Cl– (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang
relative tertutup, daerah estuarine yang ada di daerah arid,
daerah-daerah di dekat laut seperti lagoon dan lain-lain.

Batu Garam / Halite

e. Stalagtit & Stalagmit

Stalaktit dan Stalakmit adalah bentuk alam khas daerah Karst. Stalaktit
adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya meruncing kebawah,
sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar gua bentuknya
meruncing keatas.

 Pembentukan :
 Stalaktit dan Stalakmit terbentuk akibat dari proses
pelarutan air di daerah kapur yang berlangsung secara terus
menerus. Air yang larut di daerah karst akan masuk
kelubang-lubang (doline) kemudian turun ke gua dan
menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan
air ini lama-lama berubah jadi batuan yang bentuknya
runcing-runcing seperti tetesan air.
Gambar Stalagtit & Stalagmit
DAFTAR PUSTAKA

1. http://adamgeo.blogspot.com/2014/12/lingkungan-pengendapan.html
2. https://www.geologinesia.com/2017/12/pengertian-lingkungan-
pengendapan.html
3. http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/
lingkungan-pengendapan-sedimen.html
4. https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/05/15/batuan-sedimen-
non-klastik/

Anda mungkin juga menyukai