Adery Tugas 5 Cekungan Sedimen Dalam Kerangka Tektonik Lempeng
Adery Tugas 5 Cekungan Sedimen Dalam Kerangka Tektonik Lempeng
DISUSUN OLEH :
Nama : ADERY
NIM : 1801018
Kelas : Teknik Perminyakan A
2. Rumusan masalah
a. Pengertian Cekungan Sedimen
b. Menjelaskan Klasifikasi Cekungan
c. Menjelaskan Tipe-tipe cekungan
3. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah, agar kita dapat mengetahui cekungan sedimen
dalam kerangka lempeng tektonik.
BAB II
PEMBAHASAN
Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby
(1995)
3. Tipe Cekungan
Pada batas konvergen lainnya dimana dua masa benua saling bertumbukan maka
akan membentuk suatu zona collision yang sangat besar karena kedua kerak benua
tersebut tidak bisa saling menujam akibat massa benua yang lebih ringan
dibandingkan kerak samudera.
Walaupun secara umum kerak samudera yang menujam dibawah kerak samudera
ataupun kerak benua, dalam sedikit kasus (misal di Taiwan) terjadi penujaman
kerak benua dibawah kerak samudera. Hal ini sangat ditentukan oleh besarnya
bouyancy dari lempeng yang bertumbukan.
Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi
oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar
seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40
km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai
tataan tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan lempeng
benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias menghasilkan
Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada
Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.
Aulakogen (Aulacogen)
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap
tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan
kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi
panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar.
Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya
kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan
turbit. Contoh aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur
Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur
Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan
silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur
gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada
paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam pada
lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit dapat berupa endapan terigen
yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari
lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk kompleks
akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini,
yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada
masa dasar yang mengkilap (sheared matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru,
Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya
adalah cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris
dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya terjadi
pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di Chili
selatan.
Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang
menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform
fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian
atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan
mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas
patahan antar lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam lempeng benua.
Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat membentuk berbagai
cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan
mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh kilometer,
walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar terbentuk
pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut maupun darat.
Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi yang
tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi,
dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya perubahan fasies secara lokal. Di
Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat sepanjang Patahan Sumatra.
Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting
untuk dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen
tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek
ekonominya. Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi, transportasi
dan pengendapan, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan; lingkungan
pengendapan, dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengendapan dan sifat sedimen adalah:
Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai data, mulai data dari
singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut termasuk data hasil
pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi geofisika. Pembahasan
berikut ini secara singkat akan diketengahkan teknik analisa cekungan yang
umum dilakukan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses
tektonik, dimana sedimen terendapkan atau akibat adanya penurunan
permukaan bumi. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi
sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu
proses nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak.
Berbagai penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah:
penipisan kerak, penebalan mantel litosper, pembebanan batuan sedimen dan
gunungapi, pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran atenosper dan
penambahan berat kerak.