KLP 2 (MAKALAH HERBAL MEDICINE) (Autosaved) - 2
KLP 2 (MAKALAH HERBAL MEDICINE) (Autosaved) - 2
OLEH
KELOMPOK 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Bahan Baku Herbal
Medicine” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah "Herbal
Medicine 1”.
Penulis mengakui banyak hambatan dan kesulitan yang dijumpai dalam
penyelesaian makalah ini, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu dibidang
kebidanan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
A. Kesimpulan.......................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
produksi bahan baku ekstrak yang masih sangat kurang, ketersediaan
laboratorium pihak ketiga yang tidak merata di wilayah Indonesia sehingga
2
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan bahan baku herbal medicine?
2. Apakah persyaratan herbal medicine pada bahan baku herbal medicine?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dasar bahan baku herbal medicine.
2. Untuk mengetahui persyaratan herbal medicine pada bahan baku herbal
medicine.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
2. Herbal Medicine
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau
sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komposisinya dapat berupa bahan
mentah atau bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal
dari satu jenis tumbuhan atau lebih . Sediaan herbal diproses melalui proses
ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, pemekatan atau proses fisika lainnya; atau
diproduksi melalui proses biologi. Produk herbal dapat berisi eksipien atau
bahan inert sebagai tambahan bahan aktif. (BPOM No. 32, 2021)
Obat herbal merupakan bahan baku atau sediaan yang berasal dari
tumbuhan yang memiliki efek terapi yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Dapat berupa bahan mentah atau bahan yang telah mengalami
proses lebih lanjut yang berasal dari tumbuhan. Obat herbal dapat diterima
secara luas di beberapa negara berkembang dan negara maju, hingga 80%
penduduk dari negara berkembang dan 65% penduduk dari negara maju
telah menggunakan obat herbal.
Obat herbal merupakan obat yang biasanya dibuat dari tumbuh-
tumbuhan yang meliputi akar, daun, bunga, dan batang tanaman sehingga
ada beberapa masyarakat yang mengonsumsi dengan cara langsung atau
membeli obat herbal berbentuk kemasan. Bagi masyarakat yang
mengonsumsi obat herbal dalam bentuk kemasan harusnya lebih
memperhatikan bentuk kemasan luar seperti label kemasan yang berisi
tanggal kadaluarsa, label halal MUI, dosis sediaan, komposisi, nomor
BPOM, dan komposisi bahan itu merupakan landasan awal sebelum
membeli produk obat herbal kemudian perhatikan tentang bahan yang
terkandung didalamnya apakah bahan tersebut sesuai dengan manfaat yang
tertera di label kemasan dan banyaklah bertanya kepada seseorang yang ahli
seperti dokter, herbalis atau orang yang sudah berpengalaman lama dalam
menggunakan obat herbal.
12
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik sebutan Traditional Herbal
Medicine Products/THMP) .Dalam Undang Undang ini yang dimaksud
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Dalam Undang-undang ini juga disebutkan bahwa hakekat obat atau
pengertian obat adalah bahan atau campuran yang dipergunakan untuk
diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan mental pada manusia atau hewan,
mempercantik badan atau bagian badan manusia. (Kemenkes, 2023)
Perkembangan selanjutnya obat tradisional kebanyakan berupa
campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal dengan obat
herbal Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat herbal terstandarisasi
dan fitofarmaka. Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek
moyang atau leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses
mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka
dan mental pada manusia atau hewan. Sebagai warisan nenek moyang yang
dipergunakan secara turun temurun Bentuk sediaan masih sederhana berupa
serbuk, pil, seduhan atau rajangan simplisia, klaim kahsiatnya masih
berdasarkan data empiris.Obat tradisional sendiri dibagi menjadi tiga yaitu,
jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. (BPOM No. 32, 2021)
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang memiliki klaim sehat
dan keamanan berdasarkan data empiris yang telah digunakan secara
turun-temurun. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis. Jamu banyak disediakan dalam bentuk seduhan atau
13
cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu.
Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam atau lebih.
Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat melewati
3 generasi. Bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan
disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun. Contoh jamu adalah
Tolak Angin, Antangin, Wood Herbal, Diapet Anak dan Kuku Bima
Gingseng. Keputusan Kepala BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411
menetapkan bahwa kelompok jamu harus mencantumkan logo dan
tulisan “JAMU”. Logo berupa “RANTING DAUN” terletak dalam
lingkaran dicetak dengan warna hijau diatas dasar warna putih atau
warna lain yang mencolok. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang mencolok.
b. Obat herbal terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat berbahan baku alami,
bahan bakunya telah ada pembuktian keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah seperti: Diapet, Lelap, Fitolac, dan Diabmenee. Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.4.2411 menetapkan bahwa Obat Herbal Terstandar harus
mencantumkan logo berupa “JARI-JARI DAUN 3 PASANG” terletak
dalam lingkaran. Logo dicetak dengan warna hijau di atas warna putih
atau warna lain yang mencolok. Tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok.
c. Fitofarmatika
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah
distandardisasi, status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara
14
ilmiah melalui uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia
sehingga dapat disejajarkan sengan obat modern. Contoh fitofarmaka
adalah Stimuno, Tensigard, dan Nodiar. Menurut keputusan Kepala
BPOM, fitofarmaka harus mencantumkan logo berupa “JARI- JARI
DAUN” yang membentuk bidang dan terletak dalam lingkaran. Logo
dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang
mencolok. Tulisan “FITOFARMAKA” harus jelas dan mudah dibaca,
dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain
yang mencolok.
Menurut penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia,
80% adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata (visual).
Karena itulah, unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: warna,
bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual
yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan
secara kasatmata (visual communication). Agar berhasil, penampilan
sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan
daya tarik praktis (fungsional). Keunikan suatu produk dapat dengan
mudah menarik perhatian konsumen, keunikan ini terlihat dari atribut
yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk terdiri atas tiga jenis,
yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi (function), dan manfaat
(benefit). Ciri-ciri dapat berupa ukuran, komponen atau bagian, bahan
dasar, proses manufaktur, servis atau jasa, penampilan, harga, susunan,
maupun merek dagang (trademark), dan lain-lain. Sementara manfaat
dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan indera,
manfaat non material, dan manfaat langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan atribut fungsi biasa digunakan sebagai ciri atau manfaat dari
penggunaan suatu produk.
15
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No.32 tahun 2019 tentang
rencana induk pengembangan bahan baku obat tradisional . Berdasarkan data
riset dari Badan Litbang Kementrian Kesehatan (Riset
Tumbuhan Obat dan Jamu/RISTOJA), telah ditemukan sebanyak
10.047 ramuan tradisional yang telah digunakan oleh masyarakat Indonesia
untuk pengobatan 74 indikasi penyakit. Indikasi terbanyak adalah untuk
batuk, demam, kencing manis, mencret, darah tinggi, sakit pinggang, sakit
kulit, luka terbuka dan perawatan pra/pasca persalinan. Pada ramuan
tersebut menggunakan sekitar 19.871 tanaman obat, dimana 16.218
diantaranya telah berhasil diidentifikasi hingga ke tingkat spesies
sebanyak 1.559 spesies/jenis [5].Data ini menunjukkan besarnya potensi
yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan obat tradisional.
(BPOM No. 32, 2021)
Pada saat ini, untuk golongan obat herbal terstandar dan fitofarmaka menjadi
perhatian pemerintah Indonesia dalam pengembangan obat tradisionaldalam
rangka mengatasi impor bahan baku obat konvensional yang tinggi. (BPOM
No. 32, 2021)
Mengacu pada Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan no. 32 tahun
2019 tentang Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional antara lain :
1. Pelaku Usaha wajib menjamin keamanan dan mutu Obat Tradisional yang
dibuat, diimpor, dan/atau diedarkan di wilayah Indonesia sebelum dan
selama beredar.
2. Pelaku usaha wajib Untuk menjamin keamanan dan mutu Obat Tradisional
sebagaimana meliputi Bahan Baku dan Produk Jadi yang tercantum dalam
tercantum Farmakope Herbal Indonesia atau Materia Medika Indonesia
yang diterbitkan oleh Menteri Kesehatan, persyaratan keamanan dan mutu
yang digunakan dapat mengacu standar persyaratan farmakope negara lain,
referensi ilmiah yang diakui, dan/atau data ilmiah yang sahih. Contoh bahan
baku yaitu, Obat Tradisional: Jamu, Obat Tradisional Impor, dan Obat
Tradisional Lisensi. Kemudian Produk Jadi termasuk Obat Herbal
Terstandar dan Fitofarmaka
3. Persyaratan keamanan dan mutu Produk berupa parameter uji. Parameter uji
sebagaimana meliputi:
a. Organoleptic
b. Kadar air
c. Cemaran mikroba
d. Aflatoksin total
e. Cemaran logam berat
f. Keseragaman bobot
g. Waktu hancur
h. Volume terpindahkan
i. Penentuan kadar alcohol dan Ph
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan Baku adalah semua bahan awal baik yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam
pengolahan Obat Tradisional.Tanaman atau bahan baku dipergunakan dalam
pengobatan tradisional atau pengobatan alternative.
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau
sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komposisinya dapat berupa bahan
mentah atau bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari
satu jenis tumbuhan atau lebih . Sediaan herbal diproses melalui proses ekstraksi,
fraksinasi, purifikasi, pemekatan atau proses fisika lainnya; atau diproduksi
melalui proses biologi. Produk herbal dapat berisi eksipien atau bahan inert
sebagai tambahan bahan aktif. Badan POM RI menggolongkan obat
tradisional kedalam 3 golongan yaitu: jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka. Pengelompokan ini didasarkan pada proses pembuatan dan
bentuk sediaan serta cara dan tingkat pembuktian mengenai manfaat dan
mutunya masing-masing.
Mengacu pada Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan no. 32 tahun
2019 tentang Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional antara lain :
1. Pelaku Usaha wajib menjamin keamanan dan mutu Obat Tradisional yang
dibuat, diimpor, dan/atau diedarkan di wilayah Indonesia sebelum dan
selama beredar.
2. Pelaku usaha wajib Untuk menjamin keamanan dan mutu Obat Tradisional
19
20
sebagaimana meliputi Bahan Baku dan Produk Jadi yang tercantum dalam
tercantum Farmakope Herbal Indonesia atau Materia Medika Indonesia
yang diterbitkan oleh Menteri Kesehatan, persyaratan keamanan dan mutu
yang digunakan dapat mengacu standar persyaratan farmakope negara lain,
referensi ilmiah yang diakui, dan/atau data ilmiah yang sahih.
3. Persyaratan keamanan dan mutu Produk berupa parameter uji.
4. Persyaratan Uji kualitatif dan kuantitatif produk jadi tertentu
5. Pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu dibuktikan melalui pengujian di
laboratorium yang terakreditasi dan/atau laboratorium internal industri atau
usaha Obat Tradisional yang diakui oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
6. Pendaftar harus mengajukan permohonan pengkajian kepada Kepala Badan
melalui Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan
Kosmetik.
7. Kepala Badan melalui Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan dan Kosmetik melakukan evaluasi terhadap pengajuan
permohonan pengkajian sebagaimana yang telah dinyatakan memenuhi
kelengkapan dokumen.
8. Setelah permohonan disetujui dan memenuhi kelengkapan dokumen serta
lulus uji laboratorium dan lainnya, barulah pendaftar dapat melanjutkan ke
proses registrasi untuk ijin edar sehingga obat tradisional dapat dipasarkan.
B. Saran
Pemerintah sebaiknya dapat memberikan bentuk perhatian dan
kepeduliannya terhadap obat tradisional (herbal medicine) agar obat tradisional
(herbal medicine) semakin berkembang dan dapat menjadi tujuan utama
masyarakat dalam menyembuhkan suatu penyakit serta memelihara kesehatan
tanpa harus menggunakan obat0obatan kimia yang mengandung banyak efek
samping.
DAFTAR PUSTAKA
21