LP Oksigenasi R. Melati Fix
LP Oksigenasi R. Melati Fix
DI SUSUN OLEH
REINILDIS MALA
23203019
2023/2024
BAB 1
1) Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel.
2) Anatomi Fisiologi
Anatomi
(1).Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan
limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman
patogenyang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut
jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas
bawah dari air dan makanan yang masuk.
(2). Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam
paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan
berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut
membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan
dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian
jalan napsa yang bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru
dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong
tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi
toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi
permukaan luar paru. Di antara katup berdinding ganda yang disebut
pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara
kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernapas.
Fisiologi Pernapasan
(1).Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner,
pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan
napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik,
serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah
difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di
alveollus dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran
serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan.
Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan
Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk
oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang masuk
dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan).
Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah
O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi
dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus
produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
- Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel
darah merah dalam bentuk bikarbonat
- Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohemoglobin
- Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam
plasma dan dalam bentuki asam karbonat.
(2).Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
3) Etiologi
a. Faktor Fisiologis
Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu
apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia
atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan
penurunan kapasitas pengikatan O₂.
Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit
susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
b. Faktor perkembangan
Bayi premature
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus,
dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat
ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
c. Faktor Perilaku
Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
- Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
- Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer
dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok
bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Faktor Lingkungan
Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb
dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal
di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan
dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur
berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
4) Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi ( proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan
ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon oleh jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) jika terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterlood, prelood dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas.
5) Patoflodiagram
Pernapasan
Oksigenasi
Takipneu/bradipneu
Gangguan pertukaran
gas
6) Manifestasi Klinik
Bunyi nafas tambahan ( misalnya ronki basah halus+ ronki basah kasar )
Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
Batuk tidak ada atau tidak efektif
Sianosis
Kesulitan untuk bersuara
Penurunan bunyi nafas
Ortopnea
Sputum
7) Pemeriksaan Dignostik
Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secaraefisien.
Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapileralveolar dan keadekuatan oksigenasi.
Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asingyang menghambat jalan nafas.
Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dankontraksi paru.
CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal
8) Komplikasi
Hipoksemia
Hipoksia
Gagal napas
Perubahan pola napas
BAB II
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, suku.
b) Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya hidup,
adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status
oksigenasi.
Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
Riwayat penyakit
Adanya batuk dan penanganan
Kebiasaan merokok
Masalah pada fungsi kardiovaskuler
Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
Riwayat penggunaan medikasi’
Stressor yang dialami
Status atau kondisi kesehatan
c) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh, kondisi
kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi)
Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas
dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada
dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara
ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan
meningkat pada kondisi konsolidasi.
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya,
dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi yang
terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasnya.
Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya auskultasi
dilakukan lebih dari satu kali.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan darah rutin diharapkan eosinofial meninggi, sedangkan
leukosit normal walaupun ada komplikasi asma
Analisis gas darah:
- Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi jika PaCO2
meninggi maupun PH turun merupakan prognosis yang buruk
- Pada darah terdapat SGOT dan LDH yang tinggi
- Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
3. ANALISIS DATA
Penurunan PaO2
Gangguan pertukaran
gas
4. DIGNOSA KEPERAWATAN
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret,
banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi, dan
kelelahan
c) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan
membran kapiler alveolar.
5. INTERVENSI
6. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan implementasi keperawatan terdiri dari
beberapa komponen:
Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
Tanda tangan perawat pelaksana
7. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terkhir keperawatan yang didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang ditetapkan,
yaitu terjaidnya adaptasi pada individu. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam
bentuk pendekatan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta:
EGC
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8,
Vol. 3,jakarta, EGC.
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia