Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Anemia pada masa nifas yaitu suatu komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
setelah melahirkan karena kadar hemoglobin kurang dari normal, yang dapat
menyebabkan kehilangan zat besi dan dapat berpengaruh terhadap proses laktasi dan
dapat mengakibatkan rahim tidak berkontraksi (Azwar, 2008).
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berakhir kira – kira 6 minggu.
Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan sel – sel darah
merah serta hemoglobin (Hb) sehingga sirkulasi zat dalam tubuh tidak berjalan
secara normal (Prawirohardjo, 2005).
Anemia sedang biasanya disebabkan oleh perdarahan dan jika tidak dikelola
dengan baik akan menjadi anemia berat, pada ibu nifas biasanya terjadi perdarahan
karena atonia uteri dan infeksi. Selain itu anemia sedang pada ibu nifas dapat
mempengaruhi aktivitas sehari – hari dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita
merasa males, pusing dan cepat lelah (Ayah Bunda, 2012)
Kematian ibu dapat terjadi karena anemia, sebagaimana seperti penelitian
yang dilakukan oleh Chi, dkk tahun 2008 di Indonesia menunjukkan angka kematian
ibu adalah 70 % untuk ibu – ibu yang anemia dan 30 % untuk selain anemia.
Kematian ibu 15 – 20 % secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan
anemia. Kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51 % dan pada ibu nifas 45 %
(Anwar, 2008).
Penatalaksanaan anemia sedang yaitu dengan meningkatkan konsumsi gizi
penderita, terutama protein dan zat besi, memberi suplemen zat besi secaraoeroral
yaitu dengan memberikan preparat besi per os gram besi sebanyak 600 – 1000 mg
sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferosus maupun parental diberikan ferum
desktran 100 dosis total 1000 – 2000 mg intravena serta melakukan transfusi darah
( Manuaba, 2007 ).
Untuk menghindari komplikasi – komplikasi yang sering terjadi pada ibu
nifas, bidan harus melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan baik dan
benar. Bidan diharapkan mampu melakukan pendekatan dalam melihat permasalahan
kebidanan, sehingga permasalahan kebidanan mampu memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan klien (Menkes,2007).
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Konsep Nifas
a. Pengertian Nifas
Menurut Prawirohardjo (2005), nifas (Puerperium) adalah dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6
– 8 minggu.
Menurut Prawirohardjo (2002), nifas (Puerperium) adalah dimulai
setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6
minggu.
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut prawirohardjo (2002), tujuan asuhan masa nifas :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, serta
mengobati bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluraga berencaa.

c. Periode Masa Nifas


Menurut Mansjoer (2002), nifas dibagi dalam 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan – jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
belerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
dan sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu –
minggu, bulanan atau tahunan.
d. Kunjungan masa nifas
Menurut Prawirohardjo (2002), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi.
1) 6 – 8 jam setelah melahirkan
a) Mencegah perdarahan masa nnifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawa penyebab lain perdarahan dan rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota kelurga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
2) 6 hari setelah melahirkan
a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda – tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.
3) 2 minggu setelah persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus
berkontrkasi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormla.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda – tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.
4) 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2 Anemia Sedang
a. Pengertian
Menurut Manuaba (2007), anemia sedang adalah dimana kadar haemoglobin
berkisar antara 7 -8 gr %. Anemia sedang adalah apabila kadar darah yang
dihasilkan oleh pemeriksaan Hb sahli sebesar 7 – 8 gr% (Anon,2011).
b. Etiologi anemia
Terdapat beberapa etiologi anemia antara lain : penghancuran sel darah merah
yang berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah
(Poerverowati, 2011)
c. Patofisiologi anemia
Terdapat beberapa patofisiologi anemia antara lain : perdarahan sehingga
kekurangan banyak unsur zat besi, intake kurang misalnya kualitas menu jelek
atau muntah terus, kebutuhan zat besi meningkat dengan adanya perdarahan
(Biechan, 2008)
d. Tingkatan anemia menurut Manuaba (2007), dibagi menjadi 3 yaitu antara
lain :
1) Anemia ringan, dimana jika kadar Hb 9,00 – 10,00 gr%
2) Anemia sedang, dimana jika kadar Hb 7,00 – 8,00 gr%
3) Anemia berat, dimana jika kadar Hb < 7,00 gr%
e. Gejala Anemia Sedang
Menurut Manuaba (2007), pada anemia akan didapatkan keluhan sebagai
berikut :
1) Cepat lelah
2) Sering pusing
3) Mata berkunang – kunang
4) Badan lemas.
f. Penyebab anemia
Menurut Manuaba (2007), penyebab anemia pada umumya adalah sebagai
berikut :
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diit
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain –
lain .
5) Penyakit – peyakit kronik seperti TBC, paru, cacing usus, malaria dan
lain – lain.

g. Komplikasi Anemia Sedang


Komplikasi anemia sedang pada ibu nifas dapat terjadi, hal ini dikarenakan
ibu mengalami perdarahan saat persalinan, proses persalinan berlangsung
sangat lama, atau si ibu sudah menderita anemia sejak masa kehamila. Pada
kasus anemia sedang pada masa nifas bila tidak segera diatasi, dapat
menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi (anomia) atau kontraksi sangat
lemah (hipotonia) (Ayah Bunda, 2012).
h. Pengaruh anemia terhadap janin menurut Manuaba (2007), adalah :
a) Abortus
b) Terjadi kematian intra uterin
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal.

i. Patofisiologi Anemia Sedang Menurut Wirakusuma (2002), adalah


Sebelum terjadi anemia, biasanya terjadi kekurangan zat besi secara perlahan
– lahan. Tahap – tahap defisiensi besi sebagai berikut :
1) Berkurangnya cadangan zat besi
2) Turunnya zat besi untuk sistem pembentukan sel – sel darah merah
3) Anemia gizi bes
Pada tahap awal, simpanan zat besi yang berbentuk ferritin dan hemosiderin
menurun dan absorbsi besi meningkat. Daya ikat besi dalam plasma,
selanjutnya besi yang tersedia untuk sistem eritropoisis di dalam sumsum
tulang berkurang. Terjadilah penurunan jumlah sel darah merah dalam
jaringan, pada tahap akhir hemoglobin menurun dan eritrosit mengecil, maka
terjadilah anemia.
j. Penatalaksanaan Anemia Sedang
Menurut Manuaba (2002), penatalaksanaan anemia sedang antara lain :
1) Meningkatkan gizi penderita
Faktor utama penyebab anemia in adalah faktor gizi, terutama protein dan
zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan oleh ibu
nifas yang menalami anemia sedang.
2) Memberi suplement zat besi
a) Peroral
Pengobatan dapat dimilai dengan preparat besi per os gram besi
sebanyak 600 – 1000 mg sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas
ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 g/100 ml atau lebih. Vitamin C
mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih
mudah diserap oleh selaput usu.
b) Parental
Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral, ada
gangguan absorbsi, penyakit saluran pencernaan. Besi parental
diberikan dalam bentuk ferri secara intramuskular / intravena.
Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000- 2000 mg iv.
c) Transfusi darah
Transfusi darah sebagai pengobatan sedang dalam masa nifas sangat
jatang diberikan walaupun hb-nya kurang dari 6 g/100 ml, apabila
tidak terjadi perdarahan.

2. TEORI ASUHAN KEBIDANAN

Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian,
analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Varney,
2004).
Proses Asuhan Manajemen Kebidanan
Pengkajian data adalah pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Pengkajian data merupakan langkah pertama
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien (Varney, 2004).
DATA SUBYEKTIF

Data subyektif yaitu data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2001). Data subyektif yang meliputi:
a. Identitas
Menurut Ambarwati (2010), identitas untuk mengetahui status klien secara
lengkap sehingga sesuai dengan sasaran, meliputi:
①) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam pemberian pelayanan.
②) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,mental dan psikisnya
belum siap,apabila umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
③) Suku bangsa : Berpengaruh pada adat- istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
④) Agama : Untuk memberikan motivasi kepada pasien sesuai dengan agama
yang dianut.
⑤) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
⑥) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya.
⑦) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi pasien yang berkaitan dengan masa
nifas (Ambarwati, 2010). Keluhan- keluhan yang dirasakan pada ibu nifas
dengan anemia sedang adalah pasien merasa pusing, lelah, dan badan terasa
lemas (Manuaba, 2001).
c. Riwayat Penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
Data - data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan
bayinya (Ambarwati, 2010).
- Riwayat penyakit sistemik
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi masa nifas (Retna, 2008).
- Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu
apabila ada penyakit yang menyertainya (Retna, 2008).
- Riwayat keturunan kembar
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
keturunan kembar (Wiknjosastro, 2006).
- Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah melakukan operasi apa
tidak( Farrer, 2001).
d. Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus berapa hari,
lama, banyaknya darah, teratur atau tidak, sifat darah dan disminorhoe atau
tidak (Prawirohardjo, 2006).
e. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, apakah ada keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati,
2010)
f. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status pernikahan syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologinya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati, 2010).
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui riwayat kehamilan yang lalu apakah ada penyulit atau
penyakit yang menyertai kehamilan, mengetahui apakah usia kehamilan aterm
atau premature dan normal atau tidak, untuk mengetahui nifas yang lalu normal
atau ada komplikasi dan bagaimana cara laktasinya (Retna, 2010).
h. Riwayat kehamilan ini
Untuk mengetahui HPHT, HPL, keluhan yang dirasakan pada trimester I, II, III,
ANC berapa kali, teratur atau tidak, penyuluhan yang pernah didapat, berapa
kali imunisasi TT selama hamil, dan pergerakan janin dirasakan sejak mulai
usia kehamilan berapa bulan (Retna, 2010).
i. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2010).
j. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan (Ambarwati, 2010).
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna ,jumlah (Retna, 2008). saat masa nifas ibu harus
sudah dapat buang air kecil sendiri setiap 3-4 jam (Ambarwati, 2010).
c) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jumlah jam tidur,
kebiasaan sebelum tidur, istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena
dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Ambarwati, 2010)
d) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya misal wanita
banyak mengalami banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati,
2010).
e) Kebiasaan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati, 2010).
f) Personal Hygiene
Saat masa nifas dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas
masih mengeluarkan lochea dan beritahu ibu tentang jumlah, warna, dan
bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini, untuk
mengetahui keadaan perinium yang meliputi oedema, hematoma, bekas
luka episiotomi, heacting dan mengetahui keadaan luka pada jalan lahir
(Ambarwati, 2010).
g) Aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari – hari, pada pola ini perlu
dikaji untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya
(Ambarwati, 2010). Saat masa nifas mobilisasi sedini mungkin seperti
latihan miring kanan, miring kiri, berdiri dan berjalan-jalan dapat
mempercepat proses pengembalian alat – alat reproduksi ( Suherni, 2008).

DATA OBYEKTIF

Data obyektif yaitu data yang dapat di observasi dan diukur (Nursalam, 2001). Antara
lain:
a. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum Ibu apakah baik,
sedang, buruk (Alimul, 2006). Keadaan umum pada masa nifas dengan
anemia sedang adalah baik (Notobroto, 2007).
b) Kesadaran : Kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang
terhadap rangsangan dari lingkungan. Kesadaran dibedakan menjadi
komposmentis, apatis, delirium, somnolen, stupor, koma ( Shanty, 2011)
Pada masa nifas kesadaran adalah dimana keadaam ibu setelah melahirkan
dalam keadaan baik tidak mengarah pada tanda – tanda yang abnormal
( Mariana, 2006 ). Ibu nifas dengan anemia sedang kesadarannya adalah
composmentis, (Notobroto, 2007).
c) Tanda vital
- Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah normal atau tidak,
tekanan darah normal yaitu 120/80-140/90 mmHg (Saifuddin, 2002).
- Suhu : Suhu normal berkisar anatara 36,50C-37,50C tergantung pada
usia ( Retna, 2008 ). Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu
bisa disebabkan karena istirahat dan tidur diperpanjang selama awal
persalinan, pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
o
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 C adalah
mengarah ke tanda-tanda infeksi (Ambarwati, 2010).
- Nadi : Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit, Denyut nadi diatas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatka oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebihan, denyut nadi dihitung
selama 1 menit penuh (Ambarwati, 2010).
- Respirasi : Beberapa ibu post partum kadang - kadang mengalami
brakikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-
rendahnya 40 sampai 50x/menit. Pernafasan harus berada dalam rentang
yang normal, yaitu sekitar 20 sampai 30x/menit di hitung selama 1
menit penuh (Theresa, 2008).
- Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama
hamil, penambahan berat badan rata-rata 0,3 – 0,5 kg/minggu, tetapi
nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9 -12 kg
(Theresa, 2008).
- Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145
cm atau tidak, termasuk risiko tinggi atau tidak (Alimul, 2004).
b. Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
- Kepala Rambut : Untuk mengetahui apakah rambut bersih, tidak rontok,
tidak ada ketombe (Alimul, 2004).
- Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah
oedema (Arita, 2008). Keadaan ibu nifas dengan anemia sedang yaitu
pucat (Admin, 2009).
- Mata : Untuk mengetahui conjungtiva berwarna kemerahan atau tidak,
sklera berwarna putih atau tidak (Alimul, 2004). Ibu nifas dengan
anemia sedang terliha pucat, konjungtiva tidak berwarna kemerahan,
dan sklera berwarna putih. (Admin, 2009).
- Hidung : Untuk mengetahui ada benjolan atau tidak (Alimul, 2004).
- Telinga : Bagaimanakah keadaan telinga, ada serumen atau tidak,
simetris atau tidak ( Admin, 2009).
- Mulut dan gigi : Untuk mengetahui bersih atau kotor, ada stomatitis atau
tidak, ada caries gigi atau tidak (Alimul, 2004).
- Leher : Ada pembesaran kelenjar thyroid atau tidak, ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak, ada tumor atau benjolan apa tidak (Arita,
2008).
- Dada : Dikaji untuk mengetahui simetris apa tidak, ada retraksi dinding
dada apa tidak ( Sulistyawati, 2009 ).
- Mammae : Untuk mengetahui simetris atau tidak, konsistensi, ada
pembengkakan atau tidak, putting menonjol atau tidak, lecet atau tidak
(Ambarwati, 2010). Pada masa nifas pemeriksaan mammae dikaji untuk
mengetahui ASI sudah keluar atau belum (Ambarwati, 2010).
- Axilla : Adakah benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak, ( Retna, 2008 ).
- Ekstermitas
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada varices atau tidak, reflek
patella positif atau tidak ( Arita, 2008 ). Pada masa nifas Hofman sign
dikaji untuk mengetahui ada trombofeblitis atau tidak, kaki oedema atau
tidak ( Retna, 2010 ).
c. Pemeriksaan khusus obstetric ( lokalis )
- Abdomen
Inspeksi : Untuk mengetahui pembesaran perut, ada linea atau tidak, ada
striae atau tidak, ada bekas operasi atau tidak, ada pelebaran vena atau
tidak, adanya kelainan atau tidak (Ambarwati, 2010).
Palpasi :Palpasi yaitu suatu teknik yang menggunakan indra peraba
tangan dan jari, untuk mengkaji kekuatan kontraksi, tinggi fundus uteri
dan kandung kemih berisi urine atau tidak (Alimul, 2004).
- Anogenital : Keadaan anogenital menurut Nugroho (2010) adalah :
Vulva vagina Mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam waktu
6 sampai 8 minggu setelah post partum.
- Keadaan perinium :Untuk mengetahui adakah oedema, bekas luka
episiotomi / robekan, heating atau tidak, jika terjadi rupture pada
perinium perlu dilakukan observasi untuk mengetahui untuk mengetahui
tingkatan rupture pada perineum
- Keadaan anus : Untuk mengetahuai adanya hemoroid atau tidak.
Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan servik dan porsio
dengan menggunakan alat spekulum.
d. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan Hb. Pada ibu nifas
dengan anemia sedang mempunyai kadar Hemoglobin (Hb) 7-8 gr%
(Manuaba, 2007).

ASSASMENT

Diagnosa kebidanan dalam masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan. Dalam langkahini data yang dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh
bidan (Ambarwati, 2010). Interpretasi Data meliputi:

a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat ditegakkan yang berkaitan
dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati,
2010). Diagnosa: Ny.X umur….tahun, P…..A….7 jam post partum dengan
anemia sedang.
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dengan dan tetap membutuhkan
penanganan (Varney, 2004). Data dasar dari pernyataan ibu tentang keluhan yang
dirasakan, kecemasan dan ketidak nyamanan keadaan yang sedang dialaminya
(Ambarwati, 2010). Masalah yang muncul pada ibu nifas dengan anemia sedang
yaitu pusing, badan terasa lemas dan merasa khawatir serta tidak nyaman dengan
keadaan yang dirasakan ( Manuaba, 2001).
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien untuk mengidentifikasi
dalam diagnosa masalah yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapat untuk melakukan analisa data
(Nursalam, 2001). Kebutuhan ibu nifas dengan anemia sedang yaitu memberikan
informasi tentang keadaan ibu bahwa ibu mengalami anemia sedang,
memberikan informasi tentang makanan yang bergizi yang mengandung protein,
zat besi, yodium, kalsium, vitamin A (Ambarwati, 2010)
d. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi
(Varney 2010). Diagnosa yang mungkin terjadi pada ibu nifas dengan anemia
sedang adalah anemia berat (Admin, 2009). Diagnosa potensial yang mungkin
terjadi pada ibu nifas dengan anemia sedang selain anemia berat bisa terjadi
perdarahan dan infeksi pada masa nifas ( Saifuddin, 2002 ).
e. Antisipasi Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi
dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Varney, 2004). Pada anemia sedang antisipasi yang dilakukan adalah dengan
pemberian tablet Fe ( sulfas ferosus 200 mg ) 2-3 kali per hari, dianjurkan
makan-makanan yang mengandung banyak protein dan sayuran hijau dan
kolaborasi dengan dokter (Manuaba, 2001).

PELAKSANAAN

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan serta penyuluhan pada klien dan
keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman
(Retna,2010). Pelaksanaan pada ibu nifas dengan anemia sedang menurut Ambarwati
(2010) dan Manuaba ( 2001 ) adalah

a) Mengobservasi keadaan umum dan tanda- tanda vital klien, (Ambarwati, 2010).
b) Mengobservasi perdarahan, kontraksi uterus dan TFU dan luka jahitan,
(Ambarwati, 2010).
c) Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung hewani, seperti
daging, ikan, hati dalam jumlah yang cukup, dan makanan yang beraneka
ragam yang mengandung zat besi seperti sayur-sayuran berwarna hijau,
(Manuaba, 2001).
d) Pemberian suplemen zat besi (sulfas ferosus 200 mg) 2-3 kali per hari,
(Manuaba, 2001).
e) Bantu ibu menyusui bayinya dan pantau kemajuan proses laktasi, (Ambarwati,
2010).
f) Lakukan perawatan luka yang infeksi atau luka episiotomi (Ambarwati, 2010).
g) Memberi pendidikan kesehatan pada ibu nifas tentang gizi ibu nifas, istirahat
tidur, ambulasi dini, tanda bahaya masa nifas, (Ambarwati, 2010).
h) Melakukan pemeriksaan Hemoglobin ( Hb ) setiap 1 minggu sekali,
(Ambarwati, 2010).

Pembimbing Prodi Mahasiswa

RibkhaItha I, S.Pd Fatma Hidayah


PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian masalah penerapan manajemen kebidanan dalam
memberikan Asuhan Kebidanan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi terapeutik yang baik
dengan klien sehingga dapat diperoleh data yang lengkap.
2. Dengan menganalisa data secara cermat maka akan dibuat diagnosa masalah.
3. Dalam menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan tidak mengalami
kesulitan jika kerjasama yang baik dengan klien.
4. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah didasarkan
perencanaan tindakan yang disusun.
5. Hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian
tentang keberhasilan asuhan kebidanan.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah :
1. Bidan
Dalam setiap penanganan pasien hendaknya bidan selalu menerapkan
konsep asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan sesuai dengan kondisi pasien.
2. Pasien
Diharapkan pasien segera memeriksakan keadaan yang dialaminya agar bisa
segera ditangani.
3. Institusi
Hendaknya institusi bisa menambahkan buku referensi terbaru di
perpustakaan.
4. BPS
BPS harus lebih meningkatkan pelayanan, terutama dalam memberikan
pelayanan tentang KB kepada akseptor atau yang akan menggunakan KB.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,A,A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ambarwati, E, & Wulandari, D. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta.


Cendekia. Press.

Ayah Bunda. 2012. Anemia, Komplikasi di Masa Nifas. Available:


http://www.ayahbunda.co.id/. Diakses tanggal 26 Juli 2014

Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
JNPK-KR

Manuaba, IBG. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsteri Ginekologi


dan KB. Jakarta. EGC.

Mansjoer, A. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Cetakan Jilid 1.

Nursalam. 2001. Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik. Jakarta :
Salemba Medika Nursalam.

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Saifuddin, A, B. 2002. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, buku panduan


praktis, edisi i cetakan ii. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Varney, H. 2004. Varney’s Midwifery, Third Edition. New York, Jones and Bartlett
Publisher.

Wirakusuma. 2002. Patofisiologi Anemia Sedang. Available:http://www.google.com/


patofisiologi_anemia.html. Diakses tanggal 26 Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai