Anda di halaman 1dari 20

DEFINISI

Vertigo merupakan sensasi yang dirasakan ketika seseorang merasakan kepalanya pusing berputar atau
merasakan sensasi dimana benda-benda di sekitarnya berputar-putar. Vertigo sendiri berasal dari kata
bahasa Latin VERTERE yang artinya memutar dan “igo” yang mempunyai arti kondisi. Vertigo perifer
merupakan tipe vertigo yang paling sering dijumpai karena dapat ditemukan pada 80% orang dengan
gejala vertigo. Kondisi ini timbul akibat adanya gangguan pada telinga bagian dalam atau pada saraf
bernama nervus vestibularis yang berperan untuk menjaga keseimbangan. Gangguan ini membuat telinga
dalam mengirimkan sinyal mengenai posisi tubuh yang tidak sesuai dengan sinyal dari mata dan saraf,
sehingga otak menjadi kebingungan. Vertigo perifer cenderung terjadi intermiten, berakhir dalam periode
lebih singkat dan menghasilkan lebih banyak keluhan dibanding vertigo sentral.

Dalam kondisi ini biasanya penderita akan mengalami hilangnya keseimbangan sehingga untuk sekadar
berdiri atau berjalan saja sangat sulit dilakukan. Selain itu, penderita juga akan merasakan bahwa bagian
kepalanya akan terasa sakit, pusing, dan bahkan disertai dengan rasa mual dan ingin muntah. Meski
banyak orang percaya itu adalah salah satu tipe kondisi, namun sebenarnya ini lebih merupakan gejala
yang mungkin ada hubungannya dengan masalah keseimbangan (perifer) atau masalah dalam otak
(pusat).

Berdasarkan penyebabnya, vertigo terbagi menjadi dua, yakni vertigo perifer dan sentral. Vertigo perifer
merupakan jenis vertigo yang paling sering terjadi. Vertigo jenis ini disebabkan oleh gangguan pada
telinga bagian dalam yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh, yaitu labirin vestibular (vestibular
labyrinth). Selain di bagian dalam telinga, gangguan juga dapat terjadi pada saraf vestibular, yaitu saraf
yang terletak di antara telinga bagian dalam dan batang otak. Ketika Anda menggerakkan kepala, telinga
bagian dalam akan memberi informasi terkait keberadaan posisi kepala lalu mengirimkan sinyal kepada
otak untuk menjaga keseimbangan. Namun, jika terdapat gangguan pada bagian dalam telinga akibat
peradangan atau infeksi, otak akan menjadi bingung sehinggu menimbulkan sensasi pusing berputar dan
nyeri atau disebut juga sebagai vertigo peripheral.

Sedangkan Vertigo sentral disebabkan oleh gangguan pada otak atau sistem saraf pusat.

PERBEDAAN

 Vertigo periferal : terjadi karena masalah pada bagian dalam telinga yang mengendalikan
keseimbangan perifer. Bagian ini disebut labirin dengan kanal semisirkularis dan saraf
vestibularis.
 Vertigo sentral : pemicunya adalah masalah pada otak, terutama pada bagian batang otak atau
otak kecil alias serebelum.
Perbedaan Vertigo Perifer dan Sentral
Terdapat sejumlah perbedaan antara vertigo perifer dan sentral, yakni:

1. Penyebab
Umumnya, vertigo perifer timbul karena masalah pada telinga bagian dalam. Sementara itu, vertigo
sentral berkaitan dengan masalah pada SSP (Sistem Saraf Pusat) atau otak.

Salah satu penyebabnya adalah penyumbatan pada pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen
dalam otak.
2. Frekuensi Datangnya
Vertigo perifer adalah penyakit yang umumnya datang dan berlalu dengan cepat. Di sisi lain, vertigo
sentral datang dengan sering dan berlangsung lama.

3. Episode Kekambuhan
Episode kambuhnya vertigo sentral secara umum lebih intens daripada perifer. Bahkan, vertigo sentral
juga bisa membuat penderitanya tidak dapat berdiri dan berjalan tanpa ada bantuan.

4. Gerakan Mata
Pada vertigo sentral, gerakan mata memutar berlangsung lebih lama, bisa berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan.

5. Dampak yang Ditimbulkan


Vertigo perifer adalah jenis yang bisa menyebabkan masalah pendengaran. Namun, pada vertigo sentral,
masalah pendengaran jarang terjadi.

Berdasarkan letak kelainannya, dikenal dua jenis vertigo yaitu vergitu perifer dan vertigo sentral. Vertigo
perifer adalah pusing berputar yang terjadi akibat kelainan pada labirin yang terletak di telinga bagian
dalam dan nervus vestibularis yang terletak diantara telinga bagian dalam dan batang otak. Contoh vertigo
perifer terjadi pada pasien dengan BPPV, Ménière disease, dan labirinitas akut dan neuritis vestibular
yang seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Sementara vertigo sentral adalah pusing berputar yang
terjadi akibat gangguan sistem saraf pusat. Beberapa penyakit yang dapat memicu vertigo sentral
diantaranya adalah stroke iskemik dan hemoragik terutama yang melibatkan sistem cerebellum atau
vertebrobasilar, tumor jenis glioma pons, medulloblastoma, dan schwannoma vestibular

PENYEBAB

Vertigo dapat terjadi sebagai akibat dari kondisi atau masalah yang mempengaruhi telinga bagian dalam,
khususnya sistem vestibular.

 Penyebab paling umum dari vertigo perifer adalah BPPV (Vertigo Posisi Paroksismal Jinak). Ini
biasanya terjadi ketika ada perubahan mendadak dalam posisi kepala itu. Terjadinya pendek,
hanya berlangsung beberapa detik. Pada pasien dengan BPPV, pasien akan mengalami episode
transien vertigo yang berlangsung beberapa menit atau kurang. BPPV dianggap sebagai bentuk
vertigo perifer yang paling umum. Tipe ini cenderung menyebabkan serangan vertigo yang
singkat dan sering. Gerakan kepala tertentu memicu BPPV. Di dalam telinga bagian dalam
manusia terdapat organ yang labirin vestibular yang merupakan tiga buah terowongan kecil
bernama canalis semicircularis berbentuk setengah lingkaran yang mengarah ke berbagai arah
dan berisi cairan serta sensor berbentuk rambut halus. Selain itu terdapat pula organ seperti batu
kecil bernama otolith yang membantu memonitor pergerakan dan posisi kepala terhadap
gravitasi. Pada kasus ini, terdapat partikel otolith yang terlepas dan masuk ke canalis
semicircularis dan mengiritasi sel rambut di dalamnya sehingga mengirimkan pesan palsu
mengenai posisi tubuh pada otak. Biasanya terjadi ketika gerakan kepala yang dilakukan secara
cepat, seperti bangun tidur, menoleh dari goncangan, penderitanya berbaring, bangun dan
berguling di tempat tidur, atau menoleh ke belakang.

 Peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri juga dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan, yang dapat menyebabkan vertigo. Labyrinthitis merupakan infeksi pada bagian
telinga yang bernama labyrinth. Bagian ini berfungsi untuk mengatur pendengaran dan
keseimbangan seseorang.Ini termasuk peradangan labirin (labyrinthitis) yaitu peradangan yang
terjadi di telinga bagian dalam yang biasa disebabkan oleh infeksi virus Labirinitis menyebabkan
pusing atau perasaan seperti bergerak padahal sebenarnya tidak. Infeksi telinga bagian dalam
menyebabkan bentuk vertigo ini. Akibatnya sering terjadi bersamaan dengan gejala lain seperti
demam dan sakit telinga. Infeksinya terjadi di labirin, struktur di telinga bagian dalam yang
mengontrol keseimbangan dan pendengaran. Penyakit virus, seperti pilek atau flu, sering kali
menyebabkan infeksi ini. Infeksi telinga akibat bakteri juga terkadang menjadi penyebabnya.
labirinitis dan neuritis vestibular seringkali disebabkan oleh virus termasuk Herpes zoster oticus,
juga dikenal sebagai sindrom Ramsay Hunt. Biasanya infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri
dan diawali oleh adanya flu atau pilek. Gejala lainnya yang dapat timbul pada labyrinthitis berupa
demam, nyeri telinga, mual muntah, serta penurunan pendengaran.

atau

 vestibular (neuritis vestibular) Neuritis vestibular biasanya merupakan sindrom inflamasi pasca-
virus. Pasien biasanya mengalami mual, muntah, vertigo, dan ketidakstabilan gaya berjalan yang
cepat dan parah. Meskipun gaya berjalan tidak stabil, pasien masih dapat melakukan ambulasi.
Vertigo jenis ini timbul secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan rasa tidak stabil, sakit telinga,
mual, dan muntah dan dapat berlangsung selama 2 hingga 3 minggu. Neuronitis vestibular adalah
akibat infeksi yang menyebar ke saraf vestibular, yang mengontrol keseimbangan. Kondisi ini
biasanya terjadi setelah infeksi virus, seperti pilek atau flu. Jenis ini dapat terjadi karena adanya
infeksi virus yang menyebar ke saraf vestibular yang mengatur keseimbangan. Gejala yang
ditimbulkan mirip dengan labyrinthitis namun tanpa disertai penurunan pendengaran.
 Ketika vertigo yang disertai dengan gejala yang berkaitan dengan telinga, seperti tinnitus (sensasi
telinga berdenging) atau bahkan kehilangan pendengaran, penyebabnya mungkin penyakit
Meniere. pasien dengan Ménière disease sering mengalami tinnitus (telinga berdenging),
gangguan pendengaran, dan aural fullness selain vertigo. Vertigo perifer jebis ini bisa terjadi tiba-
tiba dan berlangsung hingga 24 jam. Kelebihan cairan endolimfatik menyebabkan penyakit
Meniere. Tekanan berlebih menyebabkan disfungsi telinga bagian dalam. Pasien datang dengan
tinnitus unilateral episodik, gangguan pendengaran, rasa penuh pada telinga, mual, muntah,
ketidakstabilan gerbang, dan vertigo. Tes audiometri yang menunjukkan gangguan pendengaran
sensorineural rendah. Penyakit ini terjadi akibat akumulasi cairan di telinga bagian dalam
sehingga tekanannya meningkat. Hal tersebut memicu terjadinya vertigo disertai telinga
berdenging (tinnitus) dan penurunan pendengaran. Vertigo yang muncul bisa menjadi sangat
parah dan menimbulkan mual muntah yang berlebih.

Penyakit vertigo juga dapat terjadi akibat:

 Sindrom cogan
 Acoustic neuroma merupakan tumor yang timbul di nervus vestibularis dan dapat menyebabkan
vertigo juga
 Kolesteatoma atau pertumbuhan kulit yang tidak normal di telinga bagian tengah serta mastoid.

 Otosklerosis atau pertumbuhan yang tidak normal pada tulang yang terhubung ke gendang
telinga.

 Perilymph fistula adalah gangguan yang disebabkan karena adanya robekan pada salah satu
membran di telinga bagian tengah dan dalam sehingga cairan telinga bagian dalam mengalir ke
telinga bagian tengah karena adanya kebocoran akibat operasi, trauma, infeksi kronis, atau
perubahan tekanan di dalam telinga.

 Superior semicircular canal dehiscence syndrome adalah gangguan pendengaran akibat masalah
pada tulang yang yang menutupi saluran semisirkular superior telinga bagian dalam. Kondisi ini
juga dapat memicu vertigo.
 Tekanan pada saraf vestibular yang biasanya disebabkan oleh tumor jinak, seperti meningioma
atau neuroma akustik.

 Cedera kepala atau leher

 Efek samping penggunaan obat, seperti aspirin, antikejang, antidepresan, obat tekanan darah, dan
obat penenang
 Perubahan tekanan udara yang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga, seperti saat menyelam
 Alergi, misalnya terhadap makanan, debu, jamur, bulu, atau serbuk bunga
 Gangguan kecemasan, seperti cemas, panik, dan stres
 Kehamilan, umumnya karena perubahan hormon, penurunan kadar gula darah, dan penyempitan
pembuluh darah selama masa kehamilan
Faktor Risiko Vertigo

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami vertigo, yaitu:

 Berusia di atas 50 tahun. Pada lansia atau usia 50 tahun ke atas, resiko terjadinya vertigo
meningkat sekitar 50% dan menjadi hal yang perlu diperhatikan mengingat keseimbangan pada
lansia rendah
 Berjenis kelamin wanita
 Mengalami cedera kepala
 Menderita Infeksi pada telinga dapat menyebar sehingga mengenai telinga bagian dalam atau
saraf vestibularis yang merupakan salah satu organ penting pengatur keseimbangan tubuh
 Pernah mengalami vertigo
 Memiliki keluarga dengan riwayat vertigo. Sebuah penelitian baru menemukan 6 varian gen yang
memiliki peran dalam perkembangan dan pemeliharaan telinga bagian dalam sehingga
berhubungan dengan kejadian vertigo. Selain itu terdapat pula beberapa kondisi dengan gejala
vertigo yang diturunkan secara genetik diantaranya familial episodic ataxia, migrainous vertigo,
bilateral vestibular hypofunction, familial meniere’s disease.
 Mengalami stres berat dapat berkontribusi terhadap disfungsi telinga bagian dalam. Sekitar 5%
orang dewasa di Amerika mengalami vertigo saat sedang cemas atau dalam tekanan.
 Mengonsumsi obat-obatan rutin tertentu, Beberapa jenis obat anti kejang, obat anti hipertensi,
antidepressan, dan aspirin memiliki efek samping yang berpotensi menyebabkan vertigo
 Mengonsumsi minuman beralkohol dapat mengubah komposisi cairan di telinga bagian dalam
dan juga dapat menyebabkan dehidrasi
 Faktor lainnya adalah adanya penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi
 Riwayat trauma kepala atau kecelakaan

EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data epidemiologi, vertigo merupakan salah satu penyakit neurologi yang paling sering
terjadi. Secara global, insiden tahunan vertigo yang dilaporkan adalah sebesar 1,4%.

Global
Vertigo merupakan keluhan yang umum ditemukan pada praktik klinik. Angka prevalensi vertigo pada
dewasa usia 18-79 tahun dalam seumur hidupnya mencapai 7.4% dengan angka insidensi tahunan sebesar
1.4%. Angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.[12,14]

Penyebab vertigo didominasi oleh penyebab perifer yakni hingga mencapai 80%. Penyebab yang paling
banyak dari kelompok ini adalah Benign Paroxysmal Postural Vertigo (BPPV), di mana 20% sisanya
adalah penyebab dari sentral.
PATOFISIOLOGI

Gangguan pada sistem vestibular, kanalis semisirkularis, atau saraf kranial 8 adalah masalah
utamanya. Gangguan ini mungkin terkait dengan kerusakan pada salah satu organ ini atau sekadar
gangguan masukan saraf. Penting untuk diingat bahwa sistem saraf pusat menerima masukan secara
bilateral dari struktur/sistem ini, mengumpulkan masukan tersebut dan kemudian membentuk
respons. SSP juga mengoordinasikan masukan bilateral ini dengan masukan visual dan sensorik kita
sehingga menghasilkan gambaran keseluruhan apakah kita bergerak dalam ruang/waktu atau lingkungan
di sekitar kita yang bergerak. Cukuplah dikatakan bahwa masukan yang bertentangan dari berbagai gejala
ini membebani sistem saraf pusat sehingga menyebabkan pusing, mual, dan persepsi gerakan.
Etiologi dari vertigo mungkin disebabkan oleh adanya abnormalitas dari organ-organ vestibuler, visual,
ataupun sistem propioseptif. Labirin merupakan organ untuk ekuilibrium yang terdiri dari 3 canalis
semisirkuler, yang berhubungan dengan rangsangan akselerasi angular, serta utriculus dan saculus yang
berhubungan dengan rangsangan gravitasi dan akselerasi vertikal.

Rangsangan berjalan melalui nervus vestibularis menuju nucleus vestibularis pada batang otak dan
selanjutnya menuju fasciculus medialis bagian cranial musculus oculomotorius dan selanjutnya
meninggalkan traktus vestibulospinalis rangsangan eksitasi terhadap otot-otot ekstensor kepala,
ekstremitas, dan punggung untuk mempertahankan posisi tegak tubuh. Selanjutnya serebelum menerima
impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara respons okulovestibuler dan postur
tubuh. Fungsi vestibuler dinilai dengan mengevaluasi dari refleks okulovestibuler dan intesitas nistagmus
akibat rangsangan perputaran tubuh dan rangsangan kalori pada daerah labirin.

Refleks okulovestibuler bertanggungjawab terhadap fiksasi mata terhadap objek stasioner, sedangkan
kepala dan badan pada saat bergerak. Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai
respons terhadap rangsangan labirin, serta jalur vestibuler retrokohlear, ataupun jalur vestibulo-kohlear
sentral.

GEJALA

Vertigo ditandai dengan sensasi yang membuat penderita atau kondisi di sekelilingnya seperti berputar
yang dipengaruhi oleh perubahan posisi. Tergantung jenis vertigo yang dialami, vertigo juga bisa disertai
gejala lain. Durasi gejala vertigo perifer umumnya lebih pendek daripada vertigo sentral.

Dibawah ini adalah beberapa gejala vertigo perifer:


1. Sensasi vertigo muncul mendadak pada saat terjadi perubahan posisi kepala.
2. Serangan berlangsung singkat (biasanya kurang dalam 30 detik)
3. Bisa disertai rasa mual dan bahkan muntah
4. Umumnya dapat menghilang sendiri dalam beberapa hari hingga minggu, dan kadang-kadang
dapat kambuh kembali

Pada vertigo perifer, gejala penyertanya antara lain:

 Nyeri atau rasa tersumbat pada telinga


 Gangguan pendengaran
 Telinga berdenging (tinnitus) pada salah satu atau kedua telinga
 Gangguan keseimbangan
 Penglihatan buram
 Nistagmus, yaitu Gerakan bola mata cepat yang tak terkendali
 Mual
 Muntah
 Lemas
 DIAGNOSIS

Diagnosis vertigo perifer ditegakkan melalui anamnesis tentang pemicu timbulnya pusing berputar,
misalnya apakah keluhan tersebut muncul ketika menggerakan mata atau kepala, atau saat berbaring pada
posisi tertentu. Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis mengenai segala
keluhan yang Anda rasakan. Mulai dari sensasi berputar, frekuensi kemunculan, pemicu, hingga durasi
terjadinya gejala tersebut.

Dokter juga akan menanyakan tentang riwayat kondisi kesehatan, apakah Anda pernah mengalami
migrain, cedera kepala, infeksi telinga hingga obat-obatan yang rutin dikonsumsi.

Pada anamnesis, pasien vertigo umumnya mengeluhkan gejala pusing yang mana harus dibedakan apakah
gejala tersebut benar vertigo atau pusing. Pusing atau dikenal sebagai dizziness merupakan gangguan
persepsi orientasi tanpa disertai dengan ilusi pergerakan.
Sedangkan vertigo didefinisikan sebagai adanya ilusi dari pergerakan, baik sensasi badan pasien yang
bergerak, yang disebut vertigo internal, maupun lingkungan sekitar yang bergerak yaitu vertigo eksternal.

Dalam praktik sehari-hari di Indonesia, banyak pasien yang mengatakan “sakit kepala” sebagai “pusing”.
Sehingga, persepsi “pusing” antara pasien dan pemeriksa harus disamakan terlebih dahulu. Pada kasus
vertigo, pasien juga dapat mengeluhkan “pusing berputar”, “pusing tujuh keliling”, atau “keliyengan”.

Pada vertigo, sensasi pergerakannya perlu digali lebih lanjut, antara lain sensasi berputar, sensasi
melayang atau seperti diombang-ambing di kapal, atau linear (seperti jatuh).

Pertanyaan berikutnya adalah pertanyaan yang mengarah ke arah kapan dan bagaimana timbulnya gejala
tersebut. Apakah gejala timbul mendadak atau perlahan, dalam waktu hitungan jam atau hari atau
tahunan, dan apakah berubah dengan posisi tubuh atau tidak.
Durasi serangan yang cepat yakni detik hingga hitungan jam mengarahkan ke vertigo penyebab di perifer,
namun penyebab sentral seperti serangan transient ischemic attack (TIA) masih belum dapat
disingkirkan.
Kejadian vertigo yang tiba-tiba umumnya disebabkan karena penyebab perifer, kecuali untuk serangan
serebrovaskular sebagai penyebab vertigo sentral. Vertigo yang timbul berhari-hari umumnya disebabkan
dari penyebab sentral.

Gejala penyerta yang perlu ditanyakan adalah ada tidaknya gangguan pendengaran seperti tinnitus dan
penurunan pendengaran yang mengarah ke vertigo perifer.

Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing yang dikeluarkan
dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.

Beberapa anamnesis yang penting digali pada pasien vertigo adalah

1. Bentuk serangan vertigo : Pusing berputar atau rasa goyang atau melayang.
2. Sifat serangan vertigo: Periodik. Kontinu, ringan atau berat.
3. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:

 Perubahan gerakan kepala atau posisi


 Situasi: keramaian dan emosional suara

4. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:


Mual, muntah, keringat dingin. Gejala otonom berat atau ringan.
5. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti: tinitus atau tuli.
6. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, kemoterapi.
7. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
8. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
9. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis,
penglihatan ganda, ataksia sereblaris.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pada telinga dan
saraf. Selain itu, tes penunjang juga akan dilakukan untuk mencari tahu penyebab kondisi ini.

Jika dokter Anda mencurigai BPPV, mereka mungkin melakukan manuver Dix-Hallpike. Selama tes ini,
dokter Anda akan memindahkan Anda dengan cepat dari posisi duduk ke posisi berbaring, dengan kepala
Anda menjadi titik terendah dari tubuh Anda. Anda akan menghadap dokter, dan Anda harus tetap
membuka mata agar dokter dapat melacak pergerakan mata Anda. Manuver ini menimbulkan gejala
vertigo pada individu dengan BPPV.

 Tes romberg: Pasien diminta untuk berdiri dengan kedua kaki merapat, kemudian dokter akan
memintanya untuk menutup mata secara tiba-tiba. Apabila pasien terjatuh atau kehilangan
keseimbangan, kemungkinan pasien mengalami vertigo.
 a. Tes Romberg. Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain,
tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain. Orang yang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg ini selama 30 detik atau lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka
kemudian dengan mata tertutup, ini merupakan skrining yang sensitif untuk kelainan
keseimbangan. Bila pasien mampu berdiri dengan satu kaki dalam keadaan mata tertutup maka
dianggap normal.

 b. Tes melangkah di tempat stepping test. Penderita harus berjalan di tempat dengan mata
tertutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak diperbolehkan
beranjak dari tempat semula. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibuler. Bila penderita
beranjak lebih dari 1 meter dari tempat semula atau badannya berputar lebih dari 30 derajat dari
keadaan semula maka dapat diperkirakan penderita mengalami gangguan sistem vestibuler.

 c. Tes salah tunjuk past-pointing. Penderita diperintahkan untuk merentangkan lengannya dan
telunjuk penderita diperintahkan menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian penderita diminta
untuk menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi vertikal dan kemudian kembali pada
posisi semula. Pada gangguan vestibuler akan didapatkan salah tunjuk.

 Tes unterberger atau tes fukuda step: Pasien diminta melakukan gerakan jalan ditempat dan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama 30 detik sambal menutup mata. Pasien dinyatakan
mengalami vertigo apabila tubuh berputar ke samping (arah sisi yang bermasalah).
 Tes head-thrust: Anda melihat hidung sendiri, dan ini akan membuat gerakan kepala cepat ke
samping dan mencari gerakan mata yang benar.
 Pada vertigo yang terjadi secara spontan, lakukan audiometri untuk menilai adanya gangguan
pendengaran, serta lakukan penilaian ada tidaknya gejala migraine atau gangguan psikiatri.
 Vertigo dengan gangguan pendengaran mengarah kepada diagnosis penyakit Meniere.
Pemeriksaan pencitraan juga perlu dilakukan untuk menilai ada tidaknya stroke atau transient
ischemic attack.
 Vertigo dengan migrain mengarah pada diagnosis migraine vestibular sedangkan gangguan
psikiatri yang dapat menyebabkan vertigo di antaranya adalah gangguan ansietas dan gangguan
somatoform

1. Pemeriksaan neurologis

 Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun
dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
 Nervus kranialis: pada vertigo vetibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus
kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,XX.
 Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
 Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
 Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi)
 Tes romberg :
Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada
mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler
atau proprioseptif.
 Tes romberg dipertajam (sharpen romberg): Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh,
kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu
sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
 Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh
ke satu sisi. Pada kelainan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
 Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur
lebih dari satu meter.
 Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke
arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
 Pemeriksaan kanalis auditorius, membran timpani juga harus dilakukan untuk menilai ataupun
untuk melihat adanya infeksi telinga tengah, malformasi ataupun adanya kolesteatom, dan fistula
perilimfatik.

Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa:

1. Tes Penglihatan

Dokter akan melakukan electronystagmography (tes dengan menggunakan elektrode)


atau videonystagmography (tes dengan menggunakan kamera kecil). Pemeriksaan tersebut bertujuan
untuk mendeteksi gangguan di telinga bagian dalam yang dapat menimbulkan kelainan pergerakan
bola mata.

2. Tes Pendengaran

Pada tes pendengaran, pasien akan diminta untuk mendengarkan suara yang diputar pada earphone,
dalam volume dan nada suara yang berbeda-beda. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan pada
telinga yang dapat menimbulkan gejala vertigo atau hilang pendengaran.

3. Tes Darah

Tes darah bertujuan untuk mengetahui kondisi sel darah pasien secara keseluruhan, mendeteksi
adanya infeksi, serta mengukur kadar gula darah di dalam tubuh

4. Posturography

Pada tes ini, pasien akan diminta berdiri pada alat khusus tanpa alas kaki, dengan mengenakan
perlengkapan keselamatan. Alat khusus tersebut akan menjalankan sebuah simulasi untuk mendeteksi
gangguan di bagian tubuh tertentu yang dapat memicu timbulnya vertigo.

5. Pemindaian

Pada kasus tertentu, dokter akan menyarankan pemindaian dengan CT scan atau MRI untuk
mendeteksi gangguan di otak.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk vertigo adalah pemeriksaan audiometri dan
pencitraan sistem saraf pusat berupa computerized tomography (CT) scan kepala atau magnetic
resonance imaging (MRI) otak.
Audiometri dilakukan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran pada pasien. Pemeriksaan
pencitraan hanya disarankan jika terdapat abnormalitas neurologis.

Untuk melihat adanya kecurigaan ke arah stroke, MRI lebih menjadi pilihan karena dapat memvisualisasi
serebelum dengan lebih baik dibandingkan CT scan. Bone window CT Scan dapat membantu
menegakkan diagnosis superior semicircular canal dehiscence syndrome.

DD

Diagnosis Banding

1. Stroke vertebrobasilar
2. Penyakit demielinisasi
3. Meniere disease
4. Neuritis vestibularis

TATALAKSANA

Pengobatan dapat berupa penanganan mandiri di rumah, penggunaan obat-obatan, dan tindakan medis
yang dilakukan oleh dokter. Pada banyak kasus, vertigo juga dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan apa pun.

Sejumlah obat digunakan untuk mengobati vertigo perifer, termasuk:

 antibiotik (untuk mengobati infeksi)


 antihistamin — misalnya, meclizine, cyclizine (Antivert)
 proklorperazin — untuk meredakan mual (antiemetic)
 benzodiazepin — obat kecemasan yang juga dapat meredakan gejala fisik vertigo
 a. Antikolinergik, ini merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan vertigo, dan
yang paling banyak digunakan adalah skopolamin dan homatropin. Kedua preparat tersebut dapat
juga digabungkan menjadi satu sediaan antivertigo. Antikolinergik ini bersifat sebagai vestibuler
supresan melalui reseptor muskarinik. Pemberian secara per-oral antikolinergik ini memberikan
efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama adalah gejala-gejala
penghambatan reseptor muskarinik sentral seperti: gangguan memori, dan kebingungan terutama
pada populasi lanjut usia, serta gejala-gejala penghambatan muskarinik perifer seperti: gangguan
visual, mulut kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.

 b. Antihistamin. Penghambat reseptor histamin-1 H-1 blocker saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo, dan di antaranya: diphenhidramin, siklizine,
dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.
 Mekanisme dari antihistamin sebagai vestibuler supresan tidak diketahui banyak, namun
diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki motion sickness. Efek sedasi merupakan
efek samping utama dari pemberian penghambat histamin-1 H1- blocker. Obat ini biasanya
diberikan secara per oral, dan dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam misalnya: siklisin
sampai 12 jam misalnya: meklosin

 c. Histaminergik. Obat ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, namun tidak di Amerika. Betahistin merupakan prekrusor histamin. Efek
antivertigo dari betahistin ini diperkirakan adanya efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada
mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian secara per oral,
betahistin ini diserap dengan baik, kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relatif jarang, termasuk diantaranya keluhan nyeri kepala dan mual.

 d. Antidopaminergik, biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada pasien dengan
gejala mirip vertigo. Sebagian besar antidopaminergik ini merupakan neuroleptik. Efek
antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti namun diperkirakan efek dari
antikolinergik dan antihistaminik H1 yang berpengaruh terhadap sistem vestibuler perifer. Lama
kerja dari neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 - 12 jam. beberapa antagonis dopamin digunakan
sebagai antiemetik seperti: domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari antagonis
dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang
berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal, misalnya diskinesia tardive, parkinsonisme, distonia
akut, dsb.

 e. Benzodiazepin , merupakan GABA modulator, yang akan berikatan pada tempat khusus pada
reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan melalui mekanisme sentral.
Namun seperti halnya obat-obat sedatif akan mempengaruhi kompensasi dari vestibuler. Efek
farmakologis utama dari benzodiazepin adalah efek sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan,
relaksasi otot, amnesia anterograd, serta efek antikonvulsan. Beberapa obat dari golongan ini
yang sering digunakan adalah: lorazepam, diazepam, clonazepam.

 f. Kalsium antagonis. Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat saluran kalsium di
dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat
saluran kalsium ini berfungsi sebagai vestibuler supresan. Flunarizin dan cinnarizin merupakan
penghambat saluran kalsium yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo, obat ini juga
digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai penghambat saluran kalsium, ternyata flunarizin
dan cinnarizin ini mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta efek sebagai antihistamin-1.

 Flunarizin dan Cinarizin dikonsumsi secara per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang
panjang, dan kadar mantap dapat tercapai setelah 2 bulan, namun kadar obat dalam darah masih
dapat terdeteksi dalam waktu 4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka
pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan.
Sedangkan efek jangka panjang pernah dilaporkan adanya keluhan depresi dan gejala
parkinsonisme. Namun, efek samping ini lebih banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)

 Dimenhidrinat lama kerja tini ialah 4–6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan
intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
 Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4–6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari.
 Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
o Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
o Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam
beberapa dosis.

2. Kalsium Antagonis

 Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75
mg sehari.

Penderita penyakit Meniere sering kali mengonsumsi obat yang disebut betahistine (Betaserc, Serc), yang
dapat membantu mengurangi tekanan akibat cairan di telinga bagian dalam dan meringankan gejala
penyakit.

Terapi rehabilitasi vestibular adalah pilihan pengobatan lain untuk vertigo perifer. Ini melibatkan kerja
sama dengan ahli terapi fisik untuk meningkatkan keseimbangan dengan membantu otak Anda belajar
mengimbangi masalah telinga bagian dalam.

Pembedahan dapat mengobati kasus vertigo yang parah dan persisten jika metode pengobatan lain tidak
berhasil. Operasi ini melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh telinga bagian dalam Anda.

Umumnya gejala vertigo dapat disembuhkan dengan obat-obatan maupun dengan terapi
repositioning, seperti canalith repositioning therapy dan terapi latihan vestibuler.

Ada banyak cara untuk mengobati vertigo perifer, seperti penggunaan obat-obatan, latihan, terapi, hingga
operasi. Hal ini tentu berdasarkan pada seberapa parah kondisi vertigo yang dialami pasien dan
penyebab yang mendasarinya.

Adapun cara pengobatan vertigo perifer yang dapat kamu lakukan, di antaranya:

 Minum obat-obatan sesuai anjuran dokter, seperti antibiotik, antihistamin, prokloperazin,


benzodiazepin, dan lain-lain
 Pada gangguan pendengaran atau penyakit Meniere akan memerlukan perawatan obat dan alat
bantu dengar khusus
 Latihan khusus, seperti manuver epley dan Brandt-Daroff untuk latihan pasien dengan
diagnosa BPPV
 Terapi rehabilitasi vestibular untuk meningkatkan keseimbangan dengan membantu otak
mengatasi masalah telinga bagian dalam
 Operasi atau pembedahan untuk mengatasi kondisi vertigo perifer yang parah dan persisten.
Operasi mengangkat sebagian atau seluruh telinga bagian dalam

Jika Anda didiagnosis BPPV, dokter Anda mungkin mengajari Anda manuver Epley dan latihan Brandt-
Daroff. Ini adalah latihan yang paling umum digunakan untuk mengobati vertigo, keduanya melibatkan
gerakan kepala dalam serangkaian tiga atau empat gerakan terpandu. Tetapi, latihan ini tidak disarankan
bagi orang yang memiliki masalah leher atau punggung.

Anda bisa melakukan latihan Brandt-Daroff di rumah. Ini adalah latihan yang paling umum digunakan
untuk mengobati vertigo. Dipercaya bahwa mereka dapat membantu memindahkan puing-puing penyebab
vertigo.

Untuk melakukan latihan Brandt-Daroff:

1. Duduklah di tepi tempat tidur Anda (dekat tengah) dengan kaki menggantung ke samping.
2. Berbaring miring ke kanan dan putar kepala ke arah langit-langit. Tahan posisi ini setidaknya
selama 30 detik. Jika merasa pusing, tahan posisi ini hingga hilang.
3. Kembali ke posisi tegak dan menatap lurus ke depan selama 30 detik.
4. Ulangi langkah kedua, kali ini di sisi kiri Anda.
5. Duduk tegak dan pandangan lurus ke depan selama 30 detik.

6. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta
dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.

1. Terapi Fisik

Ada dua jenis terapi fisik dalam pengobatan vertigo, yaitu canalith repositioning
maneuvers dan vestibular rehabilitation. Canalith repositioning maneuvers dilakukan untuk mengatasi
vertigo akibat BPPV. Terapi ini melibatkan gerakan pada bagian kepala dan tubuh yang bertujuan untuk
memindahkan kalsium keluar dari ruang telinga dalam sehingga bisa diserap oleh tubuh. Prosedur ini
sebaiknya dipandu oleh dokter atau terapis fisik. Benign paroxysmal positional vertigo atau yang dikenal
juga dengan BPPV terjadi karena kristal canalith yang meninggalkan utrikulus di telinga bagian dalam ke
kanal setengah lingkaran.

Hal ini dapat menyebabkan gejala vertigo, terutama saat kamu mengubah posisi kepala.

Prosedur ini dapat membantu menggeser kristal keluar dari saluran setengah lingkaran kembali ke
utrikulus tempatnya berada.
Vestibular rehabilitation adalah jenis terapi fisik yang bertujuan untuk memperkuat sistem vestibular
(telinga bagian dalam dan otak). Fungsinya yaitu mengirimkan sinyal tentang gerakan kepala dan tubuh
ke otak. Terapi fisik ini direkomendasikan jika Anda mengalami serangan vertigo berulang. Vestibular
rehabilitation bertujuan untuk melatih indra lainnya dalam tubuh untuk mengurangi gejala vertigo yang
dialami. Sistem vestibular berperan untuk menjaga keseimbangan, koordinasi, serta kontrol gerakan
tubuh. Rehabilitasi vestibular diperlukan oleh pasien dengan keluhan pusing dan kesulitan menjaga
keseimbangan. Fisioterapi yang diberikan akan membantu menguatkan sistem vestibular. Selain itu
metode rehabilitasi ini juga dapat memperkuat sistem indera lainnya agar dapat mengkompensasi ketika
serangan vertigo terjadi.

Epley Maneuver
 Gerakan ini juga dikenal sebagai canalith repositioning maneuverdan menjadi latihan yang
dipercaya efektif mengatasi BPPV. Contoh prosedur bila gangguan terjadi di telinga sisi kanan:

 Mulai dengan duduk di satu sisi ranjang kemudian kepala menengok 45 derajat ke arah kanan.
Posisikan sebuah bantal empuk yang akan berada tepat di bawah bahu dan punggung Anda ketika
tiduran sehingga kepala sedikit menggantung.
 Berbaring dengan cepat tanpa mengubah posisi kepala dan tunggu selama 30 detik
 Selanjutnya tengokkan kepala ke arah sebaliknya sebanyak 90 derajat dari posisi awal tanpa
mengangkat kepala ataupun tubuh. Tahan posisi selama 30 detik
 Ubah posisi kepala dan tubuh sehingga menghadap ke kiri sehingga wajah menghadap ke
ranjang. Tahan selama 30 detik kemudian angkat tubuh perlahan hingga posisi menjadi duduk di
samping ranjang
 Anda dapat mengulangi prosedur di atas hingga 3 kali sebelum tidur hingga pusing hilang selama
24 jam. Lakukan instruksi dengan arah terbalik bila sisi telinga kiri yang terkena
Semont Maneuver
 Contoh prosedur gerakan bila gangguan terjadi di sisi kanan

 Mulai dengan posisi duduk di bagian tengah ujung ranjang dengan kaki menggantung ke arah
lantai
 Arahkan kepala menengok ke kiri kemudian tiduran miring ke arah kanan dengan cepat sehingga
kepala mengarah ke langit-langit. Tahan selama 1 menit
 Kemudian bangun dengan cepat dan tiduran menyamping ke arah kiri tanpa mengubah posisi
kepala sehingga kepala menghadap lantai. Tahan kembali selama 1 menit
 Kembali duduk secara perlahan dan hadapkan kepala ke depan. Lakukan instruksi dengan arah
terbalik bila sisi telinga kiri yang terkena.
Brandt Daroff Exercise
 Mulai dengan posisi duduk di bagian tengah ujung ranjang dengan kaki menggantung ke arah
lantai
 Arahkan kepala menengok ke arah kiri semampu Anda kemudian berbaring menyamping dengan
cepat ke arah kanan. Tahan posisi selama 30 detik
 Duduk dan kembalikan posisi kepala menghadap depan.
 Lakukan prosedur yang sama ke arah sebaliknya
 Ulangi hingga sebanyak 5 kali dalam 1 set dan Anda dapat melakukannya sebanyak 3 set dalam
sehari. Disarankan untuk melakukannya 2 kali seminggu
1. Penggunaan Alat Bantu Dengar
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, vertigo perifer dapat membuat penderitanya mengalami
penurunan pada pendengaran.

Oleh karena itu, menggunakan alat bantu dengar dapat menjadi salah satu cara untuk meredakan
gejalanya.

2. Latihan Gerak
Terdapat sejumlah gerakan yang bisa membantu meredakan gejala vertigo perifer, seperti manuver Epley
dan Brandt-Daroff.

4
Pengobatan gangguan ini melibatkan reposisi kanalit seperti manuver Epley .

Reposisi canalith melibatkan serangkaian posisi kepala berputar yang membantu memindahkan kotoran
keluar dari saluran setengah lingkaran dan ke area lain di telinga Anda, sehingga gejala tidak akan terjadi
dan endapan dikembalikan ke tempat yang benar di saluran setengah lingkaran. . 4 Prosedur ini harus
dilakukan oleh seorang spesialis.

Untuk melakukan manuver Epley, kamu perlu meminta bantuan dokter atau tenaga medis profesional.
Sementara itu, Brandt-Daroff dapat kamu lakukan sendiri secara mandiri.

3. Fisioterapi
Fisioterapi mungkin diperlukan oleh penderita vertigo perifer berjenis vestibular neuronitis. Pengobatan
yang satu ini dapat membantu memperbaiki keseimbangan tubuh.

Selain itu, fisioterapis juga akan membantu otak untuk menyesuaikan respon dengan gangguan di telinga
bagian dalam.

4. Operasi
Untuk kasus vertigo perifer yang sudah parah, operasi dapat menjadi salah satu opsinya. Nantinya, dokter
akan mengangkat sebagian atau seluruh bagian telinga yang bermasalah. Tindakan operasi biasanya
dilakukan pada vertigo yang disebabkan oleh kondisi yang serius seperti tumor atau cedera kepala. Pada
kasus yang cukup jarang operasi dilakukan pada vertigo akibat BPPV yang tidak hilang dengan
pengobatan lainnya.

Jika gejala yang dialami tidak dapat ditangani dengan cara di atas, dokter dapat meresepkan obat-obatan
untuk membantu meredakan gejala, Obat-obatan dapat meliputi antihistamin dan antibiotik, yang dapat
membantu dalam mengobati infeksi bakteri. Obat ini juga dapat digunakan untuk meminimalkan gejala
umum yang terkait dengan vertigo seperti mual. Perlu diingat, obat-obatan di atas harus digunakan
dengan resep dokter dan sesuai anjuran dokter.

Karena vertigo dapat diperburuk oleh depresi dan kecemasan, terapi perilaku atau manajemen stres juga
dapat membantu. Dalam beberapa kasus, tindakan bedah bisa direkomendasikan, contohnya ketika
vertigo disebabkan oleh tumor atau cedera.

Ini adalah penyebab vertigo yang lebih sulit diobati, karena penyebabnya masih belum diketahui. Yang
diketahui, pada penyakit Meniere, cairan di telinga bagian dalam tidak seimbang sehingga menimbulkan
gejala vertigo. 3

Tidak ada obat untuk penyakit Meniere. Namun, pengobatan yang tepat untuk membantu memulihkan
keseimbangan cairan, seperti mengubah pola makan rendah garam dan menggunakan diuretik (pil air),
dapat membantu mengendalikan gejalanya. Pengobatan yang dapat membantu mencegah atau
meringankan gejala vertigo meliputi: 5

 Meklizin
 Benzodiazepin
 Patch skopolamin
 Suntikan antibiotik gentamisin atau steroid

Prosedur bedah untuk mengobati penyakit Meniere antara lain: 5

 Pengangkatan bagian telinga bagian dalam, berdasarkan gejalanya


 Pemotongan saraf vestibular sehingga informasi dari telinga bagian dalam tentang keseimbangan
tubuh tidak lagi tersedia di otak (prosedur ini tidak merusak pendengaran)

Tergantung pada tingkat keparahan vertigo Anda dan pengobatan yang Anda terima, penyedia layanan
kesehatan Anda mungkin merekomendasikan rehabilitasi vestibular (program berbasis olahraga untuk
mengurangi pusing dan meningkatkan keseimbangan) untuk Anda. 6 Program ini mengajarkan Anda
untuk bekerja dengan rasa keseimbangan yang berbeda sebagai cara untuk mengkompensasi masalah
yang disebabkan oleh penyakit Meniere.
Perubahan pola diet
Perubahan pada diet sehari-hari Anda dapat membantu mengurangi gejala dan frekuensi terjadinya
vertigo, terutama pada vertigo akibat meniere’s disease dengan mengurangi konsumsi garam serta
menghindari kafein, cokelat, alkohol dan rokok.
6. Tidur cukup
Bila Anda mengalami gejala vertigo untuk pertama kali, kemungkinan kekurangan tidur menjadi
penyebabnya. Dengan tidur yang cukup dan berkualitas, vertigo akan menghilang dengan sendirinya pada
banyak kasus.
7. Hidrasi cukup
Beberapa orang mengalami vertigo dalam keadaan dehidrasi. Perbanyak minum air putih dan
menghindari berada di lingkungan yang panas dapat menjadi solusinya.
8. Konsumsi vitamin D
Kekurangan vitamin D dipercaya dapat memperparah gejala vertigo yang disebabkan oleh BPPV. Satu
gelas susu atau jus jeruk terfortifikasi, konsumsi tuna kaleng, dan kuning telur dapat meningkatkan kadar
vitamin D dalam tubuh.

PENCEGAHAN

Untuk mencegah vertigo, hindari faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Sebagai
contoh, seseorang yang berisiko terkena stroke harus selalu menjaga kadar kolesterol dan tekanan
darahnya, serta menghentikan kebiasaan merokok.

Sementara itu, bagi orang yang sering berkendara atau berolahraga, pastikan untuk selalu memakai helm
atau alat pelindung khusus untuk menghindari risiko terjadinya cedera kepala.

Pada penderita vertigo, kekambuhan kondisi ini bisa dicegah dengan menghindari hal-hal berikut:

Untuk membantu meredakan gejala vertigo, pasien dapat melakukan hal-hal di bawah ini:

 Gerakkan kepala dan lakukan aktivitas secara perlahan


 Duduk atau berbaring saat gejala terjadi
 Hindari mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba
 disarankan tidur dengan posisi kepala yang nyaman dengan penopang.
 Jangan membaca tulisan apa pun saat gejala terjadi
 Hindari sinar yang terlalu terang
 Minum banyak air putih
 Hindari zat yang dapat memengaruhi aliran darah, seperti kafein, alkohol, dan rokok
 Menghindari gerakan jongkok, membungkuk, atau mendongakkan kepala secara cepat.
 istirahat sejenak dengan duduk di tepi kasur kemudian bangun perlahan saat anda hendak bangun
dari tempat tidur, demikian pula sebaliknya.
 pola hidup sehat, yaitu menjaga kadar gula darah pada lansia terutama penderita diabetes melitus,
awasi tekanan darah pada penderita hipertensi, hindari stress, hentikan merokok dan minuman
alkohol serta olahraga teratur untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
 Berbaring di ruangan gelap dan sunyi untuk mengurangi sensasi berputar.
 Segera duduk jika merasa pusing.
 Berjongkok alih-alih membungkuk saat mengambil sesuatu.
 Gunakan tongkat jalan jika kamu seperti merasa akan jatuh.

Selain itu, hindari aktivitas yang berisiko membahayakan diri, seperti berkendara, mengoperasikan alat
berat, atau berolahraga terlalu berat, setidaknya sampai 1 minggu setelah gejala mereda.

Selain itu, berdiri secara perlahan dan tidur dengan kepala disangga juga dapat membantu mencegah
vertigo kambuh.

 Melatih keseimbangan, misalnya lewat olahraga yang membutuhkan keseimbangan dan aktivitas
lain yang mengandalkan koordinasi mata, kepala, dan tubuh seperti menari
 Menerapkan prinsip dasar hidup sehat, seperti rutin berolahraga, makan makanan sehat, minum
cukup air putih, cukup istirahat, dan mengelola stres.

KOMPLIKASI
Sementara itu, tanda-tanda peringatan komplikasi serius meliputi:

 Vertigo yang muncul tiba-tiba tidak terpengaruh oleh perubahan posisi.


 Vertigo yang berhubungan dengan tanda-tanda neurologis seperti kurangnya koordinasi otot yang
parah atau kelemahan baru.
 Vertigo yang berhubungan dengan tuli dan tidak ada riwayat penyakit Meniere.

PROGNOSIS
Prognosis vertigo perifer seperti benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) relatif lebih baik
dibandingkan vertigo sentral. Vertigo yang dialami lansia dengan instabilitas dapat menyebabkan
komplikasi jatuh bahkan kematian.
Selain itu, vertigo juga dapat menyebabkan komplikasi berupa penurunan kualitas hidup akibat masalah
mobilitas dan ketidakmampuan untuk bekerja bagi penderitanya.

Anda mungkin juga menyukai