Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen Pembimbing :
Ns. Betie Febriana,M.Kep
Disusun Oleh :
Uchrizal Febby Millenniantary
30901800184

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri

B. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Menurut Nurarif.A.H dan Kusuma.H ( 2015 ) defisit
perawatan diri adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi atau aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.

C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut:
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
D. Tanda dan gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah:
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
E. Pathway

F. Komplikasi
Komplikasi dari Defisit Perawatan Diri menurut Damaiyanti, 2012 sebagai berikut :
1. Dampak Fisik.
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseoang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan baik, gangguan 12 fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan itegritas kulit, gangguan membrane mokusa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan

G. Terapi
1. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
a. Jangan memancing emosi klien.
b. Libatkan klien dengan kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
c. Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
d. Dengarkan, bantu, dan anjurkan klien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya.
2. Terapi Aktivitas Kelompok.
Befokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau altivitas
lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien
karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tungkah laku pada orang
lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan:
a. Manfaat perawatan diri.
b. Menjaga kebersihan diri.
c. Tata cara makan dan minum.
d. Tata cara eliminasi.
e. Tata cara berhias
3. Terapi Musik.
Dengan musik klien bisa terhibur rileks, dan bermain

H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000:32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit
perawatan diri yaitu:
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial

I. Rencana Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada pasien
a. SP 1
1) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3) Membantu pasien mempratekkan cara menjaga kebersihan diri.
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b. SP 2
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Menjelaskan cara makan yang baik
3) Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
c. SP 3
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3) Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal
d. SP 4
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Menjelaskan cara berdanda
3) Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Tindakan keperawatan dalam keluarga
a. SP 1
1) Memdiskusikan masalah yang dirasakan kekuarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis
defisit perawatan diri yang dialami pasien berserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
b. SP 2
1) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan defisit
perawatan diri
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit
perawatan diri
c. SP 3
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma.H., N. d. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC - NOC . Yogyakarta: MediAction.

Lilik Makrifaul, d. (2016). Teori dan Aplikasi Praktik Klinik - Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Edisi Pertama. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (RevisiI. Jakarta: DPP PPNI.

Stuart, W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier.

Yusuf, A. R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai