Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN EFEK SAMPING

PENGGUNAAN ALAT DAN OBAT


KONTRASEPSI
DI MASA PANDEMI COVID-19
PKM-SWB/
Nomor Dokumen
SOP-32

Nomor Revisi 01
SOP Tanggal Terbit
PEMERINTAH
PROVINSI DKI
JAKARTA Halaman 1/8

PUSKESMAS
KECAMATAN dr.Lusi Widiastuti,MKM
NIP.197405302006042016
SAWAH BESAR

1. Pengertian Penanganan efek samping penggunaan alat dan obat


kontrasepsi di masa Pandemi Covid-19 adalah penanganan
suatu dampak atau pengaruh yang merugikan dan tidak
diinginkan, yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan
atau intervensi lain akibat pemakaian alat dan obat kontrasepsi
di masa pandemi Covid-19.
1. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah – langkah
penatalaksanaan penanganan efek samping penggunaan alat
dan obat kontrasepsi dalam rangka peningkatan mutu dan
kinerja di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar di masa
pandemi Covid-19.
2. Kebijakan 1. Surat Edaran Kepala Puskesmas Nomor 1 Tahun 2020
tentang Pelayanan Kesehatan dalam Upaya Pencegahan
Penyebaran Virus Corona atau Covid-19 di Lingkungan
Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
2. Surat Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Sawah Besar Nomor 38 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Upaya Kesehatan Perseorangan di Masa
Pandemi Covid-19.
3. Referensi 1. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehtaan.
2. Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang tentang
Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Kebidanan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 / MENKES / 413 / 2020 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)
7. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK / MENKES /32 / I /2014 Tentang Pelaksanaan
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan.
8. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02 / II / 2518 / 2020 Tentang Pelayanan
Puskesmas di Era Tatanan Baru Dalam Pandemi Covid-19.
9. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
143 Tahun 2018 Tentang Tarif Pelayanan Pusat Kesehatan
Masyarakat.
10. Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 83 / SE / Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Berencana (KB) dan
Pelayanan KB Pasca Persalinan (KBPP) di Layanan
Primer.
11. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Tahun 2010 Tentang Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.
12. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Edisi 3 Tahun 2014
Tentang Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015
Tentang Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga
Berencana.

14. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 2/8
Tahun 2016 Tentang Pedoman Standarisasi Pelayanan
Keluarga Berencana.
15. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020
Tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada
Masa Pandemi Covid-19.
16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020
Tentang Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi Dalam Situasi Pandemi Covid-19.
17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020
Tentang Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dalam
Masa Pandemi Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan baru.
4. Alat dan Bahan 1. Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar
2. Alat Tulis Kantor
3. Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB (ABPK)
4. Lembar balik / leaflet / poster
5. Timbangan dewasa
6. Tensimeter dewasa
7. Alat pengukur tinggi badan
8. Alat pengukur Lila
9. Alat pengukur perut
10. Stetoskop
11. Termometer
12. Komputer
5. Prosedur / 1. Pasien datang langsung diarahkan untuk mencuci tangan
langkah-langkah
terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir
2. Pasien menuju lobby Puskesmas Kecamatan Sawah Besar
untuk dilakukan screening gejala Covid-19 dan pengecekan
identitas.
3. Pasien dilakukan pengecekan identitas oleh security dan
screening gejala Covid-19 oleh petugas screening.
a. Apabila ada gejala, maka pasien diarahkan ke unit
layanan ISPA untuk dilakukan pendaftaran,
pengobatan dan pelayanan KB.

b. Apabila tidak ada gejala, maka pasien diarahkan ke


pendaftaran non ISPA untuk dilakukan pendaftaran dan

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 3/8
pelayanan KB.
4. Pasien mendapatkan nomor antrian pendaftaran.
5. Pasien mendaftar ke unit pendaftaran.
6. Petugas rekam medis mengantarkan rekam medis pasien
baik ke unit layanan ISPA ataupun non ISPA.
7. Petugas di unit layanan ISPA ataupun petugas di nurse
station (Non ISPA) menerima rekam medis pasien.
8. Petugas di unit layanan ISPA ataupun petugas di nurse
station (Non ISPA) memanggil pasien sesuai antrian untuk
dilakukan pemeriksaan TTV (Tekanan darah, Nadi, Suhu
dan Pernafasan) serta pengukuran Antropometri (Tinggi
Badan, Berat Badan, Lingkar Perut, dan LILA).
9. Petugas nurse station mengantarkan rekam medis pasien
ke unit layanan KB (Keluarga Berencana).
10. Petugas di unit layanan KB ataupun di unit layanan ISPA
melakukan anamnesa tentang kebutuhan dan keluhan
pasien
11. Bila ditemukan keluhan antara lain:
a. KONDOM
1) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum
berhubungan),
Buang dan pakai kondom baru atau pakai
spermisida digabung kondom.
2) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina
saat berhubungan. Jika dicurigai ada kebocoran,
pertimbangkan pemberian Morning After Pill.
3) Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida)
Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat sangat
mengganggu dan bisa berbahaya. Jika keluhan
menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala
IMS, berikan kondom alami (produk hewani:lamb
skin atau gut) atau bantu klien memilih metode
kontrasepsi yang lain.
4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun
dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 4/8
pemakaian metode lain
b. PIL KB
1) Mual
Pil diminum bersama dengan makanan atau pada saat
akan tidur dapat mengurangi mual. Pemakaian obat
anti muntah sebelumnya juga akan menurunkan mual.
Pemakaian anti mual setelah rasa mual mulai muncul
tidak akan efektif.
2) Muntah
Jika klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil
ini, maka klien harus minum pil lagi. Tetapi klien tidak
boleh minum pil lebih dari dosis yang dianjurkan,
kerena kelebihan dosis ini tidak akan membuat metode
ini lebih efektif malah bisa meningkatkan rasa mual.
3) Haid tidak teratur atau perdarahan pervaginam
Pemberian Ibu profen 3x800 mg selama 5 hari,
pemberian NSAID. Bila pendarahan tidak berhenti
sarankan menggunakan metode kontrasepsi lain
4) Amenorea
Pemakaian kontrasepsi pil haid menjadi tidak teratur
dan bahkan tidak haid, Pastikan pil diminum setiap hari,
Pastikan peserta kontrasepsi tidak hamil
5) Spotting (perdarahan pervaginam yang tidak teratur)
Jika menstruasi terlambat sampai satu minggu, perlu
dilakukan tes kehamilan.
6) Payudara teraba keras,
Kompres hangat atau dingin, berikan Aspirin 500 mg,
ibu profen 400 mg, parasetamol 500-1000 mg
7) Perubahan Berat Badan
Evaluasi pola makan dan konsul gizi bila perlu
8) Perubahan mood dan aktivitas seksual
Lakukan konseling bila keluhan berlanjut sarankan
memilih kontrasepsi lain
9) Jerawat
Berikan pil dengan kombinasi lain jika ada atau

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 5/8
sarankan memilih kontrasepsi jenis lain
10). Gastritis
Jika diperlukan dapat diberikan antasida
c. SUNTIK KB
1) Haid irregular
Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan asmef
2x500 mg selama 5 hari atau valdexocib diberikan 1z40
mg selama 5 hari, dimulai sejak kondisi tersebut
terjadi.Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan
penyebab lain yang tidak berhubungan dengan
kontrasepsi
2) Nyeri kepala hebat
Pengobatan aspirin 500 mg, ibu profen 400 mg,
parasetamol 500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.
3) Menometroragia
Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan asmef
diberikan 3x500 mg selama 5 hari, atau veldexocib
diberikan 1x40 mg selama 5 hari atau ethhynyl estradiol
diberikan 1x50 mg selama 21 hari dimulai sejak kondisi
tersebut terjadi.Jika pendarahan mengancam kesehatan,
sarankan untuk mengganti metode kontrasepsi.
Sarankan untuk minum obat penambah zat besi untuk
mencegah anemia
4) Amenorea
Yakinkan klien jika kondisi ini tidak berbahaya
5) Kembung atau rasa tidak enak diperut
Pertimbangkan solusi yang tersedia secara local
6) Hematoma
Penanganan : Kompres dingin pada daerah yang
membiru selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi
kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi
hilang.
7) Perubahan berat badan
Penanganan : Diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan
untuk melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga
teratur,bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet tinggi

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 6/8
kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti cara
kontrasepsi non hormonal.
8) Perubahan mood dan aktivitas seksual
Lakukan konseling bila keluhan berlanjut sarankan
memilih kontrasepsi lain
d. IMPLANT
1) Amenorea
Amenorea dapat ditangani dengan :
 Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak
memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja
 Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat
implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain
 Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan
kehamilan, cabut implant dan jelaskan bahwa progestin
tidak berbahaya bagi janin.
 Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk.
Tidak ada gunanya memberikan obat hormon untuk
memancing timbulnya perdarahan.
2) Perdarahan bercak (spooting) ringan
Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan
terutama pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah
dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.
Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan
ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama
5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi
perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi
perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3 – 7 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga
diberikan 50 mg etilestradiol atau 1,25 mg estrogen
equin konjugasi untuk 14 – 21 hari
3) Nyeri pasca pemasangan dan pencabutan
Cek balutan pada lengan apakah terlau ketat, Aspirin
500 mg, ibuprofen 400 mg parasetamol 500-1000 mg

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 7/8
atau penghilang nyeri lainnya.
4) Menometroragia
Pengobatan jangka pendek, ibu profen diberikan 3x800
mg selama 5 hari, atau asmef diberikan 3x500 mg
selama 5 hari, Sarankan untuk meminum obat
penambah zat besi untuk mencegah anemia.
e. AKDR
1) Amenorea
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan
lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab
amenorea apabila dikehendaki.
Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas
AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari
13 minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila klien sedang
hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa
melepas AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan.
2) Haid Irreguler
Lakukan KONSELING (kondisi tersebut tidak berbahaya
dan akan berkurang / berhenti setelah setahun
pemasangan), Pengobatan jangka pendek NSAID
( ibuprofen 2 x 400mg selama 5 hari atau indometasin 2x
25 mg selama 5 hari ).Jika kondisi terus berlanjut
pertimbangkan penyebab lain
3) Menometroragia (Haid yang banyak dan panjang)
Lakukan KONSELING ( kondisi tersebut tidak berbahaya
dan biasanya akan berkurang/berhenti setelah beberapa
bulan), Pengobatan jangka pendek
 Asam traksenamat 3x 500mg selama 3 hari
selanjutnya 1x1000mg selama 2 hari dimulai sejak
perdarahan
 Anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti ibu profen
2 400mg selama 5 hari atau indometasin 2x25mg

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 8/8
selama 5 hari (kecuali aspirin),
 Saran untuk minum obat penambah darah, Jika
kondisi terus berlanjut pertimbangkan penyebab lain
4) Kram dan nyeri perut
biasanya dirasakan hari pertama dan kedua setelah
pemasangan IUD , biasanya terjadi 3-6 bulan setelah
pemakaian IUD (khusus pada saat haid) dan tidak
berbahaya, pemberian ibuprofen 400mg, paracetamol
500-1000mg (aspirin tidak dapat digunakan jika ada
perdarahan hebat)
5) Anemia
Waspada gejala anemia (Hb<9 g/dl atau hematokrit <30)
Terapi zat besi, Makanan yang mengandung zat besi.
6) Pasangan merasakan benang IUD pada saat senggama
Hal tersebut dapat terjadi bila benang dipotong terlalu
pendek. Bila tetap merasa terganggu :
 Benang dipotong lebih pendek sehingga benang tidak
keluar ke kanalis servikalis (klien tidak bisa merasakan
benang)
 Jika klien ingin tetap mengecek benang IUD
disarankan untuk memasang IUD baru (dipotong 3 cm
dari serviks)
7) Nyeri hebat di perut bagian bawah (curiga pelvic
inflammatory diseases)
 Beberapa gejala PID juga menyerupai gejala
kehamilan ektopik. Jika kehamilan ektopik tidak
terbukti, nilai sebagai PID dan berikan pengobatan
yang tepat atau rujuk
 Obati jika ada gonore, clamidia, dan infeksi bakteri
anaerob (sarankan penggunaan kondom untuk
sementara)
 Tidak perlu mencabut IUD jika klien tetap ingin
memakainya. Jika IUD ingin dicabut, lakukan setelah
pemberian antibiotik.
12. Memberikan konseling tentang efek samping penggunaaan

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 9/8
metode kontrasepsi
13. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila perlu)
14. Petugas melakukan tindakan medis (bila perlu)
15. Petugas melakukan konsultasi dengan dokter konsulen
untuk kondisi yang memerlukan therapi medis atau rujukan
internal.
16. Petugas memberikan konseling kepada pasien sebelum
pasien pulang dan memberikan informasi tentang jadwal
kunjungan ulang dengan membawa kartu peserta KB atau
kartu kunjungan serta dianjurkan untuk ke unit farmasi bila
diberikan resep atau therapy (bila perlu).
17. Selanjutnya pasien dipersilahkan untuk pulang.
18. Setelah pasien pulang, hasil pelayanan KB dicatat kedalam
register pelayanan KB, kohort KB dan di input ke dalam
ENA.
6. Diagram alir PASIEN
DATANG

SKRINING ISPA
TIDAK YA
(BATUK, PILEK,DEMAM,SESAK)

PENDAFTARAN NON ISPA (UNIT KB) PENDAFTARAN UNIT ISPA


(PASIEN LAMA/BARU) (PASIEN LAMA/BARU)

ANAMNESA
ANAMNESA
TTV DAN ANTROPOMETRI
TTV DAN ANTROPOMETRI
(POLI ISPA)
(NURSE STATION)
KKONSELING KB
PENGOBATAN
TIDAK ISPA
MELAKUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG (BILA PERLU)

YA
LABORATORIUM

HASIL DI UNIT KB/UNIT ISPA

TINDAKAN MEDIS

TIDAK YA
KIE PEMERIKSAAN INSPEKULO

KIE

RUJUK INTERNAL RUJUK DOKTER


UMUM
PENCATATAN/
DOKUMENTASI PENCATATAN/
PEMBERIAN THERAPI DOKUMENTASI

FARMASI

PASIEN PULANG
PULANGPULANG

7. Dokumen Terkait 1. Rekam Medis Pasien

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 10/8
2. K1 KB (Kartu Peserta KB)
3. Form resep
4. Form laboratorium
5. Form rujukan internal
6. Form umpan balik rujukan
7. Form KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
8. Register pelayanan KB
9. Kohort Usia Reproduksi
8. Unit terkait 1. Unit Pendaftaran + RM
2. Unit Layanan KB
3. Unit Layanan ISPA
4. Unit Laboratorium
5. Unit layanan Kesehatan Ibu
6. Unit Layanan Pemeriksaan Umum
7. Unit Layanan IMS
8. Unit Farmasi

10. Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.Terbit

No. Dokumen : PKM-SWB/SOP-22


No. Revisi : 01
Halaman : 11/8

Anda mungkin juga menyukai