Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIENPOST SECTIO CAESAREA


DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN RESIKO INFEKSI
DI RSUD dr. TJITROWARDOJO

KTI
Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Tugas Akhir Pada Program
Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:
NUR FAIDAH
P 1337420516157

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
Tahun 2019

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIENPOST SECTIO CAESAREA


DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN RESIKO INFEKSI
DI RSUD dr. TJITROWARDOJO

KTI
Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Tugas Akhir Pada Program
Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:
NUR FAIDAH
P 1337420516157

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
Tahun 2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, atas berkat rahmat dan hidayahNya

penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan

Klien Post Sectio Caesarea dengan Fokus Studi Pengelolaan Resiko Infeksi Di

RSUD dr. Tjitrowardojo.

Dalam pembuatan laporan kasus ini, penulis banyak menghadapi masalah

dan hambatan. Tetapi berkat bantuan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak

maka Laporan Kasus ini dapat dislesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Marsum, BE, S.Pd, MHP, Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi kasus khususnya dalam penyusunan laporan kasus.

2. Suharto, MN, Ketua Jurusan Keperawatan Semarang yang telah

memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan studi kasus

khususnya dalam penyusunan laporan kasus.

3. Hermani Triredjeki, S,Kep., Ns., M.Kes., Ketua Perwakilan Jurusan

Keperawatan Magelang yang telah memberikan izin dan kesempatan

untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan laporan kasus.

4. Lulut Handayani, S. Kep., Ns., M. Kes. Selaku dosen pembimbing I

penyusunan laporan kasus.

5. Wiwin Renny R. SST, S. Pd., M. Kes. Selaku dosen pembimbing II

penyusunan laporan kasus.

vi
6. Suyanta, S.Pd. S.Kep,.MA Selaku dosen penguji laporan kasus peminatan

maternitas.

7. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Pogram Studi DIII Keperawatan

Magelang.

8. Bapak Marodji, ibu Samiyah, Haryanto, S. IP, Yuda Devangga, Annisa

Puji Rahayu dan Gadis Ainur Rahayu selaku orang tua, suami dan anak-

anak yang selalu memberikan doa dan motivasi, dukungan moral dan

material untuk menyelesaikan laporan kasus ini.

9. Teman-teman di kelas Abiyasa yang telah bersama-sama berjuang dalam

menyelesaikan laporan kasus ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang

bersifat membangun sebagai masukan untuk melengkapi dan memperbaiki

laporan kasus ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat

memberikan kontribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.

Magelang, Maret 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i

HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5

1. Konsep Sectio Caesarea .............................................................. 5

2. Infeksi Luka Operasi .................................................................. 12

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan ........................................................ 17

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 24

B. Subyek Penelitian ............................................................................ 24

viii
C. Fokus Studi...................................................................................... 25

D. Definisi Operasional........................................................................ 25

E. Instrumen Penelitian........................................................................ 25

F. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 26

G. Lokasi Dan Waktu Penelitian.......................................................... 27

H. Analisis Data Dan Penyajian Data .................................................. 27

I. Etika Penelitian ............................................................................... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 29

B. Pembahasan ....................................................................................... 46

C. Keterbatasan ...................................................................................... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 59

B. Saran.................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Sectio Caesarea ........................................................ 11

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar bimbingan

Lampiran 2 : Informed consent

Lampiran 3 : Surat ijin studi pendahuluan dan pengambilan kasus dari RSUD

dr.Tjitrowardojo

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio Caesarea atau dikenal dengan persalinan caesar adalah tindakan

pembedahan yang dilakukan sebagai pilihan utama bagi tenaga medis untuk

menyelamatkan ibu dan janin . beberapa indikasi adalah karena gawat janin ,

Disporposi Chepalo Pelvik, Persalinan tak maju, Placenta Previa , Prolapsus tali

pusat, mal presentasi janin / letak lintang

Jumlah kasus kematian ibu di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016

sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian

ibu tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian angka kematian ibu

Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2016. (Profil Kesehatan Jateng 2016)

Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari

target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh

antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu

hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian

ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan postpartum. Penyebab ini

dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Caredilaksanakan dengan baik.

1
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil yang tidak sehat

antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita

diabetes, hipertensi, malaria, dan 4 terlalu (terlalu muda < 20 tahun, terlalu tua >

35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anak lebih dari 3).

Sebanyak 54,2/1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan

sementara perempuan yang melahirkan diatas 40 tahun sebanyak 207/1000

kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukan masih adanya umur

perkawinan pertama pada usia yang teramat muda (kurang dari 20 tahun)

sebanyak 46,7 % dari semua perempuan yang telah kawin. (Depkes RI 2015)

Perawatan klien post operasi Caesar harus sangat diperhatikan terutama

pada luka bekas incisi , karena jika klien tidak mendapat perawatan luka yang

baik , maka akan terjadi infeksi. Walaupun secara proses tindakan melalui fase

aseptik ,namun setelah klien dirumah sangat diperlukan perawatan yang aseptik

juga. Di Indonesia peningkatan angka bedah Caesar disertai dengan Infeksi pasca

bedah Caesar sekitar 90% dari morbiditas pasca operasi, disebabkan oleh Infeksi

luka opersi. ( DepKes RI 2013 )

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh pemerintah, praktik

operasi caesar di seluruh provinsi di Indonesia persentasenya sebesar 15,3 persen,

di atas standar yang dikeluarkan WHO. Data lain menunjukkan rumahsakit –

rumahsakit Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menunjukkan persentase bedah

caesar mencapai 27 persen.

WHO memperkirakan ada 3,18 juta praktik operasi sesar yang dibutuhkan,

dan hampir dua kali lipatnya, yakni 6,20 juta, merupakan praktik operasi sesar.

2
Negara-negara dengan angka operasi caesar di bawah 10 persen dikategorikan

sebagai "underused" karena dianggap belum punya akses terhadap fasilitas standar

persalinan. Sementara negara-negara dengan angka operasi caesar 10-15 persen

dianggap cukup atau "adequate", dan negara-negara dengan bedah persalinan di

atas 15 persen dikategorikan sebagai "overused". Penilaian WHO didasarkan pada

kekhawatiran bila bedah caesar akan dikomersialkan. Hal itu sayangnya kini

sudah terjadi di Indonesia.

Di Purworejo evaluasi terhadap jumlah kelahiran yang di selesaikan

dengan cara operasi caesar terdapat peningkatan tiap tahunnya. Di lihat dari daftar

pasien yang terregistrasi di ruang bersalin RSUD PURWOREJO. Dilihat dari data

tahun 2014 sekitar 225 persalinan dengan operasi caesar. Jumlah total persalinan

tahun 2017 , sekitar 30 % persalinan melalui operasi caesar. Kemudian di tahun

2018 meningkat lagi jumlahnya sekitar 649 persalinan. ( RSUD Purworejo )

Dari data di Puskesmas Pituruh tahun 2017 terdapat 20% dari pasien yang

melakukan control balutan post sectio caesarea , mengalam infeksi , dan terdapat

tanda-tanda mayor yaitu balutan basah , luka kemerahan , teraba panas dan nyeri

yang tak kunjung reda. Dari pengalaman tersebu tmaka perlunya edukasi dan

perawatan luka yang maksimal.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan perawatan luka Post Operasi Caesar pada klien

di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya resiko infeksi?

3
C. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien post operasi Caesardengan fokus studi Resiko

Infeksi . Dimulai dari pengkajian , merumuskan masalah dan menentukan

diagnosa keperawatan , menyusun rencana tindakan , sampai pada pelaksanaan

dan evaluasi hasil dari pelaksanaan tindakan.

D. Manfaat Penelitian

1. Masyarakat

Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam perawatan luka dan

memberikan motivasi untuk tetap menjaga kebersihan diri dalam mendukung

penyembuhan luka post operasi sectio caesarea. Apabila tidak mampu

mandiri agar tetap kontak tenaga medis dirumah dalam perawatan lukanya.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Sebagai sumber informasi dalam pelaksanaan perawatan luka pada

pasien resiko infeksi , terutama pada post Operasi Sectio Caesarea. Dalam

rangka peningkatan ilmu Pengetahuan tentang respon dan evaluasi hasil

asuhan keperawatan.

3. Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi perawatan luka

pada pasien yang berbeda, maka tiap individu itu adalah unik. Asuhan

keperawatan disesuaikan pada individu yang menderita. Maka kita akan bisa

menyesuaikannya, untuk memperoleh hasil yang maksimal.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Sectio Caesarea

a. Definisi

1) Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500

gram (Kasdu, 2009)

2) Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat

badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh

(Gulardi & Wiknjosastro, 2006)

3) Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

b. Jenis – jenisSectio Caesarea

1) Sectio caesaria transperitonealis profunda

Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di

segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik

melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:

a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.

b) Bahaya peritonitis tidak besar.

c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri

dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus

5
tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri

sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

2) Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea korporal

Pada sectio caesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,

pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan

apabila ada halangan untuk melakukan section caesaria

transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.

3) Sectio caesaria ekstra peritoneal

Section caesaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk

mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan

pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak

lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien

infeksi uterin berat.

4) Section caesaria Hysteroctomi

Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:

a) Atonia uteri

b) Plasenta accrete

c) Myoma uteri

d) Infeksi intra uteri berat

c. Etiologi

Manuaba (2010) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah

ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.

Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi

6
4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan

beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang

dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-

tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk

rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin

ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan

kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan

dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan

operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga

panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi

abnormal.

2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang

langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum

jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi

merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting

dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu

mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi

eklamsi.

7
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian

besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,

sedangkan di bawah 36 minggu.

4) Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini

karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih

tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara normal.

5) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang

tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

6) Kelainan Letak Janin

a) Kelainan pada letak kepala

(1) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada

pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya

kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau

mati, kerusakan dasar panggul.

8
(2) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian

kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang

terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

(3) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada

posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,

biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka

atau letak belakang kepala.

(4) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin

terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong

berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis

letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong

kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan

presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

d. Patofisiologi

Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi

dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang

masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,

disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.

Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang

setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum. Luka dari

9
insisi akan menjadi port de entris bagi kuman. Juga faktor adanya jaringan

terbuka itulah sehingga perlu perawatan yang lebih spesifikdantehnik

aseptic , baik terhadap lokasi luka post operasi, lingkungan , juga

diperlukan pengetahuan adanya tanda-tanda infeksi bagi keluarga dan

klien. Faktor pendukung padapenyembuhan luka adalah mobilisasi dan

mengaktifkan kembali otot agar tidak terjadi kontraktur, melancarkan

peredaran darah, dan mengembalikan fungsi awal.

Faktor risiko paling banyak dari operasi Caesar adalah akibat

tindakan anestesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi

berlangsung, komplikasi penyulit, endometritis (radang endrometrium),

tromblopebitis (pembekuan darah pembuluh balik), embolisme

(penyumbatan pembuluh dartah), paru-paru, dan pemulihan bentuk serta

letak rahim menjadi tidak sempurna. Sebuah penelitian yang dilakukan

terhadap 257.000 kelahiran Caesar di washington, amerika serikat dalam

rentang waktu antara tahun 1987-1996, menunjukan hasil yang cukup

mengejutkan. Sebanyak 3.149 ibu atau 1,2% diantaranya, dua bulan

kemudian ternyata harus kembalidirawat karena mengalami infeksi

pascabedah.

Komplikasi lain yang bisa bersifat ringan adalah kenaikan suhu

tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas,sedangkan komplikasi berat

seperti peritonitis (radang selaput perut), sepsis (reaksi umum disertai

demam karena kegiatan bakteri zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua

duanya) atau disebut juga terjadi infeksi puerperal. Infeksi pasca operasi

10
terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala infeksi

intrapartum atau ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap

kelainan itu. Misalnya persalinannya berlangsung lama, khususnya setelah

ketuban pecah telah diupayakan tindakan vaginal sebelumnya. (Kasdu,

Dini: 2006).

Gambar 2.1 Pathway Sectio Caesarea

Etiologi SC
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,
distosia serviks, dan malpresentasi janin

Tindakan SC

Post op SC

Post anestesi spinal Luka post op

Immobilisasi Jaringan terputus Jaringan terbuka

Intoleransi aktivitas Merangsang pengeluaran Resiko Infeksi


histamin dan
prostaglandin

Kelumpuhan sementara Nyeri post op


dan kelemahan fisik

Defisit perawatan diri Hambatan mobilitas


fisik

(Manuaba, 2010)

11
2. Infeksi Luka Operasi

a. Pengertian Infeksi Luka Operasi

Infeksi luka operasi (ILO) atau Surgical Site Infection (SSI) adalah

infeksi dimana organisme patogen berkembang atau bermultipikasi disuatu

luka opersai yang menyebabkan tanda dan gejala lokal seperti panas,

kemerahan,nyeri, dan bengkak dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi

(Sjamsuhidajat, Karnadihardja, Prasetyono, & Rudiman, 2010; National

Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health, 2008).

b. Penyebab Infeksi Luka Operasi

Bakteri penyebab terbanyakk ILO adalah flora normal kulit, yaitu

Staphylococcus aureus dan coagulase-negative Staphylococcus (seperti

Staphylococcus epidermis) (Bratzler et al.,2013, Nasution 2012). Bakteri

lain yang sering ditemukan pada isolat ILO adalah Pseudomonas sp, dan

Escherichia coli (Bereket et al 2012; Nasution 2012).

Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif yang dapat

ditemukan di usus dan kulit manusia. Bakteri ini merupakan penyebab

terbanyak infeksi nosokomial dan banyak terdapat di lingkungan rumah

sakit yang lembab. Bakteri patogen yang sering dijumpai dari spesies ini

adalah Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa merupakan

bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan pus hijau

kebiruan (Ryan & Ray, 2014; Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner,

2010).

12
Klebsiella sp. dan Escherichia coli merupakan bakteri

Enterobacteriaceae yang terdapat di traktus intestinal manusia. Selain

kedua bakteri ini, bakteri Enterobactericeae lain yang berpotensi

menyebabkan infeksi adalah Proteus sp. dan Enterobacter sp. (Ryan &

Ray, 2014). Pada penelitian Samuel tahun 2011, Proteus sp. dan

Enterobacter sp. juga didapatkan, tetapi tidak sebanyak Klebsiella sp.

(Samuel, 2013). Bakteri Enterobacteriaceae dapat menyebabkan infeksi

terhadap manusia apabila berpindah tempat dari habitat alaminya atau

pejamu mengalami penurunan imunitas (Brooks, Carroll, Butel, Morse, &

Mietzner, 2010).

c. Klasifikasi Luka Operasi

Luka operasiterbagi berdasarkan kontaminasi bakterinya, yang

terdiiri dari :

1) Operasi bersih

Luka operasi bersih adalah luka operasi yang tidak terinfeksi

dimana tidak tedapat inflamasi dan saluran pernafasan, pencernaan, dan

kemih atau genitalia tidak dibuka selama operasi. Biasanya luka operasi

bersih tertutup dan didrainase dengan drainase tertutup.

2) Luka operasi bersih terkontaminasi

Luka operasi bersih terkontaminasi adalah luka operasi dimana

saluran pernapasan, pencernaan dan kemih atau genitalia dibuka selama

operasi dan tanpa kontaminasi. Operasi usus buntu, saluran empedu,

13
vagina dan orofaring tanpa ada tanda infeksi termasuk dalam kategori

ini.

3) Luka operasi terkontaminasi

Luka operasi terkontaminasi adalah luka operasi yang tidak

terdapat tanda infeksi tetapi terdapat kontaminasi karena saluran

pernafasan, pencernaan dan kemih atau genetalia dibuka. Luka operasi

terbuka dan disengaja seperti operasi usus besar, operasi kulit, operasi

pijat jantung, dan sebagainya termasuk dalam kategori ini.

4) Luka operasi kotor atau terinfeksi

Luka operasi kotor atau terinfeksi adalah luka operasi dimana

luka terinfeksi akibat luka traumatis lama yang terjadi di daerah operasi

atau akibat keadaan klinis seperti perforasi atau abses. Infeksi yang

terjadi pada kategori ini disebabkan oleh mikroorganisme yang terdapat

dalam tubuh pasien sebelum tindakan operasi (CDC< 2016;

Sjamsuhidajat, Karnadihardja, Prasetyono & Rudiman 2010).

d. Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi

Infeksi luka operasi (ILO) dipengaruhi oleh dua faktor resiko, yaitu

faktor pasien dan faktor operasi. Faktor pasien yang meningkatkan risiko

ILO adalah status nutrisi, diabetes tidak terkontrol, merokok, obesitas

infeksi yang terjadi pada area selain area operasi sebelum operasi,

imunodefisiensi, kolonisasi bakteri, dan riwayat rawat inap lama sebelum

operasi (Wardoyo et al., 2014). Imunodefisiensi disebabkan oleh faktor

primer, yaitu kerusakan herediter yang berhubungan dengan perkembangan

14
imun dan faktor sekunder seperti infeksi, penuaan, imunosupresi,

autoimunitas, kanker atau kemoterapi (Kumar, Cotran, & Robbins 2007).

Sedangkan faktor operasi yang mempengaruhi terjadinya ILO adalah

persiapan sebelum operasi seperti cukur rambut atau persiapan kulit, lama

operasi, antibiotik profilaksis, sterilitas peralatan medis dan ruang operasi,

drainase pembedahan dan teknik operasi (Wardoyo et al.,2014).

e. Kriteria diagnosis infeksi luka operasi (ILO)

CDC Healthcare-Associated Infections (HAIs) membagi ILO

menjadi tiga, yaitu ILO superfisial, ILO insisi dalam dan ILO organ atau

rongga tubuh. Setiap kategori dibedakan berdasarkan letak luka operasi

(CDC, 2016).

Seseorang dikatakan mengalami ILO jika memiliki tiga kriteria

dibawah ini:

1) Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan operasi (hari

ke 1 adalah hari tindakan operasi dilakukan).

2) Luka terjadi pada :

a) Kulit atau jaringan subkutan dibawahnya (ILO superfisial).

b) Insisi jaringan lunak dalam yaitu fascia atau lapisan otot (ILO) insisi

dalam ).

c) Jaringan tubh yang lebih dalam dari lapisan otot (ILO organ atau

rongga tubuh).

3) Pasien setidaknya memiliki ILO satu kondisi dibawah ini :

15
a) Sekret purulen yang berasal dari insisi superfisial (ILO superfisial)

insisi dalam (ILO insisi dalam), atau drainase organ atau rongga

tubuh (ILO organ atau rongga tubuh).

b) Terdapat mikroorganisme pada spesimen yang diperoleh dari luka

operasi pada pemeriksaan kultur atau metode pemeriksaan

mikrobiologi lain yang bertujuan untuk diagnosis atau pengobatan.

c) Insisi sengaja dibuka oleh dokter bedah atau dokter lain dan

pemeriksaan kultur atau pemeriksaan mikrobiologi lain tidak

dilakukan dan pasien mengalami salah satu gejala inflamasi yaitu

nyeri , pembengkakan lokal eritema atau panas.

d) Dokter bedah atau dokter lain yang menangani pasien mendiagnosis

terjadi ILO superfisial insisi dalam autum organ atau rongga tubuh

f. Tata Laksana Infeksi Luka Operasi

Penatalaksanakan ILO tergantung jenis luka yang dialami pasien.

Penalaksanakan ILO superfisial adalah dengan membuka jahitan pada luka,

mendrainase pus, membuang jaringan yang sudah mati dan dibalut dengan

kassa steril. Pemeriksaan kultur perlu dilakukan sebelum memberikan

terapi antibiotik. Antibiotik diberikan jika pasien jika pasien mengalami

imunosupresif dan atau selulitis melebihi 2 cm dari tepi luka.

Penatalaksanaan ILO luka dalam dapat dilakukan dengan drainase perkutan

jika tidak ditemukan sumber infeksi yang berkelanjutan seperti perforasi

saluran pencernaan. Sumber infeksi seperti peforasi memerlukan tindakan

16
oprasi ekplorasi (Sjamsuhidajat, Karnadihardja,Prasetyono & Rudiman

2010).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Asuhan Keperawatan Klien Post Sectio Caesarea dengan Fokus Studi

Pengelolaan Risiko Infeksi

a. Pengkajian

1) Identitas klien

a) Nama

Mempermudah komunikasi dan menghindari salah identifikasi.

b) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan

klien.

c) Pendidikan

Mengetahui kemampuan dalam menerima informasi.

d) Pekerjaan

Sosial ekonomi dan lingkungan tempat kerja apakah potensial

menjadi kontaminan atau tidak.

e) Suku bangsa

Mengetahui adat istiadat, pada daerah tertentu adanya pantang

memakan yang berbau amis apabila menderita luka. Maka dari itu

harus diubah pengetahuannya.

17
f) Agama

Perawat bisa memberi motivasi sesuai kepercayaan, bahwa

kebersihan sebagian dari iman.

g) Alamat

Mempermudah mengetahui tempat tinggal dan lingkungan.

h) Identitas suami atau penanggung jawab

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah:

a) Keluhan Utama

Ditanyakan alasan klien datang dan keluhan-keluhannya.

b) Riwayat Kesehatan sekarang

Ditanyakan penyakit yang diderita dan pernah diderita baik akut

maupun kronis serta penyakit menular dan keturunan.

c) Riwayat menstruasi

Ditanyakan fisiologis reproduksi (usia menarche, siklus, lama

menstruasi, masalah-masalah menstruasi, perdarahan irreguler,

nyeri hebat, perdarahan sampai menggumpal selama menstruasi

dan lain-lain).

d) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi.

e) Riwayat penyakit dahulu dan operasi sebelumnya.

f) Riwayat kesehatan keluarga

Ditanyakan penyakit-penyakit dan masalah kesehatan dalam

keluarga.

18
3) Riwayat Obstetrik

Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, abortus, dan

anak hidup yang dimiliki saat periksa sekarang. Riwayat Obstetrik

menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah :

a) Paritas ibu hamil dituliskan G P A, yang artinya : G = jumlah

kehamilan sampai saat ini; P = jumlah kelahiran; A= abortus yang

pernah dialami. Selain G P A, dalam paritas ibu hamil juga ditulis

G T P A L, yang artinya : G = jumlah kehamilan sampai saat ini; T

= kehamilan term jumlah kehamilan cukup bulan; P = kehamilan

prematur; A = aborsi (jumlah aborsi spontan atau elektif); L =

living(jumlah anak hidup saat ini).

b) Penggunaan obat-obatan selama kehamilan, paparan penyakit dan

paparan toksin ditanyakan untuk mengetahui efek yang

ditimbulkan dari masalah-masalah tersebut.

c) Riwayat persalinan.

4) Kebutuhan Dasar Manusia

KebutuhanDasar Manusia menurut Fauziah dan Sutejo

(2012) adalah :

a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pengetahuan tentang keperawatan luka

b) Pola nutrisi atau metabolik

Intake makanan yang mendukung proses penyembuhan

c) Pola eliminasi, defekasi, dan miksi.

19
Apakah klien menggunakan alat bantu ( DC ) adakah tanda infeksi

dari saluran kemih, warna, bau dan tingkat kekeruhan.

d) Pola aktivitas dan latihan

Setelah operasi apakah ada gangguan mobilisasi dan fungsiolesa.

e) Pola tidur dan istirahat

Apakah nyeri yang sangat, sehingga mengganggu istirahat.,dan

menunjukkan tanda dolor.

f) Pola persepsual

Sensasi nyeri yang sangat ??.

g) Pola persepsi diri

Pandangan klien tentang perasaannya dengan adanya luka post

SC, kecemasan dan konsep diri.

h) Pola seksualitas dan reproduksi

Adanya keluhan nyeri di kemaluan atau lokasi sekitar uterus dan

dinding abdomen.

i) Pola peran dan hubungan

Komunikasi, hubungan dengan orang lain, adakah orang tertentu

yang paling dipercaya untuk mengungkapkan perasaannya.

j) Pola manajemen koping

.Klien dalam menghadapi keadaan post SC apakah menerima dan

berusaha untuk segera sembuh dari luka

k) Sistem nilai dan keyakinan

Pandangan klien tentang penyembuhan yang baik.

20
5) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut Yuli (2017) meliputi :

a) Keadaan umum

Kondisi klien saat pengkajian

b) Tingkat Kesadaran

c) Vital sign.

Adakah peningkatan yang abnormal

6) Pemeriksaan Head to toe

a) Abdomen : adanya luka bekas operasi seberapa lebar dan luas,

adakah tanda-tanda infeksi, luka bersih atau kotor, rembesan,

kemerahan.

b) Dada : adanya tarikan otot bantu pernafasan atau tidak , pada pasien

yang terkena infeksi dan peningkatan suhu maka akan terjadi

pernafasan cepat/ diatas normal.

c) Ekstermitas : pergerakan kaki normal atau tidak, simetris atau tidak,

ada gangguan atau tidak, setelahoperasi.

7) Data penunjang

Data penunjang pada klien post sectio caesarea

a) Elektrolit

b) Hemoglobin atau hematokrit dan jumlah leukosit.

c) Urinalisis

b. Diagnosa Keperawatan

DS: pasien mengatakan nyeri daerah luka

21
Nyeri saat aktifitas

DO : klien belum mampu duduk sendiri

Terdapat luka di abdomen bawah

Luka masih basah

Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (SDKI D.0142).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko infeksi dapat

teratasi.

Kriteria Hasil (NOC 1842):

Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.

c. Intervensi (NIC 3660)

1) Monitoring tanda-tanda vital.

2) Pantau tanda dan gejala infeksi.

3) Berikan lingkungan yang bersih kepada klien.

4) Ajarkan mobilisasi bertahap pada klien.

5) Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala munculnya infeksi dan

kapan harus lapor ke petugas kesehatan.

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti-inflamasi.

Rasionalisasi

1) Untuk mengetahui adanya perubahan tanda-tanda vital

2) Untuk mengetahui munculnya infeksi..

3) Untuk menghindari terjadinya infeksi.

4) Untuk mengaktifkan kembali fungsi awal jaringan

5) Untuk dapat meminimalisir infeksi yang parah.

22
6) Mencegah infeksi dengan terapi farmakologi.

d. Implementasi :

1) Memonitoring tanda-tanda vital

2) Memantau tanda dan gejala infeksi.

3) Memberikan lingkungan yang bersih kepada klien.

4) Mengajarkan mobilisasi bertahap pada klien.

5) Mengajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala munculnya infeksi

dan kapan harus lapor ke petugas kesehatan.

6) Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti-

inflamasi.

e. Evaluasi

Masalah keperawatan risiko infeksi dapat teratasi dengan cara menilai dan

membandingkan secara sistematis sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini adalah laporan studi kasus. studi kasus yaitu cara

atau teknik dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang dilakukan dengan cara

meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit yang

tunggal. studi kasus ini menggunakan metode deskriptif.

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan

keperawatan pada ibu post sectio caesarea yang beresiko terkena infeksi pasca

pembedahan di RSUD dr. Tjitowardojo Purworejo.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan post Sectio

Caesarea di RSUD dr. Tjitowardojo Purworejo pada bulan Maret Tahun 2019.

Adapun kriteria subyek dalam penelitian ini adalah :

1. Kriteria Inklusi

a. Klien post op SC yang bersedia menjadi responden.

b. Klien yang dirawat dengan keadaan kooperatif.

c. Klien post op SC dengan masalah luka post operasi.

2. Kriteria Eksklusi

a. Klien post SC dalam kondisi tidak sadar

b. Klien SC dengan gangguan jiwa

c. Klien post SC dengan perdarahan

24
C. Fokus Studi

Asuhan keperawatan pada klien post SC dengan fokus masalah resiko

infeksi.

D. Definisi Operasional

Persalinan dengan prosedur pembedahan dapat mengakibatkan luka

sayatan pada area yang dibedah. Karena terjadi sayatan pada dinding perut

(kulit, lemak, jaringan ikat) dan sayatan lainnya melalui rahim dan proses

penyembuhannnya tidak sempurna. Sehingga luka sayatan tersebut akan

menimbulkan resiko infeksi apabila tidak dirawat dengan baik.

Adapun tanda dan gejala luka yang beresiko infeksi diantaranya :

1. Luka tampak masih basah

2. Luka tampak kemerahan

E. Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format

pengkajian sampai pada evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari

anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi, dan studi dokumentasi.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan fisik yang

terdiri dari Stetoskop, Sphygmomanometer, Termometer, dan lembar

observasi.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Biofisiologis

Meliputi pemeriksaan fisik, antara lain:

25
a. Inspeksi: pemeriksaan dengan melihat secara visual dari kepala hingga

kaki.

b. Palpasi: pemeriksaan secara perabaan, pada pemeriksaan ini hanya

diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan, bagaimana

keadaan umum.

c. Perkusi: pemeriksaan dengan mengetuk bagian permukaan tubuh

tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainya.

d. Auskultasi: pmeriksaan dengan cara mendengarkan,

biasanyamenggunakan stetoskop

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Metode observasi ini instrumen

yang dapat digunakan, antara lain lembar observasi, panduan pengamatan

observasi atau lembar checklist (Hidayat, 2014). Observasi disini adalah

TTV, nyeri luka, rembesan dan perdarahan, cairan abnormal lainnya.

3. Wawancara

Menurut Hidayat (2014), bahwa wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang

diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung. Hal ini

digunakan untuk hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Kasus ini

wawancara dilakukan pada klien, keluarga, tenaga kesehatan, dan rekam

medis.

26
4. Dokumentasi

Dokumentasi dengan mengambil data yang berasal dari dokumen

rekam medis klien, hasil dari pengukuran, wawancara, dan observasi yang

dilakukan selama pengkajian.

G. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Tjitowardojo Purworejo. Waktu

penelitian studi kasus ini dimulai dari bulan Maret 2019. Waktu untuk studi

kasus selama 3 hari untuk partisipan 1 dan 3 hari untuk partisipan 2.

H. Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban

danobservasi oleh peneliti serta studi dokumentasi yang menghasilkan data

untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut.

Urutandalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi Data

27
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

I. Etika Penelitian

Sebelum melaksanakan studi kasus, peneliti memandang perlu

adanyarekomendasi pihak institusi pendidikan atau pihak lain dengan

mengajukanpermohonan izin kepada instansi tempat pelaksanaan studi kasus,

dalam hal ini RSUD Purworejo. Setelah mendapat persetujuan, studi kasus

dapat dilakukan dengan menekankana masalah etika studi kasus yang meliputi

1. Informed Consent (Lembar persetujuan responden)

2. Mencantumkan nama anonim pada lembar pengumpulan data

3. Menjaga kerahasiaan informasi pada hasil penelitian

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 4 Maret 2019

Pukul. 12.00 WIB didapatkan data sebagai berikut:

a) Klien 1

1) Identitas klien

Nama Ny.IMberusia 33 tahun merupakan ibu rumah tangga

yang berpendidikan SLTP ( Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ).

Lahir dari suku Jawa yang kental dengan aturan dan larangan pada

ibu selama dan setelah melahirkan,klien beragama Islam, begitu

juga keluarga beragama Islam,sekarang keluarga bertempat tinggal

di Girijoyo Rt. 001 Rw.001 Kecamatan Kemiri Kabupaten

Purworejo. Dengan seorang pendamping yaitu suami kedua dari

pasien,sang suami yang bernama Nur Cholik, umur 30tahun.

Bekerja sebagai buruh dan bertani.

2) Riwayat kesehatan

Masuk ke rumah sakit karena umur kehamilan lewat dari

perkiraan atau HPL.Rujukan dari puskesmas setempat ke poli

kandungan RSUD dr. Tjitrowardoyo. Klien tidak memiliki penyakit

akut ataupun kronis selama hamil. Klien mengalami menstruasi yang

29
pertama ( Menarche) atau umur pertama kali menstruasi pada usia 13

tahun,lama menstruasi 6 hari dengan siklus 30 hari, hari pertama

haid yang terakhir pada kehamilan ini 16 Mei 2018. HPL 23

Februari 2019. Klien telah mengikuti program KB, yaitu Pil KB

selama 2 tahun dilanjutkan dengan kontrasepsi suntik 3 bulan,

kemudian implant yang bertahan 2 tahun dikarekan alasan ingin

mempunyai anak. Status perkawinan ini adalah suami kedua,

kehamilan ini adalah anak ketiga dari suami kedua, namun anak ke 6

dari seluruh kehamilan. Klien belum pernah mengalami tindakan

operasi sebelumnya. Dari garis keturunan keluarga klien tidak ada

riwayat penyakit DM, Hipertensi, Jantung , ataupun Asma. Namun

mempunyai riwayat batuk lama pada masa diantara anak ketiga dan

ke empat, saat ini klien tidak ada keluhan batuk.

3) Riwayat obstetrik

Klien merupakan Ibu hamil yang mempunyai riwayat

obstetrik yaitu G6 P5 A0. Penggunaan obat selama hamil tidak

pernah, tablet tambah darahpun malas untuk mengkonsumsi.

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diharapkan dan

dinantikan , terutama oleh suami. Adapun riwayat persalinan yang

dialami klien yaitu pertama pada tahun 2004, dengan umur

kehamilan cukup bulan lahir normal secara spontan dirumah dengan

dukun, dan berat bayi 2500 gram. Kehamilan kedua klien dengan

suami pertama berjarak 1 tahun yaitu pada tahun 2005, lahir dirumah

30
dengan dukun secara spontan dengan berat lahir 3300gram,

kemudian kehamilan yang ketiga pada tahun 2009 lahir spontan

secara normal dirumah dan didampingi dukun bayi. Anak yang

ketiga ini mempunyai berat lahir 3500gram. Kemudian klien hamil

anak ke empat yaitu pada tahun 2014 lahir ditempat bidan setempat

secara spontan dengan berat bayi lahir 3500 gram. Dari keempat

kelahiran bayi Ny. IM berjenis kelamin laki-laki. Sehingga kelahiran

bayi perempuan sangat diinginkan keluarga dan Ibu, kemudian klien

hamil anak ke lima pada tahun 2017 yang lahir di tempat bidan

dengan berat 3500gram dan berjenis kelamin perempuan. Namun

suami kedua Ny.IM masih menginginkan anak 1 lagi, maka klien

hamil anak ke enam, kali ini kehamilannya bermasalah, yaitu

melewati masa kelahiran / HPL. Sehingga oleh puskesmas setempat

dirujuk ke poli kandungan RSUD dr. Tjitrowardojo. Pada kehamilan

ini klien melahirkan secara operasi / sectio caesarea, yang dilakukan

oleh dokter dengan berat bayi 3200gram. Berjenis kelamin laki-laki.

Selanjutnya suami dan pihak keluarga sepakat untuk melakukan

kontrasepsi mantap MOW.

4) Kebutuhan Dasar Manusia

Pada kebutuhan dasar pemeliharaan kesehatan pada umumnya

sudah baik, tetapi faktor batasan pendidikan mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang mendukung dalam pemeliharaan kesehatan

keluarga. Pola nutrisi dan metabolik kurang terjaga dengan baik,

31
terbukti adanya pantang makan lauk yang berbau amis, Hb kurang,

ASI lancar. Tidak ada keluhan mual, keringat dingin juga tidak. Pola

eliminasi klien tergantung pada pemasangan DC dikarenakan

tindakan persalinan melalui proses operasi, Sehingga masih bedrest.

Pagi sampai siang ini belum BAB, flatus juga belum. Aktifitas dan

latihan terganggu adanya luka post operasi yang terasa nyeri,

aktifitas sementara dibantu keluarga dan perawat. Istirahat pasien

terganggu adanya nyeri luka yang kadang timbul tidak terduga. Pola

perseptual klien baik, dari penglihatan, pendengaran, pengecap,dan

sensasi nyeri/rangsang. Pandangan klien tentang keadaannya masih

cemas akan adanya kesembuhan atau pemulihan dari luka. Karena

ini adalah pengalaman pertama klien melakukan persalinan secara

operasi. Hubungan keluarga dan tetangga baik, terlihat adanya

pengunjung hilir mudik dan penunggu lebih dari satu orang. Koping

terhadap stres baik dengan adanya dukungan keluarga besarnya.

Klien masih kurang dalam kegiatan keagamaan.

5) Pemeriksaan umum

Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis, saat

dikaji didapati tekanan darah 149/73 mmhg, suhu 37 derajat celcius,

nadi 88kali per menit, pernafasan 20 kali per menit. Pemeriksaan

lainnya, masih terdapat luka baru yang masih basah tertutup verban

sepanjang kurang lebih 10 cm,pada perut bagian bawah diatas

sympisis, klien mengatakan nyeri, terutama bila untuk aktifitas.

32
Daerah luka masih tampak kemerahan, dan basah karena luka baru,

ektremitas bergerak secara maksimal tanpa keluhan, namun belum

mampu duduk sendiri, anastesi sudah tidak bekerja sejak 1 jam yang

lalu, sakit mulai dirasakan klien pada daerah luka, yaitu pada perut

bagian bawah.

6) Data Penunjang

Data penunjang yang didapat dari laboratorium adalah paket

darah lengkap, hemoglobin 8,9 gr%, leukosit 7,7 haematokrit 27,

eritrosit 4,1 trombosit 376, MCV 66, MCH 19, MCHC 29,

Diff.count Netropil 70.40,limfosit 21.50,Monosit 6.00,Eosinofil

1.40,Basofil 0.70, Golongan darah B rhesus (+) HbsAG negatif.

Terapi yang diberikan dokter injeksi Cefotaxime 2 x 1gram/ 12jam

b) Klien 2

1) Identitas Klien

Pengkajian awal penulis dapatkan data klien dengan nama

Ny.S berusia 40 tahun yang sudah termasuk dalam golongan resti

dan disertai faktor resiko USG posisi janin oblique. Klien

menyelesaikan pendidikan hingga SLTP saja.Pekerjaan sehari-hari

adalah ibu rumah tangga, Suku Jawa dan beragama Islam.Yang saat

ini tinggal di Desa Kaliurip Rt.003 Rw. 002 Kecamatan Bener

Kabupaten Purworejo. Ny.S memiliki suami sebagai penanggung

jawab yang bernama Tn. Nasib P .berusia 42 tahun pekerjaan

33
sebagai buruh dan tinggal di Desa Kaliurip Rt.003 Rw. 002

Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan klien saat masuk Rumah Sakit perut mulai

kenceng-kenceng, gerakan janin berkurang, lendir darah positif,air

ketuban negatif, klien dirujuk dari puskesmas Bener. Klien

mempunyai riwayat sakit jantung. Menstruasi klien normal mulai

umur 12 tahun lama menstruasi 7 hari dengan siklus 30 hari, tidak

ada nyeri haid. Klien menggunakan kontrasepsi sebanyak tiga kali ,

yaitu suntik 3 bulanan pada tahun 2001-2003, kemudian ganti

kontrasepsi pil KB yang hanya bertahan satu tahun , kemudian

menggunakan IUD mulai anak ke 3 yaitu tahun 2006 sampai 2010,

dan setelah anak ke4 lahir juga menggunakan IUD/AKDR. Klien

belum pernah melakukan operasi sebelumnya. Riwayat perdarahan

post partum pada kelahiran anak ke tiga dengan persalinan ditolong

bidan setempat.Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular

atau keturunan seperti DM, hipertensi, asma, dan TBC.

3) Riwayat obstetrik

Ny. S adalah ibu hamil dengan paritas kehamilan G6 P5 A0.

Obat-obatan selama kehamilan tablet Fe dan asamfolat dari

puskesmas.Riwayat persalinan klien yang pertama tahun 2001 lahir

spontan dirumah dengan bantuan dukun bayi , berat bayi lahir

2700gram jenis kelamin laki-laki. Anak kedua lahir tahun 2004

34
dengan berat 1700 gram di rumah sakit dengan dokter, jenis kelamin

bayi perempuan. Selanjutnya anak ke tiga kelahiran dibantu bidan

secara spontan di rumah sakit dengan berat lahir 3400gram, bayi

perempuan dan terjadi perdarahan post partum. Kemudian hamil ke

empat yaitu pada tahun 2011 lahir dirumah dengan bantuan bidan

setempat, dengan berat lahir 3000gram berjenis kelamin laki-laki.

Anak kelima lahir di rumah dengan bantuan bidan pada tahun 2016

dengan berat lahir 3000gram berjenis kelamin laki-laki. Kehamilan

keenam adalah hamil ini usia kehamilan 40 minggu, dengan hasil

USG malposisi. Kelahiran secara operasi dengan berat lahir 3100

gram.

4) Kebutuhan Dasar Manusia

Persepsi dan pemeliharaan kesehatan pada umumnya baik

walaupun ada keterbatasan pengetahuan dari segi merawat luka.

Kebersihan diri dan lingkungan juga baik. Nutrisi Klien terpenuhi

ditandai dengan berat badan yang ideal, nafsu makan baik, variasi

makanan dari karbohidrat, buah dan sayur tercukupi. Tidak ada

pantangan untuk memakan lauk yang berbau amis pemeriksaan

Hb11,1 gram%. Pola eliminasi Klien dibantu melalui selang kateter.

Setelah Operasi belum BAB. Jumlah urin yang tertampung banyak

kurang lebih 1500 cc. Warna jernih, bau khas tidak ada perdarahan.

Aktifitas Klien masih terbatas di tempat tidur, namun sudah mampu

miring kanan dan kiri secara mandiri. Istirahat Klien tercukupi tidak

35
ada rasa nyeri yang mengganggu hanya bersifat nyeri ringan.

Persepsi Klien terhadap adanya luka setelah operasi tidak

menimbulkan kecemasan. Pola reproduksi baik ditandai tidak adanya

keluhan selama Hamil. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat

sekitar terlihat baik, dekat, dan adanya dukungan secara moril.

Sehingga Manajemen koping Klien sangat bagus didukung faktor

usia sudah cukup dewasa, sehingga mampu menerima keadaan dan

berusaha semaksimal mungkin untuk segera sembuh. Nilai

keyakinan terhadap kesembuhan luka sangat tinggi.

5) Pemeriksaan umum

Keadaan umum saat dikaji composmentis, GCS 15 , SPO2

99% dengan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmhg,

nadi 86 kali per menit. Suhu 36,5 derajad celcius, pernafasan 20 x

per menit. Dengan melalui pemeriksaan fisik dibagian abdomen

terdapat adanya luka bekas operasi sepanjang kurang lebih 15 cm

dan tertutup kain verban dan tidak terlihat rembesan cairan yang

abnormal. Sekitar luka terlihat bersih prognosis terhadap

kesembuhan baik. Didukung dengan pemeriksaan thorak tidak ada

tarikan otot bantu pernafasan, tidak ada pernafasan cepat. Hasil EKG

menunjukkan gambaran normal sinus rythm. Pada ekstremitas

bawah terlihat pergerakan normal, simetris, dan mampu melakukan

ROM aktif secara bertahap.

36
6) Data Penunjang

Adapun data penunjang dari hasil pemeriksaan laboratorium

yaitu hemoglobin sejumlah 11,1 leukosit 8,7 hematrokit 35 eritrosit

4,4 jumlah trombosit 230 MCV 78, MCH 25 MCHC 32 Diff Count

netropil 65,40, Limfosit 25,70 Monosit 5,90 Eosinofil 2,90 Basofil

0,10 terdeteksi golongan darah O dan pemeriksaan HBsAg

menunjukkan hasil negatif.

Terapi saat pengkajian, klien terpasang infus RL 24 tpm .

untuk mengobati dan mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri

didapatkan injeksi Cefazolin 2 x 1 gram, dan injeksi ketorolak 3 x 30

mili gram untuk meredakan rasa sakit.

2. Analisa data

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan , ditemukan data dari

kedua klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama dan signifikan

antara Ny. I.M dan Ny. S . Yaitu munculnya masalah perawatan luka post

sectio caesarea, lebih spesifik Resiko Infeksi . Maka dengan adanya

penelitian ini kesimpulan Asuhan Keperawatan pada Klien Post

Sectiocaesarea dengan Fokus Studi Pengelolaan Resiko Infeksi dapat diambil.

Adapun tanda dan gejala yang muncul yaitu,terdapat luka post operasi,

klien mengatakan nyeri pada daerah luka, luka masih basah, kemerahan,

gangguan aktifitas karena adanya luka ( fungsi gerak tubuh terganggu ) , klien

belum mampu duduk, miring masih susah, aktifitas yang lain, seperti mandi

,dan berjalan ke kamar mandi, klien belum mampu.

37
Perawatan luka adalah satu teknik yang harus dikuasai oleh Perawat.

Prinsip utama manajemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi karena

infeksi menghambat proses penyembuhan luka. Kedua klien merupakan ibu

rumah tangga yang hanya menyelesaikan pendidikan SLTP. Namun ada

sedikit perbedaan dari usia dan tingkat kedewasaan, walaupun sama-sama

gravida ke 6 Ny.S berusia 7 tahun lebih tua, sehingga koping terhadap stres

post operasi dan luka lebih bisa di tolerir, dengan perbedaan scala nyeri dan

kemampuan beraktifitas yang mulai dengan tanpa bantuan untuk miring

kanan dan kiri. Pada Ny.I.M sangat takut memulai aktifitas, tapi masih

menerima saran yang diajukan oleh perawat, dan berusaha melakukan

instruksi . Keyakinan klien untuk sembuh sangat tinggi.

3. Diagnosa Keperawatan

Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (SDKI

D.0142)

4. Intervensi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ,

resiko infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil ( NOC 1842 ):

Klien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi . Yaitu tanda – tanda

infeksi yang dapat muncul seperti kolor, dolor ,rubor, dan fungsiolesa .

a. Monitor tanda –tanda vital

Secara specifik infeksi bisa terdeteksi lebih awal dengan adanya

perubahan vital sign.

38
b. Pantau tanda dan gejala infeksi

Untuk mengetahui munculnya infeksi dari luka itu sendiri. Atau

munculnya cairan kehijauan yang disebut pus.

c. Berikan lingkungan yang bersih pada klien, dengan membatasi

pengunjung dan identifikasi yang kemungkinan bisa membawa infeksi

nosokomial ke klien.( CDC 2016 )

Untuk mengurangi paparan infeksi.

d. Ajarkan mobilisasi bertahap pada klien.

Untuk menghindari kontraktur, melancarkan aliran darah, dan

memulihkan fungsi awal seperti sebelum operasi.

e. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala munculnya infeksi

Untuk meminimalisir kejadian infeksi yang berhubungan dengan adanya

luka, dan kapan keluarga bisa menghubungi tempat pelayanan kesehatan.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.

Agar dapat mengurangi resiko infeksi dengan cara farmakologi.

Intervensi dilakukan selama 3x24 jam observasi dan asuhan

keperawatan serta motivasi dan edukasi bagi keluarga dan klien, agar bisa

mendukung dalam penanganan dan mengurangi faktor resiko infeksi . Karena

asuhan keperawatan ini penting bagi klien. Sehingga keterlibatan klien dalam

asuhan ini sangat diharapkan bantuannya dalam penyusunan perencanaan

keperawatan.

39
5. Implementasi

a. Klien 1

Hari pertama yaitu tanggal 4 maret 2019 pada pukul 14.00 WIB,

Ny.I.M sangat komunikatif, dan kooperatif saat dilakukan pengecekan

tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan, di dapatkan hasil tekanan darah

140/73 mmhg, suhu 37, nadi 88x/menit, pernafasan 20x/menit. Saat

diberikan motivasi mobilisasi dimulai dengan menggerakkan jari kaki,

menekuk lutut, mengangkat kaki sedikit , klien sudah mampu. Kemudian

perawat menjelaskan tentang infeksi, penyebab, tanda dan gejala, dan

kapan mulai mengunjungi tempat pelayanan kesehatan terdekat. Klien

mengerti dan mau bertanya tentang materi yang belum dipahami klien.

Dalam membatasi pengunjung masih sulit , hanya bisa diatur dengan cara

bergantian, sehingga udara dalam ruangan tidak begitu pengap dan terasa

lega. Implementasi berikutnya melakukan kolaborasi dengan

melaksanakan tindakan injeksi Cefotaxime 1 gram/12 jam.

Pada hari kedua tanggal 5 Maret 2019 pukul 15.00 WIB. Perawat

menanyakan kabar dan kondisi bayi klien, kemudian meminta ijin kepada

klien untuk memeriksa vital sign , klien menerima dan mempersilahkan,

hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah 130/80mmhg, nadi

92x/menit, suhu 36,8 derajat celcius, pernafasan 20x/menit. Kesimpulan

tanda-tanda vital dalam batas normal, nadi agak cepat dikarenakan bayi

semalam agak rewel, sehingga sering menyusui dan kurang tidur.

Observasi berikutnya tentang tanda infeksi yang muncul dengan

40
menanyakan adanya nyeri yang bertambah dari hari sebelumnya, apakah

terasa panas daerah luka, adanya fungsiolesa klien mengatakan tidak ada

tanda –tanda yang perawat sebutkan. Tentang pengetahuan infeksi

keluarga mengatakan sudah tahu tentang luka yang harus selalu dalam

keadaan bersih bebas dari kontaminasi. Saat dikaji lingkungan dan

pengunjung berkurang, klien sudah mampu duduk untuk memberi ASI.

Infus masih terpasang, tindakan selanjutnya memberikan antibiotik

melalui intra vena, yaitu injeksi Cefotaxim 1 gram.

Di hari ketiga implementasi dilaksanakan tanggal 6 Maret 2019,

pada pukul 09.00 WIB. Didapatkan tanda –tanda vital dalam kondisi

baik yaitu, tekanan darah :130/80mmhg, suhu 36 derajat celcius, nadi

84x/menit, pernafasan 18 kali/menit. Advis dokter pagi ini aff infus dan

douwer cateter, urin pagi sudah dibuang jam 08.00 WIB. Urin jam 09.00

WIB sebanyak 50cc. Aktifitas klien mulai pulih, dari berdiri dan berjalan

kekamar mandi sudah mampu, menyusui dan memangku bayinya dengan

kuat. Lingkungan dan kamar klien terlihat rapi dan bersih, pengunjung

sedikit. Dan kemudian saat dilakukan perawatan ganti verban luka terlihat

mengering, tidak ada kemerahan, tidak ada rembesan, tidak teraba panas,

fungsiolesa tidak terjadi, ditandai klien mampu duduk dan berdiri.

Pemberian antibiotik siang hari menggunakan obat oral cefadroxil 2x 1

capsul.

41
b. Klien 2

Pada hari pertama asuhan keperawatan klien yang bernama Ny. S,

didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pukul 16.00 WIB,

tekanan darah 110/78 mmhg, suhu 36,6 derajat celcius, nadi 78

kali/menit, pernafasan 20 kali/menit. Observasi tanda-tanda infeksi tidak

terlihat dari hasil vital sign. Dan terlihat saat klien dibimbing dalam

mobilisasi bertahap klien sudah mampu miring kanan dan miring

kiri.Keluarga dan klien sudah mengerti tanda dan gejala infeksi yang

dijelaskan oleh petugas . klien menerima injeksi yang diberikan yaitu

Cefazolin 1 gram melalui intra vena.

Observasi dan implementasi hari kedua tanggal 5 Maret 20019

pada pukul 16.00 WIB pemeriksaan vital sign mendapatkan hasil tekanan

darah 120/80 mmhg, nadi 80 kali permenit, suhu 36,2 derajat selsius,

pernafasan 20 kali permenit. Lokasi luka terlihat bersih, tidak terdapat

rembesan,kemerahan, dan tidak teraba panas. Jumlah pengunjung terbatas

dan penampilan bersih. Tidak terlihat pengunjung yang sedang sakit. Saat

mengajarkan mobilisasi duduk dan berpindah tempat klien melaksanakan

secara kooperatif dan tidak berkeluhan, duduk dan berdiri sudah mampu.

Pemberian injeksi kolaborasi dengan dokter pemberian Cefazolin 2 x 1

gram/12 jam.

Implementasi hari ketiga pada tanggal 6 Maret 2019 pada pukul

10.00 WIB. Hasil monitoring tanda –tanda vital tekanan darah dalam

kondisi stabil yaitu 120/80 mmhg, suhu 36,5 derajat celsius, nadi 80 kali

42
permenit, pernafasan 18 kali permenit. Pemantauan tanda –tanda infeksi

dari lokasi luka dilakukan dengan cara mengganti balutan luka. Luka

bersih, mulai mengering tidak ada rembesan nanah ataupun cairan

abnormal lainnya. Klien dan keluarga mengerti pentingnya perawatan

luka dan timbulnya tanda gejala infeksi dapat di antisipasi. Mobilisasi

klien sudah berangsur pulih seperti sediakala seperti sebelum operasi.

Berjalan dan berpindah lokasi , mandi dan toileting secara mandiri, infus

dan kateter sudah tidak terpasang. Kolaborasi pemberian antibiotik

diganti dari injeksi menjadi obat oral Cefadroxil 2 x 500mg.

6. Evaluasi

Klien 1

Evaluasi pertama setelah dilakukan asuhan keperawatan tanggal 4 maret

2019

S : klien mengatakan khawatir akan kesembuhan lukanya

Takut untuk bergerak

O : klien terlihat cemas

Tampak luka yang masih baru

TD: 140/73 mmhg, suhu 370C, nadi 88x/mnt, pernafasan 20x/mnt

A : Masalah resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

P : Lanjutkan intervensi

Evaluasi hari kedua tanggal 5 maret 2019

S : klien mengatakan nyeri luka mulai berkurang

Mengerti pentingnya mobilisasi dalam penyembuhan luka

43
O : klien terlihat duduk dan menyusui

Aktifitas masih terbatas di tempat tidur

Luka masih tertutup verban , tidak ada rembesan

Terpasang infus dan cateter

TD:130/80mmhg, suhu 36,80C, nadi92x/mnt, pernafasan 20x/mnt

A : masalah resiko infeksi belum teratasi

P : monitor vital sign, pantau tanda-infeksi,berikan lingkungan yang bersih,

ajarkan mobilisasi bertahap, edukasi klien tentang tanda dan gejala

infeksi, kolaborasi dokter pemberian antibiotik.

Evaluasi hari ketiga tanggal 6 maret 2019 pada pukul 12.00 WIB

S : klien mengatakan mampu ke kamar mandi sendiri

Tidak ada nyeri yang sangat pada luka

O : TD:130/80mmhg, suhu 360C , nadi 86x/mnt, pernafasan 18x/mnt

DC dan infus telahdilepas

Tidakterdapatkolor, dolor , rubor dan fungsiolesa pada luka operasi

Klien terlihatlebihbersihdansegarkarenasudahmandi

Obat injeksi telah diganti obat oral

A : masalah resiko infeksi telah teratasi

P : hentikan intervensi, lanjutkan persiapan klien pulang

Klien 2

S : klien mengatakan sudah flatus, nyeri luka mulai terasa

Miring kanan kiri sudah bisa dilakukan

O : klien terlihat sedang mobilisasi miring

44
Luka terlihat masih baru

TD: 110/78mmhg, suhu 36,60C, nadi 78x/mnt, pernafasan 20x/mnt

A : resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

P : lanjutkan intervensi

Evaluasi hari kedua pada tanggal 5 Maret 2019

S : klien mengatakan nyeri luka sudah berkurang

O : klien terlihat berpindah dan berdiri

Daerah luka terlihat bersih, tidak ada rembesan ,kemerahan, tidak teraba

panas, namun luka belum kering

TD: 120/80mmhg, suhu 36,20C, nadi 80x/mnt, pernafasan 20x/mnt

A : resiko infeksi belum teratasi

P : monitor tanda-tanda vital, pantau tanda dan gejala infeksi,

Ganti balutan luka untuk mengobservasi langsung, kolaborasi pemberian

antibiotik

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 6 Maret 2019

S : klien mengatakan sudah lebih sehat

O : klien mampu berdiri dan berjalan kekamar mandi

TD: 120/80mmhg, suhu 36,50C, nadi 80x/mnt, pernafasan 18x/mnt

Luka mulai mengering, tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Infus dan kateter telah dilepas

Obat injeksi telah digant obat oral

A : masalah resiko infeksi telah teratasi

P : hentikan intervensi, lakukan persiapan klien pulang

45
B.Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan klien

post sectio caesarea dengan fokus studi pengelolaan resiko infeksi di RSUD dr.

Tjitrowardojo di Kabupaten Purworejo. Pembahasan dimulai dengan pengkajian

analisa data, diagnosa keperawatan yang muncul, perencanaan tindakan atau

intervensi, pelaksanaan atau implementasi sampai dengan evaluasi yang terkait

dengan resiko infeksi pada klienpost sectio caesarea engan metode wawancara

langsung pasien dan keluarga disertai metode observasi.

Penulis melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi

dimulai tanggal 4 Maret 2019 sampai 6 Maret 2019. Penulis memperoleh data

pengkajian dari hasil wawancara langsung dengan klien, melakukan pemeriksaan

fisik dan kolaborasi dengan laboraturiun dalam melakukan pemeriksaan

penunjang.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019 jam 14.00

WIB, diperoleh data pemeriksaan tanda–tanda vital Ny.IM didapatkan

hasiltekanan darah 149/73mmhg. Pada Ny.S pemeriksaan tanda-tanda vital dalam

batas normal yaitu110/70mmhg. Karena adanya rasa cemas pada Ny.IM

mempengaruhi tekanan darah yang meningkat.

Setelah proses melahirkan penulis melakukan pengkajian aktivitas dan

latihan.Ny.IM dengan tingkat kecemasan klien yang meningkat akan

mempengaruhi bagaimana perkembangan mobilisasi dan aktifitas klien, seperti

46
takut bila bergerak. Seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur dibantu oleh ibu

dan adik iparnya. Ny.S mobilisasi dilakukan dengan baik dan bertahap sesuai

instruksi, karena secara koping dan dukungan keluarga menambah kekuatan Ny.

IM dalam melakukan mobilisasi. Sehingga mampu melakukan mobilisasi lebih

dini .

Dengan pendidikan yang sama antara kedua klien, selama proses

pengkajian. Tingkat komunikasi Klien Ny.S terlihat, tenang dan mudah mengerti

apa yang disampaikan petugas.Ny.IM saat dilakukan pengkajian komunikasi tidak

tertata dan masih bingung dengan keadaanya saat ini setelah selesai operasi. Rasa

takut terhadap kesembuhan luka diungkapkan oleh Ny. IM. Adanya dukungan

mental dan tingkat kedewasaan sangat mempengaruhi terhadap tingkat

komunikasi klien.

Ny.IM dengan latar belakang suku Jawa yang masih kental dengan adat

istiadat klien mempercayai pantang makan makanan yang berbau amis sehingga

menimbulkan nutrisi yang kurang baik, sedang Ny.S yang sama-sama suku jawa

namun tidak ada pantangan dan tidak mempercayai adat yang melarang makanan

berbau amis sehingga nutrisi Ny. S lebih baik.seperti disebutkan oleh Wardoyo (

2014 ) salah satu faktor resiko yang meningkatkan ILO adalah kecukupan nutrisi

. Apabila nutrisi kurang baik maka penyembuhan luka menjadi lambat, nutrisi

yang baik bagi penyembuhan luka adalah makanan yang mengandung protein

tinggi.Asupan nutrisi makan dan minum untuk Ny.IM sehari 3 x dengan menu

dari rumah sakit, namun masih pilih-pilih karena ada batasan adat yang dilarang

mengkonsumsi makanan yang berbau amis, namun nafsu makan baik tidak ada

47
mual dan muntah setelah operasi. Asupan nutrisi bagi Ny.S tercukupi dan terbagi

dalam makan sehari 3x .Cukup variatifadanya buah dan sayur, tidak ada adat atau

pantang makan , berat badan ideal .

Riwayat kehamilan klien, paritas persalinan dan abortus kedua klien

ditemukan kesamaan yaitu G6 P5 A0. Ny.S mempunyai riwayat perdarahan post

partum pada kelahiran bayi ketiganya, dan tertangani oleh dokter. Ny. IM tidak

mempunyai riwayat perdarahan dalam seluruh proses persalinannya

Dalam riwayat kesehatan Ny.IM pernah mengalami batuk lama pada

masa antara kehamilan ketiga dan keempat, perlu dikaji saat ini apakah ada

keluhan yang sama atau tidak, dan dinyatakan oleh klien bahwa saat ini sudah

tidak batuk. Kemudian pada Ny. S didapatkan riwayat sakit jantung yang masih

dipertanyakan keakuratannya, karena tidak ada data pendukung yang mengarah ke

penyakit tersebut, kemudian dokter memberi advis untuk dilakukan pemeriksaan

EKG di Rumah Sakit dan menunjukkan hasil Normal Sinus Rithm. Sehingga

dokter memutuskan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Namunselama

kehamilan ini Ny.IM malas mengkonsumsi tablet tambah darah. Sehingga

didapatkan haemoglobin yang rendah yaitu 8,9gr%.Konsumsi obat dari warung

juga tidak. Ny.S Mengkonsumsi tablet tambah darah dan asam folat dengan rutin.

Sehingga jumlah haemoglobin baik mencapai 11,1gr%.

Riwayat operasi sebelumnya baik Ny.IM ataupun Ny. S belum pernah

dilakukan tindakan operasi sebelumnya. Sehingga secara pengalaman perawatan

luka masih perlu bimbingan dan arahan perawat. Sedangkan riwayat penyakit

48
keluarga dan keturunan Ny.IM atau Ny.S tidak ada yang menderita penyakit

Jantung, DM , hipertensi, Asma dan lain-lain. Adanya pengkajian yang berfokus

pada kebersihan lingkungan juga penulis kaji. Menurut CDC ( 2016 ) bahwa

lingkungan adalah merupakan salah satu elemen dalam pemeliharaan pencegahan

infeksi. Lingkungan perawatan harus selalu terjaga kebersihannya, juga

lingkungan klien di dalam kamar perawatan. Dari itu perlu adanya bantuan para

petugas jaga, baik perawat ataupun bidan untuk memberikan informasi dalam

menjaga kebersihan dalam mendukung proses penyembuhan luka.

Pada pengkajian Pola eliminasi kedua klien pada saat ini menggunakan

alat bantu kateter untuk dapat mengatur dan memantau input output dan untuk

mengobservasi infeksi penyerta lain. Secara teori infeksi nosokomial bisa terjadi

karena adanya pemasangan alat-alat medis termasuk kateter. Seperti yang

disampaikan oleh Nugraheni ( 2012 ) bahwa infeksi yang timbul setelah pasien

mendapatkan perawatan di rumah sakit lebih dari 72 jam disebut dengan infeksi

nosokomial. Klien mengeluh ada sedikit rasa risih/ tidak nyaman karena adanya

benda asing. Dari hasil observasi jumlah urin yang tertampung banyak, warna

jernih, bau khas. Tidak terdapat kekeruhan yang mengindikasikan adanya tanda

infeksi.

Aktifitas hari pertama post operasi pada Ny. IM masih takut bergerak,

baru menggerakkan jari kaki dan menekuk perlahan, masih takut untuk mobilisasi

( miring kanan dan kiri ) ada rasa takut apakah bisa sembuh dari luka. Ny.S pada

hari pertama mampu mobilisasi mandiri miring kanan, miring kiri. Aktifitas

duduk, mandi, dan berpindah belum mampu. Sesuai penelitian yang dilakukan

49
oleh Yolanda Purnawati 2014, dinyatakan bahwa efektifitas mobilisasi dini akan

mempercepat proses penyembuhan luka sebesar 85,7 prosen angka keberhasilan.

Istirahat Ny. IM mengalami sedikit gangguan istirahat dikarenakan adanya

nyeri luka yang terkadang dirasakan. Namun pada dasarnya masih terpenuhi

dengan istirahat di siang hari. Pada Ny. S kompensasi terhadap nyeri baik,

sehingga timbul koping yang baik pula terhadap stres, yang otomatis tidak

mengganggu waktu istirahatnya.

Pola persepsi terhadap rangsang indra penglihatan, pendengaran, baik Ny.

IM maupun Ny. S dalam batas normal. Keduanya mampu melihat, mendengar ,

dan menjawab pertanyaan dari perawat. Rangsang nyeri juga dapat dirasakan,

yaitu nyeri luka operasi di perut bagian bawah.

Ny. IM dalam hubungan kekeluargaan baik , bertetangga dan

bermasyarakat baik pula, dengan adanya pengunjung yang silih berganti

menjenguknya.Ibunya sebagai tempat mencurahkan segala keluh kesah telah hadir

dan mendampingi. Ny.S juga baik dalam bermasyarakat dan kehidupan sosialnya.

Suami dan keluarga sangat mensupport. Klien percaya bahwa akan segera sembuh

dari sakitnya, penuh semangat demi anak yang baru dilahirkannya.

Kedua klien saat dikaji dalam kondisi kesadaran penuh (composmentis )

keadaan umum baik, Ny.IM karena adanya rasa cemas meningkatkan sirkulasi

tekanan darah didapatkan hasil 149/73mmhgsuhu 37, nadi 88x/menit, pernafasan

20x/menit. Pada Ny.S pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal

yaitu110/70 mmhgsuhu 36,6 derajat celcius, nadi 78 kali/menit, pernafasan 20

50
kali/menit.. Pada dinding perut bagian bawah terdapat bekas luka operasi

sepanjang kurang lebih 10 sentimeter. Yang tertutup kassa dan plester. Tidak

terdapat tanda-tanda infeksi lokal seperti panas, kemerahan, nyeri, dan bengkak.

Pada pemeriksaan dada terlihat pernafasan normal dan tidak ada tarikan otot bantu

, tidak ada pernafasan cuping. Pada kedua klien.

Hasil pemeriksaan laboratorium Ny.IM didapatkan haemoglobin 8,9g%

leukosit 7,7 dan mendapatkan suntikan antibiotik cefotaxim 2 x 1gram. Padaklien

2 ,Ny.S hasil haemoglobin 11.1g% leukosit 8,7 mendapatkan suntikan antibiotik

cefazolin 2 x 1 gram . menurut penjelasan Wardoyo ( 2014 ) faktor operasi yang

mempengaruhi terjadinya ILO adalah persiapan sebelum operasi salah satunya

pemberian antibiotik profilaksis. Dan dari hasil leukosit tidak didapatkan adanya

data dukung yang mengarah kepada infeksi.

Analisa data yang peneliti fokuskan pada adanya luka yang masih basah,

tampak kemerahan, adanya rasa nyeri yang timbul, nyeri saat aktifitas dan k;ien

belum mampu duduk sendiri. Maka penulis menetapkan diagnosa berdasarkan

pedoman SDKI D.0142 yaitu Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur

invasif .

Kriteria hasil yang diharapkan klien tidak menunjukkan tanda-tanda

infeksi sesuai NOC 1842 ) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kolor, dolor, rubor,

dan fungsiolesa. Adapun intervensi yang peneliti terapkan sesuai NIC 3660. Yaitu

memonitor tanda-tanda vital,untuk mengetahui perubahan tanda vital sebagai

51
tanda awal infeksi ( suhu ). Kemudian memantau tanda-tanda infeksi yang

langsung observasi pada daerah luka.untuk mengetahui munculnya kelainan dan

timbulnya infeksi. Memberikan lingkungan yang bersih kepada klien,baik dari

kamar, pengunjung, dan petugas. Untuk menghindari faktor resiko infeksi.

Intervensi selanjutnya mengajarkan mobilisasi bertahap pada klien guna

melancarkan aliran darah dan mencegah terjadinya kontraktur. Ajarkan kepada

klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi sehingga saat dirumah tahu

kapan keluarga bisa menghubungi pelayanan kesehatan . kolaborasi dengan dokter

perlu dilakukan dalam pemberian antibiotik, secara farmakologi bisa

mengantisipasi resiko terjadinya infeksi.

Implementasi penulis laksanakan selama 3 x pertemuan, pertemuan

pertama tanggal 4 maret 2019 pada pukul 14.00 WIB, asuhan keperawatan

kepada Ny.I.M sangat komunikatif, dan kooperatif saat dilakukan pengecekan

tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan, di dapatkan hasil : tekanan darah

140/73 mmhg, suhu 37, nadi 88x/menit, pernafasan 20x/menit. Motivasi

mobilisasi dimulai menggerakkan jari kaki, menekuk lutut, mengangkat kaki

sedikit. Asuhan keperawatan berikutnya menjelaskan tentang infeksi, penyebab,

tanda dan gejala, kapan mulai mengunjungi tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Dalam membatasi pengunjung masih sulit , hanya bisa diatur dengan cara

bergantian, sehingga udara dalam ruangan tidak begitu pengap dan terasa lega.

Melakukan tidakan injeksi Cefotaxime 1 gram/12 jam. Klien Ny.IM menerima

injeksi yang akan dilakukan.

52
Implementasi pada hari pertama asuhan keperawatan klien yang bernama

Ny. S, didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pukul 16.00 WIB,

tekanan darah 110/78 mmhg, suhu 36,6 derajat celcius, nadi 78 kali/menit,

pernafasan 20 kali/menit. Observasi tanda-tanda infeksi tidak terlihat dari hasil

vital sign. Dan terlihat saat klien dibimbing dalam mobilisasi bertahap klien sudah

mampu miring kanan dan miring kiri.Keluarga dan klien

maumendengaredukasitentang tanda dan gejala infeksi yang dijelaskan oleh

petugas . klien menerima injeksi yang diberikan yaitu Cefazolin 1 gram melalui

intra vena sebagai tindakan kolaborasi.

Pada pertemuan pertama asuhan keperawatan telah diambil data Ny. IM

adanya keterbatasan mobilisasi yang didukung rasa cemas terhadap penyembuhan

luka, kurangnya koping yang baik terhadap stres terbukti vital sign tekanan darah

yang meningkat. Pada klien 2, Ny.S kemampuan mobilisasi bertahap mampu

dilakukan tanpa bantuan yaitu miring kanan dan kiri. Koping yang bagus, adanya

dukungan moril pihak keluarga menjadi modal dasar bagi Ny.S untuk lebih

mandiri dan semangat untuk lekas sembuh.

Implementasi pada hari kedua tanggal 5 Maret 2019 pukul 15.00

WIB.Penulis menanyakan kabar dan kondisi bayi klien, kemudian ijin memeriksa

vital sign , klien menerima dan mempersilahkan, hasil pemeriksaan didapatkan

tekanan darah 130/80mmhg, nadi 92x/menit, suhu 36,8 derajat celcius, pernafasan

20x/menit.Kesimpulan dalam batas normal, nadi agak cepat dikarenakan bayi

semalam agak rewel, sehingga waktu malam sering terbangun untuk menyusui

dan menyebabkan kurang tidur. Menanyakan adanya nyeri yang bertambah dari

53
hari sebelumnya, apakah terasa panas daerah luka, adanya fungsiolesa dijawab

klien tidak ada tanda –tanda yang penulis sebutkan. Keluarga mengatakan sudah

tahu tentang luka yang bersih bebas dari kontaminasi setelah hari yang lalu

diberikan pengetahuan tentang infeksi. Pengunjung berkurang, klien sudah

mampu duduk untuk memberi ASI. Aktifitas terbatas, berjalan belum mampu

karena masih ada rasa nyeri daerah luka. Infus masih terpasang, penulis

memasukkan injeksi antibiotik melalui infus. Klien menerima tindakan injeksi.

Observasi dan implementasi hari kedua pada klien Ny.S tanggal 5 Maret

20019 pada pukul 16.00 WIB pemeriksaan vital sign mendapatkan hasil tekanan

darah 120/80 mmhg, nadi 80 kali permenit, suhu 36,2 derajat selsius, pernafasan

20 kali permenit. Observasi pada daerah luka terlihat bersih, tidak terdapat

rembesan,kemerahan, dan tidak teraba panas, klien mengatakan nyeri sudah

berkurang dari hari sebelumnya Jumlah pengunjung terbatas dan penampilan

bersih. Tidak terlihat pengunjung yang sedang sakit. Saat mengajarkan mobilisasi

duduk dan berpindah tempat klien melaksanakan secara kooperatif dan tidak

berkeluhan, duduk dan berdiri sudah mampu. Pemberian injeksi kolaborasi

dengan dokter pemberian Cefazolin 2 x 1 gram/12 jam masih dilanjutkan.

Pada hari kedua implementasi terlihat kecemasan pada klien Ny.IM sudah

berkurang, terlihat keterbatasan aktifitas belum memenuhi kriteria secara

maksimal, namun mampu memberikan ASI dengan cara duduk yag benar saja

sudah cukup baik, adanya buah hati telah menambah semangat klien untuk belajar

aktifitas seperti sediakala. Sehingga apabila mobilisasi terpenuhi maka peredaran

darah ke daerah luka semakin lancar. klien mengerti pentingnya nutrisi yang

54
mengandung protein harus lebih banyak dikonsumsi. Pengunjung belum bisa

dibatasi namun masuk secara bergantian. Pada klien kedua Ny. S didapatkan

tanda-tanda vital normal , makan minum baik, mobilisasi sesuai target hari kedua

yaitu berpindah dan berdiri sudah mampu, adanya batasan pengunjung terpenuhi.

Lingkungan klien bersih.

Di hari ketiga implementasi pada Ny.IM dilaksanakan tanggal 6 Maret

2019,pada pukul 09.00 WIB. Didapatkan hasil tanda –tanda vital dalam kondisi

baik yaitu, tekanan darah :130/80mmhg, suhu 36 derajat celcius, nadi 84x/menit,

pernafasan 18 kali/menit. Advis dokter pagi ini aff infus dan douwer cateter, urin

pagi sudah dibuang jam 08.00 WIB. Urin jam 09.00 WIB sebanyak 50cc.

Aktifitas klien mulai pulih, dari berdiri dan berjalan kekamar mandi sudah

mampu, menyusui dan memangku bayinya dengan kuat. Lingkungan dan kamar

klien terlihat rapi dan bersih, pengunjung sedikit. Saat dilakukan perawatan ganti

verban luka terlihat mengering, tidak ada kemerahan, tidak ada rembesan, tidak

teraba panas, fungsiolesa tidak terjadi, ditandai klien mampu duduk dan

berdiri,aktifitas ke kamar mandi secara mandiri. Pemberian antibiotik siang hari

menggunakan obat oral cefadroxil 2x 1 capsul.

Implementasi hari ketiga pada Ny.S tanggal 6 Maret 2019 pada pukul

10.00 WIB. Hasil monitoring tanda –tanda vital tekanan darah dalam kondisi

stabil yaitu 120/80 mmhg, suhu 36,5 derajat celsius, nadi 80 kali permenit,

pernafasan 18 kali permenit. Pemantauan tanda –tanda infeksi dari lokasi luka

dilakukan dengan cara mengganti balutan luka. Luka bersih, mulai mengering

tidak ada rembesan nanah ataupun cairan abnormal lainnya. Klien dan keluarga

55
mengerti pentingnya perawatan luka dan timbulnya tanda gejala infeksi dapat di

antisipasi lebih dini selama perawatan dirumah. Mobilisasi klien sudah berangsur

pulih seperti sediakala seperti sebelum operasi. Berjalan dan berpindah lokasi ,

mandi dan toileting secara mandiri, infus dan kateter sudah tidak terpasang.

Kolaborasi pemberian antibiotik diganti dari injeksi menjadi obat oral Cefadroxil

2 x 500mg.

Implementasi telah dilakukan selama 3 kali pertemuan, dengan observasi

dan monitoring bertahap kepada klien baik Ny.IM ataupun Ny.S telah mampu dan

mengerti tentang infeksi tanda-tandanya dan kapan waktu yang tepat untuk

menghubungi fasilitas kesehatan berikutnya. Mobilisasi pada klien berhasil secara

bertahap telah terpenuhi. Nutrisi selama perawatan disediakan oleh rumah sakit

dengan variasi menu lauk dan buah. Bekal pengetahuan dari perawatan diterima

klien dengan bijak.

Evaluasi pada hari pertama asuhan keperawatan telah diambil data Ny. IM

adanya keterbatasan mobilisasi yang didukung rasa cemas terhadap penyembuhan

luka, kurangnya koping yang baik terhadap stres terbukti vital sign tekanan darah

yang meningkat. Lingkungan perawatan,meja klien, terlihat makanan yang

berserakan dan tidak rapi. Ini bisa menimbulkan lalat atau serangga lain yang

menjadi agent mikroorganisme penyebab infeksi. Pada klien 2, Ny.S kemampuan

mobilisasi bertahap mampu dilakukan tanpa bantuan yaitu miring kanan dan kiri.

Koping yang bagus, adanya dukungan moril pihak keluarga menjadi modal dasar

bagi Ny.S untuk lebih mandiri dan semangat untuk lekas sembuh. Lingkungan

56
klien, meja, lemari tempat tidur terlihat rapi dan bersih, sangat mendukung dalam

proses penyembuhan luka. Yaitu berkurangnya paparan infeksi.

Evaluasi hari kedua terlihat kecemasan pada klien Ny.IM sudah

berkurang, terlihat keterbatasan aktifitas belum memenuhi kriteria secara

maksimal, namun mampu memberikan ASI dengan cara duduk yag benar saja

sudah cukup baik, adanya buah hati telah menambah semangat klien untuk belajar

aktifitas seperti sediakala. Sehingga apabila mobilisasi terpenuhi maka peredaran

darah ke daerah luka semakin lancar klien mengerti pentingnya nutrisi yang

mengandung protein harus lebih banyak dikonsumsi. Pengunjung belum bisa

dibatasi namun masuk secara bergantian. Pada klien kedua Ny. S didapatkan

tanda-tanda vital normal , makan minum baik, mobilisasi sesuai target hari kedua

yaitu berpindah dan berdiri sudah mampu, adanya batasan pengunjung terpenuhi.

Lingkungan klien bersih. Pada daerah luka tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Evaluasi hari ketiga telah dilakukan setelah selesai pada implementasi

selama 3 kali pertemuan dan tindakan asuhan keperawatan, dengan observasi dan

monitoring bertahap kepada klien baik Ny.IM ataupun Ny.S telah mampu dan

mengerti tentang infeksi tanda-tandanya dan kapan waktu yang tepat untuk

menghubungi fasilitas kesehatan berikutnya. Hasil observasi dari ganti balutan

luka tidak terdapat tanda-tanda infeksi baik pada klien 1 Ny.IM ataupun klien 2

Ny.S. Mobilisasi pada klien berhasil secara bertahap telah terpenuhi. Nutrisi

selama perawatan disediakan oleh rumah sakit dengan variasi menu lauk dan

buah. Bekal pengetahuan dari perawatan diterima klien dengan bijak. Obat –

obatan injeksi telah diganti dengan obat oral oleh dokter.

57
B. Keterbatasan

Keterbatasan atau hambatan yang penulis alami selama proses penyusunan

adalah keterbatasan waktu dalam pengambilan kasus serta pelaksanaan asuhan

keperawatan yang kurang maksimal. Waktu kami terbatas dan terbagi atas tugas

negara sebagai pegawai dan juga waktu dalam melaksanakan tugas pada semester

akhir yaitu praktek lapangan beserta tugas asuhan keperawatannya. Hambatan

penulis dalam observasi tidak bisa melakukan selama 24 jam penuh , sehingga

penulis melakukan kerja sama dengan pihak Rumah Sakit , terutama petugas jaga

di bangsal maternitas untuk memantau dan observasi secara langsung.

58
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Proses asuhan keperawatan yang penulis lakukan pada kedua klien

dengan masalah resiko infeksi selama proses pengkajian analisa data perencanaan

dan sampai pada proses implementasi, berakhir pada proses evaluasi dari kedua

klien. Dapat diambil kesimpulan adanya dukungan mental dan tingkat

kedewasaan sangat mempengaruhi proses asuhan keperawatan, berdasarkan fokus

studi yang peneliti ambil. Dari tingkat kecemasan klien juga mempengaruhi

bagaimana perkembangan mobilisasi dan aktifitas klien, seperti takut bila

bergerak, itu membuat proses penyembuhan lebih lama yaitu kurang lancarnya

aliran darah ke daerah luka.

Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut penulis mempunyai tujuan

supaya masalah tersebut teratasi dengan menyusun beberapa intervensi. Selama

proses pengelolaan kasus peneliti mempunyai kesempatan melakukan tindakan

yang berhubungan langsung dengan luka yaitu dengan melakukan ganti balutan

luka, dengan demikian proses observasi adanya tanda-tanda infeksi dapat dipantau

secara langsung. Selain itu pada pemeriksaan vital sign diperlukan sebagai data

dukung adanya perubahan sirkulasi yang menunjukkan infeksi selalu terpantau

dengan seksama. Karena peningkatan suhu , nadi dan pernafasan merupakan point

penting untuk mengkaji adanya tanda infeksi mayor. Laboratorium klinis

59
pemeriksaan darah otomatis juga dilakukan oleh Rumah Sakit untuk mengetahui

peningkatan leukosit.

Dan beberapa implementasi lainnya telah dilakukan oleh penulis demi

tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan intervensi yang tepat untuk klien

tidak hanya berdasarkan secara teori saja, tetapi juga disesuaikan dengan kondisi

klien serta dukungan dari keluarga dan lingkungan. Terutama untuk masalah

resiko infeksi dan masalah keperawatan yang lain , dapat teratasi sesuai waktu

yang telah ditentukan sehingga diperoleh pemulihan dan kesembuhan dengan

cepat.

Sruktur keluarga dan lingkungan baik penunggu ataupun para pengunjung

bisa memberi gambaran tingkat kesehatan dan pola kebersihan diri, kemampuan

merawat diri dan juga personal higiene klien dalam mendukung proses asuhan

keperawatan yang penulis fokuskan pada resiko infeksi. Alasan adanya batasan

pengunjung yang peneliti terapkan sebagai usaha meminimalisir kontak dengan

kontaminan dari luar. Sedangkan dari segi medis selama perawatan di rumah sakit

pencegahan infeksi dengan farmakologi harus diterapkan , baik berupa suntikan (

parenteral ) ataupun obat oral setelah kepulangan klien dari rumah sakit yang

perlu diprogram sebelumnya.

Hal ini terbukti bahwa klien sudah diperbolehkan pulang pada hari ketiga

perawatan post sectio caesarea. Dalam seluruh proses asuhan keperawatan peran

perawat menjadi kunci dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan pengelolaan

keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul terutama resiko infeksi .

60
Perawat dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam perawatan klien dengan

menyesuaikan kondisi dan keunikan individu masing-masing.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bisa digunakan sebagai tambahan referensi pada Asuhan

Keperawatan Klien Post Sectio Caesarea dengan fokus studi Resiko Infeksi.

2. Bagi Puskesmas Pituruh

Bagi puskesmas yang merupakan fasilitas pelayanan pertama di

masyarakat mampu mengidentifikasi lebih dini tentang tanda-tanda dan resiko

infeksi dirumah , dan melakukan pendekatan kepada keluarga yang baru selesai

masa perawatan luka operasi Sectio Caesarea dari rumah sakit, dengan

kunjungan rumah dan penyuluhan kesehatan lanjutan.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Ilmu yang didapat baik dari rumah sakit selama perawatan ataupun

pengalaman dalam ilmu pengetahuan sedikit berbeda dari sebelum operasi.

Keluarga diharapkan tahu pentingnya asupan nutrisi berupa makanan tinggi

protein untuk perbaikan dan pemulihan luka. Sehingga tidak didapatkan lagi

pantang makanan yang berbau amis, seperti yang umum dianut oleh

masyarakat Jawa . Dan minimal tahu apa dan bagaimana yang disebut infeksi .

61
4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan laporan kasus ini dapat digunakan sebagai pengalaman

langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Klien post sectio

caesarea dengan fokus studi Resiko Infeksi.

62
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah tahun 2016. Semarang:

Kementrian Kesehatan RI Tahun 2015. Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Renstra-2015 pdf-Adobe Reader:

Depkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. ((Online),

(http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-

profil-kesehatan.html.

Manuaba,IBG, dkk. 2010. Operasi Kebidanan Kandungan Dan KB. Jakarta:EGC

Kasdu, Dini. 2017. Operasi Caesar masalah dan solusinya. Jakarta : pustaka

pembangunan swadaya nusantara:

Gulardi H. Wiknjosastro. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Dinkes Jateng. 2010. Modul asuhan keperawatan post partum mata ajar

keperawatan maternitas. Semarang.

Boyle, Maureen. 2009. Pemulihan luka. Jakarta : EGC.

PPNI, Edisi I. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik. Jakarta.

Intansari Nurjanah (Eds.). 2016 Nursing Interventions Classification-Nursing

Outcomes Classification. Mocomedia Yogyakarta.


Jurnal PPNI Jateng, Jolanda purnawati “ Efektifitas Mobilisasi Dini pada Ibu post

partum Terhadap Percepatan Proses Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

“2014.

Sjamsuhidajat, Karnadiharja, Prasetyono, & Rudiman “ National Collaborating

Ccenter for Woman’s and Children’s Health “, 2010 .


LAMPIRAN
INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Nur Faidah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Post

Sectio Caesarea Dengan Fokus Studi Pengelolaan Resiko Infeksi Di Rsud Dr.

Tjitrowardojo”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Purworejo, ……… Maret 2019


Saksi Yang memberikan persetujuan

( ……………………………… ) ( ……………………………… )

Peneliti

( ……………………………… )

Anda mungkin juga menyukai