Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
Disusun oleh :
LELY KURNIAWATI
M23040008
Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan Diagnosa Medis
“STROKE NON HEMORAGIK” di Ruang Teratai RSUD Wonosari, telah diperiksa
oleh Pembimbing Klinik (Clinical Instructure) yang di sahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
1.1 Definisi
Marquis,dkk (2010).
hadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa seperti Non Hemoragik Stroke. Stroke non
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti ( wijaya & putri 2013 ). Dan
tanda klinis atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran
merupakan terhentinya aliran darah ke otak baik kanan maupun kiri karena
merupakan pusat komputer dari semua alat yang di tubuh yang mengatur
semua kegatan dan aktivitas tubuh.Otak merupakan bagian dari saraf sentral
selaput otak yang kuat. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram
menerima 1,5% curah jantung.Adapun secara garis besar anatomi dan fungsi
dipisahkan. Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak yang
mengisi lebih dari setengah masa otak. Permukaannya berasal dari bagian
yang menonjol (gyri) dan lekukan (sulci). Cerebrum dibagi dalam 4 lobus
yaitu:
a) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertnggung jawab
temperatur.
emosi.
itu terdiri dari jalur sensorikdan motorik dan berfungsi sebagai pusat
untuk refleks arteri danvisual. Saraf kranial III dan IV berasal dari otak
dua bagian otak kecil, dan antaramedula dan otak besar. Saraf kranial V
hingga VIII terhubung ke otak di pons. Pons berisi jalur motorik dan
sensorik. Porsi pons juga mengontrol jantung, pernapasan, dan tekanan
darah.
Berat serebelum lebih kurang 150 gram (85-9%) dari berat otak
1.3 Etiologi
akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak maka terjadi proses patologik
pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa
perubahan fungsi dan bentuk sel yang di ikuti dengan kerusakan fungsi dan
penggumpalan, yaitu:
1) StrokeNon Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan
embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
1.4 Patofisiologi
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia
otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, edema
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteri
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
Pada stroke iskemik terjadi akibat sumbatan atau penurunan aliran darah
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam.
trombosis.
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun kurang
dari 21 hari.
c) Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
d) Completed Stroke
lagi.
sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan
gangguansaraf sensorik.
kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri
dan afasia global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area
Broca, yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien
karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak pada lobus temporal.
mengungkapkan pembicaraan.
dan menelan.
pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus
IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup
Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk stoke, tim medis
perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami pasien dan area otak mana yang
tekena stroke. Ada beberapa test yang perlu dilakukan untuk menunjukkan
bahwa seserang terkena stroke, antara lain (Haryono & Utami, 2019):
1) Pemeriksaan fisik
dialami, kapan gejala mulai dirasakan, dan reaksi pasien terhadap gejala
apakah zat kimia darah tidak seimbang, atau apakah pasien mengalami
infeksi. Mengelola waktu pembekuan darah dan kadar gula serta bahan
3) Pemeriksaan CT scan
pembuluh darah pasien untuk melihat pembuluh darah di leher dan otak
pembuluh darah untuk melihat arteri dan vena dan menyoroti aliran darah.
5) USG karotis
di arteri karotid.
6) Angiogram serebral
7) Ekokardiogram
1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
pengisapan lendir.
2. Pemberian oksigen
cairan elektrolit.
b. Penatalaksanaan Medis
3. Pemberian antihipertensi
serebral (ADS)
memberatnya trombus
1.9 Komplikasi
serebral dan luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada
berkurang dan akan menimbulkan kematian jaringan otak (Bararah, & Jauhar,
2013). Komplikasi Stroke Menurut (Pudiastuti, 2011) pada pasien stroke yang
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak pengaruh dirawat dengan
3) Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna,
menimbulkan pneumoni.
4) Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang
5) Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan
2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
agama, suku bangsa, tanggaldan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya pada NHS bisa terjadi gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain serta adanya penurunan atau perubahan
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
6. Pemeriksaan Fisik
ditujukan pada gejala yang mungkin muncul pada kasus Non hemoragik
stroke.
a) B1 (Breathing)
kesadaran.
TIK yaitu peningkatan tekanan darah yang sering terjadi pada klien
stroke.
c) B3 (Brain/persarafan otak)
Kaji adanya keluhan nyeri kepala hebat, kaji status mental, tingkah
laku, gaya bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Kaji fungsi
d) B4 (Bladder/perkemihan)
e) B5 (Bowel/pencernaan)
muntah.
Kaji adanya dekubitus,warna kulit dan turgor kulit Pada kulit, jika
klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk
pemberian asuhan.
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
b) Fungsi Intelektual
begitu nyata.
c) Kemampuan Bahasa
rambutnya.
anggota gerak
TIK
- Tingkat kesadaran
3) Monitor status pernapasan
meningkat
4) Monitor intakedan outputcairan
- Gelisah menurun
Terapeutik
- Tekanan
1) Minimalkan stimulus dengan
intracranial
menyediakan lingkungan yang
menurun tenang
- Kesadaran membaik
- 2) Berikan posisi semifowler
Kolaborasi
osmosis
PemantauanNeurologis
Observasi :
3) Monitor tanda-tandavital
pengobatan.
Terapeutik
1) Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis, jika
perlu
2) Hindari aktivitas yang dapat
meningkatkan tekanan
intrakranial
Edukasi
hasil: Terapeutik
6) Berikan oksigen
Edukasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,mukolitik.
DukunganVentilasi
Observasi
1) Identifikasi adanyakelelahan
ototbantu napas
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan
napas
ataufowler
senyaman mungkin
kebutuhan
Edukasi
secaramandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator jikaperlu
menurun napas
Edukasi
pemantauan
Penghisapan JalanNapas
Observasi
penghisapan
konsistensi sekret
Terapeutik
penghisapan
meningkat mobilisasi
meningkatkan pergerakan
Edukasi
mobilisasi
dini
- Kemampuan Terapeutik
- Pemahaman berbicara
(Maghfuri, 2015).
2.5 Evaluasi
(Maghfuri, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, S. D., Maghfirah, S., & Verawati, M. (2019). Gambaran kepatuhan kontrol
pada pasien stroke. Health Sciences Journal, 3(2), 14–22.
https://doi.org/10.24269/hsj.v3i2.261
Dinkes Prov. Sulawesi Selatan. (2020). Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2019. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
http://dinkes.sulselprov.go.id
Hammad, Rizani, K., & Agisti, R. (2018). Tingkat kelelahan perawat di ruang
ICU. Dunia Keperawatan, 6(1), 27–33.
https://doi.org/10.20527/dk.v6i1.4957
Haryono, R., & Utami, M. P. S. (2019). Keperawatan medikal bedah 2. Pustaka Baru
Press.
Ikawati, Z., & Anurogo, D. (2018). Tata laksana terapi penyakit sistem syaraf pusat.
Bursa Ilmu.
Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2016). Stroke: cegah dan obati sendiri. Penebar
Plus.
Kemenkes RI. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id
Khotimah, N., Handayani, R. N., & Susanto, A. (2021). Asuhan keperawatan hambatan
mobilitas fisik pada Ny. S dengan stroke non hemoragik di ruang anggrek
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Seminar Nasional
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 1462–1467.
https://prosiding.uhb.ac.id/index.php/SNPPKM/article/view/850 LeMone, P.
(2016). Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC.
Maghfuri, A. (2015). Buku pintar keperawatan: konsep dan aplikasi. Trans Info
Media.