Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN CUPANG (Betta splendens) DALAM

MENURUNKAN JUMLAH JENTIK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DBD


DI DESA TALOK KECAMATAN TUREN

Marcelly Della Pangesti1), Yuyud Wahyudi2) Wahyu Dini Candra Susila3)


1
Program Studi S1 Keperawatan ITKM Widya Cipta Husada
Email corrsesponding author : marcellydella15@gmail.com
2
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) No.11 Kepanjen Malang www.stikeswch-malang.ac.id.

ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang di transmisikan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. WHO memperkirakan 100-400 juta terinfeksi dengue di dunia setiap
tahunnya. Saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah penyakit DBD, sehingga
diperlukan suatu pengendalian vektor, salah satunya adalah dengan pengendalian
biologis menggunakan ikan pemakan jentik. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
mengenai efektifitas pemberian ikan cupang (Betta splendens) dalam menurunkan
jumlah jentik sebagai upaya pencegahan DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas pemberian ikan cupang (Betta splendens) dalam menurunkan
jumlah jentik sebagai upaya pencegahan DBD di Desa Talok Kecamatan Turen.
Penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment dengan menggunakan rancangan
one group pre-post test design. Sampel penelitian 53 Kk. Hasil uji Validitas yang
dinilai oleh pakar didapatkan nilai 0,888888889 dan uji reabilitas dengan test-retest
didapatkan nilai 0,885, sehingga instrumen tersebut dikatakan valid dan reliabel.
Teknik analisa data menggunakan Uji Paired Sample T-Test dan Uji Independent T-
Test dengan hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah jentik sebelum dan
sesudah pemberian ikan cupang (Betta splendens) P-Value 0,000 (ɑ<0,05) dan
pemberian ikan cupang terbukti efektif dalam menurunkan jumlah jentik dengan rata-
rata 0,00 (92,89%).

Kata Kunci : Ikan Cupang (Betta splendens), Jumlah jentik, Pencegahan DBD.

ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus which is
transmitted by the bite of the Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. WHO
estimates that 100-400 million are infected with dengue in the world each year.
Currently there is no vaccine available to prevent dengue fever, so a vector control is
needed, one of which is biological control using larvae-eating fish. Therefore, a study
was conducted on the effectiveness of giving betta fish (Betta splendens) in reducing the
number of larvae as an effort to prevent DHF. The purpose of this study was to
determine the effectiveness of giving Betta fish (Betta splendens) in reducing the
number of larvae as an effort to prevent DHF in Talok Village, Turen District. Type of
research used is a Quasy Experiment using a one group pre-post test design. Research
sample 53 Kk. The results of the validity test which were assessed by the experts
obtained a value of 0.888888889 and the reliability test with test-retest obtained a
value of 0.885, so that the instrument is said to be valid and reliable. The data analysis
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)
technique used the Paired Sample T-Test and the Independent T-Test with the results
showing that there was a difference in the number of larvae before and after giving
Betta fish (Betta splendens) P-Value 0.000 (ɑ<0.05) and giving betta fish proved
effective in reducing the number of larvae with an average of 0.00 (92.89%).

Keywords: Betta fish (Betta splendens), Amount of larvae, Dengue prevention efforts.

PENDAHULUAN Angka Bebas Jentik (ABJ). ABJ


Menurut Kemenkes Republik Indonesia merupakan prosentase rumah atau
terbaru (2020) Demam Berdarah Dengue tempat-tempat umum yang tidak
(DBD) atau dengue hemorrhagic fever (DHF) ditemukan jentik. ABJ didapatkan dari
merupakan penyakit demam akut dengan rekapitulasi hasil pemerikasaan jentik
etiologi berupa virus dengue, yang masuk ke rutin. Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan
dalam peredaran darah dengan jalur masuk penularan DBD dapat dicegah atau
berupa gigitan nyamuk Aedes aegypti atau dikurangi (Kemenkes RI, 2021).
Aedes albopictus. Jawa Timur merupakan Pemberantasan jentik dapat
Provinsi ke 3 setelah Jawa Barat (15.372 dilakukan dengan tiga cara, secara fisik,
kasus), Bali (9.330 kasus), Jawa Timur (7.248 kimia, dan biologi. Pengendalian secara
kasus). Di Jawa Timur wilayah yang fisik dikenal dengan 3M plus yaitu
menduduki peringkat pertama yaitu menguras, menutup tempat
Kabupaten Malang dengan jumlah kasus DBD penampungan air, dan mengubur barang
pada tahun 2019 yaitu sebesar 791 penderita bekas, serta ditambah dengan program
dan tahun 2020 sebanyak 1.265 penderita larvasidasi dan melaksanakan kegiatan
(Kemenkes, 2020). gerakan satu jentik satu rumah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang Pengendalian jentik secara kimia adalah
dilakukan oleh peneliti kepada warga Desa dengan memberantas jentik
Talok, walaupun telah dilakukan berbagai menggunakan insektisida pembasmi
upaya preventif masih di dapat beberapa jentik atau dikenal dengan larvasida.
permasalahan yang terkait dengan Pengendalian jentik secara biologi yaitu
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Desa dengan pemeliharaan ikan pemakan
Talok yaitu penampungan air di setiap rumah jentik (Kemenkes RI, 2020).
warga yang tidak tertutup rapat sehingga Pemanfaatan ikan sebagai predator
nyamuk dapat keluar masuk dan berkembang alami larva nyamuk adalah salah satu
biak, karena kebiasaan hidup warga dalam cara pengendalian secara biologi yang
pencegahan DBD masih kurang baik serta mudah untuk dilakukan oleh
kurangnya fasilitas untuk pencegahan DBD, masyarakat. Ikan pemakan jentik dapat
kurangya untuk menguras tempat diterapkan di tempat penampungan air
penampungan air dan pada lingkungan warga warga tanpa dilakukan pengurasan.
banyak ditemukan barang-barang bekas yang Pengendalian biologi dengan
tidak dikubur sehingga memungkinkan tempat pemanfaatan ikan pemakan jentik di
perkembangbiakan nyamuk. Serta upaya yang tempat penampungan air relatif aman,
dilakukan dari desa yaitu kegiatan dalam karena tidak mengandung bahan kimia
bentuk fogging serta pemberian pendidikan yang berbahaya bagi kesehatan sehingga
tentang pencegahan dan penanggulangan DBD dapat dijadikan salah satu pilihan
di masyarakat yang diberikan oleh perangkat alternatif dalam pemberantasan vektor
desa dan perawat, akan tetapi dalam kegiatan penyakit DBD. Ikan Guppy (Poecilia
fogging dan mengobservasi keberadaan jentik reticulata), Ikan Cupang (Betta
tidak dilaksanakan secara rutin. splendens), Ikan Cere (Gambusia affnis),
Keberhasilan pemberantasan sarang Ikan Nila (Oreochromis niloticus), dan
nyamuk (PSN) dapat diukur dengan Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan

78
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

ikan yang dapat memakan jentik berjudul “Efektifitas Pemberian Ikan


nyamuk (Kemenkes RI, 2020). Cupang (Betta splendens) dalam
Berdasarkan penelitian (Sari and Menurunkan Jumlah Jentik Sebagai
Novela, 2020) yang melakukan Upaya Pencegahan DBD di Desa Talok
penelitian dengan 2 metode yaitu Kecamatan Turen Kabupaten Malang.”
laboratorium dan lapangan yang
menunjukkan tentang kekuatan makan METODE PENELITIAN
jentik antara Ikan Guppy (Poecilia Jenis dan Rencana Penelitian
reticulata), Ikan Mas (Cyprinus carpio), Jenis penelitian yang digunakan adalah
Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Ikan Quasy Experiment dengan menggunakan
Cupang (Betta splendens), Ikan Kepala Control Time Series Design dengan
Timah (Aplocheilus panchax), Ikan tujuan untuk mengetahui efektifitas
Larvavour, dan Ikan Beunteur (Rasbora pemberian ikan cupang (betta
argyrotaenia). Ikan Cupang (Betta splendens) dalam menurunkan jumlah
splendens) yang paling kuat atau paling jentik sebagai upaya pencegahan dbd di
banyak dalam memakan jentik nyamuk Desa Talok Kecamatan Turen
dibandingkan ikan yang lain. Ikan Kabupaten Malang.
Cupang (Betta splendens) selama 24 jam
Populasi dan Sampel
aktif dalam mengambil makanan ketika
Populasi dalam penelitian ini seluruh
larva nyamuk diberikan dan memiliki
keluarga di Desa Talok berjumlah 3.062
daya tahan tubuh yang tinggi dengan
Kk. Pengambilan sampel dalam
rata-rata 97,60, Ikan Guppy (Poecilia
penelitian ini menggunakan Purposive
reticulata) 30,20, Ikan Kepala Timah
Sampling karena di Desa Talok terbagi
(Aplocheilus panchax) 93,00, Ikan
menjadi beberapa RT dan RW dan
Larvavour 80,60. Sebagai predator larva
sampel yang diambil dari setiap
instar III nyamuk Aedes Aegypty dengan
kelompok, dalam setiap kelompok
tingkat predasi yang paling efektif
peneliti memiliki populasi yang masuk
adalah Ikan Cupang (Betta splendens).
dalam beberapa kriteria penelitian.
Ikan Cupang (Betta splendens) memiliki
Jumlah sampel penelitian ini sebesar 53
karakteristik dalam memangsa larva
Kk.
yaitu langsung memakan jentik, tidak
mengubah rasa air.
Menurut Wahyudewantara (2017) Instrumen Penelitian
pada dasarnya ikan cupang merupakan Penelitian ini menggunakan instrumen
ikan hias yang tangguh, tidak seperti penelitian berbentuk Standar
yang lainnya, sehingga mereka mampu Operasional Prosedur (SOP) dan
hidup tanpa makan berhari-hari. Durasi Lembar Observasi dengan jumlah butir
maksimum ikan cupang dapat hidup sebanyak 24 item, yang sudah di uji
tanpa makanan adalah sekitar 14 hari validitas mengunakan ICV-I dan
atau 2 minggu. Ukuran perut ikan reabilitas menggunakan Test Retest.
cupang adalah sebesar ukuran matanya.
Mereka tidak membutuhkan makanan Analisis Data
yang banyak, jadi mereka bisa bertahan a. Untuk mengetahui karakteristik
lama tanpa makan. Meskipun ikan responden dilakukan secara
cupang dapat bertahan hidup tanpa deskriptif menggunakan tabel
makanan selama 14 hari, mereka akan distribusi frekuensi.
mulai tidak berkembang setelah b. Uji Normalitas Data dalam
beberapa hari tanpa makan. penelitian ini menggunakan uji
Berdasarkan uraian di atas, maka Kolmogrov Sminorv.
peneliti ingin melakukan penelitian yang
79

Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

c. Membandingkan perbedaan hasil pre ANALISIS UNIVARIAT


test dan post test setelah pengamatan Jumlah jentik nyamuk di tempat
(observasi) menggunakan uji penampungan air sebelum diberikan
statistik Paired Sample T-Test dan
ikan cupang (Betta splendens) pada
Independent Sample T-Test.
kelompok eksperimen dan
HASIL DAN PEMBAHASAN pengamatan pada kelompok kontrol.
Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tabel 4.4 Jumlah jentik nyamuk di
Berdasarkan Umur. (n=53)
tempat penampungan air sebelum
Umur Frekuensi Persentase
diberikan ikan cupang (Betta
28 - 48
38 71,7% splendens) pada kelompok
Tahun
eksperimen dan pengamatan pada
49 - 70
15 28,3% kelompok kontrol (n=53)
Tahun
Standar
Total 53 100,0% Jumlah
Ma Me d
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jentik Min
ks an Deviati
Responden Berdasarkan Pendidikan Nyamuk
on
Terakhir (n=53).
Frekuens Persentas
Pendidikan
i e
SD/MI 7 13,2%
SMP/MTS 8 15,1%
SMA/SMK/M
31 58,5%
A
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perguruan
Responden Berdasarkan Pekerjaan Tinggi / 7 13,2%
(n=53). Akademi
Total 53 100,0%
Pekerjaan Frekuens Persenta Pre Test 92,8
124 38 21,136
i se Eksperimen 9
IRT 10 18,9% Pre Test 80,0
185 29 32,721
Buruh 12 22,6% Kontrol 8
Pedagang 10 18,9%
Petani 10 18,9%
PNS 5 9,4%
SWASTA 6 11,3%
Total 53 100,0%

80
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

Jumlah jentik nyamuk di tempat Post


penampungan air sesudah diberikan 0,00 0,05
ikan cupang (Betta splendens) pada Eksperimen
kelompok eksperimen dan 0,000
pengamatan pada kelompok kontrol Post 83,6
Tabel 4.5 Jumlah jentik nyamuk di 0,05
Kontrol 5
tempat penampungan air sesudah
diberikan ikan cupang (Betta
splendens) pada kelompok eksperimen
dan pengamatan pada kelompok
kontrol (n=53) PEMBAHASAN
Jumlah jentik nyamuk di tempat
Jumlah
Ma Me Standard penampungan air sebelum diberikan
Jentik Min
ks an Deviation ikan cupang (Betta splendens) pada
Nyamuk
kelompok eksperimen dan
Post Test pengamatanpada kelompok kontrol.
0 0 0,00 0,000
Eksperimen Menurut Supartha (2015) nyamuk
Post Test 83,6 sebagai salah satu jenis serangga
165 45 24,727
Kontrol 5 memiliki arti penting dalam kehidupan
manusia karena nyamuk berperan
ANALISIS BIVARIAT sebagai vektor penyakit, beberapa
Pengaruh pemberian ikan cupang contoh penyakit yang ditularkan oleh
(Betta splendens) dalam menurunkan nyamuk antara lain demam berdarah
jumlah jentik sebagai upaya dengue (DBD), malaria, filariasis, dan
pencegahan DBD di Desa Talok chikungunya. Salah satu nyamuk yang
Kecamatan Turen. paling banyak ditemui di sekitar rumah
Tabel 4.6 Pengaruh pemberian ikan penduduk dan berkembang biak di
cupang (Betta splendens) dalam tempat penampungan air bersih
menurunkan jumlah jentik sebagai penduduk adalah Aedes aegypty.
upaya pencegahan DBD di Desa Talok Nyamuk jenis ini merupakan vektor
Kecamatan Turen. (n=53) penyakit pada manusia di daerah tropik
Nilai dan sub tropik.
Eksperimen Alpha Jentik nyamuk Aedes aegypty
p
Pre Test - biasanya tidak dapat berperindukan
0,05 0,000 digenangan air yang langsung
Post Test
Perbedaan efektivitas pemberian ikan berhubungan dengan tanah. Adapun
cupang (Betta splendens) dalam tempat-tempat perindukan jentik
menurunkan jumlah jentik sebagai nyamuk Aedes aegypty yaitu tempat
upaya pencegahan DBD di Desa Talok penampungan air (TPA) untuk
Kecamatan Turen. keperluan sehari-hari seperti : drum,
Tabel 4.7 Perbedaan jumlah jentik tangki, tempayan, bak mandi/wc, dan
nyamuk pada kelompok eksperimen dan ember. Tempat penampungan air bukan
untuk keperluan sehari-hari seperti :
kelompok kontrol. (n=53)
tempat minum burung, vas bunga,
Mea Alph Nilai perangkap semut, dan barang-barang
Kelompok bekas (ban, kaleng, botol, plastik, dan
n a p lain-lain). Tempat penampungan air
alamiah seperti : lubang pohon,

81
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

tempurung kelapa, pelepah pisang, dan bak mandi harus dibersihkan satu kali
potongan bambu (Rosida, 2018). dalam seminggu sesuai dengan anjuran
Pemberantasan jentik dapat pemerintah. Sebagian besar masyarakat
dilakukan dengan tiga cara, secara fisik, desa Talok memiliki pekerjaan sebagai
kimia, dan biologi. Pengendalian secara buruh sebanyak 12 orang (22,6%),
fisik dikenal dengan 3M plus yaitu pedagang sebanyak 10 Orang (18,9%),
menguras, menutup tempat IRT sebanyak 10 orang (18,9%), petani
penampungan air, dan mengubur barang sebanyak 10 Orang (18,9%), yang
bekas, serta ditambah dengan program menyebabkan masyarakat jarang
larvasidasi dan melaksanakan kegiatan menguras tempat penampungan air
gerakan satu jentik satu rumah. karena tidak memiliki cukup waktu
Pengendalian jentik secara kimia adalah untuk membersihkan.
dengan memberantas jentik Hasil penelitian ini sejalan dengan
menggunakan insektisida pembasmi penelitian Salim (2017) upaya
jentik atau dikenal dengan larvasida. pengendalian jentik untuk jenis-jenis
Pengendalian jentik secara biologi yaitu kontainer yang difungsikan sebagai
dengan pemeliharaan ikan pemakan tempat penampungan air cukup dengan
jentik (Kemenkes RI, 2020). menutup dan menguras. Namun tidak
Menurut Shafique (2019) semua TPA ditutup terutama untuk
masyarakat menunjukkan keprihatinan masalah kepraktisan saat mengambil air
atas keberadaan larva di dalam air dan beberapa jenis kontainer yang
meskipun sudah menggunakan memang tidak memungkinkan untuk
larvasida, mereka menilai keberadaan ditutup rapat seperti bak mandi atau bak
larva dapat mengandung virus dan wc. Sirkulasi atau pergantian air di
berpotensi menyebarkan penyakit, ember lebih sering dibandingkan bak
masalah lain penggunaan larvasida yaitu mandi karena selain volume yang lebih
gangguan anak-anak yang kecil ember tidak dijadikan sebagai
menganggapnya sebagai mainan untuk tempat penampungan utama air
dimainkan dan masyarakat sering kali kebutuhan rumah tangga. Kontainer atau
mendapati anak-anak mengambil tempat penampungan air yang
larvasida dari bak/penampungan air dan menyimpan air dalam periode waktu
menghancurkannya. lama menjadi habitat yang ideal bagi
Berdasarkan hasil pemeriksaan nyamuk untuk berkembang biak
jentik yang dilakukan di desa Talok terutama pada kontainer artifisial.
menunjukkan bahwa jumlah jentik Masyarakat harus memperhatikan
nyamuk pada kelompok eksperimen keadaan dan kebersihan lingkungan, ikut
sebelum diberikan ikan cupang (Betta serta melakukan PSN (Pemberantasan
splendens) rata-rata yaitu 92,89 dan Sarang Nyamuk) di lingkungan masing-
hasil pengukuran jumlah jentik nyamuk masing untuk meminimalkan tempat
pada kelompok kontrol sebelum berkembang biaknya jentik nyamuk
pengamatan rata-rata yaitu 80,08. Aedes aegypty. Untuk petugas kesehatan
Keberadaan jentik nyamuk Aedes baik dari puskesmas maupun dinas
aegypty banyak ditemukan di dalam kesehatan agar lebih mengoptimalkan
rumah pada bak mandi atau ember besar, program kerja khususnya dalam
hal ini disebabkan karena kurangnya program pengendalian dan pencegahan
perhatian masyarakat terhadap penyakit DBD dengan cara pendekatan
kebersihan kamar mandi terutama pada ke masyarakat melalui pemantauan dan
bak mandi atau ember besar. Masyarakat penyuluhan kesehatan terkait kasus
jarang membersihkan dan menguras bak DBD agar masyarakat lebih paham dan
mandi atau ember besar yang seharusnya bersama-sama melakukan kegiatan

82
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

pemberantasan sarang nyamuk (Rosida, pada kelompok eksperimen di


2018). Karena, sebagian besar tambahkan intervensi pemberian ikan
masyarakat desa Talok memiliki cupang (Betta splendens). Selama
pendidikan terakhir SMA/SMK/MA pengamatan jumlah jentik nyamuk pada
sebanyak 31 orang (58,5%), SMP/MTS kelompok eksperimen mengalami
sebanyak 8 orang (15,1%), SD/MI penurunan, namun pada kelompok
sebanyak 7 orang (13,2%), dan kontrol mengalami peningkatan.
Perguruan Tinggi/Akademi sebanyak 7 Hasil penelitian ini sejalan dengan
orang (13,2%). Dan untuk sebagian penelitian Taviv (2017) hasil intervensi
besar masyarakat termasuk kedalam usia dengan pemanfaatan ikan cupang (Betta
produktif yaitu 28-48 tahun sebanyak 38 splendens) plus pemantau jentik lebih
orang (71,7%) dan lansia berumur 49-70 efektif meningkatkan Angka Bebas
tahun sebanyak 15 orang (28,3%), Jentik (ABJ) dibandingkan hanya
Adapun pencegahan yang dapat dengan pemantau jentik. Namun
dilakukan yaitu dengan menguras predator larva Aedes aegypty di
tempat penampungan air seperti : bak lapangan masih jarang ditemukan
mandi, ember, vas/pot, tempat minum padahal predator larva Aedes aegypty ini
burung dan lain-lain seminggu sekali. selain dapat menekan perkembangan
Menutup tempat penampungan air agar larva juga dapat dipelihara sebagai ikan
jentik nyamuk Aedes aegypty tidak dapat hias misalnya ikan cupang. Hal ini
berkembang biak. Mengubur semua mungkin terjadi karena sebagian besar
barang bekas yang dapat menampung air masyarakat enggan untuk memelihara
hujan agar tidak menjadi tempata ikan karena sibuk dengan aktivitas
berkembang biaknya jentik nyamuk mereka sehari-hari sehingga merasa
Aedes aegypty. Memantau tempat tidak punya waktu untuk mengurusi ikan
penampungan air yang dapat menjadi peliharaan dan membersihkan aquarium
tempat berkembang biaknya jentik maupun toples yang biasa digunakan
nyamuk Aedes aegypty (Ferdiansyah, untuk menampung ikan peliharaan.
2019). Menurut Wahyudewantara (2017)
pada dasarnya ikan cupang merupakan
ikan hias yang kuat, tidak seperti ikan
lainnya, sehingga mereka mampu hidup
Jumlah jentik nyamuk di tempat tanpa makan berhari-hari. Sekarang
penampungan air sesudah diberikan banyak komunitas ikan cupang yang
ikan cupang (Betta splendens) pada membudidayakan sendiri dengan kisaran
kelompok eksperimen dan harga mulai dari 4.000 – 15.000
pengamatan pada kelompok kontrol. tergantung jenis ikan cupangnya, ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang ekor pendek, ekor serit, ekor lilin
jumlah jentik nyamuk pada kelompok dan sebagainya. Durasi maksimum ikan
eksperimen sesudah diberikan ikan cupang dapat hidup tanpa makanan
cupang (Betta splendens) mengalami adalah sekitar 14 hari. Ukuran perut ikan
penurunan terbanyak rata-rata yaitu 0,00 cupang adalah sebesar ukuran matanya.
dan hasil pengukuran jumlah jentik Mereka tidak membutuhkan makanan
nyamuk pada kelompok kontrol sesudah yang banyak, jadi mereka bisa bertahan
pengamatan mengalami peningkatan lama tanpa makan. Meskipun ikan
rata-rata yaitu 83,65. Kedua kelompok cupang dapat bertahan hidup tanpa
(Eksperimen dan Kontrol) dalam makanan selama 14 hari, mereka akan
penelitian ini sama-sama diwajibkan mulai tidak berkembang setelah
tidak membersihkan tempat beberapa hari tanpa makan.
penampungan air selama penelitian dan

83
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

Menurut Perkasa (2010) menyatakan pengendalian larva DBD adalah ikan


bahwa ikan cupang (Betta splendens) cupang. Meskipun terbukti efektif untuk
merupakan ikan yang cukup dikenal dan pengendalian larva Aedes aegypty
mudah diperoleh masyarakat karena namun sampai sekarang belum
selama ini ikan tersebut digunakan digunakan oleh masyarakat secara luas
sebagai ikan hias dan ikan untuk dan berkesinambungan. Dari
permainan (diadu). Ikan cupang (Betta pengamatan penulis, pemanfaatan ikan
splendens) pemakan jentik nyamuk pemakan jentik harus difasilitasi oleh
DBD disebar di Kota Tasikmalaya Pemerintah daerah dan pembinaan dari
sebagai bentuk upaya pencegahan sektor terkait, karena masyarakat
penyakit DBD lewat habitat air bersih. Indonesia belum mampu mandiri
Upaya penanggulangan penyebaran sehingga masih harus mendapatkan
penyakit DBD itu langsung dukungan penyuluhan agar mampu
menggandeng komunitas ikan cupang melindungi dirinya dan keluarga dari
(Betta splendens) di Kota Cimahi. Ikan penularan DBD (Taviv, 2017).
cupang (Betta splendens) tidak akan Jenis predator lainnya yang dalam
berbau saat dipelihara di air bersih penelitian terbukti mampu
seperti bak mandi atau penampungan air mengendalikan larva DBD adalah dari
yang rentan sebagai media jentik kelompok Copepoda atau cyclops, jenis
nyamuk. Dinas pertanian dan Perikanan ini sebenarnya jenis Crustacea dengan
Kota Tasikmalaya ini mengikuti ukuran mikro, namun jenis ini mampu
kebijakan strategi sejumlah kota lain makan larva vektor DBD. Beberapa
yang sudah menerapkan metode spesies sudah diuji coba dan efektif,
penyebaran ikan cupang (Betta antara lain Mesocyclops aspericornis
splendens) dalam membasmi jentik diuji coba di Vietnam, Tahiti dan juga di
nyamuk. (Saktiansyah, 2016). Balai Besar Penelitian Vektor dan
Reservoir, Salatiga, peran Copepoda
Pengaruh pemberian ikan cupang dalam pengendalian larva DBD masih
(Betta splendens) dalam menurunkan harus diuji coba lebih rinci di tingkat
jumlah jentik sebagai upaya operasional (Arifin, 2016).
pencegahan DBD di Desa Talok Hasil penelitian ini sejalan dengan
Kecamatan Turen. penelitian Sari and Novela (2020) yang
Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa kelompok
bahwa terjadi penurunan jumlah jentik intervensi diketahui pada perlakuan ikan
nyamuk sesudah diberi eksperimen ikan cupang dengan rata-rata 98,00, ikan
cupang (Betta splendens) dan terdapat kepala timah dengan rata-rata 90,29, dan
perbedaan yang signifikan pre-post test ikan larvavour dengan rata-rata 81,00,
jumlah jentik nyamuk P-Value 0,000. dengan dilakukan pengamatan setiap
Predator larva di alam cukup banyak, hari. Hasil uji anova didapatkan p-value
namun yang bisa digunakan untuk 0,005 yang berarti ada perbedaan yang
pengendalian larva vektor DBD tidak bermakna antara daya makan ikan
banyak jenisnya dan yang paling mudah cupang, ikan kepala timah, dan ikan
didapat dan dikembangkan masyarakat larvavour sebagai predator larva instar
serta murah adalah ikan pemakan jentik. III nyamuk Aedes Aegypty dengan
Di Indonesia ada beberapa ikan yang tingkat predasi yang paling efektif
berkembang biak secara alami dan bisa adalah ikan cupang. Ikan cupang masa
digunakan adalah ikan kepala timah dan aktif dalam mengambil makanan
ikan cetul. Namun ikan pemakan jentik (feeding periodicity) selama 24 jam
yang terbukti efektif dan telah adalah terus menerus ketika larva
digunakan di kota Palembang untuk nyamuk diberikan dan memiliki daya

84
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

tahan tubuh yang tinggi. Kondisi menyebabkan orang semakin dituntut


lingkungan dapat mempengaruhi untuk waspada sekaligus melakukan
keberadaan larva. Pemeliharaan ikan pencegahan mandiri termasuk menjaga
predator seperti ikan cupang dapat kebersihan lingkungan rumah agar bebas
menurunkan jumlah jentik. Karakteristik dari jentik. Ada cara alami yang
ikan cupang dalam memangsa larva digaungkan Kementerian Kesehatan
adalah ikan cupang langsung memakan yakni dengan memelihara ikan cupang.
jentik, dan tidak merubah rasa air, cara Rupanya ikan yang lebih sering
tersebut merupakan salah satu alternatif dipelihara sebagai ikan hias dan ikan
pencegahan terhadap penyakit demam aduan ini dianggap mampu membantu
berdarah (Yogyana, 2016). manusia memerangi DBD. Ikan cupang
relatif memiliki harga murah dan cukup
Perbedaan efektivitas pemberian ikan efektif memakan jentik nyamuk.
cupang (Betta splendens) dalam Sebuah riset menemukan ikan
menurunkan jumlah jentik sebagai cupang lebih efektif menjadi predator
upaya pencegahan DBD di Desa Talok alami jentik nyamuk daripada ikan
Kecamatan Turen. guppy. Penelitin yang diterbitkan di
Hasil penelitian ini menunjukkan Jurnal Sains Nasional Universitas Nusa
bahwa terdapat perbedaan efektivitas Bangsa ini membandingkan daya
antara 2 kelompok tersebut. Intervensi predator antara ikan cupang dan ikan
yang paling efektif dalam menurunkan guppy. Hasilnya, ikan cupang memiliki
jumlah jentik nyamuk adalah pemberian daya makan paling banyak mencapai 89
ikan cupang (Betta splendens) dengan ekor jentik dalam waktu 6 jam.
nilai mean untuk kelompok eksperimen Sedangkan ikan guppy paling banyak
menunjukan rata-rata sebesar 0,00 hanya 47 ekor dalam waktu 6 jam
(92,89%) dan kelompok kontrol (Mutmainah, 2017).
menunjukan rata-rata sebesar 83,65 Upaya pencegahan DBD dengan
(8,6%), hal ini menandakan bahwa memelihara ikan pemakan jentik, bisa
penurunan jumlah jentik nyamuk lebih menjadi alternatif pengendalian vektor
banyak setelah diberi eksperimen ikan DBD pada tempat-tempat penampungan
cupang (Betta splendens) dengan nilai air yang jarang dikuras. Sebuah
significancy sebesar 0,000 (ɑ <0,05). penelitian yang membandingkan
Kedua kelompok memiliki berbagai metode pengendalian
pengaruh yang berbeda terhadap jumlah menemukan bahwa memelihara ikan
jentik nyamuk, hal ini disebabkan kedua adalah tindakan pengendalian yang
kelompok penelitian diatas memiliki paling efektif. Beberapa di negara tropis,
perbedaan dalam pemberian intervensi. adalah hal yang biasa jika memiliki
Kelompok eksperimen dalam penelitian tempat penyimpanan air besar yang
ini diberikan intervensi ikan cupang terbuat dari semen di dalam rumah,
(Betta splendens) dan untuk kelompok maka penggunaan ikan pada kontainer
kontrol hanya dilakukan pengamatan, dengan struktur tersebut, wadah air,
hasil penelitian menunjukkan bahwa kolam dan tampungan air lainnya adalah
kelompok eksperimen mengalami efektif (Sarwar, 2019). Setelah hasil
penurunan jumlah jentik nyamuk dan survei warga Desa Talok banyak yang
kelompok kontrol mengalami memakai tempat penampungan air yang
peningkatan jumlah jentik nyamuk. berukuran ±100-200 liter. Untuk
Hal ini sejalan dengan penelitian masing-masing tempat penampungan air
Harsono (2019) musim hujan menjadi warga Desa Talok diberikan 1 ikan
pemicu maraknya kasus demam cupang jantan jika di beri lebih dari 1
berdarah dengue (DBD), hal ini ikan cupang jantan maka ikan tersebut
84

Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

akan berkelahi dan mati, tetapi warga tentang Demam Berdarah Dengue
berinisiatif setelah penelitian akan (DBD) pada masyarakat yang tinggal di
menambahkan ikan lain kedalam tempat daerah endemik penyakit demam
penampungan airnya seperti ikan mas. berdarah, dengan menggunakan ikan
cupang (Betta spendens) di tempat
KESIMPULAN DAN SARAN penampungan airnya sebagai salah satu
Kesimpulan upaya mencegah berkembang biaknya
Berdasarkan hasil penelitian yang nyamuk penyebab penyakit.
telah dilakukan pada warga Desa Talok, Bagi Pelayanan Kesehatan
didapatkan hasil adanya kelompok Peneliti menyarankan kepada
eksperimen pemberian ikan cupang petugas kesehatan untuk lebih
(Betta splendens) mengalami penurunan membangun kesadaran masing-masing
jumlah jentik nyamuk dan setelah sehingga dapat memberikan dukungan
dilakukan uji paired sample t-test pendampingan kepada kader untuk
didapatkan hasil bahwa perbedaan memberikan penyuluhan dan
jumlah jentik sebelum dan sesudah memfasilitasi masyarakatnya untuk
pemberian ikan cupang (Betta menggunakan ikan cupang (Betta
splendens) yaitu sebesar P-Value 0,000 spendens) di tempat penampungan air
(ɑ<0,05) sehingga artinya terdapat mereka guna memperkecil angka
pengaruh pemberian ikan cupang (Betta kejadian DBD di Desa Talok Kecamatan
splendens) dalam menurunkan jumlah Turen.
jentik, dan dilakukan uji independent t- Bagi Peneliti Selanjutnya
test didapatkan hasil mean kelompok Peneliti menyarankan dengan
eksperimen dengan rata-rata sebesar adanya penelitian ini dapat digunakan
0,00 (92,89%) dan kelompok kontrol sebagai referensi penelitian selanjutnya
dengan rata-rata sebesar 83,65 (8,6%) terkait pelaksanaan pemberian ikan
sehingga pemberian ikan cupang (Betta cupang (Betta splendens) dalam
splendens) merupakan salah satu menurunkan jumlah jentik sebagai
pencegahan DBD secara biologis yang upaya pencegahan DBD akan lebih baik
bertujuan untuk menurunkan jumlah lagi apabila peneliti selanjutnya dapat
jentik sehingga angka kejadian DBD meneliti keseluruhan Desa Talok dan
dapat menurun, sehingga pemberian menemukan inovasi lain atau meneliti
ikan cupang (Betta splendens) terbukti tentang faktor-faktor dan fenomena
efektif dalam menurunkan jumlah jentik lainnya yang diduga juga dapat
nyamuk di Desa Talok Kecamatan mempengaruhi penurunan jumlah jentik
Turen. nyamuk atau pencegahan DBD.
Saran DAFTAR PUSTAKA
Bagi Responden
Peneliti menyarankan kepada 1. Ariani, A.P. 2016. Demam Berdarah
responden adanya penelitian ini Dengue (DBD). Yogyakarta : Nuha
membantu warga desa Talok untuk Medika
meningkatkan perilaku pencegahan 2. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Demam Berdarah Dengue dengan cara Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta
rajin melakukan pemberantasan jentik 3. Cook G, Alimuddin LZ. 2019. Manson‟s
dan rajin membersihkan lingkungan tropical diseases 22nd ed. Philadelphia:
yang dapat menimbulkan penyakit DBD. Saunders Elsevier
Bagi Instansi Pemerintahan 4. Departemen Kesehatan Republik
Peneliti menyarankan kepada Indonesia, 2009, Program Peningkatan
instansi pemerintah untuk dapat Peran Serta Masyarakat dalam
memberikan Memberikan penyuluhan
85

Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam 14. Mulyadi. 2007. Universitas Kristen


Berdarah Dengue (PSN-DBD) di Maranatha. PENGARUH PEMBERIAN
Kabupaten/Kota, Dirjen P2M dan PL TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine
Depkes RI. Jakarta Max (L.) Merrill) SELAMA MASA
5. Dhamayanti, A. 2019. Faktor-faktor yang PREPUBERTALTERHADAP
Berhubungan dengan Tindakan Keluarga VIABILITAS SPERMATOZOA
dalam Pencegahan Penyakit Demam MENCIT JANTAN GALUR SWISS
Berdarah di Kelurahan Kadipiro Kota WEBSTER Antonius, 5(1983), 39–40.
Surakarta. Universitas Muhammadiyah 15. Mutmainah, S., Prasetyo, E. and Sugiarti,
Surakarta, pp. 1–15. L. 2017. „DAYA PREDASI IKAN
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, CUPANG (Betta splendens) DAN IKAN
2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa GUPPY (Poecilia reticulate) TERHADAP
Timur Tahun 2015. LARVA INSTAR III NYAMUK Aedes
7. Ginanjar. 2008. Demam Berdarah. aegypti SEBAGAI UPAYA
Yogyakarta: B-fist (PT. Bentang Pustaka). PENGENDALIAN VEKTOR
8. Harsono, S. 2019. „METODE PENYAKIT DEMAM BERDARAH
BIOKONTROL IKAN CUPANG (Betta DENGUE (DBD)‟, Jurnal Sains Natural,
splendens) SEBAGAI PENGENDALI 4(2), p. 98. doi: 10.31938/jsn.v4i2.81.
VEKTOR PENYAKIT DBD DI 16. Nadesul, Handrawan. 2017. Cara Mudah
KARTASURA KABUPATEN Mengalahkan Demam Berdarah. Penerbit
SUKOHARJO‟, Jurnal Manajemen Kompas: Jakarta
Informasi dan Administrasi Kesehatan 17. Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi
(JMIAK), 2(2). doi: Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
10.32585/jmiak.v2i02.455. cipta.
9. Hastuti, Oktri. 2018. Demam Berdarah 18. Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian
Dengue, Penyakit Dan Cara Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Pencegahannya. Yogyakarta: Kanisius. Medika.
10. Imron M, Munif A. 2010. Metodologi 19. Palgunadi, B. U. and Rahayu, A. 2011.
Penelitian Bidan Kesehatan. Jakarta. Dengue Aedes aegypti As Dengue
Sagung Seto. Haemorrhagic Fever Vector. Lecturer
11. Jayawardhana, A., Permana, R. A. and Faculty of Medicine.
Kogoya, Y. 2015. Hubungan Perilaku 20. Royhan, M. 2013. Perbedaan Jumlah
Keluarga Dengan Pencegahan Kejadian Jentik Pada Tempat Penampungan Air
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Sebelum Dan Sesudah Diberi Ikan Nila
Kelurahan Jambangan Kota Surabaya. (Oreochromis Niloticus)(Studi Kasus Di
Hubungan Perilaku Keluarga Dengan Kelurahan Tembalang Kota Semarang),
Pencegahan Kejadian Demam Berdarah Skripsi, Universitas Negeri Semarang,
Dengue (DBD) Di Kelurahan Jambangan Semarang.
Kota Surabaya, 0231, pp. 55–65. 21. Salim, M., Wurisastuti, T. and
12. Kementerian Kesehatan Republik Nurmaliani, R. (2017) „BERDARAH
Indonesia, 2021. Modul Pengendalian DENGUE ( DBD ) DI KELURAHAN
Demam Berdarah Dengue. Direktorat BATURAJA LAMA DAN SEKAR
Jenderal Pengendalian Penyakit dan JAYA , KECAMATAN BATURAJA
Penyehatan Lingkungan Kementerian TIMUR , KABUPATEN OGAN
Kesehatan RI, Jakarta KOMERING ULU ( OKU ), PROVINSI
13. Misnadiarly. 2019. Demam Berdarah SUMATERA SELATAN Community
Dengue (DBD): Ekstrak Daun Jambu Biji Participation in Controlling of Dengue
Bisa untuk Mengatasi DBD. Jakarta: Haemorrhagyc Fever ( DHF ) in Baturaja
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Lama and ‟, pp. 82–92.

86
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)
Efektifitas Pemberian ikan cupang dalam menurunkan jumlah ..(Marcelly D, Yuyud W, Wahyu dini)

22. Sari, M. and Novela, V. 2020. TAMKIN Volume I No . 1 Mei 2018.


Pengendalian Biologi dengan Daya 2(2).
Predasi Berbagai Jenis Ikan terhadap 32. Wijaya, A. S. and Yessie Mariza Putri.
Larva Aedes Aegypti di Wilayah Kerja 2013. KMB2 Keperawatan Medikal
Puskesmas Tigo Baleh. Jurnal Sehat Bedah. in KMB 2 Keperawatan Medikal
Mandiri, 15(1), pp. 79–85. doi: Bedah.
10.33761/jsm.v15i1.145. 33. World Health Organization. 2010.
23. Shafique, M. et al. 2019. Implementation Dengue: Guidelines for Diagnosis,
of guppy fish (Poecilia reticulata), and a Treatment, Prevention and Control 2009.
novel larvicide (Pyriproxyfen) product WHO
(Sumilarv 2MR) for dengue control in 34. World Health Organization. 2011.
Cambodia: A qualitative study of Comprehensive guidelines for prevention
acceptability, sustainability and and control Revised and expanded
community engagement. PLoS Neglected edition. World Health Organization,
Tropical Diseases, 13(11), pp. 1–22. doi: Regional Office for South-East Asia. 17-
10.1371/journal.pntd.0007907. 26
24. Sitio A. 2008. Hubungan Perilaku 35. World Health Organization. 2021.
Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue : Diagnosis,
dan kebiasaan keluraga dengan kejadian Pengobatan, Pencegahan, dan
demam berdarah dengue di kota Medan Pengendalian. (Online).
2008. (http://www.cnnindonesia.com/gaya
25. Soedarto. 2015. Demam Berdarah Dengue 36. hidup/20160616170332-255-
(DBD). Jakarta: Sagung Seto. 138672/indonesia-peringkat-dua-negara-
26. Sofiana, Lu‟lu. 2013. Uji Lapangan Ikan endemis-demam-berdarah/, diakses 13
Sebagai Predator Alami Larva Aedes Maret 2021)
aegypti di Masyarakat (Studi Kasus di
Daerah Endemis DBD Kelurahan
Gajahmungkur Kota Semarang). Unnes
Journal of Public Health 2. Semarang
27. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung
: Alfabeta
28. Taviv, Y., Saikhu, A. and Sitorus, H.
2017. Pemantau Jentik dan Ikan Cupang
di Kota Palembang. Bul. Penelit.
Kesehat., 38(4), pp. 198–207. Available
at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.
php/BPK/article/view/126.
29. Wahyudewantara, G. 2017. Mengenal
ikan cupang yang gemar bertarung. Warta
Iktiologi, 1(1), pp. 28–32.
30. Wakhyulianto. 2017. Uji Daya Bunuh
Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum
frutescensi) Terhadap Nyamuk Aedes
aegpypti. Universitas Negeri Semarang.
31. Wibowo, A. 2019. DESA PEDULI
KEBERSIHAN DAN KESEHATAN DI
ARJOWILANGUN KALIPARE- AT-

87
Health Care Media Vol. 5 No. 2 Oktober 2021 (p-ISSN: 2089-4228, e-ISSN: 2721-6993)

Anda mungkin juga menyukai