Anda di halaman 1dari 4

B.

LANGKAH PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN

Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan, penilaian adalah sebuah
proses yang melibatkan banyak aspekyang saling terkait. Pelaksanaan penilaian yang baik harus
dilakukan secara terencana dengan baik pula yang melibatkan berbagai komponen yang terkait
hal itu dimaksudkan agar penilaian dapat dipertanggung jawabkan hasilnya sehingga dapat
dmanfaatkan sesuai keperluan. Untuk itu kegiatan pengembangan alat penilaian perlu mengikuti
langkah-langkah berikut.

1. Penentuan spesifikasi ujian


Dalam hal ini dibagi menjadi empat bagian :
a. Penentuan kompetensi dasar
Semua kegiatan pengujian pasti dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu,
dalam kaitannya dengen pembelajaran, ujian dimaksudkan untuk mengukur seberapa
banyak peserta didik dapat mencapai kompetensi yang sudah dipelajari, kompetensi
yang di ukur adalah kompetensi dasar dan kompetensi dasar djabarkan dari standar
kompetensi, dalam mata pelajaran Bahasa standar kompetensinya adalah menyimak,
membaca, berbicara dan menuli, sehingga kompetesi dasarnya uga terkait hal-hal
tersebut, kompetensi mana saja yang akan di ujikan tinggal di ambil dari kurikulum.
b. Pembuatan deskripsi bahan uji
Jika kompetensi dasar yang akan ditagih capaianya telah jelas, pengembangan
bahan ajar yang akan diajarkan untuk meraih kompetensi yang dimaksud akan
relative mudah di lakukan, pembuatan bahan ajar yang meliputi materi pokok dan
uraian materi harus dilakukan dalam hal ini membuat RPP, dengan demikian dalam
rangkaian pengembangan alat pengujian kita tinggal menunjuk kembali bahan-bahan
yang telah disebut di RPP itu.
c. Pembuatan kisi-kisi pengujian
Pengembangan alat pengujian harus mengukur semua kompetensi dasar secara
proporsional, proporsional bukan berarti sama persis untuk setiap indicator,
melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu misalnya pentingya sebuah kompetensi
dasar untuk mendukung capaian kompetensi yang lain. Pembuatan butir- butir soal
yang baik harus mendasarkan diri pada kisi-kisi, kisi-kisi itulah yang harus dijadikan
acuan membuat butir-butir soal (contoh kisi-kisi di bab II)
d. Penentuan bentuk soal dan lama ujian
Selanjutnya harus juga direncanakan bentuk soal yang akan dipilih, misalnya apakah
bentuk objektif dengan segala subjenisnya ( pilihan ganda, benar-salah, penjodohan,
isian singkat) uraian objektif, uraian esay (nonobjektif), atau gabungan dalam bentuk
tersebutselain itu perlu juga kesesuaian waktu yang tersedia, apakah 60 menit, 75
menit atau 125 menit, banyak waktu akan menentukan banyak soal yang akan dbuat,
kiranya tidak bijaksana jika waktu yang tersedia sedikit soalnya terlalu banyak,
begitupula sebaliknya.

2. Penulisan butir soal


Penulisan butir soal tidak lain adalah membuat tagihan sesuai dengan tuntutan
indikator dan yang sesuai pula bahan ajar. Jadi, butir-butir soal haruslah cocok dengan
bunyi “tuntutan” indikator yang bersangkutan sebagaimana tercermin pada kata kerja
operasionalnya. Misalnya, jika indikator menuntut peserta didik untuk mampu menulis,
maka mereka benar-benar berunjuk kerja menulis, dan tidak sekedar memilih. Secara
umum butir-butir soal harus mendasarkan diri pada kisi-kisi yang dibuat sebelumnya.
Selain dengan tuntutan tiap indikator, penulisan itu juga terkait dengan bentuk soal,
jumlah soal perindikator, perkemampuan dasar, jumlah keseluruhan butir soal, dan lain-
lain yang relevan. Yang pasti ketika menulis butir-butir soal juga melihat rambu-rambu
yang dipergunakan untuk ditelaah butir soal agar nanti tidak banyak revisi.

3. Penelaahan butir soal


Kebiasaan yang sering terlihat adalah begitu guru selesai menulis soal akan
langsung diujikan kepada peserta didik tanpa melakukan telaah terlebih dahulu,
kebiasaan itu walau terlihat praktis sebenarnya kurang baik dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan, hal itu karena tes tersebut belum tentu meliputi unsur materi,
konstruksi maupun Bahasa, untuk memastikan bahwa butir soal yang ditulis baik sebelum
di ujicobakan harus dilakukan telaah terlebih dahulu, penelaahan harus dilakukan orang
lain yang ahli dibidangnya atau oleh sejawat karena jika dilakukan oleh penulis sendiri
biasanya kurang teliti karena penulis bisa jadi hanya membaca konsep “pikiran” bukan
ada yang diatas kertas.
Dibawah ini adalah salah satu model lembar telaah soal pilihan ganda, perlu
dicatat lembar telaah yang dimaksud ada beberapa model, model-model ini biasanya
menampilkan unsur kriteria untuk butir soal misalnya materi, konstruksi dan Bahasa
bahkan ada juga model yang tidak menyebut tiga komponen tersebut, intinya tiap model
tersebut menampilkan tiap persyaratan yang harus dipenuhi oleh butir soal yang akan
diujikan.
Table 1.1
Contoh lembar telaah untuk soal pilihan ganda

aspek Jenis persyaratan Nomor butir


soal
1 2 …N
A. Materi 1. Butir soal sesuai indikator √
2. Isi materi benar secara keilmuan √
3. Hanya ada satu kunci jawaban benar √
4. Isi materi sesuai dengan √
kela/jenjang pendidikan
5. Butir pengecoh berfungsi dengan -
baik
B. Konstruksi 6. Pokok soal dirumuskan dengan jelas √
7. Pokok soal tidak mengarah ke √
jawaban benar
8. Pilihan jawaban dirumuskan dengan √
jelas
9. Pilihan jawaban homogen √
10. Tidak ada bentuk negative ganda √
11. Panjang pilihan jawaban kurang √
lebih sama
12. Antar btir soal tidak tergantung satu √
sama lain
13. Pilihan dalam bentuk angka waktu √
C. Bahasa 14. Bahasa komunikatif √
15. Kalimat gramatikal √
16. Kalimat tidak bermakna ganda √
17. Kosakata baku/umum/netral √

Sekali lagi, hasil telaah yang dilakukan sejawat telah selesai harus ditindak lanjuti
dengan revisi jika ada saran-saran perbaikan. Penulis soal haruslah berbesar hati jika
diberi saran-saran perbaikan. Jika ada saran perbaikan, tetapi tidak dilakukan revisi,
apagunanya dilakukan telaah butir soal. Dan lebih dari itu, alat penilaian yang akan
diujikan kurang dapat dipertanggung jawabkan sehingga hasilnyapun meragukan.

4. Pelaksanaan uji coba


Jika semua persyaratan penyusunan butir soal telah selesai dilakukan, langkah
berikutnya barulah dilakukan uji coba alat evaluasi dikelas, ujicoba adalah pelaksanaan
pengukuran dengan menggunakan instrument tes yang digunakan , dari data pengukuran
inilah akan diperoleh data yang empiric yang menunjukan kualitas atau informasi dengan
alat tes yang bersangkutan. Misalnya, uji coba alat tes ini amat dibutuhkan jika kita
bermaksud menghasilkan alat tes yang benar-benar baik dan dapat
dpertanggungjawabkan (mungkin mendekati atau bahkan menyamai tuntutan tes standar),
misalnya karena akan dipergunakan untuk penelitian. Naun, untuk keperluan pengujian
dikelas sendiri, misalnya untuk ulangan atau ujian tengah semester dan akhir semester,
ujicoba tersebut sekaligus dimaknai sebagai pelaksanaan tes yang sebenarnya. Artinya,
hasil ujian itulah yang dimaknai sebagai capaian peserta didik menguasai berbagai
kompetensi yang dibelajarkan.

Anda mungkin juga menyukai