Ag - 01 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
Ag - 01 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
A. JADWAL PELAKSANAAN
B. TUJUAN PELAKSANAAN
1. Tujuan Umum
Dapat menentukan besarnya kadar lumpur agregat halus secara lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami dan menguasai prosedur pelaksanaan dari pengujian kadar
lumpur pada agregat halus.
b. Dapat mengenal dan mengetahui penggunaan peralatan pengujian kadar lumpur
pada agregat halus dengan baik dan benar.
c. Dapat menentukan, menghitung, dan mengambil data pengujian kadar lumpur cara
lapangan dengan teliti.
d. Dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil dari pengujian kadar lumpur cara
lapangan sesuai dengan standar yang berlaku.
C. REFERENSI
D. DASAR TEORI
Kadar lumpur adalah banyaknya lumpur yang terkandung dalam agregat untuk
campuran beton. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui % kadar lumpur pada agregat
halus. Batasan maksimum kadar Lumpur adalah < 5 % untuk agregat halus dan 1% untuk
agregat kasar, (SNI 03-1750-1990). Jika kadar lumpur lebiih dari 5 % maka pasir tersebut
harus dicuci terlebih dahulu atau diganti dengan agregat yang baru karena kadar lumpur
yang berlebihan dapat mempengaruhi :
1. Kadar lumpur dapat memperluas permukaan agregat sehingga air pengaduk (FAS)
yang diperlukan lebih banyak.
2. Sifat lumpur yang mengembang secara perlahan-lahan sehingga menyebabkan
lepasnya aggregat dan beton pun menjadi retak.
3. Kadar lumpur akan mengurangi daya ikat semen karena akan menutupi permukaan
agregat, sehingga semen sukar mengikat pada agregat.
Lumpur berasal dari :
1. Tanah ikatan awal dari tempat penambangan baik dari sungai, bukit, maupun gunung
2. Hasil pemecahan batu menggunakan mesin stoner akibat gesekan antara batu yang
menimbulkan bagian yang tidak berguna (debu sangat banyak).
Ketinggian lumpur di ukur 4 sisi t1, t2, t3, t4 kemudian dirata-ratakan dan dicari % kadar
lumpur. Untuk menentukan kadar lumpur, digunakan rumus:
y
x 100 %
50
% Kadar lumpur =
Dimana :
Y = Nilai rata-rata tebal endapan
50 = tinggi pasir didalam tabung
Catatan :
Pasir / agregat halus yang diuji merupakan agregat alami yang berasal dari Batang
Anai, Duku.
Air yang digunakan berasal dari lingkungan Politeknik Negeri Padang
F. KESELAMATAN KERJA
1. Keselamatan Umum
a. Memakai pakaian praktek selama berada di laboratorium
b. Membaca referensi sebelum pratikum
c. Kosentrasi saat pratikum
d. Mematuhi prosedur pelaksanaan dan penggunaan alat
e. Menjaga kebersihan lingkungan lokasi pratikum
2. Keselamatan Khusus
a. Menggunakan masker pada saat pengayakan semen agar debunya tidak terhirup
b. Menggunakan sarung tangan saat pengambilan sampel dan pengolahan sampel
G. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Ambil agregat halus dan masukkan kedalam botol reagen sampai setinggi 200 ml.
3. Masukan air setinggi 200 ml kedalam botol reagan yang telah diisi dengan agregat
halus.
4. Tutup botol dengan rapat, lalu kocok hingga pasir bercampur dengan air.
5. Lalu goyang-goyangkan sampai gelembung udara yang ada habis keluar.
6. Kemudian diamkan benda uji di tempat yamg aman selama ± 24 jam.
7. Setelah ± 24 jam amati ketinggian Lumpur dan ukur ketinggian dari 4 sisi botol yang
berbeda.
Benda Uji 2
Y1 = 6 mm
Y2 = 3 mm
Y3 = 1 mm
Y4 = 3 mm
Y 1+Y 2+Y 3+Y 4
Rata−rata ( Y )=
4
6 mm+3 mm+1 mm+3 mm
¿ =3 ,25 mm
4
Y
Kadar Lumpur ( KL )= × 100 %
50
3 ,25
¿ ×100 %=6 , 50 %
50
Benda Uji 3
Y1 = 2,5 mm
Y2 = 5 mm
Y3 = 7 mm
Y4 = 4,5 mm
Y 1+Y 2+Y 3+Y 4
Rata−rata ( Y )=
4
2, 5 mm+5 mm+ 7 mm+4 ,5 mm
¿ =4 ,75 mm
4
Y
Kadar Lumpur ( KL )= × 100 %
50
4 , 75
¿ × 100 %=9 , 50 %
50
I. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kadar lumpur agregat halus cara lapangan diperoleh nilai kadar
lumpur sebesar 8,09 %. Menurut SNI 03 - 1750 - 1990 kadar lumpur agregat halus yang
disyaratkan < 5 %.
Hal ini menunjukkan bahwa agregat halus yang diuji memenuhi standar pengujian yang
ada yaitu kadar lumpur > 5 % sehingga aggregat halus yang diuji harus di cuci agar dapat
digunakan sebagai bahan campuran beton.
J. LAMPIRAN
1. Data kelompok
2. Skema prosedur pengujian
3. Animasi prosedur pengujian
4. Gambar peralatan pengujian
5. SNI pengujian