Anda di halaman 1dari 13

NASKAH TEATER

“MALING”

TOKOH :
MALING
AGUS
UDIN
TOMBOI
IBU NARTI
IBU RT
KAPOLSEK
HANSIP
ISTRI AGUS
ADEGAN 1
IBU NARTI : (berteriak dari luar panggung) maling maliiiing maling maling
(menangis).
AGUS : lohh, ibu Narti, ada apa ibu teriak-teriak.
IBU NARTI : kamu tidak dengar, dari tadi aku teriak maling.
AGUS : jadi itu, maksud ibu membangunkan kami?
IBU NARTI : ya iyalah goblok.
UDIN: lewat mana malingnya bu?
IBU NARTI : kalau tidak salah, dia melewati pos ronda ini.
TOMBOI : ya sudah, ayolah kita kejar
KOOR 4 : malingggg, maling maling, (keluar sambil teriak dan ibu Suarti
melanjutkan merengeknya sampai keluar)
ADEGAN 2
( MALING MASUK MENGENDAP-NGENDAP DAN MENGENDUS-NGENDUS
BAU MAKANAN)
MALING : waaah, hehehehe rejeki anak maling (mengambil makanan) lumayan, buat
tambah tenaga lari, untuk meninggalkan kampung ini. (melihat bale-bale) bagus juga
ini bale-bele cocok untuk istirahat (memperhatikan suasana sekitar dengan jelas)
(suara-suara teriak maling dari luar) waduh, gawat ini, mereka mencari ku dan
mereka sudah dekat. ( panik) Aah, lebih baik aku sembunyikan disini saja barang ini,
besok aku ambil.
(KE3 PENJAGA POS MASUK BERLARIAN SAMBIL TERIAK MALING)
UDIN : Sialan, sepertinya kita kehilangan jejak, dia lebih lincah dari kita.
TOMBOI : Sepertinya dia sudah mengenal daerah kita.j
UDIN : apa mungkin, malingnya orang kampung kita?
AGUS : bisa jadi, siapa yah kira-kira?.
UDIN : gawat ini, sekarang kira-kira apa yang harus kita lakukan?
TOMBOI : bagaimana kalau kita berpencar, Agus kamu ke timur dan udin kamu ke
utara
UDIN : Ha’ha bela, terus kamu kemana?
TOMBOI : kalau aku, yah disini saja
UDIN : wahh, mana bisa begitu, tidak adil.
(AGUS MONDAR MANDIR, KEBELAKANG, MENGECEK KONDISI,
SAMBIL MENYENTER SEKITAR LALU KE POHON UNTUK KENCING)
TOMBOI : Loh, kan giliran yang bertugas itu kalian, bukan aku, aku hanya
menggantikan ibu RT, yang seharusnya tugas malam ini, tapi karena beliau lagi tidak
enaK badan, makanya beliau tugaskan aku malam ini.
UDIN : itulah enaknya jadi pejabat dan orang kaya, kalau tidak datang, cukup
membayar orang untuk menggantikannya, anak buah yang capek-capek kerja, nanti
giliran dapat penghargaan dia yang paling depan.
TOMBOI : sudah-sudah, sekarang masalahnya, bagaimana cara kita menemukan
maling itu.
AGUS : teman-teman, cepat kemari, aku menemukan sesuatu
TOMBOI : apa itu Gus
AGUS : aku menemukan beberapa barang, yang sepertinya sengaja di taruh di tempah
ini.
TOMBOI : Cepat buka Gus, (Agus membuka) Wahh, rejeki nomplok namanya, ini
rezki yang diberikan tuhan kepada kita.
UDIN : tunggu, jangan-jangan ini barang-barang ibu Narti.
TOMBOI : Udin-udin, kamu itu bagaimana sih, barang-barang ibu Narti sudah di bawa
lari oleh maling.
UDIN : tapi kalau misalnya barang ini milik ibu Narti bagaimana? Jangan-jangan nnti
kita di kira maling atau bersekongkol dengan maling.
AGUS : betul
UDIN : pokoknya aku tidak mau mengambil barang ini.
TOMBOI : Din, kalau kamu mengambil barang ini, nanti barang ini dapat kamu jual,
lalu sebagian uangnya dapat kamu pakai untuk menebus istri kamu dirumah sakit. Istri
mu sedang sakitkan?.
AGUS : betul itu Din
UDIN : masalahnya aku tidak yakin, kalau barang ini sudah memang menjadi rejeki
kita ( Udin pergi ke bale-bale meninggalkan temannya)
TOMBOI : betul kamu tidak mau? Ya sudah.
(MEMBAGIKAN BARANG-BARANG)
AGUS : Wah curang, tidak adil, aku hanya dapat sarung saja, kan aku yang
menemukan pertama kali.
( TOMBOI MEMBUKA PENUTUP RESKUKER DAN MENGAMBIL
KUTANG DAN MEMBERIKANNYA KEPADA AGUS)
TOMBOI : ini aku kasi kamu kutang
AGUS : enak saja, aku tidak mau (sok-soan tidak mengambilnya)
TOMBOI : yah sudah, begini saja, nanti semua barang ini kita jual dan uangnya kita
bagi rata, bagaimana?
AGUS : nah, ini baru betul
TOMBOI : Bagaimana Din, kamu masih tidak mau join, kalau barang ini kita jual
uangnya cukup untuk tebus istri mu dirumah sakit dan membeli obat di apotek,
bagaimana Din?
UDIN : baiklah, betul juga, kita kan tidak mencurinya, tapi menemukan.
TOMBOI : nah gitu dong, berpikir yang realistis. Sudahlah sekarang kita tidur lagi,
besok pagi kita jual barang ini semua.
( SEMUANYA BERSIAP-SIAP UNTUK TIDUR DAN PERLAHAN LAMPU
REDUP )
ADEGAN 3
(MASUK IBU NARTI DENGAN JENGKELNYA MELIHAT PENJAGA POS
MALAH TIDUR SEMUA)
IBU NARTI : Bangun, bangun, bangun. (SEMUA KAGET, TERBANGUN TAK
KARUAN). Dasar pemalas, bangunnn, bagaimana malingnya, sudah ditangkap atau
tidak.
TOMBOI : aduhh, Ibuuu, maling itu sudah berpengalaman.
AGUS : betul itu Bu.
IBU NARTI : (MENANGIS) mati aku, mana belum lunas lagi, beberapa barang itu,
barang cicilan
UDIN : sudahlah Bu, ibu tidak usah menangis seperti itu, sabar.
IBU NARTI : bagaimana bisa sabar aku sudah lama manabung untuk membeli barang-
barang itu. Terutama barang yang dibelikan suami ku, pasti dia akan marah kalau
barangnya hilang (MENANGIS) karena barang itu dibeli dan dikirimkannya dari
Malaysia (MENANGIS).
AGUS : Udin, Tomboi, aku di luan yah, sudah lapar ini, aku mau menjual barang ini,
mumpung masih pagi, tentu masih banyak orang dipasar.
UDIN : tunggu dulu Gus, bukannya tadi kita sudah sepakat, kita jual bersama lalu
hasilnya kita bagi rata.
AGUS : kalau menunggu kalian, kelamaan, pasar jadi sepi.
TOMBOI : Gus, kamu tidak konsekuen. Pokoknya kita harus menjualnya bersama
IBU NARTI : hee heee tunggu dulu.
TOMBOI : ada apa ibu?
IBU NARTI : Aku sepertinya mengenal sarung itu.
TOMBOI : maksud ibu.
IBU NARTI : ibu barang ku yang hilang.
TOMBOI : Apa? Maksud ibu?
IBU NARTI : Itu sepertinya barang-barang ku yang hilang yang di ambil oleh maling.
TOMBOI : sebentar, mungkin ibu perlu memerhatikannya lagi, jangan sampai ibu
salah.
IBU NARTI : aku yakin, aku sangat yakin, bagaimana bisa lupa, baru tadi malam
barang ku hilang.
TOMBOI : tapi kan barang-barang ibu, sudah dibawa lari oleh maling.
UDIN : Sudah Bu, sebaiknya ibu istirahat dirumah, mungkin ibu sedang linglung.
IBU NARTI : Tidak mungkin, aku yakin itu barang-barang ku, aku curiga sama kalian,
jangan-jangan kalian.
UDIN : (UDIN MEMOTONG) ibu jangan berfikir sembarangan yah, kami ini bukan
maling, justru kami ingin menangkap maling.
AGUS : Betul itu Bu.
IBU NARTI : buktinya barang ku ada pada kalian, mana ada maling teriak dirinya
maling.
UDIN : Kami tidak pernah maling Bu, barang ini rezki dari tuhan.
TOMBOI : apa yang dikatakan Udin, betul Bu, karena tuhan itu mendatangkan
rezkinya kadang dengan jalan yang tak disangka-sangka. Ayo kita pergi.
KOOR : ayoo
IBU NARTI : , eeh Udin Udin, Tomboi boi boi kembalikan barang-barang ku, (
TERIAK, MENANGIS SAMPAI DUDUK DI BALE-BALE) tolong kembalikan
barang-barang ku.
( MASUK PENCURI YANG INGIN MENCARI BARANG CURIANNYA YANG
IA SIMPAN DIBALIK POHON)
MALING : waduhh, balesu, dimana yah. Aaah, perasaan tadi malam aku
menyimpannya disini. haa Sebentar. Iya, waktu aku sampai disini, aku minum sedikit,
makan barongko dan onde-onde dan pada saat asik-asiknya teriakan maling itu kembali
terdengar, dan barang itu. Ooh iya benar (MENCARI BARANG DIBALIK POHON)
aku meletakkannya disini. Tapi kenapa tidak ada yah? Siapa lagi yang mengambilnya
(MELIHAT IBU NARTI YANG SEDANG SEDIH LALU MENDATANGINYA)
maaf, kalaupun ibu bersedih, lanjutkan saja Bu, tapi, saya mau bertanya sama ibu,
begini Bu, tadi malam saya membawa barang Bu, yah, disana, saya menyimpannya
disana, dan sekarang barang itu tidak ada apa ibu melihatnya?
IBU NARTI : jadi kamu kehilangan barang? ( MENANGIS)
MALING : Benar, aku kehilangan barang, tapi kenapa ibu yang menangis.
IBU NARTI : Sama, aku juga kehilangan barang ku
MALING : Wah, kita senasip, kok bisa yah? Bisa ibu ceritakan kejadiannya.
IBU NARTI : kebetulan aku butuh teman curhat, tidak apa-apakan aku curhat sama
kamu? Nanti kalau kamu mau curhat juga bisa, aku akan mendengarkan mu (TETAP
DENGAN TANGISANNYA)
MALING : tidak apa-apa Bu, curhat saja, sapa tau aku bisa membantu ibu.
IBU NARTI : Tapi sebelum aku cerita tentang barang ku yang hilang, aku mau cerita
dulu tentang keluarga ku. (MALING MEMPERBAIKI DUDUKANNYA) Aku disini
tinggal bersama anak ku yang sekarang duduk dikelas 2 SMP, suami ku pergi ke
Malaysia, sejak ia di Malaysia, ia selalu mengirimi kami uang, sisa belanja aku tabung
dan belikan barang-barang supaya nantinya ketika ia pulang, ia dapat melihat hasil jerih
payahnya. Tapi sial, nasip ku sungguh sial, bari satu bulan barang-barang itu aku beli
dan masih dalam cicilan, eeh malah diambil sama maling ( MENANGIS).
MALING : sudah jangan menangis Bu.
IBU NARTI : bagaimana aku tidak menangis, apa kata suami ku nanti.
MALING : Lalu, apa maling itu sudah di tangkap?
IBU NARTI : (NGEGAS) kalau di tangkap, aku mana mungkin menangis, tapi aku
curiga sama peronda-peronda itu, tadi aku melihat mereka membawa barang dan
hendak menjualnya kKepasar, aku yakin kalau itu barang-barang ku (MENANGIS)
MALING : Jdi ibu melihat para peronda itu membawa barang? Apakah barangnya
dimasukkan kedalam sarung berwarna hijau dan didalamnya berisi barang-barang
elektronik?
IBU NARTI : eeee iya
MALING : aduh Bu, berarti ituuuu (TERHENTI)
IBU NARTI : tunggu dulu, tadi kau katakan, kalau barang itu di masukkan kedalam
sarung berwarna hijau dan didalamnya berisi barang elektronik? Kamu yakin itu
barang-barang mu yang hilang?
MALING : aah, tidak, bukan.
IBU NARTI : aah, kamu tidak usah bohong, pasti kamu malingnya, cepat kembalikan
barang-barang ku, kembalikan, cepat kembalikan barang-barang ku (MENGEJAR
DAN MEMUKUL-MUKUL MALING SAMBIL MENANGIS).
MALING : Bu Bu Bu, sudah Bu, ampun Bu, ampun, justru aku sekarang ini sedang
mencarinya Bu. Tapi sudah hilang.
IBU NARTI : tolonglah aku, kembalikan barang-barang ku itu, aku sudah tidak punya
apa-apa lagi (MENANGIS).
MALING : Bu, bukankah ibu sudah menemukan barang-barang itu, dan dibawa oleh
para peronda itu.
IBU NARTI : iya, tapi mereka mengatakan, kau itu milik mereka, katanya rezki dari
tuhan, malah mereka menuduh aku kalau aku fitnah mereka ( MENANGIS).
MALING : kasihan juga ibu ini.
IBU NARTI : kalau kasihan, bantu aku menyakinkan mereka kalau barang itu bukan
barang miliknya, tapi milik ku yang kau curu tadi malam.
MALING : Bu, jadi aku mengaku kalau aku maling.
IBU NARTI : ya iyalah.
MALING : tapi Bu, tidak ada sejarahnya maling teriak maling.
IBU NARTI : yah kamu buat sejarah sendiri, apa kamu tidak kasihan sama aku.
MALING : baiklah, aku akan membuat sejarah baru, bahwa ada maling yang
mengakui dirinya maling. Eeh Bu, tapi, bagaimana caranya?
IBU NARTI : bagaimana yah? ( BERDUA BINGUNG) Aaaah, begini (BERBISIK).
MALING : eee, aaa, sekarang?
IBU NARTI : Tidak, yah sekaranglah, ayo, ayo
( BUNYI SUMPRITAN HANSIP DARI LUAR)
HANSIP : Awas, awas awas awas, Minggir, minggir minggir. Pejabat dan kapolsek
akan datang, semua harus siaga (HANSIP MASUK) heee, kenapa kalian diam saja
disitu, bersihkan sedikit, kalian harus siap-siap, pejabat mau datang.
IBU NARTI : Kenapa harus siap-siap.
HANSIP : Yah memang harus seperti itu, supaya daerah kita ini memberi kesan yang
baik, dan membuktikan kalau daerah kita ini aman.
IBU NARTI : Tapi, kenyataannya daerah kita ini tidak aman.
HANSIP : aah, kamu benar-benar tidak paham, bagaimanapun kondisinya, kalau
pejabat akan datang, semua harus rapi, supaya kita dapat penghargaan dan nantinya
dana akan meluncur deras di desa kita.
IBU NARTI : kalau dananya keluar, kalian yang korupsi.
HANSIP : aaah, kamu benar-benar cerewet. Sudahlah. (JALAN KEBELAKANG
MEMPERSILAHKAN PEJABAT UNTUK MASUK) silahkan pak, Bu.
( KAPLSEK DAN IBU RT MASUK)
KAPOLSEK : bagaimana Bu RT, apakah semua aman dan terkendali?
IBU RT : alhamdulillah pak Kapolsek, daerah ini aman dan sangat terkendali.
KAPOLSEK : berarti semua kegiatan termasuk keperkuannya, berjalan dengan baik?
IBU RT : Berkat bimbingan bapak, semua berjalan dengan lancar, di daerah saya ini,
tidak ada satu pun permasalahan, baik itu pidana paupun perdata, semua masyarakat
saya sadar hukum pak, itu karena saya selalu memberikan penyuluhan dan untuk ronda
saya tidak pernah absen, hampir setiap malam saya keluar pak.
HANSIP : Bu RT ( MEMBERIKAN JEMPOL)
KAPOLSEK : Baguslah kalau begitu, apa mereka juga sedang ronda saat ini?
(MENUNJUK MALING DAN IBU NARTI)
IBU RT : 24 jam pak, jadi saya mengaturnya persib, bahkan wanita pun sudah saya
masukkan dalam jadwal ronda pak.
HANSIP : Bu RT ( MEMBERIKAN JEMPOL LAGI)
KAPOLSEK : itu terobosan yang bagus sekali, kalau begini terus, Kampung Suka
Damai ini, bulan depan akan saya usulkan untuk jadi kampung percontohan dan ibu
akan mendapatkan hadiah dari pak Kapolda.
IBU RT : terimakasih pak, saya mewakili seluruh warga mengucapkan terimasih
KAPOLSEK : iya ya ya, ( MEMPERHATIKAN POS RONDA) sepertinya pos
ronda ini ada beberapa bagian yang sudah rusak.
IBU NARTI : sekaranglah saatnya, kamu harus mengatakan pada pak polisi dan Bu RT
kalau kamu tadi malam maling.
MALING : ta ta tapi Bu.
IBU NARTI : Sana.
(MALING MENGHAMPIRI PAK POLISI DAN BU RT)
MALING : Pak Polisi, Bu RT, saya mau melapor. ( HANSIP MENDORONG
MALING DAN MEMBAWANYA MENJAUH DARI POLISI)
HANSIP : hee, sabun dandu’, apa yang kau lakukan ha’.
MALING : saya mau melapor, kalau saya tadi malam. Eee, maling.
HANSIP : what?
MALING : maling.
KAPOLSEK : ada apa?
HANSIP : Siap, tidak ada apa-apa NDAN, dia mau mengatakan kalau daerah ini tidak
ada maling Ndan.
MALING : Tidak Ndan, maksud saya (MELANGKAH MAJU INGIN KE ARAH
KAPOLSEK TAPI DICEGAT OLEH HANSIP)
KAPOLSEK : sudah, biarkan saja dia bicara.
IBU RT : Sudah pak, tidak begitu penting.
KAPOLSEK : Sekecil apa pun, mungkin bagi bapak itu penting, silahkan.
MALING : begini pak Polisi, Bu RT. Saya ini maling pak, pekerjaan saya maling.
KAPOLSEK : maksud kamu?
MALING : tadi malam, saya maling di rumah ibu itu.
IBU NARTI : betul pak, dia telah mencuri dirumah saya, barang-barang telah dia
ambil.
KAPOLSEK : Berarti kamu mau menyerahkan diri, begitu?
MALING : betul pak.
KAPOLSEK : Bu RT, ibu bilang kalau daerah ini aman, tapi kenyataannya masih ada
orang yang kemalingan.
HANSIP : Bu RT ( MEMBERIKAN JEMPOL)
IBU RT : kurang ajar, saya pecat kamu nanti (KE HANSIP). ( KE KAPOLSEK) tapi,
saya tidak yakin kalau dia itu maling, lagi pula mana ada maling ngaku kalau dirinya
telah maling, biasanya babak belur dulu pak, baru dia mau ngaku. Eeh, kamu dari mana
( KE MALING).
MALING : dari kampung sebelah Bu.
IBU RT : Bapak dengarkan, dia hanya mau merusak nama baik kampung ini.
MALING : tapi benar Bu, saya maling dikampung ini.
IBU RT : mana barang buktinya.
MALING : hilang.
IBU RT : Heem, makin tidak betul saja, kamu itu bukan maling.
MALING : maling bu, sumpah Bu, suwer deh, saya ini maling Bu.
IBU RT : tapi kan kamu tidak punya barang bukti. Pak kapolsek, bukankah bapak tidak
bisa menangkap okmum apa bila tidak punya barang bukti?.
KAPOLSEK : oh tentu saja, saya tidak akan menangkap kamu kalau tidak punya
barang bukti.
( MALING MENGHAMPIRI IBU NARTI)
MALING : Bagaimana ini Bu?
IBU NARTI : kita harus menemukan para peronda itu.
MALING : tapi kalau barang-barang itu telah di jual, bagaimana Bu.
IBU NARTI : Bagaimana yah? Atau kau teruslah mengaku, katakan akulah saksinya.
MALING : pak Polisi, saya punya saksi.
KAPOLSEK : saksi, siapa saksi mu?
MALING : Ibu ini
IBU RT : eeh Bu Narti, apa ibu berani bersumpah dipengadilan, kalau bapak ini yang
ibu lihat tadi malam. saya pikir ibu tidak mungkin melihatnya.
MALING : saya berani bersumpah Bu RT, kalau tadi malam, saya maling dirumah ibu
ini.
KAPOLSEK : saksi saja itu tidak cukup, kalau kamu punya bukti, sekarang juga saya
bisa menangkap mu. Kalau kamu memaksa ingin ditangkap, sebaiknya kamu cari
barang bukti dulu.
MALING : bagaimana ini Bu.
(DARI LUAR ISTRI AGUS TERIAK=TERIAN DAN MARAH PADA AGUS)
ISTRI AGUS ; kurang ajar kamu Agus, Agus, Agus, dasar tidak tahu diri, sini kamu
Agus.
AGUS : ampun, ampun, ampun, ampun.
ISTRI AGUS : kurang ajar kamu Agus, tadi malam kamu bilang mau pergi ronda,
ternyata kamu selingkuh, tadi malam kamu pasti tidur dengan perempuan lainkan,
kurang ajar kamu ini, kamu tega Agus, tega kamu Agus.
AGUS : sumpah sayang, aku tidak bohong, tadi malam aku pergi ronda.
ISTRI AGUS : ahh, kamu bohong, kamu pasti tidur dengan perempuan lain.
AGUS : sumpah, aku berani mati.
ISTRI AGUS : trus, ini apa ha’, ini apa Agus. (MENUNJUKKAN KUTANG)
HANSIP : sudah, sudah diam, jangan ribut disini, malu disini ada pak kapolsek dan
pejabat disini.
IBU RT : Sudah, sudah. Bikin malu saja kalian ini. Eeh Agus, apa benar yang
dikatakan istri mu itu?
AGUS : Saya berani sumpah Bu, saya tadi malam ngeronda.
IBU RT : lalu kenapa ada pakaian dalam wanita kamu bawa pulang?
AGUS : Barang itu saya dapat, akan saya jual kepasar.
IBU RT : Jadi kamu tidak tahu itu kutang siapa?
ISTRI AGUS : sudah pasti kutang selingkuhannya.
AGUS : bukan, Sumpah
ISTRI AGUS : lalu kalau bukan, jadi punya siapa?
( IBU NARTI MELIHAT DENGAN BAIK KUTANG ITU)
IBU NARTI : itu punya saya Bu.
KOOR : waduhhh. (SEMUA ORANG KAGET)
ISTRI AGUS : Ooh, jadi ini kutang kamu, dasar perempuan gatal, jarang di belai,
pelakor, selingkuh sama suami ku.
IBU NARTI : kamu jangan asal bicara yah, tidak mungkin saya suka sama suami mu
yang bloon itu.
ISTRI AGUS : Buktinya, kutang mu kau serahkan, siapa tahu, suami mu saja di
Malaysia dasar perempuan gatal.
IBU NARTI : terserah, intinya saya tidak selingkuh dengan suami mu, yang bloon itu.
(IBU NARTI MENGHAMPIRI IBU RT)
IBU NARTI : Bu RT, sekarang saya punya bukti.
IBU RT : maksud mu?
IBU NARTI : bahwa barang ini adalah salah satu barang ku yang hilang.
KAPOLSEK : jadi barang ibu yang hilang itu, pakaian dalam.
IBU NARTI : bukan itu saja pak.
MALING : Ada HP, setrika, reskuker dan barang-barang lainnya pak, dan itu semua
saya yang mencurinya pak.
KAPOLSEK : Tapi tetap, saya tidak bisa menangkap mu, karena barang bukti ada
pada bapak ini, jadi bapak inilah yang akan saya tangkap. Hansip, bawa ke kantor.
HANSIP : Siap. Komandan.
AGUS : pak, saya tidak mencuri, pak.
KAPOLSEK : aah, sudah diam.
ISTRI AGUS : pak polisi, suami saya bukan maling pak polisi, suami saya cuman
selingkuh (MEMOHON PADA POLISI)
AGUS : aku bukan maling.
HANSIP : aah, diam, cepat jalan.
ISTRI AGUS : Agus suami ku, Agus (MENGEJAR AGUS)
IBU NARTI : Pak, malingnya bukan itu, tapi yang ini ( BINGUNG)
( UDIN, DAN TOMBOI MASUK)
TOMBOI : kita tetap harus bersyukur, mana ada rejeki nomplok sebanyak ini, lalu
selebihnya untuk mu Din istri mu kan lagi sakit, kamu harus membeli obat.
(TERHENTI SEJENAK) Loh, kok rame sekali, lengkap lagi, ada Pak Polisi, Bu RT. (
MELANGKAH MENDEKATI PAK POLISI DAN BU RT) selamat siang pak,
tumben.
IBU RT : eeeh, kalian kemana saja.
TOMBOI : ada apa Bu.
IBU RT : kalau tidak salah, kalian tadi malam bersama Agus juga kan?
TOMBOI : Memangnya ada apa Bu?
IBU RT : ia terbukti mencuri barang ibu itu, apakah kalian juga?
TOMBOI : Maaf Bu, memang tadi malam kami ronda, tapi saya dan Udin pulang di
luan Bu.
IBU NARTI : Bohong Bu, saya melihat sendiri, mereka membagi barang milik saya di
pos ronda itu.
MALING : Tunggu dulu, apakah kalian, yang mengambil barang yang ada disini,
sarung hijau.
TOMBOI : tidak, kami tidak melihat apa-apa, betulkan?
IBU RT : sudah, saya pikir semua sudah jelas dan malingnya sudah di tangkap. Mari
pak Kapolsek, kita mampir kerumah, saya sudah menyiapkan palekko dan
Nasi hangat buat bapak.
KAPOLSEK : wah, palekko, itu makanan kesukaan saya.
IBU RT : Iya pak, silahkan.
IBU NARTI : lalu Bu, bagaimana dengan barang saya yang hilang Bu.
IBU RT : aah, sudah, Bubar-bubar.
IBU NARTI : bu RT, Bu, Bu RT. Boi, Udin, Jali, kembalikan baran-barang ku
(MENGAJAR TOMBOI DKK).
( MALING MENUJU KE POS RONDA)
MALING : Kenapa jadi kacau begina yah, sudah jelas-jelas, aku malingnya tapi orang
lain di tangkap, padahal aku sudah berasaha mengatakan, kalau akulah malingnya,
tetapi tetap saja mereka tidak percaya. Aah sudalah, dari pada aku memikirkan hukum
negara yang kacau ini, haaaah. (LAMPU REDUP)
( DARI BELAKANG TERIAKAN-TERIKAN MALING ITU TERDENG AR
KEMBALI)
MALING : ( MALING TERBANGUN) ada maling, mana malingnya, dimana
malingnya, dimana dia. ( SEORANG BERLARI MALING MASUK MEMBAWA
BARANG DAN MELETAKKANNYA DI POS RONDA TEMPAT “MALING”
BERADA LALU MALING ITU PERGI LALU DATANG SEKELOMPOK
WARGA MENGIRA “MALING” ADALAH MALINGNYA)
-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai