Anda di halaman 1dari 20

’Pengawasan Kualitas Udara Di Pemukiman’’

DI SUSUN OLEH

Kelompok V

Alifa Isratul Izzah 2011100001

Lady Viona Descartes 201110016

Lara Yelisa 201110017

Rahma Lina 201110029

DOSEN PEMBINGBING

Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes

Dr. Muchsin Riviwanto, SKM,M.Kes

PROGRAM STUDI D3 SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4

1.3 Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5

2.1 Teori Pedsiposing, Reinforcing, dan Enabling Factor..............................................5

2.2 Teori Sosial Kognitif.................................................................................................6

2.3 Health Belief Model..................................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................8

3.2 Saran.........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahnya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Penyehatan
Pemukiman di poltekkes kemenkes padang. Selain itu makalah ini saya juga berharap dapat
berguna dan menambah wawasan bagi pembaca tentang “Pengawasan Kualitas Udara Di
Pemukiman"

Penulis menucapkan terima kasih karena tugas yang diberikan ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan pengetahuan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis sangat
menyadari betul makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran pembaca akan sangat membantu mengobarkan semangat kami untuk membuat makalah
selanjutnya.

Padang, 03 September 2022

Kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak

semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan,

ketentraman, ketertiban dan kenyamanan. Pemerintah kota harus menyadari bahwa

kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

memenuhi setiap kepentingan warganya dan memenuhi tuntutan masyarakat

perkotaan akan perkembangan dan kemajuan kota. Perkembangan kota dapat

menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat jika kebutuhan masyarakat tidak

seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan sehingga muncul

masalah, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat pencemaran atau polusi

udara, serta menurunnya kualitas lingkungan hidup karena pencemaran air,

pencemaran udara dan lain-lain. Contoh kasus sebagaimana diungkapkan oleh

Sastrawijaya misalnya pengaliran busa deterjen ke Laut Jawa, pendangkalan

bendungan Jatiluhur, pengotoran udara kendaraan bermotor di Kota-Kota besar dan

pencemaran debu di Gresik, merupakan kasus pencemaran yang mengganggu

kehidupan manusia (Sastrawijaya, 2009).

UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi

dengan UU No 32 tahun 2004 dalam derajat tertentu memberi harapan baru terhadap

perkembangan desentralisasi dan diharapkan akan meningkatkan akuntabilitas

para
pejabat daerah pada publiknya. Adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa

telah terjadi pergeseran tuntutan tugas-tugas pemerintah. Sejalan dengan

desentralisasi maka sebagian tugas pemerintahan pusat kini telah memungkinkan

dilaksanakan oleh daerah, dengan harapan bahwa peningkatan kesejahteraan rakyat

akan dapat lebih cepat diwujudkan mengingat lebih dekatnya pemerintah daerah

kepada masyarakat (UU No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah).

Pencemaran udara yang bersumber dari emisi gas buang kendaraan bermotor

dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi kelangsungan hidup manusia

seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), serangan jantung, darah tinggi dan

akibat lain yaitu menurunnya kualitas Intelektual Quetiont (IQ) pada anak-anak serta

dapat pula berpengaruh pada hewan dan tumbuhan.

Pencemaran udara akibat aktivitas sektor tranportasi yang utama adalah

akibat kendaraan bermotor di darat. Transportasi jalan raya memberikan kontribusi

yang cukup signifikan bagi pencemaran di perkotaan. Menurut World Health

Organization (WHO), 70% sumber pencemar berasal daeri emisi gas buang

kendaraan bermotor. WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 0,5 juta penduduk

perkotaan meninggal akibat partikel udara kotor (WHO, 2003 dalam Ruktiningsih et

al, 2005). Adapun kajian Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun

1996 menyebutkan bahwa penyumbang zat-zat pencemar terbesar di kota besar di

Indonesia adalah kendaraan pribadi. Sumber pencemaran transportasi yang berasal dari
kendaraan bermotor dapat di klasifikasiakn menjadi:

a. Kendaraan bermotor ringan, meliputi sedan, oplet, pick-up, mini bus dan

mini truk
b. Kendaraan bermotor berat : bus besar, truk dengan as lebih dari dua.

Efek yang akan ditimbulkan jika konsentrasi Karbon Monoksida (CO) berada

pada kondisi tertentu seseorang akan mengalami kerusakan otot jantung dan Susunan

Syaraf Pusat dengan keluhan yang dapat dirasakan yaitu merasa pusing, penglihatan

menjadi kabur. Bahkan pada konsentrasi yang tinggi sampai berujung pada kematian.

tetapi dari semua hasil pengukuran Karbon Monoksida (CO) yang dilakukan,

konsentrasi untuk setiap titiknya belum melebihi nilai ambang batas yang ditentukan,

berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 Tentang Standar Baku Mutu

Udara Ambien

Hasil pengukuran oleh Balihristi tahun 2009-2011 di beberapa titik terdeteksi

kadar NO₂ yaitu 16,8-21,6 g/m3, menunjukkan bahwa semakin banyaknya aktivitas

yang dilakukan masyarakat maka peningkatan oleh parameter pencemar udara pun

akan semakin meningkat. Gangguan perekonomian dapat pula terjadi akibat

tercemarnya udara, NO₂ merupakan penyebab berkurangnya hasil produksi, Benda-

benda dapat menjadi rusak atau hancur karena adanya polutan yang bersifat

asam. Untuk pemeriksaan konsentrasi O₃ oleh Balihristi tahun 2009-2011 yang

terdeteksi antara 36–78 g/m3. Kadar ozon yang terdeteksi merupakan hasil yang

terbentuk ketika sinar matahari berinteraksi dengan gas buang dari kendaraan

(Balihristi, 2012). Hal ini dapat di lihat bahwa pertumbuhan masyarakat, aktivitas-

aktivitas seperti transportasi, perdagangan, pemukiman, dan perkantoran di Provinsi

Gorontalo khususnya di Kota Gorontalo semakin pesat, dan akan terus meningkat

setiap tahunnya. Jika tidak dilakukan pembenahan yang baik, maka beberapa tahun

kedepan akan terjadi penurunan kualitas udara yang sama dengan kota–kota besar
lainnya, dimana tingkat pencemaran udaranya telah melebihi baku mutu yang di

syaratkan.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Umar (2001:29), faktor-faktor yang

mempengaruhi konsentrasi polutan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor antara

lain adalah:

a. Kendaraan bermotor

b. Kemacetan lalu lintas, sehingga pada daerah tertentu terjadi akumulasi

polutan yang tinggi

c. Pengemudi yang tidak mengemudikan kendaraan dengan benar dan baik

serta perawatan yang tidak baik dari mesin kendaraan itu sendiri

d. Kondisi lingkungan geografis yang relatif tertutup, sehingga menyulitkan

pergerakan bebas udara yang telah terpolusi.

Menurut Soemirat (2011) bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan

dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya

gangguan kesehatan akibat pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan

organ penglihatan. Salah satu dampak kronis dari pencemaran udara adalah

bronchitis dan emphysema.

Tabel 1.1 Peraturan-Peraturan Untuk Menanggulangi Pecemaran Udara

N0 Peraturan Isi

1. UU No.14 Tahun 1992 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

2. UU No.23 Tahun 1997 Pengelolaan lingkungan hidup


3. PP No.44 tahun 1993 Kendaraan dan Pengemudi

4. Kep-35/MENLH/10/1993 Ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor.

5. Kep-15/MENLH/4/1996 Program langit biru

6. Kep-45/MENLH/1997 Indeks standar pencemaran udara.

7. Kep-141/MENLH/2003 Ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor dan tipe baru dan kendaraan

bermotor yang sedang di produksi

8. Kep-08/MENHUB/1989 Uji Petik Kendaraan Bermotor

Sumber: supramu, 2007

Tabel menunjukan peraturan-peraturan tentang penanggulangan pencemaran

di atas. Dari tabeldi atas ada termasuk peraturan mngenai uji emisi di antaranya Kep-

35/MENLH/10/1993 tentang Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.

Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri tersebut berarti Indonesia telah

mengikuti proses harmonisasi standar di dunia yang telah diikuti oleh hampir semua

negara di ASEAN. Keputusan Menteri ini dikeluarkan sebagai salah satu usaha untuk

memperbaiki kualitas udara di kota-kota besar dengan memasukkan kendaraan

bermotor yang menggunakan teknologi yang ramah lingkungan (EURO 2). Dan yang

ke dua peraturan Kep-141/MENLH/2003 mengenai Ambang batas emisi gas buang

kendaraan bermotor dan tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang di produksi.

Peraturan-peraturan tersebut dapat di jadikan dasar pemerintah Kota

Gorontalo dalam menentukan kebijakan-kebijakan untuk penaggulngan pencemran


udara dari sektor transportasi, dan sampai saat ini belum ada peraturran daerah yang

mengatur tentang pencemran udara dari sektor transportasi tersebut.

Kebijakan-kebijakan tersebut belum tentu efektif dan efsien di

implementasikan serta berpihak kepada masyarakat. Suatu mekanisme pelaksanaan

yang di anggap efektif berdampak luas antara lain adalah melalui uji emisi kendaraan

bermotor yang di laksanakan oleh tim penguji emisi yang terdiri dari Dinas

Perhubungan Dan Badan Lingkungan Hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Kebijakan Uji Emisi dalam Penanggulangan

Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi pemukiman?

2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan Kebijakan

Uji Emisi dalam Penanggulangan Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi

dipemukiman?

3. Bagaimana solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi dalam

mengimplementasikan Kebijakan Uji Emisi dalam Penanggulangan

Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi di pemukiman.

2. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala

tersebut.
BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara


Udara terdiri dari campuran berbagai macam gas dan didominasi
oleh gas nitrogen (N). Campuran gas dan zat tersebut secara alamiah
masuk ke dalamudara melalui proses seperti gas hasil pembusukan, debu
akibat erosi, dan serbuk tepung sari yang terbawa angina. Menurut Sunu
(2001), udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya
sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat
oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses
fotosintetis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar
ultraviolet dari matahari

Pengertian pencemaran udara sendiri menurut Peraturan Pemerintah


RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam
udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya. Berbeda dengan proses alamiah, kegiatan manusia yang
menghasilkan zat berlebih kemudian masuk ke dalam udara mengakibatkan
beban berat sehingga udara tidak dapat memenuhi fungsinya lagi.

Sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dalam


pencemaran udara. Dikota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, sementara
kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%,
dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain seperti rumah tangga,
pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain (BPLH DKI
Jakarta,2013).

2.2 Dampak Pencemaran Udara

Udara yang tercemar partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan


kesehatan yang terutama terjadi pada fungsi organ tubuh seperti paru-paru,
pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit karena partikel
dan debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti, bronchitis
kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan kanker paru. Bahan pencemar gas
yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk ke dalam tubuh sampai ke
paru-paru yang akhirnya diserap oleh sistem pembuluh darah (Mukono, 1997).

Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan terhadap manusia


dan lingkungan. Pencemaran udara meningkat mempengaruhi produktivitas
pertanian, merusak bahan-bahan, berdampak negatif terhadap ekosistem, dan
menyebabkan gangguan estetika. Dari seluruh dampak tersebut, dampak
terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia adalah yang dominan dengan
kontribusi kurang lebih 90% dari total kerusakan akibat pencemaran udara
(Sihotang, 2010).

2.3 Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak
berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu
dibawah -192oC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2004).

Di lingkungan, karbon monoksida dapat terbentuk secara alamiah,


namun sumber utama dari gas tersebut adalah dari kegiatan manusia. Karbon
monoksida yang berasal dari alam yaitu akibat kebakaran hutan, oksidasi metal
di atmosfer, lautan, serta badai listrik alam. Sementara sumber CO buatan
antara lain berasal dari kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan
bahan bakar bensin. Konsentrasi CO yang tinggi seringkali diperoleh dari gas
buang kendaraan bermotor dan polusi dalam ruangan yang buruk. Pada
pembakaran bahan bakar bermotor, seluruh penggunaan bahan bakar tidak
diubah seluruhnya menjadi CO2 dan H2O tetapi sebagian juga dilepaskan
menjadi CO dan sebagian material partikulat karbon organic (Brimblecombe,
1986).

Fardiaz 1992 menyatakan bahwa konsentrasi co diudara perwaktu


dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor.
Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada semakin tinggi tingkat polusi co
diudara.

Terpaparnya gas pencemar berupa CO dalam darah (COHb) pada


manusia ini akan mengakibatkan penurunan kapasitas darah untuk mengikat
oksigen. Kadar COHb dalam akan naik apabila CO meningkat dan aktifitas
fisik juga meningkat. Paparan yang berlebihan pada manusia akan
mengakibatkan pengrusakan penglihatan dan kesadaran, fungsi sistem kontrol
syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dalam kondisi
yang berlebihan dapat menyebabkan kematian.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara


Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara adalah sebagai berikut:

2.4.1 Sumber Emisi


Menurut Soedomo (2001), jenis sumber-sumber pencemar dibedakan
berdasarkan perilakunya di atmosfer dalam dua kelompok yaitu:

2.4.1.1 Pencemar udara primer, komposisinya tidak akan mengalami


perubahan di atmosfer baik secara kimia maupun fisis dalam
jangka waktu yang relatif lama (harian sampai tahunan dan akan
tetap seperti komposisinya seperti waktu diemisikan oleh
sumber). Pencemar ini misalnya CO, CO 2, NO2 , N2O, TSP,
SO2, metana, senyawa halogen, partikel logam dan lain -lain.
Pencemar ini memiliki waktu tinggal yang lama di atmosfer
karena sifatnya yang stabil terhadap rekasi- reaksi kimia fisik
atmosfir.
2.4.1.2Pencemar udara sekunder, terbentuk di atmosfer sebagai hasil rekasi
–rekasi atmosfir seperti hidrolisis, oksidasi dan reaksi fotokimia.

2.4.2 Arah dan Kecepatan Angin


Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan
tekanan udara antara tempat asal dan arah angin sebagai faktor
pendorong. Secara umum polutan-polutan di atmosfer terdispersi dalam
2 cara yaitu melalui kecepatan angin dan turbulensi atmosfer.
Turbulensi menyebabkan terjadinya aliran udara melalui 2 cara yaitu
pusaran termal dan pusaran mekanis (Zendrako, 2010)

2.4.3 Kelembaban dan Suhu Udara


Sastrawijaya (2009) menyatakan bahwa konsentrasi pencemar
di udara bergantung kepada kondisi cuaca. Kecepatan dan arah angin
berhembus, distribusi suhu vertikal, dan kelembaban adalah unsur-
unsur yang berperan dalam perubahan cuaca ini. Perubahan suhu juga
merupakan faktor pengubah yang besar. Pergolakan ke atas akan
membawa pencemar ke daerah yang suhunya lebih rendah.

Pada kelembaban udara yang tinggi maka kadar uap di udara


dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tidak
berbahaya atau menjadi zat pencemar sekunder (Departemen Kesehatan
dalam Faudzi, 2012).

2.4.4 Intensitas Cahaya


Tingkat stabilitas atmosfer harus diketahui untuk
memperkirakan kemampuan atmosfer untuk mendispersikan polutan.
Kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari merupakan faktor yang
digunakan dalam penentuan kelas stabilitas. (Rahmawati, 1999)

2.5 Pemodelan Dispersi Gauss

Menurut Hassan (2000), Model Gaussian line source adalah


perkembangan dari Gauss plume dengan mengasumsikan bahwa sebuah
deretan yang mutually independent, masing – masing menghasilkan kepulan
polutan. Sehingga konsentrasi pada suatu titik di jalan dihitung sebagai jumlah
konsentrasi titik-titik sumber pada jalan tersebut.

Gambar 2.1 Model Gaussian line source

Menurut Putut dan Widodo (2011), Asumsi-asumsi yang digunakan


pada model ini adalah:

1) Sumber polutannya adalah lurus.


2) Data meteorologi yang digunakan valid.
3) Polutan CO tidak bersifat reaktif, yaitu tidak mengalami perubahan
fisis dan kimia akibat bereaksi dengan partikel lain. Laju perubahan
bentuk serta penghilangannya tidak diperhitungkan.
4) Kecepatan angin dihitung dilokasi pengamatan.
5) Faktor emisi yang digunakan untuk menghitung konsentrasi CO
pada kondisi idle dan kondisi kendaraan yang bergerak.

Menurut Liu dan Liptak (2000), Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi dispersi polutan adalah kecenderungan polutan-polutan
tersebut untuk berdifusi. Model Gauss menerangkan konsentrasi
polutan searah dengan arah angin dari sumber. Beberapa penyelidikan
empiris dilakukan untuk menguji validasi model Gauss dari satu titik
sumber. Selanjutnya hasil pendugaan model dibandingkan dengan data
pengukuran di lapangan.
2.6 Baku Mutu Udara Ambien
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999, baku mutu
udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara
ambien nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun
1999 tentang pencemaran udara. Sedangkan untuk di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta baku mutu udara daerah diatur dalam Peraturan
Gubernur DIY nomor 153 tahun 2002 tentang baku mutu udara ambien
daerah seperti tabel 2.1.

Tabel 2.1. Baku Mutu Udara Ambien

Parameter Waktu Bak Metod Peralatan


Pengukuran u e
Mut Analis
u is
(ppm)
1 Jam 35
NDIR
CO (Carbon 8 9
mono Spektrometr Spektrofotom
Bulan
i etri
oksida)
Sumber : Peraturan Gubernur DIY Nomor 153 tahun 2002

2.7 Parameter Kualitas Udara


Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang
menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang
didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk
hidup lainnya. ISPU ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang
terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi. Rentang Indeks Standar
Pencemar Udara dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
1. Kategori Baik 0 - 50 Tingkat kualitas udara tidak memberi efek buruk bagi
kesehatan manusia atau hewan, serta tidak mempengaruhi tumbuhan, bangunan,
dan nilai estetika.
2. Kategori sedang 51 - 100 Tingkat kualitas udara tidak memberi efek buruk bagi
kesehatan manusia dan hewan, namun mempengaruhi tumbuhan yang sensitif,
serta nilai estetika.
3. Kategori Tidak sehat 101 - 199 Tingkat kualitas udara merugikan manusia dan
kelompok hewan yang sensitif, serta menimbulkan kerusakan pada tumbuhan
ataupun nilai estetika.
4. Kategori Sangat tidak sehat 200 - 299 Tingkat kualitas udara dapat merugikan
kesehatan pada beberapa segmen populasi yang terpapar.
5. Kategori Berbahaya 300 - lebih Tingkat kualitas udara berbahaya secara umum dan
menimbulkan kerugian kesehatan yang serius.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengertian pencemaran udara sendiri menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41
tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah masuknya atau dimasukkannya
zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya. Udara yang tercemar partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan
pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan terhadap manusia dan lingkungan.


Pencemaran udara meningkat mempengaruhi produktivitas pertanian, merusak bahan-bahan,
berdampak negatif terhadap ekosistem, dan menyebabkan gangguan estetika.Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas udara adalah sebagai berikut: Sumber Emisi, Arah dan
Kecepatan Angin, Kelembaban dan Suhu Udara, Intensitas Cahaya.

3.2 SARAN
Kualitas udara lingkungan permukiman dipengaruhi oleh kualitas lingkungan
fisik,kimia dan mikrobiologi serta keberadaan tingkah laku sosial masyarakat. Untuk
dapat mewujudkan permukiman yang bersih dan sehat maka dimulai dari
masyarakat itu sendiri. Hal tersebut agar dalam pelaksanaan dan pemeliharaan
prasarana permukiman menjadi bagian dari kegiatan komunitas.
18

DAFTAR PUSTAKA

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6215361/polusi-udara-di-tangsel-utara-tak-
seburuk-di-selatan-inikah-penyebabnya

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6213515/kata-warga-soal-polusi-udara-di-
tangsel-konon-lebih-buruk-dari-dki

18
19

LAMPIRAN

A. Kuesioner Pemantauan Kualitas Udara

N PERTANYAAN JAWABAN
O

1. Apakah udara yang ada disekitar area ini


tercemar?

a. Ya
b. Tidak
2. Jika Ya, apa jenis pencemar udara yang
beredar disekitar anda?

a. Debu
b. Asap
c. suara
3. Bagaimana tata ruang dalam rumah ?

a. bersekat
b. tidak bersekat
4. Apakah ada Dinding/ sekat pemisah dapur?

a. Ada
b. Tidak ada
5. Bagaimana kondisi dinding rumah ?

a. Permanen
b. Semi permanen
c. Bilik/papan
d. Lain lain
6. Bagaimana luas ventilasi/lubang angin di
ruang tempat berkumpulnya keluarga?

a. < 20 % dari luas lantai


b. ≥ 20 % dari luas lantai
7. Bagaimana luas ventilasi/lubang angin di
kamar tidur ?

a. < 20% dari luas lantai


b. ≥ 20% dari laus lantai
8. Apakah dapur memiliki lubang keluarnya
asap hasil kegiatan memasak?

a. Ya
b. Tidak 19
20

9. Luas ventilasi/lubang angin di dapur?

a. < 20% dari luas lantai


b. ≥ 20% dari luas lantai
10. Apakah ada cerobong asap dapur?

a. Ada
b. Tidak ada

20

Anda mungkin juga menyukai