Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
KONSEP DEMOKRASI DAN URGENSI YANG BERSUMBER DARI
PANCASILA

Di Susun Oleh:
Kelompok 1
LOKAL 1 C

1.Andri Oktaberino (233110425) 8.Lidya Oksa Rahmadani (233110443)


2.Azhifa Fauziah Zhakyra (233110430) 9.Melviana (233110445)
3.Chindi Rahmadini (233110431) 10.Rezky Aulyya Nisa (233110454)
4.Devalino Raihannanda (233110433) 11.Sarah Fajriana Putri (233110456)
5.Dhea Nabila Fitrah (233110434) 12.Shiva Patmela Rahim (233110457)
6.Helga Nurfajri Yanti (233110440) 13.Yaniva Az-zahra Idris (233110461)
7.Keyshya Mauralia Putri R. (233110442)

Dosen Pengampu:

Dr. Junaidi Indrawadi, M.Pd

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Kewarganegaraan yang
berjudul “Konsep dan Urgensi yang Bersumber dari Pancasila”. Selanjutnya Sholawat serta
salam saya haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW dan semoga kita
mendapatkan syafa’at beliau di Yaumil Qiyamah nanti. Amiin.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Junaidi Indrawadi, M.Pd
yang telah memberikan tugas makalah ini dengan tujuan agar dapat menambah wawasan
maupun pengetahuan mengenai konsep dan urgensi yang bersumber dari pancasila. Kami
mengakui bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan karena pengetahuan kami yang
terbatas. Oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi
kesempurnaan makalah ini.Penghargaan kami sampaikan kepada Chindi Rahmadini yang telah
dengan tekun menyusun makalah ini, serta kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam
membuat makalah ini.Kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan
pemahaman bagi kita semua di masa mendatang.

Padang, 15 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan ................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
2.1 Pengertian Konsep dan Urgensi Demokrasi ...... Error! Bookmark not defined.
2.2 Menemukan alasan perlunya demokrasi ........... Error! Bookmark not defined.
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Demokrasi…….16
2.4 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar
Negara..Error! Bookmark not defined.
2.5 Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila .............. Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP ................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ........................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap warga negara mendambakan pemerintahan demokratis yang menjamin


tegaknya kedaulatan rakyat. Hasrat ini dilandasi pemahaman bahwa pemerintahan
demokratis memberi peluang bagi tumbuhnya prinsip menghargai keberadaan individu
untuk berpartisipasi dalam kehidupan bernegara secara maksimalKarena itu demokrasi
perlu ditumbuhkandipeliharadan dihormati oleh setiap warga negara.

Setiap negara mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat atau
demokrasinyaHal ini ditentukan oleh sejarah negara yang
bersangkutankebudayaanpandangan hidupserta tujuan yang ingin dicapainyaDengan
demikianpada setiap negara terdapat corak khas demokrasi yang tercermin pada pola
sikapkeyakinan dan perasaan tertentu yang mendasarimengarahkandan memeberi arti pada
tingkah laku dan proses berdemokrasi dalam suatu sistem politik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu demokrasi?

2. Bagaimana pemikiran tentang demokrasi di indonesia?

3. Mengapa demokrasi diperlukan yang bersumber dari pancasila ?

4. Bagaimana sumber historissosiologisdan politik tentang demokrasi pancasila ?

5. Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan demokrasi yang


bersumber dari pancasila ?

6. Apa itu esensi dan urgensi demokrasi pancasila ?

4
1.3 Tujuan

1. Mengetahui Apa itu demokrasi

2. Mengetahui pemikiran tentang demokrasi di indonesia

3. Mengetahui Mengapa demokrasi diperlukan yang bersumber dari Pancasila


Mengetahui sumber historis, sosiologisdan politik tentang demokrasi pancasila

4. Mengetahui Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan


demokrasi yang bersumber dari pancasila.

5. Mengetahui Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan


demokrasi yang bersumber dari pancasila

6. Mengetahui esensi dan urgensi demokrasi pancasila

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Memahami Konsep dan Urgensi Demokrasi


Apa yang dimaksud dengan demokrasi? secara etimologis, demokrasi berasal dari Bahasa
Yunani Kuno, yang terdiri atas dua kata, yaitu demos" dan "kratein". Kata demos memiliki
arti rakyat dan cratos memiliki makna pemerintahan. Jika kita hubungkan, maka dapat
dipahami bahwa secara etimologi atau bahasa demokrasi adalah pemerintahan rakyat,Selain
dari segi bahasa, pengertian demokrasi juga dikemukakan oleh banyak ahli. Dalam "The
Advanced Learner's Dictionary of Current English (Hornby, 1995) dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan democracy adalah "(1) country with principles of government in
which all adult citizens share through their ellected representatives: (2) country with
government which encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech,
religion, opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule, accompanied
by respect for the rights of minorities. (3) society in which there is treatment of each other
by citizens as equals".
Dari kutipan pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk pada
pengertian kehidupan bernegara atau bermasyarakat di mana warganegara dewasa
diharapkan dapat berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih.
selanjutnya pemerintahan yang dalam hal ini merupakan wakil rakyat dapat memberikan
jaminan kebebasan/ kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat, berserikat,
menegakkan "rule of law", adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak
kelompok minoritas; dan masyarakat yang warganegaranya saling memberi perlakuan yang
sama. Makna demokrasi di atas sesunggyhnya senada dengan yang disampaikan oleh
Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa "demokrasi
adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" atau "the government
from the people, by the people, and for the people". Dalam hal ini "people" yang menjadi
pusatnya.
Selanjutnya, sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995) menyimpulkan
bahwa demokrasi sebagai sistem memiliki sebelas pilar atau soko guru, yakni "Kedaulatan
Rakyat, Pemerintahan Berdasarkan Persetujuan dari yang Diperintah, Kekuasaan Mayoritas,
Hak-hak Minoritas, Jaminan Hak-hak Azasi Manusia, Pemilihan yang Bebas dan Jujur,
Persamaan di depan Hukum, Proses Hukum yang Wajar, Pembatasan Pemerintahan secara
Konstitusional, Pluralisme Sosial, Ekonomi dan Politik, dan Nilai-nilai Toleransi,
Pragmatisme, Kerja Sama dan Mufakat

6
2.2 Menemukan alasan perlunya demokrasi
Alasan Diperlukannya Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila Bersumber pada
ideologinya, demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Nilai-nilai
dari setiap sila pada Pancasila sesuai dengan ajaran demokrasibukan ajaran otoritarian atau
totalitarian. JadiPancasila sangat cocok untuk menjadi dasar dan mendukung demokrasi di
IndonesiaNilai-nilai luhur yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan pilar-
pilar demokrasi modern.
Nilai-nilai yang demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila yaitu :
➢ Kedaulatan Rakyat
Berdasarkan UUD 1945 alenia IV yaitu "...yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat...". Kedaulatan rakyat adalah esensi dari
demokrasi.
➢ Republik
Berdasarkan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi "...yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indoensia...". Republik berarti res publica yang artinya negara untuk
kepentingan umum
➢ Negara Berdasar atas Hukum
Berdasarkan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi "... Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dannn untuk memajukan
kesejahteraan umummencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...". Negara hukum
Indonesia menganut hukuman arti-arti luas atau materiil
➢ Pemerintahan yang Konstitusional
Berdasarkan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi "...maka disusunlah Kemerdekaan-
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia...". UUD negara Indonesia 1945 adalah konstitusi negara.
1. Sistem Perwakilan
Berdasarkan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi "...Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan...".
2. Prinsip Musyawarah
Berdasarkan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi "...Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan...".
3. Prinsip Ketuhanan
Demokrasi di Indonesia harus dapat dipertanggungjawabkan ke bawah yaitu rakyat dan keatas
yaitu Tuhan.

7
Unsur utama dari demokrasi yang berdasarkan Pancasila yaitu prinsip "musyawarah". Prinsip
ini bersumber dari sila keempat Pancasilayang intinya adalah "win win solution"Artinya
dengan prinsip musyawarah tersebut diharapkan memuaskan semua pihak yang berbeda
pendapat. Dalam hal ini, konsep demokrasi musyawarah versi Indonesia merupakan salah satu
bentuk dari teori demokrasi konsensus (Munir Fuady2010).

2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Demokrasi


Terdapat tiga sumber yang menghidupkan cita-cita demokrasi dalam kalbu Bangsa
Indonesia. Pertama, tradisi kolektivisme dari permusyawaratan desa. Kedua, ajaran Islam yang
menuntut kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaraan antar manusia
sebagai makhluk Tuhan. Ketiga, paham sosialis Barat, yang menarik perhatian para pemimpin
pergerakan kebangsaan karena dasar-dasar perikemanusiaan yang dibelanya dan menjadi
tujuannya. Berdasarkan ketiga tersebut dapat dipahami bahwa pelaksanaan demokrasi di
Indonesia tetap mempertahankan jati diri Bangsa Indonesia yang bersumber dari dasar negara
Pancasila, yaitu sila Ketuhanan yang Maha Esa, selanjutnya sila keempat yaitu nilai
permusyawaratan dan yang ketiga adalah mengadopsi nilai-nilai yang bersumber pada pada
paham sosialis barat.
1. Sumber Nilai yang Berasal dari Demokrasi Desa
Istilah demokrasi yang rumuskan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia ketika merdeka. Kerajaan-kerajaan pra-
Indonesia adalah kerajaan-kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat. Akan tetapi,
nilai-nilai demokrasi dalam taraf tertentu sudah berkembang dalam budaya Nusantara, dan
dipraktikkan setidaknya dalam unit politik terkecil, seperti desa di Jawa, nagari di Sumatra
Barat, dan banjar di Bali (Latif, 2011). Mengenai adanya anasir demokrasi dalam tradisi desa
kita akan meminjam dua macam analisis berikut :
• paham kedaulatan rakyat sesungguhnya merupakan paham yang bersumber dari sila
keempat Dasar Negara Indonesia. Meskipun paham tersebut bersumber dari sila keempat
Pancasila namun, telah Nampak dalam kehidupan masyarakat Indonesia jauh sebelum
Indonesia merdeka.
• Kedua, tradisi demokrasi asli Nusantara tetap bertahan sekalipun di bawah kekuasaan
feodalisme raja-raja Nusantara karena di banyak tempat di Nusantara, tanah sebagai faktor
produksi yang penting tidaklah dikuasai oleh raja, melainkan dimiliki bersama oleh
masyaraat desa. pemilikan bersama tanah desa ini, hasrat setiap orang untuk
memanfaatkannya harus melalui persetujuan kaumnya. Hal inilah yang mendorong tradisi
gotong royong dalam memanfaatkan tanah bersama, yang selanjutnya merembet pada
bidang-bidang lainnya, termasuk pada hal-hal kepentingan pribadi seperti misalnya
membangun rumah, kenduri, dan sebagainya

8
2. Sumber Nilai yang Berasal dari Islam
Salah satu sumber yang dijadikan pilar dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia
adalah demokrasi yang berlandaskan kepada Ketuhanan yang Maha Esa bukanlah
demokrasi yang sekuler. Salah satu sumber nilai ketuhanan yang terbesar adalah nilai-nilai
Islam karena tidak dapat dipungkiri bahwa perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia
banyak dipengaruhi oleh tokoh Islam. Nilai demokratis yang berasal dari Islam bersumber
dari akar teologisnya. Inti dari keyakinan Islam adalah pengakuan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa (Tauhid, Monoteisme). Dalam keyakinan ini, hanya Tuhanlah satu-satunya
wujud yang pasti.Semua selain Tuhan, bersifat fatamorgana belaka. Konsekuensinya,
semua bentuk pengaturan hidup sosial manusia yang melahirkan kekuasaan mutlak, dinilai
bertentangan dengan jiwa Tauhid (Latif, 2011). Dengan demikian dapat dipahami bahwa
membuat peraturan hidup dengan secara mutlak memberikan kekuasaan penuh kepada para
penguasa dalam hal ini pemerintahan merupakan suatu ketidakadilan dan bertentangan
nilai agama terutama Islam. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Madjid,
1992).
Sikap pasrah kepada Tuhan, yang memutlakkan Tuhan dan tidak pada sesuatu yang
lain, menghendaki tatanan sosial terbuka, adil, dan demokratis. Kelanjutan logis dari
prinsip Tauhid adalah paham persamaan (kesederajatan) manusia di hadapan Tuhan, yang
melarang adanya perendahan martabat dan pemaksaan kehendak antarsesama manusia.
Bahkan seorang utusan Tuhan tidak berhak melakukan pemaksaan itu. Seorang utusan
Tuhan mendapat tugas hanya untuk menyampaikan kebenaran (tabligh) kepada umat
manusia, bukan untuk memaksakan kebenaran kepada mereka. Dengan prinsip persamaan
manusia di hadapan Tuhan itu, tiap-tiap manusia dimuliakan kehidupan, kehormatan, hak-
hak, dan kebebasannya yang dengan kebebasan pribadinya itu manusia menjadi makhluk
moral yang harus bertanggung jawab atas pilian-pilihannya. Dengan prinsip persamaan,
manusia juga didorong menjadi makhluk sosial yang menjalin kerjasama dan persaudaraan
untuk mengatasi kesenjangan dan meningkatkan mutu kehidupan bersama (Latif, 2011).
Pengaruh ajaran Islam mampu membawa pergeseran nusantara dari sistem
kemasyarakatan feodalistis berbasis kasta menuju sistem kemasyarakatan yang lebih egaliter.
Pergeseran ini terlihat dari perubahan sikap kejiwaan orang Melayu terhadap para
penguasanya.. Sebelum kedatangan Islam, dalam dunia Melayu berkembang peribahasa,
“Melayu pantang membantah”. Melalui pengaruh Islam, peribahasa itu berubah menjadi
“Raja adil, raja disembah; raja zalim, raja disanggah”. Selanjutnya, Nilai-nilai egalitarianisme
Islam ini pula yang memaksa kaum pribumi untuk menolak sistem kasta yang dibawa oleh
kelompok kolonial (Wertheim, 1956). Senada dengan pendapat yang disampaikan oleh
Soekarno (1965), pengaruh Islam di Nusantara membawa pergeseran masyarakat feodal
menuju masyarakat yang lebih demokratis. Dalam perkembangannya, Hatta juga memandang
stimulus Islam sebagai salah satu sumber yang menghidupkan cita-cita demokrasi sosial di
kalbu para pemimpin pergerakan kebangsaan.

9
3. Sumber Nilai yang Berasal dari Barat
Masyarakat Barat (Eropa) mempunyai akar demokrasi yang panjang. Pusat
pertumbuhan demokrasi terpenting di Yunani adalah kota Athena, yang sering dirujuk sebagai
contoh pelaksanaan demokrasi patisipatif dalam negara- kota sekitar abad ke-5 SM.
Selanjutnya muncul pula praktik pemerintahan sejenis di Romawi, tepatnya di kota Roma
(Italia), yakni sistem pemerintahan republik. Model pemerintahan demokratis model Athena
dan Roma ini kemudian menyebar ke kota- kota lain sekitarnya, seperti Florence dan Venice.
Model demokrasi ini mengalami kemunduran sejak kejatuhan Imperium Romawi sekitar abad
ke-5 M, bangkit sebentar di beberapa kota di Italia sekitar abad ke-11 M kemudian lenyap pada
akhir “zaman pertengahan” Eropa. Setidaknya sejak petengahan 1300 M, karena kemunduran
ekonomi, korupsi dan peperangan, pemerintahan demokratis di Eropa digantikan oleh sistem
pemerintahan otoriter (Dahl, 1992).
Pemikiran-pemikiran humanisme dan demokrasi mulai bangkit lagi di Eropa pada masa
Renaissance (sekitar abad ke-14 – 17 M), setelah memperoleh stimuls baru, antara lain, dari
peradaban Islam. Tonggak penting dari era Renaissance yang mendorong kebangkitan kembali
demokrasi di Eropa adalah gerakan Reformasi Protestan sejak 1517 hingga tercapainya
kesepakatan Whestphalia pada 1648, yang meletakan prinsip co-existence dalam hubungan
agama dan Negara—yang membuka jalan bagi kebangkitan Negara-bangsa (nation-state) dan
tatanan kehidupan politik yang lebih demokratis.
Kehadiran kolonialisme Eropa, khususnya Belanda, di Indonesia, membawa dua sisi
dari koin peradaban Barat: sisi represi imperialisme- kapitalisme dan sisi humanisme-
demokratis. Penindasan politik dan penghisapan ekonomi oleh imperialisme dan kapitalisme,
yang tidak jarang bekerjasama dengan kekuatan- kekuatan feodal bumi putera, menumbuhkan
sikap anti- penindasan, anti-penjajahan, dan anti-feodalisme di kalangan para perintis
kemerdekaan bangsa. Dalam melakukan perlawanan terhadap represi politik- ekonomi kolonial
itu, mereka juga mendapatkan stimulus dari gagasan-gagasan humanisme-demokratis Eropa
(Latif, 2011).
Penyebaran nilai-nilai humanisme-demokratis itu menemukan ruang aktualisasinya
dalam kemunculan ruang publik modern di Indonesia sejak akhir abad ke-19. Ruang publik ini
berkembang di sekitar institusi-institusi pendidikan modern, kapitalisme percetakan, klub-klub
sosial bergaya Eropa, kemunculan bebagai gerakan sosial (seperti Boedi Oetomo, Syarekat
Islam dan lan-lain) yang berujung pada pendrian partai-partai politik (sejak 1920-an), dan
kehadiran Dewan Rakyat (Volksraad) sejak 1918. Sumber inspirasi dari anasir demokrasi desa,
ajaran Islam, dan sosio- demokrasi Barat, memberikan landasan persatuan dari keragaman.,
Segala keragaman ideologi-politik yang dikembangkan, yang bercorak keagamaan maupun
sekuler, semuanya memiliki titik-temu dalam gagasan-gagasan demokrasi sosialistik
(kekeluargaan), dan secara umum menolak individualisme. Selanjutnya perlu dipertanyakan
bagaimana praktik demokrasi di Indonesia sejak dulu sampai sekarang? Apa Indonesia telah
menerapkan demokrasi Pancasila? Dalam kurun sejarah Indonesia merdeka sampai sekarang
ini, ternyata pelaksanaan demokrasi mengalami dinamikanya. Indonesia mengalami praktik
demokrasi yang berbeda- beda dari masa ke masa. Beberapa ahli memberikan pandangannya.

10
Misalnya,Budiardjo (2008) menyatakan bahwa dari sudut perkembangan sejarah demokrasi
Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi dalam empatmasa, yaitu :
1. Masa Republik Indonesia I (1945-1959) yang dinamakan masa demokrasi konstitusional
yang menonjolkan peranan parlemen dan partai- partai,karena itu dinamakan Demokrasi
Parlementer,
2. Masa Republik Indonesia II (1959-1965) yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang banyak
penyimpangan dari demokrasi konstitusional yang secara formal merupakan landasan dan
penunjukan beberapa aspek demokrasi rakyat.
3. Masa Republik Indonesia III (1965-1998) yaitu masa demokrasi Pancasila. Demokrasi ini
merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensiil.
4. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) yaitu masa reformasi yang menginginkan
tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik-praktik politik yang terjadi
pada masa Republik Indonesia III.

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar
Negara
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui suatu proses yang cukup
panjang. Pada mulanya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang membentuk adanya
pandangan hidup. Setelah Soekarno menggali kembali nilai-nilai luhur budaya Indonesia,
pada 1 Juni 1945 barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar negara yang diresmikan pada
18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dengan bersumberkan budaya, adat
istiadat, dan agama sebagai tonggaknya, nilai-nilai Pancasila diyakini kebenarannya dan
senantiasa melekat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Pada saat berdirinya
negara Republik Indonesia yang ditandai dengan dibacakannya teks proklamasi pada 17
Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Namun, sejak November 1945 sampai
menjelang ditetapkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah Indonesia
mempraktikkan sistem demokrasi liberal.
Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden, Indonesia kembali diganggu dengan munculnya
paham lain. Pada saat itu, sistem demokrasi liberal ditinggalkan, perdebatan tentang dasar
negara di Konstituante berakhir dan kedudukan Pancasila di perkuat, tetapi keadaan tersebut
dimanfaatkan oleh mereka yang menghendaki berkembangnya paham haluan kiri (komunis).
Puncaknya adalah peristiwa pemberontakan G305 PKI 1965. Peristiwa ini menjadi pemicu
berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno yang digantikan oleh pemerintahan Presiden
Soeharto. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ditegaskan bahwa Pancasila sebagai
dasar negara akan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Menyusul kemudian diterbitkan
Ketetapan MPR No.1l/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

11
(P-4). Namun, pemerintahan Presiden Soeharto pun akhirnya dianggap menyimpang dari garis
politik Pancasila dan UUD 1945. Beliau dianggap cenderung melakukanpraktik liberalisme-
kapitalisme dalam mengelola negara.Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang
mengakibatkan Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Namun, sampai
saat ini nampaknya reformasi belum membawa angin segar bagi dihayati dan diamalkannya
Pancasila secara konsekuen oleh seluruh elemen bangsa. Hal ini dapat dilihat dari abainya para
politisi terhadap fatsoen politik yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan perilaku anarkis
segelintir masyarakat yang suka memaksakan kehendak kepada pihak lain.

Gambar III.6: Gerakan reformasi Mei 1998 yang dilakukan oleh mahasiswa.
Sumber: www.kaskus.co.id
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila
Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai moral
Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian,
Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi bangsa Indonesia
tidak tergerus. Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral dalam menjawab tantangan-
tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya,
dan agama. Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham-paham
yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme. komunisme,
sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus kepribadian bangsa yang
berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal inipun dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham
tersebut telah merasuk jauh dalam kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur
bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong royong. Apabila ditarik
benang merah terkait dengan tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagaimana tersebut
di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Dilihat dari kehidupan Masyarakat
terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara dalam era reformasi ini karena perubahan
sistem pemerintahan yang begitu cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-
luasnya, di satu pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilal dan
norma dalam kehidupan bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku anarkisme yang
dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap fasilitas publik dan aset milik masyarakat
lainnya yang dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya. Masyarakat menjadi

12
beringas karena code of conduct yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila mengalami
degradasi. Selain itu, kondisi euforia politik tersebut dapat memperlemah integrasi nasional.

b. Dalam bidang pemerintahan


banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik sipil maupun militer yang
kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku aparatur yang aji
mumpung atau mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera
dicegah dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hukum dan melakukan upaya
secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi para aparatur
negara.

2.5 Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila


Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat
tanpa oposisi [1] dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula sebagai demokrasi
terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah komando Pemimpin Besar
Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah pimpinan komando Bapak
Pembangunan arah rencana pembangunan daripada suara terbanyak dalam setiap usaha
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga
negara.yakni diakui oleh seluruh bangsa- bangsa yang beradab di seluruh dunia, juga
memiliki sifat yang khas dari masing-masing negara. Sifat khas demokrasi di setiap negara
biasanya tergantung ideologi masing-masing. Demokrasi kita pun selain memiliki sifat
yang universal, juga memiliki sifat khas sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang
berdasarkan Pancasila. Sebagai demokrasi yang berakar pada budaya bangsa kehidupan
demokratis yang kita kembangkan harus mengacu pada landasan idiil Pancasila dan
landasan konstitusional UUD NRI Tahun 1945.
1. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Seluk beluk sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RIharus
taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidahdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan Kecerdasan
Mengatur dan menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945 itu bukan dengan
kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa semata-mata.Pelaksanaan
demokrasi itu justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah,kecerdasan aqliyah,
kecerdasan rasional, dan kecerdasan emosional.
3. Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat
Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah
yangmemiliki/memegang kedaulatan itu. Dalam batas-batas tertentu
kedaulatanrakyat itu dipercayakan kepada wakil-wakil rakyat di MPR
(DPR/DPD) danDPRD.

13
4. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan
Demokrasi menurut UUD 1945 bukan saja mengakui kekuasaan negara RI yangtidak
tak terbatas secara hukum, melainkan juga demokrasi itu dikuatkandengan
pembagian kekuasaan negara dan diserahkan kepada badan-badannegara yang
bertanggung jawab. Jadi, demokrasi menurut UUD 1945 mengenalsemacam division and
separation of power, dengan sistem check and balance
5. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia
Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia yang tujuannyabukan saja
menghormati hak-hak asasi tersebut, melainkan terlebih-lebihuntuk meningkatkan
martabat dan derajat manusia seutuhnya

14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat
tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula sebagai demokrasi terpimpin
merupakan demokrasi yang berada dibawah komando Pemimpin Besar Revolusi
kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah pimpinan komando Bapak
Pembangunan arah rencana pembangunan daripada suara terbanyak dalam setiap usaha
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga
negara Adapun fungsi demokrasi Pancasila.Menjamin adanya keikutsertaan rakyat
dalam kehidupan bernegara,Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang
mempergunakan sistem konstitusional,Menjamin tetap tegaknya hukum yang
bersumber pada Pancasila,Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang antara lembaga negara,Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung
jawab
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan dalam pembahasan materi ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
kita dan bermanfaat.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/presentation/511236669/Konsep-Urgensi-Demokrasi-yang-
Bersumber-dari-Pancasila
DrWinarno, S.PdM.Si.. 2017. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,Jakarta:
PT Bumi Aksara
https://www.studocu.com/id/document/universitas-
tanjungpura/kewarganegaraan/esensi-dan-urgensi-demokrasi-pancasila/45631376
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/541815/mod_resource/content/1/MA
TERI%20PENDAMPING%20DEMOKRASI%20INDONESIA%20%28HUSNUL%2
0FATIHAH%2C%20M.Pd%20DAN%20PUSPA%20DIANTI%2C%20M.Pd.-
dikonversi.pdf diakses pada 14 oktober 2023
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pamulang/pendidikan-
pancasila/pertemuan-6-membangun-argumen-tentang-dinamika-dan-tantangan-
pancasila-sebagai-dasar-negara/44190962
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Pancasila

16

Anda mungkin juga menyukai