Anda di halaman 1dari 12

HEALTHCARE

ASSOCIATED
INFECTIONS (HAI`S)
kelompok 5 manajemen patient
safety
Ns.Idrawati Bahar, S.kep., M. Kep
ANGGOTA
KELOMPOK
Atila Helmeysi Sawitri (233110428)
Azhar Bevan Abiyyi (233110429)
Gina Sonia (233110439)
Helga Nurfajri Yanti (233110440)
Lidya Oksa Rahmadani (233110443)
Melviana (233110445)
Shiva Patmela Rahim (233110457)
Definisi Healthcare-
Associated Infections (HAI`s)
Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau infeksi
Nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau
dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses
penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui
pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber
lainnya. Infeksi ini dapat terjadi sebagai hasil prosedur yang
invasif, pemakaian antibitik, adanya organisme yang resisten
dengan berbagai obat, dan pelanggaran dalam kegiatan
pencegahan dan kontrol infeksi.
Sumber Penyebab Healthcare-
Associated Infections (HAIs)
1. Pasien, merupakan unsur pertama yang dapat menyebabkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas
kesehatan, pengunjung, atau kepada alat kesehatan.
2. Petugas kesehatan, dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung, yang dapat menularkan
berbagai kuman atau agen infeksi ketempat lain.
3. Pengunjung, dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit,
atau sebaliknya.
4. Sumber lain, yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan
umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh
pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
Infeksi nosokomial dapat bersifat eksogen atau endogen. Organisme eksogen adalah satu jenis
organisme yang berada di luar klien. Sebagai contoh, infeksi pascaoperasi merupakan infeksi eksogen.
Organisme endogen adalah bagian dari flora normal organisme virulen yang dapat menyebabkan
infeksi. Infeksi endogen dapat terjadi ketika bagian dari flora klien menjadi berubah dan terus
bertumbuh secara berlebihanSebagai contoh, klien yang memakai beberapa antibiotik dalam lingkungan
rumah sakit dan terkena infeksi C. difficile sebagai akibatnya. Jumlah tenaga kesehatan yang berkontak
langsung dengan klien, tipe dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, dan lamanya perawatan
di rumah sakit memengaruhi risiko infeksi.
Faktor Risiko Healthcare-
Associated Infections (HAIs)
Faktor risiko untuk mendapatkan infeksi nosokomial rumah sakit pada anak terutama berasal dari kateter vena (termasuk untuk
memasukkan makanan) dan dari ventilator pneumonia. Selain itu pengobatan dengan antibiotik lenih dari 10 hari, tindakan-
tindakan invasif (memasuki tubuh), tatalaksana pasca operasi yang buruk, dan disfungsi sistem imun. Faktor-faktor risiko lainnya
yang dapat meningkatkan risiko penderita rawat inap, dewasa maupun anak, untuk mendapatkan infeksi nosokomial rumah sakit
adalah:
1. Masa rawat inap yang panjang
2. Adanya penyakit tersamar (underlying disease) yang berat
3. Status imun penderita yang lemah dan nutrisi yang buruk
4. Penggunaan kateter yang menetap (indwelling catheter)
5. Petugas kesehatan yang lalai mencuci tangan sebelum maupun sesudah menangani penderita
6. Terjadinya bakteri resisten antibiotik karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan. Setiap tindakan invasif
yang memasuki tubuh akan membawa penderita pada kemungkinan mendapatkan infeksi. Berbagai tindakan yang dapat
meningkatkan risiko mendapatkan infeksi nosokomial rumah sakit adalah:
Kateterisasi kandung kemih
Ventilasi mekanik atau intubasi saluran pernapasan
Pembedahan, perawatan atau pengaliran (drainage) luka operasi
Pipa drainase lambung yang melewati mulut dan hidung
Prosedur intravenus untuk memasukkan obat atau makanan dan transfusi darah
Macam-macam HIA'S
Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah
sakit (Hospital Infection Associate/HIA's)
Jenis HIA'S yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan,
terutama rumah sakit mencakup:
1. Ventilator Associated Pneumonia (VAP), yaitu pneumonia yang
terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal
akibat dari mikroorganisme yang masuk saluran pernapasan bagian
bawah melalui aspirasi sekret orofaring yang berasal dari bakteri
endemik di saluran pencernaan atau patogen eksogen yang
diperoleh dari peralatan yang terkontaminasi atau petugas
kesehatan.
Macam-macam HIA'S
2. Infeksi Aliran Darah (IAD) atau Blood Stream Infection (BSI) dapat terjadi pada
pasien yang menggunakan alat sentral intra vaskuler CVC Line) setelah 48 jam dan
ditemukan tanda atau gejala infeksi yang dibuktikan dengan hasil kultur positif
bakteri patogen yang tidak berhubungan dengan infeksi pada organ tubuh yang lain
dan bukan infeksi sekunderdan disebut sebagai Central Line Associated Blood
Stream Infection (CLABSI. Orang awam dapat menggunakan istilah "keracunan
darah" untuk menunjukkan adanya infeksi aliran darah.
3. infeksi Saluran Kemih (ISK), yaitu kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem
kemih seperti ginjalureterkandung kemih, dan uretra mengalami infeksi. Umumnya ISK
terjadi pada kandung kemih dan uretra
4. Infeksi Daerah Operasi (IDO) yaitu komplikasi utama pada pasien yang mengalami
pembedahan. Kontaminasi bakteri merupakan pemicu terjadinya infeksi daerah
operasi. Bakteri memasuki tubuh melalui luka sayatan pada daerah operasi. Paling
banyak infeksi daerah operasi bersumber dari patogen flora endogenous kulit pasien,
membrane mukosa.
Pencegahan Healthcare-
Associated Infections (HAIs)
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut (Elang & Engkus, 2013) adalah:
1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan
semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar
akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau mengurangi jumlah mikroorganisme, baik
pada permukaan benda hidup. maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,
terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-
alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur bedah atau
tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghapus semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan
kotoran.
5. sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri
endospora dari benda mati.
6. Desinfeksi, tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda
mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia. Tindakan Ini dapat
menghilangkan semua nmikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora.
Terapi HIA'S
Pemberian terapi antimikroba merupakan salah satu tatalaksana penyakit infeksi yang bertujuan
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba di dalam tubuh. Mikroba yang melemah
atau mati akibat antimikroba, akan dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh secara alamiah.
Jika mikroba penyebab infeksi telah resisten terhadap antimikroba yang digunakan, maka mikroba
tersebut tetap bertahan hidup dan berkembang biak sehingga proses infeksi terus berlanjut.
Pemberian antibiotik pada pasien dapat berupa :
1. Profilaksis bedah pada beberapa operasi bersih (misalnya kraniotomi, mata) dan semua
operasi bersih terkontaminasi adalah penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan paling
lama 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi
dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi daerah operasi. Pada prosedur operasi
terkontaminasi dan kotor, pasien diberi terapi antibiotik sehingga tidak perlu ditambahkan
antibiotik profilaksis.
Terapi HIA'S
2. Terapi antibiotik empirik yaitu penggunaan antibiotik pada kasus infeksi atau diduga
infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Terapi antibiotik empirik ini dapat
diberikan selama 3-5 hari. Antibiotik lanjutan diberikan berdasarkan data hasil
pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi. Sebelum pemberian terapi empirik dilakukan
pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi, Jenis antibiotik empirik ditetapkan
berdasarkan pola mikroba dan kepekaan antibiotik setempat.
3. Terapi antibiotik definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan kepekaannya terhadap antibiotik. Penerapan
program pengendalian resistensi antimikroba di rumah. sakit secara rinci dapat merujuk
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah
mengupayakan agar fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit menerapkan
pengendalian resistensi antimikroba.

Anda mungkin juga menyukai