Anda di halaman 1dari 94

DIMAAFKANNYA

KESALAHAN PARA ULAMA

Abu Hanifah, Ibnu Hazm,


Ibnul Arobi, Ibnu Qudamah,
Al Qurtubi, An Nawawi, Ibnu
Hajar
Memetik indah nya ucapan
para ulama salaf, ulama
najdiyah, dan ulama daulah
islamiyah
Karya :

Syaikh Turki Albin'ali

Alih Bahasa :

Basuni Aldi
"Buku ini saya terjemah
dengan ringkas tanpa
menghilangkan maksud si
penulis -taqobbalahullaah-"
Muqoddimah

Alhamdulillah Al Hayyul Al Qoyyum,


Washolaatu wassalaamu ala nabiyyi al
ma'shum, wa 'ala alihi wa shohbihi wa
man saaro ala hadiihim ila yaumil waqti
al ma'lum.
Ammad ba'du

Sesungguhnya telah banyak para ulama


terdahulu dan muta'akhirin yang terjatuh
dan tergelincir pada kesalahan yang
besar. Tergelincir dalam bab Aqidah
atau perkara perkara yang sudah di ijma
kan. Seperti Qotadah, Syuraih, Ibnu
Mandah, Ibnu Ishaq, Ibnul Jauzi, At
Tohawi, Ibnu Batthol, Al 'Iz Ibnu Abdis
Salaam, Ibnu Atthiyah, Al Amidi, Asy
Syahrostaani, Al Baihaqi, Asy Syatibi, As
Subki, Ibnu Abidin, Asy Syaukani, dan
masih banyak lagi.
Kesalahan ulama bermacam macam
ada yang serius, ada yang ringan
kesalahannya, ada juga yang kembali
rujuk ke Manhaj Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah di akhir hidup nya seperti Al
Ghozali, Abul Hasan Al Asy'ari, Al
Baqilani, Az Zamakhsyari, Al Juwayni,
Fakruddin dan lainnya.

Para Mujadid dan Ulama Ahlut Tauhid


mengikuti jejak mereka, dengan sikap
yang adil, menempatkan mereka pada
kedudukannya, di sisi lain mereka
membantah pendapat mereka dan di
sisi lain mereka terkadang menghormati
pendapat mereka tanpa berlebih lebihan
dan melampaui batas.

Sebaliknya, kami menemukan sebagian


tolibul ilmi pemula yang mengaku
mengajak berpegang pada Atsar,
mengaku paham, senang mempelajari
yang sifatnya serius hingga akhir nya
fatal mudah mengkafirkan ulama bahkan
mengkafirkan orang yang mengucapkan
RAHIMAHULLAH kepada ulama tersebut.
Sebagian lagi tidak mentakfir ulama,
hanya memvonis ahli bid'ah, fasiq, sesat ,
dan mencela nya. Sebagian lagi mereka
membakar kitab karangan ulama,
melarang orang untuk membacanya,
memperjualbelikan, dan mengambil ilmu
dari nya. Semua itu tindakan brutal,
menyelisihi jalan orang orang yang benar.

Dan di sini kami akan membawakan


perkataan para Masyayikh dan Aimah
jihad tentang permasalahan ini.

Kami memohon taufiq kepada Allah


untuk menulis kebenaran ini. Aamiin.
Wa akhiru da'wana anil hamdulillahi
robbil 'alamiin, wa shallallahu wa sallam
'ala asyrofil anbiyaai wal mursaliin.

Kami akan bawakan pendapat Ulama


Ahlut Tauhid yang diantara nya adalah
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah beserta
murid murid nya -Rahimahumullaah-,
lalu Ulama Dakwah Najdiyyah -
Rahimahumullaah-, dan Ulama Daulah
Islamiyah -Taqobbalahumullaah-.
BAB

MEMULIAKAN ULAMA DAN


MEMPERLAKUKAN SESUAI
KEDUDUKANNYA

Sesungguhnya ilmu adalah wasilah yang


mulia untuk meraih ridho Allah. Ada
sebuah pepatah

‫ا ﻟ ﻌﻠ ﻢ ر ﺣ ﻢ ﺑ ﻴ ﻦ أ ﻫﻠ ﻪ‬
"Ilmu itu membuat sesama
penuntutnya berkasih sayang"
Sesungguhnya ulama robbani adalah
pewaris para nabi, sebaik sebaik orang
sholeh, mereka membimbing manusia
ke jalan kebenaran. Mereka
mengorbankan seluruh waktu, hidup,
dan harta nya demi ilmu, maka WAJIB
memuliakan mereka dan meperlakukan
mereka sesuai dengan kedudukannya.

Dari Maimun bin Abi Syaibah -


rodhiyallah anhu-

"Seorang pengemis melewati 'Aisyah,


lalu ia memberinya remukan roti. Setelah
itu ada lagi seorang laki-laki

yang berpakaian rapi dan berkedudukan


melewati 'Aisyah, lalu ia menyuruhnya
duduk dan memberinya jamuan makan.
Maka 'Aisyah pun ditanya dengan
perlakukannya tersebut, 'Aisyah
menjawab, "Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Perlakukanlah manusia sesuai dengan
kedudukannya." (HR. Abu Daud namun
hadits ini Munqoti)

Allah telah menjelaskan kedudukan


ulama di surat Al Mujadalah : 11
"Allah telah mengangkat derajat orang
orang beriman diantara kalian dan orang
orang yang diberi ilmu beberapa derajat,
Allah mengetahui apa yang kalian
kerjakan".

Dari 'Ubadah bin Ash Shamit-Radhiyallah


anhu- bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Tidak termasuk umatku orang yang
tidak menghormati yang lebih tua, tidak
mengasihi yang lebih muda dan tidak
pula mengerti hak seorang alim(ulama)."
(HR. At Thobroni)
dari Abu Musa Al Asy'ari -Radhiyallah
anhu-ia berkata, "Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, "Termasuk dari keagungan
Allah adalah dimuliakannya seorang
muslim yang telah beruban, para
pembaca Al-Qur'an yang tidak bersikap
belebihan di dalamnya (dalam
membacanya memahaminya dengan
mengikuti ayat-ayat mutsyabihat) dan
tidak pula bersikap jauh darinya (dari
membacanya, memahami maknanya
dan mengamalkannya) dan penguasa
yang adil." (HR. Abu Daud)
Dari Asy Sya'bi -Rahimahullah-

Zaid bin Tsabit menaiki tunggangannya,


akan tetapi Ibnu Abas memegang tali
kekangnya, lalu Zaid berkata "Ulurkan
tanganmu Naik lah ke atas", Ibnu Abas
menjawab "Tidak, seperti ini lah aku
diperintah kan untuk memuliakan
Ulama" lalu Zaid berkata "Cepat ulurkan
tanganmu lalu naik lah bersamaku" lalu
Ibnu Abas pun menaiki tunggangannya
dan Zaid berkata "Seperti ini lah aku
diperintahkan untuk memuliakan Ahlul
Bait Nabi". (Diriwayatkan Ibnu Sa'ad
dalam Thobaqot nya)

Diriwayatkan oleh Thowus -


Rahimahullah-

"Sesungguhnya diantara ajaran sunnah


adalah memuliakan Ulama". (HR. Abdur
Rozzaq dan Ibnu Abdil Barr dalam Al
Jami')

Ibnu Hazm -Rahimahullah- berkata

"Memuliakan Ahlul Qur'an, Islam, Nabi,


Kholifah, Ahli ilmu atau ulama adalah
Ijma". (Al adabu syar'iyah)
Sahal ibnu Abdillah At Tustary -
Rahimahulla- "Manusia senantiasa
dalam kebaikan jika mereka masih
memuliakan pemimpin dan ulama, dan
Allah akan perbaiki dunia dan akhirat
mereka, namun jika mereka sudah
berani merendahkan pemimpin dan
ulama, maka Allah hancurkan dunia dan
akhiratnya". (Tafsir Al Qurthubi)

Syaikh Abu Umar Al Baghdadi -


taqobbalallah-

"Kami memandang wajib nya


memuliakan Ulama, membela mereka,
dan mengedepankan mereka dalam
masalah kontemporer dan pembahasan
lainnya" (Dalam kutipan Qul inni
bayyinatin min robbi)

Sesungguhnya banyak Ulama yang


membuat bab dalam kitab mereka yang
berbicara tentang penghormatan
kepada Ulama. Seperti Imam An Nasai-
rahimahullah- dalam kitab Sunan nya
tertulis Bab "Tawqirul
Ulama"(Memuliakan Ulama),
Al Hakim-rahimahullah- dalam
Mustadrok nya "Fashlu fi tawqiiril
ulama"(Bab memuliakan ulama),

Ad Darimi-rahimahullah- dalam sunan


nya "Babun fi tawqiril ulama"(Bab
memuliakan ulama), At Thobroni -
rahimahullah- dalam Makarimul Akhlaq
tertulis bab "Babu Fashli Rohmatis
Shoghiri, Wa Tawqiril Kabiiri, Wa
Ma'rifati Haqqil Ulamaai"(Bab
Menyayangi yang muda, menghormati
yang tua, dan mengetahui hak hak
Ulama), dan masih banyak lagi.
BAB

MEMAAFKAN KESALAHAN ULAMA


DAN TIDAK MENGAMBIL IJTIHAD
SALAH NYA

Sesungguhnya kitab kitab para ulama


penuh berisi ilmu dan faidah, kitab nya
senantiasa ada dari zaman ke zaman,
maka wajib memuliakan dan
menghormati mereka serta tidak
mengambil ijtihad nya yang salah,
dengan inilah cara membalas kebaikan
kebaikannya.
Allah berfirman "Tidak ada balasan
kebaikan kecuali kebaikan" (Q.S Ar
Rahman 60)

Syaikh Maysaroh Al Ghorib -


Taqobbalallaah- berkata "Sekalipun kau
mengambil ilmu dari Ulama, maka
berhati hatilah dari gunjingan atau
celaan ustadz mu kepada Ulama, karena
daging ulama itu beracun, para Ulama
bagaikan orang tua mu dalam agama ini,
mereka mengajarkan mu huruf per huruf.
Maka jangan lah kau termasuk dalam
syair ini
‫أﻋﻠﻤ ﻪ ا ﻟ ﺮ ﻣﺎ ﻳ ﺔ ﻛ ﻞ ﻳ ﻮ م وﻛ ﻢ ﻋﻠﻤ ﺘ ﻪ ﻧ ﻈ ﻢ ا ﻟ ﻘ ﻮ ا ﻓ ﻲ‬

‫ﻓ ﻠ ﻤ ﺎ ا ﺷ ﺘ ﺪ ﺳ ﺎﻋ ﺪ ه ر ﻣ ﺎ ﻧ ﻲ ﻓ ﻠ ﻤ ﺎ ﻗ ﺎ ل ﻗ ﺎ ﻓ ﻴ ﺔ ﻫ ﺠ ﺎ ﻧ ﻲ‬

Aku mengajarinya memanah setiap


hari Setelah pandai, dia malah
memanahku

Aku mengajarinya syair Setelah bisa


membuat satu syair, dia malah
mencaciku
dari 'Aisyah radhiallahu'anha ia
berkata, "Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Maafkanlah kekeliruan
(tergelincirnya) orang-orang yang
baik, kecuali dalam masalah hukum
had." (HR. Abu Daud)

Malik bin Anas meriwayatkan dari


Sa'id bin Al Musayyib -rahimahullah-,
dia berkata "Seseorang yang Alim,
yang mulia, yang punya keutamaan,
pastilah dia punya kesalahan, namun
apabila kebaikannya itu lebih banyak
daripada kesalahannya, maka
kesalahannya dimaafkan".

Dan dikatakan "Seorang ulama tidak


akan selamat dari kesalahan. Namun
jika kebaikannya lebih banyak
daripada kesalahannya maka dia lah
ULAMA, namun jika kesalahannya
lebih banyak daripada kebaikannya
maka dia lah ORANG BAHLUL". (Jami'
bayanil ilmi wa fadhlihi)

Imam Adz Dzahabi rahimahullah


berkata dari Qotadah " sesungguhnya
ahli ilmu yang besar adalah dia yang
banyak kebaikannya dan berusaha
mencari kebenaran, cerdas dan luas
ilmunya, dikenal kesholehannya
kewaro'annya dan ittiba' nya kepada
nabi, maka Allah mengampuninya
dan kami tidak menyesatkannya tidak
menjatuhkannya dan tidak lupa akan
kebaikannya. Na'am kami tidak
mengikuti bid'ahnya

dan kesalahannya bahkan kami


berharap supaya dia bertaubat dari
bid'ah nya". (Siyar Al a'laam an nubala)
BAB

MENGHATI HATIKAN DARI ULAMA SU

Sesungguhnya ulama itu ada tiga


ulama millah, ulama sulthon dan
ulama publik. Ulama millah adalah
ulama robbani yang kita
diperintahkan untuk menghormatinya
memuliakannya, dan memaafkan
kesalahannya. Ulama sulthon adalah
ulama yang mengikuti perintah
penguasa, status halal harom sesuai
keinginan penguasa.

Ulama publik adalah ulama yang


mengikuti perintah kebanyakan
manusia, halal haram juga mengikuti
keinginan hawa nafsu publik.

Rasulullah pernah mengingatkan kita


akan adanya ulama atau ahli ilmu
yang bodoh lagi fasik

Dari Anas -radhiyallahu anhu- ,


Rasulullah mengatakan
"sesungguhnya di akhir zaman akan
ada seorang hamba yang bodoh,
pandai membaca(ahli ilmu) namun
fasik". (HR. Al Hakim)

Dari Abdullah bin Amr Bin Al Ash

Saya mendengar Rasulullah


mengatakan "Sesungguhnya
Kebanyakan orang munafik dari
umatku adalah orang yang pandai
membaca(ahli ilmu)". (HR. Ahmad)
BAB

PARA ULAMA YANG TERJATUH


PADA KESALAHAN

1. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
Abu Hanifah -Rahimahullah-.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah-
rahimahullah- berkata

"Aqidah Imam Syafi'i-rahimahullah-


adalah aqidah salaf, begitu juga Ats
Tsauri, Al Auza'i, Al Mubarok, Imam
Ahmad bin Hambal, Ishaq bin
Rohawaih. Aqidah mereka mengikuti
aqidah Fudhoil bin Iyadh, Abu
Sulaiman Ad Daroni, Sahal bin
Abdullah At Tastary, begitu juga
Aqidah Imam Abu Hanifah dan
lainnya. Tidak ada perbedaan
diantara mereka dalam masalah
Ushulud diin. Aqidah mereka adalah
apa yang para Sahabat dan Tabi'in
yakini, dan pada apa yang tertulis di
Al Qur'an dan Hadits."(Majmu Fatawa
jilid 5 hal. 256)

Ibnul Qoyyim-rahimahullah- berkata


dalam kitab Ahkam Ahli Dzimmah
"Berkata Imam Abu Hanifah-
rahimahullah- Pokok dalam masalah
Jizyah..." artinya Ibnul Qoyyim
mendoakan "rahimahullah" bahkan
terkadang Ibnul Qoyyim dan Ibnu
Taymiyah -rahimahumallah-
mengucapkan RADHIYALLAHU
ANHU kepada Abu Hanifah.

Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata


"Abu Hanifah adalah pemimpin orang
Kufah, ahli fiqihnya orang Iraq, salah
satu Ulama dan pemimpin kaum
Muslimin, Imam Madzhab, yang
pertama meninggal(dari imam
madzhab lain), karena beliau dekat
dengan masa Sahabat bahkan
melihat Sahabat nabi yaitu Anas bin
Malik dan lainnya". (Al Bidayah Wa An
Nihaayah)

Ibnu Katsir juga mengatakan


RADHIYALLAHU ANHU kepada Abu
Hanifah. Dalam Al Bidayah wa An
Nihayah jilid 3 hal 43 "Abu Hanifah-
RADHIYALLAH ANHU- memberikan
Nash tersebut.."

Imam Adz Dzahabi-rahimahullah-


berkata "Abu Hanifah adalah orang
yang ahli dalam bidang fiqih,
dia berasal dari kufah, nama aslinya
adalah Nu'man bin Tsabit bin Zauti..
dan aku menulis khobar dan biografi
nya yang datang dari nya tidak cukup
kecuali aku buat 2 juz
pembahasan".(Tarikh Al Islam jilid 3
hal 996)

Al Imam Ibnu Muflih murid Ibnu


Taymiyah-rahimahumallah- juga
mendoakan Abu Hanifah dengan
kalimat "Rahimahullah" dalam Al
Adab Asy Syar'iyyah Jilid 2 hal 42.
Dan dalam jilid 3 hal 382 juga
mendoakan Abu Hanifah dan Imam
Syafi'i, Ibnu Muflih berkata "Dan ini
adalah pendapat Abu Hanifah dan
Imam Syafi'i -RAHIMAHUMALLAH-"

Ibnu Rojab murid Ibnul Qoyyim-


rahimahumallah- ketika menyebutkan
Ulama satu per satu di dalam kitab
tafsir nya, beliau menderetkan jajaran
Ulama diantaranya Abu Hanifah "Dan
ini adalah pendapat seluruh ulama
diantaranya Abu Hanifah
dan madzhab nya, Ats tsauri, Malik,
Syafi'i dalam pendapat lama nya,
Ishaq, dan ini adalah pendapat yang
dipilih oleh madzhab kami". (artinya
Ibnu Rojab memandang Abu Hanifah
sebagai Ulama besar dan tidak
merendahkannya).

Begitu juga para Imam dakwah Najd,


seperti Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab mendoakan
"Rahimahumullah" dan "Radhiyallahu
anhum" kepada Abu Hanifah
dan lainnya beliau berkata "Dan apa
yang kalian sebutkan tentang hakikat
ijtihad, maka sesungguhnya kami
taqlid pada Al Qur'an dan Sunnah,
Ulama Salafus Sholih, dan para Imam
empat Madzhab, yaitu Abu Hanifah,
Malik, Syafi'i dan Ahmad -
rahimahumullah-". (Ad Durar As
Saniyah jilid 1 hal 97)

Syaikh Hamd bin Ma'mar-


rahimahullah- berkata "Dan Aqidah
kami menetapkan sifat dan nama
Allah tanpa tasybih, tanpa ta'thil, dan
ini adalah pendapat Malik, Syafi'i, Ats
Tsauri, Al Auza'i, Ibnul
Mubaarok,..(sampai perkataan).. dan
Abu Hanifah-rahimahumullaah-".

Dalam kitab Ad Durar As Saniyah


disebutkan "Imam Abu Hanifah-
rahimahullah- ditanya tentang orang
yang tidak tahu dimana Robb nya,
apakah di langit atau di bumi. Maka
Imam Abu Hanifah-rahimahullah-
berkata "Dia telah kafir".
Dalam riwayat lain disebutkan Imam
Abu Hanifah-rahimahullah- berkata
"Barangsiapa yang mengingkari Allah
di atas langit maka dia telah kafir".

(Ad Durar As Saniyah jilid 3 hal 95-96)

Begitu juga dengan dua ulama yaitu


Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin
Muhammad bin Abdul Wahhab dan
Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin
Muhammad bin Abdul Wahab
keduanya mendoakan
RAHIMAHUMULLAH
kepada Imam Abu Hanifah dan yang
lainnya. Imam Abu Hanifah-
rahimahullah berkata "Jika datang
hadits Nabi kepadamu maka letakan
di atas kepala mu dan depan matamu,
jika datang perkataan sahabat maka
letakan di atas kepalamu dan depan
matamu, jika datang perkataan tabi'in,
maka kami rijal mereka pun rijal".
(Maksudnya Imam Abu Hanifah-
rahimahullah- mendahulukan hadits
Nabi dan Sahabat, daripada pendapat
diri nya dan tabi'in lainnya).
Begitu juga yang dijelaskan dalam
kitab Fathul Majid syarah Kitab
Tauhid hal. 388.

Begitu juga dengan para Syaikh


Daulah Islam-taqobbalahumullah-
menghormati Abu Hanifah-
rahimahullah- Berkata Syaikh
Maysaroh Al Ghorib "Kemana kita dari
Al Amir Al Qodhi Al Mujahid penakluk
Negri Sisilia dan Jazirah Arab, yaitu
"Asad bin Al Furot" yang telah berguru
kepada murid murid nya Abu Hanifah
dan Malik-rahimahumullah-".(Qoolu
Faqul hal 75)
2. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
Ibnu Hazm -Rahimahullah-.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah-


rahimahullah- berkata

"Begitu juga dengan Abu Muhammad


ibnu Hazm-rahimahullah-pada apa
yang telah ditulisnya berupa jalan
beragama, dia dipuji karena sesuai
dengan sunnah dan hadits,
sebagaimana yang dia katakan
dalam masalah Qodar dan Irja, dan
Ibnu Hazm telah membuat
pembahasan khusus tentang
keutamaan para sahabat, dan apa
yang dia katakan dalam Bab Ash
Shifaat, dia dipuji karena sesuai
dengan Ahlus Sunnah wal Hadits,
menetapkan hadits hadits shohih dan
memuliakan para salaf dan imam
imam ahlul hadits, dia mengatakan
bahwa dia selaras dengan Imam
Ahmad dalam masalah Al Qur'an dan
yang lainnya". (Majmu Fatawa jilid 3
hal. 18-19)

Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata

"Ibnu Hazm Adz Dzohiri-rahimahullah


- adalah Al Imam, Al Hafidz, Al
'Allaamah". (Al Bidayah Wa Nihayah
jilid 12 hal 112-113)

Adz Dzahabi-rahimahullaah- berkata

"Al Imam Al Auhad Al Bahr yang


mengetahui banyak bidang ilmu, yaitu
Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin
Sa'id bin Gholib bin Hazm". (Siyar Al
A'lam An Nubala jilid 13 hal 373)

Ulama Dakwah Nadj juga mendoakan


beliau RAHIMAHULLAH dan
mengatakan bahwa Ibnu Hazm-
rahimahullah- adalah Al Imam.

Syaikh Abdullah bin Muhammad bin


Abdul Wahab-rahimahumallaah-
berkata "Sesungguhnya telah ada
perkataan Al Imam Ibnu Hazm-
rahimahullah- untuk sepakat tidak
taqlid dengan madzhab,
Ibnu Hazm-rahimahullah- berkata
"Bersepakatlah, bahwa seorang
hakim dan mufti untuk tidak taqlid
kepada seseorang, tidak boleh
menghukumi atau memfatwakan
suatu perkara dengan perkataan
manusia kecuali dengan perkataan
Nabi -Shallallaah 'Alaihi Wa Sallam-.
(Ad Durar As Saniyah fi Ajwabatin
Nadjiyah jilid 4 hal 64)

Syaikh Husain, Syaikh Ibrohim, Syaikh


Abdullah, Syaikh Ali yang semuanya
anak Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab-rahimahumullaah- berkata

"Ibnu Hazm-rahimahullaah- berkata


"Rasulullaah -shallallaah 'alaihi wa
sallam- mewajibkan untuk tidak jual
beli emas dan perak dengan yang
lainnya, kecuali yang semisalnya,
sebarang dan setimbangan". (Ad
Durar As Saniyah jilid 6 hal 98)
Syaikh Hamad bin Nashir bin Ma'mar-
rahimahullah- berkata "Ibnu Hazm-
rahimahullah- berkata

"Umum nya beberapa sahabat dan


sebagian tabi'in mereka
mengkafirkan dan menganggap
murtad orang yang tidak sholat". (Ad
Durar As Saniyah Jilid 10 hal 305)

Kemudian ulama daulah islam


diantara nya adalah Syaikh Abu
Mus'ab Az Zarqowi-taqobbalallaah-

Beliau mengatakan
"RAHIMAHULLAAH" kemudian
menyenandungkan syair nya Ibnu
Hazm-rahimahullah-.

Syaikh Usamah-taqobbalallaah-
berkata "Ketika Ibnu Hazm-
rahimahullaah- menjelaskan
kesesatan Taurot dan Injil kepada
Yahudi dan Nashroni, mereka tidak
menurutinya, malah berkata
"sesungguhnya Syiah juga
mengatakan Al Qur'an ada kesesatan
nya" maka Ibnu Hazm-rahimahullaah-
mengatakan "Sesungguhnya Syiah itu
bukan Muslim, mereka adalah
kelompok tersendiri yang mengikuti
perilaku Yahudi dan Nashroni dalam
kedustaan dan kekafiran". (Al Fashl
juz 2 hal 78)

Syaikh Abu Umar Al Baghdadi-


taqobbalallaah- berkata "Ibnu Hazm-
rahimahullaah- mengatakan "Khitob
ini ditujukan untuk semua muslim,
maka setiap muslim diperintahkan
untuk berjihad, kecuali tidak ada
orang yang bersamanya".

Syaikh Abu Muhammad Al Adnani-


taqobbalallaah- mengatakan "Berkata
Al 'Allaamah Al Fahl Ibnu Hazm-
rahimahullaah- Sesungguhnya
barangsiapa yang meminta tolongan
kepada Kafir Harbi atau Kafir Dzimmi
untuk mencelakakan(termasuk
memerangi) Muslim atau Kafir
Dzimmi maka harom". (Rilisan La
Yadhurrukan illa adzaa)
Artinya semua Masyayikh daulah
islam menukil perkataan Ibnu Hazm-
rahimahullaah- dan tidak
menjatuhkan martabat nya.
3. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
Ibnul 'Arobi -Rahimahullah-.

Al Imam Adz Dzahabi-rahimahullaah-


berkata "Al Imam Al Haafidz Al
'Allaamah Al Qodhi, Abu Bakar,
Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Abdullah ibnul Arobi
Al Andalusi Al Isybilih Al Maliki, yang
memiliki banyak karangan kitab
disiplin ilmu"

(Siyar A'laam An Nubala jilid 15 hal 42)

Ulama Dakwah Nadj diantaranya


Syaikh Abdullah bin Muhammad bin
Abdul Wahhab-rahimahumallah-
mengatakan "Ibnul 'Arobi Al Andalusi
Al Maliki-rahimahullah- berkata
"hadits keutamaan berqurban yang
"seseorang akan menaiki hewan
sembelihannya ke surga" tidak lah
shohih" hal itu juga disebutkan oleh
As Sakhowiy dalam kitab Al Maqosid
Al Khasanah". (Ad Durar As Saniyyah
jilid 5 hal 403)

Ulama daulah islam, diantaranya Al


Mujahid Abu Mush'ab Az Zarqowy-
taqobbalallah- mengatakan "Ibnul
Arobi-rahimahullah- berkata "Allah
mengancam orang yang
meninggalkan jihad dengan ancaman
yang keras. Maka dari itu wajib untuk
berjihad memerangi orang kafir
dan menjadikan kalimat Allah yang
paling tinggi". (Rilisan Al Qital, Qodru
At Thoifah Al Mansyuroh).
4. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
Ibnu Qudamah -
Rahimahullah-.

Al Imam Ibnul Qoyyim-rahimahullah-


menukil perkataan Syaikhul Islam-
rahimahullah-
"Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah
bersepakat atas keimaman, keilmuan,
kesholehan, kemuliaan Abu
Muhammad Muwaffaquddiin Ibnu
Qudamah Al Maqdisi".(As Showaiq Al
Muraalah Ala Jahmiyah wal Muatilah
jilid 4 hal. 1291)

Al Imam Ibnu Katsir-rahimahullah-


berkata "Syaikhul Imam Syaikhul
Islam Muwaffaquddin Abdullah bin
Ahmad bin Muhammad bin Qudamah
bin Miqdam bin Nashr,
penulis Kitab Al Mughni, tidak ada
yang sama baik sebelum dan setelah
zaman beliau". (Al Bidayah wa Nihaya
jilid 13 hal 117).

Al Imam Adz Dzahabi-rahimahullah-


berkata "Syaikhul Imam Al Qudwah Al
Mujtahid Al Allaamah Syaikhul Islam
Muwaffaquddin Abu Muhammad
Abdullah bin Ahmad bin Muhammad
bin Qudamah bin Miqdam bin Nashr
Al Maqdisi, Al Jamaili, Ad Dimasyqi,
As Sholihi, Al Hambali, penulis kitab
Al Mughni". (Siyar A'lam An Nubala
jilid 16 hal 149)

Ulama Daulah Islam, diantaranya


Syaikh Abu Mush'ab Az Zarqowy-
taqobbalallah- berkata

"Atau apakah mereka tidak punya


ulama panutannya yang berlomba
lomba pergi ke tanah jihad dan ribat ?

Seperti Al Alim Al Abid Al Mujahid


Abu Abdullah ibnul Mubarok, Sufyan
Ats Tsauri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu
Ishaq Al Fazzari, Ibnu Qudamah Al
Maqdisi, Syaikhul Islam Ibnu
Taymiyah." (Wa 'Ada Ahfaad bin Al
'Alqomi)

Syaikhul Imam Abu Umar Al Baghdadi


-taqobbalallah- mengatakan "Bahwa
Ibnu Qudamah-rahimahullah- berkata
"Jika seseorang takut ditangkap,
maka lebih baik dia menyerang
hingga terbunuh dan tidak
menyerahkan diri". (Rilisan Wa Qotilul
Musyrikina Kaaffah)
5. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
Al Qurtubhi -Rahimahullah-.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah-


rahimahullah- menjelaskan tentang
keutamaan tafsir Al Qurthubi-
rahimahullah- daripada Az
Zamakhsari-rahimahullah-
"Kitab tafsir Al Qurthubi lebih baik,
lebih dekat dengan Al Qur'an, Hadits
dan jauh dari bid'ah daripada tafsir Az
Zamakhsari, dan jika seseorang
menulis kitab tafsir hendaknya dia
menyertai kandungan faidah dari
keduanya dan wajib adil pada orang
yang berada di atas kebenaran
karena kebenaran". (Al Fatawa Al
Kubro jilid 5 hal 85).

Dan beliau menukil perkataan Al


Qurthubi-rahimahullaah- tentang
banyak nya perbedaan ulama tentang
tafsir Istiwa nya Allah. (Dar'u
Ta'adhuril Aqli wan Naqli)

Imam Ibnul Qoyyim-rahimahullaah-


juga menukil perkataan Al Qurthubi
tentang tafsir Istiwa Allah,

" ‫اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﻋﺮش اﺳﺘﻮى‬

Bab Allah beristiwa di atas langit".


(Ijtimaaul Juyuusyi Al Islamiyah)

Ulama Dakwah Najd, diantaranya


Syaikh Hamad bin Nashr bin Ma'mar
berkata "Ini adalah ucapan Al Imam
Al Alim Al Allaamah Abu Abdullah Al
Qurthubi, penulis kitab Tafsir Al
Kubro(Tafsir Al Qurthubi)". (Ad Durar
As Saniyah jilid 3 hal 152).

Syaikh Abdullah bin Abdul Latif bin


Abdurrahman bin Hasan bin
Muhammad bin Abdul Wahab-
rahimahumullaah- menukil perkataan
Imam Al Qurthubi-rahimahullah-
mengatakan "Al Imam Al Qurthubi-
rahimahullah- berkata "Ibnu Habib
berpendapat demikian, dan sebagian
madzhab Maliki, Ibnu Wahab, dan
yang paling terkenal adalah pendapat
dari madzhab Syafi'i". (Ad Durar As
Saniyah jilid 7 hal 500)

Syaikh Muhammad bin Abdul Latif-


rahimahumallah- ketika menjelaskan

‫ﻦ ُدوِﻧُﻜﻢ‬
ْ ‫ﺨُﺬوا ِﺑﻄﺎَﻧًﺔ ِﻣ‬
ِ ‫ﻻ َﺗَّﺘ‬
(Q.S Ali Imron 118)

membawakan perkataan Imam Al


Qurthubi "Allah melarang hamba
hamba Nya yang mukmin agar dia
tidak menjadikan teman dan sahabat
dari kalangan orang kafir, yahudi,
ahlul hawa, ahlul bid'ah". (Ad Durar As
Saniyah jilid 8 hal 449)

Ulama Daulah Islam memanggil Al


Qurthubi dengan menyertakan laqob
"Al Imam" yakni Al Imam Al Qurthubi,
dan mendoakan beliau
"RAHIMAHULLAH", serta melarang
untuk mengkafirkan nya.

Syaikh Abu Mush'ab Az Zarqowy-


taqobbalallah- mengatakan

"Imam Al Qurthubi-rahimahullah-
berkata "Firman Allah yang berbunyi
Fitnah itu lebih kejam daripada
pembunuhan adalah sebuah fitnah
yang membuat kalian kembali kepada
kekafiran". (Wa 'Ada Afhad ibnu Al
'Alqomi) Syaikh Abu Umar Al
Baghdadi-taqobbalallaah-
mengatakan "Al Imam Al Qurthubi-
rahimahullaah- mengatakan "Surat
An Nisa 75 adalah mengandung dalil
wajib nya menolong orang muslim
yang lemah yang diserang oleh orang
orang kafir". (Rilisan Wa Qotilul
Musyrikina Kaafah). Syaikh Abu
Muhammad Al Adnani-taqobbalallah-
mengatakan "Al Imam-rahimahullah-
berkata dalam tafsirnya "Ayat ini
adalah dalil pokok wajibnya
mengangkat Kholifah, didengar dan
ditaati". (Rilisan Hadza Wa'dullah)

Dalam rilisan Fadzarhum Wa Ma


Yaftarun Syaikh Muhammad Al
Adnani-taqobbalallah- berkata

"Al Imam Al Qurthubi-rahimahullah-


berkata "Allah memerintahkan untuk
bersatu dan tidak berpecah belah".
6. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
An Nawawi -Rahimahullah-.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah-


rahimahullah- menukil perkataan
Imam Nawawi-rahimahullah-

"Dan telah berkata Abu Zakariya


Imam Nawawi-rahimahullaah- dalam
Syarah Al Muhadzab ketika
membawakan perkataan Abu Ishaq
"dianjurkan untuk menziarahi kuburan
Nabi-shallallaah 'alaihi wa sallam-
diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi
Muhammad-shallallaah 'alaihi wa
sallam- beliau bersabda "Barang
siapa yang menziarahi kuburku maka
dia mendapatkan syafaatku" lalu
Imam Nawawi-rahimahullah- berkata
"Riwayat dari Ibnu Umar yang
diriwayatkan oleh Abu Bakr Al Bazzar,
Ad Daruqutni, Al Baihaqi ini adalah
Dhoif Sekali". (Al Ikhnaiyyah Aw Ar
Rad Al Ikhnaai)

Imam Ibnul Qoyyim-rahimahullah-


berkata "Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Imam Nawawi-
rahimahullah- dalam Ar Roudhoh".
(Ighotsatul Lahfaan jilid 1 hal 228)

Al Imam Ibnu Katsir-rahimahullah-


berkata "Asy Syaikh Muhyiddin Yahya
bin Syarof bin Hasan bin Husain bin
Jumu'ah bin Hazzam Al Haazimi

Al Alim, Abu Zakariya Ad Dimasyqi


Asy Syafi'i Al Allaamah Syaikhul
Madzhab, Ulama Besar Ahli Fiqih di
zamannya, Lahir di Nawa 631 H,
Nawa desa dari kota Hauran". (Al
Bidayah wa Nihayah jilid 13, hal 326)

Al Imam Adz Dzhahabi-rahimahullah-


berkata "Imam Nawawi-rahimahullah
- adalah Ulama Asy'ari, orang yang
menyelisihi nya akan keras dan
berlebihan dalam membid'ahkan nya".
(Tarikh Al Islam jilid 15 hal 332).
Beliau juga berkata "Imam Nawawi
adalah Mufti nya umat ini, Syaikhul
Islam, Al Hafidz Asy Syafi'i, Az Zahid".

((Tarikh Al Islam jilid 15 hal 324)

Imam Adzhahabi-rahimahullah-
menyebutkan karya karya Al Imam An
Nawawi-rahimahullah- "Karya karya
beliau diantaranya Al Minhaj Syarah
Muslim, Al Adzkar, Riyadhus Sholihin,
Arba'in 40 hadits, At Taysir, Al
Mubhimat, At Tahrir fi Alfadzhit
Tanbih, Al Idhoh, Al Ijaz fil Manasik,
At Tibyan fi Adadi Hamalatil Qur'an,
Ar Roudhoh 4 jilid, Al Minhaj, Syarah
Al Bukhori, dan lainnya, Allah
memberikan manfaat kepada umat
islam melalui tulisan tulisannya".
Sampai Imam Dzahabi mengatakan
"Tulisan tulisan kami tidak lebih
banyak dari orang ini(Imam
Nawawi)." (Tarikh Al Islam jilid 15 hal
329, 330, 332)

Al Imam Ibnu Muflih-rahimahullah-


menukil perkataan Imam Nawawi-
rahimahullah- berkata "Imam Nawawi
-rahimahullah- berkata "Hendaknya
seseorang tidak meninggalkan zikir
lisan dan hati hanya karena takut riya,
hendaknya dia berdzikir dengan
keduanya."(Al Adab Asy Syar'iyah jilid
1 hal 266). Imam Ibnu Muflih-
rahimahullah- berkata "Al Imam
Nawawi-rahimahullah- menulis
Hadits Arba'in melalui Ibnu Sholah-
rahimahullah- dengan cara
menyimaknya(awal 40 hadits),
kemudian Imam Nawawi-
rahimahullah- menambah kan 2
hadits lagi(total 42)".(Jami'ul Ulum
wal Hikam jilid 1 hal 56)

Ulama Dakwah Najd pun menukil


ucapan Imam Nawawi-rahimahullah-
dan selalu mendoakan
"RAHIMAHULLAH", mereka menyebut
Imam Nawawi-rahimahullah- dengan
sebutan Syaikh dan Al Imam.

Syaikh Muhammad bin Abdul


Wahhab-rahimahullah- berkata
"Penulis kitab Ar Roudhoh dari
kalangan Syafi'iyah(yakni Imam
Nawawi) berkata "Jika seorang
muslim berkurban untuk Nabi, maka
dia kafir". (Al Mufid Al Mustafid fi
Kufri Tarikis Sholah jilid 1 hal 305)

Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin


Muhammad bin Abdul Wahhab-
rahimahumullah- mengatakan "Imam
Nawawi -rahimahullah- berkata
"sesungguh nya manusia itu ada 4
golongan..". (Fathul Majid Syarah
Kitab Tauhid hal 132)

Syaikh Hamad bin Nashir bin Ma'mar-


rahimahullah- mengatakan "Imam
Nawawi-rahimahullah- mengatakan
"Imam Syafi'i-rahimahullah- berkata
"Sesungguhnya aku melihat para
Imam yang ada di mekkah
memerintahkan orang orang untuk
menghancurkan bangunan
kuburan".(Ad Durar As Saniyah jilid 5
hal 91). -maknanya Syaikh Hamad bin
Nashir bin Ma'mar menukil
pendapatnya dan mendoakannya-

Ulama Daulah Islam, diantaranya


Syaikh Abu Mush'ab Az Zarqowy-
taqobbalallah-mengatakan "Ulama
Ahli Fiqih Syafi'iah berkata dalam Ar
Roudhoh(maksudnya Imam Nawawi-
rahimahullah-). (Wa 'Ada Ahfadz ibnu
Al Alqomi). Syaikh Maysaroh Al
Ghorib-taqobbalallah- mengatakan
"Al Hafidz Al Imam As Suyuti-
rahimahullah- dalam kitab Tadribur
Rowy "Yang benar adalah bahwa
riwayat Rofidhoh tidak diterima,
karena mereka mencaci
salaf(sahabat). Sebagaimana yang
dikatakan Imam Nawawi-
rahimahullah- dalam Ar Roudhoh".
(Muqotilah Ar Rofidhoh fil 'Iraq hal 6)

Syaikh Abu Hamzah Al Muhajir-


taqobbalallah- mengatakan "Al Imam
An Nawawi-rahimahullah- berkata
"Diantara keadaan baiknya seseorang
adalah dia berpegang teguh pada
kebenaran".(Rilisan Romadhon
Syahrun Nashr wal Ghufron)

Dalam kitab I'lam Al Anaam bi Milad


Daulah Islamiyah yang diterbitkan
oleh Muasasah Al Furqon hal 23
disebutkan "Telah berlalu ucapan Al
Imam An Nawawi-rahimahullah-
ketika mendefinisikan Ahlul Halli wal
Aqdi". -artinya media Daulah Islam
dan Ulama nya menukil ucapannya,
mendoakannya dan tidak
mengkafirkannya-.
2. Pembahasan :

Pendapat Ulama Masyayikh


Ahlu Tauhid tentang Imam
Ibnu Hajar-Rahimahullah-.

Ulama Dakwah Najd, mereka


memberi laqob kepada Ibnu Hajar
dengan sebutan Al Hafidz dan
mendoakan "RAHIMAHULLAH"
kepada nya.

Syaikh Abdullah bin Muhammad bin


Abdul Wahab-rahimahumallah-
mengatakan "Telah berkata Al Hafidz
Ibnu Hajar-rahimahullah- tentang
hadits Abu Sa'id...".(Ad Durar As
Saniyah jilid 5 hal 347)

Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin


Muhammad bin Abdul Wahab-
rahimahumullah- mengatakan "Al
Hafidz Ibnu Hajar-rahimahullah-
berkata "Tidak berada di hadits Abu
Utsman...". (Ad Durar As Saniyah jilid
4 hal 437)
Ulama Daulah Islam, salah satunya
Syaikh Abu Mush'ab Az Zarqowy-
taqobbalallah- mengatakan
"Sesungguhnya ulama ulama kami
membuat karya kitab dengan nama
yang sama, namun aku tidak
mendengar sesama mereka saling
mengingkarinya, seperti Az Zahid
Ibnul Mubarok, Ibnu Abi Ashim,
Ahmad bin Hambal, Al Baihaqi, Al
Jashosh, Ibnul Arobi(kitab Al
Jashosh dan Ibnul Arobi sama sama
bernama Ahkamul Quran), Ibnu Rojab
Al Hambali, Ibnu Hajar Al
Asqolani(Kitab Ibnu Rojab dan Ibnu
Hajar sama sama bernama Fathul
Bari), dan masih banyak lagi".

Beliau-taqobbalallah- juga berkata


"Telah berkata Al Hafidz Ibnu Hajar Al
Asqolani-rahimahullah- penjelasan
hadits Abu Said Al Khudri-radhiyallah
anhu-...". (Rilisan Al Qital, Qodru
Thoifah Al Mnasyuroh).
TAMAT

Tambahan dari saya(penerjemah).

Sebaiknya seorang yang belum ahli,


atau belum punya kapasitas ilmu
agama yang mumpuni, tidak
mensibukkan dirinya untuk mencari
kesalahan para ulama, tapi sibukkan
lah diri kita sendiri untuk mencari
kebaikan mereka. Sibukkan diri kita
dengan hafalkan Al Qur'an sampai 30
juz, hafalkan hadits sampai jutaan
hadits, atau ribuan atau ratusan atau
puluhan. Jika itu belum mampu maka
caci lah diri kalian sendiri, sebab hal
itu akan dipertanggung jawabkan di
hari yang menakutkan ketika satu per
satu manusia disuruh membaca amal
nya sendiri lalu diadili oleh yang Maha
Adil. Caci lah dirimu sendiri wahai
PEMALAS.

Anda mungkin juga menyukai