Anda di halaman 1dari 39

7/11/2017 Dzulqarnain.

Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Share:

Home
Katalog Karya
Merajut Mutiara
Pustaka As-Sunnah
Tasjilat An-Nashihah
Radio Live
Ketik disini ... Cari

Home
Pelajaran
Tulisan
Khutbah
Makalah
Tanya Jawab
Doa & Dzikir
Asmaul Husna
Renungan dari Ayat-Ayat Al-Qur`an
Lembaran Hikmah & Aqidah Salaf
Merajut Mutiara
Agenda
Jihad & Terorisme

Jumlah Kunjungan

Do’a dan Dzikir

PENGHULU ISTIGHFAR

Dari Syaddâd bin Aus radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa yang
Targhib wat Tarhib

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 1/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

BAHAYA MEMUTUS SILATURAHMI

Dari Jubair bin Muth’im radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Lentera Wahyu

KEADAAN KEBANYAKAN MANUSIA

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,


Mutiara Salaf

CARA MENGENAL PENDUSTA

Harun bin Sufyân Al-Mustamly bertanya kepada Imam Ahmad, “Bagaimana cara engkau mengetahui para
Home » Featured, Nasihat & Bantahan Ilmiah » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan
Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilmu dan Ulama 2/2

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 2/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan


Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilmu
dan Ulama 2/2
Diposting: 12-11-2013 || 10,789 klik

Tuduhan terhadap Syaikh Rabî’

Tuduhan Ustadz Firanda terhadap guru kami, Syaikh Rabî’ Al-Madkhaly hafizhahullâh, adalah hal yang
mengerikan dan bertubi-tubi. Ada lima pokok tuduhan Ustadz Firanda yang Saya tanggapi:

1. Menyelisihi manhaj tiga Imam dakwah Salafiyah pada zaman ini.

2. Ber-manhaj mutasyaddid.

3. Beraqidah kaum Khawarij.

4. Berdusta terhadap para Salaf.

5. Mengharuskan Syaikh Rabî’ dianggap berpaham Murji`ah, sebagaimana Ali Hasan, karena ucapan keduanya
mirip dalam masalah amalan sebagai penyempurna keimanan.

Pada tulisan ini, Saya hanya menanggapi empat pokok tuduhan. Adapun tentang tuduhan berpaham Murji’ah,
insya Allah akan Saya bahas secara khusus.

Tuduhan Pertama

Ustadz Firanda berkata,

“Diantara para masyayikh yang mereka ambil manhajnya dalam hal ini –bahkan seakan-akan seperti wahyu
yang turun dari langit- adalah Syaikh Rabî’ bin Hâdî Al-Madkhalî –semoga Allah meluruskan langkah beliau
dan mengembalikan beliau kepada kebenaran-.

Barang siapa –yang mau jujur- dalam mengamati sepak terjang Syaikh Rabî’ Al-Madkhalî, maka ia akan
mendapati bahwa manhaj beliau –khususnya dalam masalah tahdzîr dan tabdî’- sangatlah jauh berbeda dengan
manhaj tiga imam dakwah salafîyah zaman ini, yaitu Syaikh Bin Bâz, Syaikh Al-Albânî, dan Syaikh
Al-’Utsaimîn rahimahumullâh. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Manhaj ketiga imam tersebut
telah diwarisi oleh murid-murid senior mereka yang tersebar di Kerajaan Arab Saudi, dan hingga saat ini saya
belum menemukan murid-murid senior mereka yang bermanhaj seperti manhaj Syaikh Rabî’.”[1]
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 3/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Tanggapan

Pertama, ucapan Ustadz Firanda, “Diantara para masyayikh yang mereka ambil manhajnya dalam hal ini –
bahkan seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit-” adalah semata kedustaan dan tuduhan batilnya.

Alhamdulillah, tidak ada dari kalangan Salafiyyin yang taklid dan fanatik terhadap Syaikh Rabî’ hafizhahullâh,
sedang Syaikh Rabî’ juga tidak mengajarkan hal tersebut kepada murid-muridnya.

Memang, pada masa ini, Syaikh Rabî’ hafizhahullâh masuk ke dalam sebuah tugas berat, yaitu membela agama
dari penyimpangan yang diadakan oleh ahlul batil dan orang-orang yang membelok dari jalan yang benar. Hal
tersebut pasti akan mendatangkan banyak celaan dari pengikut kebatilan dan pembela ahlul bid’ah, dan jarang
ada yang berkorban untuk kemurnian dakwah Salafiyah seperti usaha beliau. Itu adalah jasa yang disyukuri,
dihargai, dan dipuji oleh para ulama.

Namun, tidak ada yang mengetahui kadar orang yang berilmu, kecuali orang-orang yang semisal mereka dan
orang-orang yang mengagungkan ilmu dan ulama.

Semoga Allah membalas beliau berupa kebaikan atas jasa beliau kepada Islam dan kaum muslimin.

Di antara mereka yang pernah dibantah oleh Syaikh Rabî’ hafizhahullâh adalah Sayyid Quthb, Salman
Al-’Audah, Safar Hawaly, ‘Aidh Al-Qarny, Mahmud Al-Haddâd, Abdul Lathif Ba Syumail, Abdurrahman
Abdul Khaliq, ‘Adnan Al-’Ur’ûr, Abul Hasan Al-Ma`riby, Falih Al-Harby, Fauzy Al-Atsary, Ali Hasan Al-
Halaby, Yahya Al-Hajûry dan selainnya. Kebanyakan orang-orang tersebut dibantah setelah dinasihati oleh
Syaikh Rabî’ selama bertahun-tahun, bahkan sebagian dari mereka dinasihati hingga belasan tahun.

Kalau seorang pengikut Sunnah mengambil teladan dari Syaikh Rabî’ hafizhahullâh dan mengikuti hujjah yang
beliau jelaskan terhadap sejumlah orang-orang yang menyimpang, apalagi beliau telah didukung oleh ulama
sunnah lainnya, mengapa Ustadz Firanda seenaknya menuduh secara dusta bahwa apa-apa yang datang dari
Syaikh Rabî’ dijadikan ‘seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit’!!!

Kedua, tentang ucapan Ustadz Firanda “Barang siapa –yang mau jujur- dalam mengamati sepak terjang Syaikh
Rabî’ Al-Madkhalî, maka ia akan mendapati bahwa manhaj beliau –khususnya dalam masalah tahdzîr dan
tabdî’- sangatlah jauh berbeda dengan manhaj tiga imam dakwah salafîyah zaman ini, yaitu Syaikh Bin Bâz,
Syaikh Al-Albânî, dan Syaikh Al-’Utsaimîn rahimahumullâh.”

Ini juga termasuk igauan Ustadz Firanda yang berasal dari sangkaannya yang buruk dan pemahamannya yang
lemah. Insya Allah, Saya akan menerangkan syubhat Ustadz Firanda yang menjadi alasan dia menuduh bahwa
tiga imam dakwah Salafiyah menyelisihi manhaj Syaikh Rabî’.

Di sini, Saya ingin menjelaskan bahwa sejatinya yang berbeda jauh manhaj-nya dengan tiga imam dakwah
Salafiyah adalah justru Ustadz Firanda sendiri. Sekurang-kurangnya, Ustadz Firanda telah bertentangan dengan
tiga imam dakwah Salafiyah seputar sikap terhadap Syaikh Rabî’ pada dua perkara:

Perkara pertama, tiga Imam dakwah Salafiyah: Syaikh Ibnu Bâz, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, dan Syaikh Al-
Albâny rahimahullâh telah memuji aqidah dan manhaj Syaikh Rabî’ hafizhahullâh, sedangkan Ustadz Firanda
malah mencela manhaj dan menjatuhkan kredibilitas beliau sehingga beliau berada di jajaran orang-orang yang
menyandang bid’ah-bid’ah besar, berupa paham Khawarij dan Murji`ah, serta berdusta terhadap salaf.

Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâh pernah ditanya tentang Syaikh Muhammad Amân Al-Jâmy rahimahullâh dan
Syaikh Rabî’ hafizhahullâh. Beliau menjawab,

‫ وﻣﻌﺮوﻓﺎن ﻟﺪي ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﻔﻀﻞ‬،‫ ﻛﻼھﻤﺎ ﻣﻦ أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬،‫ﺑﺨﺼﻮص ﺻﺎﺣﺒﻲ اﻟﻔﻀﯿﻠﺔ اﻟﺸﯿﺦ ﻣﺤﻤﺪ أﻣﺎن اﻟﺠﺎﻣﻲ واﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﺑﻦ ھﺎدي اﻟﻤﺪﺧﻠﻲ‬
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 4/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

‫ وﻣﻌﺮوﻓﺎن ﻟﺪي ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﻔﻀﻞ‬،‫ ﻛﻼھﻤﺎ ﻣﻦ أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬،‫ﺑﺨﺼﻮص ﺻﺎﺣﺒﻲ اﻟﻔﻀﯿﻠﺔ اﻟﺸﯿﺦ ﻣﺤﻤﺪ أﻣﺎن اﻟﺠﺎﻣﻲ واﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﺑﻦ ھﺎدي اﻟﻤﺪﺧﻠﻲ‬
‫ ﻓﺄوﺻﻲ ﺑﺎﻹﺳﺘﻔﺎدة ﻣﻦ‬،‫ وﻗﺪ ﺗﻮﻓﻲ اﻟﺪﻛﺘﻮر ﻣﺤﻤﺪ أﻣﺎن ﻓﻲ ﻟﯿﻠﺔ اﻟﺨﻤﯿﺲ اﻟﻤﻮاﻓﻘﺔ ﺳﺒﻊ وﻋﺸﺮﯾﻦ ﺷﻌﺒﺎن ﻣﻦ ھﺬا اﻟﻌﺎم رﺣﻤﮫ ﷲ‬،‫واﻟﻌﻘﯿﺪة اﻟﺼﺎﻟﺤﺔ‬
‫ ﻧﺴﺄل ﷲ أن ﯾﻮﻓﻖ اﻟﺠﻤﯿﻊ ﻟﻤﺎ ﯾﺮﺿﯿﮫ وأن ﯾﻐﻔﺮ ﻟﻠﻔﻘﯿﺪ اﻟﺸﯿﺦ ﻣﺤﻤﺪ أﻣﺎن وأن ﯾﻮﻓﻖ ﺟﻤﯿﻊ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ رﺿﺎه وﺻﻼح أﻣﺮ ﻋﺒﺎده إﻧﮫ‬،‫ﻛﺘﺒﮭﻤﺎ‬
‫ھﻮ اﻟﺴﻤﯿﻊ ]ال[ﻗﺮﯾﺐ‬

“Terkhusus kepada dua Shâhibul Fadhîlah: Syaikh Muhammad Amân Al-Jâmî dan Syaikh Rabî’ bin Hâdi Al-
Madkhaly, keduanya adalah Ahlus Sunnah, dan ma’ruf ‘dikenal, dimaklumi’ di sisiku dengan keilmuan,
keutamaan, dan aqidah shalih. Dr. Muhammad Amân telah wafat pada malam Kamis, bertepatan dengan 27
Sya’ban dari tahun ini. Semoga Allah merahmatinya. Maka, Saya mewasiatkan untuk mengambil manfaat
(ilmu) dari buku-buku kedua syaikh ini. Kami memohon kepada Allah agar (Allah) memberi taufiq kepada
semuanya menuju keridhaan-Nya dan mengampuni yang telah pergi, Syaikh Muhammad Amân, serta memberi
taufiq kepada seluruh kaum muslimin dalam hal yang merupakan keridhaan-Nya dan keshalihan perkara hamba-
hamba-Nya. Sesungguhnya (Allah) Maha mendengar lagi Maha dekat.”[2]

Juga Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâh berkata,

،‫ ھﻢ أھﻞ اﻟﻌﻘﯿﺪة اﻟﻄﯿﺒﺔ وﻣﻦ أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ واﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻣﺜﻞ اﻟﺸﯿﺦ ﻣﺤﻤﺪ أﻣﺎن ﺑﻦ ﻋﻠﻲ‬،‫وإﺧﻮاﻧﻨﺎ اﻟﻤﺸﺎﯾﺦ اﻟﻤﻌﺮوﻓﻮن ﻓﻲ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ ﻟﯿﺲ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻓﯿﮭﻢ ﺷﻚ‬
‫ ﻛﻠﮭﻢ ﻣﻌﺮوﻓﻮن‬،‫ وﻣﺜﻞ اﻟﺸﯿﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ھﺎدي‬،‫ وﻣﺜﻞ اﻟﺸﯿﺦ ﻓﺎﻟﺢ ﺑﻦ ﻧﺎﻓﻊ‬،‫ أو ﻣﺜﻞ اﻟﺸﯿﺦ ﺻﺎﻟﺢ اﺑﻦ ﺳﻌﺪ اﻟﺴﺤﯿﻤﻲ‬،‫وﻣﺜﻞ اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﺑﻦ ھﺎدي‬
‫ﻟﺪﯾﻨﺎ ﺑﺎﻻﺳﺘﻘﺎﻣﺔ واﻟﻌﻠﻢ واﻟﻌﻘﯿﺪة اﻟﻄﯿﺒﺔ … وﻟﻜﻦ دﻋﺎة اﻟﺒﺎطﻞ أھﻞ اﻟﺼﯿﺪ ﻓﻲ اﻟﻤﺎء اﻟﻌﻜﺮ ھﻢ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﺸﻮﺷﻮن ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎس وﯾﺘﻜﻠﻤﻮن ﻓﻲ ھﺬه‬
‫ اﻟﻮاﺟﺐ ﺣﻤﻞ اﻟﻜﻼم ﻋﻠﻰ أﺣﺴﻦ اﻟﻤﺤﺎﻣﻞ‬،‫اﻷﺷﯿﺎء وﯾﻘﻮﻟﻮن اﻟﻤﺮاد ﻛﺬا وﻛﺬا وھﺬا ﻟﯿﺲ ﺑﺠﯿﺪ‬

“Dan saudara-saudara Kami dari kalangan masyaikh yang ma’ruf di Madinah, tidak ada keraguan sedikit pun
pada Kami tentang mereka. Mereka adalah orang-orang yang beraqidah baik dan dari kalangan Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah, seperti Syaikh Muhammad Amân bin Ali, Syaikh Rabî’ bin Hâdy, Syaikh Shalih bin Sa’d As-
Suhaimy, Syaikh Fâlih bin Nâfi’, Syaikh Muhammad bin Hâdy. Semuanya ma’ruf di sisi Kami dengan
keistiqamahan, keilmuan, dan aqidah yang baik. Namun, para dai kebatilan dari kalangan orang-orang yang
mengail di air keruh, merekalah yang menimbulkan kekacauan di tengah-tengah manusia dan berbicara tentang
perkara-perkara ini seraya mengatakan, “maksudnya adalah begini dan begitu.” Ini adalah hal yang tidak baik.
Yang wajib adalah mengarahkan maksud pembicaraan kepada kemungkinan yang terbaik.”[3]

Demikian pula Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullâh. Beliau bergembira menyambut kedatangan Syaikh Rabî’
hafizhahullâh di ‘Unaizah dengan berkata,

‫إﻧﻨﺎ ﻧﺤﻤﺪ ﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ وﺗﻌﺎﻟﻰ أن ﯾﺴﺮ ﻷﺧﯿﻨﺎ اﻟﺪﻛﺘﻮر رﺑﯿﻊ ﺑﻦ ھﺎدي اﻟﻤﺪﺧﻠﻲ أن ﯾﺰور ھﺬه اﻟﻤﻨﻄﻘﺔ ﺣﺘﻰ ﯾﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﯾﺨﻔﻰ ﻋﻠﯿﮫ ﺑﻌﺾ اﻷﻣﻮر أن‬
‫ وﻟﺴﺖ أﻋﻨﻲ ﺑﺎﻟﺴﻠﻔﯿﺔ أﻧﮭﺎ ﺣﺰب ﻗﺎﺋﻢ ﯾﻀﺎد ﻟﻐﯿﺮه ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻟﻜﻨﻲ أرﯾﺪ ﺑﺎﻟﺴﻠﻔﯿﺔ أﻧﮫ‬،‫أﺧﺎﻧﺎ وﻓﻘﻨﺎ ﷲ وإﯾﺎه ﻋﻠﻰ ﺟﺎﻧﺐ اﻟﺴﻠﻔﯿﺔ طﺮﯾــﻖ اﻟﺴﻠﻒ‬
‫ وﻧﺤﻦ ﻧﻌﻠﻢ ﺟﻤﯿﻌﺎ ً أن اﻟﺘﻮﺣﯿـﺪ ھﻮ أﺻﻞ اﻟﺒﻌﺜﺔ اﻟﺘﻲ ﺑﻌﺚ ﷲ ﺑﮭﺎ‬،‫ﻋﻠﻰ طﺮﯾﻖ اﻟﺴﻠﻒ ﻓﻲ ﻣﻨﮭﺠﮫ وﻻﺳﯿﻤﺎ ﻓﻲ ﺗﺤﻘﯿﻖ اﻟﺘﻮﺣﯿﺪ وﻣﻨﺎﺑﺬة ﻣﻦ ﯾﻀﺎده‬
‫ زﯾﺎرة أﺧﯿﻨﺎ اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿـﻊ ﺑﻦ ھﺎدي إﻟﻰ ھﺬه اﻟﻤﻨﻄﻘﺔ وﺑﺎﻷﺧﺺ إﻟﻰ ﺑﻠﺪﻧﺎ ﻋﻨﯿﺰة ﻻﺷﻚ أﻧﮫ ﺳﯿﻜﻮن ﻟﮫ أﺛﺮ وﯾﺘﺒﯿﻦ‬..‫رﺳﻠﮫ ﻋﻠﯿﮭﻢ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم‬
‫ﻟﻜﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻣﺎ ﻛﺎن ﺧﺎﻓﯿﺎ ً ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺘﮭﻮﯾﻞ واﻟﺘﺮوﯾﺞ وإطﻼق اﻟﻌﻨﺎن ﻟﻠﺴﺎن وﻣﺎ أﻛﺜﺮ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻨﺪﻣﻮن ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻮا ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻤﺎء إذا ﺗﺒﯿﻦ ﻟﮭﻢ أﻧﮭﻢ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺻﻮاب‬

“Sesungguhnya Kami memuji Allah Subhânahu wa Ta’âlâ yang memudahkan saudara kita, Doktor Rabî’ bin
Hâdy Al-Madkhaly, untuk berkunjung ke wilayah ini agar orang yang dalam dirinya tersembunyi sebagian
perkara dapat mengetahui bahwa saudara Kita (Syaikh Rabî’) -semoga Allah memberi taufik kepada Kami dan
kepada beliau- berada di sisi As-Salafiyah, jalan As-Salaf. Dengan As-Salafiyah, Saya tidak menghendaki suatu
hizb ‘golongan, partai’ yang berdiri berseberangan melawan kaum muslimin lainnya. Akan tetapi, yang Saya
inginkan dengan As-Salafiyah adalah bahwa beliau berada di atas jalan As-Salaf dalam manhaj-nya, terlebih
dalam perealisasian tauhid dan penentangan terhadap orang-orang yang berlawanan dengannya. Kita semua
mengetahui bahwa tauhid merupakan dasar pokok pengutusan yang Allah mengutus para rasul ‘alaihimus salâm
dengan (tauhid) … Kunjungan saudara Kami, Syaikh Rabî’ bin Hâdy, ke wilayah ini, khususnya kota kita,
‘Unaizah, tidak diragukan lagi akan berpengaruh (baik) dan akan memperjelas hal-hal yang sebelumnya
tersembunyi dari banyak manusia dikarenakan oleh memperbesar (perkara), propaganda, dan melepas ikatan
pada lisan. Betapa banyak orang yang menyesal atas ucapan mereka terhadap ulama ketika tampak jelas bahwa
(ulama) berada di atas kebenaran.”[4]

Ketika ditanya tentang buku-buku karya Syaikh Rabî’, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullâh menjawab,
‫ ﻣﺜﻠﻲ ﯾﺴﺄل ﻋﻦ إﺳﺤﺎق ! ﺑﻞ إﺳﺤﺎق‬:‫ ﻓﻘﺎل‬-ً‫رﺣﻤﮭﻢ ﷲ ﺟﻤﯿﻌﺎ‬- ‫ وﻛﻤﺎ ﺳﺌﻞ اﻹﻣﺎم أﺣﻤﺪ ﻋﻦ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ راھﻮﯾﮫ‬،‫اﻟﻈﺎھﺮ أن ھﺬا اﻟﺴﺆال ﻻ ﺣﺎﺟﺔ إﻟﯿﮫ‬
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 5/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

‫ ﻣﺜﻠﻲ ﯾﺴﺄل ﻋﻦ إﺳﺤﺎق ! ﺑﻞ إﺳﺤﺎق‬:‫ ﻓﻘﺎل‬-ً‫رﺣﻤﮭﻢ ﷲ ﺟﻤﯿﻌﺎ‬- ‫ وﻛﻤﺎ ﺳﺌﻞ اﻹﻣﺎم أﺣﻤﺪ ﻋﻦ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ راھﻮﯾﮫ‬،‫اﻟﻈﺎھﺮ أن ھﺬا اﻟﺴﺆال ﻻ ﺣﺎﺟﺔ إﻟﯿﮫ‬
…‫ﯾﺴﺄل ﻋﻨﻲ‬

“Tampaknya pertanyaan ini tidak diperlukan sebagaimana Imam Ahmad pernah ditanya tentang Ishaq Ibnu
Râhawaih -semoga Allah merahmati semuanya-. (Imam Ahmad) menjawab, ‘(Orang) seperti Saya ditanya
tentang Ishaq!? Justru Ishaq-lah yang (seharusnya) ditanya tentang Saya’ ….”[5]

Adapun Syaikh Al-Albâny rahimahullâh, beliau menjawab ketika ditanya tentang Syaikh Rabî’ hafizhahullâh
dan Syaikh Muqbil rahimahullâh,

‫ دﻋﺎة ﻋﺪﯾﺪﯾﻦ ﻓﻲ ﻣﺨﺘﻠﻒ‬،‫ أن ﺳﺨﺮ ﻟﮭﺬه اﻟﺪﻋﻮة اﻟﺼﺎﻟﺤﺔ اﻟﻘﺎﺋﻤﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﺴﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﮭﺞ اﻟﺴﻠﻒ اﻟﺼﺎﻟﺢ‬-‫ﻋﺰ وﺟﻞ‬- ‫ﻧﺤﻦ ﺑﻼ ﺷﻚ ﻧﺤﻤﺪ ﷲ‬
‫ ﻓﺎﻟﺤﻂ ﻋﻠﻰ ھﺬﯾﻦ اﻟﺸﯿﺨﯿﻦ اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ واﻟﺸﯿﺦ ﻣﻘﺒﻞ‬،‫اﻟﺒﻼد اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﯾﻘﻮﻣﻮن ﺑﺎﻟﻔﺮض اﻟﻜﻔﺎﺋﻲ اﻟﺬي ﻗﻞ ﻣﻦ ﯾﻘﻮم ﺑﮫ ﻓﻲ اﻟﻌﺎﻟﻢ اﻹﺳﻼﻣﻲ اﻟﯿﻮم‬
‫ وﻣﺎ ﻛﺎن ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻠﻒ اﻟﺼﺎﻟﺢ وﻣﺤﺎرﺑﺔ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﺨﺎﻟﻔﻮن ھﺬا اﻟﻤﻨﮭﺞ اﻟﺼﺤﯿﺢ ھﻮ ﻛﻤﺎ ﻻ ﯾﺨﻔﻰ ﻋﻠﻰ اﻟﺠﻤﯿﻊ إﻧﻤﺎ ﯾﺼﺪر‬،‫اﻟﺪاﻋﯿﯿﻦ إﻟﻰ اﻟﻜﺘﺎب واﻟﺴﻨﺔ‬
‫ أﻣﺎ‬..‫ ﻓﺈذا ﺗﺒﯿﻦ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺼﺤﯿﺢ اھﺘﺪى‬،‫ اﻟﺠﺎھﻞ ﯾﻤﻜﻦ ھﺪاﯾﺘﮫ ؛ ﻷﻧﮫ ﯾﻈﻦ أﻧﮫ ﻋﻠﻰ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻢ‬.‫ إﻣﺎ ﻣﻦ ﺟﺎھﻞ أو ﺻﺎﺣﺐ ھﻮى‬: ‫ﻣﻦ أﺣﺪ رﺟﻠﯿﻦ‬
‫ وإﻣﺎ ﺻﺎﺣﺐ‬،‫ إﻻ أن ﯾﮭﺪﯾﮫ ﷲ ـ ﺗﺒﺎرك وﺗﻌﺎﻟﻰ ـ ﻓﮭﺆﻻء اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻨﺘﻘﺪون اﻟﺸﯿﺨﯿﻦ ـ ﻛﻤﺎ ذﻛﺮﻧﺎ ـﺈﻣﺎ ﺟﺎھﻞ ﻓﯿُﻌﻠّﻢ‬،‫ﺻﺎﺣﺐ اﻟﮭﻮى ﻓﻠﯿﺲ ﻟﻨﺎ إﻟﯿﮫ ﺳﺒﯿﻞ‬
.‫ إﻣﺎ أن ﯾﮭﺪﯾﮫ وإﻣﺎ أن ﯾﻘﺼﻢ ظﮭﺮه‬-‫ﻋﺰ وﺟﻞ‬- ‫ وﻧﻄﻠﺐ ﻣﻦ ﷲ‬،‫ھﻮى ﻓﯿُﺴﺘﻌﺎذ ﺑﺎ ﻣﻦ ﺷﺮه‬

“-Tanpa keraguan- Kami memuji Allah ‘Azza wa Jalla yang, untuk dakwah shalih ini yang tegak di atas Al-
Kitab dan Sunnah sesuai dengan manhaj As-Salaf Ash-Shalih, telah memudahkan bilangan para da’i di berbagai
negeri Islam guna menegakkan sebuah fardhu kifayah yang, pada hari ini, sangat sedikit orang-orang yang
menegakkannya di dunia Islam. Oleh karena itu, merendahkan kedua syaikh: Syaikh Rabî’ dan Syaikh Muqbil,
dua dai (yang menyeru) kepada Al-Kitab dan Sunnah serta apa-apa yang As-Salaf Ash-Shalih berada di atasnya,
(juga) memerangi orang-orang yang menyelisihi manhaj yang shahih ini. Hal tersebut sebagaimana telah tampak
kepada semua pihak, bahwa (perendahan) tersebut hanyalah muncul dari salah satu di antara dua orang: dari
orang jahil atau pengikut hawa nafsu.

Adapun orang jahil, masih mungkin (ada) hidayah untuknya karena dia menyangka bahwa dirinya berada di atas
suatu ilmu. Jika telah tampak ilmu yang benar kepadanya, dia akan mendapat hidayah.

Adapun seorang pengikut hawa nafsu, tidak ada jalan bagi Kita, kecuali Allah Tabâraka wa Ta’âlâ yang
memberi hidayah kepadanya.

Mereka yang mengkritik dua syaikh tersebut, sebagaimana yang telah kami sebutkan, mungkin orang jahil
sehingga dia diberi pelajaran, atau dia adalah pengikut hawa nafsu maka dilakukan perlindungan kepada Allah
dari kejelekannya. Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar (Allah) memberi hidayah kepadanya atau
semoga Allah mematahkan punggungnya.”[6]

Perkara kedua, tiga Imam dakwah salafiyah: Syaikh Ibnu Bâz, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, dan Syaikh Al-Albâny
rahimahumullâh telah memuji manhaj Syaikh Rabî’ bin Hady Al-Madkhaly dalam membantah ahlul bid’ah,
sedangkan Ustadz Firanda “menikam” manhaj Syaikh Rabî.

Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâh berkata,

‫ وﻣﻌﺮوف ﻛﺘﺎﺑﺎﺗﮫ وﻣﻘﺎﻻﺗﮫ‬،‫ وﻣﻌﺮوف أﻧّﮫ ﻣﻦ أھﻞ اﻟﺴﻨّﺔ‬،‫اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﻣﻦ ﺧﯿﺮة أھﻞ اﻟﺴﻨّﺔ واﻟﺠﻤﺎﻋﺔ‬

“Syaikh Rabî’ termasuk sebagai sebaik-baik Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Ma’ruf bahwa beliau adalah Ahlus
Sunnah, ma’ruf pula dalam karya-karya tulis dan makalah-makalahnya.”[7]

Juga dalam buku Izhâq Abâthîl ‘Abdil Lathîf Bâ Syumail hal. Hal, 104, Syaikh Rabî’ hafizhahullâh berkata,

‫ وأوﺟﺒﮭﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ‬،‫ ﻓﻤﺎ أﻋﻈﻤﮭﺎ‬،‫ وﻧِ ْﻌ َﻤﺖ اﻟﻨﺼﯿﺤﺔ‬.‫ ﻓﻨﺼﺤﻨﻲ ﺑﺎﻟﺮد ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻠﺤﻖ واﻟﺴﻨﺔ‬-‫ﻟﻘﺪ زرت ﺳﻤﺎﺣﺔ اﻟﺸﯿﺦ اﺑﻦ ﺑﺎز –ﺣﻔﻈﮫ ﷲ‬
‫ﯾﺴﺘﻄﯿﻊ اﻟﻘﯿﺎم ﺑﮭﺎ‬

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 6/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

“Sungguh Saya telah berkunjung kepada Samâhatusy Syaikh Ibnu Bâz hafizhahullâh maka beliau menasihatkan
kepadaku untuk membantah siapa saja yang menyelisihi Al-Haq dan Sunnah. Betapa indah dan betapa agung
nasihat ini, serta betapa wajib orang yang mampu menegakkan (nasihat ini).”[8]

Syaikh Dr. Khâlid Azh-Zhafîry hafizhahullâh yang sering mendampingi Syaikh Rabî’ hafizhahullâh, memberi
persaksian yang patut diperhatikan. Beliau berkata,

‫ ﻟﻮ‬،‫ ﻟﻮ أﺧﻄﺄ اﺑﻦ ﺑﺎز رد ﻋﻠﯿﮫ‬،‫ ))ﯾﺎ ﺷﯿﺦ رﺑﯿﻊ رد ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﻦ ﯾﺨﻄﺊ‬:ً‫ ﯾﻘﻮل ﻣﺨﺎطﺒﺎ ً اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻌﺎ‬-‫وﻗﺪ ﺳﻤﻌﺖ ﺑﺄذﻧﻲ اﻟﺸﯿﺦ اﺑﻦ ﺑﺎز –رﺣﻤﮫ ﷲ‬
.‫ وﷲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ أﻗﻮل ﺷﮭﯿﺪ‬،ً‫أﺧﻄﺄ اﺑﻦ إﺑﺮاھﯿﻢ رد ﻋﻠﯿﮫ((… وأﺛﻨﻰ ﻋﻠﯿﮫ ﺛﻨﺎ ًء ﻋﺎطﺮا‬

“Sungguh Saya telah mendengar dengan dua telingaku (sendiri) bahwa Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâh berbicara
kepada Syaikh Rabî’ dengan berkata, ‘Wahai Syaikh Rabî’, bantahlah siapa saja yang bersalah. Kalau
seandainya Ibnu Bâz bersalah, bantahlah dia. Jika seandainya Ibnu Ibrahim bersalah, bantalah dia.’ Kemudian
(Syaikh Ibnu Bâz) memuji (Syaikh Rabî’) dengan pujian yang harum. Allah-lah Yang Maha menyaksikan
ucapanku.”[9]

Adapun Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullâh, beliau pernah ditanya, “Apa nasihat Anda terhadap siapa saja
yang melarang (untuk mendengarkan) kaset-kaset Syaikh Rabî’ dengan alasan bahwa (kaset-kaset beliau)
menimbulkan fitnah dan memuji para pemerintah di Kerajaan (Saudi), serta bahwa pujian (Syaikh Rabî’) kepada
para pemerintah adalah kemunafikan?”

Maka beliau menjawab,

‫ ﻟﻜﻦ ﻟﻤﺎ ﻛﺎن ﯾﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ‬.‫ وﻣﻨﮭﺠﮫ ﻗﻮﯾﻢ‬،‫ وﻋﻘﯿﺪﺗﮫ ﺳﻠﯿﻤﺔ‬،‫ وﻣﻦ أھﻞ اﻟﺨﯿﺮ‬،‫ واﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎء اﻟﺴﻨﺔ‬،‫ﻂ وﺧﻄﺄ ٌ ﻋﻈﯿﻢ‬
ٌ ‫رأﯾُﻨﺎ أن ھﺬا ﻏﻠ‬
‫اﻟﺮﻣﻮز ﻋﻨﺪ ﺑﻌﺾ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ اﻟﻤﺘﺄﺧﺮﯾﻦ وﺻﻤﻮه ﺑﮭﺬه اﻟﻌﯿﻮب‬

“Kami memandang bahwa (pelarangan) tersebut adalah kekeliruan dan kesalahan yang sangat besar. Syaikh
Rabî’ tergolong sebagai ulama Sunnah, serta termasuk ke dalam ahlul khair ‘kalangan orang-orang baik’,
aqidahnya selamat, dan manhaj-nya lurus. Akan tetapi, tatkala beliau berbicara tentang sebagian tokoh di
kalangan sebagian manusia dari orang-orang belakangan, mereka pun menyifatkan beliau dengan celaan-celaan
tersebut.”[10]

Adapun Syaikh Al-Albâny rahimahullâh, beliau telah berkata,

‫ وﺧﺮوﺟﺎ ً ﻋﻦ اﻟﻤﻨﮭﺞ اﻟﺬي ﻧﺤﻦ ﻧﻠﺘﻘﻲ ﻣﻌﮫ‬،‫ﻓﺄرﯾﺪ أن أﻗﻮل إن اﻟﺬي رأﯾﺘﮫ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﺎت اﻟﺸﯿﺦ اﻟﺪﻛﺘﻮر رﺑﯿﻊ أﻧﮭﺎ ﻣﻔﯿﺪة وﻻ أذﻛﺮ أﻧﻲ رأﯾﺖ ﻟﮫ ﺧﻄﺄ‬
‫وﯾﻠﺘﻘﻲ ﻣﻌﻨﺎ ﻓﯿﮫ‬

“Saya ingin mengatakan bahwa sesungguhnya yang Saya lihat dalam berbagai karya tulis Syaikh Dr. Rabî’
adalah bermanfaat, dan Saya tidak mengingat bahwa Saya mendapati suatu kesalahan pada (karya-kaya tulis)
tersebut atau (mendapati) hal yang telah keluar dari manhaj, yang Kami bertemu dengan beliau dan beliau
bertemu dengan Kami pada (manhaj) itu.”[11]

Demikianlah sedikit ucapan tiga imam dakwah Salafiyah pada masa ini tentang Syaikh Rabî’, dan banyak
ucapan mereka yang lainnya.

Saya yakin bahwa tiga imam Ahlus Sunnah tersebut tidak memuji Syaikh Rabî’ hafizhahullâh dengan
menganggap bahwa beliau ma’shum dan tidak mungkin jatuh dalam kesalahan. Akan tetapi, demikianlah
keadilan dan pembelaan tiga imam Ahlus Sunnah kepada Syaikh Rabî’, yang gigih membela kebenaran dan
agama Allah Ta’âlâ.

Ketiga, masih banyak ulama besar lain yang memuji manhaj, aqidah, dan dakwah Syaikh Rabî’, seperti Syaikh
Shalih Al-Fauzân, Syaikh Shalih Al-Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz Âlu Asy-Syaikh, Syaikh Abdul Muhsin
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 7/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Al-’Abbâd, Syaikh Muqbil Al-Wâdi’iy, Syaikh Ahmad An-Najmy, Syaikh Muhammad As-Subayyil, Syaikh
Zaid Al-Madkhaly, Syaikh Ali Nâshir Al-Faqîhy, Syaikh ‘Ubaid Al-Jâbiry, Syaikh Shalih As-Suhaimy, Syaikh
Abdul Aziz Ar-Râjihy dan selainnya -semoga Allah merahmati yang telah meninggal dan menjaga yang masih
hidup-. Mungkin panjang bila disebutkan semua ulama tersebut.

Poin ini dan poin sebelumnya menunjukkan bahwa bukanlah hal aneh jika Salafiyyin di Indonesia maupun di
negara lain menghargai kedudukan Syaikh Rabî’ hafizhahullâh dan mempercayai bantahan-bantahan beliau,
yang dibangun di atas dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah disertai jejak para Salaf.

Juga, bukanlah celaan bagi Salafiyyin untuk menyebarkan pujian para ulama kepada Syaikh Rabî’ hafizhahullâh
karena memang hal tersebut diridhai oleh para ulama sebagai pertolongan kepada kebenaran yang Syaikh Rabî’
dakwahkan.

Oleh karena itu, Saya bersyukur kepada Allah Ta’âlâ akan Ustadz Luqman Ba’abduh, Ustadz Askary, dan
Ustadz Ruwaifi’ hafizhahumullâh yang telah menulis pujian ulama kepada Syaikh Rabî’ sebagai bantahan
terhadap Ustadz Firanda. Demikian pula asatidzah Salafiyyin di berbagai penjuru tanah air, yang sudah
merupakan kebiasaan mereka untuk membela para ulama dalam pelajaran maupun tulisan mereka. Semoga
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menjadikan hal tersebut sebagai timbangan kebaikan mereka semua pada hari
kiamat.

Keempat, bantahan Kami terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halaby adalah berdasarkan fatwa-fatwa para ulama
besar yang menjelaskan penyimpangan dan kesesatan Syaikh Ali Hasan. Demikian pula Salafiyyin di Indonesia,
semenjak dahulu men-tahdzir Ustadz Yazid, Ustadz Ainul Rafiq, Ustadz Abu Nida dan selainnya dengan dalil
dan didukung oleh fatwa-fatwa ulama besar yang mu’tabar, yaitu Syaikh Muqbil, Syaikh Rabî, Syaikh ‘Ubaid
Al-Jâbiry, dan selainnya. Demikian pula tahdzir terhadap Rodja dari Syaikh Rabî’ dan Syaikh ‘Ubaid Al-Jâbiry.

Berbeda dengan Ustadz Firanda, siapa yang mendahuluinya dalam tuduhan-tuduhan kejinya, khususnya dalam
masalah bahwa Syaikh Rabî’ berpemahaman Khawarij dan berdusta terhadap Salaf!?

Semoga Allah mengampuni Ustadz Firanda dan mengembalikannya ke jalan yang lurus.

Di antara bentuk keindahan adalah jika seseorang mengetahui kadar dirinya dan tidak berbicara, kecuali dalam
hal yang dia layak berbicara di dalamnya. Salah satu pelajaran yang indah di kalangan Salaf adalah bahwa Imam
As-Sya’by rahimahullâh dikenal dengan keilmuan yang luas, bahkan telah ditanyai oleh manusia tatkala masih
banyak shahabat yang hidup. Akan tetapi, seiring dengan hal itu, beliau diam ketika ada orang yang lebih berhak
berbicara, yaitu Imam Ibrahim bin Yazîd An-Nakha’iy rahimahullâh. Humaid bin Al-Aswad bercerita ketika
Ibrahim dan Asy-Sya’by disebut di sisi Ibnu ‘Aun. Ibnu ‘Aun berkata,

‫ﻛﺎن إﺑﺮاھﯿﻢ ﯾﺴﻜﺖ ﻓﺈذا ﺟﺎءت اﻟﻔﺘﻦ أو اﻟﻔﺘﯿﺎ اﻧﺒﺮى ﻟﮭﺎ وﻛﺎن اﻟﺸﻌﺒﻲ ﯾﺘﺤﺪث وﯾﺬﻛﺮ اﻟﺸﻌﺮ وﻏﯿﺮ ذﻟﻚ ﻓﺈذا ﺟﺎءت اﻟﻔﺘﻨﺔ أو اﻟﻔﺘﯿﺎ أﻣﺴﻚ‬

“Adalah Ibrahim sering diam. Jika datang fitnah-fitnah atau fatwa-fatwa, beliau yang maju untuk
(menghadapi)nya. Adalah Asy-Sya’by berbicara dan menyebut syair dan selain itu. Bila datang fitnah-fitnah
dan fatwa-fatwa, beliau menahan (diri).” [12]

Tuduhan Kedua

Ustadz Firanda berkata,

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 8/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

“Manhaj Syaikh Rabî’ Al-Madkhalî Yang Mutasyaddid (keras)

Syaikh Rabî’ adalah manusia biasa yang tidak ma’shûm, bisa salah dan bisa benar. Beliau dikritisi oleh para
ulama dalam beberapa hal, terutama tentang sikap beliau yang terlampau keras di dalam membantah. Diantara
ulama yang mengkritik beliau adalah Syaikh Al-Albânî rahimahullâh. Berikut ini adalah dialog antara Syaikh
Al-Albânî dengan seseorang yang bersikeras membela Syaikh Rabî’ dan menolak anggapan bahwa syaikh Rabî’
adalah mutasyaddid. Akan tetapi, Syaikh Al-Albânî ternyata bersikeras menyatakan bahwa Syaikh Rabî’
mutasyaddid.”[13]

Tanggapan

Saya menanggapi tuduhan tersebut dengan beberapa penjelasan berikut.

Pertama, ada perbedaan antara nash ucapan Syaikh Al-Albâny dan kalimat Ustadz Firanda terhadap ucapan
Syaikh. Ternyata, Syaikh Al-Albâny rahimahullâh berkata -sebagaimana nukilan dan terjemahan Ustadz
Firanda, “Syaikh Al-Albânî : “Di semua kitabnya (Syaikh Rabî’) ada sikap syiddah (keras) !!”.”[14],
sedangkan Ustadz Firanda mengatakan bahwa Syaikh Al-Albâny menyebut mutasyaddid.

Tentulah berbeda antara fîhi syiddah ‘padanya ada sikap keras’ dan mutasyaddid ‘bersikap keras’. Dimaklumi
bahwa kalimat Syaikh Al-Albâny maknanya lebih ringan daripada kalimat Ustadz Firanda.

Agar lebih jelas, keterangan dalam buku-buku Al-Jarh wa At-Ta’dîl membedakan antara frasa fîhi dha’f
‘padanya ada kelemahan’ dan kata dha’îf ‘lemah’. Juga dibedakan antara frasa fîhi nakârah ‘padanya ada bentuk
kemungkaran’ dan kata mungkar. Demikian pula berbeda antara frasa fîhi kadzib ‘padanya ada kedustaan’ dan
kata kâdzib/kadzdzâb ‘pendusta’. Bentuk pertama adalah lebih ringan daripada bentuk kedua.

Banyak lagi contoh lain dalam buku Al-Jarh wa At-Ta’dîl tentang perbedaan tersebut.

Tatkala menisbahkan suatu ucapan kepada seorang alim, seseorang hendaknya mendetailkan lafazhnya dan
berhati-hati dalam pendetailan tersebut agar tidak dituduh berdusta terhadap ulama.

Kedua, dari tautan rujukan yang Ustadz Firanda berikan, dialog dengan Syaikh Al-Albâny sangatlah panjang,
dan ternyata Syaikh Al-Albâny menyifatkan syiddah kepada Syaikh Rabî’ dalam hal uslub dakwah Syaikh
Rabî’, bukan dalam manhaj Syaikh Rabî’. Ini tentu berbeda dengan Ustadz Firanda sebagaimana pada judul
pembahasannya “Manhaj Syaikh Rabî’ Al-Madkhalî Yang Mutasyaddid (keras)”.

Syaikh Al-Albâny sendiri telah memuji manhaj Syaikh Rabî’ sebagaimana keterangan yang telah berlalu,
dengan ucapan beliau,

‫ وﺧﺮوﺟﺎ ً ﻋﻦ اﻟﻤﻨﮭﺞ اﻟﺬي ﻧﺤﻦ ﻧﻠﺘﻘﻲ ﻣﻌﮫ‬،‫ﻓﺄرﯾﺪ أن أﻗﻮل إن اﻟﺬي رأﯾﺘﮫ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﺎت اﻟﺸﯿﺦ اﻟﺪﻛﺘﻮر رﺑﯿﻊ أﻧﮭﺎ ﻣﻔﯿﺪة وﻻ أذﻛﺮ أﻧﻲ رأﯾﺖ ﻟﮫ ﺧﻄﺄ‬
‫وﯾﻠﺘﻘﻲ ﻣﻌﻨﺎ ﻓﯿﮫ‬

“Saya ingin mengatakan bahwa sesungguhnya yang Saya lihat dalam berbagai karya tulis Syaikh Dr. Rabî’
adalah bermanfaat, dan Saya tidak mengingat bahwa Saya mendapati suatu kesalahan pada (karya-kaya tulis)
tersebut atau (mendapati) hal yang telah keluar dari manhaj, yang Kami bertemu dengan beliau dan beliau
bertemu dengan Kami pada (manhaj) itu.”[15]

Syaikh Al-Albâny rahimahullâh berkata pula,

‫ واﻟﺬﯾﻦ ﯾﺮدون ﻋﻠﯿﮫ ﻻ ﯾﺮدون ﻋﻠﯿﮫ ﺑﻌﻠﻢ‬،‫ إن ﺣﺎﻣﻞ راﯾﺔ اﻟﺠﺮح واﻟﺘﻌﺪﯾﻞ اﻟﯿﻮم ﻓﻲ اﻟﻌﺼﺮ اﻟﺤﺎﺿﺮ وﺑﺤﻖ ھﻮ أﺧﻮﻧﺎ اﻟﺪﻛﺘﻮر رﺑﯿﻊ‬:‫وﺑﺎﺧﺘﺼﺎر أﻗﻮل‬
‫ وإن ﻛﻨﺖ أﻗﻮل داﺋﻤﺎ ً وﻗﻠﺖ ھﺬا اﻟﻜﻼم ﻟﮫ ھﺎﺗﻔﯿﺎ ً أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻣﺮة أﻧﮫ ﻟﻮ ﯾﺘﻠﻄﻒ ﻓﻲ أﺳﻠﻮﺑﮫ ﯾﻜﻮن أﻧﻔﻊ ﻟﻠﺠﻤﮭﻮر ﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﺳﻮاء‬،‫ واﻟﻌﻠﻢ ﻣﻌﮫ‬،ً‫أﺑﺪا‬
…‫ إﻻ ﻣﺎ أﺷﺮت إﻟﯿﮫ آﻧﻔﺎ ً ﻣﻦ ﺷﺊ ﻣﻦ اﻟﺸﺪة ﻓﻲ اﻷﺳﻠﻮب‬،ً‫ أﻣﺎ ﻣﻦ ﺣﯿﺚ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻠﯿﺲ ھﻨﺎك ﻣﺠﺎل ﻟﻨﻘﺪ اﻟﺮﺟﻞ إطﻼﻗﺎ‬،‫ﻛﺎﻧﻮا ﻣﻌﮫ أو ﻋﻠﯿﮫ‬
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-ul… 9/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

“Secara ringkas, Saya berkata bahwa pembawa bendera Al-Jarh wa At-Ta’dîl pada hari ini, pada masa sekarang
dengan haq adalah saudara kami, Dr. Rabî’. Orang-orang yang membantah beliau sama sekali tidak
membantahnya dengan ilmu, sedang ilmu bersama beliau. Walaupun Saya selalu berkata, dan Saya telah
mengatakan hal tersebut via telepon lebih dari sekali, bahwa andaikata beliau agak lembut dalam uslub-nya, hal
itu akan lebih bermanfaat bagi kebanyakan manusia, baik mereka yang bersama beliau maupun menentang
beliau. Adapun dari sisi ilmu, tidak ada celah untuk mengkritik (Syaikh Rabî’) sama sekali, kecuali isyarat Saya
tadi berupa suatu bentuk sikap keras dalam uslub ….”[16]

Dua ucapan Syaikh Al-Albâny di atas, yang mendukung isi rekaman dialog yang Ustadz Firanda sebutkan,
sangatlah jelas membuktikan kedustaan Ustadz Firanda dalam menisbahkan kepada Syaikh Al-Albâny bahwa
Syaikh Al-Albâny menganggap manhaj Syaikh Rabî’ adalah mutasyaddid.

Ketiga, pendapat Syaikh Al-Albâny rahimahullâh -andaikata beliau belum rujuk dari ucapan tersebut-
merupakan sudut pandang beliau yang berbeda dengan beberapa ulama besar lainnya.

Seiring dengan pengagungan dan penghormatan Kami kepada Syaikh Al-Albâny, Kami juga mengagungkan dan
menghormati ulama besar lainnya yang memuji uslub Syaikh Rabî’ dalam membantah.

Di antara ulama yang memuji adalah guru kami, Syaikh Shâlih Al-Fauzân hafizhahullâh, dalam kata pengantar
beliau terhadap buku Syaikh Rabî’ yang membantah Hasan bin Farhân Al-Mâliky,

‫ﻓﻮﺟﺪت رد اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﺣﻔﻈﮫ ﷲ واﻓﯿﺎ ً ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻮﻋﮫ ﺟﯿﺪا ً ﻓﻲ أﺳﻠﻮﺑﮫ ﻣﻔﺤﻤﺎ ً ﻟﻠﺨﺼﻢ ﻓﺠﺰاه ﷲ ﺧﯿﺮ اﻟﺠﺰاء وأﺛﺎﺑﮫ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺎم ﺑﮫ ﻣﻦ ﻧﺼﺮة اﻟﺤﻖ‬
‫وﻗﻤﻊ اﻟﺒﺎطﻞ وأھﻠﮫ‬

“Saya mendapati bantahan Syaikh Rabî’ hafizhahullâh mencukupi tema pembahasan, sangat baik pada uslub-
nya, dan membungkam lawan. Semoga Allah membalas beliau dengan balasan terbaik, serta memberi pahala
untuk beliau terhadap apa-apa yang beliau tegakkan berupa pertolongan kepada kebenaran dan pematahan
bid’ah dan ahli (bid’ah) ….”[17]

Demikian pula guru kami, Syaikh Ahmad An-Najmy rahimahullâh. Dalam kata pengantar beliau terhadap buku
Jamâ’ah Wâhidah, Lâ Jamâ’ât, beliau menyifatkan bantahan Syaikh Rabî’ dengan “uslub yang adil”[18].

Selain itu, Syaikh Ali bin Nâshir Al-Faqîhy hafizhahullâh, dalam kata pengantar beliau terhadap buku Jamâ’ah
Wâhidah, Lâ Jamâ’ât, menyifatkan bantahan Syaikh Rabî’ sebagai,

‫ وﻻ ﺧﺮوج ﻋﻠﻰ اﻵداب اﻟﺸﺮﻋﯿﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﻨﺎﻗﺸﺔ واﻟﺤﻮار‬،‫ ﻻ ﺷﻄﻂ ﻓﯿﮭﺎ‬،‫ﻣﻨﺎﻗﺸﺔ ھﺎدﻓﺔ‬

“Diskusi yang bersasaran tepat, tidak mengandung hal yang berlebihan, serta tidak keluar dari adab-adab syar’iy
dalam diskusi dan bertukar pikiran.”[19]

Keempat, apakah syiddah ‘sikap keras’ adalah hal tercela?

Allah menjelaskan tentang kelemah-lembutan Nabi-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya,

َ ‫ﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَ ُﮭ ْﻢ َوﺷَﺎ ِو ْر ُھ ْﻢ ﻓِﻲ ْاﻷ َ ْﻣ ِﺮ ﻓَ ِﺈذَا ﻋ ََﺰ ْﻣﺖَ ﻓَﺘ َ َﻮ ﱠﻛ ْﻞ‬


ِ ‫ﻋﻠَﻰ ﱠ‬ ْ ‫ﻋ ْﻨ ُﮭ ْﻢ َوا‬ ُ ‫ﺐ َﻻ ْﻧﻔَﻀﱡﻮا ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮ ِﻟﻚَ ﻓَﺎﻋ‬
َ ‫ْﻒ‬ َ ‫ﻓَﺒِ َﻤﺎ َرﺣْ َﻤ ٍﺔ ِﻣﻦَ ﱠ ِ ِﻟ ْﻨﺖَ ﻟَ ُﮭ ْﻢ َوﻟَ ْﻮ ُﻛ ْﻨﺖَ ﻓَﻈﺎ‬
ِ ‫ﻏ ِﻠﯿ َﻆ ا ْﻟﻘَ ْﻠ‬
َ‫ﺐ ا ْﻟ ُﻤﺘ َ َﻮ ِ ّﻛ ِﻠﯿﻦ‬
‫ِإنﱠ ﱠ َ ﯾُ ِﺤ ﱡ‬

“Maka, disebabkan oleh rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah-lembut kepada mereka. Sekiranya engkau
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Oleh karena itu,
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” [Ali ‘Imrân: 159]
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 10/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Tentang sikap keras, Allah memerintah Nabi-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam firman-Nya,

َ ‫ﻋﻠَﯿ ِْﮭ ْﻢ َو َﻣﺄ ْ َوا ُھ ْﻢ َﺟ َﮭﻨﱠ ُﻢ َوﺑِﺌ‬


ُ ‫ْﺲ ا ْﻟ َﻤ ِﺼ‬
‫ﯿﺮ‬ َ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َﺟﺎ ِھ ِﺪ ا ْﻟ ُﻜﻔﱠ‬
َ ‫ﺎر َوا ْﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِ ِﻘﯿﻦَ َوا ْﻏﻠُ ْﻆ‬

“Wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, serta bersikap keraslah
terhadap mereka. Tempat mereka ialah Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” [At-Taubah: 73]

Masih ada sejumlah ayat yang semakna dengan dua ayat di atas, yang menunjukkan bahwa sikap lemah-lembut
dan sikap keras adalah dua sikap yang terpuji apabila ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan maksud
pensyariatan. Itulah yang disebut dengan sikap hikmah dengan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

Dalam kisah ketidakhadiran Ka’b bin Mâlik dalam perang Tabûk dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
terdapat pelajaran berharga dalam sikap keras ini. Ketika telah duduk di Tabûk, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam bertanya, “Apa yang Ka’b bin Malik lakukan?” Seorang lelaki dari Bani Salimah berkata, “Dia telah
ditahan oleh kedua pakaiannya, dan melihat kepada tubuhnya.”

Sungguh ucapan keras yang menganggap bahwa Ka’b bin Mâlik tidak ikut berjihad karena lebih senang dengan
diri dan pakaiannya. Maka Mu’âdz bin Jabal radhiyallâhu ‘anhu membantah ucapan tersebut dengan keras pula.
Beliau berkata, “Sejelek-jelek ucapan adalah ucapanmu. Wahai Rasulullah, Kami tidaklah mengetahui tentang
(Ka’b) kecuali kebaikan.”

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam hanya terdiam mendengar ucapan dua shahabat tersebut dan tidak
menyalahkan salah satu dari keduanya.

Selain itu, dalam kisah para tawanan perang Badr. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam meminta
pertimbangan kepada Abu Bakr dan Umar radhiyallâhu ‘anhumâ dengan berucap,

‫ﺎرى؟‬
َ ‫ﺳ‬َ ُ ‫َﻣﺎ ﺗ َ َﺮ ْونَ ﻓِﻲ َھﺆ َُﻻ ِء ْاﻷ‬

“Apa yang kalian pandang pada para tawanan tersebut?”

Abu Bakr radhiyallâhu ‘anhu dengan kelembutannya berkata,

‫ﺳ َﻼ ِم‬ ِ ْ ‫ﺴﻰ ﷲُ أ َ ْن ﯾَ ْﮭ ِﺪﯾَ ُﮭ ْﻢ ِﻟ‬


ْ ‫ﻺ‬ َ ً‫ أ َ َرى أ َ ْن ﺗَﺄ ْ ُﺧﺬَ ِﻣ ْﻨ ُﮭ ْﻢ ﻓِ ْﺪﯾَﺔً ﻓَﺘَﻜُﻮنُ ﻟَﻨَﺎ ﻗُ ﱠﻮة‬،‫ِﯿﺮ ِة‬
َ َ‫ ﻓَﻌ‬،‫ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ُﻜﻔﱠ ِﺎر‬ َ ‫ ُھ ْﻢ ﺑَﻨُﻮ ا ْﻟﻌَ ِ ّﻢ َوا ْﻟﻌَﺸ‬،ِ‫ﯾَﺎ ﻧَﺒِ ﱠﻲ ﷲ‬

“Wahai Nabi Allah, mereka adalah anak paman dan keluarga. Saya melihatmu mengambil fidyah ‘tebusan’ dari
mereka sehingga itu menjadi kekuatan bagi kita dalam menghadapi orang-orang kafir. Barangkali Allah
memberi hidayah kepada mereka menuju kepada Islam.”

Adapun Umar radhiyallâhu ‘anhu dengan sikap tegasnya beliau berkata,

‫ َوﺗ ُ َﻤ ِ ّﻜ ِﻨّﻲ ِﻣ ْﻦ ﻓُ َﻼ ٍن‬،ُ‫ﻋﻨُﻘَﮫ‬


ُ ‫ب‬ ْ َ‫ﻋ ِﻘﯿ ٍﻞ ﻓَﯿ‬
َ ‫ﻀ ِﺮ‬ َ َ‫ ﻓَﺘ ُ َﻤ ِ ّﻜﻦ‬،‫ب أ َ ْﻋﻨَﺎﻗَ ُﮭ ْﻢ‬
َ ‫ﻋ ِﻠﯿﺎ ِﻣ ْﻦ‬ ْ َ‫ َوﻟَ ِﻜ ِﻨّﻲ أ َ َرى أ َ ْن ﺗ ُ َﻤ ِ ّﻜﻨﱠﺎ ﻓَﻨ‬،‫ َﻣﺎ أ َ َرى اﻟﱠﺬِي َرأَى أَﺑُﻮ ﺑَﻜ ٍْﺮ‬،ِ‫ﺳﻮ َل ﷲ‬
َ ‫ﻀ ِﺮ‬ ُ ‫َﻻ َوﷲِ ﯾَﺎ َر‬
‫ﺻﻨَﺎدِﯾ ُﺪ َھﺎ‬ ُ َ
َ ‫ ﻓَ ِﺈنﱠ َھﺆ َُﻻ ِء أﺋِ ﱠﻤﺔ ا ْﻟ ُﻜ ْﻔ ِﺮ َو‬،ُ‫ﻋﻨُﻘَﮫ‬
ُ ‫ب‬ َ
ْ ‫ ﻓَﺄ‬،‫ﻧَﺴِﯿﺒًﺎ ِﻟﻌُ َﻤ َﺮ‬
َ ‫ﺿ ِﺮ‬

“Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, Saya tidak berpendapat seperti pendapat Abu Bakr. Namun, Saya
berpendapat bahwa engkau melapangkan Kami sehingga Kami memenggal leher-leher mereka. Engkau
membiarkan Ali terhadap ‘Aqîl sehingga (Ali) memenggal leher (‘Aqîl), Engkau membiarkan Saya terhadap si
Fulan -seorang kerabat Umar- agar Saya memenggal lehernya. Sesungguhnya mereka itu adalah para tokoh
dan pentolan-pentolan Quraisy.”

Perhatikanlah dua sikap yang berbeda jauh tersebut. Namun, tatkala alasan setiap sikap adalah benar dan sejalan
dengan nilai-nilai syariat, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengingkari salah satu dari
keduanya. Memang, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam condong kepada pendapat Abu Bakr radhiyallâhu
‘anhu. Namun, setelah itu, tampaklah kebenaran pendapat Umar radhiyallâhu ‘anhu.[20]

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-u… 11/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Termasuk hikmah dan pelajaran, Abu Bakr -dengan kelemah-lembutan- sangatlah keras pada kejadian
memerangi orang-orang yang menahan zakat, sedangkan Umar berpendapat untuk tidak memerangi mereka
pada waktu itu.

Demikian pula, dengan sikap kerasnya, Umar tidak menghalangi dirinya untuk diam tatkala ada yang
mengingatkan dan menasihatinya, serta dimaklumi tentang kelembutan beliau dalam mengurus kaum muslimin
pada masa pemerintahannya.

Sebenarnya, banyak dalil yang perlu dipaparkan dalam pembahasan ini. Akan tetapi, insya Allah, penjelasan
Saya di atas cukuplah sebagai simpulan bahwa sikap keras bukanlah hal tercela secara mutlak dalam
agama, bahkan merupakan hal yang diperlukan, dan bisa menjadi wajib pada sebagian keadaan.

Banyak orang yang tidak mengetahui sikap lembut guru kami, Syaikh Rabî’ hafizhahullâh, kepada orang-orang
yang mengunjungi beliau dari kalangan orang awam, penuntut ilmu, bahkan dari kalangan orang-orang yang
telah menyimpang dari jalan yang lurus.

Saya pernah melihat seorang Syaikh dari Riyâdh yang mengunjungi Syaikh Rabî’ di rumah Syaikh Rabî’ di
Makkah. Syaikh tersebut datang bersama seorang Syaikh lain dan seorang kerabatnya yang masih awam. Dalam
perjalanan pulang ke Riyadh, Syaikh tersebut bertanya kepada kerabatnya yang masih awam dan belum
mengenal Syaikh Rabî’ -pada saat itu si kerabat datang dalam keadaan masih isbal dan potong janggut-,
“Bagaimana pendapatmu tentang Syaikh Rabî’ yang Kita jumpai tadi?” Si kerabat menjawab, “Masya Allah,
(beliau adalah) orang yang sangat penyayang dan baik.” Tatkala Syaikh dari Riyâdh tersebut menyebut bahwa
Syaikh Rabî’ banyak dimusuhi oleh orang-orang yang berada di Riyâdh, si kerabat itupun berucap keheranan,
“Kok bisa orang sebaik itu dimusuhi?”

Itulah sepenggal cerita bagi siapa saja yang tidak mengenal guru kami, Syaikh Rabî’ bin Hâdy Al-Madkhaly.
Semoga Allah selalu menjaga beliau dan memanjangkan umur beliau dalam ketaatan dan hal yang bermanfaat
bagi Islam dan kaum muslimin.

Kelima, tercelakah syiddah ‘sikap keras’ terhadap ahlul bid’ah?

Saya akan menyebutkan kesepakatan ulama tentang membenci ahlul bid’ah dalam menjawab tuduhan ketiga
Ustadz Firanda.

Saya akan menyebutkan pula beberapa ucapan dan sikap keras para Salaf terhadap ahlul bid’ah dalam
pembahasan “Mengupas Pemikiran Ustadz Firanda Seputar Hajr, Tahdzir, dan Menyikapi Kesalahan”.

Berikut beberapa contoh nama ulama yang dipandang memiliki sikap keras. Kami menyebut sepuluh nama
saja[21]:

1. Ibnu ‘Abbâs dan para shahabat radhiyallâhu ‘anhum. Ibnul Qayyim berkata, “Adalah Ibnu ‘Abbâs syadîd
‘keras’ terhadap orang-orang Qadariyah. Demikian pula para shahabat.”[22]

2. Hammad bin Salamah Al-Bashry rahimahullâh (w. 167 H). Imam Ahmad rahimahullâh berkata tentang
beliau, “Apabila Engkau melihat seseorang mencela Hammad bin Salamah, curigailah (bahwa)orang itu
(menghendaki kejelekan) terhadap Islam. Sesungguhnya beliau adalah orang yang syadîd ‘keras’ terhadap ahlul
bid’ah.”[23]

3. Bilâl bin Abi Burdah hafizhahullâh (w. 120-an H). Mujâhid rahimahullâh berkata, “… Adalah Bilâl bin Abi
Burdah syadîd ‘keras’ terhadap ahlul bid’ah ….”[24]

4. Syarîk bin Abdillah An-Nakha’iy rahimahullâh (w. 177 H). Imam Ahmad berkata tentangnya, “Beliau adalah
orang yang berakal, shadûq ‘jujur’, muhaddits. Beliau syadîd ‘keras’ terhadap penganut keraguan dan

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 12/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

bid’ah.”[25]

5, 6. Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj (w. 117 H) dan Abdurrahman bin Al-Qâsim rahimahumallâh (w. 126
H). Imam Malik rahimahullâh berkata tentang beliau berdua, “Adalah Ibnu Hurmuz sedikit berbicara dan keras
terhadap ahlul bid’ah, dan beliau adalah manusia yang paling mengetahui perselisihan mereka dalam hal
tersebut. Demikian pula Abdurrahman bin Al-Qâsim.”[26]

7. Muhammad bin Idrîs Asy-Syâfi’iy rahimahullâh (w. 204 H). Al-Baihaqy rahimahullâh berkata tentang
beliau, “Adalah Asy-Syâfi’iy -semoga Allah meridhainya- syadîd ‘keras’ terhadap ahlul ilhâd dan ahlul bid’ah,
serta terang-terangan dalam membenci dan meng-hajr mereka.”[27]

8. Umar bin Hârûn Al-Balkhy rahimahullâh (w. 194 H). Imam Qutaibah rahimahullâh berkata, “Adalah Umar
bin Hârûn syadîd ‘keras’ terhadap kaum Murji`ah. Beliau menyebut kejelekan-kejelekan dan petaka-petaka
mereka.”[28]

9. Yusuf bin Yahya Al-Buthy rahimahullâh (w. 231 H), murid Imam Asy-Syâfi’iy rahimahullâh. Dalam
biografinya disebutkan, “Beliau adalah syadîd ‘keras’ terhadap ahlul bid’ah.”[29]

10. Ismail bin Ishaq Al-Qâdhy rahimahullâh (w. 282 H). Dalam biografinya disebutkan, “Beliau syadîd ‘keras’
terhadap ahlul bid’ah dan memandang bahwa harus diambil taubat dari (ahlul bid’ah) sehingga mereka mencari
perlindungan di Baghdad pada hari-hari (kehidupan mereka).”

Setelah penjelasan di atas, mari Kita melihat penerapan Ustadz Firanda dalam menuduh Syaikh Rabî’
mutasyaddid dalam manhaj-nya.

Tuduhan Ketiga

Ustadz Firanda Berkata,

“Menurut Syaikh Rabî’, Ahlul Bid’ah harus dibenci secara totalitas (100 persen).

Diantara sebab utama yang menjadikan Syaikh Rabî’ dikatakan mutasyaddid adalah, manhaj beliau yang
menyatakan bahwa Ahlul Bid’ah harus dibenci secara totalitas. Manhaj beliau yang mudah di dalam
membid’ahkan seseorang didukung lagi setelah itu harus dibenci 100 persen, hal inilah yang mengkarateristiki
manhaj beliau sehingga menjadi “Mutasyaddid”!!!”[30]

Tanggapan

Terhadap tuduhan Ustadz Firanda ini, Saya perlu menjelaskan beberapa perkara:

Pertama, dalam seluruh pembahasan, dengan penuh keyakinan, Ustadz Firanda menganggap bahwa manhaj
Syaikh Rabî’ adalah bahwa ahlul bid’ah harus dibenci secara totalitas (100 persen), padahal Syaikh Rabî’ tidak
pernah mengucapkan hal tersebut.

Ucapan Syaikh Rabî’ hafizhahullâh yang menjadi bahan kritikan Ustadz Firanda berada dalam kitab beliau,
‘Aunul Bârî Bibayân Mâ Tadhammanahu Syarhus Sunnah Lil Imam Al-Barbahâry, cet. pertama 1432 H, pada
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 13/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

jilid 2 halaman 978-981. Ustadz Firanda tidak langsung merujuk kepada buku Syaikh Rabî’, tetapi melalui link
yang dia sebut dari situs www.sahab.net, tanpa menyebut dan menerjemahkan akhir dari jawaban Syaikh Rabî’.

Syaikh Rabî’ hanya ditanya,

‫ھﻞ ﯾﺠﺘﻤﻊ ﻓﻲ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﻤﺒﺘﺪع ﺣﺐ وﺑﻐﺾ؟‬

“Apakah kecintaan dan kebencian bisa terhimpun pada seorang mubtadi’?”

Beliau menjawab,

. ‫ ﻷﻧﻚ ﺗﺤﺒﮭﻢ ﻓﻲ ﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ‬، ‫ وﻣﻨﮭﺎ ﯾﺪﺧﻞ ﻓﻲ ھﺬا ﺣﺐ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ اﻟﻤﺨﻠﺼﯿﻦ اﻟﺼﺎدﻗﯿﻦ‬، ‫اﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﷲ واﻟﺒﻐﺾ ﻓﻲ ﷲ ﻣﻦ أوﺛﻖ ﻋﺮى اﻹﯾﻤﺎن‬

‫ ﻷن ﻟﮭﻢ ﻧﺼﯿﺒﺎ ﻣﻦ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ ﻛﺘﺎب ﷲ وﺳﻨﺔ‬،‫ ﻛﻤﺎ ﯾﺪﺧﻞ ﻓﯿﮫ أھﻞ اﻟﺒﺪع‬،‫ ﻋﻠﻰ ﻣﺨﺘﻠَﻒ أﺻﻨﺎﻓﮭﻢ‬،‫ ﺑُﻐﺾ اﻟﻤﻨﺎﻓﻘﯿﻦ واﻟﻜﺎﻓﺮﯾﻦ‬: ‫وﯾﺪﺧﻞ ﻓﻲ اﻟﺒﻐﺾ‬
‫ وﻟﮭﻢ ﻧﺼﯿﺐ ﻣﻦ ﻣﻮاﻓﻘﺔ اﻟﻜﻔّﺎر واﻟﻤﻨﺎﻓﻘﯿﻦ ﻓﻲ ھﺬه اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺎت اﻟﻌﻘﺪﯾﺔ واﻟﻤﻨﮭﺠﯿﺔ ﻓﯿﺄﺧﺬون‬، ‫ ﻛ ﱞﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر ﺑﺪﻋﺘﮫ‬،‫اﻟﺮﺳﻮل ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم‬
‫ﻧﺼﯿﺒﮭﻢ ﻣﻦ اﻟﺒُﻐﺾ‬

‫ وﺑُﻐﺾ ﻣﻦ‬،‫ إﻟﻰ ﺣﺐ ﻣﻦ ﺟﮭﺔ‬، ‫ ﺗﻮزﯾﻊ اﻟﻘﻠﺐ ﻓﻲ ﻗﻀﯿﺔ أھﻞ اﻟﺒﺪع‬،‫ ﻓﻼ ﻧﺠﺪ ھﺬا اﻟﺘﻮزﯾﻊ‬،‫ واﺳﺘﻘﺮأﻧﺎ ﻋﻤﻮم ﻛﺘﺐ اﻟﺴﻨﺔ‬،‫وإذا ﺗﺄﻣﻠﻨﺎ ﻛﻼم اﻟﺴﻠﻒ‬
، ‫ ﺑﻞ ﻗﺪ ﺣﻜﻰ ﻋﺪد ﻣﻦ اﻷﺋﻤﺔ اﻹﺟﻤﺎع ﻋﻠﻰ ﺑُﻐﻀﮭﻢ وھﺠﺮھﻢ وﻣﻘﺎطﻌﺘﮭﻢ‬،‫ وﻻ ﻧﺠﺪ ﻣﻦ اﻟﺴﻠﻒ إﻻ اﻟﺤﺚ ﻋﻠﻰ ﺑُﻐﻀﮭﻢ وھﺠﺮاﻧﮭﻢ‬،‫ ﻻ ﻧﺠﺪ ذﻟﻚ‬،‫ﺟﮭﺔ‬
‫ وھﻮ إﻣﺎم ﻣﻦ‬،‫ ﺻﺎﺣﺐ ))ﺷﺮح اﻟﺴﻨﺔ(( وﺻﺎﺣﺐ ))اﻟﺘﻔﺴﯿﺮ(( وﻏﯿﺮھﻤﺎ ﻣﻦ اﻟﻤﺆﻟﻔﺎت اﻟﻨﺎﻓﻌﺔ‬-‫رﺣﻤﮫ ﷲ‬- ‫ﺣﻜﻰ ﻋﺪد ﻣﻦ اﻷﺋﻤﺔ ﻣﻨﮭﻢ اﻹﻣﺎم اﻟﺒﻐﻮي‬
‫ ﺣﻜﻮا اﻹﺟﻤﺎع ﻋﻠﻰ ﺑُﻐﺾ‬،‫ وﻏﯿﺮه‬،((‫ وﻛﺬﻟﻚ اﻹﻣﺎم اﻟﺼﺎﺑﻮﻧﻲ ﺻﺎﺣﺐ ))ﺷﺮح ﻋﻘﯿﺪة اﻟﺴﻠﻒ أﺻﺤﺎب اﻟﺤﺪﯾﺚ‬،‫ وﻟﻌﻠﮫ ﯾُﻌَ ﱡﺪ ﻣﻦ اﻟﻤﺠﺪدﯾﻦ‬،‫أﺋﻤﺔ اﻟﺴﻨﺔ‬
.‫ ھﺬا اﻹﺟﻤﺎع ﻣﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ وﻣﻦ ﺑﻌﺪھﻢ‬،‫ وﻣﻘﺎطﻌﺘﮭﻢ‬،‫ وھﺠﺮاﻧﮭﻢ‬،‫أھﻞ اﻟﺒﺪع‬

“Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah adalah tergolong sebagai tali keimanan yang terkuat.
Termasuk ke dalam (tali keimanan), mencintai kaum mukminin yang ikhlas lagi tulus, sebab engkau mencintai
mereka karena Allah ‘Azza wa Jalla.

Termasuk ke dalam kebencian adalah membenci kaum munafik dan kaum kafir dengan segala perbedaan ragam
mereka. Termasuk (pula) ke dalam (kebencian tersebut), membenci ahlul bid’ah, karena mereka punya andil
dalam menyelisihi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah ‘alaihish shalâtu wassalâm. Masing-masing (dibenci)
sesuai dengan kadar bid’ahnya. Mereka (ahlul bid’ah) juga memiliki bagian dalam hal menyepakati orang-orang
kafir dan kaum munafik tentang penyimpangan-penyimpangan aqidah dan manhaj, sehingga mereka pun
mengambil bagian dari kebencian tersebut.

Jika mengamati perkataan para Salaf dan meneliti kebanyakan buku-buku Sunnah, Kita tidaklah
mendapati adanya pembagian tersebut, (yaitu) pembagian hati pada masalah ahlul bid’ah, (menjadi)
mencintai dari satu sisi, dan membenci dari sisi (lain). Kita tidak mendapati hal tersebut. Tidaklah Kita
mendapati para Salaf, kecuali motivasi untuk membenci dan meng-hajr. Bahkan, sejumlah imam telah
menghikayatkan ijma’ (kesepakatan) dalam hal membenci, meng-hajr, dan memutus hubungan dengan (ahlul
bid’ah).

Beberapa imam yang menghikayatkan hal itu, di antaranya adalah Al-Imam Al-Baghawy, penulis Syarhus
Sunnah dan tafsir serta kitab-kitab lain yang bermanfaat. Beliau adalah salah seorang imam dari para imam
Sunnah, dan besar kemungkinan bahwa beliau tergolong sebagai para pembaharu (mujaddidîn). Demikian juga
dengan Imam Ash-Shâbûny, penulis kitab Syarh ‘Aqîdah As-Salaf Ashhâb Al-Hadîts, serta ulama lainnya.
Mereka menghikayatkan adanya ijma’ (kesepakatan) membenci, meng-hajr, memutus hubungan dengan ahlul
bid’ah. Ijma’ tersebut adalah dari para sahabat dan (ulama) setelah (para shahabat).”[31]

Jadi, Syaikh Rabî’ hafizhahullâh tidak mengatakan bahwa harus dibenci secara totalitas (100 persen), tetapi
beliau hanya mengatakan, “Kita tidaklah mendapati adanya pembagian tersebut, (yaitu) pembagian hati pada
masalah ahlul bid’ah, (menjadi) mencintai dari satu sisi, dan membenci dari sisi (lain).”

Ini adalah kedustaan jelas dari Ustadz Firanda terhadap Syaikh Rabî’. Tentunya sangat jauh perbedaan antara
dua ibarat.

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 14/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Kedua, kedustaan Ustadz Firanda terhadap Syaikh Rabî’, bahwa ahlul bid’ah harus dibenci secara totalitas (100
persen), mengharuskan sejumlah konsekuensi batil, yang ucapan dan perbuatan Syaikh Rabî’ sangat
bertentangan dengan konsekuensi tersebut. Di antara konsekuensi itu adalah:

1. Keharusan membenci 100 persen ahlul bid’ah, tidak boleh ada cinta dan belas kasih sedikit pun.

2. Seluruh ahlul bid’ah, baik yang bid’ahnya mengafirkan maupun tidak, adalah sama dan “harus dibenci secara
totalitas (100 persen)”, padahal Syaikh Rabî’ telah berkata, “Masing-masing (dibenci) sesuai dengan kadar
bid’ahnya.”

3. Membenci kaum kuffar adalah sama seperti membenci ahlul bid’ah karena “harus dibenci secara totalitas (100
persen)”, padahal Syaikh Rabî’ sendiri berkata,

‫ وﻟﻜﻦ اﻟﯿﮭﻮد أﺷﺪ ﻋﺪاوة‬،‫ و ﻻ ﻧﺤﺒﮭﻢ‬،‫ وﻧُﺒﻐﺾ اﻟﯿﮭﻮد‬،‫ ﻧُﺒﻐﺾ اﻟﻨﺼﺎرى‬،‫ ﺑُﻐﺾ اﻟﯿﮭﻮدي أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺑُﻐﺾ اﻟﻨﺼﺮاﻧﻲ‬،‫ﻟﻜﻦ اﻟﺒُﻐﺾ ﯾﺘﻔﺎوت‬

“Akan tetapi, kebencian itu berjenjang. Kebencian terhadap orang-orang Yahudi adalah lebih besar daripada
kebencian terhadap orang-orang Nashara. Kami membenci orang-orang Nashara. Kami membenci pula orang-
orang Yahudi dan tidak mencintai mereka karena orang-orang Yahudi permusuhannya lebih keras (terhadap
kaum muslimin) ….”[32]

Ustadz Firanda memberi tautan yang mencantumkan jawaban Syaikh Rabî’ secara lengkap, tetapi Ustadz
Firanda sendiri tidak menyebut dan tidak menerjemah nash di atas.

4. Ahlul bid’ah kedudukannya adalah sama dengan orang-orang kafir, “harus dibenci secara totalitas (100
persen)”, padahal Syaikh Rabî’ sendiri telah berkata pada akhir jawaban beliau yang tidak disebut dan tidak
diterjemah oleh Ustadz Firanda,

.‫ ﻏﯿﺮ ﺑُﻐﻀﻲ ﻷھﻞ اﻟﺒﺪع‬،‫ﻐﻀﻲ ﻟﻠﯿﮭﻮد ﻏﯿﺮ ﺑُﻐﻀﻲ ﻟﻠﻨﺼﺎرى‬


ِ ُ‫ ﺑ‬،‫ واﻟﺒﻐﺾ ﻛﺬﻟﻚ‬،‫ وﯾﺘﻔﺎوت ﻓﻲ اﻟﻌﺒﺎد‬،‫ﯾﻌﻨﻲ أن اﻟﺤﺐ ﻣﺜﻞ اﻹﯾﻤﺎن ﯾﺰﯾﺪ وﯾﻨﻘﺺ‬

“Yakni kecintaan itu berjenjang-jenjang sebagaimana halnya keimanan yang bertambah dan berkurang, dan
berbeda-beda di tengah segenap hamba. Demikian pula kebencian. Kebencianku terhadap Yahudi adalah selain
kebencianku terhadap Nashara, selain kebencianku kepada ahlul bid’ah.”[33]

5. Ahlul bid’ah tidak perlu dinasihati karena “harus dibenci secara totalitas (100 persen)”. Padahal, Syaikh Rabî’
menulis buku-buku bantahan tersebut untuk menasihati mereka yang dibantah. Bahkan, banyak di antara mereka
-yang sudah dibantah- telah dinasihati oleh Syaikh Rabî’ selama beberapa tahun sebelum bantahan ditulis
terhadap mereka.

6. Seorang Ahlus Sunnah yang dikenal membela dan menghormati Sunnah, apabila jatuh ke dalam suatu bid’ah
yang disepakati, tidak perlu dinasihati dan segala kebaikannya harus digugurkan, karena “harus dibenci secara
totalitas (100 persen)”. Padahal, dalam sejumlah tulisan beliau, Syaikh Rabî’ mengharuskan untuk sebelumnya
menasihati dan menegakkan hujjah terhadap orang seperti itu. Bila tetap keras kepala, orang tersebut baru
dianggap sebagai ahlul bid’ah.

7. Jika diserang oleh musuh dari kalangan kaum kuffar, ahlul bid’ah tidak perlu dibantu dan dibiarkan saja
dibinasakan oleh kaum kafir, karena “harus dibenci secara totalitas (100 persen)”. Padahal, Syaikh Rabî’ berkata
pada akhir jawaban beliau yang juga tidak disebut dan diterjemah oleh Ustadz Firanda,

‫ ﻣﻊ ﺑُﻐﻀﻨﺎ ﻟﮭﻢ‬،‫ وﻧُﺴﺎﻋﺪھﻢ ﻋﻠﻰ ﻣﻮاﺟﮭﺔ ھﺆﻻء اﻷﻋﺪاء‬،‫وإذا اﻋﺘﺪى ﻛﻔﺎر اﻟﯿﮭﻮد واﻟﻨﺼﺎرى ﻋﻠﻰ ﻣﺜﻞ اﻷﺷﺎﻋﺮة واﻟﺼﻮﻓﯿﺔ ﻓﻨﺤﻦ ﻧُﺪاﻓﻊ ﻋﻨﮭﻢ‬

“Apabila kaum kuffar Yahudi dan Nashara melampaui batas terhadap semisal orang-orang Asy’ariyah dan
Sufiyah, Kami akan membela dan membantu mereka (orang-orang Asy’ariyah dan Sufiyah tersebut)
menghadapi musuh-musuh mereka, seiring dengan kebencian kita terhadap mereka.”[34]

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 15/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

8. Ustadz Firanda sendiri menyebut sebuah konsekuensi batil dengan ucapannya, “Kedelapan : Kelaziman dari
manhaj yang keras ini, berarti terlalu banyak orang yang harus kita benci secara total, diantaranya banyak dari
keluarga kita !!. Bukankah masih banyak keluarga dekat para ikhwah yang gemar mentahdzîr tersebut yang
belum salafy?? Bahkan bisa jadi ayah dan ibu mereka belum salafy?? Sehingga seharusnya tidak boleh dicintai
sedikitpun tapi harus dibenci secara total !!. Mampukah para pengikut Syaikh Robi’ menerapkan manhaj ini
kepada keluarganya?!”[35]

Banyak lagi konsekuensi batil yang bisa dimunculkan dari kedustaan Ustadz Firanda terhadap Syaikh Rabî’,
padahal Syaikh Rabî’ sendiri telah menegaskan hal yang sebaliknya.

Ketiga, di antara “kamus” kedustaan Ustadz Firanda -semoga Allah mengampuninya dan membimbingnya ke
jalan yang lurus- terhadap Syaikh Rabî’ adalah simpulan dia, “Kesembilan : Pada akhirnya, manhaj yang
mengharuskan membenci ahlul bid’ah (yang masih muslim) 100% ini adalah sama dengan manhaj yang
mengharuskan membenci pelaku maksiat (yang masih muslim) 100%…, dan ini adalah manhajnya khawarij
sebagaimana penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullâh. Allahul Musta’ân.”[36]

Memang simpulan yang aneh, padahal Ustadz Firanda sendiri telah berkata, “Bukankah syaikh Rabî’ sepakat
dengan Ibnu Taimiyyah dan para ulama Kibâr bahwasanya pembagian cinta dan benci ini berlaku pada pelaku
maksiat?? Ataukah syaikh Rabî’ juga memandang harus membenci pelaku maksiat secara total?? saya rasa
Syaikh Rabî’ tidak akan berpendapat demikian.”[37]

Untuk keluar dari kedustaan Ustadz Firanda, Kita cukup memegang ucapan Syaikh Rabî’ hafizhahullâh yang
membatasi pembahasan beliau pada ahlul bid’ah saja. Syaikh Rabî’ berkata, “… Kita tidaklah mendapati adanya
pembagian tersebut, (yaitu) pembagian hati pada masalah ahlul bid’ah, (menjadi) mencintai dari satu sisi,
dan membenci dari sisi (lain).”[38]

Keempat, dasar kesalahan Ustadz Firanda sehingga Ustadz Firanda jatuh ke dalam berbagai kedustaan terhadap
Syaikh Rabî’ adalah keliru dalam memahami maksud Syaikh Rabî’.

Ketika menjelaskan bahwa beliau tidak berpendapat tentang pembagian hati pada masalah ahlul bid’ah,
(menjadi) mencintai dari satu sisi, dan membenci dari sisi (lain), Syaikh Rabî’ hafizhahullâh membangun
pendapatnya di atas dua kaidah penting dalam memahami aqidah yang benar:

Kaidah pertama, terikat dengan bahasa dan lafazh yang para Salaf gunakan.

Syaikh Rabî’ hafizhahullâh berkata, “Tidaklah kita dapati para Salaf, kecuali motivasi untuk membenci dan
meng-hajr. Bahkan, sejumlah imam telah menghikayatkan ijma’ (kesepakatan) dalam membenci, meng-hajr,
dan memutus hubungan dengan (ahlul bid’ah). Beberapa imam yang menghikayatkannya, di antaranya adalah
Al-Imam Al-Baghawy … Demikian juga dengan Imam Ash-Shâbûny, penulis kitab Syarh ‘Aqîdah As-Salaf
Ashhâb Al-Hadîts, serta ulama lainnya ….”

Imam Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ûd Al-Baghawy rahimahullâh (w. 516 H) berkata,

َ ‫ﻋﻠَﻰ ُﻣﻌَﺎدَا ِة أ َ ْھ ِﻞ ا ْﻟﺒِ ْﺪ‬


‫ﻋ ِﺔ َو ُﻣ َﮭﺎ َﺟ َﺮﺗِ ِﮭ ْﻢ‬ َ َ‫ﻋﻠَﻰ َھﺬَا ُﻣﺠْ ِﻤ ِﻌﯿﻦَ ُﻣﺘ ﱠ ِﻔ ِﻘﯿﻦ‬ ‫ﻋﻠَ َﻤﺎ ُء اﻟ ﱡ‬
َ ‫ﺴﻨﱠ ِﺔ‬ ُ ‫ﺼ َﺤﺎﺑَﺔُ َواﻟﺘﱠﺎﺑِﻌُﻮنَ َوأَﺗْﺒَﺎ‬
ُ ‫ﻋ ُﮭ ْﻢ َو‬ ‫ﺖ اﻟ ﱠ‬ َ ‫َوﻗَ ْﺪ َﻣ‬
ِ ‫ﻀ‬

“Telah berlalu para sahabat, para tabi’in, dan para pengikut tabi’in serta ulama Sunnah di atas hal ini, dengan
berijma’ lagi bersepakat tentang memusuhi dan meng-hajr ahlul bid’ah.”[39]

Imam Abu Utsman Ismail bin Abdurrahman Ash-Shâbûny rahimahullâh (w. 449 H) berkata,

‫ وﻻ ﯾﺠﺎﻟﺴﻮﻧﮭﻢ وﻻ ﯾﺠﺎدﻟﻮﻧﮭﻢ ﻓﻲ‬،‫ وﻻ ﯾﺴﻤﻌﻮن ﻛﻼﻣﮭﻢ‬،‫ وﻻ ﯾﺼﺤﺒﻮﻧﮭﻢ‬،‫ وﻻ ﯾﺤﺒﻮﻧﮭﻢ‬،‫وﯾﺒﻐﻀﻮن أھﻞ اﻟﺒﺪع اﻟﺬﯾﻦ أﺣﺪﺛﻮا ﻓﻲ اﻟﺪﯾﻦ ﻣﺎ ﻟﯿﺲ ﻣﻨﮫ‬
…‫اﻟﺪﯾﻦ وﻻ ﯾﻨﺎظﺮوﻧﮭﻢ‬
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 16/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

“(Ahlul hadits) membenci ahlul bid’ah yang, dalam agama, telah mengada-adakan hal-hal yang bukan dari
(agama), juga (ahlul hadits) tidak mencintai mereka (ahlul bid’ah), tidak berteman dengan mereka, tidak
mendengar perkataan mereka, tidak bermajelis dengan mereka, serta tidak berdialog dan berdebat dalam
permasalahan agama dengan mereka.”[40]

Syaikh Rabî’ juga menyebut nukilan ijma’ dari Al-Auzâ’iy, Abdurrahman bin Abiz Zinâd, Al-Fudhail bin
‘Iyâdh, Ahmad bin Hanbal, dan Ismail bin Yahya Al-Muzany rahimahumullâh sebagaimana dalam buku beliau,
Intiqâd ‘Aqady Wa Manhajy ‘Alâ Kitâb As-Sirâj Al-Wahhâj hal. 11.

Dalam kitab Ijmâ’ul Ulamâ` ‘Alâ Al-Hajr wa At-Tahdzîr Min Ahlil Ahwâ` karya Syaikh Khâlid Azh-Zhafiry
hafizhahullâh, disebutkan pula belasan nukilan ijma’ lainnya.

Sisi pendalilan dari nukilan ijma’ tersebut sangatlah jelas, bahwa kecintaan kepada ahlul bid’ah tidak disebut
sama sekali, bahkan hanya disebut membenci, memusuhi, meng-hajr, dan semisalnya.

Imam Ahmad rahimahullâh berkata tentang Yazid bin Mu’âwiyah,

ُ َ‫َﻻ ﻧ‬
ُ‫ﺴﺒﱡﮫُ َو َﻻ ﻧُ ِﺤﺒﱡﮫ‬

“Kami tidak mencela dan tidak mencintainya.”

Ibnu Taimiyah rahimahullâh sendiri berkata tentang Yazîd bin Mu’âwiyah,

ْ ‫ﺐ أ َ َﺣﺪًا ِﻣ ْﻦ ا ْﻟ ُﻤ‬
‫ﺴ ِﻠ ِﻤﯿﻦَ ِﺑﻌَ ْﯿﻨِ ِﮫ‬ ُ َ‫ﺻﺎ ِﻟ ًﺤﺎ ﻓَﻨُ ِﺤﺒﱡﮫُ َوﻧَﺤْ ﻦُ َﻻ ﻧ‬
‫ﺴ ﱡ‬ َ ‫ﺴﺒﱡﮫُ َو َﻻ ﻧُ ِﺤﺒﱡﮫُ ﻓَ ِﺈﻧﱠﮫُ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻜ ُْﻦ َر ُﺟ ًﻼ‬
ُ َ‫َﻻ ﻧ‬

“Kami tidak mencelanya dan tidak mencintainya karena dia bukanlah seorang yang shalih sehingga kita
mencintainya, dan kami tidak mencela seorang kaum muslimin pun pada individunya langsung.”[41]

Pada akhir biografi ‘Ubaidullah bin Ziyâd, Imam Adz-Dzahaby rahimahullâh berkata,

ِ‫ َوأ َ ْﻣ ُﺮھُﻢ إِﻟَﻰ ﷲ‬،‫ َوﻧَﺒ َْﺮأ ُ ِﻣ ْﻨ ُﮭﻢ َوﻻَ ﻧَ ْﻠﻌَﻨُ ُﮭﻢ‬،ِ‫ﻀ ُﮭﻢ ﻓِﻲ ﷲ‬
ُ ‫َوﻧَﺤْ ﻦُ ﻧُ ْﺒ ِﻐ‬

“… Dan kami membenci mereka karena Allah dan berlepas diri dari mereka, tetapi tidak melaknat mereka,
sedang perkara mereka kembali kepada Allah.”[42]

Selain itu, dalam biografi Al-Hajjâj bin Yusuf, Imam Adz-Dzahaby rahimahullâh berkata,

‫ ﻓﺈن ذﻟﻚ ﻣﻦ أوﺛﻖ ﻋﺮى اﻹﯾﻤﺎن‬،‫ ﺑﻞ ﻧﺒﻐﻀﮫ ﻓﻲ ﷲ‬،‫ﻓﻨﺴﺒﮫ وﻻ ﻧﺤﺒﮫ‬

“… Dan kami mencelanya dan tidak mencintainya. Kami membencinya karena Allah sebab hal tersebut adalah
tali keimanan yang paling kuat.”[43]

Kaidah kedua, saddudz dzarî’ah, guna menutup segala pintu yang bisa mengantar kepada kerusakan aqidah.

Dimaklumi bahwa saddudz dzarî’ah adalah kaidah agung yang menjaga kesucian dan kemurnian agama ini,
serta menutup segala pintu yang bisa mendatangkan bahaya atau menjatuhkan ke dalam pelanggaran syariat.
Dalil-dalil untuk kaidah agung ini telah dimaklumi di kalangan ulama. Dalam kitabnya I’lâm Al-Muwaqqi’în,
Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebut 99 sisi pendalilan untuk kaidah agung ini.

Dalam jawabannya, Syaikh Rabî’ juga menjelaskan alasan,

‫ وﯾﺘﺴﺘﺮ ﺑﻜﻼم ﺷﯿﺦ اﻹﺳﻼم اﺑﻦ ﺗﯿﻤﯿﺔ اﻟﺬي ﯾﺮى أن‬،‫ وﻣﻦ ﯾﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﻤﻮازﻧﺎت‬،‫ اﻟﺮد ﻋﻠﻰ أھﻞ اﻟﻤﻮازﻧﺎت‬،‫وﻗﺪ ﻧﺎﻗﺸﻨﺎ ھﺬه اﻟﻔﻜﺮة ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻟﻜﺘﺎﺑﺎت‬
.‫ ﺑﻞ ﺑﺈﺟﻤﺎﻋﮭﻢ‬،‫ وﻣﻮاﻗﻔﮭﻢ‬،‫ ورددﻧﺎ ﻋﻠﻰ ھﺬه اﻷﺷﯿﺎء ﺑﻜﻼم اﻟﺴﻠﻒ‬.‫ وﯾُﺒﻐﺾ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر ﻣﺎ ﻋﻨﺪه ﻣﻦ اﻟﺒﺪع‬،‫ﺐ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر ﻣﺎ ﻋﻨﺪه ﻣﻦ اﻟﺴﻨﺔ‬‫اﻻﻧﺴﺎن ﯾُ َﺤ ﱡ‬

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 17/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

“Kami telah mengkritik pemikiran ini pada sebagian tulisan-tulisan kami, (tentang) bantahan terhadap para
pendukung muwâzanât dan orang-orang yang berpegang dengan muwâzanât, yang berlindung dengan perkataan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang memandang bahwa seseorang dicintai sesuai dengan kadar Sunnah yang ada
padanya dan dibenci sesuai dengan kadar bid’ah yang ada padanya. Kami telah membantah hal ini dengan
perkataan-perkataan dan sikap-sikap para Salaf, bahkan dengan ijma’ mereka.”[44]

Lebih diperjelas lagi oleh ucapan Syaikh Rabî’ dalam kritikan beliau terhadap Abul Hasan Al-Ma`riby,

.‫ ﻓﺄرﺟﻮا إﻏﻼق ھﺬا اﻟﺒﺎب ﻓﻲ وﺟﻮھﮭﻢ‬،‫ﻓﮭﺬا ھﻮ ﻣﻨﮭﺞ أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ وھﺬا اﻟﺬي ﯾﻘﻄﻊ ﺑﮫ أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ أﻟﺴﻨﺔ أھﻞ اﻟﻤﻮازﻧﺎت اﻟﺒﺎطﻠﺔ‬

“Inilah manhaj Ahlus Sunnah, dan inilah yang dengannya Ahlus Sunnah “memutus lisan-lisan” pendukung
muwâzanât yang batil. Saya berharap agar pintu ini ditutup di depan wajah-wajah mereka.”[45]

Tampak sekali kelurusan pemahaman Syaikh Rabî’ dalam masalah di atas: untuk menutup pintu agar tidak
dimanfaatkan oleh ahlul bid’ah dalam menggampangkan bid’ah dan ahlul bid’ah.

Sisi-sisi bahaya, yang mungkin bisa ditutup dengan sekadar mengikuti kesepakatan para Salaf untuk men-
tahdzir dan membenci bid’ah tanpa membuka pintu kecintaan, adalah seperti:

1. Tidak membuka pintu untuk para ahlul bid’ah yang menjadikan manhaj muwâzanah (sebagai alat) guna
membela bid’ah mereka dan membela ahlul bid’ah yang kesesatannya telah dijelaskan oleh para ulama.
Pembahasan bid’ah manhaj muwâzanah ini akan Kami terangkan secara khusus dalam bantahan terhadap
Ustadz Firanda.

2. Tidak meremehkan perkara bid’ah yang dianggap sangat besar dalam syariat dan di kalangan ulama Salaf.

3. Tidak mengganggu prinsip bahwa bid’ah adalah lebih besar daripada maksiat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
telah menjelaskan,

ِ ْ ‫ﺴﻨﱠ ِﺔ َو‬
ِ‫اﻹﺟْ َﻤﺎع‬ ‫ﺸﮭ َْﻮاﻧِﯿﱠ ِﺔ ِﺑﺎﻟ ﱡ‬ ِ َ‫إنﱠ أ َ ْھ َﻞ ا ْﻟ ِﺒﺪَعِ ﺷ ﱞَﺮ ِﻣ ْﻦ أ َ ْھ ِﻞ ا ْﻟ َﻤﻌ‬
‫ﺎﺻﻲ اﻟ ﱠ‬

“Sesungguhnya ahlul bid’ah adalah lebih jelek daripada ahli maksiat yang memperturutkan syahwat berdasarkan
Sunnah dan ijma’ (kesepakatan).”[46]

4. Tidak menyelisihi para Salaf yang menutup segala pintu yang mengantar kepada bid’ah.

Kelima, kembali Ustadz Firanda mengulangi makar dan igauannya dengan membenturkan ucapan Syaikh Rabî’
dengan perkataan ulama besar lainnya, padahal tidak ada ucapan Syaikh Rabî’ yang menyelisihi ulama besar
lainnya.

Ustadz Firanda membenturkan Syaikh Rabî’ dengan Syaikh Ibnu Bâz. Padahal tidak ada hal yang bertentangan
antara ucapan Syaikh Ibnu Bâz dan ucapan Syaikh Rabî’.

Ustadz Firanda menggarisbawahi Ucapan Syaikh Ibnu Bâz, “Dan hendaknya ia membenci mubtadi’ sesuai
dengan kadar bid’ahnya selama bid’ahnya tidak sampai kepada bid’ah yang mengkafirkan pelakunya-
dan (membenci) pelaku maksiat sesuai kadar maksiatnya dengan tetap mencintainya karena Allah
sebatas Islamnya dan Imannya…”[47]

Sedangkan Syaikh Rabî’ telah mengatakan, “Masing-masing (dibenci) sesuai dengan kadar bid’ahnya.” Syaikh
Rabî’ juga bukan orang yang mengafirkan pelaku bid’ah dan mengeluarkan pelaku bid’ah dari keimanan.

Sambil mencermati ucapan Syaikh Ibnu Bâz, “… Dan kita mencintainya karena Allah di atas kadar keislaman
dan keimanannya,”[48] bahwa beliau berada pada posisi menjelaskan bahwa kecintaan dan kebencian
bertingkat-tingkat.
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 18/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Ustadz Firanda juga membenturkan perkataan Syaikh Rabî’ dengan perkataan Syaikh Shalih Al-Fauzân.
Padahal, Syaikh Shalih Al-Fauzân hanya menyinggung pelaku maksiat, sedangkan Syaikh Rabî’ membahas
tentang pelaku bid’ah.

Selain itu, Syaikh Rabî’ tidak mengatakan “dibenci dengan kebencian murni”, atau memakai bahasa Ustadz
Firanda, “harus dibenci secara totalitas (100 persen)”. Syaikh Rabî’ hanya mengikuti lafazh para Salaf dan tidak
membuka pintu kejelekan dengan menyebut kecintaan dalam pembahasan ahlul bid’ah.

Keenam, Ustadz Firanda menyimpulkan tentang manhaj dan kaidah yang benar menurutnya. Ustadz Firanda
berkata, “Maka jadilah kaidah yang telah disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dan para ulama Kibâr bahwa
: “Selama seseorang masih muslim -meskipun terjerumus dalam maksiat dan bid’ah yang bukan bid’ah
yang mengkafirkan- maka orang tersebut masih punya hak untuk dicintai berdasarkan kadar islam dan
keimanannya”.”[49]

Andaikata tuduhan Ustadz Firanda terhadap Syaikh Rabî’ adalah benar, di sini Ustadz Firanda telah jatuh pada
kebalikan dari tuduhannya kepada Syaikh Rabî’. Ustadz Firanda hanya menyinggung “hak untuk dicintai
berdasarkan kadar islam dan keimanannya”, dan tidak menyinggung kebencian terhadap ahlul bid’ah sama
sekali.

Jadi, kalau disimpulkan, Ustadz Firanda menuduh Syaikh Rabî’ bahwa “ahlul bid’ah harus dibenci secara
totalitas (100 persen)”, sedang sebaliknya, madzhab Ustadz Firanda adalah bahwa ahlul bid’ah hanya dicintai
sesuai dengan kadar keislaman dan keimananya, tetapi tidak dibenci sama sekali.

Berdasarkan simpulan Ustadz Firanda di atas, sangat jelas bahwa Ustadz Firanda juga berdusta atas nama Ibnu
Taimiyah dan ulama kibâr, bahkan Ustadz Firanda terjatuh ke dalam kesalahan lain, yaitu mencocoki madzhab
Murji`ah.

Saya sendiri menyangka bahwa Ustadz Firanda tidak sengaja terjatuh ke dalam kesalahan tersebut, tetapi hal itu
adalah konsekuensi tulisannya di atas yang tetap Kita wajib peringatkan.

Demikianlah keadaan orang yang sering menuduh ulama secara sembarangan dan dusta. Dia akan dipermalukan
oleh Allah Ta’âlâ tanpa dia sadari.

Semoga Allah memberi hidayah kepada Ustadz Firanda.

Ketujuh, pada sela-sela pembahasan dan pendalilan Ustadz Firanda dalam tuduhan ketiga ini, terdapat sejumlah
pendalilan yang aneh dan cacat dalam pemahaman, Saya sengaja tidak membahasnya karena enam poin yang
telah berlalu sudah cukup menjelaskan hakikat dari tuduhan Ustadz Firanda. Juga, pada bagian pertama tulisan
ini, Saya telah menerangkan sebagian bentuk kesamaran Ustadz Firanda dalam memahami pendalilan. Wallâhu
Al-Musta’ân.

Tuduhan Keempat

Ustadz Firanda berkata, “Menurut Syaikh Rabî’ Menghajr Ahlul Bid’ah Tidak Perlu Memandang
Kemaslahatan”[50]

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 19/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Tanggapan

Untuk tuduhan yang aneh bin ajaib ini, Saya perlu menjelaskan beberapa perkara:

Pertama, memang sangatlah mengherankan keadaan Ustadz Firanda ini. Saya tidak tahu apa yang bergejolak
dalam dirinya sehingga dengan mudah berdusta terhadap Syaikh Rabî’, padahal ucapan Syaikh Rabî’ sendiri
sangat jelas membantah kedustaan Ustadz Firanda tersebut. Ustadz Firanda sendiri telah menyebutkan ucapan
Syaikh Rabî’ dengan teks,

‫اﻟﺸﺒﺎب اذا راع اﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﻓﻠﯿﺒﺪأ ﺑﻤﺮاﻋﺎت ﻣﺼﻠﺤﺔ ﻧﻔﺴﮫ وﻟﯿﺤﺎﻓﻆ ﻣﺎ ﻋﻨﺪه ﻣﻦ اﻟﺨﯿﺮ وﯾﺘﺒﻊ ﻣﻨﮭﺞ اﻟﺴﻠﻒ وﻻ ﯾﻌﺮض ﻋﻘﯿﺪﺗﮫ وﻣﻨﮭﺠﮫ ﻟﻠﻀﯿﺎع ﻛﻤﺎ‬
‫ﺣﺼﻞ ﻟﻜﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﺸﺒﺎب اﻟﺬﯾﻦ ﺗﻼﻋﺐ ﺑﮭﻢ اﻻﺧﻮان اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن واﻟﻘﻄﺒﯿﻮن وأھﻞ اﻟﺒﺪع‬

“Para pemuda, jika hendak menjaga kemaslahatan, memulai dengan menjaga kemaslahatan dirinya sendiri
dan hendaknya mereka memelihara kebaikan yang ada pada sisinya serta mengikuti manhaj Salaf. Janganlah dia
memperhadapkan aqidah dan manhaj-nya kepada hal yang menelantarkannya sebagaimana telah terjadi pada
banyak pemuda yang dipermainkan oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun, Quthbiyyun, dan ahlul bid’ah.”[51]

Perhatikanlah bagaimana Syaikh mengarahkan cara menimbang mashlahat dan mafsadat yang semestinya bagi
seorang pemuda yang baru mengenal manhaj Salaf.

Yang lebih jelas dan lebih tegas lagi adalah bahwa Ustadz Firanda juga menyebutkan ucapan Syaikh Rabî’
dengan teks,

‫واﻟﻤﺼﻠﺤﺔ واﻟﻤﻔﺴﺪة اذا أدرﻛﮭﺎ اﻟﻌﺎﻟﻢ ﻓﻠﯿﺴﺘﺨﺪﻣﮭﺎ‬

“(Penentuan) kemaslahatan dan kemafsadatan, jika bisa dipahami oleh seorang yang alim, hendaknya dia
pergunakan.”[52]

Setelah dua nash ucapan Syaikh Rabî’ di atas, sungguh aneh bin ajaib akan Ustadz Firanda yang terlalu berani
berdusta atas nama Syaikh Rabî’ dengan mengatakan “Menurut Syaikh Rabî’ Menghajr Ahlul Bid’ah Tidak
Perlu Memandang Kemaslahatan”.

Kedua, dari soal-jawab yang Ustadz Firanda sebutkan, tampak bahwa Syaikh Rabî’ memandang adanya
pertimbangan mashlahat dan mafsadat dalam masalah hajr. Hanya saja, pertimbangan tersebut bukan untuk
semua orang, melainkan untuk para ulama dan para penuntut ilmu yang ahli dalam hal tersebut. Nasihat dan
kaidah ini berulang kali Kami dengar secara langsung dari Syaikh Rabî’ hafizhahullâh.

Dalam nasihat beliau tersebut, kembali kita memetik faedah tentang bagaimana para ulama terikat dengan
kaidah-kaidah Salaf dan bagaimana para ulama menerapkan kaidah saddudz dzarî’ah.

Hal ini tergolong ke dalam kedetailan ilmu yang hanya ditemukan di majelis-mejelis para ulama.

Mirip dengan penerapan Syaikh Rabî’ di atas, keterangan yang Kami dengar dari guru Kami, Syaikh Shalih Al-
Fauzân, bahwa, ketika ditanya tentang hukum berdoa di sisi kuburan, seseorang tidak pantas memberikan
rincian yang para ulama jelaskan dalam buku-buku aqidah di depan khalayak umum, tetapi seseorang harus
menegaskan bahwa amalan tersebut tidak boleh dan merupakan kesyirikan, agar tidak dibuka pintu
bergampangan dalam aqidah kaum muslimin.

Memang, dalam majelis-majelis para ulama, terdapat pelajaran, hikmah, akal, keteguhan di atas kebenaran,
kedetailan dalam berfatwa, pertimbangan mashlahat dan mafsadat, penempatan hukum dan kaidah-kaidah
syariat yang sejalan dengan maqâshidusy syarî’ah ‘maksud-maksud pensyariatan’, dan hal-hal lain berupa
berbagai ilmu yang sulit didapatkan di dalam kitab-kitab.
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 20/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Oleh karena itu, pada sebagian pelajaran beliau, Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâh pernah menasihatkan
bahwa hajat para penuntut ilmu untuk hadir di masjid-masjid adalah lebih besar daripada hajat untuk hadir di
bangku-bangku kuliah.

Keadaan inilah yang kita sayangkan terhadap banyak mahasiswa yang Allah beri anugerah untuk berkuliah di
Arab Saudi, yaitu hilangnya keseriusan menghadiri majelis-majelis para ulama di masjid-masjid. Bahkan,
banyak di antara mereka yang sudah menempuh pendidikan di dirâsât ‘ulyâ ‘pascasarjana’, tetapi jarang terlihat
di majelis-majelis para ulama.

Semoga Allah memberi taufiq kepada Kita semua.

Ketiga, tentang ucapan Ustadz Firanda, “Menghajr ahlul bid’ah tidak perlu menimbang kemaslahatan, karena
demikianlah praktek para salaf. Dan pernyataan Syaikh Robi’ ini adalah merupakan kedustaan terhadap
salaf”[53]

Telah berlalu penjelasan tentang siapa sebenarnya yang berdusta.

Seharusnya, sebelum menjatuhkan tuduhan, Ustadz Firanda memeriksa dengan teliti dan berhati-hati, juga harus
memastikan bahwa apakah ucapan orang tersebut memang salah atau tidak?

Abdurrahman bin Yahyâ Al-Mu’allimy rahimahullâh berkata,

‫واﻟﺤﻜﻢ ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻤﺎء واﻟﺮواة ﯾﺤﺘﺎج إﻟﻰ ﻧﻈﺮ وﺗﺪﺑﺮ وﺗﺜﺒﺖ أﺷﺪ ﻣﻤﺎ ﯾﺤﺘﺎج إﻟﯿﮫ اﻟﺤﻜﻢ ﻓﻲ ﻛﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﺨﺼﻮﻣﺎت ﻓﻘﺪ ﺗﻜﻮن اﻟﺨﺼﻮﻣﺔ ﻓﻲ ﻋﺸﺮة دراھﻢ‬
‫ﻓﻼ ﯾﺨﺸﻰ ﻣﻦ اﻟﺤﻜﻢ ﻓﯿﮭﺎ ﻋﻨﺪ اﻟﻐﻀﺐ إﻻ ﺗﻔﻮﯾﺖ ﻋﺸﺮة دراھﻢ ﻓﺄﻣﺎ اﻟﺤﻜﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﺎﻟﻢ واﻟﺮاوي ﻓﯿﺨﺸﻰ ﻣﻨﮫ ﺗﻔﻮﯾﺖ ﻋﻠﻢ ﻛﺜﯿﺮ وأﺣﺎدﯾﺚ ﻛﺜﯿﺮة وﻟﻮ ﻟﻢ‬
.ً‫ﯾﻜﻦ إﻻ ﺣﺪﯾﺜﺎ ً واﺣﺪا ً ﻟﻜﺎن ﻋﻈﯿﻤﺎ‬

“Hukum terhadap ulama dan rawi-rawi memerlukan penelitian, tadabbur, dan tatsabbut ‘pengecekan secara
mendalam’ melebihi hukum pada kebanyakan pertikaian. Kadang suatu pertikaian (misalnya) pada sepuluh
dirham, ketika hukuman (keliru) yang diputuskan saat marah, tidaklah (ada yang) dikhawatirkan, kecuali
hilangnya sepuluh dirham. Adapun hukum terhadap seorang alim dan seorang rawi, darinya dikhawatirkan akan
hilang ilmu yang banyak dan hadis-hadits yang sangat banyak. Andaikata tidak ada yang hilang, kecuali satu
hadits, sungguh itu sudah sangat besar.”[54]

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullâh menjelaskan salah satu etika nasihat kepada para ulama setelah
memastikan kebenaran ucapan yang akan diingkari,

‫ ﻓﻼﺑﺪ أن‬،‫ وﻋﻨﺪ اﻟﺘﺄﻣﻞ ﯾﺮى أﻧﮫ ﺣﻖ‬،‫ أن ﺗﺘﺄﻣﻞ ھﻞ ھﺬا ﻣﺤﻞ اﻧﺘﻘﺎد أم ﻻ؟ ﻷﻧﮫ ﻗﺪ ﯾﺒﺪو ﻟﻺﻧﺴﺎن ﻓﻲ أول وھﻠﺔ أن اﻟﻘﻮل ﻣﻨﺘﻘﺪ‬:‫اﻟﻤﺮﺣﻠﺔ اﻟﺜﺎﻧﯿﺔ وھﻲ‬
‫ﺗﺘﺄﻣﻞ ﺣﺘﻰ ﺗﻨﻈﺮ ھﻞ ھﻮ ﻣﻨﺘﻘﺪ أو ﻻ؟‬

“Tahapan kedua, Engkau mencermati bahwa apakah ucapan tersebut adalah hal yang dikritik atau tidak? Karena,
pada awal perkara, kadang tampak bagi seseorang bahwa ucapan tersebut terkritik. Akan tetapi, jika dicermati,
dia akan melihat bahwa (ucapan itu) adalah haq. Oleh karena itu, (setiap ucapan) harus dicermati hingga Engkau
melihat bahwa apakah benar terkritik atau tidak?”

Kemudian, beliau memberikan dua tahapan lainnya, lalu memberi nasihat,

‫ وﻗﺎﻟﻮا‬،‫ ورﺑﻤﺎ ﻧﻔﻀﻮا أﯾﺪﯾﮭﻢ ﻓﻲ وﺟﮫ اﻟﻌﺎﻟﻢ‬،‫ ﯾﺄﺗﻮن إﻟﯿﮫ ﺑﻌﻨﻒ وﺷﺪة‬،‫أﻣﺎ ﻣﺎ ﯾﻔﻌﻠﮫ ﺑﻌﺾ اﻟﺠﮭﻠﺔ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﺄﺗﻮن إﻟﻰ اﻟﻌﺎﻟﻢ اﻟﺬي رأى ﺑﺨﻼف ﻣﺎﯾﺮون‬
‫ وﻏﺎﻟﺐ ﻣﺎ ﯾﺆﺗﻰ‬،‫ وﺑﻌﺪ اﻟﺘﺄﻣﻞ ﺗﺠﺪ اﻟﻌﺎﻟﻢ ﻣﻮاﻓﻘﺎ ً ﻟﻠﺤﺪﯾﺚ وھﻢ اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﻮن ﻟﮫ‬،‫ ﻣﺎ ھﺬا اﻟﻘﻮل اﻟﺬي أﺣﺪﺛﺘﮫ؟ ﻣﺎ ھﺬا اﻟﻘﻮل اﻟﻤﻨﻜﺮ؟ وأﻧﺖ ﻻ ﺗﺨﺎف ﷲ‬:‫ﻟﮫ‬
.‫ وھﻢ أﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﯾﻜﻮن ﻋﻦ طﺮﯾﻖ اﻟﺴﻠﻒ وﻋﻦ اﻟﺴﻨﺔ‬،‫ وظﻨﮭﻢ أﻧﮭﻢ ھﻢ أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ وأﻧﮭﻢ ھﻢ اﻟﺬﯾﻦ ﻋﻠﻰ طﺮﯾﻖ اﻟﺴﻠﻒ‬،‫ھﺆﻻء ﻣﻦ إﻋﺠﺎﺑﮭﻢ ﺑﺄﻧﻔﺴﮭﻢ‬
.‫ ﻓﺎﺣﺬر ھﺬا‬،‫ﻓﺎﻹﻧﺴﺎن إذا أﻋﺠﺐ ﺑﻨﻔﺴﮫ – ﻧﺴﺄل ﷲ اﻟﺴﻼﻣﺔ – رأى ﻏﯿﺮه ﻛﺎﻟﺬر‬

“Adapun perbuatan sebagian orang-orang jahil yang mendatangi para ulama dalam keadaan berbeda pendapat
dengan (alim tersebut), mereka datang dengan kasar dan keras, serta kadang mengipaskan tangannya di wajah si

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 21/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Alim, seraya berkata, ‘Apakah ini ucapan yang engkau ada-adakan? Mengapa ucapan mungkar ini? sedang
Engkau tidak takut kepada Allah!’

Setelah dicermati, Engkau akan menemukan bahwa si Alim mencocoki hadits, sedang (si pengkritik)lah yang
menyelisihi (hadits).

Kebanyakan yang menimpa (para pengkritik) tersebut adalah kebanggaan terhadap diri-diri mereka.
Sangkaan (para pengkritik) adalah bahwa mereka merupakan Ahlus Sunnah dan berada di atas jalan
Salaf, padahal mereka adalah orang yang paling jauh dari jalan As-Salaf dan As-Sunnah.

Seseorang, apabila berbangga dengan dirinya -kita memohon keselamatan kepada Allah-, akan melihat
orang lain bagaikan semut kecil. Berhati-hatilah terhadap hal ini.”[55]

Ucapan Syaikh Rabî’ sangatlah jelas dan terang. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah pemahaman Ustadz
Firanda sebagaimana ucapan seorang penyair,

‫ﻟﻜﻨﮭﺎ ﺗﺨﻔﻰ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻤﯿﺎن‬ ‫ﻧﻮاظﺮ‬


ِ ‫اﻟﺤﻖ ﺷﻤﺲ واﻟﻌﯿﻮن‬

“Kebenaran adalah matahari, dan mata-mata bisa melihatnya

Akan tetapi matahari itu tertutupi terhadap orang-orang buta.”

Keempat, jasa dan usaha Syaikh Rabî’, dalam mengajak manusia kepada kebaikan dan membimbing orang-
orang yang menyimpang kepada jalan yang benar, sangatlah banyak untuk disebutkan. Hal tersebut telah
diketahui dan dimaklumi oleh para ulama dan para penuntut ilmu.

Sangatlah tidak masuk akal bila seorang alim yang jasanya sedemikian rupa, tetapi kemudian dikatakan
“Menurut Syaikh Rabî’ Menghajr Ahlul Bid’ah Tidak Perlu Memandang Kemaslahatan”.

Dalam poin ini, seharusnya Saya menyebutkan contoh-contoh dari Syaikh Rabî’ dalam hal penggunaan
mashlahat dalam mendakwahi ahlul bid’ah. Hal itu tentunya sangat banyak dalam buku-buku dan nasihat-
nasihat beliau kepada Salafiyyin di berbagai penjuru dunia.

Silakan membaca buku beliau yang menakjubkan, Al-Hatsts ‘Alâ Al-Mawaddah Wa Al-I`tilâf Wa At-Tahdzir Min
Al-Furqah Wa Al-Ikhtilâf, tentang kehikmahan dakwah beliau serta contoh penggunaan pertimbangan mashalat
dan mafsadat dalam dakwah beliau ke Sudan.

Seluruh hikmah dan pertimbagan mashlahat dan mafsadat dari dakwah dan buku-buku Syaikh Rabî’ sangat
bertentangan dengan berbagai konsekuensi batil dari tuduhan Ustadz Firanda.

Kelima, tentang sangkaan Ustadz Firanda dalam ucapannya, “Sekali lagi, Syaikh Rabî’ menyalahkan pendapat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullâh, dan menganggap pendapat Syaikhul Islam bertentangan dengan
pendapat dan manhaj para salaf.”[56]

Syaikh Rabî’ tidak menyalahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, tidak pula menganggap bahwa pendapat Ibnu
Taimiyah bertentangan dengan pendapat dan manhaj Salaf secara mutlak. Tidak dalam tuduhan keempat ini,
tidak pula pada tuduhan ketiga yang bantahannya telah berlalu.

Syaikh Rabî’ hanya membatasi dan lebih mendetailkan dua masalah yang menjadi pembahasan. Bahkan, Syaikh
Rabî’ sendiri telah berkata dalam pembahasan pertimbangan mashalahat dan mafsadat,

‫ﻓﮭﺬا ﻣﺎ ﯾﻤﻜﻦ أن ﯾﺠﻤﻊ ﺑﮫ ﻣﺎ ﺑﯿﻦ ﻣﺎ ﯾﻘﻮﻟﮫ ﺷﯿﺦ اﻻﺳﻼم ﺑﻦ ﺗﯿﻤﯿﺔ وﻣﺎ ﯾﻘﻮﻟﮫ اﻟﺴﻠﻒ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﻢ ﺟﻤﯿﻌﺎ‬
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 22/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

“Inilah (penjelasan) yang memungkinkan untuk mengompromikan antara pendapat Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dan pendapat para Salaf -semoga Allah meridhai mereka semua-.”

Keenam, setelah mengetahui maksud ucapan Syaikh Rabî’, juga telah mengetahui kekeliruan Ustadz Firanda
dalam memahami maksud tersebut, akan jelas kesalahan Ustadz Firanda dalam seluruh cabang tuduhan yang dia
bangun di atas pemahaman kelirunya, termasuk tuduhan bahwa Syaikh Rabî’ menyelisihi Syaikh Ibnu Bâz,
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, dan Syaikh Al-Albâny rahimahumullâh.

Dari uraian yang telah berlalu, sangat tampak bahwa Syaikh Rabî’ tidak berbeda dengan ulama lain dalam
menimbang mashlahat dan mafsadat seputar hajr dan selainnya. Inti masalah sebenarnya adalah pemahaman
Ustadz Firanda yang menyimpang dalam menyikapi Syaikh Rabî’. Sungguh benar tuturan Al-Mutanabbi
rahimahullâh,

‫اﻟﺴﻘﯿﻢ‬
ِ ‫وآﻓﺘﮫُ ﻣﻦ اﻟﻔﮭﻢ‬ ً ‫ﺐ ﻗﻮﻻً ﺻﺤﯿﺤﺎ‬
ٍ ‫وﻛﻢ ﻣﻦ ﻋﺎﺋ‬

“Betapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar

Tetapi kerusakan (yang sebenarnya) ada pada pemahaman yang sakit.”

Pada akhir pembahasan bagian kedua ini, Saya ingin mengingatkan ucapan Imam Ahmad tentang Hammâd bin
Salamah Al-Bashry, “Apabila engkau melihat seseorang mencela Hammâd bin Salamah, curigailah (bahwa)
orang itu (menghendaki kejelekan) terhadap Islam. Sesungguhnya beliau adalah seorang yang syadîd ‘keras’
terhadap ahlul bid’ah.”[57]

Demikian pula ucapan banyak imam yang membela siapa saja yang telah dimaklumi pembelaannya kepada
Sunnah dan ketokohannya di tengah ulama dan kaum muslimin dengan mencurigai aqidah dan manhaj orang-
orang yang mencela dan menuduh para ulama secara dusta.

Berulang kali Saya mendengar guru kami, ahli hadits Negeri Yaman: Muqbil bin Hâdy Al-Wâdi’iy
rahimahullâh, berkata,

‫إذا رأﯾﺖ اﻟﺮﺟﻞ ﯾﻄﻌﻦ ﻓﻲ اﻟﺸﯿﺦ اﺑﻦ ﺑﺎز أو اﻟﺸﯿﺦ اﻷﻟﺒﺎﻧﻲ أو اﻟﺸﯿﺦ اﺑﻦ ﻋﺜﯿﻤﯿﻦ أو اﻟﺸﯿﺦ رﺑﯿﻊ ﻓﺎﺗﮭﻤﻮا ﻋﻠﻰ دﯾﻨﮫ‬

“Apabila Engkau melihat seseorang mencela Syaikh Ibnu Bâz, Syaikh Al-Albâny, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, atau
Syaikh Rabî’, curigailah dia (bahwa ada hal yang berbahaya) pada keagamaannya.”

Tak lupa pula Saya mengingatkan kaidah agung yang guru Kami, Syaikh Shalih Al-Fauzân, sebutkan,

.‫ وإﻣﺎ ﻓﺎﺳﻖ ﯾﺒﻐﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء؛ ﻷﻧﮭﻢ ﯾﻤﻨﻌﻮﻧﮫ ﻣﻦ اﻟﻔﺴﻖ‬.‫ إﻣﺎ ﻣﻨﺎﻓﻖ ﻣﻌﻠﻮم اﻟﻨﻔﺎق‬:‫ﻻ ﯾﻘﻊ ﻓﻲ أﻋﺮاض اﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻤﺴﺘﻘﯿﻤﯿﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﻖ إﻻ أﺣﺪ ﺛﻼﺛﺔ‬
.‫ ﻷﻧﮭﻢ ﻻ ﯾﻮاﻓﻘﻮﻧﮫ ﻋﻠﻰ ﺣﺰﺑﯿﺘﮫ وأﻓﻜﺎره اﻟﻤﻨﺤﺮﻓﺔ‬،‫وإﻣﺎ ﺣﺰﺑﻲ ﺿﺎل ﯾﺒﻐﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء‬

“Tiada yang jatuh dalam membicarakan kehormatan para ulama yang istiqamah di atas Al-Haq, kecuali salah
satu dari tiga orang: (1) seorang munafik yang kemunafikannya dimaklumi, (2) seorang fasik dengan
kebenciannya terhadap ulama karena (para ulama) melarangnya untuk berbuat kefasikan, serta (3) seorang hizby
yang sesat dengan membenci ulama karena (para ulama) tidak menyetujuinya di atas hizbiyah dan pemikiran-
pemikirannya yang menyimpang.”[58]

Semoga Allah mengampuni Ustadz Firanda dan membimbingnya kepada jalan yang lurus.
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 23/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

[1] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[2] Dari kaset Al-As`ilah As-Suwaidyah sebgaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh
Rabî’ hal. 6-7 kumpulan Syaikh Khâlid Azh-Zhafîfy.

[3] Dari kaset Taudhîh Al-Bayân sebgaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’
hal. 7.

[4] Dari kaset Ithâful Kirâm sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal.
15.

[5] Dari kaset Ithâful Kirâm sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal.
15.

[6] Dari kaset Liqâ` Abil Hasan Al-Ma`riby Ma’â Al-Albâny sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-
Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 12.

[7] Dari kaset Tsanâ`ul ‘Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ`
‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 7.

[8] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 8-9.

[9] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 11.

[10] Dari kaset Kasyful Litsâm ‘An Mukhâlafât Ahmad Salâm sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-
Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 16-17.

[11] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 13.

[12] Diriwayatkan oleh Ibnu Asâkir dalam Târikh Dimasyq 25/363.

[13] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[14] Cetak tebal adalah dari Ustadz Firanda.

[15] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 13.

[16] Dari kaset Al-Muwâzanât Bid’atul Ashr sebagaimana dalam Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-
Syaikh Rabî’ hal. 13.

[17] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 20.

[18] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 30.

[19] Ats-Tsanâ` Al-Badî’ Min Al-Ulamâ` ‘Alâ Asy-Syaikh Rabî’ hal. 30.

[20] Kisah tersebut secara panjang bisa dibaca dalam Shahîh Muslim.

[21] Saya menyarikan dari kitab Ijmâ’ul ‘Ulamâ ‘Alâl Hajr Wat Tahdzîr Min Ahlil Ahwâ` hal. 37-57 karya
Syaikh Khâlid Azh-Zhafîry, sementara rujukan untuk setiap nama juga bersumber dari kitab beliau dengan
sedikit penyesuaian dari Saya. Masih banyak nama lain yang beliau sebutkan. Demikian pula sepuluh nama

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 24/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

disebutkan oleh Syaikh Abdullah Al-Bukhâry dalam kitab Al-Fath Ar-Rabbâny Fî Ar-Radd ‘Alâ Abil Hasan As-
Sulaimâny hal. 104-106. Siapa saja yang memeriksa buku-buku biografi para ulama dan rawi hadits tentu akan
mendapatkan banyak nama lain.

[22] Syifâ`ul ‘Alîl hal 60.

[23] Siyar A’lâm An-Nubalâ` 4/450.

[24] Tabyîn Kadzib Al-Muftary hal. 89 karya Ibnu ‘Asâkir.

[25] Siyar A’lâm An-Nabalâ` 8/209.

[26] Manâqib Malik hal 152 karya Az-Zawâwy.

[27] Manâqib Asy-Syâfi’iy 1/469.

[28] Târîkh Dimasyq 45/365.

[29] Tabyîn Kadzib Al-Muftary hal. 89 karya Ibnu ‘Asâkir.

[30] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[31] ‘Aunul Bârî Bibayân Mâ Tadhammanahu Syarhus Sunnah Lil Imâm Al-Barbahâry 2/978-979. Cetak tebal
adalah dari Kami.

[32] ‘Aunul Bârî 2/980.

[33] ‘Aunul Bârî 2/981.

[34] ‘Aunul Bârî 2/981.

[35] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[36] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[37] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[38] Cetak tebal adalah dari Kami.

[39] Syarhus Sunnah 1/227.

[40] ‘Aqîdatus Salaf Wa Ashhâbul Hadits hal. 298 tahqiq Nâshir Al-Judai’.

[41] Al-Fatâwâ 4/487.

[42] Siyar A’lâm An-Nabalâ` 3/549.

[43] Siyar A’lâm An-Nabalâ` 4/343.

[44] ‘Aunul Bârî 2/980.

[45] Intiqâd ‘Aqady Wa Manhajy ‘Alâ Kitâb As-Sirâj Al-Wahhâj hal.12.

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 25/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

[46] Majmû’ Al-Fatâwâ 20/103.

[47] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar. Terjemahan dengan cetak tebal dan garis bawah adalah
dari Ustadz Firanda.

[48] Terjemahan versi Saya.

[49] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar. Cetak tebal adalah dari Ustadz Firanda.

[50] Dari poin pembahasan Ustadz Firanda dengan cetak tebal pada
http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[51] Terjemahan versi Saya. Cetak tebal juga dari Saya.

[52] Terjemahan versi Saya.

[53] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/546-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-6-standar-
ganda. Cetak tebal dan garis bawah adalah dari Ustadz Firanda.

[54] At-Tankîl 1/240-241.

[55] Syarh Arba’în An-Nawâwiyah hal. 139-140. Cetak tebal adalah dari Saya.

[56] http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-
syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar.

[57] Siyar A’lâm An-Nabalâ` 4/450.

[58] Al-Ajwibah An-Nâfi’ah ‘An As`ilah Al-Manâhij Al-Jadîdah hal 79-80. cet. ke-3.

Tags: dakwah salafiyah, firanda, ihya at-turats, salafiyah, sururiyah, Syaikh Rabi'

Artikel Lainnya :
Tergesa-gesa adalah dari Syaithan (Nasihat untuk Ustadz Firanda kepada Hal yang Lebih Baik)
Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa
Firanda terhadap Ilmu dan Ulama 1/2
Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Pertama)
Sebab-Sebab Kemunculan Terorisme (Sebab 6)
Fiqih Muamalah terhadap Hizbiyah Sururiyah

54 Comments
1. Muhammad Natsir As-Soronji says:
November 12, 2013 at 15:16

“Mereka yang mengkritik dua syaikh tersebut, sebagaimana yang telah kami sebutkan, mungkin orang
jahil sehingga dia diberi pelajaran, atau dia adalah pengikut hawa nafsu maka dilakukan perlindungan
kepada Allah dari kejelekannya. Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar (Allah) memberi
hidayah kepadanya atau semoga Allah mematahkan punggungnya.”.. Camkan wahai firanda!

Reply
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 26/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

2. dadang says:
November 12, 2013 at 15:53

Jadi, maslahat dan mafsadat tentang tahdzir terhadap rodja apa ?

Reply
didink says:
November 12, 2013 at 20:58

akarnya adalah IT … muamalah dengan IT adalah lebih ada mafsadatnya daripada maslahatnya.

Reply
abu nafia says:
November 13, 2013 at 09:07

Untuk menjaga manhajnya salafiyin jadi jgn dengarkan rodja, seperti yg difatwakan Syeikh Robi’.
Rodja, dai2nya banyak yg ditahzir, seperti salah satunya yazid jawas. Rodja juga mendatangkan ali
hasan al-halaby yg telah ditahzir para ulama.
Mereka bergampangan dalam bermuamalah dengan para ahlul bid’ah, sehingga inilah yg
membingungkan salafiyyin pada umumnya, mereka melihat loh ini boleh bermuamalah, sedangkan
yg lain ada yg bilang tidak, akhirnya mereka bergampangan dan mengambil ilmu dari mereka,
akhirnya masuklah syubhat2 mereka. krn itu siapa yg ingin menjaga manhajnya (syubhatnya) ahlul
bid’ah ini, maka jgn dengarkan rodja. Cukupkan diri dgn asatidzah yg ma’ruf telah dikenal
bermanhaj salaf.. alhamdulillah telah banyak..

wallohu’alam bishowab.

Reply
dadang says:
November 13, 2013 at 13:26

Saya ulangi, tolong dipaparkan Maslahat dan Mafsadat adanya rodja ?, Kalo ada yg bilang
TIDAK ADA SAMA SEKALI maslahatnya, maka saya yakin dia berbicara dengan
“KEJAHILAN” ATAU karena “HAWA NAFSU”, Kalo karena JAHIL saya saranin
perhatikan acaranya, lalu perkirakan, KIRA-KIRA pemirsa rodja (setelah melihat /
mendengar acaranya) apakah akan lebih dekat kepada keBID’AHan ataukah kpd SUNNAH
??, (permirsa rodja) apakah akan lebih dekat kpd keTAUHIDan ataukah keSYIRIKan ???,
tolong difikirkan dgn hari yg jernih, “janganlah KEBENCINMU thd suatu kaum,
menghalangi dari berbuat ADIL, berlaku ADIL-lah, krn hal itu lebih dekat kpd TAQWA “,
kalo dijawab GAK PERLU LIHAT MASLAHAT MAFSADAT dlm hal tahdzhir, berarti gak
sesuai dgn artkel di atas. Dan tolong (utk sebagian komentator) agar tidak berlaku arogan dan
sok mengerti masalah, misal dgn ucapan “yg tidak mengerti masalah dilarang komen”,
monggo dijawab soal rodja ini, apa dijawab utk org awam boleh, tp utk penuntut ilmu gak
boleh

Reply
Abu Aqila says:
November 14, 2013 at 14:27

antum tdk mengerti …….sy juga mengenal manhaj salaf melalui rodja…tp sy tetap
berprasangka baik klo ustad dzulqanain mengingkan kebaikan bagi rodja ……sebagai
org awwam sebaiknya melihat sj dan belajar sj…semoga Allah memberikan petunjuk
kepada kita semua …

Reply
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 27/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

3. bagus abu aiman says:


November 12, 2013 at 16:42

banyak hikmah dari permasalahan yang terjadi selama ini, diantaranya:


1. Bagaimana menghormati ilmu dan ulama.
2. Dalamnya ilmu pada lafazh perkataan para ulama.
3. Hikmahnya para ulama dalam berkata dan berpendapat terlebih dalam menimbang mashlahat dan
mufsadat.
4. Kesepakatan para Salaf untuk men-tahdzir dan membenci bid’ah tanpa membuka pintu kecintaan.
5. Pembahasan Masalah Iman, Apa itu prinsip Muwazanah (insya Allah pada tulisan berikutnya)

Sungguh bahagianya orang tua antum ustadz memiliki anak seperti antum, ust khaidir, ust luqman jamal..

Barakallahu lanaa fiy amwalina wa aulaadina

Reply
4. @nonymous says:
November 12, 2013 at 16:53

Alhamdulillah sangat bagus tulisannya bagi yg terbuka hatinya & tidak keras hati & kepalanya..
Mgkin akan cepat keluar bantahannya nih dilapak sebelah. meskipun nasehat ini g ngefek kpd yg
dinasehati dikernakan yg dinasehati keras kepala/mgkn jg g ngerti klo ini nasehat akan tetapi tetap sangat
bermanfaat bagi muslimin lainnya

Reply
5. abu qois says:
November 12, 2013 at 17:17

Suhhanallah…

Reply
6. syafril says:
November 12, 2013 at 18:01

dosis obat yang di uraikan di atas sudah cukup bahkan lebih dari cukup untuk mengobati yang lagi ngigau.
supaya cepat terbangun..

Reply
abu ahmad saykir says:
November 13, 2013 at 11:29

untuk syaikh ali hasan klo antum mau cermati udah lama di peringatkan oleh Ulama Senior ( pinjam
istilah teman2 antum) di Suudiyah, misalnya Syaik Soleh al Fauzan. Kita mencintai Ulama tetapi
ketika ulama tersebut telah menyimpang dalam aqidahnya tentu kita ndk diajarkan untuk taklid buta
dong, yang tau harus memperingatkan yang belum tau jadi umat akan terselamatkan dari aqidah
atau manhajnya yang telah menyimpang tersebut, kita menempuh manhaj salafy ini tujuan tidak lain
agar kita memperoleh keselamatan dengan keridhoan Alloh Azza wa Jalla, klo bagi yang seneng
rame-rame n menoleh banyaknya pengikut yo monggo kerso, Jalan keselamatan itu hanya dengan
mengikuti salafuna soleh dalam meniti jalan dakwah Rosullulloh, barokallohu fiik

Reply
benny Al Jawiy says:
November 13, 2013 at 17:58

Setuju nih hahahaa…

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 28/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Reply
7. ABU abdillah MUBAROK says:
November 12, 2013 at 18:03

Ya Allah, tunjukkan yang haq itu haq, dan berilah kekuatan kami untuk mengikutinya… tunjukkanlah
yang bathil itu bathil dan berilah kami kekuatan untuk meninggalkannya..
Berilah kekuatan kepada para pembela agamamu dari kalangan ulama’ dan asatidzah kami, dan
tempatkanlah mereka di tempat yang mulia di hadapanmu dan dihadapan manusia…
Jazakumullahu khoiron ya Ustadz…

Reply
syafril says:
November 12, 2013 at 18:08

‫آﻣﯿﻦ‬

Reply
Umarwoto Abu Ibrahim says:
December 25, 2013 at 04:28

Aamiin ya mujibassailin, Kebenaran itu hanya satu, semoga secepatnya jelas terbongkar yang
salah rujuk kepada yang benar alHaq dengan hati IKHLAS LiLLAH Lapang Dadanya

Reply
8. abu hasan says:
November 12, 2013 at 18:26

semoga Allah menjadikan antum hamba yang ikhlas dalam berdakwah …

semoga kebenaran yang menjadi tujuan


dan bukan sekedar mencari menang atau kalah dalam masalah ini … atau hanya mencari kelemahan dan
kesalahan fihak lain …

tak lupa kami berharap semoga Allah menjadikan antum sebagai ‘jembatan pemersatu’ ukhuwah yang
telah retak …

barakallahu fikum …

Reply
9. Rizky Tulus says:
November 12, 2013 at 18:59

Alhamdulillaah, pembahasannya bagus dan ilmiyah, jazaakallaahu khairan untuk alustadz dzulqarnain,

Reply
10. berkacalah says:
November 12, 2013 at 20:28

alhamdulillah cukuplah fatwa syaikh fauzan untuk kita semua” berkerjasamalah”, bukankah
masih banyak yg harus kita selesaikan umat masih terlalu banyak yg tidak tersentuh dgn dakwah kita.

Reply
Abul Fadhl says:
November 14, 2013 at 21:59

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 29/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Ya, bekerjasama dlm kebaikan, bukan bekerjasama dlm permusuhan, akibat dakwah dg orang-orang
Ihya’ Turots.

Reply
11. hamzah poso says:
November 12, 2013 at 20:41

Bismillah. Nasehat utk firanda sy rasa sdh sangat cukup bagi yg inginkan kebanaran. Inti masalah dan
cabang-cabang masalah sdh di jelaskan secara adil dan ilmiah oleh ust dzulqornain dan ust luqman, ,

Reply
12. hamzah poso says:
November 12, 2013 at 20:58

Bismillah. Jgn krna kita ada hutang budi pada sebuah yayasan atau seorang tokoh, kita membelah mati-
matian walaupun sdh jelas penyimpangannya, waliyaudzubillah. Sadarlah wahai saudaraku, hormatilah
ulama sunnah kalian, karena mrk filter kalian di agama ini

Reply
13. Abu Fadhillah says:
November 12, 2013 at 21:20

Assalamu”alaykum Warahmatullah Wabarakatuh


Bersatulah wahai saudraku seiman dan semanhaj, sebagaimana para ulama yang telah di jelaskan oleh
kudua Ustad yang berilmu…bersatulah dengan Nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. ikhtilaf harus di kembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah

Reply
Muhammad Natsir As-Soronji says:
November 13, 2013 at 04:36

TIDAK AKAN PERNAH BERSATU AHLUSSUNNAH DENGAN IHYA AT-TUROTS AL-


HIZBIYYAH BESERTA PEMBELANYA!!! yang tidak tau akar permasalahannya dilarang keras
beri coment!!!

Reply
Abu Umar says:
November 13, 2013 at 11:18

Bismillah.
Allohu Akbar. Beginikah akhlak orang-orang yang sepaham dengan Ustadz Firanda?
Pembaca yang budiman dapat melihat, siapa yang sebenarnya KERAS DAN KAKU.
Pembaca akan semakain terpana jika menyaksikan komentar-komentar di
http://www.firanda.com. Sungguh ajaib, orang-orang yang selama ini sering menuding
saudaranya dengan cap KERAS DAN KAKU, ternyata bisa memuntahkan komentar-
komentar yang membuat kita terheran-heran. Hanya kepada Alloh Ta’ala sajalah kita
memohon keselamatan dari fitnah-fitnah yang melanda ini.

Reply
Muhammad Natsir As-Soronji says:
November 13, 2013 at 13:43

“cerek itu mengeluarkan sesuai dengan isinya”.. Aku bersyukur kepada Allah, yang
telah menampakkan isi hati orang2 yang cenderung kepada ihya turots dan pembelanya

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 30/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

lewat lisan, tangan dan sikap mereka. Lanjutkan usahamu ustadz dzulqarnain.. Allahul
musta’an.

Reply
Abdul Azhim Sidrap says:
November 14, 2013 at 22:03

Niat anda bagus. Cuma cara andasalah, karena mengajak untuk bersatu di atas kebatilan. Tak mgk
Ust. Dzul akan bersatu dg Firanda yg berada di atas kebatilan!! Alhamdulillah, Ust. Dzul sdh
mengembalikan smuanya kpd al-Qur’an dan Sunnah. Hanya Firanda yg suka main tuduh!!!

Reply
14. Iman Al Fajri says:
November 12, 2013 at 22:12

Baarakallahu fiykum.

Reply
15. Abu Muthiah says:
November 12, 2013 at 22:41

Alhamdulillah penjelasan yang sangat ilmiah sekali dari al ust Dzulqarnain Hafidzahullah Ta’ala semoga
Allah memanjangkan umur anda dan memuliakan anda dengan ilmu yang Allah berikan…mudah2
manusia mengambil banyak faidah dari antum dalam menjelaskan kekeliruan manusia dalam mencela
para ulama,dan semoga ikhwa2/fans yang masih ta’assub terhadap pencela ulama agar berfikir lebih jernih
lagi..tidaklah apa yg kami inginkan kecuali kebaikan dan kembali k manhaj yg lurus.Barakallahu fiik

Reply
16. Muhammad Natsir As-Soronji says:
November 13, 2013 at 04:33

Berkacalah??? antum yg harus berkaca! pahami tulisan ust dzul baik2. jgn asal coment. justru yg ada
syaikh menghargai dan mendukung ust dzul dalam usahanya, bahkan didoakan oleh syaikh. Laporan
firanda kpd syaikh laporan sepihak, dan yg disebutkan hanya bantuan dr ihya turots. cb jk firanda
datangkan penyimpangan ihya turots yg rusak?? jawabannya pasti beda! NGAPAIN AHLUSSUNNAH
BEKERJA SAMA DENGAN FIRANDA YANG MEMBELA IHYA TUROTS AL-HIZBIYYAH??

Reply
17. abu unaisah says:
November 13, 2013 at 06:16

Subhanallah…penjelasan yg ilmiah… semoga kebenaran segera terungkap dan dakwah salaf terus
berkembang dibumi nusantara….semoga Allah menjaga Ustadz beserta keluarganya……………
Aamiin…

Reply
18. Abu faris says:
November 13, 2013 at 06:28

@berkacalah bisa diberi tahu sumber fatwa dari syaikh salih bin fauzan??

Reply
19. AntiTaqlid says:
November 13, 2013 at 09:14

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 31/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

@berkacalah:ana dan bbrp saudara2 juga pendengar rodaj, utk permasalahan ‘ini’, afwan, apakah antum
sudah membaca seluruhnya dan memahami tulisan diatas?, kalo belum faham jg
1.Ulangi bbrpa kali plus minta do’a agar mudah difahamkan,
2. Untk sementara bersikap netral ( keluarkan kekaguman antum pd rodja dan firanda),
point 2 susah ya?
ana doa’akan deh,

Reply
20. Fulan-Makassar says:
November 13, 2013 at 11:43

Memang, dalam majelis-majelis para ulama, terdapat pelajaran, hikmah, akal, keteguhan di atas
kebenaran, kedetailan dalam berfatwa, pertimbangan mashlahat dan mafsadat, penempatan hukum dan
kaidah-kaidah syariat yang sejalan dengan maqâshidusy syarî’ah ‘maksud-maksud pensyariatan’, dan hal-
hal lain berupa berbagai ilmu yang sulit didapatkan di dalam kitab-kitab.

Reply
21. Abu Shamil says:
November 13, 2013 at 11:50

Jazakallohukhoir penjelasan yang sangat ilmiah, semoga Alloh subhanawataala bukakan hati-hati mereka
yang merasa dirinya sudah berada di atas sunnah, akan tetapi apabila dikatakan kepada mereka kebenaran
mereka berpaling.
Dan jauhkan mereka dari sifat ghuluw atau fanatik seperti ghuluwnya ahlul bid’ah kepada guru2nya.
sehingga apabila di terangkan kesalahan2an yang ada pada gurunya dengan hujjah, mereka membelanya
dengan membabi buta nauzdubillah.
Semoga firanda diberi taufik untuk bisa berlapang dada menerima kesalahan2nya dan kembali kejalan yg
lurus.

Reply
22. budi says:
November 13, 2013 at 12:30

Juga Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâh berkata,

“…”

“Dan saudara-saudara Kami dari kalangan masyaikh yang ma’ruf di Madinah, tidak ada keraguan sedikit
pun pada Kami tentang mereka. Mereka adalah orang-orang yang beraqidah baik dan dari kalangan Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah, seperti Syaikh Muhammad Amân bin Ali, Syaikh Rabî’ bin Hâdy, Syaikh Shalih bin
Sa’d As-Suhaimy, Syaikh Fâlih bin Nâfi’, Syaikh Muhammad bin Hâdy. Semuanya ma’ruf di sisi Kami
dengan keistiqamahan, keilmuan, dan aqidah yang baik. Namun, para dai kebatilan dari kalangan orang-
orang yang mengail di air keruh, merekalah yang menimbulkan kekacauan di tengah-tengah manusia dan
berbicara tentang perkara-perkara ini seraya mengatakan, “maksudnya adalah begini dan begitu.” Ini
adalah hal yang tidak baik. Yang wajib adalah mengarahkan maksud pembicaraan kepada kemungkinan
yang terbaik.”[3]

“Keempat, bantahan Kami terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halaby adalah berdasarkan fatwa-fatwa para
ulama besar yang menjelaskan penyimpangan dan kesesatan Syaikh Ali Hasan.”

Reply
23. Abu Ahsan says:
November 13, 2013 at 15:28

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 32/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Assalamu’alaykum..
Menurut ana yang hanya seorang penuntut ilmu, akan lebih baik jika ustadz Dzulqornain dan ustadz
Firanda berdiskusi secara 4 mata TANPA dihadiri khalayak ramai. Bicarakanlah secara lembut mengenai
hal-hal yang menjadi perbedaan diantara antum Yaa Ustadz. Dan ana yakin dialog 4 mata tsb tidak bs
selesai hanya dalam satu pertemuan saja. Ana mendoakan agar Allah memberi ustadz Dzulqornain dan
ustadz Firanda waktu yang cukup luang agar bisa berdialog dan menyelesaikan masalah ini sesuai pada
tempatnya.
Barokallahu fiikum..

Reply
24. berkacalah says:
November 13, 2013 at 17:01

ya akhi fillah muhammad natsir , saya mencintai antum & semuanya apalagi ust dzul & ust firanda.
semoga allah mengampuni saya . (sy kenal baik dengan gol kalian bgtu jg ust dzul lebih 12 th) saya
mendudukan diri saya di pertengahan…ya akhi affwan.

Reply
Abduh says:
November 14, 2013 at 22:10

Buat “Berkacalah” :
Cinta antum adalah cinta palsu.
Kedua, atas dasar apa antum berada di pertengahan?! Memang anda lihai berdalil dan menilai?!!
Tapi kami pikir org seperti anda baiknya belajar sj biar ngerti apa yg dinasihatkn Ust. Dzul kpd
Firanda.
Soal kenal-mengenal, kami jg kenal dg Ust. Dzul dan Firanda jauh hari sebelum ia menyimpang. Tp
amat disayangkn, kini ia membela Ihya’ At-Turots (IT). Tahukah anda IT? Nantikan jawabannya
dlm nasihat berikutnya dr Ust. Dzul, insya Allah.

Reply
25. muhammad says:
November 13, 2013 at 19:43

Bismillah. Ketahuilah ikhwah, bersatulah diatas pijakan Rasulullah dan para sahabatnya. Jangan seperti
orng2 musyrikin yg emecah belah agama mereka mejadi berapa golongan setiap golongan merasa bangga
dengan golongan masing2. Sadarlah bahwa setiap perkataan akan di mintai pertanggungjawaban. Sungguh
lisan tdaklah bertulang, namun sekali berkata tdak dapat ditariklagi, dengan lisan ini suatu kaum bisa
saling bunuh dan satu kaum bisa saling damai.. ana ingatkan sebuah hadist dari muadz ibnu jabal yg di
riwayatkan imam tirmidzi: didalam hadist yg panjang itu di sebutkan beberapa amalan yang bisa
memesukkan seorang hamba ke jannah dan menjauhkan dari api neraka, maka Nabi menyebutkan sekian
baanyak amalan.. dan ketahuilah bahwa tiang penyangga semua amalan itu adalah menjaga lisan…
camkan ini baik2 ya ikhwan… jika kita tidak punya kemampuan untuk memberi maslahat dalam fitnah
lebih baik diam…! Barokallahu fiikum.

Reply
26. muhammad fauzi says:
November 13, 2013 at 20:50

aamiin ya mujibas sa’ilin

Reply
27. dakwah tauhid says:
November 13, 2013 at 22:06

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 33/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

mantap !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

tulisan yang mencerahkan ya ustadz, semoga para pencela ulama itu terbuka hatinya. dan mau bertaubat
dan segera rujuk

jazakallahu khoiron, barakallahufikum

Reply
28. abu fawwaz says:
November 13, 2013 at 22:52

Barokalloh fikum. Smoga dgn fenomena ini smakin membuat kita tambah smangat dlm menuntut ilmu
dan tambah matang dlm menyikapi fitnah.

Reply
29. Aben Chandra Hanafia says:
November 14, 2013 at 04:01

Bismillah.

Subhanallah, Sangat-Sangat Bermanfaat.


Jazakallah Khoir

Reply
30. abu abdullah (arfan ibn muhammad said) says:
November 14, 2013 at 05:58

Semoga Allah Ta’alaa senantiasa menjaga Ustadz Dzulqarnaian diatas Dien dan Sunnah

Reply
31. Abdulaziz Jogja says:
November 14, 2013 at 09:52

INDAHNYA PUJIAN AHLUSSUNNAH

Al Ustadz Dzulqarnain hafizhahullah berkata:

“Oleh karena itu, Saya bersyukur kepada Allah Ta’âlâ akan Ustadz Luqman Ba’abduh, Ustadz Askary,
dan Ustadz Ruwaifi’ hafizhahumullâh yang telah menulis pujian ulama kepada Syaikh Rabî’ sebagai
bantahan terhadap Ustadz Firanda. Demikian pula asatidzah Salafiyyin di berbagai penjuru tanah air, yang
sudah merupakan kebiasaan mereka untuk membela para ulama dalam pelajaran maupun tulisan mereka.
Semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menjadikan hal tersebut sebagai timbangan kebaikan mereka semua
pada hari kiamat.”

Reply
32. thuwailibul ilmi says:
November 14, 2013 at 14:57

semoga tetesan embun ini bisa membersihkan berbagai kerancuan pemikiran firanda dan yg sejalan
dengannya. Dan secara tulus ana katakan pembahasan ust.dzulqornain hafidzahullahu lebih ilmiah dan
lebih adil dibanding pembahasan firanda yang begitu sentimentil.nas’alullaha an yutsabitana alal huda
hatta nalqoh.

Reply
33. abu umar sulaiman says:
November 15, 2013 at 04:30
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 34/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Jazakallah khaer atas ilmu dan faidah dri bantahan ilmiah ust. Dzulqarnaen. Smg Allah memanjangkan
umur ust dan memberkahi dakwah ust. Amiin

Reply
34. hendra says:
November 15, 2013 at 14:12

Membuat bantahan seperti ini pasti menyita waktu dan pikiran masyaAllah..
Ana kira -alhamdulillah- semua bantahan ini sudah mencukupi semuanya..

Reply
35. Mamat Rohimat says:
November 18, 2013 at 15:44

saya sudah mengecek sebagian tulisan ust. firanda dan membandingkannya dengan tulisan ust.
dzulqarnain. Saya bisa menilai bahwa tulisan ust dzulqarnain lebih kuat dan lebih pantas untuk diikuti

Reply
36. ambonis says:
December 5, 2013 at 11:38

semangat trus ust dzul,,barokallahu fiik,,semoga org

Reply
37. abu hatim di polewali sulawesi barat says:
December 23, 2013 at 14:48

MasyaAllah lihat ust. firanda semakin bingung dengan tulisannya sendiri! ana ingat bahwa yang dapat
mengkritik seorang ulama adalah ulama selevelnya, apakah ust.firanda memposisikan dirinya sebagai
ulama?? seorang akan terlihat kebodohannya jika ilmu tidak bersamanya. “berhati-hatilah berbicara tanpa
ada pendahulumu”

Reply
38. Umarwoto Abu Ibrahim says:
December 25, 2013 at 05:07

Bukan kemiskinan yang aku (Nabi) takutkan tapi yg aku takutkan umatku Alloh beri/buka seluas2 dunia
yg hijau, umatku berlomba2 meraih kekayaan dunia. Hati-hatilah masalah Dana/Harta. Sudah banyak
Testimoni(cerita pengalaman hidup), Harta memang sangat mempengaruhi jiwa/raga
penerimanya/penggunanya. Hati-hatilah dalam mengambil harta Darimana harta didapat kemana harta
dibelanjakan. Mungkin karena harta/fulus/dana dari yayasan atTurots sehingga fitnah di kalangan
Ahlussunnah muter2 bagai lingkaran syaithon. Wallohu a’lam.

Reply
39. ummu muhammad says:
January 3, 2014 at 14:18

Assalamu’alaykum, pak ustadz dan saudara/iku seaqidah, mhn dengan sangat bantuannya agar bisa
menginformasikan radio dakwah salaf selain rodja yang bisa didengarkan sehari2, sebagai rujukan ilmu
lain untuk diamalkan. ana ibu rumah tangga, sering berhalangan ikut taklim. Dan manfaat yg ana rasakan
dari radio rodja sangat besar dlm mendekatkan pada sunnah sejauh ini. Ana sangat awam,sehingga tidak
mengerti biografi dari tiap2 ustadz/syaikh yg mengisi kajian, sampai skrg belum ada info yg ana temukan
dari kajian2 rodja yg menyelisihi sunnah di buku2 atau sumber ilmu lainnya yg ana miliki. Sekali lg ilmu
ana dan keluarga masih benar2 awam, sangat butuh bimbingan dari para asatidz salaf di indonesia agar
bisa tetap berilmu dan beramal yg benar. Ana yakin yg spt ana banyak, krn tdk pernah keluar rumah, jadi
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 35/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

berteman radio rodja saja sebagai pelipur lara, tp ana tahu bahwa manusia tdklah ada yang maksum,
demikian juga rodja dan para pengelolanya, hingga hrs ada referensi lainnya. Mudah2an Allah menjaga
ustadz dan ust. Firanda agar selalu di atas jalan yg lurus, dan saling support demi kepentingan dakwah di
negara kita, aamiin

Reply
40. Abu Aqila says:
January 24, 2014 at 17:23

Biarpun postingan comment terakhir tanggal 13 Nov…gpp, ana mau tetap comment juga…
Ana setuju dengan pendapat dari Abu Hasan diatas…kalau Ust. Dzulqornain berkenan lbih baik diskusi
langsung dengan ust. Firanda, dan hal ini tidak perlu dilakukan dengan diskusi terbuka…ttapi cukup
dilakukan dgan diskusi tertutup..mungkin dengan hal tersebut minimal sifat keras kepalanya ust. Firanda
dapat terkurangi karena tidak perlu utk menanggung malu kalah dalam argumentasi dalil…

Reply

Leave a Reply
Nama (Harus diisi)

Email (Tidak akan ditampilkan) (Harus diisi)

Website (Jika ada)

Submit

Silahkan centang untuk mengirimkan komentar

Kegiatan

Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1438 H – Maros

Tabligh Akbar: Fiqih Pembatal-Pembatal Puasa Kontemporer – Makassar

Tabligh Akbar: Menyambut Ramadhan dengan Bekal Ilmu dan Taqwa – Bulukumba
http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 36/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Tabligh Akbar: Merajut Harmonisasi Pemerintah dan Rakyat – Pare-Pare

Kajian Intensif: Bijak dalam Beragama – Banyumas

Ikuti Kami di Facebook & Twitter

Like Elvi Rahmi and 414k others like this.

Tweet

Intisari Tauhid

MASUK SURGA DAN MASUK NERAKA KARENA SEEKOR LALAT

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


Info Terbaru

Kajian Rutin Ba'da Maghrib di Mahad As-Sunnah


Makassar: Senin (Kitab Bulughul Maram), Rabu
(Tafsir Surah Al-Baqarah). Live di dzulqarnain.net

Berlangganan Artikel via Email

Tuliskan email anda disini


Catatan : Setelah melewati proses diatas, silahkan klik link aktivasi di email Anda untuk bisa mendapatkan
update artikel dari Dzulqarnain.Net

Radio An-Nashihah 1

0:00

Radio An-Nashihah 2

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 37/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

0:00

Statistik Radio

Radio Online An-Nashihah

Statistik Radio Online An-Nashihah

Status : ONLINE @ 24 kbps


Pendengar: 7 dari 999 (Terbanyak: 109)
Rata-rata waktu dengar: 1h 56m 32s
Stream Title: Radio An Nashihah FM

Siaran saat ini

Radio An Nashihah 88 2 FM Sakinah dengan Sunnah

Website Ulama

Lembaga Fatwa Saudi Arabia


Syaikh Abdul Aziz Bin Baz
Syaikh Ibnu 'Utsaimin
Syaikh Nashiruddin Al-Albany
Syaikh Muqbil
Syaikh Ahmad An-Najmy
Syaikh Rabi' Al-Madkhali
Syaikh Shalih Fauzan
Syaikh Zaid Al-Madkhaly
Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihy
Ulama Yaman

Artikel Terbaru

Agar Engkau Bertemu dengan Keluarga di Surga


[Audio] Khutbah Idul Fithri 1438 H – Idul Fithri sebagai Momen Menjaga Keutuhan Negeri – Maros
Idul Fithri sebagai Momen Menjaga Keutuhan Negeri [Khutbah Idul Fithri 1438 H]
Husnul Khatimah dan Akhir Ramadhan
Telah Datang Sepuluh Malam Terakhir

Komentar Terbaru

Zulfikar on Telah Datang Sepuluh Malam Terakhir


humaira on [Audio] Sebab-Sebab Kecintaan Allah kepada Hamba – Denpasar
benny ibrohim on Rahasia antara Hamba dan Rabbnya
rahmatramadan on [Audio] Kuliah Mafatihul ‘Ilm: Keutamaan Islam – Makassar
Farah on Semua Kekuasaan akan Tumbang, kecuali Kekuasaan Allah (Renungan Tafsir Ali Imran: 26)

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 38/39
7/11/2017 Dzulqarnain.Net » Membela Dakwah Salafiyah dan Ulama Umat dari Kenistaan Pemikiran Firanda (Bagian Kedua) – Dosa Firanda terhadap Ilm…

Terbanyak dilihat

Dalil-dalil Tentang Kewajiban dan Keutamaan Puasa Ramadhan (Dibaca 213,701 kali)
Beberapa Amalan yang Dianjurkan pada Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan (Dibaca 41,715 kali)
Hukum Menerima Pemberian dari Harta Haram (Dibaca 36,972 kali)
Siapa Bilang Tidak ada Larangan Memberi Salam Natal? (Dibaca 34,484 kali)
Katalog Karya (Dibaca 33,630 kali)

© 1434 H / 2013 Dzulqarnain.Net · Developed by Abu Fudhail Ulla · Powered by WordPress

http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-kedua-dosa-firanda-terhadap-ilmu-dan-… 39/39

Anda mungkin juga menyukai