Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : Winda Widya Sari, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Hardi Putra Wijaya Zebua


NIM : 3233131052
Kelas : B’ 2023

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KASUS:
Dalam video tersebut prince Ea menggugat tentang sistem persekolahan yang pada saat
ini/modern tidak memenuhi tugas sebagai pendidik karena sistem persekolahan modern
mengajarkan hal yang seragam dan tidak berdasarkan pada minat dan bakat dan seorang
pelajar itu sendiri. Dalam video ini Prince Ea berbagi inspirasi untuk pemimpin pendidikan
atau kepala sekolah dan perwakilan dari sekolah untuk meningkatkan segala yang tertinggal
pada dunia pendidikan sekolah seperti sarana dan prasarana, kurikulum, materi pembelajaran,
praktek, teknologi yang digunakan untuk meniru dan merubah ke pendidikan yang sudah
maju di luar negeri sana untuk mengarahkan pembelajaran masa depan yang lebih baik.
Dalam kasus ini juga terjadi di indonesia dimana sistem persekolahan masih menetapkan
keseragaman belajar padahal setiap murid memiliki kemampuan berbeda beda pada akademik
maupun non-akademik. Menurut anda apakah sistem persekolahan tersebut efektif untuk
pelajar dalam mencapai tujuan akhimya? Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan ini
dalam sistem pembelajaran modern? Bagaimana alternatif lain yang dapat digunakan untuk
mengganti sistem tersebut?

KAJIAN KASUS:
Pada kasus ini dipaparkan tentang sistem persekolahan modern yang tidak dapat dijadikan
acuan pembelajaran setiap pelajar karena setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda.
Oleh karena itu sistem persekolahan seharusnya menggunakan metode pembelajaran baru
yang yang tidak terlalu kaku dan formal. Pada pemaparan prince Ea saya mendapat suatu
pembahasan dimana Prince Ea menerapkan Aliran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme yaitu
aliran ini memfokuskan pada pengalaman pengalaman individu, Eksistensialisme memberi
individu suatu jalan berpikir mengenai kehidupan, apa maknanya bagi saya, apa yang benar
untuk saya. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas
pengalaman manusia dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema
rasional untuk hakikat manusia atau realitas. Eksistensialisme merupakan filsafat yang
memandang segala gejala berpangkal pada eksistensi

Eksistensi adalah cara manusia berada di dunia. Pusat perhatian ini ada pada manusia
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan.
Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan
suatu potensi untuk suatu tindakan. Pada pendidikan eksistensialisme sebagai filsafat, sangat
menekankan individualitas dan pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang
sebagai makhluk unik, dan secara unik pula ia bertanggung jawab pada nasibnya. Dalam
hubungannya dengan pendidikan, Sikun Pribadi (1971) mengemukakan bahwa
eksistensialisme berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan
satu dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup, hubungan
antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan (kemerdekaan). Pusat pembicaraan
eksistensialisme adalah keberadaan, manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh
manusia. Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki
kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam
menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum.

ALTERNATIF PENYELESAIAN:

Untuk menyelesaikan kasus ini perlu adanya perubahan kurikulum pada pengajaran sekolah-
sekolah yang belum menerapkan sistem ini seperti sekolah di luar sana yang sudah maju
dalam pendidikan. Peran pemimpin sekolah dan guru guru tenaga pengajar sangat berperan
penting dalam mengatasi kasus ini. Para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa
memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka
menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan keyakinan
banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh melakukan apa saja yang mereka sukai:
logika menunjukkan bahwa kebebasan memiliki aturan, dan rasa hormat akan kebebasan
orang lain itu penting. Guru menanyakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan
mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk memilih alternatif-alternatif,
sehingga siswa akan melihat, bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih
oleh manusia. Lebih dari itu, siswa harus menjadi faktor dalam suatu drama belajar, bukan
penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya. Power (1982) mengemukakan beberapa
implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan

2) Status siswa

Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.

3) Kurikulum

Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum liberal merupakan landasan


bagi kebebasan manusia. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan memiliki aturan. Di
sekolah diajarkan ke semua tentang “ RESPEK ( rasa hormat ) ” dalam pendidikan sosial.
Kebebasan dapat menimbulkan konflik karena respek terhadap kebebasan bagi yang lainnya
adalah esensial.

4) Peranan guru

Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin guru pada hari ini, besok
lusa mungkin menjadi murid.

5) Metode

Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai
harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.

Anda mungkin juga menyukai