RESUME 5 Lip 5
RESUME 5 Lip 5
TRANSMISI KEBUDAYAAN
Transmisi kebudayaan merupakan penerusan kebudayaan dari generasi ke generasi atau dapat
juga disebut kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun kepada anak, cucu cicit
(keturunannya). Namun, kebudayaan ini tidak hanya pada keturunannya saja, dapat juga
diturunkan kepada anggota masyarakat lain yang ingin mempelajari dan mendalami suatu
kebudayaan itu sendiri.
Unsur-unsur kebudayaan yang ditransmisi menurut (Tilaar, 2002, p. 54) yaitu nilai-nilai
kebudayaan, adat istiadat dan pandangan hidup yang dijadikan pegangan pada sebuah kelompok
masyarakat. Proses transimisi kebudayaan meliputi imitasi, identifikasi, dan sosialisasi (berkaitan
mengenai cara mentransmisikan kebudayaan tersebut). Proses transmisi tentunya diperlukan
bimbingan dan role-model atau figur yang akan dicontoh, peran seorang figur tentunya sangat
penting untuk menunjang keberhasilan prosesnya.
Pendidikan ini berlangsung sepanjang masa (long life education) berlangsung secara terus
menerus sejak seseorang dilahirkan ke dunia sampai ia meninggal dunia, baik pendidikan yang
dilakukan pada pendidikan formal, non formal maupun pendidikan informal. Pendidikan ini
bertujuan untuk membentuk kedewasaan individu untuk mempertanggung jawabkan pilihan dan
perbuatannya sendiri.
Semakin meningkatnya kedewasaan seseorang, maka semakin meningkat pula tantangan serta
tuntutan yang harus ia hadapi. Maka dari itu pendidikan yang diperoleh menjadi lebih terstruktur,
tertata baik itu lembaga persekolahan ataupun kursus-kursus diluar sekolah. Pendidikan ini juga
bertujuan untuk menyiapkan individu untuk berinteraksi sosial budaya, menyesuaikan diri
dengan lingkungan maupun masyarakat sekitar serta melestarikan lingkungan serta kebudayaan
yang ada.
Implikasi dari pendidikan di atas menurut (Buska & Prihartini, 2019, p. 46) yaitu :
1. Selalu adanya keterlibatan dan interaksi sosial budaya antara guru dengan siswa dalam
sebuah pendidikan.
2. Usaha yang dilakukan dengan sadar dan didalamnya memiliki pesan (tujuan dan bahan)
yang dijadikan acuan atau pedoman, proses atau Langkah- langkah yang ditempuh.
Kondisi lingkungannya diketahui untuk mengetahui seberapa jauh proses pesan yang
tersampaikan dan terwujud dalam diri siswa.
3. Seluruh dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik dijadikan acuan sebagai tercapainya
tujuan pendidikan.
4. Pendidikan dilihat melalui dua aspek: aspek mikro yang terdiri dari interaksi siswa
dengan guru dan aspek makro yang terdiri dari konteks efektifitas dan efisiensi.
Dalam arti luas, pendidikan mencakup proses pendewasaan seseorang untuk bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, pilihannya, kemampuannya, serta pemecahan masalahnya. Karakter,
sikap dan pikiran seseorang dapat berkembang menjadi lebih baik dan maju melalui sebuah
proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut yang membuat seseorang lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan serta memiliki cara berfikir untuk melestarikan kebudayaan yang telah
dimiliki nenek moyangnya.
Dalam arti sempit, pendidikan merupakan proses untuk mentransfer ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dilaksanakan secara sistematis dalam sebuah sistem kelembagaan
yaitu sekolah.
Kebudayaan dan pendidikan merupakan media transmisi budaya atau tempat untuk pewarisan
nilai-nilai budaya. Salah satu tempat untuk transmisi budaya yaitu pendidikan formal atau
sekolah. Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal atau informal contohnya tempat
ibadah, keluarga, lingkungan masyarakat, media masa juga mampu dianggap sebagai media
transmisi sosial budaya (Hasibuan et al., 2021, p. 78).
Menelaah pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan salah satu media
transmisi budaya. Maka dari itu pendidikan harus meninjau ruang lingkup kajian antropologi
yang mengisyaratkan bahwa pentingnya kerjasama antara antropolog dengan para perancang
kurikulum pendidikan untuk memasukkan kebudayaan didalam sebuah materi yang akan
diajarkan di sekolah.
Misi pendidikan yang akan dimasukkan kedalam kurikulum sekolah haruslah terdapat misi-misi
kebudayaan yang menjadikan kebudayaan sebagai tiang dari setiap sikap yang dimiliki oleh
seseorang.
Keberlangsungan proses transmisi dan transformasi budaya secara turun temurun yaitu dengan
melalui pendidikan. Tentunya, melalui pendidikan pula kebudayaan dapat bertahan atau punah,
kebudayaan dapat terganti, hingga kebudayaan yang mampu berkolaborasi dengan kebudayaan
lain. Pendidikan selalu menjadi mediator terbaik dalam setiap prosesnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buska, W., & Prihartini, Y. (2019). Pendidikan Sebagai Proses Transmisi Sosial Budaya.
Nazharat: Jurnal Kebudayaan, 25(1), 37–52. https://doi.org/10.30631/nazharat.v25i1.12
Hasan, M., Harahap, T. K., & Inanna. (n.d.). Landasan Pendidikan (M. Hasan (ed.); Cetakan pe,
pp. 1– 241). Tahta Media Group. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=X5RCEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq
=pengertian+pendidikan&ots=7kSf7uGHNR&sig=ZX5BcOauDdj55mdKk4B3oJiW_nk&redi
r_esc=y#v=onepage&q=pengertian pendidikan&f=false
Hasibuan, L., Anwar, K., & Nazirwan, U. (2021). Pendidikan dan Perubahan Kebudayaan
Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi Pendidikan. Jurnal Literasiologi, 5(2), 6.
Muhammad Farid Abbad. (2021). Otoritas , Nilai Dan Transmisi Pengetahuan Islamic Boarding
Schools and Social Change : Culture , Authority , Values and Knowledge Transmission. ASNA:
Jurnal Kependidikan Islam Dan Keagamaan, 3(1), 1–12.
Sainul, A. (2018). Konsep Keluarga Harmonis Dalam Islam. Jurnal Al-Maqasid, 4(1), 86–98.
Sari, M., & Asmendri. (2018). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan IPA,
2(1), 15. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/1555/1159
Setiadi, E. M., Hakam, K. A., & Effendi, R. (2017). Ilmu sosial dan budaya dasar (Suwito (ed.);
Edisi ke 3). KENCANA.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=RcNoDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq
=sosial+budaya+menurut+para+ahli&ots=DUyWqeEQ8q&sig=9XYoqmd_GpOSEEnEpFs
mKbjx-2E&redir_esc=y#v=onepage&q=sosial budaya menurut para ahli&f=false
Tilaar. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia (Mukhlis (ed.);
Cetakan ke). PT Remaja Rosdakarya.
Widyastuti, M., Program, D., Pendidikan, S., Inggris, B., & Inggris, F. B. (2021). Peran
Kebudayaan Dalam Dunia Pendidikan THE ROLE OF CULTURE IN THE WORLD OF
EDUCATION. 1(1), 54–64.
wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola, dan wujud benda hasil karya manusia.
Wujud ini ada dalam pikiran anggota-anggota masyarakat atau Dalam masyarakat
seringkali wujud ideal kebudayaan ini dinamakan adat tata kelakuan atau adat Wujud ideal ini
berbentuk nilai, hukum, peraturan-peraturan. Nilai adalah bentuknya yang paling abstrak dan
luas cakupannya sedangkan aturan sopan santun adalah yang paling konkrit dan sempit ruang
lingkupnya.
Wujud kebudayaan ideal menurut Koentjaraningrat ini merupakan sistem gagasan dan
norma-norma atau ideologi yang dapat bermakna sebagai sebuah sistem gagasan yang saling
berhubungan yang dianut oleh sebuah kelompok sosial atau masyarakat yang mencerminkan,
kemasyarakatan, moral, keagamaan, politik, dan ekonominya yang khusus. Ideologi tersebut
berfungsi sebagai pembenaran logis dan filosofis dari pola tingkah laku kelompok atau anggota-
anggota suatu masyarakat, dan juga kepercayaan dan tujuan kemasyarakatan. Unsur-unsur dari
ideologi tersebut cenderung dianggap sebagai kebenaran atau dogma, bukan hanya sebagai
formulasi-formulasi filsafah dan teori yang bersifat tentatif. Oleh karena itu, ideologi atau adat
Wujud ini adalah tingkah laku nyata yang berpola yang dapat diamati dalm aktivitas-
sistem sosial yang secara konkrit dapat diamati, didokumentasi, dan difilmkan.
Wujud ini berupa hasil karya anggota-anggota suatu masyarakat dan semua benda-benda yang
Penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi sering ditemui istilah-istilah yang sering
dipakai secara bergantian, tumpang tindih, dan secara khusus. Istilah-istilah tersebut adalah
1. Enculturation (Pembudayaan)
2. Socialization (Permasyarakatan)
Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup, bermula sejak lahir hingga
mati. Proses sosialisasi itu terjadi dalam kelompok atau institusi sosial di dalam
masyarakat.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role
theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu (Anonim, 2012).
1. Menurut Herskovits:
a. Sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu kedalam sebuah kelompok sosial,
enkulturasi merujuk kepada proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup sebagai
anggota kelompok.
Jadi, untuk dapat mengintegrasikan diri sebagai anggota kelompok masyarakat diperlukan
c. Sosialisasi sering dipakai oleh sosiolog dan psikolog, sedangkan enkulturasi sering
dipakai antropolog. Namun keduanya mengacu pada fenomena yang sama yaitu proses
penyampaian kompetensi budaya supaya dapat hidup sebagai anggota suatu masyarakat.
b. Gillin, Sosialisasi merupakan proses yang membawa individu dapat menjadi anggota
yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar
untuk dapat berfungsi sebagai anggota suatu masyarakat yang mendukung suatu kebudayaan.
Pendidikan terbagi atas pendidikan formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal adalah
sistem pendidikan yang disusun secara hirarkis dan berjenjang secara kronologi mulai dari
sekolah dasar sampai ke universitas
Pendidikan informal adalah pendidikan seumur hidup yang memungkinkan individu memperoleh
sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, dan pengaruh-pengaruh serta sumber-sumber
yang ada dilingkungannya dari keluarga, tetangga, dari bekerja dan bermain dari pasar, dari
perpustakaan dan media massa.(learning by doing)
Pendidikan non-formal memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan individual
suatu masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan
anak-anaknya dari pekerjaan produktif menolong orang tua, perhatikan dari kelompok-kelompok
tertentu dalam mengawasi penguasaan pengetahuan dari ketarampilan tertentu dan dalam
masyarakat dan kelestarian pengetahuan. Kebudayaan di dalam suatu masyarakat atau bangsa
4. Dapat menciptakan suasana tertib dan memberikan motivasi kepada para anggotanya
1. Pendidikan dalam masyarakat tanpa aksara. Pendidikan dalam masyarakat ini ditandai oleh
proses belajar yang bersifat informal dalam keluarga dan hubungan-hubungan yang tersusun
keterampilan ekonomi dan perkenalan perilaku sosial yang benar. Pada tahap ini peran siswa
dan guru ditentukan semata-mata atas dasar kriteria yang bersifat askriptif. Siswa dan guru
dibedakan karena umur dan apa yang mereka pelajari ditentukan oleh jenis kelaminnya.
Anak-anak adalah siswa karena umur mereka sedangkan orang tua adalah guru karena
mereka telah dewasa dan spesialisasi yang dimilikinya juga ditentukan oleh jenis kelaminnya,
pengetahuan atau keterampilannya. Pada tahap ini umur dan jenis kelamin merupakan
penentu siapa yang menjadi siswa. Perhatian terhadap pembawaan merupakan hal yang
menentukan siapa yang bisa menjadi pengajar, untuk itu diberikan pelatihan-pelatihan untuk
memiliki kemampuan lebih dari pada orang biasa. Dengan demikian spesialisasi sebagai
pengajar dengan tanggung jawab mengajar yang lebih besar sebagai pendidik lebih
berkembang.
3. Ketika masyarakat sudah makin terdiferensiasi dan masalah seleksi sosial semakin besar,
keluarga atau kelompok tertentu dalam masyarakat memperoleh kekuasaan yang lebih besar
atau keuntungan ekonomi yang besar, dan pendidikan formal mulai tidak menjadi hak semua
anggota masyarakat. Pendidikan mulai terlihat sebagai institusi yang dikaitkan kepada
sekelompok yang relatif kecil yang memegang kekuasaan politik, ekonomi, atau agama.
Kondisi ini sesuai dengan konsep diferensiasi karen kelompok-kelompok yang ada dipusat
proses diferensiasi masyarakat dalam bidang ekonomi, politik , dan budaya adalah kelomok
yang paling merasa perlu membangun institusi pendidikan untuk menanamkan sikap dan
nilai, serta memberikan keterampilan yang diperlukan guna memelihara, menyesuaikan, dan
Kriteria untuk menentukan siapa yang akan menjadi siswa didasarkan kepada askripsi
terutama dalam bentuk pertalian kelas. Sedangkan kriteria untuk menentukan guru berhubungan
erat dengan tingkat intelegensi atau bakat dan guru diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih
tinggi. Guru mempunyai peran sebagai sumber ilmu tentang hidup, bukan sebagai spesialis
dalam sebuah cabang ilmu pengetahuan, terutama disekolah dasar dan menengah.
4. Merupakan tahap yang paling maju terlihat hubungan antara pendidikan dan masyarakat yang
kerja, dan spesialisasi peran menjadi ciri yang utama dari masyarakat. Para pendidik sering
menyatakan bahwa tingkatan dan masalah pendidik yang banyak disupervisi yang diajar oleh
berbagai spesialis yang memegang peranan penting dalam memajukan industrialisasi dan
dalam menanamkan nilai-nilai modren. Tahap ini memberikan beban yang besar kepada
sekolah dalam membentuk pendidikan masal, persiapan bagi bermacam pekerjaan dan seleksi
sosial.
berikut:
Pendidikan masal telah menjadi tujuan setiap bangsa. Meskipun diberbagai masyarakat
bangsa, persekolahan yang bersifat universal masih merupakan tujuan yang belum terpenuhi,
namun dalam masyarakat yang paling kurang maju pun pendidikan dasar telah diberikan kepada
sejumlah besar anak-anak. Peningkatan pemusatan sistem pendidikan dan perubahan sosial
ekonomi yang direncanakan terlihat dalam beberapa hal. Sementara kemajuan yang telah dibuat
kearah kehidupan modern, pencapaian atau keberhasilan pendidikan makin terus dikaitkan
dengan prestise sosial dan status pekerjaan. Dalam masyarakat masa kini pendidikan formal
kelihatannya menjadi faktor utama bagi mobilitas sosial dalam satu dan antar generasi.
Fungsi sosial dari persekolahan dalam masyarakat modern adalah sebagai berikut:
3. Indoktrinasi (Indoctrination)
4. Pendidikan (Education)
2. Keterampilan (Skills)
4. Sertifikasi (Sertification)
DAFTAR PUSTAKA
Dounald,Jerry. 2012. Budaya sebagai Sistem Gagasan. Online.
http://jerry.blog.stisitelkom.ac.id/2012/06/19/budaya-sebagai-sistem-gagasan/, diakses
01 Oktober 2015.
Widyanto,Putu.2012.ProsesSosialisasi.Online.
http://putuwidyanto.wordpress.com/2012/06/08/proses-sosialisasi/, diakses 01 Oktober
2015.