Anda di halaman 1dari 12

RESUME:TRANSMISI BUDAYA DAN PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN

KHAIRINA MAYARNI NST


22177007

TRANSMISI KEBUDAYAAN

Transmisi kebudayaan merupakan penerusan kebudayaan dari generasi ke generasi atau dapat
juga disebut kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun kepada anak, cucu cicit
(keturunannya). Namun, kebudayaan ini tidak hanya pada keturunannya saja, dapat juga
diturunkan kepada anggota masyarakat lain yang ingin mempelajari dan mendalami suatu
kebudayaan itu sendiri.

Unsur-unsur kebudayaan yang ditransmisi menurut (Tilaar, 2002, p. 54) yaitu nilai-nilai
kebudayaan, adat istiadat dan pandangan hidup yang dijadikan pegangan pada sebuah kelompok
masyarakat. Proses transimisi kebudayaan meliputi imitasi, identifikasi, dan sosialisasi (berkaitan
mengenai cara mentransmisikan kebudayaan tersebut). Proses transmisi tentunya diperlukan
bimbingan dan role-model atau figur yang akan dicontoh, peran seorang figur tentunya sangat
penting untuk menunjang keberhasilan prosesnya.

PENDIDIKAN SEBAGAI MEDIA TRANSMISI KEBUDAYAAN

Pendidikan merupakan proses komunikasi didalamnya mengandung ilmu pengetahuan, nilai-


nilai, keterampilan-keterampilan, sikap dan perilaku manusia baik yang berlangsung didalam
lingkungan sekolah, diluar sekolah, didalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat sekitar (Hasan et al., n.d., p. 2).

Pendidikan ini berlangsung sepanjang masa (long life education) berlangsung secara terus
menerus sejak seseorang dilahirkan ke dunia sampai ia meninggal dunia, baik pendidikan yang
dilakukan pada pendidikan formal, non formal maupun pendidikan informal. Pendidikan ini
bertujuan untuk membentuk kedewasaan individu untuk mempertanggung jawabkan pilihan dan
perbuatannya sendiri.

Semakin meningkatnya kedewasaan seseorang, maka semakin meningkat pula tantangan serta
tuntutan yang harus ia hadapi. Maka dari itu pendidikan yang diperoleh menjadi lebih terstruktur,
tertata baik itu lembaga persekolahan ataupun kursus-kursus diluar sekolah. Pendidikan ini juga
bertujuan untuk menyiapkan individu untuk berinteraksi sosial budaya, menyesuaikan diri
dengan lingkungan maupun masyarakat sekitar serta melestarikan lingkungan serta kebudayaan
yang ada.

Implikasi dari pendidikan di atas menurut (Buska & Prihartini, 2019, p. 46) yaitu :

1. Selalu adanya keterlibatan dan interaksi sosial budaya antara guru dengan siswa dalam
sebuah pendidikan.
2. Usaha yang dilakukan dengan sadar dan didalamnya memiliki pesan (tujuan dan bahan)
yang dijadikan acuan atau pedoman, proses atau Langkah- langkah yang ditempuh.
Kondisi lingkungannya diketahui untuk mengetahui seberapa jauh proses pesan yang
tersampaikan dan terwujud dalam diri siswa.
3. Seluruh dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik dijadikan acuan sebagai tercapainya
tujuan pendidikan.
4. Pendidikan dilihat melalui dua aspek: aspek mikro yang terdiri dari interaksi siswa
dengan guru dan aspek makro yang terdiri dari konteks efektifitas dan efisiensi.

Dalam arti luas, pendidikan mencakup proses pendewasaan seseorang untuk bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, pilihannya, kemampuannya, serta pemecahan masalahnya. Karakter,
sikap dan pikiran seseorang dapat berkembang menjadi lebih baik dan maju melalui sebuah
proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut yang membuat seseorang lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan serta memiliki cara berfikir untuk melestarikan kebudayaan yang telah
dimiliki nenek moyangnya.

Dalam arti sempit, pendidikan merupakan proses untuk mentransfer ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dilaksanakan secara sistematis dalam sebuah sistem kelembagaan
yaitu sekolah.
Kebudayaan dan pendidikan merupakan media transmisi budaya atau tempat untuk pewarisan
nilai-nilai budaya. Salah satu tempat untuk transmisi budaya yaitu pendidikan formal atau
sekolah. Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal atau informal contohnya tempat
ibadah, keluarga, lingkungan masyarakat, media masa juga mampu dianggap sebagai media
transmisi sosial budaya (Hasibuan et al., 2021, p. 78).

Menelaah pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan salah satu media
transmisi budaya. Maka dari itu pendidikan harus meninjau ruang lingkup kajian antropologi
yang mengisyaratkan bahwa pentingnya kerjasama antara antropolog dengan para perancang
kurikulum pendidikan untuk memasukkan kebudayaan didalam sebuah materi yang akan
diajarkan di sekolah.

Misi pendidikan yang akan dimasukkan kedalam kurikulum sekolah haruslah terdapat misi-misi
kebudayaan yang menjadikan kebudayaan sebagai tiang dari setiap sikap yang dimiliki oleh
seseorang.

Keberlangsungan proses transmisi dan transformasi budaya secara turun temurun yaitu dengan
melalui pendidikan. Tentunya, melalui pendidikan pula kebudayaan dapat bertahan atau punah,
kebudayaan dapat terganti, hingga kebudayaan yang mampu berkolaborasi dengan kebudayaan
lain. Pendidikan selalu menjadi mediator terbaik dalam setiap prosesnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buska, W., & Prihartini, Y. (2019). Pendidikan Sebagai Proses Transmisi Sosial Budaya.
Nazharat: Jurnal Kebudayaan, 25(1), 37–52. https://doi.org/10.30631/nazharat.v25i1.12

Geertz, C. (1977). The Interpretation Of Cultures (Basic Books Classics).


http://www.amazon.com/Interpretation-Cultures-Basic-Books-Classics/dp/0465097197
Hadirman. (2021). Sinergitas Budaya Dan Pendidikan Islam Dalam Pembentukkan Karakter
Bangsa.
Katoba: Jurnal Pendidikan, Sosial, Budaya, Dan Agama, 1(1), 1–10.

Hasan, M., Harahap, T. K., & Inanna. (n.d.). Landasan Pendidikan (M. Hasan (ed.); Cetakan pe,
pp. 1– 241). Tahta Media Group. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=X5RCEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq
=pengertian+pendidikan&ots=7kSf7uGHNR&sig=ZX5BcOauDdj55mdKk4B3oJiW_nk&redi
r_esc=y#v=onepage&q=pengertian pendidikan&f=false

Hasibuan, L., Anwar, K., & Nazirwan, U. (2021). Pendidikan dan Perubahan Kebudayaan
Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi Pendidikan. Jurnal Literasiologi, 5(2), 6.

Muhammad Farid Abbad. (2021). Otoritas , Nilai Dan Transmisi Pengetahuan Islamic Boarding
Schools and Social Change : Culture , Authority , Values and Knowledge Transmission. ASNA:
Jurnal Kependidikan Islam Dan Keagamaan, 3(1), 1–12.

N. Hashim, A. J. et all. (2019). PENGANTAR ANTROPOLOGI Sebuah Ikhtisar Mengenal


Antropologi
(T. A. Creative (ed.)). CV Anugerah Utama Raharja.

Sainul, A. (2018). Konsep Keluarga Harmonis Dalam Islam. Jurnal Al-Maqasid, 4(1), 86–98.

Sari, M., & Asmendri. (2018). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan IPA,
2(1), 15. https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/1555/1159

Setiadi, E. M., Hakam, K. A., & Effendi, R. (2017). Ilmu sosial dan budaya dasar (Suwito (ed.);
Edisi ke 3). KENCANA.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=RcNoDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq
=sosial+budaya+menurut+para+ahli&ots=DUyWqeEQ8q&sig=9XYoqmd_GpOSEEnEpFs
mKbjx-2E&redir_esc=y#v=onepage&q=sosial budaya menurut para ahli&f=false

Tilaar. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia (Mukhlis (ed.);
Cetakan ke). PT Remaja Rosdakarya.
Widyastuti, M., Program, D., Pendidikan, S., Inggris, B., & Inggris, F. B. (2021). Peran
Kebudayaan Dalam Dunia Pendidikan THE ROLE OF CULTURE IN THE WORLD OF
EDUCATION. 1(1), 54–64.

A.KEBUDAYAAN DAN SUB BUDAYA


Koentjaraningrat mengemukakan adanya tiga wujud kebudayaan yaitu wujud kompleks ide-ide,

wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola, dan wujud benda hasil karya manusia.

1. Wujud kompleks ide-ide

Wujud ini ada dalam pikiran anggota-anggota masyarakat atau Dalam masyarakat

seringkali wujud ideal kebudayaan ini dinamakan adat tata kelakuan atau adat Wujud ideal ini

berbentuk nilai, hukum, peraturan-peraturan. Nilai adalah bentuknya yang paling abstrak dan

luas cakupannya sedangkan aturan sopan santun adalah yang paling konkrit dan sempit ruang

lingkupnya.

Wujud kebudayaan ideal menurut Koentjaraningrat ini merupakan sistem gagasan dan

norma-norma atau ideologi yang dapat bermakna sebagai sebuah sistem gagasan yang saling

berhubungan yang dianut oleh sebuah kelompok sosial atau masyarakat yang mencerminkan,

merasionalisasikan, dan mempertahankan kepentingan dan komitmen institusional

kemasyarakatan, moral, keagamaan, politik, dan ekonominya yang khusus. Ideologi tersebut

berfungsi sebagai pembenaran logis dan filosofis dari pola tingkah laku kelompok atau anggota-

anggota suatu masyarakat, dan juga kepercayaan dan tujuan kemasyarakatan. Unsur-unsur dari

ideologi tersebut cenderung dianggap sebagai kebenaran atau dogma, bukan hanya sebagai

formulasi-formulasi filsafah dan teori yang bersifat tentatif. Oleh karena itu, ideologi atau adat

seringkali sangat mengikat.

2. Wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola

Wujud ini adalah tingkah laku nyata yang berpola yang dapat diamati dalm aktivitas-

aktivitas anggota-anggota masyarakat yang berintekrasi, berhubungan, dan bergaul berdasarkan


tuntutan nilai, norma, peraturan, atau adat istiadat tertentu. Kelakuan berpola ini dinamakan

sistem sosial yang secara konkrit dapat diamati, didokumentasi, dan difilmkan.

3. Wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud ini berupa hasil karya anggota-anggota suatu masyarakat dan semua benda-benda yang

mempunyai makna dalam kehidupan suatu kelompok atau suatu masyarakat

TRANSMISI BUDAYA DAN PENDIDIKAN

Transmisi budaya adalah penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya.

Penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi sering ditemui istilah-istilah yang sering

dipakai secara bergantian, tumpang tindih, dan secara khusus. Istilah-istilah tersebut adalah

enculturation, socialization, education, dan schooling. Secara sederhana dapat diterjemahkan

dengan pembudayaan, permasyarakatan, pendidikan dan persekolahan

1. Enculturation (Pembudayaan)

Herskovits pertama sekali menggunakan konsep enculturation, dia menyamakan enculturation


dengan socialization. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-
peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Bachtiar, 2011). Yang dilakukan secara terus
menerus dan sepanjang umur Hasilnya adalah “biocultural behavior” atau tingkah laku
kehidupan yang berbudaya.

2. Socialization (Permasyarakatan)

Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup, bermula sejak lahir hingga
mati. Proses sosialisasi itu terjadi dalam kelompok atau institusi sosial di dalam
masyarakat.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role
theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu (Anonim, 2012).

Persamaan konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi, adalah sebagai berikut:

1. Menurut Herskovits:
a. Sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu kedalam sebuah kelompok sosial,

sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu memperoleh

kompetensi dalam kebudayaan kelompok.

b. Sosialisasi merujuk kepada proses pengintegrasian kedalam kelompok, sedangkan

enkulturasi merujuk kepada proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup sebagai

anggota kelompok.

Jadi, untuk dapat mengintegrasikan diri sebagai anggota kelompok masyarakat diperlukan

berbagai kompetensi budaya. Sosialisasi merupakan sinonim dari enkulturasi.

c. Sosialisasi sering dipakai oleh sosiolog dan psikolog, sedangkan enkulturasi sering

dipakai antropolog. Namun keduanya mengacu pada fenomena yang sama yaitu proses

penyampaian kompetensi budaya supaya dapat hidup sebagai anggota suatu masyarakat.

2. Hansen dan Gillin

a. Hansen, Enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku,

pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa

dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi,

ideologi dan sikap-sikap.

b. Gillin, Sosialisasi merupakan proses yang membawa individu dapat menjadi anggota

yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar

kelompok, mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok, mengamalkan tradisi kelompok,

dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk

mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman sekelompoknya.


Pada kedua definisi ini, terkandung unsur-unsur nilai, pola bertingkah laku, dan

keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang diperlukan oleh seorang individu

untuk dapat berfungsi sebagai anggota suatu masyarakat yang mendukung suatu kebudayaan.

3. Education dan Schooling (Pendidikan dan persekolahan)

Bagi Herskovits, pendidikan (education) adalah “directed learning” dan persekolahan


(schooling) adalah “formalized learning”. Menurut Hansen pendidikan adalah sub bagian dari
enkulturasi: usaha yang disengaja dan bersifat sistematis untuk menyampaikan keterampilan-
keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan berpikir dan bertingkah laku yang dituntut harus
dimiliki oleh para pelajar sebagai anggota baru. Sedangkan persekolahan merupakan pendidikan
yang dilembagakan.

Pendidikan terbagi atas pendidikan formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal adalah
sistem pendidikan yang disusun secara hirarkis dan berjenjang secara kronologi mulai dari
sekolah dasar sampai ke universitas

Pendidikan informal adalah pendidikan seumur hidup yang memungkinkan individu memperoleh
sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, dan pengaruh-pengaruh serta sumber-sumber
yang ada dilingkungannya dari keluarga, tetangga, dari bekerja dan bermain dari pasar, dari
perpustakaan dan media massa.(learning by doing)

Pendidikan non-formal memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan individual

dan kemampuan-kemampuan dalam pekerjaan.

A. Perkembangan Institusi Pendidikan

Perkembangan persekolahan tergantung kepada faktor-faktor, antara lain kemampuan

suatu masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan
anak-anaknya dari pekerjaan produktif menolong orang tua, perhatikan dari kelompok-kelompok

tertentu dalam mengawasi penguasaan pengetahuan dari ketarampilan tertentu dan dalam

memberi kesempatan kepada generasi muda menguasainya untuk menjamin kesinambungan

masyarakat dan kelestarian pengetahuan. Kebudayaan di dalam suatu masyarakat atau bangsa

memiliki arti dan fungsi tersendiri bagi anggotanya, antara lain:

1. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tertentu manusia.

2. Memproduksi dan mendistribusikan barang-barang dan jasa.

3. Menjamin kelestarian biologis .

4. Dapat menciptakan suasana tertib dan memberikan motivasi kepada para anggotanya

untuk bertahan hidup.

ada 4 tahap perkembangan pendidikan dan hubungannya dengan perkembangan

masyarakat yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan dalam masyarakat tanpa aksara. Pendidikan dalam masyarakat ini ditandai oleh

proses belajar yang bersifat informal dalam keluarga dan hubungan-hubungan yang tersusun

antara satu generasi dengan generasi berikutnya untuk memberikan keterampilan-

keterampilan ekonomi dan perkenalan perilaku sosial yang benar. Pada tahap ini peran siswa

dan guru ditentukan semata-mata atas dasar kriteria yang bersifat askriptif. Siswa dan guru

dibedakan karena umur dan apa yang mereka pelajari ditentukan oleh jenis kelaminnya.

Anak-anak adalah siswa karena umur mereka sedangkan orang tua adalah guru karena

mereka telah dewasa dan spesialisasi yang dimilikinya juga ditentukan oleh jenis kelaminnya,

yaitu perempuan belajar memasak dan laki-laki mengajarkan berburu.

2. Sebagian dari proses sosialisasi mulai terdiferensiasi dari keluarga.


Disini para remaja mulia dididik oleh sekelompok orang dewasa yang sudah terspesialisasi

pengetahuan atau keterampilannya. Pada tahap ini umur dan jenis kelamin merupakan

penentu siapa yang menjadi siswa. Perhatian terhadap pembawaan merupakan hal yang

menentukan siapa yang bisa menjadi pengajar, untuk itu diberikan pelatihan-pelatihan untuk

memiliki kemampuan lebih dari pada orang biasa. Dengan demikian spesialisasi sebagai

pengajar dengan tanggung jawab mengajar yang lebih besar sebagai pendidik lebih

berkembang.

3. Ketika masyarakat sudah makin terdiferensiasi dan masalah seleksi sosial semakin besar,

keluarga atau kelompok tertentu dalam masyarakat memperoleh kekuasaan yang lebih besar

atau keuntungan ekonomi yang besar, dan pendidikan formal mulai tidak menjadi hak semua

anggota masyarakat. Pendidikan mulai terlihat sebagai institusi yang dikaitkan kepada

sekelompok yang relatif kecil yang memegang kekuasaan politik, ekonomi, atau agama.

Kondisi ini sesuai dengan konsep diferensiasi karen kelompok-kelompok yang ada dipusat

proses diferensiasi masyarakat dalam bidang ekonomi, politik , dan budaya adalah kelomok

yang paling merasa perlu membangun institusi pendidikan untuk menanamkan sikap dan

nilai, serta memberikan keterampilan yang diperlukan guna memelihara, menyesuaikan, dan

mengembangkan institusi mereka.

Kriteria untuk menentukan siapa yang akan menjadi siswa didasarkan kepada askripsi

terutama dalam bentuk pertalian kelas. Sedangkan kriteria untuk menentukan guru berhubungan

erat dengan tingkat intelegensi atau bakat dan guru diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih

tinggi. Guru mempunyai peran sebagai sumber ilmu tentang hidup, bukan sebagai spesialis

dalam sebuah cabang ilmu pengetahuan, terutama disekolah dasar dan menengah.
4. Merupakan tahap yang paling maju terlihat hubungan antara pendidikan dan masyarakat yang

rumit. Industrialisasi dan peningkatan diferensiasi masyarakat diukur dengan pembagian

kerja, dan spesialisasi peran menjadi ciri yang utama dari masyarakat. Para pendidik sering

menyatakan bahwa tingkatan dan masalah pendidik yang banyak disupervisi yang diajar oleh

berbagai spesialis yang memegang peranan penting dalam memajukan industrialisasi dan

dalam menanamkan nilai-nilai modren. Tahap ini memberikan beban yang besar kepada

sekolah dalam membentuk pendidikan masal, persiapan bagi bermacam pekerjaan dan seleksi

sosial.

Berdasarkan diferensiasi dan spesialisasi terdapat dua perubahan pendidikan sebagai

berikut:

1. Penyebaran dan ekspansi persekolahan.

2. Asumsi peningkatan peran pendidikan formal dalam meningkatkan perubahan sosial,

ekonomi lebih lanjut.

Pendidikan masal telah menjadi tujuan setiap bangsa. Meskipun diberbagai masyarakat

bangsa, persekolahan yang bersifat universal masih merupakan tujuan yang belum terpenuhi,

namun dalam masyarakat yang paling kurang maju pun pendidikan dasar telah diberikan kepada

sejumlah besar anak-anak. Peningkatan pemusatan sistem pendidikan dan perubahan sosial

ekonomi yang direncanakan terlihat dalam beberapa hal. Sementara kemajuan yang telah dibuat

kearah kehidupan modern, pencapaian atau keberhasilan pendidikan makin terus dikaitkan

dengan prestise sosial dan status pekerjaan. Dalam masyarakat masa kini pendidikan formal

kelihatannya menjadi faktor utama bagi mobilitas sosial dalam satu dan antar generasi.

Fungsi sosial dari persekolahan dalam masyarakat modern adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan (Custodial Care)


2. Pensileksi peran sosila (Social Role Selection)

3. Indoktrinasi (Indoctrination)

4. Pendidikan (Education)

Persekolahan yang dianggap sebagi sebuah industri menghasilkan:

1. Ilmu pengetahuan (Knowlegde)

2. Keterampilan (Skills)

3. Jasa pengawasan (Culstodial Care)

4. Sertifikasi (Sertification)

5. Kegiatan komunitas (Community Activity) (Manan, 1989)

DAFTAR PUSTAKA
Dounald,Jerry. 2012. Budaya sebagai Sistem Gagasan. Online.
http://jerry.blog.stisitelkom.ac.id/2012/06/19/budaya-sebagai-sistem-gagasan/, diakses
01 Oktober 2015.

Bachtiar,Juliardi. 2011. Enkulturasi dan Sosialisasi. Online.


http://juliardibachtiar.wordpress.com/2011/03/30/enkulturasi-dan-sosialisasi/, diakses
01 Oktober 2015.

Manan, Imran. 1989. Dasar-dasar sosial budaya pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Widyaningsih, Sriwahyu. 2013. Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi


Pendidikan.Online.http://sriwahyuningsih.blogspot.co.id/2013/08/transmisi-budaya-
dan-perkembangan.html, diakses 01 Oktober 2015)

Widyanto,Putu.2012.ProsesSosialisasi.Online.
http://putuwidyanto.wordpress.com/2012/06/08/proses-sosialisasi/, diakses 01 Oktober
2015.

Anda mungkin juga menyukai

  • Materi Sel
    Materi Sel
    Dokumen10 halaman
    Materi Sel
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    Dokumen24 halaman
    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • RESUME Uts ICOBIOSE
    RESUME Uts ICOBIOSE
    Dokumen3 halaman
    RESUME Uts ICOBIOSE
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Dokumen3 halaman
    Surat Pernyataan
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Mikrobiologi Susu
    Mikrobiologi Susu
    Dokumen61 halaman
    Mikrobiologi Susu
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Resume 15
    Resume 15
    Dokumen3 halaman
    Resume 15
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Resume 6.fix
    Resume 6.fix
    Dokumen14 halaman
    Resume 6.fix
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • LKPD Virys
    LKPD Virys
    Dokumen41 halaman
    LKPD Virys
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Resume 10
    Resume 10
    Dokumen19 halaman
    Resume 10
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Resume 9
    Resume 9
    Dokumen2 halaman
    Resume 9
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Resume 11
    Resume 11
    Dokumen2 halaman
    Resume 11
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Resume 1 Lip
    Resume 1 Lip
    Dokumen5 halaman
    Resume 1 Lip
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Total
    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Total
    Dokumen8 halaman
    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Total
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • Makalah 3
    Makalah 3
    Dokumen16 halaman
    Makalah 3
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • RESUME 2 Fix LIP
    RESUME 2 Fix LIP
    Dokumen5 halaman
    RESUME 2 Fix LIP
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat
  • RESUME 2 Lip
    RESUME 2 Lip
    Dokumen2 halaman
    RESUME 2 Lip
    KHAIRINA MAYARNI
    Belum ada peringkat