Bab Ii Asma Bronkhiale
Bab Ii Asma Bronkhiale
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermitten,reversible dimana trakea dan bronchi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smelzer Suzanne : 2006)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reveraibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara
hiperaktif terhadap stimulus tertentu (Brunner dan Suddart, 2006).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi. dari penyakit ini adalah
hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingktan, obtruksi jalan nafas
dan gejala pernafasan (mengi dan sesak) (Arif Mansjoer, 2000).
Asma disebut juga sebagai reactive airway diasese (RAD)
adalah suatu penyakit obstruksi jalan nafas reversible yang ditandai
dengan inflamasi dan peningkatan reaksi jalan nafas terhdapa
berbagai stimulant (Suriadi dan Rita, 2010)
3. Penyebab
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan faktor
presipitasi timbulnya serangan asma yaitu :
a. Faktor predisposisi
Genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas.
b. Faktor presipitasi
1) Allergen, berupa :
a) In halan, yang masuk melalui salurn pernafasan seperti :
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri,
polusi.
b) Ingestan yang masuk melalui mulut, seperti :
makanan/minuman dan obat-obatan.
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti
perhiasan logam dan jam tangan, sengatan binatang.
2) Perubahan cuaca (musim kemarau dan musim hujan )
3) Stress (fisik dan psikis)
4) Lingkungan kerja (polisi lalu lintas, laboraturium hewan, pabrik
tekstil, dan lain-lain )
5) Infeksi saluran pernafasan (virus dan bakteri)
6) Olahraga yang berat. (Suriadi dan Rita, 2010)
5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit asma antara lain
adalah :
a. Status asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksia
d. Pnemuthorak
e. Emfisema
f. Dehidrasi
g. Deformitas thorak
h. Gagal nafas
6. Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung pada respon IgE yang
dikendalikan oleh limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi
antara antigen dengan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast.
Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma bersifat airborne.
Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode
waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma. Namun dilain
kasus terdapat pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah
kecil alergen masuk kedalam tubuh sudah dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi fase akut
asma adalah aspirin, bahan pewarna sepeti tartazin, antagonis beta-
aadrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom khusus pada sistem
pernafasan yang sangat sensitif terhadap aspirin terjadi pada orang
dewasa, namun dapat pula dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah
ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor parineal lalu menjadi
rninosinusitis hiperplastik dengan polip nasal dan akhirnya diikuti
dengan munculnya asma progesif.
Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya
dengan menggunakan obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk
terapi ini, toleransi saling akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi
nonsteroid. Mekanisme terhadap terjadinya bronkospasme oleh
aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara
khusus oleh aspirin.
Antagonis beta-adrenergik merupakan hal yang biasanya
menyebabkan obstruksi jalan nafas pada pasien asma, demikain juga
dengan pasien lain dengan peningkatan reaktivitas jalan nafas. Oleh
karena itu antagonis beta adrenergik harus dihindarkan pada pasien
tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai agen
sanitasi dan pegawet dalam dunia industri makanan dan farmasi juga
dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada pasien yang
sensitif. Senyawa sulfat tersebut adalah kalium metabisulfat, kalium
dan natrium bisulfat, dan sulfat klorida. Pada umumnya tubuh akan
terpapar setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung
senyawa tersebut seperti salat, buah segar, kentang, dan anggur.
Faktor penyebab yang sudah disebutkan di atas ditambah
dengan sebab internal pasien akan mengakibatkan dikeluarkannya
subtansi pereda alergi yang sebetulnya merupakn mekanisme tubuh
dalam menghadapi serangan, yaitu dikeluarkannya histamin,
bradikinin, anafilaktikosin. Sekresi zat-zat tersebut menimbulkan 3
gejala seperti berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas
kapiler dan penigkatan sekresi mukus seperti terlihat pada gambar
tersebut.
14
Pencetus serangan
Dikeluarkannya substansi
vasoaktif
(histamin, bradikinin dan
anafilatoksin)
Bersihan jalan
Hipoventilasi
nafas tidak
Distribusi tak merata
efektif
dg sirkulasi darah Ketidakseimbangan
paru-paru, gangguan nutrisi
difusi gas di alveoli
Kerusakan
pertukaran gas
Hipoksia, hiperkapnia
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan adalah :
a. Laboratorium
1) Analisa gas darah
2) Sputum
3) Sel esosionit
4) Pemeriksaan dara rutin dan kimia
b. Radiologi
c. Pemeriksaan Spirometri
d. Tes provokasi bronkus
e. Pemeriksaan tes kulit
f. Elektrokardiografi
g. Scanning paru
h. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik
8. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
b. Mengenal dan mengindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
c. Memberikan penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya.
Pengobatan pada asma bronkiale terbagi 2 yaitu :
a. Pengobatan Non-farmakologik
1) Memberi penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisioterafi
5) Beri O2 bila perlu
b. Pengobatan farmakologik
1) Bronkodilator
Terbagi dalam 2 golongan yaitu :
a) Simatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
(1) Orsiprenalin (alupent)
(2) Fenoterol (brotec)
(3) Terbutalin (bricasma)
Obat-obatan golongan simtomatik tegolong dalam bentuk
tablet , sirup, suntkan dan semprodtan. Yang berupa
semprotan : MDI (Metered Dose Inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin Dishaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator (Alupent,
Berotec, Brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khususn
diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat
halus) untuk selanjutnya dihirup.
b) Santin
Nama Obat :
(1) Aminofilin (American Supp)
(2) Aminofilin (Euphilin Retard)
(3) Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan golongan sipatomimetik,
tetapi cara kerja berbeda.sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : bentuk suntikan teofilin/aminofilin di
pakai pada serangan asma akut, dan di suntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum setelah makan itulah sebabnya
penderita yang mempunyai sakit lambung berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
ini digunakan jika penderita karena suatu hal tidak dapat
minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
2) Kromalin
Kromalin bukan brokodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-
sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
3) Krotolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan
obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah rencana inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan dan ditujukan untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. (Lyer et al dalam Nursalam, 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn. E .2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta
ECG
Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Mutaqin, Arif. 2007. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Pernafasan : aplikasi Pada Praktek Klinik Keperawatan. Banjarmasin.
Unpublished
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 : Definisi
dan Klasifikasi. Prima Medika
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan
Praktek. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2006. Keperawatan Medikal
Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC
Sumantri, Heru. 2008. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : salemba
Medika
Sundaru, Heru . 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi 3. Jakarta
FKUI
Suriadi dan Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi. 2. Jakarta :
Sagung Seto
Syarifudin. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ECG
(Suzane. http://onadefretesblog.wordpress.com/2013/07/12/asma/ diakses
pada 9 juni 2014)