Oleh:
Aprika Damayanti
104118009
Oleh:
Aprika Damayanti
104118009
MENGESAHKAN
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Eng. Rangga Adiprima Sudisman, Dr. Eng. Arlyn Aristo, S.T., M.T
M.Eng
116101 120011
MENGETAHUI
NIP.116038
Universitas Pertamina - i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul “Analisis Potensi Tanah
Ekspansif dan Kekuatan Geser Tanah Berdasarkan Variasi Kadar Air Pemadatan”
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung
materi yang ditulis oleh orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi yang
sumbernya telah dituliskan secara jelas sesuai dengan kaidah karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya
bersedia menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Aprika Damayanti
NIM. 104118009
Universitas Pertamina - ii
ABSTRAK
Aprika Damayanti. 104118009. Analisis Potensi Tanah Ekspansif dan Kekuatan
Geser Tanah Berdasarkan Variasi Kadar Air Pemadatan.
Provinsi Banten adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki
permasalahan tanah ekspansif. Tanah ekspansif memiliki sifat kembang susut yang
tinggi. Penelitian ini dilakukan di Ruas Jalan Nasional Provinsi Banten yang
diindikasikan mengalami kerusakan akibat tanah ekspansif. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi potensi tanah ekspansif dan kekuatan geser tanah
melalui metode identifikasi tidak langsung dan identifikasi langsung.
Metode identifikasi tidak langsung melalui ketentuan peneliti terdahulu didapatkan
bahwa hasil tingkat pengembangan tanah tidak konsisten. Metode identifikasi
langsung melalui pengujian expansion index didapatkan hasil bahwa tanah di ruas
Jalan Malingping memiliki tingkat pengembangan 12-15% (EI 125-146), ruas Jalan
Labuan memiliki tingkat pengembangan 9-12% (EI 100-115), ruas Jalan Saketi
memiliki tingkat pengembangan 7-10% (EI 70-90), dan ruas Jalan Tigaraksa
memiliki tingkat pengembangan 3-8% (EI 33-68). Dari hasil tersebut, metode
identifikasi tidak langsung dapat digunakan sebagai identifikasi awal penentuan
potensi tanah ekspansif yang kemudian harus diverifikasi melalui hasil identifikasi
langsung.
Kemudian, dilakukan identifikasi terhadap kekuatan geser tanah ekspansif melalui
pengujian geser langsung berdasarkan variasi kadar air pada kondisi Optimum
Moisture Content (OMC), -2% OMC, dan +2% OMC, kadar air alami. Hasil
menunjukkan bahwa, nilai kuat geser tertinggi pada kondisi kadar air OMC. Kuat
geser tanah akan meningkat seiring bertambahnya air sampai mendekati kondisi
kadar air OMC dan akan menurun saat kondisi kadar air sudah melewati OMC.
Kata Kunci: expansion index, kuat geser, optimum moisture content, tanah
ekspansif, variasi kadar air.
Banten Province is one of the regions in Indonesia that has expansive soil problems.
Expansive soils have high swelling and shrinkage properties. This research was
conducted on the National Road of Banten Province which was indicated to be
damaged due to expansive soil. This study aimed to identify the expansive soil
potential and shear strength of the soil through indirect identification and direct
identification methods.
Then, the shear strength of the expansive soil was identified through direct shear
testing based on variations in water content under conditions of Optimum Moisture
Content (OMC), -2% OMC, and +2% OMC, natural water content. The results
show that the highest value of shear strength is in the condition of OMC water
content. The shear strength of the soil will increase with increasing water until it
approaches the OMC water content condition and will decrease when the water
content condition has passed the OMC.
Universitas Pertamina - iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan
berkat-Nya kepada penulis selama proses pembuatan laporan tugas akhir sehingga
laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Potensi Tanah Ekspansif dan
Kekuatan Geser Tanah Berdasarkan Variasi Kadar Air Pemadatan” dapat
selesai pada waktunya. Proposal tugas akhir disusun dengan maksud utama sebagai
syarat akademis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana S1 di Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina. Dalam
penyusunan proposal, penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya.
2. Ayah, Ibu, Kakak, dan Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
sepanjang waktu.
3. Bapak Prof. IGN Wiratmaja Puja selaku Rektor Universitas Pertamina.
4. Bapak Dr. Arianta S.T, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pertamina.
5. Bapak Dr. Eng. Arlyn Arlysto, S.T, M.T. selaku Dosen Pembimbing
pertama, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan.
6. Bapak Dr. Eng. Rangga Adiprima Sudisman, M.Eng. selaku Dosen
Pembimbing ke dua yang telah memberikan arahan, dan masukan.
7. Seluruh bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis
selama proses perkuliahan di Universitas Pertamina.
8. Kepada Mas Bagus Guritno, S.Tr.T selaku Asisten Laboratorium Mekanika
Tanah Universitas Pertamina yang membantu mengawasi pengerjaan di
Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Pertamina.
9. Zulfahmi Hamdi Lubis, S.M. selaku support system yang memberikan
semangat, doa, dan tenaga yang telah membantu dalam persiapan sampel
pengujian di laboratorium.
10. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Teknik Sipil 2018 Universitas
Pertamina.
11. Seluruh pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan, baik
dari segi materi, sistematika penulisan, maupun dari segi bahasa yang digunakan.
Oleh karena itu, semua saran perbaikan yang membangun guna menjadi masukan
bagi penulis. Penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 11 Februari 2022
Aprika Damayanti
Universitas Pertamina - v
DAFTAR ISI
Universitas Pertamina - vi
3.6 Waktu Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 26
4.1 Hasil Pengujian ....................................................................................................... 26
4.1.1 Pengujian Sifat Fisis dan Klasifikasi Tanah..................................................... 26
4.1.2 Pengujian Pemadatan dan Kekuatan Tanah ..................................................... 32
4.1.3 Pengujian Sifat Ekspansif Tanah ..................................................................... 36
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 37
4.2.1 Hubungan Nilai Expansion Index dengan Potensi Pengembangan .................. 37
4.2.2 Hubungan Aktivitas Terhadap Potensi Pengembangan Tanah ........................ 41
4.2.3 Hubungan Indeks Plastisitas Terhadap Potensi Pengembangan Tanah ........... 43
4.2.4 Hubungan Batas Cair dan Indeks Plastis Terhadap Potensi Pengembangan ... 45
4.2.5 Hubungan Nilai Indeks Plastisitas Terhadap Hasil Pengujian Expansion Index
.................................................................................................................................. 46
4.2.6 Hubungan Nilai Persentase Lempung Terhadap Hasil Pengujian Expansion
Index.......................................................................................................................... 47
4.2.7 Hubungan Hasil Pengujian Shrinkage Limit Terhadap Hasil Pengujian
Expansion Index ........................................................................................................ 48
4.2.8 Hubungan Angka Pori Terhadap Persentase Pengembangan .......................... 50
4.2.9 Hubungan Variasi Kadar Air Terhadap Kuat Geser Tanah ............................. 52
4.2.10 Residual Strength Hasil Pengujian Direct Shear ........................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 63
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 63
5.2 Saran ....................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 66
LAMPIRAN...................................................................................................................... 71
Universitas Pertamina - ix
Gambar 4. 11 (a) Grafik Waktu-Pengembangan Tanah Labuan Sampel 1 (b) Grafik
Waktu-Pengembangan Tanah Labuan Sampel 2 .................................................. 39
Gambar 4. 12 (a) Grafik Waktu-Pengembangan Tanah Saketi Kedalaman 0,5-1,5
meter (b) Grafik Waktu-Pengembangan Tanah Saketi Kedalaman 1,5 – 3 meter 39
Gambar 4. 13 Kurva Waktu-Pengembangan Tanah Tigaraksa (a) Kedalaman 0,5 –
1,1 meter (b) Kedalaman 1,1 – 1,5 meter (c) Kedalaman 1,5 – 3,3 meter (d)
Kedalaman 3,3 – 4 meter, (e) Kedalaman 4 – 5 meter.......................................... 40
Gambar 4. 14 Kurva Waktu-Pengembangan 4 Sampel Tanah Uji ....................... 40
Gambar 4. 15 Potensi Pengembangan (Seed, 1962) ............................................. 42
Gambar 4. 16 Potensi Pengembangan (William, 1980) ........................................ 44
Gambar 4. 17 Korelasi Indeks Plastisitas dan Presentase Pengembangan............ 46
Gambar 4. 18 Korelasi antara CF dan Persentase Pengembangan........................ 48
Gambar 4. 19 Korelasi Batas Susut, Susut Linier, dan Persentase Pengembangan
............................................................................................................................... 49
Gambar 4. 20 Hubungan Peningkatan Angka Pori Terhadap Persentase
Pengembangan Tanah ........................................................................................... 51
Gambar 4. 21 Hubungan Kuat Geser Terhadap Variasi Kadar Air Tanah
Malingping ............................................................................................................ 52
Gambar 4. 22 Hubungan Kuat Geser Terhadap Variasi Kadar Air Tanah Labuan
............................................................................................................................... 52
Gambar 4. 23 Hubungan Kuat Geser Terhadap Variasi Kadar Air Tanah Saketi 53
Gambar 4. 24 Hubungan Kuat Geser Terhadap Variasi Kadar Air Tanah Tigaraksa
............................................................................................................................... 53
Gambar 4. 25 Hubungan Kuat Geser Terhadap Variasi Kadar Air 4 Sampel Tanah
Uji.......................................................................................................................... 53
Gambar 4. 26 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 1
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 3 OMC ... 55
Gambar 4. 27 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 1
+2% OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 2 +2%
OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 2 +2% OMC
............................................................................................................................... 55
Gambar 4. 28 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 2 -2%
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 3 -2% OMC
............................................................................................................................... 56
Gambar 4. 29 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 1
Kadar Air Asli (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 2
Kadar Air Asli (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping Sampel 3
Kadar Air Asli ....................................................................................................... 56
Gambar 4. 30 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 1 OMC
(b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3 OMC .................... 56
Gambar 4. 31 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 1 -2%
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 2 -2% OMC (c)
Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3 -2% OMC .................. 57
Gambar 4. 32 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 1 +2%
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 2 +2% OMC (c)
Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3 +2% OMC ................. 57
Universitas Pertamina - x
Gambar 4. 33 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 1 Kadar
Air Alami (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 2 Kadar Air
Alami (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3 Kadar Air
Alami ..................................................................................................................... 58
Gambar 4. 34 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1 OMC (b)
Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2 OMC (c) Grafik Tegangan
dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3 OMC ........................................................ 58
Gambar 4. 35 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1 -2%OMC
(b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2 -2% OMC (c) Grafik
Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3 -2% OMC ............................... 59
Gambar 4. 36 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1 +2%OMC
(b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2 +2% OMC (c) Grafik
Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3 +2% OMC .............................. 59
Gambar 4. 37 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1 Kadar Air
Alami (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2 Kadar Air Alami
(c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3 Kadar Air Alami .... 60
Gambar 4. 38 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 1 OMC
(b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 2 OMC (c) Grafik
Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 3 OMC ................................. 60
Gambar 4. 39 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 1 -2%
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 2 -2% OMC (c)
Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 3 -2% OMC .............. 61
Gambar 4. 40 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 1 +2%
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 2 +2% OMC
(c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 3 +2% OMC ........ 61
Gambar 4. 41 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 1 Kadar
Air Alami (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 2 Kadar
Air Alami (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel 3 Kadar
Air Alami .............................................................................................................. 62
Universitas Pertamina - xi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
Ac : Activity Ratio
C : Lempung anorganik
c : Kohesi
DS : Disturbed
e : Void ratio
G : Kerikil
LL : Liquid limit
M : Lanau
CF : Persentase fraksi lempung
G : Kerikil
S : Pasir
M : Lanau
N : Tegangan normal
PI : Plasticity Index
S : Pasir
UDS : Undisturbed
∆L : Displacement
∆h : Perubahan tinggi
τ : Tegangan geser
σ : Tegangan normal
Universitas Pertamina - 1
yang akan bersifat keras dalam keadaan kering dan plastis dalam keadaan
basah. Kristal montmorillonite memiliki gaya tarik yang sangat kuat terhadap
air dalam waktu tertentu (Hardiyatmo, 2012).
Kerusakan akibat tanah ekspansif telah menjadi salah satu permasalahan
global yang terjadi di bidang konstruksi. Sejak tahun 1977, tanah ekspansif
telah menyebabkan kerusakan terparah pada pondasi gedung di Canada
(Hamilton,1977). Pada tahun 1997, tanah ekspansif menyebabkan kerusakan
infrastruktur dengan perkiraan kerugian hingga 9 milyar dollar dan kerugian
meningkat hingga 10 milyar dollar pada tahun 1998 di Amerika Serikat
(Basma, 1998; Al-Rawas, 1998).
Permasalahan yang sering terjadi akibat tanah ekspansif yaitu adanya
dampak destruktif yang ditimbulkan terhadap konstruksi di atasnya seperti
menyebabkan patahan atau retak pada jalan, pondasi gedung, rel kereta api,
pipa air, dan pelat-pelat diatas tanah (Gromko, 1974; Wayne et al, 1984;
Mowafy et al 1985; Kehew, 1995). Besar tekanan selama proses
pengembangan tanah ekspansif bisa mencapai 15.000 psf (Wilson, 2004).
Struktur di atasnya seperti pondasi, kolom, dan balok akan mengalami
kegagalan jika tekanan yang saat tanah ekspansif mengembang lebih besar dari
kekuatan struktur (Gesyer, 2003). Selain menyebabkan patahan atau retak,
tanah ekspansif juga dapat mengakibatkan penurunan/settlement pada
bangunan akibat kadar air yang rendah. Penurunan/settlement terjadi ketika
kepadatan tanah berubah dan adanya beban yang mengakibatkan daya dukung
tanah berkurang. Dibawah ini adalah ilustrasi beberapa kategori penurunan/
settlement pada konstruksi akibat tanah ekspansif.
Universitas Pertamina - 2
Di Indonesia, sebanyak 20% luas tanah di Pulau Jawa dan sekitar 25% luas
tanah di Indonesia adalah tanah ekspansif (Herina, 2005). Berdasarkan data
Pusat Penelitian Pengembangan Jalan Departemen Pekerjaan Umum (2005),
kerusakan tanah ekspansif banyak terjadi pada konstruksi jalan misalnya pada
ruas jalan di Pulau Jawa yang mengakibatkan adanya retak memanjang pada
jalan dan badan jalan amblas.
Universitas Pertamina - 3
5. Bagaimana pengaruh variasi kadar air tanah ekspansif terhadap kuat
geser tanah ekspansif?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Pengujian dilakukan pada tanah lempung, tanah yang dominan berpasir
tidak diprioritaskan untuk dilakukan pengujian.
2. Identifikasi langsung potensi ekspansif tanah hanya dilakukan melalui
pengujian expansion index berdasarkan standar ASTM 4829 95.
3. Penelitian meninjau karakteristik sifat fisik dan mekanik tanah
ekspansif, tidak melakukan peninjauan pada kandungan mineral tanah
ekspansif dan tidak melakukan pengujian perbaikan tanah ekspansif.
4. Sampel tanah uji adalah hanya tanah dengan kedalaman maksimum 5
meter.
5. Kekuatan geser tanah hanya dilakukan melalui pengujian 2 dimensi
yaitu pengujian direct shear.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka ditentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi sifat ekspansif dari tanah yang diteliti
berdasarkan identifikasi tidak langsung.
2. Mengidentifikasi potensi sifat ekspansif dari tanah yang diteliti
berdasarkan identifikasi langsung.
3. Mengidentifikasi karakteristik tanah ekspansif berdasarkan pengujian
sifat fisis, pemadatan dan kekuatan tanah, serta sifat ekspansif tanah.
4. Menentukan besar kuat geser tanah pada saat kondisi OMC, +2%
OMC, -2% OMC, dan kadar air asli.
5. Menentukan pengaruh variasi kadar air terhadap kuat geser tanah
ekspansif.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, peneliti,
stakeholder di dunia konstruksi, praktisi geoteknik, hingga akademisi yang
meliputi yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Peneliti berharap outcome dari penelitian ini yaitu dapat memberikan
rujukan yang baik untuk penelitian selanjutnya. Kemudian diharapkan
hasil penelitian ini dapat menunjang aktivitas pembelajaran bagi para
akademisi di bidang ilmu teknik sipil.
2. Manfaat Praktis
Peneliti berharap outcome dari penelitian ini yaitu mampu menjadi
referensi dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi teknik sipil
yang berhubungan dengan identifikasi tanah ekspansif melalui
identifikasi secara tidak langsung dan langsung serta kuat geser tanah.
Universitas Pertamina - 4
Universitas Pertamina - 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanah
Tanah memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda tergantung
kondisi dan lingkungannya. Tanah yang memiliki karakteristik yang hampir
sama akan diklasifikasikan menjadi kategori dan sub-kategori berdasarkan
kegunaannya. Pengklasifikasian tanah akan menentukan sifat teknis tanah
diantaranya kekuatan tanah, berat isi tanah, pemadatan, dan lainnya. Sistem
klasifikasi tanah dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu berdasarkan ukuran dari
butiran tanah dan berdasarkan sifat dari tanah.
Pertama, pengklasifikasian tanah berdasarkan ukuran dari butiran tanah
yang mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh USDA (United State
Department of Agriculture). Menurut standar USDA, pengklasifikasian tanah
dibagi menjadi 3 yaitu tanah dengan diameter butiran 2 – 0,05 mm (sand),
tanah dengan diameter butiran 0,05-0,002 mm (silt), dan tanah dengan diameter
butiran lebih kecil dari 0,002 mm (clay). Pengklasifikasian tanah menurut
USDA sering digunakan untuk klasifikasi tanah pada sektor pertanian.
Kedua, pengklasifikasian tanah berdasarkan sifat dari tanah yang mengikuti
standar yang telah ditetapkan oleh AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials) dan USCS (Unified Soil Classification
System). Sistem pengklasifikasian tanah berdasarkan standar AASHTO sering
digunakan untuk klasifikasi tanah pada sektor transportasi. Tabel dibawah ini
adalah standar klasifikasi tanah menurut AASHTO.
Material Granuler
Klasifikasi Umum
(35% atau Kurang dari Total Sampel Lolos Saringan No. 200)
A-1 A-2
Klasifikasi kelompok A-3
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis saringan (% lolos)
2 mm (No.10) 50 maks - - - - - -
0,425 mm (No.40) 30 maks 50 maks 51 min - - - -
0,075 mm (No. 200) 15 maks 25 maks 10 maks 35 maks 35 maks 35 maks 35 maks
Sifat fraksi lolos saringan No. 40
Batas cair (LL) - - - 40 maks 41 min 40 maks 41 min
Indeks plastisitas (PL) 6 maks Np 10 maks 10 maks 11 min 11 min
Tipe material yang pokok pada umumnya Pecahan batu, kerikil, dan pasir Pasir halus Kerikil berlanau atau berlempung dan pasir
Penilaian umum sebagai tanah dasar Sangat baik sampai baik
Material Lanau-Lempung
Klasifikasi Umum
(Lebih dari 35% dari Total Sampel Lolos Saringan No.200)
A-7
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6
A-7-5/A-7-6
Analisis saringan (% lolos)
2 mm (No.10) - - - -
0,425 mm (No.40) - - - -
0,075 mm (No. 200) 36 min 36 min 36 min 36 min
Sifat fraksi lolos saringan No. 40
Batas cair (LL) 40 maks 41 maks 40 maks 41 min
Indeks plastisitas (PL) 10 maks 10 maks 11 min 11 min
Tipe material yang pokok pada umumnya Tanah berlanau Tanah berlempung
Penilaian umum sebagai tanah dasar Sedang sampai buruk
Universitas Pertamina - 5
Catatan:
Kelompok klasifikasi tanah A-7 dibagi atas klasifikasi A-7-5 dan klasifikasi A-
7-6 bergantung pada batas plastisnya (PL)
Untuk PL LL - 30, klasifikasinya A-7-5
Untuk PL > LL - 30, klasifikasinya A-7-6
Np = Non plastis
Menurut standar AASHTO, tanah diklasifikasikan menjadi 7 kelompok
besar yaitu A1 sampai dengan A7. Tanah yang lolos saringan No. 200 (saringan
ukuran 0,075 mm) sebanyak 35% atau kurang dari contoh jumlah tanah yang
lolos masuk ke dalam tanah berbutir yang masuk dalam klasifikasi golongan
A-1, A-2, dan A-3. Sedangkan, tanah lanau atau lempung masuk dalam
klasifikasi golongan A-4, A-5, A-6, dan A-7. Tanah yang tidak stabil dan
bersifat organik masuk dalam klasifikasi golongan A-8. Pengklasifikasian
tanah menurut AASHTO ini dibutuhkan data dari hasil pengujian analisis
saringan, pengujian batas cair, dan pengujian batas plastis, dimana:
1. Berdasarkan hasil pengujian analisis saringan: tanah yang lolos saringan
berukuran 75 mm dan tertahan pada saringan ukuran 2 mm (No. 10)
adalah kerikil, tanah yang lolos saringan berukuran 2 mm dan tertahan
pada saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) adalah pasir, dan tanah yang
lolos saringan ukuran 0,075 (No. 200) adalah lanau atau lempung.
2. Berdasarkan plastisitas: jika nilai indeks plastisitas tanah 10 atau
kurang, maka tanah tersebut bernama lanau. Jika nilai indeks plastisitas
tanah 11 atau lebih, maka tanah tersebut adalah lempung.
3. Jika batuan dengan ukuran besar dari 75 mm, maka batuan tersebut
harus dikeluarkan dahulu dan persentase dari batuan dicatat.
Pengklasifikasian tanah berdasarkan sifat dari tanah selanjutnya adalah
menurut standar USCS. Standar pengklasifikasian tanah menurut USCS sering
digunakan pada kasus-kasus identifikasi tanah oleh insinyur geoteknik. Tabel
dibawah ini standar klasifikasi tanah berdasarkan USCS.
Universitas Pertamina - 6
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
No.200 = GM, GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan No.200 = GM, GC, SM, SC.
5% - 12% lolos saringan No. 200 = batasan klasifikasi yang mempunyai simboldouble
campuran kerikil-pasir, D10
GW
kerikil)
Cc =
mengandung butiran halus D10 x D60
Kerikil bergradasi-buruk dan
No. 4
sedikit atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus Batas-batas Atterberg
Kerikil berlanau, campuran dibawah garis A atau PI<4
GM
Kerikil dengan
Bila batas Atterberg
butiran halus
kerikil-pasir-lanau
berada didaerah arsir dari
Kerikil berlempung, diagram plastisitas, maka
GC campuran kerikil-pasir- Batas-batas Atterberg di dipakai double simbol
lempung bawah garis A atau PI>7
butiran halus
Pasir ≥ 50% fraksi kasar
D10 x D60
lolos saringan No. 4
berlempung
Lanau dan lempung
10.000%
diatomae, lanau yang elastis ML or OL
Lempung anorganik dengan 0.000%
0.000% 10.000% 20.000% 30.000% 40.000% 50.000% 60.000% 70.000% 80.000% 90.000% 100.000%
CH plastisitas tinggi, lempung Liquid Limit (%)
"gemuk" (fat clays )
Lempung organik dengan
OH plastisitas sedang sampai
dengan tinggi
Tanah-tanah dengan Peat (gambut), muck , dan
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM
kandungan organik sangat PT tanah-tanah lain dengan
Designation D-2488
tinggi kandungan organik tinggi
Universitas Pertamina - 7
beberapa kategori yaitu lanau (M), lempung anorganik (C), dan lempung
organik (O).
3. Tanah organis: tanah ini diklasifikasikan dalam kelompok Pt.
diantaranya peat, humus, tanah lumpur yang memiliki tekstur organis
yang tinggi. Jenis tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok Pt.
biasanya mudah ditekan dan tidak digunakan untuk perencanaan
konstruksi.
2.2 Tanah Lempung Ekspansif
Tanah lempung ekspansif adalah salah satu tanah yang memiliki sifat
kembang-susut yang tinggi yang dipengaruhi oleh kadar air yang berubah-
ubah. Tanah ekspansif akan mengembang (swell) jika kadar airnya bertambah
dan akan cenderung menyusut (shrink) jika kadar airnya berkurang. Sifat
kembang susut ini akan menyebabkan adanya perubahan volume pada tanah
dan mengakibatkan kerusakan pada konstruksi yang dibangun di atasnya,
seperti retak memanjang pada dan ambles pada jalan, kegagalan dinding
penahan tanah, retak pada dinding, settlement/ penurunan pada pondasi/
bangunan, uplift pada pondasi/ bangunan, dan lainnya. Sifat kembang-susut
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor mikroskopik dan faktor makroskopik.
Faktor mikroskopik adalah kandungan mineral, perilaku kimiawi, dan
exchangeable cation. Sedangkan, faktor makroskopik properti tanah yang
meliputi berat volume tanah dan plastisitas tanah.
Tanah ekspansif memiliki kandungan mineral yang mudah bereaksi
terhadap perubahan kadar air, diantaranya mineral montmorillonite, mineral
illite, dan mineral kaolinite. Kelompok mineral smectite termasuk
montmorillonite mengakibatkan tanah memiliki potensi pengembangan yang
sangat tinggi, kelompok mineral mica-lite termasuk vermiculite dan illite
mengakibatkan tanah memiliki potensi pengembangan sedang sampai tinggi
(medium), dan kelompok mineral kaolinite mengakibatkan tanah memiliki
potensi pengembangan rendah. Komposisi dan struktur kandungan mineral
pada tanah ekspansif dapat diidentifikasi melalui pengujian XRD (X-Ray
Diffraction) dan SEM (Scanning Electron Microscopy). XRD merupakan
pengujian non-destruktif yang memberikan komposisi dari masing-masing
mineral yang terkandung pada tanah ekspansif. Kemudian, data hasil
komposisi mineral ini akan divalidasi dengan pengujian SEM dalam bentuk
gambar atau foto dengan skala pembesaran mencapai 1000x.
2.3 Identifikasi Tanah Ekspansif
Identifikasi tanah ekspansif dapat dilakukan melalui pengujian laboratorium
dimana pengujian laboratorium dilakukan dengan 2 metode yaitu pengujian
dengan metode langsung dan pengujian dengan metode tidak langsung.
Pengujian metode langsung umumnya denga mengukur pengembangan tanah
terhadap instrumen tertentu agar didapatkan parameter pengembangan tanah.
Sedangkan, pengujian metode tidak langsung menggunakan parameter tanah
untuk menentukan potensi dan sifat ekspansif tanah melalui pengujian indeks
plastisitas, pengujian gradasi butiran tanah, pengujian tingkat keaktifan tanah,
pengujian mineral lempung tanah dengan menggunakan XRD dan SEM.
Universitas Pertamina - 8
Beberapa cara untuk mengidentifikasi potensi sifat ekspansif dan kekuatan
tanah ekspansif sebagai berikut:
Universitas Pertamina - 9
Hubungan antara nilai aktifitas tanah terhadap potensi
pengembangan dibagi menjadi 3 kategori, dimana: potensi
pengembangan tinggi, sedang, dan rendah dengan nilai aktifitas
tanah >1,25, 0,75 < Ac < 1,25, dan <0,75. Berikut adalah tabel
hubungan antara nilai aktifitas tanah dengan potensi pengembangan
menurut Skempton (1953).
Tabel 2. 2 Korelasi Nilai Aktifitas Tanah dengan Potensi
Pengembangan
Nilai Aktivitas Tingkat Potensi
Tanah Keaktifan Pengembangan
< 0,75 Tidak Aktif Tidak Aktif
0,75 < Ac < 1,25 Aktif Normal
> 1,25 Sangat Aktif Aktif
Sumber: Skempton (1953)
Universitas Pertamina - 10
activity sama dengan 2, activity sama dengan 1, activity sama dengan
0,5, activity sama dengan 0,6, activity sama dengan 0,7, dengan
potensi pengembangan very high, high, medium, dan low. Grafik
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
Universitas Pertamina - 11
Berdasarkan ketentuan Holtz et al (1959), tanah ekspansif juga dapat
diidentifikasi dengan korelasi hubungan kadar koloid, indeks plastisitas,
shrinkage limit, persentase perubahan volume total, terhadap derajat
ekspansif tanah. Tanah dengan derajat ekspansif sangat tinggi, tinggi,
medium, dan rendah akan memiliki kadar koloid >28%, 20 – 31%, 13 –
23%, dan <15% dengan nilai PI > 35%, 25 – 41%, 15 – 28%, dan <18%,
nilai shrinkage limit <11, 7 – 11, 10 – 16, dan >15, serta perubahan volume
total lebih dari 30%, 20 – 30%, 10 – 20%, dan < 10% seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. 5 Hubungan Antara Kadar Koloid, Indeks Plastisitas, Shrinkage
Limit, Perubahan Volume Terhadap Derajat Ekspansif
Kadar PI Shrinkage Perubahan Derajat
Koloid Limit Volume Ekspansif
Total (%)
> 28 > 35 < 11 > 30 Sangat Tinggi
20 – 31 25 – 41 7 – 11 20 – 30 Tinggi
13 – 23 15 – 28 10 – 16 10 – 20 Medium
< 15 < 18 > 15 < 10 Rendah
Sumber: Holtz et al, 1959
2.3.2 Identifikasi Secara Langsung
Identifikasi sifat ekspansif tanah dilakukan melalui pengujian expansion
index untuk mendapatkan nilai potensi pengembangan tanah secara
langsung.
2.3.3.1 Pengujian Expansion Index
Cara yang paling cocok untuk menentukan potensi pengembangan
lempung ekspansif adalah dengan melakukan pengujian secara langsung
dengan alat konsolidasi di laboratorium. Pada pengujian, besarnya
tekanan, persen pengembangan, dan kecepatan perubahan volume sangat
penting diperhatikan dan akan tercatat melalaui pembacaan dial.
Pengujian expansion index dilakukan dengan menggunakan sampel
tanah terganggu dengan derajat saturasi 40 – 60%. Kemudian, saat proses
pengujian, tanah diberikan tekanan sebesar 6,9 kPa dimana diasumsikan
tanah mampu mengembang pada saat diberikan beban minimum 6,9 kPa
tersebut. Pembacaan dial dilakukan setelah tanah dijenuhkan dengan air
pada 10 menit pertama sampai dengan pembacaan 24 jam.
Universitas Pertamina - 12
Gambar 2. 5 Alat Oedometer
Sumber: Hardiyatmo, 1992
Penentuan potensi pengembangan tanah menggunakan Tabel 2.8
berdasarkan ketentuan ASTM D 4829 95 berikut.
Tabel 2. 6 Potensi Pengembangan Pengujian EI
Potential
Expansion Index, EI
Expansion
0-20 Very Low
21-50 Low
51-90 Medium
91-130 High
>130 Very High
Sumber: ASTM D 4829 95
2.3.3 Identifikasi Pemadatan Tanah dan Kekuatan Geser
Pemadatan tanah adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kadar
air optimum tanah mampu dipadatkan. Kuat geser tanah yaitu tegangan
paling besar (maksimum) yang mampu ditahan oleh tanah sebelum tanah
mengalami kegagalan. Kekuatan geser tanah, dapat ditentukan melalui
pengujian geser langsung (direct shear test) sebagai berikut.
2.3.3.1 Optimum Moisture Content (OMC)
Kepadatan optimum tanah akan dicapai saat tanah pada kondisi kadar air
optimum. Derajat kepadatan tanah diukur dari kepadatan kering tanah.
Pemadatan tanah adalah usaha mekanis untuk mempertinggi kerapatan
dari butiran tanah. Kepadatan tanah dipengaruhi oleh tipe/ jenis tanah,
energi pemadatan tanah, dan kadar air tanah.
Pada kadar air rendah pori-pori tanah lebih banyak terisi udara dan hanya
sebagian kecil butir-butir tanah dikelilingi air sehingga partikel-partikel
tanah tersebut cenderung untuk memisahkan diri satu dengan yang lain.
Ketika kadar air dari tanah tersebut ditingkatkan, akan menyebabkan
butir-butir tanah itu menjadi lebih mudah untuk dimampatkan sehingga
sejumlah udara yang ada pada pori-pori tanah dikeluarkan. Penambahan
Universitas Pertamina - 13
air lebih lanjut akan menyebabkan proses ini terus berlanjut sampai pada
suatu titik dimana terjadi kepadatan maksimum dari tanah tersebut.
Penambahan air setelah titik tersebut akan menyebabkan partikel-partikel
tanah cenderung untuk berpisah lagi, sehingga kepadatannya akan
menurun. Efek dari adanya pemadatan ini antara lain: berkurangnya
penurunan tanah (subsidence) akibat berkurangnya angka pori,
bertambahnya kekuatan tanah, dan berkurangnya perubahan volume.
Universitas Pertamina - 14
Sedangkan, nilai tegangan geser tanah didapatkan dari ketentuan
Mohr-Coulomb melalui persamaan berikut:
τ = c + σ tan ϕ …………………..………. Pers.2
Keterangan:
τ = tegangan geser (kPa)
c = kohesi (kPa)
σ = tegangan normal (kPa)
ϕ = sudut geser tanah (o)
Universitas Pertamina - 15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
Bentuk penelitian adalah pengujian di laboratorium yang diuji berdasarkan
standar pengujian yang berlaku. Sampel tanah yang digunakan diambil dari 4
lokasi di ruas jalan nasional, Provinsi Banten. Diagram alir penelitian tanah
ekspansif dijelaskan dibawah ini.
Universitas Pertamina - 16
3.1.1 Studi Literatur
Tahapan awal dalam sebuah penelitian adalah studi literatur. Studi
literatur menjadi tahapan dasar dalam memulai penelitian dimana untuk
mengumpulkan dan mencari informasi-informasi terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Studi literatur juga sebagai pendukung dan
penguat fakta untuk memperkokoh teori dalam alasan dilakukannya
sebuah penelitian dan dalam analisis hasil. Studi literatur dilakukan dari
berbagai sumber seperti jurnal, proceeding, website terpecaya, buku,
modul, maupun kumpulan materi yang berkaitan dengan topik penelitian.
3.1.2 Pengambilan Sampel Tanah
Tahapan selanjutnya adalah pengambilan sampel tanah sebagai bahan
penelitian dimana sampel ujil adalah sampel tanah di ruas jalan nasional
Provinsi Banten yang terdiri dari 4 lokasi. Pengambilan sampel tanah
dilakukan dengan 2 metode yaitu tanah terganggu dengan kedalaman
pengambilan sampel 4 meter yang digunakan untuk pengujian fisis dan
tanah tidak terganggu dengan kedalaman pengambilan 1,5 - 4 meter yang
digunakan untuk pengujian mekanis serta pengujian sifat ekspansivitas.
Dari 4 lokasi sebelumnya, diambil minimal 2 titik yang kemudian akan
dilakukan pengujian di laboratorium.
3.1.3 Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan dalam 3 tahap pengujian yaitu
pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah, pengujian pemadatan dan
kekuatan tanah, dan pengujian sifat ekspansif, dengan perlakuan secara
duplo untuk masing-masing sampel pengujian. Pengujian sifat fisis dan
klasifikasi tanah meliputi pengujian kadar air, specific gravity, berat
volume, atterberg limit, analisis butir dengan wet method dan hidrometer,
kemudian dilakukan pengklasifikasian tanah menurut USCS. Pengujian
pemadatan dan kekuatan tanah meliputi pengujian kompaksi untuk
mendapatkan nilai Optimum Moisture Content (OMC) yang kemudian
dilakukan pengujian kuat geser langsung (direct shear test). Pengujian
sifat ekspansif tanah meliputi pengujian expansion index (EI) untuk
mengidentifikasi persentase pengembangan tanah.
3.1.4 Pengolahan Data dan Analisis Hasil
Pengolah data dan analisis dilakukan berdasarkan standar ketentuan
yang berlaku yaitu berdasarkan American Society for Testing and
Material (ASTM) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang kemudian
hasil dikorelasikan dengan penelitian terdahulu. Selanjutnya, dilakukan
analisis terhadap potensi ekspansivitas tanah dengan beberapa parameter
yaitu berdasarkan nilai indeks plastisitas (IP), batas cair, perubahan
volume atau persentase pengembangan, dan persentase tanah lempung.
Universitas Pertamina - 17
3.2 Lokasi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian mengenai tanah ekspansif dilakukan di Laboratorium Mekanika
Tanah, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pertamina, berlokasi di Jalan
Teuku Nyak Arief, RT.7/RW.8, Simprug, Kecamatan Kebayoran Lama, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta (12220).
3.3 Metode Pengujian
Penelitian tanah ekspansif ini dilakukan dengan beberapa pengujian
laboratorium seperti:
a) Pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah, yang terdiri atas:
• Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air tanah dilakukan untuk menyatakan hubungan
antara 3 fase yaitu fase air, udara, dan butiran padat yang berada dalam
volume material. Pengujian ini dilakukan berdasarkan ketentuan
ASTM D-2216-92 (Standard Test Methods for Laboratory
Determination of Water (Moisture) Content of soil and rock by Mass)
dan berdasarkan SNI 1965:2008 (Cara Uji Penentuan Kadar Air
Untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium). Persentase kadar air
didapatkan dari hasil perbandingan berat air yang terkandung di dalam
tanah terhadap berat kering tanah.
• Pengujian Specific Gravity
Pengujian specific gravity atau berat jenis tanah dilakukan
berdasarkan standar SNI 1964:2008 (Cara Uji Berat Jenis Tanah) dan
ASTM D-854-00 (Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil
Solids by Water Pycnometer). Tanah yang digunakan adalah tanah
yang lolos saringan ukuran 4,75 mm (No. 4) yang dimasukkan ke
dalam piknometer. Nilai berat jenis didapatkan dari hasil
perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air suling
pada volume dan temperatur yang sama.
• Pengujian Berat Volume
Pengujian berat volume tanah dilakukan berdasarkan standar SNI 03-
3637-1994 (Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan
Cetakan Benda Uji). Nilai berat jenis tanah kering didapatkan dari
hasil perbandingan berat tanah kering dengan volume cetakan tanah
yang digunakan. Sedangkan, berat jenis tanah basah didapatkan dari
hasil perbandingan berat tanah basah dengan volume cetakan tanah
yang digunakan.
• Pengujian Atterberg Limit
Pengujian atterberg limit (batas konsistensi) dilakukan untuk
menentukan besar persentase kadar air pada batas konsistensi tanah
yaitu batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas
susut (shrinkage limit). Pengujian batas cair tanah dilakukan
berdasarkan standar ASTM D-4318-00 (Standard Test Methods for
Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils) dan standar
SNI 1967:2008 (Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah). Pengujian
batas plastis tanah dilakukan berdasarkan standar SNI 03-1966-1990
Universitas Pertamina - 18
(Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah).
Sedangkan, pengujian batas susut dilakukan berdasarkan standar
ASTM D-427-98 (Shrinkage Factors of Soils by the Mercury Method)
dan standar SNI 3422:2008 (Cara Uji Batas Susut Tanah). Hasil dari
pengujian ini adalah nilai liquid limit, plastic limit, dan batas susut
tanah. Selisih antara nilai liquid limit dan plastic limit disebut dengan
plastic index (IP) yang kemudian digunakan sebagai parameter
penentuan tingkat ekspansif tanah.
• Pengujian Analisis Butir dengan Wet Method dan Hidrometer
Pengujian analisis butir bertujuan untuk mendapatkan gradasi butiran
tanah yang digunakan sebagai parameter klasifikasi/ jenis tanah.
Terdapat 2 metode untuk analisis butir yaitu dengan dry method dan
wet method. Pengujian analisis butir dilakukan dengan wet method
berdasarkan standar JGS 0131-2009 (Japanese Geotechnical Society
Standard – Test Method for Particle Size Distribution of Soils).
Partikel-partikel lempung yang kecil menempel dengan batuan yang
bercampur pada tanah sehingga partikel kecil ini tidak dapat melewati
saringan yang berukuran 0.075 mm yang mengakibatkan persentase
lempung dari hasil pengujian menjadi berkurang dan kurang akurat.
Oleh sebab itu, pengujian dilakukan dengan wet method yang
mempertimbangkan komposisi fraksi lempung pada sampel benda uji.
Selanjutnya, dari persentase distribusi butir 0.075 mm (tertahan
PAN) akan dilakukan pengujian distribusi butir dengan hidrometer.
Pengujian distribusi butir dengan hidrometer berdasarkan standar SNI
03-3423-1994 (Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer). Hasil dari pengujian ini adalah persentase lempung yang
akan digunakan sebagai parameter penentuan tingkat ekspansif tanah
yang diplot pada grafik distribusi butiran.
• Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO dan USCS
Penentuan jenis tanah pada penelitian ini adalah ketentuan standar
klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO (American Association of
State Highway and Transportation Officials) dan berdasarkan standar
klasifikasi tanah berdasarkan USCS (Unified Soil Classification
System). Penentuan klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO dan
USCS (Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.)
b) Pengujian pemadatan dan identifikasi kekuatan geser, yang terdiri atas:
• Pemadatan Tanah (Kompaksi)
Pengujian kompaksi tanah untuk mendapatkan nilai kadar air
optimum tanah (Optimum Moisture Content) yang dilakukan
berdasarkan ASTM D-689-00a (Standard Test Methods for
Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard
Effort) dan SNI 1742:2008 (Cara Uji Kepadatan Ringan untuk
Tanah). Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar air
optimum dimana tanah berada pada kondisi menjadi paling padat
dan kepadatan kering tanah maksimum tercapai.
Universitas Pertamina - 19
• Direct Shear Test (Pengujian Geser Langsung)
Pengujian direct shear bertujuan untuk mendapatkan parameter
kuat geser tanah terkonsolidasi dan terdrainase berupa koefisien
konsolidasi, regangan geser, serta hubungan antara tegangan
geser dengan regangan geser tanah. Pengujian ini dilakukan
dengan tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase
berdasarkan SNI 3420:2016 (Metode Uji Kuat Geser Langsung
Tanah Tidak Terkonsolidasi dan Tidak Terdrainase) dimana
tanah diuji tanpa melalui proses konsolidasi.
c) Pengujian sifat ekspansif tanah, yang terdiri atas:
• Pengujian Expansion Index (EI)
Pengujian expansion index (EI) dilakukan berdasarkan standar
ASTM D 4829-08a (Standar Test Method for Expansion Index of
Soils) dan SNI 13-6425-2000 (Metode Uji Indeks Ekspansi
Tanah). Indeks ekspansi mengindikasikan besarnya potensi
pengembangan pada tanah yang dipadatkan yang diberikan
tekanan vertikal sebesar 6,9 kPa (1 lbf/in) dan diberikan air
setelah pembebanan 10 menit yang kemudian deformasi diamati
sampai dengan 24 jam.
3.4 Alat dan Sampel Pengujian
3.4.1 Alat
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pengujian tanah ekspansif di
laboratorium diantaranya:
a) Pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah, yang terdiri atas:
• Pengujian Kadar Air
Alat yang digunakan adalah cawan, neraca timbangan dengan
ketelitian 0,1 gram, dan oven pengering dengan suhu 110o 5o C.
Gambar 3. 4 Oven
Universitas Pertamina - 20
• Pengujian Specific Gravity
Alat yang digunakan adalah neraca timbangan dengan ketelitian
0,1gram, oven, piknometer, kompor, dan termometer.
Universitas Pertamina - 21
Gambar 3. 12 Cawan Porselen Gambar 3. 13 Plat Kaca
• Pengujian Analisis Butir dengan Wet Method dan Hidrometer
Alat yang digunakan pada pengujian analisis butir tanah adalah
neraca timbangan (ketelitian 0,1 gram), satu set saringan beserta
mesin pengguncang, termometer, water glass, dan hidrometer.
Universitas Pertamina - 22
• Direct Shear Test (Uji Kekuatan Geser Langsung)
Alat yang digunakan pada pengujian direct shear test adalah satu
set mesin direct shear test.
Universitas Pertamina - 23
Gambar 3. 22 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan merujuk pada ketentuan-ketentuan dan
teori yang telah dirumuskan oleh peneliti terdahulu. Analisis pertama yang
dilakukan adalah mengklasifikasikan tanah dari hasil pengujian gradasi butir
pada saringan dan hidrometer. Standar klasifikasi tanah yang digunakan adalah
klasifikasi menurut USCS dan AASHTO.
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap sifat fisis tanah untuk menentukan
parameter ekspansif tanah. Ketentuan parameter ekspansif yang digunakan
adalah korelasi nilai indeks plastisitas dengan potensi pengembangan tanah
ekspansif menurut Chen (1988). Derajat ekspansif tanah dapat ditentukan
menggunakan parameter hubungan indeks plastis dan indeks shrinkage
menurut Roman (1967). Sedangkan, korelasi nilai aktifitas tanah dengan
potensi pengembangan berdasarkan Skempton (1953). Nilai aktivitas
didapatkan dari hasil perbandingan indeks plastisitas (IP) dengan persentase
fraksi lempung. Selanjutnya, korelasi nilai aktivitas mineral lempung
berdasarkan Skempton (1953).
Berdasarkan ketentuan diatas, dapat ditentukan tingkat ekspansif tanah serta
potensi pengembangan tanah. Setelah mengetahui tingkat ekspansif tanah dan
potensi pengembangannya, tanah divariasikan kadar airnya untuk mengetahui
pengaruh variasi kadar air tanah ekspansif terhadap kuat geser dan volumenya.
Nilai variasi kadar diambil dari kadar air optimum yaitu 2% dari OMC.
Penentuan adanya variasi kadar air ini untuk mengetahui perilaku tanah yang
berubah-ubah saat kadar air berubah yang akan mempengaruhi konsistensi
tanah terhadap perubahan fase tanah. Tanah dengan variasi kadar air tersebut
akan diuji melalui uji kuat geser tanah yaitu pengujian Direct Shear Test.
Setelah didapatkan hasil dari pengujian dengan variasi kadar air tersebut,
dilakukan analisis terhadap hasil dengan membuat grafik hubungan korelasi
antara perubahan kadar air dengan kuat geser tanah.
3.6 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2022 s/d bulan
Agustus 2022 di Laboratorium Mekanika Tanah yang dimulai dari pelaksanaan
pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah, kemudian pengujian pemadatan dan
kekuatan geser tanah, dan pengujian sifat ekspansif tanah. Jadwal penelitian
tugas akhir disajikan dalam bentuk bar chart seperti pada gambar dibawah ini.
Universitas Pertamina - 24
Tabel 3. 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu Pelaksanaan
No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi literatur
2 Persiapan dan sampling ke-1
3 Pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah pengambilan sampel ke-1
Persiapan sampel pengujian
Kadar air
Spesific gravity
Berat Volume
Analisa butiran wet method dan hidrometer
Atterberg limit
Klasifikasi tanah menurut AASHTO dan USCS
4 Seminar Proposal
5 Pengujian sifat ekspansif tanah
Expansion Index
6 Pengujian pemadatan dan kekuatan tanah pengambilan sampel tanah ke-1
Kompaksi
Pengujian direct shear
7 Pengolahan data dan analisis hasil pegujian sampel tanah pengambilan ke-1
8 Persiapan dan sampling ke-2
9 Pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah pengambilan sampel ke-2
Persiapan sampel pengujian
Kadar air
Spesific gravity
Berat Volume
Analisa butiran wet method dan hidrometer
Atterberg limit
Klasifikasi tanah menurut AASHTO dan USCS
10 Pengujian sifat ekspansif tanah
Expansion Index
11 Pengujian pemadatan dan kekuatan tanah pengambilan sampel tanah ke-2
Kompaksi
Pengujian direct shear
12 Pengolahan data dan analisis hasil pegujian sampel tanah pengambilan ke-2
13 Penyusunan laporan
14 Sidang Tugas Akhir
Note:
*Pengambilan sampel ke-1: ruas Jalan Nasional III arah Malimping, kec. Cikeusik, Kab. Pandeglang, Banten (MB) dan ruas Jalan Simpang Labuan - Cibaliung Kec. Panimbang, Kab.
Pandeglang, Banten (LB)
*Pengambilan sampel ke-2: ruas jalan Raya Saketi – Malingping, Kec. Cililitan, Kab. Pandeglang, Banten. (SB) dan ruas Jalan Tigaraksa – Adiyasa, Cileles, Kec. Tigaraksa, Kab.
Tangerang, Banten (TA)
Universitas Pertamina - 25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Sampel tanah uji diambil dari 4 lokasi di ruas jalan nasional Provinsi
Banten yaitu ruas Jalan Nasional III arah Malimping, ruas Jalan Simpang
Labuan – Cibaliung, ruas jalan Raya Saketi – Malingping, dan ruas Jalan
Tigaraksa – Adiyasa. Seluruh sampel dilakukan pengujian sesuai standar
ketentuan (ASTM, SNI, atau JPN) yang terbagi dalam 3 tahap besar
pengujian yaitu pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah, pengujian
pemadatan dan kekuatan tanah, dan pengujian sifat ekspansif tanah, dan
didapatkan hasil pengujian sebagai berikut:
4.1.1 Pengujian Sifat Fisis dan Klasifikasi Tanah
Pengujian sifat fisis meliputi pengujian kadar air, specific gravity,
berat volume, analisis gradasi butir tanah dengan wet method dan
hidrometer, atterberg limit (liquid limit, plastic limit, dan shrinkage
limit) dan kemudian tanah diklasifikasikan menurut ketentuan
klasifikasi tanah AASHTO dan USCS.
A. Tanah Ruas Jalan Malingping (MB)
Berdasarkan pengujian sifat fisis tanah yang telah dilakukan,
didapatkan hasil pengujian sampel tanah lokasi Malingping
sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Fisis Tanah Malingping
Tanah Ruas
Jalan Malingping
(MB)
0 - 1,65 meter
Kadar Air Alami (w) 34.827%
Specific Gravity (GS) 2.720
Derajat Kejenuhan UDS (Sr) 100%
Berat Volume Basah UDS (γm) 2.168
Berat Volume Kering UDS (γd) 1.567
Void Ratio UDS (e) 0.702
Porositas UDS (n) 0.413
Liquid Limit (LL) 59.199%
Plastic Limit (PL) 27.301%
Indeks Plastisitas (IP) 31.899%
Batas Susut (S) 3.257%
Susut Linier (SL) 18.919%
Persentase Sand 0.554%
Persentase Silt 38.380%
Persentase Clay 61.066%
Universitas Pertamina - 26
Klasifikasi Tanah Menurut
A-7-6
AASHTO
Klasifikasi Tanah Menurut UCS CH
50.000%
40.000%
Plasticity Index (%)
CH
30.000% C
L
CL
20.000%
CL - ML
MH or OH
10.000%
0.000%
0.000% 10.000% 20.000% 30.000% 40.000% 50.000% 60.000% 70.000% 80.000% 90.000% 100.000%
Liquid Limit (%)
Universitas Pertamina - 27
Porositas UDS (n) 0.536
Liquid Limit (LL) 61.570%
Plastic Limit (PL) 41.475%
Indeks Plastisitas (IP) 20.095%
Batas Susut (S) 6.469%
Susut Linier (SL) 18.687%
Persentase Sand 10.247%
Persentase Silt 29.430%
Persentase Clay 60.322%
Klasifikasi Tanah Menurut
A-7-5
AASHTO
Klasifikasi Tanah Menurut UCS MH/OH
50.000%
40.000%
Plasticity Index (%)
CH
30.000% C
L
CL
20.000%
CL - ML
MH or OH
10.000%
0.000%
0.000% 10.000% 20.000% 30.000% 40.000% 50.000% 60.000% 70.000% 80.000% 90.000% 100.000%
Liquid Limit (%)
Universitas Pertamina - 28
B. Tanah Ruas Jalan Saketi (SB)
Berdasarkan pengujian sifat fisis tanah yang telah dilakukan,
didapatkan hasil pengujian sampel tanah lokasi Saketi sebagai
berikut:
Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Fisis Tanah Saketi
Tanah Ruas Jalan Saketi (SB)
0,5 - 1,5 meter 1,5 - 3 meter
Kadar Air Alami (w) 48.283% 48.283%
Specific Gravity (GS) 2.670 2.660
Derajat Kejenuhan UDS (Sr) 100% 100%
Berat Volume Basah UDS (γm) 1.828 1.828
Berat Volume Kering UDS (γd) 1.234 1.234
Void Ratio UDS (e) 1.123 1.115
Porositas UDS (n) 0.529 0.527
Liquid Limit (LL) 50.774% 60.833%
Plastic Limit (PL) 33.952% 34.069%
Indeks Plastisitas (IP) 16.822% 26.764%
Batas Susut (S) 11.578% 6.125%
Susut Linier (SL) 7.472% 17.967%
Persentase Sand 5.403% 8.827%
Persentase Silt 41.897% 25.875%
Persentase Clay 52.700% 65.298%
Klasifikasi Tanah Menurut
A-7-5 A-7-5
AASHTO
Klasifikasi Tanah Menurut UCS MH/OH MH/OH
50.000%
40.000%
Plasticity Index (%)
CH
30.000% C
L
CL
20.000%
CL - ML
MH or OH
Tanah Saketi Titik Ke-1 (SB) Kedalaman 0.5-1.5 meter
10.000%
Tanah Saketi Titik Ke-2 (SB) Kedalaman 1,5-3 meter
ML or OL
0.000%
0.000% 10.000% 20.000% 30.000% 40.000% 50.000% 60.000% 70.000% 80.000% 90.000% 100.000%
Liquid Limit (%)
Universitas Pertamina - 29
diklasifikasikan dalam kelompok tanah A-7-5 dengan tipe material
pokok tanah berlempung dan kondisi sebagai tanah dasar pada
skala sedang sampai buruk. Berdasarkan hasil pengujian distribusi
saringan pada Lampiran 5, persentase lolos saringan No. 200
sebesar 94,597% yang menyatakan bahwa tanah fine grained. Oleh
karena itu, berdasarkan nilai liquid limit, indeks plastisitas, dan
persentase lolos saringan No. 200, klasifikasi tanah menurut USCS
adalah MH/OH (lanau anorganik atau lempung organik dengan
tingkat plastisitas yang sedang hingga tinggi).
Berdasarkan hasil pengujian, sampel Tanah Saketi (kedalaman
1,5 – 3 meter) memiliki nilai liquid limit dan indeks plastisitas
sebesar 60,833% dan 26,764%. Berdasarkan ketentuan klasifikasi
tanah menurut AASHTO, tanah Saketi pada kedalaman ini
diklasifikasikan dalam kelompok tanah A-7-5 dengan tipe material
pokok tanah berlempung dan kondisi sebagai tanah dasar pada
skala sedang sampai buruk. Berdasarkan hasil pengujian distribusi
saringan pada Lampiran 5, persentase lolos saringan No. 200
sebesar 91,173% yang menyatakan bahwa tanah fine grained. Oleh
karena itu, berdasarkan nilai liquid limit, indeks plastisitas, dan
persentase lolos saringan No. 200, klasifikasi tanah menurut USCS
adalah MH/OH (lanau anorganik atau lempung organik dengan
tingkat plastisitas yang sedang hingga tinggi).
C. Tanah Ruas Jalan Raya Tigaraksa
Berdasarkan pengujian sifat fisis tanah yang telah dilakukan,
didapatkan hasil pengujian sampel tanah lokasi Tigaraksa sebagai
berikut:
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Fisis Tanah Tigaraksa
Tanah Ruas Jalan Raya Tigaraksa-Adiyasa (TA)
0,5 - 1,1 meter 1,1 - 1,5 meter 1,5 - 3,3 meter 3,3 - 4 meter 4 - 5 meter
Kadar Air Alami (w) 43.375% 43.375% 43.375% 43.375% 43.375%
Specific Gravity (GS) 2.660 2.730 2.730 2.740 2.730
Derajat Kejenuhan UDS (Sr) 99% 97% 97% 97% 97%
Berat Volume Basah UDS (γm) 1.760 1.760 1.760 1.760 1.760
Berat Volume Kering UDS (γd) 1.256 1.256 1.256 1.256 1.256
Void Ratio UDS (e) 1.077 1.132 1.132 1.140 1.132
Porositas UDS (n) 0.519 0.531 0.531 0.533 0.531
Liquid Limit (LL) 40.447% 39.401% 38.545% 36.968% 35.390%
Plastic Limit (PL) 25.595% 22.871% 25.419% 22.528% 18.077%
Indeks Plastisitas (IP) 14.851% 16.530% 13.125% 14.440% 17.313%
Batas Susut (S) 17.772% 10.778% 19.560% 15.349% 11.838%
Susut Linier (SL) 4.563% 7.841% 4.787% 4.872% 7.937%
Persentase Sand 29.563% 39.782% 21.549% 70.991% 25.131%
Persentase Silt 30.575% 14.273% 39.726% 11.241% 27.308%
Persentase Clay 39.862% 45.945% 38.725% 17.768% 47.561%
Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO A-6 A-6 A-6 A-2-6 A-6
Klasifikasi Tanah Menurut UCS ML/OL CL ML/OL CL CL
Universitas Pertamina - 30
Grafik Plasticity Index Vs Liquid Limit
60.000%
Universitas Pertamina - 31
dasar pada skala sedang sampai buruk. Berdasarkan hasil
pengujian distribusi saringan pada Lampiran 5, persentase lolos
saringan No. 200 sebesar 78,451% yang menyatakan bahwa tanah
fine grained. Oleh karena itu, berdasarkan nilai liquid limit, indeks
plastisitas, dan persentase lolos saringan No. 200, klasifikasi tanah
menurut USCS pada Gambar 4.7 adalah ML/OL (lanau anorganik/
lempung berlanau atau lanau organik dengan tingkat plastisitas
yang rendah).
Berdasarkan hasil pengujian, sampel Tanah Tigaraksa
(kedalaman 3,3 – 4 meter) memiliki nilai liquid limit dan indeks
plastisitas sebesar 36,968% dan 14.440%. Berdasarkan ketentuan
klasifikasi tanah menurut AASHTO, tanah Tigaraksa pada
kedalaman ini diklasifikasikan dalam kelompok tanah A-2-6
dengan tipe material pokok tanah lempung berpasir dan kondisi
sebagai tanah dasar pada skala sangat baik sampai baik.
Berdasarkan hasil pengujian distribusi saringan pada Lampiran 5,
persentase lolos saringan No. 200 sebesar 29,009% yang
menyatakan bahwa tanah coarse grained. Oleh karena itu,
berdasarkan nilai liquid limit, indeks plastisitas, dan persentase
lolos saringan No. 200, klasifikasi tanah menurut USCS pada
Gambar 4.8 adalah CL (lempung berpasir yang memiliki nilai
plastisitas rendah hingga sedang).
Berdasarkan hasil pengujian, sampel Tanah Tigaraksa
(kedalaman 4 - 5 meter) memiliki nilai liquid limit dan indeks
plastisitas sebesar 35,390% dan 17,313%. Berdasarkan ketentuan
klasifikasi tanah menurut AASHTO, tanah Tigaraksa pada
kedalaman ini diklasifikasikan dalam kelompok tanah A-6 dengan
tipe material pokok tanah berlempung dan kondisi sebagai tanah
dasar pada skala sedang sampai buruk. Berdasarkan hasil
pengujian distribusi saringan pada Lampiran 5, persentase lolos
saringan No. 200 sebesar 74,869% yang menyatakan bahwa tanah
fine grained. Oleh karena itu, berdasarkan nilai liquid limit, indeks
plastisitas, dan persentase lolos saringan No. 200, klasifikasi tanah
menurut USCS pada Gambar 4.9 adalah CL (lempung berpasir
yang memiliki nilai plastisitas rendah hingga sedang).
4.1.2 Pengujian Pemadatan dan Kekuatan Tanah
4.1.2.1 Optimum Moisture Content (OMC)
Pengujian pemadatan tanah dilakukan pada semua sampel
tanah uji. Pengujian ini akan didapatkan kadar air optimum
tanah. Kadar air optimum tanah akan digunakan sebagai
variabel variasi kadar air pada pengujian kuat geser tanah.
Berdasarkan pengujian pemadatan tanah yang telah dilakukan,
didapatkan hasil pengujian sampel tanah uji sebagai berikut:
Universitas Pertamina - 32
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Pemadatan
Malingping Labuan Saketi Tigaraksa
Lokasi
(MB) (LB) (SB) (TA)
Kadar Air
34.827 43.501 48.283 43.375
Alami (%)
OMC (%) 24.560 23.100 24.790 28.720
Kepadatan
Kering 1.569 1.618 1.478 1.446
(gr/cm3)
Universitas Pertamina - 33
Gambar 4. 7 Grafik Pemadatan Tanah Saketi
Universitas Pertamina - 34
Berdasarkan hasil pengujian pemadatan tanah dari 4 sampel
uji, didapatkan nilai optimum moisture content untuk tanah
Malingping, Labuan, Saketi, dan Tigaraksa dengan masing-
masing nilai kepadatan keringnya adalah 24,560% (1,569
gr/cm3), 23,100% (1,618 gr/cm3), 24,790% (1,478 gr/cm3), dan
28,720% (1,446 gr/cm3). Setelah didapatkan nilai OMC dari
masing-masing tanah, selanjutnya akan dilakukan variasi kadar
air (+2% OMC dan -2% OMC) untuk dilakukan analisis
hubungannya terhadap kuat geser tanah.
4.1.2 Kuat Geser Tanah
Pengujian kuat geser tanah dilakukan untuk mengidentifikasi
pengaruh dari kadar air terhadap kuat geser tanah. Adapun hasil
pengujian kuat geser tanah sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Kuat Geser
Variasi Kadar Air Lokasi Kadar Air (%) Kohesi (kPa) Sudut Geser (ø) Kuat Geser (τ)
OMC 24.560 21.422 11.448 219.467
-2% OMC Malimping (MB) 22.560 36.875 2.828 85.188
+2% OMC 26.560 32.639 1.117 51.710
Kadar Air Alami 34.827 15.946 0.309 21.227
OMC 23.100 18.818 7.683 150.750
-2% OMC 21.100 34.685 1.123 53.854
Labuan (LB)
+2% OMC 25.100 11.975 1.936 45.031
Kadar Air Alami 43.501 7.839 0.653 18.977
OMC 24.790 38.475 9.252 197.791
-2% OMC 22.790 45.535 7.435 173.164
Saketi (SB)
+2% OMC 26.790 29.975 4.602 108.704
Kadar Air Alami 48.283 12.497 4.335 86.554
OMC 28.720 40.073 4.796 122.127
-2% OMC 26.720 31.955 2.491 74.498
Tigaraksa (TA)
+2% OMC 30.720 36.246 0.544 45.537
Kadar Air Alami 43.375 33.197 0.544 42.479
Universitas Pertamina - 35
kohesi, sudut geser, dan kuat geser sampel tanah uji adalah 15,946
kPa, 0,309 o, 21,227 kPa (tanah Malingping), 7,839 kPa, 0,653 o,
18,977 kPa (tanah Labuan), 12,497 kPa, 4,335 o, 86,554 kPa
(tanah Saketi), dan 33,197 kPa, 0,544 o, 42,479 kPa (tanah
Tigaraksa).
4.1.3 Pengujian Sifat Ekspansif Tanah
Pengujian sifat ekspansif tanah akan didapatkan persentase
pengembangan tanah. Dilakukan pengujian expansion index untuk
mendapatkan nilai persentase pengembangan.
4.1.3.1 Expansion Index (EI)
Adapun hasil pengujian expansion index untuk setiap
sampel tanah uji sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Expansion Index
Lokasi Nilai Expansion Index
Tanah Ruas Jalan Malingping (MB)
Sampel 1
125.185
Kedalaman 0 - 1,65 meter
Sampel 2
145.926
Tanah Ruas Jalan Labuan (LB)
Sampel 1
114.815
Kedalaman 0 - 2,5 meter
Sampel 1
100.741
Tanah Ruas Jalan Saketi (SB)
Kedalaman 0,5 - 1,5 meter 70.3704
Kedalaman 1,5 - 3 meter 94.8148
Tanah Ruas Jalan Raya Tigaraksa-Adiyasa (TA)
Kedalaman 0,5 - 1,1 meter 37.778
Kedalaman 1,1 - 1,5 meter 65.926
Kedalaman 1,5 - 3,3 meter 33.333
Kedalaman 3,3 - 4 meter 45.926
Kedalaman 4 - 5 meter 67.407
Universitas Pertamina - 36
(Tigaraksa kedalaman 4-5 meter). Dari hasil pengujian ini,
akan dilakukan analisis nilai EI terhadap potensi
pengembangan tanah dan persentase perubahan volume tanah
dimana potensi pengembangan tanah very low, low, medium,
high, dan very high berada pada rentan nilai EI 0-20, 21-50,
51-90, 91-130, dan >130.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Nilai Expansion Index dengan Potensi Pengembangan
Hubungan antara nilai EI dengan potensi dan persentase pengembangan
tanah yang diuji terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 8 Hubungan Nilai EI dengan Potensi dan Persentase Pengembangan
Nilai Persentase
Potensi
Lokasi Expansion Pengembangan
Pengembangan
Index (%)
Tanah Ruas Jalan Malingping (MB)
Sampel 1 Sampel 1 Sampel 1
125.185 High 12.148
Kedalaman 0 - 1,65 meter
Sampel 2 Sampel 2 Sampel 2
145.926 Very High 14.667
Tanah Ruas Jalan Labuan (LB)
Sampel 1 Sampel 1 Sampel 1
114.815 High 11.481
Kedalaman 0 - 2,5 meter
Sampel 1 Sampel 1 Sampel 1
100.741 High 9.407
Tanah Ruas Jalan Saketi (SB)
Kedalaman 0,5 - 1,5 meter 70.3704 Medium 7.926
Kedalaman 1,5 - 3 meter 94.8148 High 10.000
Tanah Ruas Jalan Raya Tigaraksa-Adiyasa (TA)
Kedalaman 0,5 - 1,1 meter 37.778 Low 3.704
Kedalaman 1,1 - 1,5 meter 65.926 Medium 7.111
Kedalaman 1,5 - 3,3 meter 33.333 Low 3.333
Kedalaman 3,3 - 4 meter 45.926 Low 4.593
Kedalaman 4 - 5 meter 67.407 Medium 6.667
Universitas Pertamina - 37
kedalaman 1,1 – 1,5 meter, dan kedalaman 4 – 5 meter). Sedangkan, potensi
pengembangan tanah low memiliki nilai EI <50 dengan persentase
pengembangan 3-5%.
Persentase pengembangan tanah mengindikasikan adanya perubahan
volume tanah terhadap tinggi awal tanah sebelum adanya pengaruh
penambahn air. Perubahan volume tanah ini disebabkan oleh adanya air yang
mengisi rongga kosong pada tanah kemudian memberikan tekanan pada tanah
yang membuat tanah terdesak dan kemudian mengembang. Semakin besar
persentase pengembangan tanah menunjukkan jika adanya pengaruh
penambahan kadar air dalam jumlah tertentu akan menyebabkan tanah
mengembang dengan signifikan.
Hal ini didukung berdasarkan tabel klasifikasi nilai EI terhadap potensi
pengembangan tanah pada ASTM D 4829 95 dimana nilai EI pada rentan 0-
20 termasuk pada potensi pengembangan yang very low, 21-50 termasuk pada
potensi pengembangan low, 51-90 termasuk pada potensi pengembangan
medium, 91-130 termasuk pada potensi pengembangan high, dan >130
termasuk pada potensi pengembangan very high. Tanah dapat
diklasifikasikan sebagai tanah ekspansif jika memiliki potensi pengembangan
pada skala medium-very high.
Pada pengujian expansion index, setiap jenis tanah memiliki waktu
optimum pengembangan. Nilai optimum waktu pengembangan ini
ditunjukkan pada grafik berikut.
Universitas Pertamina - 38
Gambar 4. 11 (a) Grafik Waktu-Pengembangan Tanah Labuan Sampel 1
(b) Grafik Waktu-Pengembangan Tanah Labuan Sampel 2
Universitas Pertamina - 39
Gambar 4. 13 Kurva Waktu-Pengembangan Tanah Tigaraksa (a)
Kedalaman 0,5 – 1,1 meter (b) Kedalaman 1,1 – 1,5 meter (c) Kedalaman
1,5 – 3,3 meter (d) Kedalaman 3,3 – 4 meter, (e) Kedalaman 4 – 5 meter
Universitas Pertamina - 40
Berdasarkan kurva waktu-pengembangan, waktu dan besar
pengembangan akan berbanding lurus. Nilai pengembangan akan bertambah
seiring dengan bertambahnya waktu. Pada kurva tersebut, pengembangan
tanah yang signifikan akan terjadi di menit awal setelah tanah diberikan air.
Hal ini terjadi karena air langsung mengisi seluruh rongga kosong pada tanah.
Sedangkan, optimum pengembangan tanah umumnya akan terjadi pada
waktu 1-4 jam setelah tanah dijenuhkan. Hal ini diakibatkan, rongga kosong
pada tanah sudah terisi sempurna oleh air dan pengembangan terjadi karena
adanya tekanan yang mendesak air untuk mengembang.
Pada tanah Malingping (sampel 1 dan sampel 2) serta tanah Labuan
(sampel 1 dan sampel 2), pada menit awal, tanah mengalami pengembangan
yang tidak signifikan dan relatif konstan hingga waktu 24 jam. Sedangkan,
pada tanah Saketi dan Tigaraksa, tanah mengalami pengembangan yang
sangat signifikan pada menit awal ketika baru ditambahkan air dan akan
relatif konstan saat memasuki waktu 1-24 jam.
Dari kurva waktu-pengembangan, didapatkan jika waktu optimum
pengembangan tanah Malingping sampel 1 dan sampel 2 terjadi pada 15,492
akar waktu dalam menit (4 jam) dan 10,954 akar waktu dalam menit (2 jam).
Pengembangan optimum tanah Labuan sampel 1 dan sampel 2 terjadi pada
10,954 akar waktu dalam menit (2 jam) dan 7,746 akar waktu dalam menit (1
jam). Kemudian, pada tanah Saketi kedalaman 0,5-1,5 meter dan 1,5-3 meter
terjadi pada 2,828 akar waktu dalam menit (8 menit) dan 15,492 akar waktu
dalam menit (4 jam). Selanjutnya, tanah Tigaraksa dari kedalaman awal
sampai kedalaman akhir berturut-turut sebesar 7,746 akar waktu dalam menit
(1 jam), 15,492 akar waktu dalam menit (4 jam), 7,746 akar waktu dalam
menit (1 jam), 10,954 akar waktu dalam menit (2 jam), dan 7,746 akar waktu
dalam menit (1 jam).
4.2.2 Hubungan Aktivitas Terhadap Potensi Pengembangan Tanah
Tabel dibawah ini merupakan hubungan antara fraksi lempung
terhadap aktivitas tanah ekspansif:
Tabel 4. 9 Identifikasi Tanah Ekspansif Berdasarkan Nilai Ac
Indeks Skempton (1953) Seed (1962)
Fraksi
Lokasi Plastisitas, IP Potensi Ac = PI/(CF- Potensi
Lempung (%) Ac = PI/CF
(%) Pengembangan 10%) Pengembangan
Malimping (MB) 61.066 31.899 0.522 Tidak Aktif 0.6247 Tinggi
Labuan (LB) 60.322 20.095 0.333 Tidak Aktif 0.3993 Rendah
Saketi (SB)
0-1,5 meter 52.700 16.822 0.319 Tidak Aktif 0.3940 Rendah
1,5-3 meter 65.298 26.764 0.410 Tidak Aktif 0.4840 Medium
Tigaraksa
0-1,1 meter 39.862 14.851 0.373 Tidak Aktif 0.4973 Rendah
1,1-1,5 meter 45.945 16.530 0.360 Tidak Aktif 0.4599 Rendah
1,5-3,3 meter 38.725 13.125 0.339 Tidak Aktif 0.4569 Rendah
3,3-4 meter 17.768 14.440 0.813 Tidak Aktif 1.8589 Medium
4-5 meter 47.561 17.313 0.364 Tidak Aktif 0.4609 Rendah
Universitas Pertamina - 41
Gambar 4. 15 Potensi Pengembangan (Seed, 1962)
Berdasarkan ketentuan Skempton (1953), potensi pengembangan
tanah semua lokasi pengujian berada pada skala tidak aktif. Dari sudut
pandang Seed (1962), potensi pengembangan tanah didominasi pada
skala rendah (tanah Labuan, tanah Saketi kedalaman 1,5-3 meter, tanah
Tigaraksa kedalaman 0-1,1 meter, kedalaman 1,1-1,5 meter, kedalaman
1,5-3,3 meter, dan kedalaman 4-5 meter) sedangkan tanah yang
memiliki potensi pengembangan tinggi adalah tanah Malingping, dan
tanah yang memiliki potensi pengembangan medium adalah tanah
Saketi kedalaman 1,5-3 meter dan tanah Tigaraksa kedalaman 3,3-4
meter.
Ketentuan potensi ekspansivitas tanah berdasarkan Skempton
(1953) dan Seed (1962), memperhatikan persentase fraksi lempung.
Semakin besar nilai fraksi lempung maka semakin kecil nilai tingkat
keaktifan tanah (Ac). Hasil persentase fraksi lempung yang besar ini
disebabkan oleh metode pengujian analisis gradasi butir tanah
menggunakan wet method. Pada metode ini, tanah uji yang tertahan
pada saringan No. 200 diberikan tekanan oleh air dan gerakan tangan
saat proses pengujian. Oleh karena itu, persentase lempung yang lolos
saringan No. 200 akan tinggi.
Selain itu, nilai indeks plastisitas tanah pada sampel uji rendah
(<35%) dimana hal ini mempengaruhi hasil yang didapatkan yang
mengakibatkan tanah memiliki potensi pengembangan yang tidak aktif
Universitas Pertamina - 42
(Skempton, 1953) dan potensi pengembangan yang rendah (Seed,
1962). Menurut Chen (1975), persentase fraksi lempung berbanding
lurus dengan potensi pengembangan tanah dimana semakin besar
kandungan lempung maka semakin besar pula potensi
pengembangannya. Pendapat tersebut jika diaplikasikan pada rumus
tingkat aktivitas tanah baik menurut Skempton (1953) ataupun Seed
(1962), harus diimbangi dengan nilai indeks plastisitas yang besar pula
(nilai CF pembagi). Berdasarkan penelitian Zhafran Muhammad
Asyam Bustomi, 2017 dalam Padjadjaran Geoscience Journal, sampel
tanah uji memiliki potensi pengembangan aktif (Skempton, 1953) dan
potensi pengembangan sangat tinggi (Seed, 1962) dengan nilai indeks
plastisitas >35% yang diimbangi dengan nilai fraksi lempung 55%.
Sedangkan, sampel tanah yang diuji pada penelitian ini memiliki nilai
fraksi lempung >60% dan tidak diimbangi dengan nilai indeks
plastisitas yang <35%.
4.2.3 Hubungan Indeks Plastisitas Terhadap Potensi Pengembangan
Tanah
Hubungan antara indeks plastisitas terhadap potensi pengembangan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 10 Identifikasi Tanah Ekspansif Berdasarkan Indeks
Plastisitas
Wiliam (1980) Chen (1988)
Fraksi Indeks Plastisitas,
Lokasi Potensi Potensi
Lempung (%) IP (%)
Pengembangan Pengembangan
Malimping (MB) 61.066 31.899 Medium Medium
Labuan (LB) 60.322 20.095 Low Medium
Saketi (SB)
0-1,5 meter 52.700 16.822 Low Medium
1,5-3 meter 65.298 26.764 Low Medium
Tigaraksa
0-1,1 meter 39.862 14.851 Low Low
1,1-1,5 meter 45.945 16.530 Low Medium
1,5-3,3 meter 38.725 13.125 Low Low
3,3-4 meter 17.768 14.440 Medium Low
4-5 meter 47.561 17.313 Low Medium
Universitas Pertamina - 43
Gambar 4. 16 Potensi Pengembangan (William, 1980)
Berdasarkan ketentuan William (1980), tanah Malingping dengan
nilai indeks plastisitas dengan 31,899% dan persentase fraksi lempung
sebesar 61,066% memiliki potensi pengembangan medium, tanah
Labuan dengan indeks plastisitas sebesar 20,095% dan persentase
fraksi lempung 60.322% memiliki potensi pengembangan low, tanah
Saketi kedalaman 0-1,5 meter dengan indeks plastisitas sebesar
16,822% dan persentase fraksi lempung sebesar 52,700% memiliki
potensi pengembangan low, kemudian tanah Saketi kedalaman 1,5-3
meter dengan indeks plastisitas 26,764% dan persentase fraksi lempung
sebesar 65,298% memilik potensi pengembangan low. Tanah Tigaraksa
kedalaman 0-1,1 meter, 1,1-1,5 meter, 1,5-3 meter, dan 4-5 meter
dengan indeks plastisitas 14,851%, 16,530%, 13,125%, 17,313%,
dengan persentase fraksi lempung sebesar 39,862%, 45,945%,
38,725%, 47,561% memiliki potensi pengembangan low. Sedangkan,
tanah Tigaraksa kedalaman 3,3-4 meter dengan indeks plastisitas
14,440% dan persentase fraksi lempung sebesar 17,768% memiliki
potensi pengembangan medium.
Sedangkan, berdasarkan ketentuan Chen (1988), tanah yang
memiliki potensi pengembangan sangat tinggi jika nilai IP >55%,
potensi pengembangan tinggi jika nilai IP 20-55%, potensi
pengembangan sedang jika nilai IP 10-35% yaitu tanah Malingping,
tanah Labuan, tanah Saketi kedalaman 0-1,5 meter dan kedalaman 1,5-
3 meter, tanah Tigaraksa kedalaman 1,1-1,5 meter dan kedalaman 4-5
meter. Sedangkan, tanah dengan IP 0-15% memiliki potensi
pengembangan yang rendah yaitu tanah Tigaraksa kedalaman 0-1,1
meter, kedalaman 1,5-3,3 meter, dan kedalaman 3,3-4 meter.
Universitas Pertamina - 44
Berdasarkan hasil tersebut, nilai indeks plastisitas berbanding lurus
denga nilai potensi pengembangan. Semakin tinggi nilai indeks
plastisitas tanah, maka semakin tinggi pula potensi pengembangan
tanah, dan sebaliknya. Selain itu, persentase fraksi lempung juga
berbanding lurus dengan nilai indeks plastisitas. Nilai fraksi lempung
yang besar disebabkan oleh pengujian gradasi butiran tanah
menggunakan wet method. Sedangkan, nilai indeks plastisitas yang
kecil disebabkan oleh nilai batas cair yang besar yang diikuti oleh nilai
batas plastis yang besar pula.
4.2.4 Hubungan Batas Cair dan Indeks Plastis Terhadap Potensi
Pengembangan
Nilai indeks plastisitas dipengaruhi oleh hasil batas cair (LL) yang
kemudian nilai ini dapat menentukan potensi pengembangan tanah.
Korelasi antara nilai batas cair dan indeks plastisitas terhadap potensi
pengembangan merujuk pada ketentuan Snethen (1977), sebagai
berikut:
Tabel 4. 11 Hubungan LL dan IP terhadap Potensi Pengembangan
Indeks Snethen, 1977
Batas
Lokasi Plastisitas, Klasifikasi
Cair (%)
IP (%) Pengembangan
Malingping (MB) 59.199 31.899 Tinggi
Labuan (LB) 61.570 20.095 Tinggi
Saketi (SB)
0-1,5 meter 50.774 16.822 Sedang
1,5-3 meter 60.833 26.764 Sedang
Tigaraksa
0-1,1 meter 40.447 14.851 Rendah
1,1-1,5 meter 39.401 16.530 Rendah
1,5-3,3 meter 38.545 13.125 Rendah
3,3-4 meter 36.968 14.440 Rendah
4-5 meter 35.390 17.313 Rendah
Universitas Pertamina - 45
dengan nilai IP<25% memiliki klasifikasi pengembangan sedang dan
rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks plastis
berbanding lurus dengan nilai batas cair.
4.2.5 Hubungan Nilai Indeks Plastisitas Terhadap Hasil Pengujian
Expansion Index
Hubungan nilai indeks plastisitas terhadap persentase
pengembangan dan potensi pengembangan tanah hasil pengujian
expansion index dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Hubungan Nilai Indeks Plastisitas terhadap Hasil
Pengujian Expansion Index
Persentase
IP (%) Potensi Pengembangan
Pengembangan (%)
Malingping
12.148 High
0-1,65 meter 31.899
14.667 Very High
Labuan
11.481 High
0-2,5 meter 20.095
9.407 High
Saketi
0-1,5 meter 16.822 7.926 Medium
1,5-3 meter 26.764 10.000 High
Tigaraksa
0-1,1 meter 14.851 3.704 Low
1,1-1,5 meter 16.530 7.111 Medium
1,5-3,3 meter 13.125 3.333 Low
3,3-4 meter 14.440 4.593 Low
4-5 meter 17.313 6.667 Medium .
Universitas Pertamina - 46
tanah Saketi kedalaman 1,5-3 meter dengan persentase pengembangan
10.000%).
Nilai IP pada rentan 15-20% memiliki potensi pengembangan
medium (tanah Saketi kedalaman 0-1,5 meter dengan persentase
pengembangan 7,926%, tanah Tigaraksa kedalaman 1,1-1,5 meter
dengan persentase pengembangan 7,111%, dan kedalaman 4-5 meter
dengan persentase pengembangan 6,667%).
Nilai IP >15% memiliki potensi pengembangan low (tanah
Tigaraksa kedalaman 0-1,1 meter dengan persentase pengembangan
3,704%, kedalaman 1,5-3,3 meter dengan persentase pengembangan
4,593%, dan kedalaman 4-5 meter dengan persentase pengembangan
4,593%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks plastisitas
berbanding lurus dengan nilai potensi pengembangan pengujian
expansion index.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.17, menunjukkan trend
peningkatan persentase pengembangan yang diikuti oleh nilai indeks
plastisitas. Persentase mengembang akan semakin tinggi dengan
bertambahnya nilai indeks plastisitas. Nilai indeks plastisitas ini
menunjukkan tingkat keplastisitasan tanah. Jika tanah memiliki indeks
plastisitas tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung
yang berbanding lurus dengan potensi pengembangan tanah.
4.2.6 Hubungan Nilai Persentase Lempung Terhadap Hasil Pengujian
Expansion Index
Hubungan nilai persentase lempung terhadap persentase
pengembangan dan potensi pengembangan tanah hasil pengujian
expansion index dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4. 13 Hubungan Nilai Persentase Fraksi Lempung dengan
Persentase Pengembangan Hasil Pengujian Expansion Index
Persentase Persentase Potensi
Lempung (%) Pengembangan (%) Pengembangan
Malingping
12.148 High
0-1,65 meter 61.066
14.667 Very High
Labuan
11.481 High
0-2,5 meter 60.322
9.407 High
Saketi
0-1,5 meter 52.700 7.926 Medium
1,5-3 meter 65.298 10.000 High
Tigaraksa
0-1,1 meter 39.862 3.704 Low
1,1-1,5 meter 45.945 7.111 Medium
1,5-3,3 meter 38.725 3.333 Low
3,3-4 meter 17.768 4.593 Low
4-5 meter 47.561 6.667 Medium
Universitas Pertamina - 47
Gambar 4. 18 Korelasi antara CF dan Persentase Pengembangan
Dari hasil pengujian dan korelasi, tanah dengan nilai persentase
lempung >60% memiliki potensi pengembangan high-very high (tanah
Malingping, Labuan, dan Saketi kedalaman 1,5-3 meter). Tanah dengan
persentase lempung 45-60% memiliki potensi pengembangan medium
(Tanah Saketi kedalaman 0-1,5 meter, tanah Tigaraksa kedalaman 1,1-
1,5 meter, dan kedalaman 4-5 meter). Tanah dengan persentase
pengembangan <45% memiliki potensi pengembangan low (tanah
Tigaraksa kedalaman 0-1,1 meter, kedalaman 1,5-3,3 meter, dan
kedalaman 3,3-4 meter).
Dari grafik korelasi antar CF dan persentase pengembangan pada
Gambar 4.18, trend yang terbentuk menunjukkan adanya peningkatan
potensi pengembangan yang dipengaruhi oleh peningkatan persentase
fraksi lempung. Hal ini disebabkan karena butiran lempung memiliki
tingkat plastisitas yang tinggi yang dapat mengembang terhadap
penambahan kadar air dalam jumlah tertentu. Selain itu, butiran lempung
yang relatif kecil dan rapat, membuat air tidak mudah keluar dari celah-
celah tanah, tetapi air akan yang mengisi ruang pori diantara butiran
lempung dan air yang telah mengisi pori tersebut akan mendesak butiran
lempung untuk mengembang. Karena butiran lempung yang memiliki
ikatan yang kuat, oleh karena itu jika satu segmen butiran mengembang
akan menarik butiran lainnya untuk mengembang juga sehingga tanah
secara keseluruhan akan mengembang.
4.2.7 Hubungan Hasil Pengujian Shrinkage Limit Terhadap Hasil
Pengujian Expansion Index
Hubungan antara batas susut dan susut linier terhadap persentase
pengembangan dan potensi pengembangan tanah hasil pengujian
expansion index dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Universitas Pertamina - 48
Tabel 4. 14 Hubungan antara Batas Susut, Susut Linier, terhadap
Persentase Pengembangan
Pengujian Batas Susut Chen, 1975 Pengujian Expansion Index
Persentase
Batas Susut Susut Linier Perubahan Derajat Potensi
Pengembangan
(%) (%) Volume (%) Mengembang Pengembangan
(%)
Malingping
12.148 High
0-1,65 meter 3.257 18.919 87.624 Kritis
14.667 Very High
Labuan
11.481 High
0-2,5 meter 6.469 18.687 86.065 Kritis
9.407 High
Saketi
0-1,5 meter 11.578 7.472 26.253 Sedang 7.926 Medium
1,5-3 meter 6.125 17.967 81.148 Kritis 10.000 High
Tigaraksa
0-1,1 meter 17.772 4.563 15.047 Tidak Kritis 3.704 Low
1,1-1,5 meter 10.778 7.841 27.758 Sedang 7.111 Medium
1,5-3,3 meter 19.560 4.787 15.875 Tidak Kritis 3.333 Low
3,3-4 meter 15.349 4.872 16.168 Tidak Kritis 4.593 Low
4-5 meter 11.838 7.937 28.158 Sedang 6.667 Medium
Universitas Pertamina - 49
pengembangan yang tinggi akan mengalami perubahan volume tanah
yang besar terhadap volume awal tanah.
Hal ini didukung oleh ketentuan Chen (1975) pada Tabel 2.4, dimana
nilai SL >12% dengan nilai susut linear 0-5% akan memiliki derajat
mengembang yang tidak kritis. Tanah dengan nilai SL 10-12% dengan
nilai susut linear 5-8% akan memiliki derajat mengembang yang sedang
dan tanah dengan nilai SL <10% dengan nilai batas susut linear >8%
memiliki derajat mengembang kritis. Ketentuan ini menunjukkan
bahwa hubungan nilai batas susut dan susut linear berbanding terbalik
dan hubungan antara nilai batas susut dengan derajat mengembang
berbanding terbalik juga. Sedangkan, hubungan antara susut linear
dengan derajat mengembang akan berbanding lurus.
Ketentuan dari Holts et al (1959) pada tabel identifikasi tanah
lempung ekspansif USBR Tabel 2.5 juga mendukung pernyataan diatas.
Nilai batas susut <11% memiliki derajat ekspansif sangat tinggi, 7-11%
memiliki derajat ekspansif tinggi, 10-16% memiliki derajat ekspansif
sedang, dan >15% memiliki derajat ekspansif rendah.
4.2.8 Hubungan Angka Pori Terhadap Persentase Pengembangan
Hasil pengujian expansion index, didapatkan nilai angka pori tanah.
Nilai angka pori ini mengindikasikan besar perbandingan antara
volume pori terhadap volume butir tanah. Nilai angka pori sebelum dan
setelah pengembangan disajikan pada tabel dibawah.
Tabel 4. 15 Nilai Angka Pori Sebelum dan Setelah Pengembangan
Kadar Ari Kadar Air Peningkatan Kadar Air Angka Pori Angka Pori Persentase
Peningkatan
Lokasi Sebelum Setelah Setelah Pengembangan Sebelum Setelah Pengembangan
Angka Pori
Pengujian (%) Pengujian (%) (%) Pengujian Pengujian (%)
Universitas Pertamina - 50
Gambar 4. 20 Hubungan Peningkatan Angka Pori Terhadap
Persentase Pengembangan Tanah
Pada Tabel 4.15, sampel tanah mengalami peningkatan persentase
kadar air yang mengakibatkan tanah mengembang. Persentase
pengembangan tanah dipengaruhi oleh air yang mengisi rongga pori
tanah dan memberikan tekanan sehingga tanah. Dari tabel tersebut
dapat ditentukan bahwa tanah yang memiliki peningkatan nilai angka
pori terbesar, memiliki persentase pengembangan paling besar dari
sampel tanah lainnya, yaitu tanah Malingping (MB) dengan
peningkatan angka pori sebesar 0.247 dan persentase pengembangan
sebesar 13,407%. Sedangkan, tanah dengan peningkatan nilai angka
pori terkecil, memiliki persentase pengembangan yang paling kecil
pula, yaitu tanah Tigaraksa kedalaman 1,5-3,3 meter dengan persentase
pengembangan sebesar 3,333% dan peningkatan angka pori sebesar
0,064. Gambar 4.20, yaitu hubungan peningkatan angka pori terhadap
persentase pengembangan tanah dapat dilihat bahwa grafik tersebut
memiliki trend nilai yang naik dimana nilai peningkatan angka pori
akan berbanding lurus terhadap besar persentase pengembangan tanah.
Universitas Pertamina - 51
4.2.9 Hubungan Variasi Kadar Air Terhadap Kuat Geser Tanah
Korelasi kadar air terhadap kuat geser tanah ditunjukkan pada Tabel 4.16
berikut:
Tabel 4. 16 Hubungan Variasi Kadar Air Terhadap Kuat Geser
Variasi Kadar Air Lokasi Kadar Air (%) Kohesi (kPa) Sudut Geser (ø) Kuat Geser (τ)
OMC 24.560 21.422 11.448 219.467
-2% OMC Malimping (MB) 22.560 36.875 2.828 85.188
+2% OMC 26.560 32.639 1.117 51.710
Kadar Air Alami 34.827 15.946 0.309 21.227
OMC 23.100 18.818 7.683 150.750
-2% OMC 21.100 34.685 1.123 53.854
Labuan (LB)
+2% OMC 25.100 11.975 1.936 45.031
Kadar Air Alami 43.501 7.839 0.653 18.977
OMC 24.790 38.475 9.252 197.791
-2% OMC 22.790 45.535 7.435 173.164
Saketi (SB)
+2% OMC 26.790 29.975 4.602 108.704
Kadar Air Alami 48.283 12.497 4.335 86.554
OMC 28.720 40.073 4.796 122.127
-2% OMC 26.720 31.955 2.491 74.498
Tigaraksa (TA)
+2% OMC 30.720 36.246 0.544 45.537
Kadar Air Alami 43.375 33.197 0.544 42.479
Universitas Pertamina - 52
Gambar 4. 23 Hubungan Kuat Geser Terhadap Variasi Kadar Air
Tanah Saketi
Universitas Pertamina - 53
kondisi kadar air yang optimum pula. Berdasarkan dari hasil pengujian kuat
geser tanah dengan variasi kadar air, tanah mengalami kuat geser yang
paling besar saat kondisi optimum. Nilai kuat geser akan semakin besar
seiring bertambahnya air sampai mendekati nilai kadar air optimum dan
turun saat kadar air melebihi kadar air optimum. Hal ini sesuai dengan yang
terjadi pada kurva pemadatan tanah (OMC) pada Gambar 4.5 sampai
Gambar 4.9 dimana kepadatan kering tanah akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar air sampai mencapai titik kadar air optimum dan akan
terus menurun jika terjadi penambahan kadar air yang melebihi kadar air
optimumnya.
Pernyataan diatas didukung oleh Dian Hastari Agustina, dkk (2019)
dalam jurnal Sigma Teknika, Vol.2, No.1 Halaman 120 dimana nilai kuat
geser tanah meningkat seiring dengan adanya penambahan kadar air sampai
mencapai kondisi kadar air optimum.
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.16 menunjukkan bahwa tanah
Malingping memiliki kuat geser yang paling besar daripada tanah lainnya
yaitu 219,467 kPa pada kondisi OMC, diikuti oleh tanah Saketi sebesar
197,791 kPa, dan tanah Labuan sebesar 150,750 kPa. Kuat geser yang paling
kecil dimiliki oleh tanah Tigaraksa sebesar 122,127 kPa. Nilai kuat geser
tanah Tigaraksa yang kecil ini disebabkan karena tanah ini memiliki fraksi
lempung yang kecil dimana memiliki campuran pasir dengan persentase silt
yang cukup besar daripada tanah lainnya yang persentase pasir dan silt tidak
terlalu besar.
Berdasarkan Tabel 4.16, pada semua sampel uji nilai kohesi tidak selalu
naik atau sebaliknya. Kohesi adalah daya lekat antar partikel tanah dimana
nilai kohesi ini dipengaruhi oleh jenis tanah dan kadar air yang ada pada
tanah. Dari hasil pengujian pada tabel tersebut, tanah dengan kondisi -2%
OMC memiliki nilai kohesi yang paling besar dimana tanah akan
mengalami peningkatan nilai kohesi seiring dengan bertambahnya air yang
mendekati nilai OMC. Sedangkan, nilai kohesi akan turun ketika tanah pada
kondisi +2% OMC (melebihi kadar air OMC). Hal ini dikarenakan semakin
tinggi kadar air tanah, maka nilai kohesi akan menurun. Artinya,
bertambahnya kadar air dalam tanah akan mengurangi daya lekat antar
partikel tanah. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Gati Sri Utami (2018) dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan VI 2018, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (Analisis
Pengaruh Perubahan Kadar Air Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah) Hal.
294 yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya air, nilai kohesi akan
berkurang yang diakibatkan daya lekat partikel tanah berkurang.
Universitas Pertamina - 54
4.2.10 Residual Strength Hasil Pengujian Direct Shear
Pada hasil pengujian direct shear test, dapat diperoleh grafik tegangan-
regangan tanah, sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4. 26 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping
Sampel 1 OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah
Malingping Sampel 3 OMC
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 27 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping
Sampel 1 +2% OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah
Malingping Sampel 2 +2% OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan
Tanah Malingping Sampel 3 +2% OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 55
Gambar 4. 28 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah
Malingping Sampel 2 -2% OMC (b) Grafik Tegangan dan
Regangan Tanah Malingping Sampel 3 -2% OMC
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 29 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Malingping
Sampel 1 Kadar Air Asli (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah
Malingping Sampel 2 Kadar Air Asli (c) Grafik Tegangan dan Regangan
Tanah Malingping Sampel 3 Kadar Air Asli
(a) (b)
Gambar 4. 30 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel
1 OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3 OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 56
(c)
Gambar 4. 31 (a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel
1 -2% OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 2 -
2% OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3 -
2% OMC
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 32 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 1
+2% OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 2
+2% OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 3
+2% OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 57
(c)
Gambar 4. 33 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan Sampel 1
Kadar Air Alami (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Labuan
Sampel 2 Kadar Air Alami (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah
Labuan Sampel 3 Kadar Air Alami
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 34 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1
OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2 OMC
(c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3 OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 58
(c)
Gambar 4. 35 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1
-2%OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2 -2%
OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3 -2%
OMC
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 36 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1
+2%OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 2
+2% OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 3
+2% OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 59
(c)
Gambar 4. 37 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel 1
Kadar Air Alami (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi Sampel
2 Kadar Air Alami (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Saketi
Sampel 3 Kadar Air Alami
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 38 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa
Sampel 1 OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa
Sampel 2 OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa
Sampel 3 OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 60
(c)
Gambar 4. 39 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
1 -2% OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
2 -2% OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
3 -2% OMC
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 40 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
1 +2% OMC (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
2 +2% OMC (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
3 +2% OMC
(a) (b)
Universitas Pertamina - 61
(c)
Gambar 4. 41 a) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa Sampel
1 Kadar Air Alami (b) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah Tigaraksa
Sampel 2 Kadar Air Alami (c) Grafik Tegangan dan Regangan Tanah
Tigaraksa Sampel 3 Kadar Air Alami
Dari graffik-grafik tersebut, dapat ditentukan nilai shear stress
maksimum yang dapat di tahan oleh tanah dan nilai perpindahan yang terjadi
saat kondisi shear stress maksimum. Dari penjelasan sub-bab 4.2.9 tentang
hubungan variasi kadar air terhadap kekuatan tanah, dapat dilihat bahwa
tegangan geser maksimum terjadi pada saat kondisi kadar air OMC. Hal ini
didukung pula oleh grafik tegangan-regangan, dimana nilai shear stress
maksimum terjadi saat kondisi kadar air OMC. Dari grafik-grafik tersebut,
akan diperoleh perilaku keruntuhan tanah (residual strength). Pada
umumnya, setiap jenis tanah memiliki pola keruntuhan yang berbeda-beda.
Pertaman, beberapa tanah akan mengalami kegagalan langsung saat telah
mencapai tegangan maksimumnya yang diindikasikan sebagai tipe soft soil.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa kondisi, misalnya kurang padatnya tanah
sehingga banyak pori-pori tanah yang tidak termampatkan, dipengaruhi oleh
kadar air yang tinggi, nilai kohesi tanah yang kecil sehingga daya rekat antar
partikel tanah rendah, atau parameter lainnya. Pada grafik tegangan-
regangan, tipe tanah ini ditunjukkan dengan tidak adanya grafik lanjutan
setelah tanah mengalami keruntuhan pada kondisi tegangan maksimum.
Pola keruntuhan hard soil saat tanah tidak mengalami kegagalan
langsung setelah mencapai tegangan maksimumnya. Sehingga, saat telah
mencapai tegangan maksimumnya, tanah masih bisa menahan tegangan
yang diberikan meskipun tidak melebih tegangan maksimum. Hal ini
dikarenakan oleh beberapa kondisi, misalnya tanah sudah padat dengan
sempurna sehingga pori-pori tanah yang sudah termampatkan, dipengaruhi
oleh kadar air dalam kondisi mendekati optimum, nilai kohesi tanah yang
besar sehingga daya rekat antar partikel tanah tinggi, atau parameter lainnya.
Pada grafik tegangan-regangan, tipe tanah ini ditunjukkan dengan adanya
grafik lanjutan setelah tanah mengalami keruntuhan pada kondisi tegangan
maksimum (residual strength).
Universitas Pertamina - 62
Universitas Pertamina - 63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Berdasarkan ketentuan Skempton (1953), semua sampel tanah uji
memiliki nilai activity tidak aktif. Berdasarkan ketentuan Seed (1962),
tanah yang memiliki potensi pengembangan tinggi adalah tanah
Malingping. Tanah yang memiliki potensi pengembangan medium
adalah tanah Saketi kedalaman 1,5-3 meter dan tanah Tigaraksa
kedalaman 3,3-4 meter. Tanah yang memiliki potensi pengembangan
rendah adalah tanah Saketi kedalaman 0-1,5 meter, tanah Tigaraksa
kedalaman 0-3,3 meter dan kedalaman 4-5 meter.
Berdasarkan ketentuan Wiliam (1980), tanah yang memiliki potensi
pengembangan medium adalah tanah Malingping dan tanah Tigaraksa
kedalaman 3,3-4 meter. Sedangkan, tanah lainnya yaitu Labuan, Saketi
kedalaman 0-3 meter, tanah Tigaraksa kedalaman 0-3,3 meter, dan
kedalaman 4-5 meter memiliki potensi pengembangan low. Berdasarkan
ketentuan Chen (1988), tanah yang memiliki potensi pengembangan
medium adalah tanah Malingping, Labuan, Saketi kedalaman 0-3 meter,
tanah Tigaraksa kedalam 1,1-1,5 meter dan kedalaman 4-5 meter.
Sedangkan, tanah Tigaraksa kedalaman 0-1,1 meter, kedalaman 1,5-3,3
meter, dan kedalaman 3,3-4 meter memiliki potensi pengembangan low.
Berdasarkan ketentuan Snethen (1977), tanah Malingping dan tanah
Labuan memiliki potensi pengembangan tinggi, tanah Saketi kedalaman
0-3 meter memiliki potensi pengambangan sedang, dan tanah Tigaraksa
kedalaman 0-5 meter memiliki potensi pengembangan rendah.
Berdasarkan ketentuan Chen (1975) tentang korelasi nilai batas susut,
susut linier, dengan potensi pengembangan, tanah yang memiliki derajat
mengembang kritis adalah tanah Malingping, Labuan, dan Saketi
kedalaman 1,5-3 meter. Tanah yang memiliki derajat mengembang
sedang adalah tanah Saketi kedalaman 0-1,5 meter, tanah Tigaraksa
kedalaman 1,1-1,5 meter, dan kedalaman 4-5 meter. Tanah yang
memiliki derajat mengembang tidak kritis adalah tanah Tigaraksa
kedalaman 0-1,1 meter, kedalaman 1,5-3,3 meter, dan kedalaman 3,3-4
meter. Hasil klasifikasi tanah dengan identifikasi tidak langsung ini
dapat dijadikan klasifikasi awal penentuan tanah ekspansif. Selanjutnya,
harus dilakukan identifikasi tanah ekspansif secara langsung.
2. Identifikasi tanah ekspansif secara langsung dilakukan melalui
pengujian Expansion Index (EI). Berdasarkan hasil pengujian
expansion index, didapatkan nilai EI untuk tanah Malingping, Labuan,
Saketi, dan Tigaraksa sebesar 125,185 (Malingping sampel 1), 145,926
(Malingping sampel 2), 114,815 (Labuan sampel 1), 100,741 (Labuan
sampel 2), 70,3704 (Saketi kedalaman 0,5-1,5 meter), 94,8148 (Saketi
kedalaman 1,5-3 meter), 37,778 (Tigaraksa kedalaman 0,5-1,1 meter),
Universitas Pertamina - 63
65,926 (Tigaraksa kedalaman 1,1-1,5 meter), 33,333 (Tigaraksa
kedalaman 1,5-3,3 meter), 45,926 (Tigaraksa kedalaman 3,3-4 meter),
dan 67,407 (Tigaraksa kedalaman 4-5 meter).
3. Karakteristik tanah ekspansif pada umumnya adalah memiliki potensi
kembang susut yang besar. Berdasarkan hasil pengujian dan korelasi
yang telah dilakukan, beberapa karakteristik tanah ekspansif
diantaranya memiliki persentase pengembangan yang tinggi. Persentase
pengembangan yang tinggi ini berhubungan dengan perubahan volume
yang tinggi juga. Sehingga, tanah dengan potensi pengembangan
medium sampai sangat tinggi akan mengalami perubahan volume yang
besar dari volume awal dan nilai persentase pengembangan yang tinggi
pula. Kemudian, memiliki nilai activity yang tinggi. Nilai activity ini
berhubungan dengan nilai persentase fraksi lempung dan indeks
plastisitas yang besar. Semakin tinggi nilai fraksi lempung maka akan
semakin tinggi nilai indeks plastisitasnya dimana nilai nilai activity juga
akan semakin tinggi. Nilai activity ini mengindikasikan pengaruh
keaktifan mineral lempung yang terkandung terhadap potensi
pengembangan tanah.
Selanjutnya, tanah ekspansif akan memiliki nilai indeks plastisitas (IP)
yang berbanding lurus dengan nilai fraksi lempungnya. Semakin tinggi
nilai indeks plastisitas tanah, maka semakin tinggi pula potensi
pengembangan tanah, dan sebaliknya. Selain itu, persentase fraksi
lempung juga berbanding lurus dengan nilai indeks plastisitas.
Karakteristik tanah ekspansif selanjutnya adalah memiliki nilai batas
cair (LL) yang tinggi dimana nilai indeks plastis berbanding lurus
dengan nilai batas cair.
4. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.15 menunjukkan bahwa tanah
Malingping memiliki kuat geser yang paling besar daripada tanah
lainnya yaitu 219,467 kPa pada kondisi OMC, diikuti oleh tanah Saketi
sebesar 197,791 kPa, dan tanah Labuan sebesar 150,750 kPa. Kuat geser
yang paling kecil dimiliki oleh tanah Tigaraksa sebesar 122,127 kPa.
Nilai kuat geser tanah Tigaraksa yang kecil ini disebabkan karena tanah
ini memiliki fraksi lempung yang kecil dimana memiliki campuran pasir
dengan persentase silt yang cukup besar daripada tanah lainnya yang
persentase pasir dan silt tidak terlalu besar.
Berdasarkan Tabel 4.6, pada semua sampel uji nilai kohesi tidak selalu
naik atau sebaliknya. Kohesi adalah daya lekat antar partikel tanah
dimana nilai kohesi ini dipengaruhi oleh jenis tanah dan kadar air yang
ada pada tanah. Dari hasil pengujian pada tabel tersebut, tanah dengan
kondisi -2% OMC memiliki nilai kohesi yang paling besar dimana tanah
akan mengalami peningkatan nilai kohesi seiring dengan bertambahnya
air yang mendekati nilai OMC. Sedangkan, nilai kohesi akan turun
ketika tanah pada kondisi +2% OMC (melebihi kadar air OMC). Hal ini
dikarenakan semakin tinggi kadar air tanah, maka nilai kohesi akan
menurun. Artinya, bertambahnya kadar air dalam tanah akan
mengurangi daya lekat antar partikel tanah.
Universitas Pertamina - 64
5. Berdasarkan dari hasil pengujian kuat geser tanah dengan variasi kadar
air, tanah mengalami kuat geser yang paling besar saat kondisi optimum.
Nilai kuat geser akan semakin besar seiring bertambahnya air sampai
mendekati nilai kadar air optimum dan turun saat kadar air melebihi
kadar air optimum. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada kurva
pemadatan tanah (OMC) pada Gambar 4.10 sampai Gambar 4.13
dimana kepadatan kering tanah akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar air sampai mencapai titik kadar air optimum dan
akan terus menurun jika terjadi penambahan kadar air yang melebihi
kadar air optimumnya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah didapatkan oleh peneliti, berikut
saran yang dapat peneliti sampaikan untuk penelitian selanjutnya:
1. Penentuan sifat ekspansif tanah melalui pengujian langsung hanya
dilakukan melalui pengujian expansion index berdasarkan standar ASTM
D 4829 95 saja. Agar hasil yang didapatkan bervariasi dan lebih akurat
sebaiknya dilakukan pula pengujian expansion index berdasarkan standar
ASTM D 5890 95 dan pengujian kuat tekan bebas.
2. Pengujian kekuatan geser tanah hanya dilakukan menggunakan
pengujian direct shear test. Agar hasil yang lebih akurat dan dapat
dikonfirmasi, sebaiknya dilakukan pengujian triaxial dan UCS untuk
mendapatkan nilai kekuatan geser tanah.
3. Variasi kadar air yang dilakukan menggunakan 2% OMC saja,
sebaiknya ditambah variasi kadar air yang beragam agar hasil yang
didapatkan mengenai hubungan antara kadar air dan kuat geser tanah
dapat dikorelasikan dengan akurat.
4. Peneliti tidak meninjau kandungan mineral tanah yang sangat
mempengaruhi perilaku tanah ekspansif. Agar hasil yang didapatkan
dapat dikonfirmasi, sebaiknya dilakukan pula pengujian mineralogi
tanah yang akan dikorelasikan dengan hasil pengujian sifat fisis,
pemadatan dan kekuatan geser tanah, serta sifat ekspansif tanah.
5. Sampel uji yang digunakan hendaknya lebih banyak agar dapat diperoleh
kesimpulan yang lebih akurat.
Universitas Pertamina - 65
Universitas Pertamina - 66
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Diah. 2021. Mapping Expansive Soil Characteristics on The National
Road Segment in Java Island. Proceedings of 25th Annual National
Conference on Geotechnical Engineering, Jakarta: 9 – 10 November 2021.
Pg. 361 - 372.
Agustina, D. H., & Elfrida. (2019). Pengaruh Perubahan Kadar Air Terhadap
Kekuatan Geser Tanah Lempung. Sigma Teknika, 2.
Al-Homoud A.S., Basma A.A, Malkawi A.I, dan Al-Bashabsheh M.A., 1995,
"Cyclic swelling Behavior of clays". Journal of Geotechnical Engineering,
ASCE.
Al-Rawas, A.A., I. Guba dan A. McGown, 1998, “Geological and Engineering
Characteristics of Expansive Soils And Rocks In Northern Oman”.
Engineering Geology.
American Society for Testing and Materials, 1997, Annual Book of ASTM
Standard, Section 4 Consrtuction, Volume 04.08, Soil and Rock (I), ASTM
European Office, England.
American Society for Testing and Materials. 1991. Annual Book of ASTM
Standards, D 4829 Standard Test Method for Expansion Index of Soils.
Philadelphia. Pa.
American Society for Testing and Materials. D 1140-00 Standard Test Method for
Amount of Material in Soils Finer Than the No. 200 Sieve.
Andhika, Muhammad B. 2022. Korelasi Kadar Air Dengan Kuat Geser Tanah
Pada Tanah Ekspansif Dan Tanah Lempung Non-Ekspansif. Fakultas
Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina.
Arbianto, R., 2016, Studi Korelasi Indeks Plastisitas dan Batas Susut Terhadap
Perilaku Mengembang Tanah, Prosiding, Peran Teknologi dalam
Meningkatkan Kesejahteraan dan Daya Saing Bangsa, UTA’45 Jakarta.
ASTM D 3080-98 Standard Test Method for Direct Shear Test of Soils Under
Consolidated Drained Conditions.
ASTM, 1999. ASTM D427-98 Standard Test Method for Shrinkage Factors of
Soils by the Mercury Method. West Conshohocken: American Society for
Testing and Materials.
ASTM, 2000. ASTM D698-00a Standard Test Methods for Laboratory Compaction
Characteristics of Soil Using Standard Effort (12,400 ft-lbf/ft3). West
Conshohocken: American Society for Testing and Materials.
ASTM. (n.d.). ASTM D2216-19 Standard Test Methods for Laboratory
Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass.
Retrieved from https://www.astm.org/d2216-19.html ASTM. (n.d.).
ASTM. (n.d.). ASTM D422-63(2007) Standard Test Method for Particle-Size
Analysis of Soils. Retrieved from https://www.astm.org/d0422-63r07.html
Universitas Pertamina - 66
ASTM. (n.d.). ASTM D4318-17e1 Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic
Limit, and Plasticity Index of Soils. Retrieved from
https://www.astm.org/d4318-17e01.html
ASTM. (n.d.). ASTM D6528-17 Standard Test Method for Consolidated Undrained
Direct Simple Shear Testing of Fine Grain Soils. Retrieved from
https://www.astm.org/standards/d6528
ASTM. (n.d.). ASTM D854-14 Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil
Solids by Water Pycnometer. Retrieved from https://www.astm.org/d0854-
14.htmBowles.
ASTM. (n.d). ASTM D-2216-92. Standard Test Methods for Laboratory
Determination of Water (Moisture) Content of soil and rock by Mass.
ASTM. (n.d). ASTM D-854-00. Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil
Solids by Water Pycnometer.
ASTM. (n.d). ASTM D-4318-00. Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic
Limit, and Plasticity Index of Soils.
ASTM. (n.d). ASTM D-427-98. Shrinkage Factors of Soils by the Mercury Method.
ASTM. (n.d). ASTM D-689-00a. Standard Test Methods for Laboratory
Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort.
ASTM. (n.d). ASTM D 4829-08a. Standard Test Method for Expansion Index of
Soils.
As’ad, S., 1999, Studi Perilaku Mengembang dan Kuat Geser Tanah Lempung
Ekspansif Akibat Siklus Berulang Basah-Kering, Thesis Magister, Program
Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Bowles, Joseph E.,1989, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta.
Chen, F. H., 1975, Foundation on Expansive Soils, Developments in Geotechnical
Engineering 12, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.
Craig, Robert F.,1991, Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta.
Darwis. (2018). Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena Indis.
Das, Braja M., (2002). “Principles of Geotechnical Engineering, 5nd edition”.
Compressibility of Soil. USA: PWS-KENT Publishing Company. Hal 259-
305.
Das, Braja, dkk 2010. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid
1. Surabaya.
Das, B. M., & Sobhan, K. (n.d.). Principles of Geotechnic Engineering (8th ed.).
Cengage Learning.
Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Penanganan Tanah Ekspansif untuk
Konstruksi Jalan. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-10-2005.
Eagle, B. (2022, March 21). Soil Texture: Sand, Silt and Clay. Retrieved from
https://thinkingcountry.com/2016/11/30/soil-texture-sand-silt-and-clay/
Geoengineer. (n.d.). Atterberg Limits. Retrieved from
https://www.geoengineer.org/education/laboratory-testing/atterberg-limits.
Universitas Pertamina - 67
Geyser, Clinton, 2003, “Expansive soil in Weltevreden Park, Gauteng, South
Africa”, tesis, Technische Universiteit Delft.
Gromko, G.J., 1974, “Review of expansive soils”, ASCE Journal of Geotechnical
Engineering.
Hamilton, J.J., 1977, “Foundations on Swelling or Shrinking Subsoils”, Canadian
Building Digest, Toronto.
Hardiyatmo H.C., 2012. Mekanika Tanah 1. Bandung. Gadjah Mada University
Press.
Hendarsin, Shirley L. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Jurusan Teknik Sipil.
Politeknik Negeri Bandung, Bandung. 2000.
Hernia F, Silvia. 2005. Kolokium & Open House (Kajian pemanfaatan Abu Sekam
Padi Untuk Stabilisasi Dalam Sistem Pondasi di Tanah Ekspansif).
Bandung: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Permukiman Badan
Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. Jurnal
terpublikasi.
Hind, K. (2022, April 24). The Casagrande Plasticity Chart. Retrieved from
https://www.nzgs.org/library/nzgs20_hind/
Holtz, Robert D., and Kovacs, William D., 1959, An Introduction to Geotecnical
Engineering, Prentice Hall. Inc. New Jersey, USA.
Hunt, R. E. 2007, Geologic Hazards, A Field Guide for Geotechnical Engineers.
Boca Raton, Florida USA: CRC Press.
Jitno, H., 1996, Tanah Ekspansif: Masalah dan solusinya, Prosiding Seminar
Geoteknik Institut Teknologi Bandung, Bandung
Joseph E. Johan K. Helnim. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika
tanah). PT. Erlangga, Jakarta, 1991.
Jones, L., & I., J. (2015). C5 - Expansive Soils. In Institution of Civil Engineer
Manuals Series.
Kehew, A.E., 1995, “Geology for Engineers and Environmental Scientists”,
Prentice Hall, New Jersey.
Lambe, T William., and Whitman, Robert V, 1969, Soil Mechanics, John Wiley &
Son. Inc, New York.
Muhammad Ari Ridwansyah, M. Farid Ma’ruf dkk, Stabilisasi Tanah Ekspansif
Dengan Penambahan Pasir (Studi Kasus: Dusun Jatiluhur, Desa
Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banywangi, Jurnal
Rekayasa Sipil Dan Lingkungan, ISSN 2548-9518 Vol. 2, No. 1, Juli 2017.
Muntohar, A. S., 2006, Prediction and Classification of Expansive Clay Soils,
Proceedings, Expansive Soils: Recent Advances in Characterization and
Treatment, Taylor & Francis Group, London, UK.
Nelson, John D., and Miller, Debora J., 1992, Expansive Soils: Problems and
Practice in Foundation and Pavement Engineering, John Wiley & Sons.Inc,
New York.
Universitas Pertamina - 68
Ngugi, H. e. (2019). Influence of Variation in Moisture Content to Soil Bearing
Capacity in Nairobi Area and Its Environs. American Journal of
Engineering and Technology Management.
Orvalis. (n.d.). Direct Shear Test. Retrieved from
https://www.orvalis.com/directshear.
Pedoman Pd T 10-2005-B. 2005 Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi
Jalan, Departemen Pekerjaan Umum. 61 halaman.
Pooni, J., Robert, D, Giustozzi, F., Gunasekara, C., Setunge, S., dan Venkatesan, S.
2021. Hydraulic characteristics of stabilised expansive subgrade soils in
road pavements, International Journal of Pavement Engineering. doi:
10.1080/10298436.2021.1883610.
Phanikumar and Bhyravajjula R., 2006, Prediction of Swelling Characteristics with
Free Swell Index, Proceedings, Expansive Soils: Recent Advances in
Characterization and Treatment, Taylor & Francis Group, London, UK.
Pramudyo T, Sollu WP, Hermawan W, Defrizal D, Wahyudin W, Hasibuan G, et
al. ATLAS Sebaran Batu Lempung Bermasalah Indonesia. 1st ed. Andiani,
editor. Bandung: BADAN GEOLOGI; 2019
Rocky Mountain Group. (2022, May). Expansive Soil's Effects on Your Foundation
|RMG Engineers - Geotechnical Engineering in Denver, Co. Retrieved from
Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=pvNm3h5Jrcs
Seed, H., Woodward, R., & Lundgren, R. (1962). Prediction of Swelling Potential
for Compacted Clays. Journal of Soil Mechanics and Foundation
Engineering Division.
Setiawan, B., 2008, Mineral Lempung Ekspansif Permasalahan dan
Penanganannya, Makalah mata kuliah Clay Mineralogi, Program Pasca
Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setiawati, L., 1998, Tinjauan Besar dan Potensi Swelling pada Tanah di Sekitar
Universitas Sebelas Maret dengan Alat Oedometer, Skripsi Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik UNS, Surakarta.
Skempton, A. (1953). The Colloidal "Activity" of Clays. 58.
Snethen, D. S., Johnson, L. D., & Patrick, D. M. (1977). An Evaluation of Expedient
Methodology for Identification of Potentially Expansive Soils. Springfield,
Virginia 22161: National Technical Information Service.
SNI, 2002. SNI 03-6795-2002 Metode Pengujian Menentukan Tanah Ekspansif.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
SNI, 2008. SNI 1742:2008 Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
SNI, 2008. SNI 3422:2008 Cara Uji Penentuan Batas Susut Tanah. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
SNI, 2008. SNI 1966:2008 Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah, 15.
Universitas Pertamina - 69
SNI, 1994. SNI 03-3637-1994 Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus
dengan cetakan benda uji. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
SNI, 2008. SNI 1964:2008 Cara Uji Berat Jenis Tanah, 14.
SNI, 2008. SNI 1967:2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah, 25.
Terzaghi, K dan Peck R B. Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa Jilid 1.
Erlangga, Jakarta. 1996.
Wayne, A.C., Mohamed, A.O., dan El-Fatih, M.A., 1984, “Construction on
expansive soils in Sudan”, Journal of Construction Engineering dan
Management.
Wesley. L. D. 1977. Mekanika Tanah. Jakarta: Badan Penerbit Dinas Umum
West, Terry R. 1995. Geology Applied to Engineering. United States of America:
Waveland Press Inc.
Wet Basements”, ASCE Press. Hardiyatmo, Hary Christady, 1992, Mekanika
Tanah I, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Williams, A. A. B. and Donaldson, G. W. 1980. Building on Expansive Soils in
South Africa: 1973–1980.
Wilson, C.R., Davis, J.G. dan N. Mejia, 2004, “Landscaping on Expansive Soils”,
Colorado State University Cooperative Extension, Colorado.
Universitas Pertamina - 70
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Tugas Akhir
Universitas Pertamina - 71
Universitas Pertamina - 72
Universitas Pertamina - 73
Universitas Pertamina - 74
Universitas Pertamina - 75
Universitas Pertamina - 76
Universitas Pertamina - 56
Lampiran 2 Perhitungan Pengujian Kadar Air
Universitas Pertamina - 77
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 78
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 79
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 80
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 81
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 82
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 83
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 84
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 85
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 86
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 87
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Universitas Pertamina - 88
TABEL KOREKSI SUHU
K K K K K
15 1.0009 16 1.00074 17 1.00057 18 1.00039 19 1.0002
15.1 1.00088 16.1 1.00072 17.1 1.00055 18.1 1.00037 19.1 1.00018
15.2 1.00087 16.2 1.00071 17.2 1.00054 18.2 1.00035 19.2 1.00016
15.3 1.00085 16.3 1.00069 17.3 1.00052 18.3 1.00034 19.3 1.00014
15.4 1.00084 16.4 1.00067 17.4 1.005 18.4 1.00032 19.4 1.00012
15.5 1.00082 16.5 1.00066 17.5 1.00048 18.5 1.0003 19.5 1.0001
15.6 1.0008 16.6 1.00064 17.6 1.00047 18.6 1.00028 19.6 1.00008
15.7 1.00079 16.7 1.00062 17.7 1.00045 18.7 1.00026 19.7 1.00006
15.8 1.00077 16.8 1.00061 17.8 1.00043 18.8 1.00024 19.8 1.00004
15.9 1.00076 16.9 1.00059 17.9 1.00041 18.9 1.00022 19.9 1.00002
K K K K K
20 1 21 0.99979 22 0.99957 23 0.99933 24 0.99909
20.1 0.99998 21.1 0.99977 22.1 0.99954 23.1 0.99931 24.1 0.99907
20.2 0.99996 21.2 0.99974 22.2 0.99952 23.2 0.99929 24.2 0.99904
20.3 0.99994 21.3 0.99972 22.3 0.9995 23.3 0.99926 24.3 0.99902
20.4 0.99992 21.4 0.9997 22.4 0.99947 23.4 0.99924 24.4 0.99899
20.5 0.9999 21.5 0.99968 22.5 0.99945 23.5 0.99921 24.5 0.99897
20.6 0.99987 21.6 0.99966 22.6 0.99943 23.6 0.99919 24.6 0.99894
20.7 0.99985 21.7 0.99963 22.7 0.9994 23.7 0.99917 24.7 0.99892
20.8 0.99983 21.8 0.99961 22.8 0.99938 23.8 0.99914 24.8 0.99889
20.9 0.99981 21.9 0.99959 22.9 0.99936 23.9 0.99912 24.9 0.99887
K K K K K
25 0.99884 26 0.99858 27 0.99831 28 0.99803 29 0.99774
25.1 0.99881 26.1 0.99855 27.1 0.99828 28.1 0.998 29.1 0.99771
25.3 0.99876 26.3 0.9985 27.3 0.99822 28.3 0.99794 29.3 0.99765
25.4 0.99874 26.4 0.99847 27.4 0.9982 28.4 0.99791 29.4 0.99762
25.5 0.99871 26.5 0.99844 27.5 0.99817 28.5 0.99788 29.5 0.99759
25.6 0.99868 26.6 0.99842 27.6 0.99814 28.6 0.99785 29.6 0.99756
25.7 0.99866 26.7 0.99839 27.7 0.99811 28.7 0.99783 29.7 0.99753
25.8 0.99863 26.8 0.99836 27.8 0.99808 28.8 0.9978 29.8 0.9975
25.9 0.9986 26.9 0.99833 27.9 0.99806 28.9 0.99777 29.9 0.99747
Universitas Pertamina - 89
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
3
3.243 cm
Udara Vudara Udara
23.128%
Vvoid
Mair Air Vair 3
Vtanah 4.175 cm
Air
29.774%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 14.023
52.90%
Tanah
12.484 cm3
47.098%
Universitas Pertamina - 90
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
3
3.237 cm
Udara Vudara Udara
23.162%
Vvoid
Mair Air Vair
Vtanah 4.132 cm3
Air
29.563%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 13.976
52.72%
Tanah
12.531 cm3
47.275%
3
3.224 cm
Udara Vudara Udara
23.455%
Vvoid
Mair Air Vair
Vtanah 3.904 cm3
Air
28.402%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 13.746
51.86%
Tanah 3
12.761 cm
48.143%
Universitas Pertamina - 91
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
3
3.369 cm
Udara Vudara Udara
23.942%
Vvoid
Mair Air Vair
Vtanah
Air
4.102 cm3
29.149%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 14.073
53.09%
Tanah
12.434 cm3
46.908%
3
3.369 cm
Udara Vudara Udara
23.942%
Vvoid
Mair Air Vair
Vtanah 4.102 cm3
Air
29.149%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 14.073
53.09%
Tanah
12.434 cm3
46.908%
Universitas Pertamina - 92
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
3
3.389 cm
Udara Vudara Udara
24.007%
Vvoid
Mair Air Vair
Vtanah
Air
4.131 cm3
29.256%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 14.119
53.26%
Tanah 3
12.389 cm
46.737%
3
3.369 cm
Udara Vudara Udara
23.942%
Vvoid
Mair Air Vair
Vtanah 4.102 cm3
Air
29.149%
Mtanah Tanah Vtanah
Vvoid = 14.073
53.09%
Tanah
12.434 cm3
46.908%
Universitas Pertamina - 93
Lampiran 5 Perhitungan Pengujian Analisis Butiran Tanah
I II III Rata-rata
Waktu (menit)
t (oC) Ra t (oC) Ra t (oC) Ra t (oC) Ra
0.5 25.2 52 25.2 52 25.2 53 26 52
1 25.2 51 25.2 51 25.2 52 26 51
2 25.2 50 25.2 50 25.2 51 26 50
4 25.2 50 25.2 48 25.2 50 26 49
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Universitas Pertamina - 94
4.75 100.00% Gravel
2 100.00%
0.6 99.90%
0.425 99.80%
0.3 99.75% Sand
0.18 99.60%
0.15 99.60%
0.075 99.45%
0.047827 98.00%
0.034292 96.27%
0.024414 94.54%
0.017495 92.81%
0.012612 88.74%
Silt
0.009498 83.56%
0.006874 80.10%
0.005707 76.64%
0.004102 73.18%
0.002756 67.99%
0.001089 61.07% Clay
Universitas Pertamina - 95
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Universitas Pertamina - 96
4.75 100.00% Gravel
2 99.896%
0.6 98.654%
0.425 96.946%
0.3 95.911% Sand
0.18 93.945%
0.15 93.479%
0.075 89.753%
0.050915 88.750%
0.036902 85.283%
0.026251 84.070%
0.018999 80.603%
0.013510 78.870%
Silt
0.010031 75.403%
0.007246 71.936%
0.006008 68.469%
0.004291 66.736%
0.002851 63.789%
0.001104 60.322% Clay
Universitas Pertamina - 97
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Universitas Pertamina - 98
4.75 100.00% Gravel
2 100.000%
0.6 98.898%
0.425 98.636%
0.3 98.321% Sand
0.18 97.535%
0.15 97.115%
0.075 94.597%
0.046465 93.000%
0.033107 91.450%
0.023762 89.900%
0.017169 86.800%
0.012310 85.250%
Silt
0.009173 82.150%
0.006571 80.600%
0.005400 79.050%
0.003914 75.950%
0.002608 72.850%
0.001111 52.700% Clay
Universitas Pertamina - 99
PENELITIAN RISET MANDIRI DOSEN DIKTI 2021
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGARUH VARIASI KADAR AIR TERHADAP STABILITAS INFRASTRUKTUR PADA TANAH EKSPANSIF
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Keterangan:
Ra Pembacaan awal hidrometer *) Dibaca dari tabel 1 (H151) P=1606 × (Rc -1 ) × a / Ws
T Temperatur **) Dibaca dari tabel 2 (H152) P=Rc × a / Ws
Ct Koreksi suhu ***) Dibaca dari tabel 3
Rc Pembacaan hidrometer terkoreksi ****) Dibaca dari tabel 4
L Kedalaman
K Konstanta
D Diameter Butiran
P Persentase
Berat Jenis, Gs
y = -0.2167x + 1.5758
2.8
2.85 0.96 15 -1.10
2.7
2.80 0.97 16 -0.90
2.6
2.75 0.98 17 -0.70
2.70 0.99 2.5 18 -0.50
2.65 1 2.4 19 -0.30
2.60 1.01 0.94 0.96 0.98 1 1.02 1.04 1.06 20 0.00
Faktor Koreksi, a
2.55 1.02 21 0.20
2.50 1.04 22 0.40
23 0.70
y = -0.2167 x + 1.5758 24 1.00
Gs = 2.73 25 1.30
a = 0.984209 26 1.65
27 2.00
28 2.50
29 3.05
30 3.80
TABEL 3 TABEL 5
KEDALAMAN Pembacaan Hidrometer H152
H151 H152 R1 + koreksi Meniskus Kedalaman efektif (cm)
Pembacaan Kedalaman Pembacaan Kedalaman 0 16.3
Hidrometer Efektif L Hidrometer Efektif L 1 16.1
(R1 + (R1 + 2 16
(cm) (cm)
Koreksi Koreksi
3 15.8
1.000 16.3 0 16.3
4 15.6
1.001 16.0 1 16.1
5 15.5
1.002 15.8 2 16.0
6 15.3
1.003 15.5 3 15.8
1.004 15.2 4 15.6 7 15.2
1.005 15.0 5 15.5 8 15
1.006 14.7 6 15.3 9 14.8
1.007 14.4 7 15.2 10 14.7
1.008 14.2 8 15.0 11 14.5
1.009 13.9 9 14.8 12 14.3
1.010 13.7 10 14.7 13 14.2
1.011 13.4 11 14.5 14 14
1.012 13.1 12 14.3 15 13.8
1.013 12.9 13 14.2 16 13.7
1.014 12.6 14 14.0 17 13.5
1.015 12.3 15 13.8 18 13.3
1.016 12.1 16 13.7 19 13.2
1.017 11.8 17 13.5 20 13
1.018 11.5 18 13.3 21 12.9
1.019 11.3 19 13.2
22 12.7
1.020 11.0 20 13.0
1.021 10.7 21 12.9 23 12.5
1.022 10.5 22 12.7 24 12.4
1.023 10.2 23 12.5 25 12.2
1.024 10.0 24 12.4 26 12
1.025 9.7 25 12.2 27 11.9
1.026 9.4 26 12.0 28 11.7
1.027 9.2 27 11.9 29 11.5
1.028 8.9 28 11.7 30 11.4
1.029 8.6 29 11.5 31 11.2
1.030 8.4 30 11.4 32 11.1
1.031 8.1 31 11.2 33 10.9
1.032 7.8 32 11.1 34 10.7
1.033 7.6 33 10.9 35 10.6
1.034 7.3 34 10.7 36 10.4
1.035 7.0 35 10.6
37 10.2
1.036 6.8 36 10.4
1.037 6.5 37 10.2 38 10.1
1.038 6.2 38 10.1 39 9.9
39 9.9 40 9.7
40 9.7 41 9.6
41 9.6 42 9.4
42 9.4 43 9.2
43 9.2 44 9.1
44 9.1 45 8.9
45 8.9 46 8.8
46 8.8 47 8.6
47 8.6 48 8.4
48 8.4 49 8.3
49 8.3 50 8.1
50 8.1
51 7.9
51 7.9
52 7.8
52 7.8
53 7.6
53 7.6
54 7.4 54 7.4
55 7.3 55 7.3
56 7.1 56 7.1
57 7.0 57 7
58 6.8 58 6.8
59 6.6 59 6.6
60 6.5 60 6.5
Nilai K Korelasi
0.0138
0.0136
Unit Weight of Soil
0.0134
y = -0.0039x + 0.0233
0.0132
0.0130
0.0128
0.0126
0.0124
0.0122
2.45 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85 2.90
Temperatur
y = -0.0039 x + 0.0233
Gs = 2.730
K = 0.012653
Penambahan Air mL 15 17
Berat Cawan W1 10.8 14.4 10.7 10.5 10.7 10.8
Berat Cawan + Tanah Basah W2 gram 22.9 29.9 26.8 25.7 23.3 25.3
Berat Cawan + Tanah Kering W3 gram 19.4 25.4 22.1 21.2 19.5 21.1
Berat Tanah Basah Wb = W2 - W1 gram 12.1 15.5 16.1 15.2 12.6 14.5
Berat Tanah Kering Wk = W3 - W1 gram 8.6 11 11.4 10.7 8.8 10.3
Berat Air Wa = Wb - Wk gram 3.5 4.5 4.7 4.5 3.8 4.2
Kadar Air w = Wa/Wk gram 40.698% 40.909% 41.228% 42.056% 43.182% 40.777%
Plastic Limit % 41.475%
Sampel No.
Sampel Simbol Satuan
1 2
Berat Cawan W1 gr 10.70 10.40
Berat Cawan + Tanah Basah W2 gr 61.70 66.30
Berat Cawan + Tanah Kering W3 gr 46.90 51.10
Berat Tanah Basah Wb = W2 - W1 gr 51.00 55.90
Berat Tanah Kering Wk = W3 - W1 gr 36.20 40.70
Berat Air Wa = Wb - Wk gr 14.80 15.20
Kadar Air w = Wa/Wk % 40.88% 37.35%
Kadar Air Rata-rata - % 39.115%
Tinggi Sampel Awal (Tinggi Cetakan) H0 cm 1.35 1.35
Diameter Sampel D cm 5 5
Tinggi Sampel Akhir H1 cm 1.514 1.548
Volume Tanah V cm3 29.727 30.395
Berat Jenis Basah γm = Wb/V gr/cm3 1.7156 1.8391
Berat Jenis Basah Rata-rata gr/cm3 1.777
Berat Jenis Kering γd = Wk/V gr/cm3 1.218 1.339
Berat Jenis Kering Rata-rata gr/cm3 1.278
Void Ratio 1.084
Porositas 0.520
0.20
0.15
Dial Reading, d (mm)
Dial Reading, d (mm)
0.15
0.10
0.10
0.05
0.00 0.05
-0.05 0.00
Sampel 1 Sampel 2
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm) Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm)
0.000 menit 0 0 0.000 menit 0 0.001
0.316 menit 6 0 0.316 menit 6 0.007
0.500 menit 15 0.001 0.500 menit 15 0.009
0.707 menit 30 0.003 0.707 menit 30 0.011
1.000 menit 1 0.004 1.000 menit 1 0.015
1.414 menit 2 0.007 1.414 menit 2 0.02
2.000 menit 4 0.012 2.000 menit 4 0.029
2.828 menit 8 0.018 2.828 menit 8 0.041
3.873 menit 15 0.028 3.873 menit 15 0.061
5.477 menit 30 0.042 5.477 menit 30 0.097
7.746 menit 1 0.057 7.746 menit 1 0.149
10.954 menit 2 0.064 10.954 menit 2 0.176
15.492 menit 4 0.134 15.492 menit 4 0.183
21.909 menit 8 0.165 21.909 menit 8 0.186
1 37.947 menit 24 0.169 1 37.947 menit 24 0.198
Sampel No.
Sampel Simbol Satuan
1 2
Berat Cawan W1 gr 10.80 13.40
Berat Cawan + Tanah Basah W2 gr 67.10 69.40
Berat Cawan + Tanah Kering W3 gr 56.00 53.90
Berat Tanah Basah Wb = W2 - W1 gr 56.30 56.00
Berat Tanah Kering Wk = W3 - W1 gr 45.20 40.50
Berat Air Wa = Wb - Wk gr 11.10 15.50
Kadar Air w = Wa/Wk % 24.56% 38.27%
Kadar Air Rata-rata - % 31.415%
Tinggi Sampel Awal (Tinggi Cetakan) H0 cm 1.35 1.35
Diameter Sampel D cm 5 5
Tinggi Sampel Akhir H1 cm 1.505 1.477
Volume Tanah V cm3 29.551 29.001
Berat Jenis Basah γm = Wb/V gr/cm3 1.9052 1.9310
Berat Jenis Basah Rata-rata gr/cm3 1.918
Berat Jenis Kering γd = Wk/V gr/cm3 1.530 1.397
Berat Jenis Kering Rata-rata gr/cm3 1.463
Void Ratio 0.801
Porositas 0.445
0.16 0.14
0.14 0.12
0.12 0.10
Dial Reading, d (mm)
Dial Reading, d (mm)
0.10 0.08
0.08 0.06
0.06 0.04
0.04 0.02
0.02 0.00
0.00 -0.02
Sampel 1 Sampel 2
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm) Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm)
0 menit 0 0 0 menit 0 0.000
0.316 menit 6 0.004 0.316 menit 6 0.000
0.500 menit 15 0.005 0.500 menit 15 0.001
0.707 menit 30 0.007 0.707 menit 30 0.001
1.000 menit 1 0.01 1.000 menit 1 0.002
1.414 menit 2 0.016 1.414 menit 2 0.009
2.000 menit 4 0.024 2.000 menit 4 0.019
2.828 menit 8 0.035 2.828 menit 8 0.030
3.873 menit 15 0.049 3.873 menit 15 0.046
5.477 menit 30 0.069 5.477 menit 30 0.066
7.746 menit 1 0.1 7.746 menit 1 0.094
10.954 menit 2 0.134 10.954 menit 2 0.119
15.492 menit 4 0.148 15.492 menit 4 0.130
21.909 menit 8 0.15 21.909 menit 8 0.132
1 37.947 menit 24 0.155 1 37.947 menit 24 0.136
Sampel No.
Sampel Simbol Satuan
1
Berat Cawan W1 gr 10.60
Berat Cawan + Tanah Basah W2 gr 65.30
Berat Cawan + Tanah Kering W3 gr 45.20
Berat Tanah Basah Wb = W2 - W1 gr 54.70
Berat Tanah Kering Wk = W3 - W1 gr 34.60
Berat Air Wa = Wb - Wk gr 20.10
Kadar Air w = Wa/Wk % 58.09%
Tinggi Sampel Awal (Tinggi Cetakan) H0 cm 1.35
Diameter Sampel D cm 5
Tinggi Sampel Akhir H1 cm 1.457
Volume Tanah V cm3 28.608
Berat Jenis Basah γm = Wb/V gr/cm3 1.912
Berat Jenis Kering γd = Wk/V gr/cm3 1.209
Void Ratio 1.166
Porositas 0.538
0.10
Sampel 1
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm)
0.000 menit 0 0.012 0.08
Dial Reading, d (mm)
0.16
Sampel 1
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm) 0.14
0.05
Sampel 1
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm)
0.000 menit 0 0
0.04
0.316 menit 6 0
Dial Reading, d (mm)
Sampel 1
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm) 0.10
Sampel 1
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm)
0.000 menit 0 0
0.04
0.316 menit 6 0.009
0.500 menit 15 0.015
0.707 menit 30 0.023
Dial Reading, d (mm)
Sampel 1 0.07
0.05
0.707 menit 30 0.009
1.000 menit 1 0.012
0.04
1.414 menit 2 0.019
2.000 menit 4 0.03
0.03
2.828 menit 8 0.038
3.873 menit 15 0.043
0.02
5.477 menit 30 0.047
7.746 menit 1 0.050
0.01
10.954 menit 2 0.053
15.492 menit 4 0.055
0.00
21.909 menit 8 0.057
1 37.947 menit 24 0.062 Kurva Waktu - Pengembangan
(Casagrande's Method, U-Log (t))
Sampel 1
Hari Akar Waktu Waktu Dial (cm)
0.10
0.000 detik 0 0
0.316 detik 6 0.002
0.500 detik 15 0.002
0.08
0.707 detik 30 0.003
Dial Reading, d (mm)
3
Gamma zav, ρzav gr/cm 1.731 1.611 1.512 1.817
Spesific Gravity 2.69
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 21.422
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.2025 x + 21.422
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 21.422
y2 = 219.467
ø = 11.4476
80
y x 60 y = 0.0483x + 37.654
R² = 0.992
36.875 0 40
36.875 200
20
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 36.875
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0494 x + 36.875
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 36.875
y2 = 85.1882
ø = 2.82811
Pers. Garis
y = 0.0195 x + 32.639
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 32.639
y2 = 51.71
ø = 1.11713
20
y x 15 y = 0.0054x + 15.946
R² = 0.9966
15.946 0 10
15.946 200
5
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 15.946
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0054 x + 15.946
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 15.946
y2 = 21.2272
ø = 0.30939
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 18.818
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.1349 x + 18.818
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 18.818
y2 = 150.75
ø = 7.68282
50
40
y x y = 0.0196x + 34.685
30 R² = 0.9985
34.685 0
34.685 200 20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 34.685
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0196 x + 34.685
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 34.685
y2 = 53.8538
ø = 1.12285
y x 30 y = 0.0338x + 11.975
R² = 0.9876
11.975 0 20
11.975 200
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 11.975
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0338 x + 11.975
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 11.975
y2 = 45.0314
ø = 1.93586
2
0
c 7.8388 0 200 400 600 800 1000 1200
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0114 x + 7.8388
x1 = 0
x2 = 977.0
y1 = 7.8388
y2 = 18.9766
ø = 0.65314
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 38.475
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.1629 x + 38.475
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 38.475
y2 = 197.791
ø = 9.25221
150
y x y = 0.1305x + 45.535
100 R² = 0.9987
45.535 0
45.535 200 50
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 45.535
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.1305 x + 45.535
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 45.535
y2 = 173.164
ø = 7.43508
Pers. Garis
y = 0.0805 x + 29.975
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 29.975
y2 = 108.704
ø = 4.60239
80 R² = 0.9738
y x 60
12.497 0 40
12.497 200
20
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 12.497
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0758 x + 12.497
x1 = 0
x2 = 977.0
y1 = 12.497
y2 = 86.5536
ø = 4.33473
Pers. Garis
y = 0.0839 x + 40.073
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 40.073
y2 = 122.127
ø = 4.79588
70
60
y x 50 y = 0.0425x + 31.955
40 R² = 0.9993
31.955 0
30
31.955 200 20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 31.955
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0435 x + 31.955
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 31.955
y2 = 74.498
ø = 2.4908
y x 30 y = 0.0095x + 36.246
R² = 0.9097
36.246 0 20
36.246 200
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 36.246
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0095 x + 36.246
x1 = 0
x2 = 978.0
y1 = 36.246
y2 = 45.537
ø = 0.54429
40
y x 30 y = 0.0095x + 33.197
R² = 0.997
33.197 0 20
33.197 200
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
c 33.197
Normal Stress (kPa)
Pers. Garis
y = 0.0095 x + 33.197
x1 = 0
x2 = 977.0
y1 = 33.197
y2 = 42.4785
ø = 0.54429
Variasi Kadar Air Lokasi Kadar Air (%) Kohesi (kPa) Sudut Geser (ø) Kuat Geser (τ)
OMC 24.560 21.422 11.448 219.467
-2% OMC Malimping (MB) 22.560 36.875 2.828 85.188
+2% OMC 26.560 32.639 1.117 51.710
Kadar Air Alami 34.827 15.946 0.309 21.227
OMC 23.100 18.818 7.683 150.750
-2% OMC 21.100 34.685 1.123 53.854
Labuan (LB)
+2% OMC 25.100 11.975 1.936 45.031
Kadar Air Alami 43.501 7.839 0.653 18.977
OMC 24.790 38.4750 9.2522 197.7912
-2% OMC 22.790 45.5350 7.4351 173.1640
Saketi (SB)
+2% OMC 26.790 29.9750 4.6024 108.7040
Kadar Air Alami 48.283 12.4970 4.3347 86.5536
OMC 28.720 40.0730 4.7959 122.1272
-2% OMC 26.720 31.9550 2.4908 74.4980
Tigaraksa (TA)
+2% OMC 30.720 36.2460 0.5443 45.5370
Kadar Air Alami 43.375 33.1970 0.5443 42.4785