Laporan Tetap Praktikum Eldas 1
Laporan Tetap Praktikum Eldas 1
KELOMPOK I:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur serta nikmat pada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang melimpah, atas terselesaikannya kegiatan praktikum elektronika
dasar fisika Universitas Mataram. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan
tugas mata kuliah elektronika dasar. Penyusunan laporan praktikum ini, tentu tak
lepas dari pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak yang membantu. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada koordinator dan asisten per
acara yang telah membimbing dengan sabar. Karena kebaikan semua pihak, kami
bisa menyelesaikan laporan praktikum ini dengan sebaik-baiknya. Laporan
praktikum ini memang masih jauh dari kesempurnaan, tapi kami sudah berusaha
sebaik mungkin. Namun, kami tetap berharap laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca..
penulis
iii
DAFTAR ISI
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 6
H.PENUTUP .................................................................................. 7
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 20
H. PENUTUP ................................................................................. 21
iv
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............................................ 23
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 31
H. PENUTUP ................................................................................. 32
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 44
H. PENUTUP ................................................................................. 45
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 59
H. PENUTUP ................................................................................. 60
v
ACARA VI OPERATIONAL AMPLIFIER (Op-Amp) .................................... 62
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 75
H. PENUTUP ................................................................................. 76
G. PEMBAHASAN ....................................................................... 88
H. PENUTUP ................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 6.1 Rangkaian Penguat Inverting .......................................................... 64
Gambar 6.2 Rangkaian Penguat Non-Inverting. ................................................. 65
Gambar 7.1 Simbol Gerbang Logika NOT ........................................................ 78
Gambar 7.2 Gerbang Logika AND ..................................................................... 79
Gambar 7.3 Gerbang Logika NOR ..................................................................... 80
Gambar 7.4 Gerbang Logika NOT...................................................................... 80
Gambar 7.5 Gerbang Logika NAND .................................................................. 81
Gambar 7.6 Gerbang Logika NOR ..................................................................... 81
Gambar 7.7 Gerbang Logika NOR ..................................................................... 82
Gambar 7.8 Gerbang Logika NOR, NAND to NAND ....................................... 84
Gambar 7.9 Simbol Gerbang AND ..................................................................... 83
Gambar 7.10 Rangkaian Gerbang AND ............................................................. 83
Gambar 7.11 Simbol Gerbang Logika OR.......................................................... 85
Gambar 7.12 Rangkaian Gerbang OR ................................................................ 84
Gambar 7.13 Simbol Gerbang Logika NOT ....................................................... 85
Gambar 7.14 Rangkaian Gerbang NOT .............................................................. 85
Gambar 7.15 Simbol Gerbang Logika NAND .................................................... 86
Gambar 7.16 Rangkaian Gerbang NAND .......................................................... 85
Gambar 7.17 Simbol Gerbang Logika NOR ....................................................... 87
Gambar 7.18 Rangkaian Gerbang NOR.............................................................. 86
Gambar 7.19 Simbol Gerbang Logika EX-OR ................................................... 87
Gambar 7.20 Rangkaian Gerbang EX-OR .......................................................... 86
Gambar 7.21 Simbol Gerbang Logika NOR, NAND to NAND ........................ 88
Gambar 7.22 Rangkaian Gerbang NOR, NAND to NAND ............................... 87
viii
DAFTAR TABEL
ix
Tabel 7.1 Tabel Kebenaran Gerbang AND ......................................................... 78
Tabel 7.2 Tabel Kebenaran Gerbang Logika AND (IC CD4081) ...................... 84
Tabel 7.3 Tabel Kebenaran Gerbang Logika OR (IC CD4071) ......................... 84
Tabel 7.4 Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOT (IC CD4069) ....................... 85
Tabel 7.5 Tabel Kebenaran Gerbang Logika NAND (IC CD4011) ................... 85
Tabel 7.6 Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOR (IC 7402) ............................ 86
Tabel 7.7 Tabel Kebenaran Gerbang Logika EX-OR (IC 7486) ........................ 86
Tabel 7.8 Tabel Kebenaran Gerbang Logika EX-OR dan NAND...................... 87
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ACARA I
PEMBAGI TEGANGAN DAN PEMBEBANAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengukur tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban.
b. Membandingkan nilai tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan
dengan beban.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 09 November 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
C. LANDASAN TEORI
Rangkaian pembagi tegangan adalah rangkaian yang berfungsi untuk
memperkecil tegangan atau sinyal. Rangkaian pembagi tegangan memerlukan
sumber tegangan yang disambungkan secara seri dengan resistor. Rangkaian
pembagi tegangan dapat dituliskan rumus seperti persamaan berikut :
1
𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 𝑅2 (1.1)
𝑅
Dimana 𝑉𝑜𝑢𝑡 merupakan tegangan arus listrik, 𝑉𝑖𝑛 adalah tegangan masuk, dan
R adalah hambatan berupa resistor (Usman, dkk., 2019).
2
salah satu kaki memiliki nilai hambatan makin besar dan yang lainnya memiliki
nilai hambatan semakin kecil (Abdullah, 2017 : 222).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembagi tegangan dengan resistor dan pembebanan
a. Power Supply digunakan dengan cara dicolokkan pada stopkontak.
Kemudian tombol on ditekan selanjutnya jenis arus diatur menjadi arus
DC, dan tegangan diatur sebanyak 9V
b. Rangkaian dibuat seperti gambar 1. di bawah ini. Tegangan keluaran (𝑉𝐴𝐵 )
diukur , dimana elektroda + ke A dan elektroda – ke B. Batas alat ukur
yang digunakan sesuai.
3
Gambar 1.4 Rangkaian pembagi tegangan dengan potensiometer
dan pembebanan
E. HASIL PENGAMATAN
1. Rangkaian pembagi tegangan dengan resistor tanpa beban
Tabel 1.1 Hasil pengukuran rangkaian pembagi tegangan dengan resistor
tanpa beban
No R1 (kΩ) R2 (kΩ) VAB (V)
1 10 10 3,0
2 22 10 2,0
3 10 22 4,0
4
3. Rangkaian pembagi tegangan dengan potensiometer
Tabel 1.3 Hasil pengukuran rangkaian pembagi tegangan dengan
potensiometer
No Posisi Vab Vbd Vad Vbc Vcd Vac Vcd dengan
pergeseran knob (V) (V) (V) (V) (V) (V) beban (V)
1 Tengah 0 5,0 9,0 4,0 0 6,0 0
2 Kiri 0 5,0 8,5 5,0 0 8,5 0
3 Kanan 0 5,0 8,5 0 0 0 0
F. ANALISIS DATA
1. Pembagi tegangan tanpa beban
𝑉
𝐼=
𝑅
𝑉𝑖𝑛 = 𝐼. 𝑅
𝑉𝑖𝑛
𝐼=
𝑅1 + 𝑅2
𝑉
𝑉0 = 𝑅
𝑅1 + 𝑅 2 2
Sehingga,
𝑅2
𝑉0 = 𝑉
𝑅1 + 𝑅2 𝑖𝑛
10𝑘𝛺
𝑉0 = 9𝑉
10 𝑘𝛺 + 10 𝑘𝛺
10 𝑘𝛺
𝑉0 = 9𝑉
20 𝑘𝛺
𝑉0 = 0,5 𝑥 9𝑉
𝑉0 = 4,5 𝑉
5
2. Pembagi tegangan dengan beban
𝑅2 × 𝑅𝐿
𝑅2 ⁄𝑅𝐿 =
𝑅2 + 𝑅𝐿
10 𝑘𝛺 × 10 𝑘𝛺
=
10 𝑘𝛺 + 10 𝑘𝛺
10 × 107 𝛺
=
20 × 103 𝛺
= 0,5 × 104 𝛺
𝑅2 ⁄𝑅𝐿 = 5 𝑘𝛺
Sehingga,
𝑅2 ⁄𝑅𝐿
𝑉𝑜1 = × 𝑉𝑖𝑛
𝑅1 + 𝑅2 ∕ 𝑅𝐿
5 kΩ
𝑉01 = × 9𝑉
10 kΩ + 5 kΩ
5 kΩ
𝑉01 = × 9𝑉
15 kΩ
𝑉01 = 0,3 × 9𝑉
𝑉𝑜1 = 2,7 𝑉
Tabel 1.5 Hasil perhitungan tegangan keluaran (𝑉𝑎𝑏 ) dengan beban
No 𝑅1 (𝑘𝛺) 𝑅2 (𝑘𝛺) 𝑉𝑎𝑏 (𝑉)
1 10 10 2,7
2 22 10 1,66
3 10 22 3,33
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur tegangan keluaran rangkaian
tanpa beban dan dengan beban serta membandingkan nilai tegangan keluaran
rangkaian tanpa beban dan dengan beban. Pembagi tegangan berfungsi membagi
tegangan input menjadi beberapa tegangan output. Dilakukan tiga percobaan
yaitu mengukur tegangan pada rangkaian pembagi tegangan tanpa beban,
dengan beban, dan pembagi tegangan dengan potensiometer.
Percobaan pertama bertujuan mengukur tegangan keluaran (𝑉𝑎𝑏 ) dengan
rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 1.3. Dilakukan tiga kali percobaan
dengan indikator resistor yang berbeda. Percobaan pertama menggunakan
𝑅1 sebesar 10 𝑘𝛺, 𝑅2 sebesar 10 𝑘𝛺 dan didapatkan nilai 𝑉𝑎𝑏 sebesar 3 𝑉 secara
6
pengukuran, untuk hasil lainnya dapat dilihat pada tabel 1.1 pada hasil
pengamatan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan nilai 𝑅1 dan 𝑅2
sebesar 10 𝑘𝛺 didapatkan besar tegangan 𝑉𝑎𝑏 yaitu 4,5 𝑉. Terdapat perbedaan
hasil antara pengukuran dengan perhitungan yang dikarenakan oleh faktor alat
yang memiliki nilai ketelitian yang berbeda – beda.
Percobaan kedua yaitu pembagi tegangan dengan beban, dengan bentuk
rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 1.4. Dilakukan tiga kali pengukuran
dengan besar resistor 𝑅1 dan 𝑅2 nilainya sama dengan pengukuran pertama.
Digunakan hambatan beban 𝑅𝐿 sebesar 10 𝑘𝛺. Setelah itu dilakukan percobaan
didapatkan besar tegangan output 𝑉𝑎𝑏 adalah 2 𝑉, 1,5 𝑉, dan 3 𝑉. Terdapat
perbedaan nilai 𝑉𝑎𝑏 ketika digunakan beban dan tanpa beban. Hal ini
dikarenakan karena penambahan 𝑅𝐿 yang diparalelkan dengan 𝑅2 . Selain itu, 𝑅𝐿
juga akan mempengaruhi besarnya pembagi tegangan. Setelah dilakukan
perhitungan pada analisis data diperoleh tegangan 𝑉𝑎𝑏 sebesar 2,7 𝑉, 1,66 𝑉, dan
3,33 𝑉. Nilai antara hasil pengamatan dan perhitungan tidak jauh berbeda atau
bisa dikatakan sesuai dengan teori.
Percobaan ketiga yaitu pembagi tegangan dengan potensiometer.
Dilakukan tiga kali pengukuran dan diperoleh nilai dari pergeseran posisi knob
ke tengah yaitu 𝑉𝑎𝑏 sebesar 8,5 𝑉, 𝑉𝑏𝑑 sebesar 5 𝑉, 𝑉𝑎𝑑 sebesar 9 𝑉, 𝑉𝑏𝑐
sebesar 4 𝑉, 𝑉𝑐𝑑 0 𝑉, dan nilai 𝑉𝑎𝑐 adalah 6 𝑉 serta 𝑉𝑐𝑑 dengan beban sebesar
0 𝑉, nilai lainnya dapat dilihat pada tabel 1.3 pada hasil pengamatan.
Pengukuran dilakukan ketika potensionya diputar kearah tiga bagiannya yaitu
tengah, maximun (kanan), dan minimum (kiri). Ketika potensiometer diputar
maka akan mempengaruhi besar tegangan. Pada percobaan ini digunakan
hambatan sebesar 10 𝑘𝛺. Nilai tegangan keluaran untuk rangkaian dengan
beban didapatkan 2 𝑉, 1,5 𝑉, dan 3 𝑉 untuk hasil pengamatan. Nilai tegangan
keluaran berdasarkan hasil perhitungan sebesar 2,7 𝑉, 1,66 𝑉, dan 3,33 𝑉.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
a. Nilai tegangan keluaran tanpa beban 3 𝑉, 2 𝑉, dan 4 𝑉 untuk hasil
pengamatan. Sedangkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai 4,5 𝑉,
7
2,8 𝑉, dan 6,2 𝑉. Nilai tegangan keluaran untuk rangkaian dengan beban
didapatkan 2 𝑉, 1,5 𝑉, dan 3 𝑉 untuk hasil pengamatan. Nilai tegangan
keluaran berdasarkan hasil perhitungan sebesar 2,7 𝑉, 1,66 𝑉, dan 3,33 𝑉.
b. Besarnya tegangan keluaran rangkaian tanpa beban lebih besar daripada
besarnya tegangan keluaran dengan beban sebab arus yang timbul pada
rangkaian dengan beban dihambat dengan adanya beban itu, sehingga
nilainya jauh lebih kecil daripada tegangan sumber.
2. Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat diubah variabel nilai transistor agar
didapatkan nilai yang bervariasi.
8
ACARA II
RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN NORTON
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengukur tegangan keluaran dari pembagi tegangan dengan beban dan
tanpa beban.
b. Mengukur hambatan Thevenin dan Norton.
c. Mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 16 November 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
C. LANDASAN TEORI
Teorema Thevenin berkaitan dengan sumber tegangan dan resistansi.
Resistansi Thevenin didefinisikan sebagai resistansi yang terukur, pada ujung-
ujung beban, apabila saluran sumber dianggap nol dan resistansi beban terbuka.
9
Gambar 2.1 Rangkaian Thevenin dengan Beban (Wibawanto, 2000)
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa kotak hitam yang diasumsikan berisi
rangkaiain liniear. Pada kotak tersebut didefinisikan adanya tegangan Thevenin
(𝑉𝑇𝐻 ) yaitu tegangan diujung-ujung termal beban apabila resistor beban terbuka.
Teorema Norton berkaitan dengan menyederhanakan sumber arus dengan
rangkaian linear yang membebaninya. Arus Norton didefinisikan sebagai arus
beban saat resistor beban dihubungkan, oleh karena itu arus Norton kadang-
kadang sebagai arus hubung singkat. Resistansi Norton adalah resistor yang
tertukar ohmmeter, Pada resistor beban jika semua sumber dibuat nol dan
resistor beban dibuka suatu rangkaian resistansi Thevenin dan resistor Norton
sama besar. Bedanya resistansi Thevenin terhubung seri adanya tegangan
sedangkan Norton terhubung paralel dengan sumber arus ( Wibawanto, 2008 :
6-8 ).
Teorema Thevenin berlaku ketika suatu rangkaian listrik dapat
disederhanakan. Rangkaian Thevenin terdiri dari sumber tegangan yang
dihubungkan secara seri dengan sebuah dua terminal ekuivalen. Tujuan dari
teorema Thevenon yaitu untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu
membuat rangkaian seri yang terhubung oleh sumber tegangan dan resistansi
ekivalen ( Rimbawati dan Adam, 2018 : 87).
Dioda elektronika terdapat dua teknik analisis rangkaian yaitu rangkaian
setara Thevenin dan rangkaian setara Norton. Dalil Thevenin menyatakan bahwa
setiap rangkaian dengan dua ujung atau gerbang tunggal dapat digantikan
dengan sumber tegangan tetap atau suatu ggl dan suatu hambatan seri dengan
ggl tersebut. Dengan makna lain, tegangan Thevenin menggunakan sumber
tegangan tetap yaitu tegangan ideal. Disertakan oleh tegangan keluaran yang
tidak berubah. Apabila kedua ujung membentuk gerbang keluaran, maka
hambatan setara 𝑅𝑇𝐻 sebagai hambatan keluaran dinyatakan sebagai 𝑅0 . Dan
10
sebaliknya, apabila kedua berbentuk gerbang masuk, maka 𝑅𝑇𝐻 sebagai
hambatan masuk yang dinyatakan sebagai 𝑅1 ( Yohandri, 2016 ).
𝑅2 (2.1)
𝑅𝑇𝐻 = ×𝐸
𝑅1 + 𝑅2
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkaian dibuat seperti pada gambar di bawah ini di papan rangkaian.
11
2. Resistor 𝑅2 dicabut dan sekarang tegangan keluarannya (tegangan pada 𝑅3 )
diukur.
3. Hasil pengukuran dibandingkan dengan hasil perhitungan lalu disimpulkan.
4. Power supply dimatikan dan dicabut dari rangkaian. 𝑅2 dipasang kembali
dan dihubungsingkatkan masukannya dengan mempergunakan kabel
jumper. Hambatan keluarannya diukur dengan mempergunakan Ohmmeter.
5. Rangkaian dibuat seperti pada gambar 2.3 di bawah ini di papan rangkaian.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Rangkaian Pembagi Tegangan
a. Dengan beban
Tabel 2.1 Tegangan keluaran pada rangkaian pembagi tegangan dengan
beban
𝑉𝑖𝑛 (𝑉) 𝑅1 (𝛺) 𝑅2 (𝛺) 𝑅3 (𝛺) 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉)
12 100 1000 100 6,2
b. Tanpa beban
Tabel 2.2 Tegangan keluaran pada rangkaian pembagi tegangan tanpa
beban
𝑉𝑖𝑛 (𝑉) 𝑅1 (𝛺) 𝑅3 (𝛺) 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉)
12 100 100 5,3
12
2. Hambatan Keluaran Thevenin dan Norton
Tabel 2.3 Hambatan keluaran Thevenin dan Norton
𝑉𝑖𝑛 (𝑉) 𝑅1 (𝛺) 𝑅2 (𝛺) 𝑅3 (𝛺) 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉)
12 100 1000 100 10
b. Dengan beban
Tabel 2.6 Tegangan keluaran dengan beban untuk 𝑅𝑇𝐻 = 10 𝐾𝛺
𝑇𝐻 (𝑉) 𝑅𝑇𝐻 (𝛺) 𝑅𝐿 (𝛺) 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉)
12 1000 1000 2,08
F. ANALISIS DATA
1. Rangkaian pembagi tegangan
a. Rangkaian pembagi tegangan dengan beban
13
Gambar 2.4 Rangkaian Pembagi Tegangan dengan Beban
Diketahui :
𝑉𝑖𝑛 = 12 𝑉
𝑅2 = 100 Ω
𝑅2 = 10 𝐾Ω
𝑅3 = 100 Ω
Ditanya : 𝑉𝑜𝑢𝑡 =…..?
Penyelesaian :
𝑅1
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 12 𝑉
𝑅1 + 𝑅3
100 Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 12 𝑉
100 Ω + 100 Ω
100 Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 12 𝑉
200 Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,5 Ω × 12 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 6 𝑉
14
b. Rangkaian pembagi tegangan tanpa beban
Diketahui :
𝑉𝑖𝑛 = 12 𝑉
𝑅1 = 100 Ω
𝑅3 = 100 Ω
Ditanya : 𝑉𝑜𝑢𝑡 =…..?
Penyelesaian :
𝑅3
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 𝑉𝑖𝑛
𝑅1 + 𝑅3
100 Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 12 𝑉
100 Ω + 100 Ω
100 Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = × 12 𝑉
200 Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,5 × 12 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 6 𝑉
15
2. Mengukur Hambatan Keluaran Thevenin dan Norton
Diketahui:
𝑅1 = 100 Ω
𝑅2 = 10 𝐾Ω
𝑅3 = 100 Ω
𝜀𝑇𝐻 = Dihubungsingkatkan
Ditanya : 𝑅𝑇𝐻 =…..?
Penyelesaian :
𝑅𝑇𝐻 = (𝑅1 ∕∕ 𝑅3 ) + 𝑅_2
𝑅𝑇𝐻 = (100 Ω ∕∕ 100Ω) + 10 𝐾Ω
100 Ω × 100 Ω
𝑅𝑇𝐻 = ( ) + 10 𝐾Ω
100 Ω + 100 Ω
10.000 Ω2
𝑅𝑇𝐻 = + 10 𝐾Ω
200 Ω
𝑅𝑇𝐻 = 50 Ω + 10.000 Ω
𝑅𝑇𝐻 = 10.050 Ω
𝑅𝑇𝐻 = 10,05 𝐾Ω
3. Mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton
a. Tanpa beban
a.1 Mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton tanpa beban
untuk 𝑅𝑇𝐻 = 10 Ω
16
Gambar 2.7 Mengukur Tegangan Keluaran Thevenin dan Norton
tanpa beban
Diketahui :
𝜀𝑇𝐻 = 12 𝑉
𝑅𝑇𝐻 = 10 Ω
Ditanya : 𝑉0 =……..?
Penyelesaian :
𝑉0 = 𝜀𝑇𝐻 − 𝐼𝐶 − 𝑅𝑇𝐻 ∕∕ 𝑅𝐿
Karena tanpa beban maka :
𝑉0 = 𝜀𝑇𝐻
𝑉0 = 12 V
a.2 Mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton tanpa beban
untuk 𝑅𝑇𝐻 = 10 𝐾Ω
17
Diketahui :
𝜀𝑇𝐻 = 12 𝑉
𝑅𝑇𝐻 = 10 Ω
Ditanya : 𝑉0 =……?
Penyelesaian :
𝑉0 = 𝜀𝑇𝐻 − 𝐼𝐶 − 𝑅𝑇𝐻 ∕∕ 𝑅𝐿
Karena tanpa beban maka :
𝑉0 = 𝜀𝑇𝐻
𝑉0 = 12 V
b. Dengan beban
b.1 Mengukur tegangan Thevenin dan Norton dengan beban untuk
𝑅𝑇𝐻 = 10 𝐾Ω
Diketahui :
𝜀𝑇𝐻 = 12 𝑉
𝑅𝑇𝐻 = 10 𝐾Ω
𝑅𝐿 = 10 𝐾Ω
Ditanya :
𝑉0 =.... ?
𝐼𝐿 =.... ?
Penyelesaian :
18
𝐼 × 𝑅𝐿 = 𝑉𝑖𝑛 = 𝜀𝑇𝐻
𝑉𝑖𝑛
𝐼𝐿 =
𝑅𝐿
12 𝑉
𝐼𝐿 =
10 𝐾Ω
𝐼𝐿 = 0,0012 𝐴
𝐼𝐿 = 1,2 𝑚𝐴
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝜀𝑇𝐻 − 𝐼𝐿 (𝑅𝑇𝐻 ∕ 𝑅𝐿)
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 12 𝑉 − 12 𝑚𝐴 (10 𝐾Ω⁄10 𝐾Ω )
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 12 𝑉 − 1,2 𝑚𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 12 𝑉 − 0,0012 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 11,9 𝑉
b.2 Mengukur tegangan Thevenin dan Norton dengan beban untuk
𝑅𝑇𝐻 = 10 Ω
Diketahui :
𝜀𝑇𝐻 = 12 𝑉
𝑅𝑇𝐻 = 10 𝐾Ω
𝑅𝐿 = 10 𝐾Ω
Ditanya :
𝑉0 =... ?
𝐼𝐿 =... ?
19
Penyelesaian :
𝐼 × 𝑅𝐿 = 𝑉𝑖𝑛 = 𝜀𝑇𝐻
𝑉𝑖𝑛
𝐼𝐿 =
𝑅𝐿
12 𝑉
𝐼𝐿 =
10 𝐾Ω
𝐼𝐿 = 0,0012 𝐴
𝐼𝐿 = 1,2 𝑚𝐴
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝜀𝑇𝐻 − 𝐼𝐿 (𝑅𝑇𝐻 ∕ 𝑅𝐿)
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 12 𝑉 − 12 𝑚𝐴 (10 𝐾Ω⁄10 𝐾Ω )
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 12 𝑉 − 1,2 𝑚𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 12 𝑉 − 0,0012 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 11,9 𝑉
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengukur tegangan keluaran dari
pembagi tegangan dengan beban dan tanpa beban, mengukur hambatan
Thevenin dan Norton, serta mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton.
Rangkaian Thevenin dicirikan dengan adanya tegangan yang hambatannya
disusun secara seri, sedangkan rangkaian Norton memiliki arus dan disusun
secara paralel.
Percobaan pertama yaitu mengukur tegangan keluaran dari pembagi
tegangan dengan beban dan tanpa beban. Digunakan hambatan 𝑅1 dan 𝑅3 yaitu
100 𝛺 dan 𝑅2 = 10 𝐾𝛺, dengan tegangan ( 𝑉𝑖𝑛 ) sebesar 12 𝑉. Perbedaan
rangkaian tanpa beban dan dengan beban yaitu pada hambatan 𝑅2 , hambatan 𝑅2
berperan sebagai hambatan beban. Hasil pengamatan tegangan keluaran dengan
beban didapatkan nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 sebesar 6,2 𝑉, sedangkan nilai keluaran tanpa beban
sebesar 5,3 𝑉. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan berbeda
dengan teori, dimana seharusnya nilai tegangan keluaran dengan beban dan
tanpa beban sama, dikarenakan oleh resistor beban serta rangkaiannya terbuka
sehingga menyebabkan tidak adanya arus yang mengalir pada resistor bebannya.
Hasil perhitungan pada analisis data didapatkan nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 sebesar 6 𝑉. Hasil
20
perhitungan berbeda dengan hasil pengamatan yang disebabkan oleh faktor alat
yang digunakan tidak berfungsi dengan baik.
Percobaan kedua yaitu mengukur hambatan Thevenin dan Norton.
Digunakan hambatan 𝑅1 dan 𝑅3 sebesar 100 𝛺, dan 𝑅2 yaitu 10 𝐾𝛺. Rangkaian
ini hampir sama dengan rangkaian pembagi tegangan dengan beban, perbedaan
terletak pada tegangan input, karena rangkaian ini untuk mengukur hambatan
sehingga tidak diberikan tegangan input (𝑉𝑖𝑛 ), tetapi dihubungkan masukkannya
dengan kabel jumper. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh hambatan
keluaran (𝑅𝑜𝑢𝑡 ) sebesar 10 𝛺. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh 𝑅𝑜𝑢𝑡 nya sebesar 10.050 𝛺. Terdapat perbedaan nilai 𝑅𝑜𝑢𝑡 , hal ini
dikarenakan karna pada rangkaiannya terdapat 𝑅2 yang berfungsi sebagai beban.
Percobaan ketiga yaitu mengukur tegangan keluaran Thevenin dan
Norton dengan beban dan tanpa beban. Pada rangkaian tanpa beban digunakan
𝜀𝑇𝐻 sebesar 12𝑉, serta 𝑅𝑇𝐻 sebesar 10 𝛺 dan 10 𝑘𝛺. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡 untuk nilai 𝑅𝑇𝐻 sama dengan 10 𝛺 sebesar 11,6 𝑉,
sedangkan untuk 𝑅𝑇𝐻 dengan 10 𝑘𝛺 diperoleh sebesar 5,5 𝑉. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡 untuk kedua jenis 𝑅𝑇𝐻 tersebut sama yaitu 12 𝑉.
Terdapat perbedaan nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 , hal ini dikarenakan semakin besar hambatannya
maka semakin besar juga tegangannya. Percobaan dengan beban digunakan
hambatan bebanya sebesar 10 𝑘𝛺, dengan nilai 𝑅𝑇𝐻 adalah 10 𝐾𝛺 dan 10 𝛺.
Diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡 untuk 𝑅𝑇𝐻 sama dengan 10 𝐾𝛺 sebesar 2,08 𝑉 dan untuk 𝑅𝑇𝐻
yang bernilai 10 𝛺 sebesar 3,44 𝑉. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡
untuk 𝑅𝑇𝐻 sebesar 10 𝐾𝛺 dan 10 𝛺 sebesar 11,9𝑉.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
:
a. Mengukur tegangan keluaran dari rangkaian pembagi tegangan dengan
beban dan tanpa beban dilakukan melalui perhitungan dan percobaan
praktikum. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡 dengan beban
sebesar 6,2 𝑉, dan tanpa beban sebesar 5,3 𝑉. Berdasarkan perhitungan
diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡 dengan beban dan tanpa beban sama yaitu sebesar 6 𝑉.
21
b. Mengukur hambatan Thevenin dan Norton, diperoleh nilai hambatannya
secara praktikum sebesar 10 𝛺, sedangkan secara perhitungan diperoleh
nilai hambatan keluarannya sebesar 10,050 𝛺.
c. Berdasarkan hasil praktikum mengukur tegangan keluaran Thevenin dan
Norton dengan beban menggunakan 𝑅𝑇𝐻 sebesar 10 𝛺 diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡
sebesar 3,44 𝑉 dan untuk 𝑅𝑇𝐻 sebesar 10 𝐾𝛺 sebesar 2,08 𝑉. Sedangkan
secara perhitungan 𝑉𝑜𝑢𝑡 untuk 𝑅𝑇𝐻 sebesar 10 𝐾𝛺 dan 10 𝛺 sebesar
11,9 𝑉. Pada percobaan tanpa beban, dari hasil praktikum diperoleh nilai
𝑉𝑜𝑢𝑡 untuk 𝑅𝑇𝐻 sebesar 10 𝛺 sebesar 11,6 𝑉, dan untuk 𝑅𝑇𝐻 seeb10𝐾𝛺
sebesar 5,5 𝑉. Berdasarkan secara perhitungan diperoleh 𝑉𝑜𝑢𝑡 untuk
𝑅𝑇𝐻 = 10 𝐾𝛺 dan 10 𝛺 sebesar 12 𝑉.
2. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, alat yang digunakan dicoba
terlebih dahulu, apakah baik digunakan atau tidak, karena akan
mempengaruhi hasil praktikum apabila alat yang di gunakan rusak.
22
ACARA III
DIODA DAN RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pada acara ini :
a. Mempelajari karakteristik penyearah gelombang dan osiloskop.
b. Mempelajari rangkaian penyearah gelombang.
c. Membandingkan hasil percobaan dengan secara teori.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 30 November 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
2. Bahan-Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan pada acara ini yaitu :
a. Diode IN4007 ( 4 buah )
b. Elco 220 µF / 25 V ( 1 buah )
c. Resistor 1 𝑘Ω / 2 watt ( 1 buah )
23
C. LANDASAN TEORI
Kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari penggunaan alat
elektronik, terlebih lagi pada zaman yang serba modern seperti saat ini. Banyak
dari peralatan elektronik yang digunakan menggunakan baterai sebagai sumber
dayanya. Namun beberapa peralatan elektronik yang lebih besar atau kompleks
menggunakan sumber daya yang lebih besar pula. Salah satunya sumber daya
𝐴𝐶 dengan voltase sampai 220 𝑉𝑜𝑙𝑡. Peralatan yang menggunakan 𝐴𝐶
didalamnya terdapat rangkaian yang disebut dengan adaptor atau penyearah
yang bisa mengubah sumber tegangan bolak balik 𝐴𝐶 menjadi tegangan searah
𝐷𝐶. Bagian paling penting dalam adaptor ini adalah diode (Pramudita dan
Suryana, 2019: 37). Dioda sendiri merupakan salah satu komponen listrik yang
memiliki dua buah kutub. Kutub positif disebut dengan anoda dan kutub
negative disebut dengan katoda. Dioda bersifat semikonduktor, sifat ini didasari
karena dioda hanya dapat melewatkan arus dalam satu arah atau sisi saja.
Kemudian pada arah atau sisi sebaliknya dioda menghambat arusnya (Surjono,
2007: 27).
Penerapan dioda yang banyak dijumpai adalah dalam penyearah
gelombang. Berdasarkan output dari bentuk gelombang yang dihasilkan
penyearah gelombang dibagi menjadi dua yaitu penyearah setengah gelombang
dan penyearah gelombang penuh. Penyearah setengah gelombang pada
rangkaiannya terdiri dari sebuah dioda. Prinsip kerja penyearah setengah
gelombang adalah pada saat sinyal 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 berupa siklus positif maka diode
mendapatkan bias maju sehingga arus (𝐼) mengalir ke beban𝑅𝐿 . Sebaliknya,
jika sinyal yang masuk merupakan siklus negatif maka diode mendapatkan bias
mundur sehingga tidak ada arus yang mengalir (Surjono, 2007: 28). Bentuk
penyearah setengah gelombang dapat dilihat pada gambar berikut:
24
Gambar 3.1 Sinyal Keluaran Penyearah Setengah Gelombang
(Indrakoesoema, dkk., 2016 : 76)
25
Gambar 3.3 Sinyal Keluaran Penyearah Gelombang Penuh Empat Dioda
(Indrakoesoema, dkk., 2016 : 77)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Percobaan Setengah Gelombang
a. Rangkaian dibuat seperti gambar dibawah ini.
Vo
PowerSupply
AC12V 𝑅
26
b. Osiloskop dipasang pada keluaran rangkaian. Kemudian diamati
gambar yang terjadi. Tegangan keluaran rangkaian (tegangan DC)
diukur menggunakan voltmeter. Hasil pengukuran diisi pada tabel yang
telah disiapkan.
2. Percobaan Penyearah Gelombang Penuh
a. Rangkaian dibuat seperti gambar dibawah ini.
D1 D2
PowerSupply
AC12V
D3 D4
RL out
𝑉𝑜𝑢𝑡
D1 D2
PowerSupply
AC12V
𝐷3 D4
RL C
27
diukur menggunakan voltmeter. Hasil pengukuran diisi pada tabel yang
telah disiapkan.
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 3. 1 Hasil pengamatan bentuk gelombang pada osiloskop
No. 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉) 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝑌 Puncak (𝑑𝑖𝑣) Keterangan
Keterangan :
Vout 1 : untuk penyearah setengah gelombang
Vout 2 : untuk penyearah gelombang penuh
Vout 3 : untuk penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor
F. ANALISIS DATA
1. Penyearah Setengah Gelombang
» Vm = Y puncak x V/ div
= 3,2 div x 5 V/ div
= 15 V
𝑉𝑚
» Vrms = 𝜋
16 𝑉
=
3,14
= 5,09 𝑉
28
Tabel 3. 2Hasil pengamatan dan perhitungan
Bentuk gelombang pada osiloskop 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉)
Pengamatan :
5
Perhitungan :
5,09
𝑉𝑚
» Vrms = ×2
𝜋
1,4 𝑉
= ×2
3,14
= 0,89 𝑉
29
Tabel 3.3 Hasil pengamatan dan perhitungan
Bentuk gelombang pada osiloskop 𝑉𝑜𝑢𝑡 (𝑉)
Pengamatan :
10
Perhitungan :
0,89
30
Tabel 3.4 Hasil pengamatan dan perhitungan
Pengamatan :
5
Perhitungan :
0,0975
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik penyearah
gelombang pada osiloskop, mempelajari rangkaian penyearah gelombang, dan
membandingkan hasil percobaan dengan secara teoritis. Penyearah gelombang
sendiri merupakan suatu bagian dari rangkaian power supply yang mengubah
sinyal AC menjadi DC. Pada praktikum kali ini dilakukan tiga percobaan yaitu
penyearah setengah gelombang, penyearah gelombang penuh, dan penyearah
gelombang penuh dengan tapis kapasitor.
Pada percobaan pertama yaitu penyearah setengah gelombang, dioda
disusun sesuai dengan instruksi yaitu membias maju sehingga arus 𝐴𝐶 berubah
menjadi arus DC karena perubahan potensial positif dan negatif yang terjadi
pada rangkaian tersebut. Hasil yang diperoleh pada percobaan pertama ini
dapat dilihat pada hasil pengamatan yang sudah dicantumkan sebelumnya.
Setelah dipasang osiloskop pada keluaran rangkaian maka diperoleh bentuk
gelombang seperti yang terlihat pada gambar 1.3. pada osiloskop diperoleh nilai
Y puncak sebesar 3,2 𝑑𝑖𝑣. Bentuk gelombang yang diperoleh pada percobaan
ini terpotong pada bagian lembahnya dan hanya tampak pada bagian bukitnya.
Hal ini disebabkan karena tegangan arus AC yang diberikan searah.
31
Pada percobaan kedua yaitu penyearah gelombang penuh. Pada
percobaan ini rangkaian dioda disusun sesuai dengan prosedur dan diperoleh
nilai 𝑉𝑟𝑚𝑠 sebesar 0,89 𝑉. Dioda yang digunakan sebagai penyearah gelombang
penuh secara bergantian menyearahkan tegangan AC pada saat siklus positif
dan siklus negatif. Setelah dipasang osiloskop dapat dilihat bahwa bentuk
gelombang penuh berbeda dengan gelombang setengah pada percobaan
pertama. Hal ini disebabkan karena penggunaan CT transformator, kekosongan
pada penyearah setengah gelombang dapat terisi. Bentuk gelombang dari
penyearah gelombang penuh lebih rapat dari penyearah setengah gelombang.
Selain itu, tampak jelas bentuk keluaran dari gelombang positif penuh dan
gelombang negatif terpotong (bagian lembah). Hal itulah yang menjadi prinsip
kerja penyearah gelombang penuh, yaitu menyearahkan isyarat positif secara
penuh dan memotong isyarat negatif pada keadaan dioda terpanjar maju.
Pada percobaan ketiga yaitu penyearah gelombang penuh dengan tapis
kapasitor. Rangkaian dioda disusun sesuai dengan prosedur dan diperoleh nilai
𝑉𝑟𝑚𝑠 sebesar 0,0975 𝑉. Pada percobaan ini, penyearah gelombang penuh
ditambahkan tapis (filter) kapasitor, hal ini dimaksudkan agar tegangan
penyearah gelombang AC lebih rata dan menjadi tegangan DC Fungsi kapasitor
juga adalah untuk menekan ripple yang terjadi pada dari proses penyerahan
gelombang AC. Setelah dipasang kapasitor, maka output dari rangkaian ini akan
menjadi tegangan DC. Ripple, sendiri dapat dilihat pada hasil pengamatan pada
gambar 1.5. Ripple merupakan variasi pada tegangan keluaran untuk dua
kondisi, yaitu mengisi dan membuang. Penyearah gelombang penuh
mempunyai tegangan ripple yang kecil. Hal ini dikarenakan kapasitor
membuang lebih cepat dengan interval waktu yang lebih pendek.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
a. Karakteristik dari penyearah gelombang adalah mengubah arus bolak-
balik (AC) menjadi arus searah (DC).
32
b. Rangkaian penyearah gelombang untuk gelombang setengah lebih
sederhana dan hanya menggunakan satu diode. Berbeda dengan
rangkaian penyearah gelombang penuh yang lebih kompleks dan
empat dioda. Kemudian rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan tapis kapasitor yang bentuk rangkaiannya sama dengan
penyearah gelombang penuh, namun ada penambahan kapasitor pada
bagian outputnya.
c. Tegangan keluaran penyearah setengah gelombang untuk hasil
pengamatan sebesar sebesar 5 𝑉 dan secara teoritis 5,09 𝑉 dengan
bentuk gelombang yang dihasilkan terpotong pada bagian lembahnya.
Tegangan keluaran penyearah gelombang penuh untuk hasil
pengamatan sebesar 10 𝑉 dan hasil secara teoritis 0,89 𝑉 serta bentuk
gelombang yang dihasilkan rapat dari gelombang setengah penyearah.
2. Saran
Untuk mendesain rangkaian penyearah gelombang penuh hal tersebut
sebaiknya dilakukan perhitungan nilai-nilai komponen yang tepat. Karena
apabila tidak tepat akan menyebabkan output yang terlalu besar atau
sebaliknya.
33
ACARA IV
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini memiliki tujuan yaitu :
a. Mengetahui perbedaan antara transistor bipolar dan transistor efek
medan.
b. Menggambar kurva karakteristik drain.
c. Menggambar karakteristik arus drain dengan tegangan gate – source
berbeda.
d. Menggambar kurva transkonduktasi sebuah FET dari kurva 10 Vs VGS
2. Waktu Praktikum
Kamis, 25 November 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
C. LANDASAN TEORI
Saat mempelajari mengenai elektronika akan ditemi komponen-
komponen elektronika yang menyusun sebuah rangkaian. Salah satu komponen
34
tersebut adalah transistor. Transistor merupakan komponen elektronika yang
terdiri dari bahan semi konduktor yang terdiri dari tiga kaki atau biasa disebut
dengan terminal. Ketiga kaki transistor tersebut antara lain: Basis (B), kolektor
(C), dan Emitor (E). Berdasarkan inputnya transistor dibagi menjadi dua untuk
input berupa arus disebut Bipolar Junction Transistor (BJT) dan untuk input
berupa tegangan disebut Field-Effect Transistor (FET). Berdasarkan tipenya
transistor dibagi menjadi dua pula yaitu transistor PNP dan transistor NPN
(Darmana dan Koerniawati., 2017: 88).
Bipolar Junction Transistor (BJT) dikatakan transistor bipolar karena
holes dan electron berperan dalam proses injeksi pada material yang memiliki
polaritas yang berbeda. Transistor bipolar dibagi menjadi dua jenis yaitu NPN
dan PNP. Simbol dan perbedaan kedua jenis transistor tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 Jenis dan Simbol dari Transistor Bipolar (Handoko dkk., 2015)
𝐼𝐸 = 𝐼𝐶 + 𝐼𝐵 (4.1)
Simbol 𝐼𝐸 melambangkan arus pada kaki emitter, 𝐼𝐶 melambangkan arus pada
kaki kolektor dan 𝐼𝐵 melambangkan arus pada kaki base. Karakteristik yang
dimiliki oleh transistor bipolar adalah current again yang biasa disimbolkan
35
dengan 𝛽. Nilai 𝛽 dihasilkan dari pembagian antara arus kolektor (𝐼𝐶 ) dengan
arus base (𝐼𝐵 ).
𝑉𝐺𝑆 2 (4.2)
𝐼𝐷 = 𝐼𝐷𝑆𝑆 − (1 − )
𝑉𝑃
36
Gambar 4.3 Kurva Karakteristik Transfer dan Output J-FET (Surjono, 2008)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkaian dibuat seperti gambar dibawah ini.
2. Tegangan 𝑉𝐷𝐷 diatur seperti yang ditunjukkan Tabel 4.1. Perubahan yang
ditunjukkan oleh amperemeter diamati. Hasilnya dimasukkan pada Tabel
4.1.
3. Rangkaian dibuat seperti pada gambar dibawah ini.
37
Gambar 4.5 Rangkaian percobaan kedua
E. HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan Karakteristik Masukkan Transistor
Tabel 4.1 Data percobaan karakteristik masukkan transistor
No. 𝑉𝐷𝐷 (𝑉) 𝐼𝐵 (𝑚𝐴)
1 0 0
2 1 1,25
3 2 2,76
4 3 3,80
5 4 4,77
6 5 5,37
7 6 5,53
8 7 5,66
9 8 5,72
10 9 5,78
11 10 5,80
38
2. Percobaan Karakteristik Keluaran Transistor
Tabel 4. 2 Data karakteristik keluaran transistor dengan 𝑉𝐺𝐺 = 1,03 𝑉
No. 𝑉𝐺𝐺 (𝑉) 𝑉𝐷𝐷 (𝑉 ) 𝐼𝐶 (𝑚𝐴)
1 1,03 1,00 1,42
2 1,03 2,00 3,38
3 1,03 3,00 5,55
4 1,03 4,00 7,63
5 1,03 5,09 9,86
6 1,03 6,00 11,82
7 1,03 7,01 14,02
8 1,03 8,07 16,25
9 1,03 9,04 18,03
10 1,03 10,09 21,20
11 1,03 11,00 23,75
39
11 2,55 10 22,
F. ANALISIS DATA
1. Karakteristik Output dengan 𝑉𝐺𝐺 = 1,03 𝑉
Menentukan faktor penguat arus (𝛽) transistor.
∆𝐼𝐶
𝛽=
∆𝐼𝐵
Diketahui:
𝐼𝐶1 = 1,42 𝑚𝐴
𝐼𝐶2 = 3,38 𝑚𝐴
𝐼𝐵1 = 0 𝑚𝐴
𝐼𝐵2 = 1,25 𝑚𝐴
Ditanya:
𝛽1 = ⋯ ?
Penyelesaian:
∆𝐼𝐶
𝛽=
∆𝐼𝐵
∆𝐼𝐶1 = 1,96 𝑚𝐴
∆𝐼𝐵1 = 𝐼𝐵2 − 𝐼𝐵1
∆𝐼𝐶1 = 1,25 𝑚𝐴 − 0 𝑚𝐴
∆𝐼𝐵1 = 1,25 𝑚𝐴
Maka,
∆𝐼𝐶1
𝛽1 =
∆𝐼𝐵1
1,96 𝑚𝐴
𝛽1 =
1,25 𝑚𝐴
𝛽1 = 1,57
40
Untuk nilai faktor penguat arus perulangan selanjutnya dapat dilihat pada
tabel 4.5. Tabel 4.5 menunjukkan nilai 𝛽 semua perulangan sehingga nilai
faktor penguat arus sebesar:
∑ 𝛽𝑛
𝛽=
𝑛
𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 + 𝛽4 + 𝛽4 + 𝛽5 + 𝛽6 + 𝛽7 + 𝛽8 + 𝛽9 + 𝛽10
𝛽=
𝑛
41
Ditanya:
𝛽1 = ⋯ ?
Penyelesaian:
∆𝐼𝐶
𝛽=
∆𝐼𝐵
∆𝐼𝐶1 = 2,07 𝑚𝐴
∆𝐼𝐵1 = 𝐼𝐵2 − 𝐼𝐵1
∆𝐼𝐶1 = 1,25 𝑚𝐴 − 0 𝑚𝐴
∆𝐼𝐵1 = 1,25 𝑚𝐴
Maka,
∆𝐼𝐶1
𝛽1 =
∆𝐼𝐵1
2,07 𝑚𝐴
𝛽1 =
1,25 𝑚𝐴
𝛽1 = 1,66
Untuk nilai faktor penguat arus perulangan selanjutnya dapat dilihat pada
tabel 4.6. Tabel 4.6 menunjukkan nilai 𝛽 semua perulangan sehingga nilai
faktor penguat arus sebesar:
∑ 𝛽𝑛
𝛽=
𝑛
𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 + 𝛽4 + 𝛽4 + 𝛽5 + 𝛽6 + 𝛽7 + 𝛽8 + 𝛽9 + 𝛽10
𝛽=
𝑛
42
Tabel 4.6 Nilai faktor penguat arus (𝛽) transistor
No. ∆𝐼𝑐 (𝑚𝐴) ∆𝐼𝐵 (𝑚𝐴) 𝛽
1 2,07 1,25 1,66
2 2,09 1,51 1,38
3 2,15 1,04 2,07
4 1,93 0,97 1,99
5 2,1 0,6 3,50
6 2,1 0,16 13,12
7 1,87 0,13 14,38
8 2,14 0,06 35,67
9 2,11 0,06 35,17
10 1,79 0,02 89,5
∆𝐼𝐶
𝛽=
∆𝐼𝐵
∆𝐼𝐶1 = 2,00 𝑚𝐴
∆𝐼𝐵1 = 𝐼𝐵2 − 𝐼𝐵1
∆𝐼𝐶1 = 1,25 𝑚𝐴 − 0 𝑚𝐴
∆𝐼𝐵1 = 1,25 𝑚𝐴
Maka,
43
∆𝐼𝐶1
𝛽1 =
∆𝐼𝐵1
2,00 𝑚𝐴
𝛽1 =
1,25 𝑚𝐴
𝛽1 = 1,6
Untuk nilai faktor penguat arus perulangan selanjutnya dapat dilihat pada
tabel 4.7. Tabel 4.7 menunjukkan nilai 𝛽 semua perulangan sehingga nilai
faktor penguat arus sebesar:
∑ 𝛽𝑛
𝛽=
𝑛
𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 + 𝛽4 + 𝛽4 + 𝛽5 + 𝛽6 + 𝛽7 + 𝛽8 + 𝛽9 + 𝛽10
𝛽=
𝑛
G. PEMBAHASAN
Praktikum karakteristik transistor bipolar dan FET ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan antara transistor bipolar dan transistor efek medan.
44
Kedua untuk menggambarkan kurva karakteristik drain. Selanjutnya, untuk
menggambarkan kurva karakteristik arus drain dengan tegangan gate-source
berbeda. Dan untuk menggambarkan kurva konduktor sebuah FET dari kurva
10 𝑉s 𝑉𝐺𝑆 . Transistor sendiri memiliki makna merubah, yaitu merubah bahan
yang tidak bisa menghantar arus menjadi bahan penghantar arus. Transistor
dibagi menjadi du akelas yaitu BJT dan FET, namun pada praktikum ini hanya
menggunakan FET, dengan 𝑉𝐷𝐷 pada tegangan.
Praktikum ini dilakukan sebanyak empat kali perlakuan, sehingga
dihasilkan sebanyak 30 data. Percobaan pertama untuk arus basis (𝐼𝐵 ), pada table
4.1 dapat disimpulkan bahwa semakin besar masukan transistor, maka nilai 𝐼𝐵
nya akan semakin besar. Hal ini dikarenakan adanya sifat-sifat yang terdapat
pada teori. Percobaan ini menghitung masukannya dengan faktor penguat arus
(𝛽) transistor dengan nilai 𝛽 pada perulangan pertama sebesar 1,57 𝑚𝐴. Dan
diperoleh dari seluruh perulangan faktor penguat arus sebesar 24,92.
Percobaan kedua yaitu menghitung keluaran diperoleh nilai 𝑉𝐷𝐷 dan 𝐼𝐶 .
Percobaan ini dilakukan dengan tiga 𝑉𝐺𝐺. Nilai dari 𝐼𝐶 untuk 𝑉𝐺𝐺 = 1,03 ν, data
dilihat padaa table 4.2 dihasil pengamatan. Dapat disimpulkan bahwa semakin
besar 𝑉𝐷𝐷 maka akan semakin besar arus 𝐼𝐶 yang dihasilkan. Pada percobaan 𝑉𝐺𝐺
= 2,04 𝑉, untuk 4.3. Selanjutnya untuk percobaan dengan 𝑉𝐺𝐺 = 2,55 𝑉, dapat
dilihat pada table 4.4 dihasil pengamatan. Disimpulkan dari beberapa data
tersebut bahwa semakin besar 𝑉𝐷𝐷 , maka akan semakin besar arus 𝐼𝐶 yang
dihasilkan pada keluarannya.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perbedaan utama dalam transistor bipolar dan FET adalah bahwa dalam
transistor bipolar arus output (𝐼𝐶 ) dikendalikan oleh arus input (𝐼𝐵 ).
Sedangkan dalam FET arus output (𝐼𝐵 ) dikendalikan oleh tegangan input
(𝑉𝐺𝑆 ). Disamping itu, FET lebih stabil terhadap temperatur dan kontruksinya
lebih kecil serta pembuatannya lebih mudah dari pada transistor bipolar.
2. Saran
45
Pada Praktikum selanjutnya agar nilai tegangan 𝑉𝐺𝐺 lebih bervariasi agar
dapat mengetahui kerja maksimal dari transistor bipolar dan FET.
46
ACARA V
PENGUAT EMITOR DI TANAHKAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui karakteristik transistor NPN.
b. Menentukan besar penguatan pada rangkaian penguat emitor ditanahkan.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 25 November 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
47
d. Resistor 10 KΩ (1 buah)
e. Resistor 100 KΩ (1 buah)
f. Transistor BC548 (1 buah)
C. LANDASAN TEORI
Pada saat pembahasan mengenai transistor salah satu kaki atau
terminalnya dikenal dengan nama emitter. Saat emitter ini dipintaskan atau
dihubungkan ke tanah maka emitter ini disebut dengan emitter ditanahkan.
Fungsi emitter dapat menjadi penguat dalam sebuah rangkaian sehingga emitter
ini disebut dengan common emitter (CE). Bentuk gelombang yang dapat terbaca
oleh osiloskop adalah gelombang sinus. Gelombang ini dapat terbentuk karena
adanya 𝛽 yang memperkuat arus kolektor dengan frekuensi yang sama
(Barmawi dan Tjia, 1985: 17). Contoh rangkaian emitor ditanahkan dapat dilihat
pada
gambar
di bawah
ini:
48
Gambar 5.1 (a) Penguat Emitor ditanahkan (b) Garis Beban AC (Barmawi
dan Tjia, 1985)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penguat tanpa beban
1. Rangkaian dibuat pada papan roti seperti gambar di bawah ini.
49
Gambar 5.2 Rangkaian Percobaan
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5. 1 Hasil Pengamatan Tanpa Beban
VB 0,35 V
VBE 0,76 V
VCE 7,00 V
VCB 0,80 V
Vin 0,35 V
Vout 0,15 V
50
CH1
Y1 = 1,4 div
Volt/div = 1 Volt/div
CH2
Y2 = 0,4 div Volt/div = 5 Volt/div
VBE 0,80 V
VCE 8,00 V
VCB 14,22 V
Vin 0,38 V
Vout 0,15 V
CH1
Y1 = 1,2 div
Volt/div = 1 Volt/div
CH2
Y2 = 0,2 div Volt/div = 0,1 Volt/div
F. ANALISIS DATA
1. Tanpa Beban
Diketahui :
51
𝑅1 = 100 𝐾𝛺
𝑅2 = 100 𝐾𝛺
𝑅𝐶 = 10 𝐾𝛺
𝑅𝐸 = 1 𝐾𝛺
𝑅𝐿 = 100 𝛺
𝑉𝐶𝐶 = 12 𝑉
𝑉𝑖𝑛 = 0,3 𝑉
𝑌1 = 1,2 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
𝑌2 = 0,4 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣 = 5 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
Ditanya :
a. 𝑉𝐵𝐵 =...?
b. 𝑉𝐶𝐸 =...?
c. 𝑉𝐶𝐵 =...?
d. Hitung keluaran tegangan berdasarkan teori (𝑉0 ) = ... ?
e. Hitung penguatan berdasarkan penguatan osiloskop dan multimeter =
.....?
Penyelesaian :
a. 𝑉𝐵𝐵
𝑅2
𝑉𝐵𝐵 = × 𝑉𝐶𝐶
𝑅1 + 𝑅2
100 𝐾Ω
𝑉𝐵𝐵 = × 12 𝑉
100 KΩ + 100 KΩ
100 𝐾Ω
𝑉𝐵𝐵 = × 12 V
200 KΩ
𝑉𝐵𝐵 = 0,5 × 12 𝑉
𝑉𝐵𝐵 = 6 𝑉
b. 𝑉𝐶𝐸
𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶 − 𝑉𝐸
52
𝑉𝐸
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
𝑅𝐸
𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
𝑅𝐸
6 𝑉 − 0,76 𝑉
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
1𝐾
5,24 𝑉
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
1𝐾
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 = 0,00524 𝐴
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 = 5,24 × 10−3 𝐴
𝑉𝐶𝐸 = −45,64 𝑉
c. 𝑉𝐶𝐵
𝑉𝐶𝐵 = 12 𝑉 − 6𝑉
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 dan 𝑟𝑐 = 𝑅𝐶
𝑚𝑉
𝑟𝑒 = 25
𝐼𝐸
25 × 10−3 𝑉
𝑟𝑒 =
5,24 × 10−3 𝐴
53
𝑟𝑒 = 4,77
𝑅𝐶
𝐴=
𝑟𝑒
10.000
𝐴=
4,77
𝐴 = 2096,4 kali
𝑉0 = 𝐴 × 𝑉𝑖𝑛
𝑉0 = 2096,4 × 0,35 𝑉
𝑉0 = 733,74 𝑉
0,07 𝑉
𝐴𝑚 =
0,06 𝑉
𝐴𝑚 = 1,16 kali
1,2 𝑉 √2
𝑉𝑖𝑛 = ×
2√2 √2
1,2 √2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 =
2×2
1,2√2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 =
4
54
𝑉𝑖𝑛 = 0,3√2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 = 0,42 𝑉
(𝑌2 × 𝑣𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣)
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
2√2
2𝑉 √2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = ×
2√2 √2
2,2 √2 𝑉
𝑉𝑖𝑛1 =
2×2
2,2√2 𝑉
𝑉𝑖𝑛1 =
4
𝑉𝑖𝑛1 = 0,5√2 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,70 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑂𝑆𝐶 =
𝑉𝑖𝑛
0,15 𝑉
𝐴𝑂𝑆𝐶 =
0,38
55
𝑌1 = 1,2 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
𝑌2 = 0,2 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣 = 0,1𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
Ditanya :
a. 𝑉𝐵𝐵 =...?
b. 𝑉𝐶𝐸 =...?
c. 𝑉𝐶𝐵 =...?
d. Hitung keluaran tegangan berdasarkan teori (𝑉0 ) = ... ?
e. Hitung penguatan berdasarkan penguatan osiloskop dan multimeter =
....?
Penyelesaian :
a. 𝑉𝐵𝐵
𝑅2
𝑉𝐵𝐵 = × 𝑉𝐶𝐶
𝑅1 + 𝑅2
100 𝐾Ω
𝑉𝐵𝐵 = × 12 𝑉
100 KΩ + 100 KΩ
100 𝐾Ω
𝑉𝐵𝐵 = × 12 V
200 KΩ
𝑉𝐵𝐵 = 0,5 × 12 𝑉
𝑉𝐵𝐵 = 6 𝑉
b. 𝑉𝐶𝐸
𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶 − 𝑉𝐸
𝑉𝐸
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
𝑅𝐸
( 𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 )
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
𝑅𝐸
(6 𝑉 − 0,80 𝑉)
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
1 𝐾Ω
56
5,2 𝑉
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 =
1 𝐾Ω
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 = 5,2 𝑚𝐴
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 = 5,2 × 10−3 𝐴
𝑉𝐶𝐸 = −55,2 𝑉
c. 𝑉𝐶𝐵
𝑉𝐶𝐵 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝑉𝐵𝐵
𝑉𝐶𝐵 = 12 𝑉 − 6𝑉
𝑉𝐶𝐵 = 6 𝑉
𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 dan 𝑟𝑐 = 𝑅𝐶
25 𝑚𝑉
𝑟𝑒 =
𝐼𝐸
25 × 10−3 𝑉
𝑟𝑒 =
5,2 × 10−3 𝐴
𝑟𝑒 = 4,80 Ω
𝑅𝐶 ∥ 𝑅𝐿
𝐴=
𝑟𝑒
10.000 Ω ∥ 100 Ω
𝐴=
4,80 Ω
99,009 Ω
𝐴=
4,80 Ω
57
𝐴 = 20,62 kali
𝑉0 = 𝐴 × 𝑉𝑖𝑛
𝑉0 = 20,62 × 0,38 𝑉
𝑉0 = 7,83 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑚 =
𝑉𝑖𝑛
0,229 𝑉
𝐴𝑚 =
0,07 𝑉
𝐴𝑚 = 3,27 kali
(𝑌1 × 𝑣𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣)
𝑉𝑖𝑛 =
2√2
1,2 𝑉 √2
𝑉𝑖𝑛 = ×
2√2 √2
1,2 √2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 =
2×2
1,2√2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 =
4
𝑉𝑖𝑛 = 0,3√2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 = 0,42 𝑉
58
(𝑌2 × 𝑣𝑜𝑙𝑡⁄𝑑𝑖𝑣)
𝑉𝑜𝑢𝑡 =
2√2
0,02 𝑉 √2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = ×
2√2 √2
0,02 √2 𝑉
𝑉𝑖𝑛1 =
2×2
0,02√2 𝑉
𝑉𝑖𝑛1 =
4
𝑉𝑖𝑛1 = 0,005 √2 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,007 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑂𝑆𝐶 =
𝑉𝑖𝑛
0,15 𝑉
𝐴𝑂𝑆𝐶 =
0,38
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini membahas tentang penguat emitor ditanahkan. Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu memahami karakteristik transistor NPN dan
menentukan besar penguatan pada rangkaian penguatan emitor ditanahkan.
Pada transistor NPN, pembawa arus negatif (elektron) akan melalui basis yang
merupakan transistor yang mana elektron menyediakan hubungan antar
kolektor dan emitor. Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu tanpa
beban dan dengan beban.
Percobaan pertama yaitu percobaan tanpa beban dengan 𝑅1 dan
𝑅2 adalah 100 Ω dan diperoleh nilai 𝑉𝐵 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶𝐸 , 𝑉𝑖𝑛 , dan 𝑉𝑜𝑢𝑡 . Untuk hasil
percobaannya dapat dilihat pada tabel 5.2 dengan bentuk gelombang pada
gambar 5.3. Untuk hasil percobaan nilai tegangan masukan (𝑉𝑖𝑛 ) dan tegangan
59
keluaran (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) didapatkan sebesar 0,35 V dan 0,15 V. Jika dibandingkan
dengan hasil perhitungan didapatkan nilai 𝑉𝑖𝑛 dan 𝑉𝑜𝑢𝑡 adalah 0,42 V dan 0,70
V. Dari data tersebut seharusnya hasil percobaan menujukan tegangan keluaran
lebih besar dari tegangan masukan dikarenakan adanya kapasitor yang
menyimpan muatan dan meneruskannya ke rangkaian lain yaitu tegangan
keluaran (𝑉𝑜𝑢𝑡 ). Adanya perbedaan antara hasil percobaan dan hasil perhitungan
dapat terjadi karena multimeter yang digunakan tidak diperhatikan dengan baik.
Selain itu didapatkan juga nilai arus kolektor yaitu 5,24 × 10−3 A dan tegangan
keluaran (𝑉0 ) berdasarkan teori yaitu 733,74 V dengan penguatan 2096,4 kali.
Besar penguatan berdasarkan multimeter didapatkan sebesar 1,16 kali dan
penguatan osiloskop didapatkan 0,39 kali .
pada percobaan kedua yaitu dengan beban dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 5.2 dengan bentuk gelombang pada gambar 5.4. Untuk nilai 𝑉𝑖𝑛 dan
𝑉𝑜𝑢𝑡 dari hasil percobaan didapatkan 0,38 V dan 0,15 V. Jika dibandingkan
dengan hasil perhitungan Vin dan Vout adalah 0,42 V dan 0,007 V. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa nilai tegangan keluaran (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) lebih kecil dari
tegangan masukan(𝑉𝑖𝑛 ). hal tersebut dikarenakan tegangan 𝑉𝑝𝑝 in pada masukan
lebih besar daripada 𝑉𝑝𝑝 out pada keluaran. selain itu juga diperoleh nilai 𝐼𝐶 (
arus kolektor) yaitu 5,2 x 10ˉ³ A dan juga diperoleh nilai tegangan keluaran 𝑉0
secara teori yaitu 7,83 V dengan penguatan 20,62 kali. Untuk besar penguatan
dari multimeter sebesar 3,27 kali dan osiloskop 0,39 kali.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :
a. Karakteristik dari rangkaian penguat emitor ialah mempunyai penguat
tegangan Av dan Ai yang tinggi. Penguat emitor memiliki kemampuan
untuk membalikkan inverting sinyal outputnya dengan fasa 1800 dari
inputnya.
b. Secara teori perbandingan besar penguat emitor tanpa beban sebesar 2096,4
kali dan dengan beban sebesar 20,63 kali. Secara pengamatan dengan
multimeter besaran penguat tanpa beban sebesar 1,16 kali dan dengan
60
beban sebesar 3,27 kali. Adapun perbesaran secara osiloskop tanpa beban
sebesar 0,39 kali.
2. Saran
Diharapkan praktikan lebih memahami materi sebelum melakukan
praktikum.
61
ACARA VI
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pada acara ini yaitu :
a. Membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada
hambatan umpan balik dan input rangkaian.
b. Mengoperasikan Op-Amp Inverting dan Non Inverting.
2. Waktu Praktikum
Senin, 21 Oktober 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
2. Bahan-bahan Praktikum
Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
a. OP – AMP 741 (1 buah )
b. Resistor 1 KΩ (2 buah )
c. Resistor 3,3 KΩ (1 buah )
d. Resistor 4,6 KΩ (1 buah )
e. Resistor 5,1 KΩ (1 buah )
62
f. Resistor 10 KΩ (1 buah )
C. LANDASAN TEORI
Penguatan rangkaian inverting dengan Op – Amp ditentukan oleh nilai
Resistensi feetback (𝑅𝑓 ) dan Resistansi input (𝑅𝑖𝑛 ) dengan cara dibandingkan.
Dalam perancangan dan penggunaan penguat inverting dengan Op – Amp sangat
luas karena hampir semua fungsi aritmatika dapat diselesaikan dengan mudah
melalui Op – Amp. Pada penguat inverting amplifier fungsi penguatannya hanya
ditentukan oleh dua resistor yaitu 𝑅𝑓 dan 𝑅𝑖𝑛 .
𝑅𝑓 (6.1)
𝐴𝑉 = −
𝑅𝑖𝑛
𝑅2 (6.2)
𝛽=
𝑅1 + 𝑅2
63
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penguat Inverting
a. Kabel penghubung digunakan untuk membuat rangkaian seperti pada
gambar dibawah ini.
64
c. Function generator diatur pada frekuensi 1000 Hz dan keluaran kira-
kira 10mV.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Rangkaian Inverting
Tabel 6.1 Hasil pengukuran rangkaian Inverting
Pengukuran
No. 𝑅𝑖𝑛 𝑅𝑓 Pengukuran Osiloskop multimeter
(Ω) (Ω) 𝑉𝑖𝑛 𝑉𝑜𝑢𝑡
(volt) (volt)
65
1. 1k 1k 0,93 0,94
66
𝑌𝑖𝑛 = 2,2 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝐶𝐻1 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
𝑌𝑜𝑢𝑡 = 2,6 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝐶𝐻2 = 0,2 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
5. 1k 10k 1,07 0,05
67
𝑌𝑖𝑛 = 2,6 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝐶𝐻1 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
𝑌𝑜𝑢𝑡 = 3 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝐶𝐻2 = 2 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
2. 1k 1k 1,12 2,31
68
𝑌𝑖𝑛 = 2,6 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝐶𝐻1 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
𝑌𝑜𝑢𝑡 = 1,4 𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝐶𝐻2 = 2 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
5. 1k 5,1k 1,13 1,36
F. ANALISIS DATA
1. Rangkaian Inverting
a. Menentukan penguatan tegangan secara teori
Diketahui :
𝑅𝑖𝑛 = 1 𝐾Ω
𝑅𝑓 = 1 𝐾Ω
Untuk rangkaian inverting maka penguatan tegangan adalah
69
𝑅𝑓
𝐴𝑣 = −
𝑅𝑖𝑛
1 𝐾𝛺
𝐴𝑣 = −
1 𝐾𝛺
𝐴𝑣 = 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
b. Menentukan penguatan tegangan dengan pengukuran osiloskop
Diketahui :
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝑖𝑛 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
70
𝑉𝑃𝑃 = 2,4 𝑣𝑜𝑙𝑡
2,4 𝑉
𝑉𝑃 =
2
𝑉𝑝 = 1,2 𝑣𝑜𝑙𝑡
c. Menentukan tegangan efektif
𝑉𝑃
𝑉𝑖𝑛 =
√2
1,2 𝑉
𝑉𝑖𝑛 =
√2
3. Penguatan tegangan
Untuk rangkaian inverting maka penguatan tegangan adalah
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑣 = −
𝑉𝑖𝑛
0,80 𝑉
𝐴𝑣 = −
0,80 𝑉
𝐴𝑣 = 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
71
Untuk hasil penguatan pada kombinasi Rin dan Rf yang lain
dapat dilihat pada tabel 6.3.
5. 1k 10 k 10 0,3 0,0
𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝑖𝑛 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
72
1. Gelombang input
a. Menentukan tegangan puncak ke puncak
𝑉𝑃𝑃 = 𝑌𝑖𝑛 × 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 𝑖𝑛
𝑉𝑃𝑃 = 2,2 𝑑𝑖𝑣 × 1 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣
𝑉𝑃𝑃 = 2,2 𝑣𝑜𝑙𝑡
b. Menentukan tegangan puncak
𝑉𝑃𝑃
𝑉𝑃 =
2
2,2 𝑉
𝑉𝑃 =
2
𝑉𝑝 = 1,1 𝑣𝑜𝑙𝑡
c. Menentukan tegangan efektif
𝑉𝑃
𝑉𝑖𝑛 =
√2
1,1 𝑉
𝑉𝑖𝑛 =
√2
𝑉𝑖𝑛 = 0,8 𝑣𝑜𝑙𝑡
2. Gelombang output
a. Menentukan tegangan puncak ke puncak
𝑉𝑃𝑃 = 𝑦𝑖𝑛 × 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑 𝑜𝑢𝑡
73
3. Penguatan tegangan
Untuk rangkaian Non Inverting maka penguatan tegangan adalah
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑉 =
𝑉𝑖𝑛
1,8 𝑉
𝐴𝑉 =
0,8 𝑉
𝐴𝑉 = 2,3 𝑘𝑎𝑙𝑖
74
G. PEMBAHASAN
Praktikum operational amplifier (Op-Amp) bertujuan untuk
membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada
hambatan umpan balik dan input rangkaian. Praktikum ini juga bertujuan
untuk mengoperasikan Op-Amp Inverting dan Non-Inverting. Praktikum ini
melakukan dua percobaan yaitu percobaan Inverting dan Non – Inverting
dengan menggunakan osiloskop dan multimeter.
Percobaan pertama yaitu menentukan besarnya nilai penguatan
inverting dengan mengatur hambatan umpan balik sebagai variabel bebas.
Dapat dilihat pada table 6.3 yang memaparkan besarnya perbedaan nilai
penguatan tegangan secara teori, osiloskop dan multimeter. Diperoleh nilai
penguatan tegangan pada saat 𝑅𝑖𝑛 = 𝑅𝑓 = 1 𝑘𝛺, secara teori sebesar 1
kali, berdasarkan osiloskop dan multimeter juga diperoleh nilai yang sama
yaitu 1 kali. Untuk kombinasi antara 𝑅𝑖𝑛 dan 𝑅𝑓 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 6.3. Setiap perbesaran nilai hambatan umpan balik pada
rangkaian menyebabkan nilai penguatan tegangannya membesar. Hal
tersebut dapat dibuktikan bahwa metode penentuan nilai penguatan tegangan
baik secara pengukuran dan osiloskop sesuai dengan teori yang berlaku.
Percobaan kedua ditunjukkan pada penentuan besaran penguat non
inverting. Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan besaran nila
penguat tegangan pada rangkaian non inverting yaitu berdasarkan teori
sebesar 2 kali. Berdasarkan multimeter sebesar 2,1 kali. Berdasarkan
osiloskop sebesar 2,3 kali. Perlakuan pada rangkaian non inverting sama
dengan inverting, sehingga dapat ditarik sebuah pola dari data yang terdapat
pada Tabel 6.4 yaitu apabila resistansi umpan balik (𝑅𝑓 ) diperbesar maka
penguatan tegangan (𝐴𝑣) akan semakin besar seiring dengan perbesaran 𝑅𝑓 ,
hal ini sesuai dengan teori yaitu pada dasarnya non inverting bernilai positif
dan sebanding dengan 𝑅𝑓 -nya.
75
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa :
a. Telah dibuktikan bahwa penguat pada Amplifier bergantung pada
hambatan umpan balik (𝑅𝑓) dan input rangkaiannya. Dibuktikan
dengana besarnya penguat tegangan berbanding lurus dengan hambatan
umpan balik dan berbanding terbalik dengan hambatan input nya. Nilai
penguat tegangan yang didapatkan pada Op-Amp Inverting berdasarkan
teori, osiloskop, dan multimeter saat 𝑅𝑖𝑛 = 𝑅𝑓 = 1𝑘Ω adalah sama, yaitu
sebesar 1 kali. Pada Op-Amp non inverting nilai penguat tegangan saat
𝑅𝑖𝑛 = 𝑅𝑓 = 1kΩ berturut-turut adalah 2 kali, 2,3 kali, dan 2,1 kali.
b. Telah dioperasikan Op-Amp inverting dan non inverting, yang
dibuktikan dengan dihasilkan penguat tegangan pada penguat inverting
menghasilkan keluaran yang memiliki beda fase 180° dengan
masukannya dan keluaran berfase sama.
2. Saran
Dalam praktikum selanjutnya agar nilai 𝑅𝐹 dan 𝑅𝑖𝑛 lebih di variasikan
agar mendapatkan hasil yang berbeda.
76
ACARA VII
GERBANG LOGIKA DASAR
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengetahui cara kerja gerbang logika dasar.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 30 November 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
b. IC 4069 (1 buah )
c. IC 4071 (1 buah )
d. IC 4081 (1 buah )
e. IC 7402 (1 buah )
f. IC 7486 (1 buah )
C. LANDASAN TEORI
Gerbang logika dasar adalah blok bangunan dasar untuk membentuk
rangkaian elektronika digital yang digambarkan oleh simbol – simbol tertentu.
77
Gerbang logika dasar memiliki beberapa masukan tapi hanya memiliki satu
keluaran. Gerbang logika dasar dapat diartikan sebagai rangkaian dengan satu
atau lebih isyarat masukan tetapi hanya menghasilkan satu keluaran. Gerbang
logika dasar memiliki berbagai macam, salah satunya yaitu gerbang logika not
(inverter ). Gerbang logika not adalah gerbang logika yang memiliki hanya satu
input dan hanya satu output seperti pada gambar 7.1
Gambar 7.1 Simbol Gerbang Logika NOT (Sumber : Widjanarka, 2006 :36)
78
1 0 0
1 1 1
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat pada baris akhir di dapatkan hasil
pernyataan logika , jika x dan y bernilai 1 maka keluaran z bernilai 1 dan jika
sebaliknya maka keluaran bernilai 0 (Saptadi, 2017).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Percobaan 1.1 Gerbang AND
a. Rangkaian pengujian gerbang logika AND disusun seperti gambar di
bawah ini.
Catatan: jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak
menyala maka bernilai 0.
2. Percobaan 1.2 Gerbang OR
a. Rangkaian pengujian gerbang logika OR disusun seperti gambar di bawah
ini.
79
Gambar 7.3 Gerbang Logika NOR
Catatan: jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak
menyala maka bernilai 0.
80
Catatan: jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak
menyala maka bernilai 0.
4. Percobaan 1.4 Gerbang NAND
a. Rangkaian pengujian gerbang logika OR disusun seperti gambar di bawah
ini.
Gambar 7.6
81
f. Hasil percobaan dicatat pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi
masukan A dan B.
Catatan: jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak
menyala maka bernilai 0.
6. Percobaan 1.6 Gerbang EX-OR
a. Rangkaian pengujian gerbang logika OR disusun seperti gambar di bawah
ini.
82
Gambar 7.8 Gerbang Logika NOR, NAND to NAND
E. HASIL PENGAMATAN
a. Gerbang Logika AND
83
Tabel 7.2 Tabel Kebenaran Gerbang Logika AND (IC CD4081)
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
b. Gerbang Logika OR
84
Gambar 7. 13 Simbol Gerbang Logika NOT Gambar 7. 14 Rangkaian Gerbang NOT
85
e. Gerbang Logika NOR
86
1 0 1
1 1 1
87
0 0 0 1 1 1 0
1 1 1 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0
0 0 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 0
0 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 1
F. ANALISIS DATA
-
G. PEMBAHASAN
Praktikum gerbang logika dasar bertujuan untuk mengetahui cara kerja
gerbang logika . Cara kerja gerbang logika bergantung pada jenis IC yang
digunakan. Percobaan ini menggunakan tujuh jenis gerbang logika yaitu AND,
OR, NOT, NAND, NOR, Ex- OR, dan NOR, NAND to NAND, Pada gerbang
logika ini memiliki beberapa masukan (input), tapi hanya memiliki satu
keluaran atau output.
Praktikum pertama yaitu gerbang logika. Tabel kebenaran untuk
gerbang logika AND dapat dilihat pada tabel 7.2. Pada gerbang AND terdapat
dua input yang menghasilkan satu output. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa jika semua input bernilai 1 maka output bernilai 1 dan hal tersebut sesuai
dengan teori. Percobaan kedua yaitu gerbang logika dasar OR. Untuk tabel
kebenaran dapat dilihat dalam tabel 7.3. Dari tabel tersebut, jika input keduanya
low maka output low , dan jika salah satu inputnya 1 maka output 1. Percobaan
ketiga yaitu gerbang logika NOR. Untuk tabel kebenarannya dapat dilihat pada
tabel 7.4. Dari tabel terdapat satu input dan satu output, yang hasilnya jika input
1 maka output 0, dan sebaliknya. Percobaan keempat yaitu gerbang logika
NAND, dimana tabel kebenarannya dapat dilihat pada tabel 7.5. Dari tabel
tersebut dapat diketahui jika semua input 1, maka outputnya 0. Hal tersebut
merupakan kebalikan dari gerbang logika AND. Percobaan kelima yaitu
gerbang logika NOR, dimana tabel kebenarannya dapat dilihat pada tabel 7.6.
88
Dari tabel tersebut didapat bahwa jika nilai input keduanya 0 , maka outputnya
1. Hal tersebut merupakan kebalikan dari gerbang logika OR. Percobaan
keenam yaitu gerbang logika Ex- OR, dimana tabel kebenarannya dapat dilihat
pada tabel 7.7. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jika salah satu input 1
maka outputnya 1. Dari percobaan pertama sampai pada percobaan keenam
sesuai dengan teori.
Percobaan terakhir yaitu percobaan kombinasi. Percobaan kombinasi ini
yaitu gerbang NOR, NAND to NAND. Pada percobaan ini di rangkaian antara
percobaan gerbang NOR dan gerbang NAND dengan 6 input dan menghasilkan
1 output. Tabel kebenarannya dapat dilihat pada tabel 7.8. Pada saat praktikum,
nyala indikator LED pada analog digital trainer memiliki nilai 1 dan saat
indikator LED lampu mati maka outputnya bernilai 0.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa setiap gerbang logika
mempunyai prinsip yang berbeda-beda. Pada gerbang logika AND,
outputnya akan bernilai 1 jika semua inputnya bernilai 1. Pada gerbang
logika OR, outputnya akan bernilai 0 jika semua inputnya bernilai 0. Pada
gerbang logika NOT, outputnya akan bernilai 1 apabila inputnya 0 dan
sebaliknya. Gerbang logika NAND kebalikan dari AND, dimana output akan
bernilai 0 jika semua masukan bernilai 0. Gerbang NOR kebalikan dari
gerbang OR dimana output akan bernilai 1 jika semua masukan bernilai 0.
Sedangkan untuk gerbang logika eX-OR yaitu jika inputnya sama maka
outputnya bernilai 0.
2. Saran
Pada praktikum gerbang logika dasar selanjutnya agar membahas juga
tentang gerbang logika Ex – Nor agar mengetahui bagaimana kerja dari
gerbang tersebut.
89
DAFTAR PUSTAKA