Anda di halaman 1dari 22

K N E G E RI

NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
MOBILE CRANE

Mobile Crane adalah jenis pesawat pengangkat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk
mengangkat dan menurunkan beban secara tegak lurus serta memindahkannya secara
mendatar yang dapat bekerja pada areal yang luas (tetapi dalam satu areal pabrik atau lokasi
konstruksi).
Mobile crane digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load) dengan tingkat
mobilitas tinggi, sesuai untuk operasi jarak jauh dan berpindah-pindah tempat, serta dapat
dijalankan sebagai kendaraan sendiri. Kapasitas angkat yang besar untuk pengangkatan biasa
(light duty crane) dan disamping untuk lifting juga dapat dipergunakan untuk pilling, shovel,
dragline, clamshell, dll (heavy duty crane), dan jenisnya yang bermacam-macam telah
menjadikan mobile crane secara luas digunakan sebagai mesin pengangkat.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum
Modul ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para mahasiswa untuk dapat
mendeskripsikan jenis dan fungsi, perlengkapan utama, dan prosedur pengoperasian Mobile
Crane.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti modul ini mahasiswa akan dapat:
− Menjelaskan tentang fungsi dan jenis Mobile Crane
− Menjelaskan prinsip kerja dan prosedur pengoperasian Mobile Crane
− Menjelaskan tentang perlengkapan utama sebuah Mobile Crane
− Menjelaskan dan mengaplikasikan istilah yang dipergunakan dalam menangani sebuah
Mobile Crane

JENIS-JENIS MOBILE CRANE


Berdasarkan konstruksi, Mobile Crane dapat diklasifikasikan (O’Brien 1996: B10-3) sebagai
(1) Crawler Crane (2) Wheel Crane atau Cherry Pickers, dan (3) Truck-Mounted Crane.
Berdasarkan sistem tenaga penggerak, Mobile Crane dibedakan: (1) sistem hidrolis, (2) sistem
mekanis, (3) sistem listrik, (4) kombinasi mekanis dan hidrolis, (5) kombinasi hidrolis dan
listrik, dan (6) kombinasi mekanis dan pneumatis.

1. CRAWLER CRANE
Merupakan crane yang menggunakan crawler (kelabang), umumnya dipakai bila
diperlukan gesekan antara roda dan permukaan tanah (tidak terjadi slip) karena bidang
kontak yang luas sehingga tenaga yang diperoleh dapat maksimum. Crane terdiri dari
rotating superstructure dengan power plant, operating machinery, dan sebuah boom (baik
lattice maupun telescopic) yang bisa dinaikkan dan diturunkan. Semuanya terpasang di
atas base dilengkapi dengan crawler treads untuk perpindahan.

Skenario MHE dan TPPMI 1


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Crawler crane dilengkapi dengan mekanisme: pengangkatan (hoisting), pendongak
(luffing), pemutar (slewing), dan penjalan (travelling). Crawler crane mempunyai
kemampuan untuk menggabungkan keempat mekanisme sambil melakukan pemindahan
material dengan kecepatan jalan dibatasi maksimal 10 - 12 km/jam.

(a) (b)
Gambar 1. Crawler Crane (http://www.infodotinc.com./content/engine/18081/index)

Bagian utama sebuah crawler crane (gambar 1b) adalah: (1) Front end attachment, (2)
Cab, (3) Gantry or A frame, (4) Counterweight, (5) Crawler tread belt, (6) Crawler side
frame, (7) Carbody or crawler base, (8) Running board, (9) Revolving superstructure,
(19) Swing circle or roller path, dan (20) Axis of rotation.

1.1 Peralatan Utama Crawler Crane

DIMENSIONS
X. Boom length from boom foot
pin to boom head sheave pin
X1. Jib length from jib foot pin to
jib head sheave pin
Y. Radius of load (also applies
to jib hook load)
Z. Boom angle
Z1. Offset angle of jib

Gambar 2. Crawler Crane Lattice Boom (O’Brien 1996: B-10-8)

Peralatan utama sebuah Crawler Crane jenis Lattice Boom sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 2 adalah: (12) Derricking or live boom hoist rope, (13) Floating harness or bridle,
(14) Pendants, guys or boom backstays, (15) Crane boom, (16) Jib backstay lines, (17) Jib
mast, (18) Jib front stay lines, (19) Jib, (20) Concrete bucket, (21) Clamshell bucket, (22)

Skenario MHE dan TPPMI 2


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Dragline bucket, (23) Pile driver leads, (24) Magnet, (25) Grapple, (26) Main lift-hook
block, (27) Main hoist line, (28) Jib or whipline hook, (29) Jib or auxiliary hoist line, (30)
Dragline fairlead, (31) Tagline winder or magnet take-up reel, dan (32) Axis of rotation.

1.2 Jenis-Jenis Crawler Crane


Berdasarkan tipe boom, Crawler Crane dibedakan Lattice Boom dan Telescopic Boom.

(a) (b)
Gambar 3. Crawler Crane (a) Lattice Boom dan (b) Telescopic Boom
(http://www.liebner.com)

Crawler Crane jenis Lattice Boom biasanya menggunakan penggerak sistem mekanis atau
kombinasi mekanis dan pneumatis dengan panjang boom tetap (fixed).
Crawler Crane jenis Telescopic Boom biasanya menggunakan penggerak sistem hidrolis,
kombinasi mekanis dan hidrolis, atau kombinasi hidrolis dan listrik dengan boom yang
dapat dipanjangkan (extended).

2. WHEEL CRANE (CHERRY PICKERS)


Wheel Crane atau Cherry Pickers adalah crane yang menggunakan ban karet,
dimaksudkan agar memperoleh kecepatan yang lebih tinggi (45 km/jam), konsekwensinya
adalah tenaga angkat menjadi lebih kecil. Wheel Crane terdiri dari rotating superstructure
dengan power plant, operating machinery, dan sebuah boom (baik lattice maupun
telescopic) yang bisa dinaikkan dan diturunkan.
Pada crane roda karet yang dipentingkan adalah kecepatan dan kelincahannya
(maneuverability) berlainan dengan Crawler Crane yang lebih menitik-beratkan kepada
lifting power.
Wheel Crane atau Cherry Pickers umumnya digunakan untuk mengangkat dan
memindahkan muatan dalam jarak yang relatif jauh serta pekerjaan mengangkat dilakukan
selalu berpindah-pindah tempat. Untuk mengatasi traksi yang kecil pada Wheel Crane
dilakukan dengan memperbesar diameter ban, mengurangi tekanan angin (tire pressure),
dan membuat keempat roda sebagai penggerak (drivewheel).

Skenario MHE dan TPPMI 3


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG

(a) (b)
Gambar 4. Wheel Crane (a) Lattice Boom dan (b) Telescopic Boom
(a. Rudenko 1996: 380), (b. http://www.gov.ab.ca/hre/whs/publications/pdf/sh005.pdf)

3. TRUCK MOUNTED CRANE


Crane yang terdiri dari rotating superstructure dengan power plant, operating machinery,
dan sebuah boom (baik fixed maupun telescopic) dapat dinaikkan dan diturunkan.
Semuanya dipasang pada automotive truck chassis dilengkapi dengan power plant untuk
perpindahan.
Truck mounted crane dilengkapi dengan mekanisme: pengangkat (hoisting), pendongak
(luffing), dan pemutar (slewing). Mekanisme pemindahan material pada truck mounted
crane menggunakan outriger float yang dipasang pada outrigger beam untuk menyangga
body crane. Jadi berbeda dengan Crawler Crane maupun Wheel Crane, Truck Mounted
Crane dalam melakukan pemindahan material tanpa mekanisme penjalan (travelling).
3.1 Peralatan Utama Truck Mounted Crane

(a) (b)
Gambar 5. Truck Mounted Crane (O’Brien 1996: B10-9)

Bagian utama sebuah truck mounted crane (gambar 5b) adalah: (1) boom, (2) cab,
(9) revolving superstructure, (10) carrier cab, (11) front axle, (12) carrier frame, (13)
front outrigger box, (14) rear axle, (15) rear outrigger box, (16) outrigger beam, (18)
outrigger float, (19) swing circle atau roller path, dan (20) axis of rotation.

Skenario MHE dan TPPMI 4


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

3.2 Jenis-Jenis Truck Mounted Crane NG

Berdasarkan tipe boom, Crawler Crane dibedakan kombinasi Lattice Boom - Telescopic
Boom dan Telescopic Boom.

(b)

Gambar 6. Truck Mounted Crane


(a) Lattice-Telescopic Boom
(b) Telescopic Boom
(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/le
go/ac50_1_lrg_/boom_lrg.htm)
(a)

PROSEDUR PENGOPERASIAN MOBILE CRANE


Penanganan sebuah mobile crane untuk suatu pengangkatan diperlukan prosedur yang benar
agar pelaksanaan pekerjaan berlangsung efektif, efisien, dan keselamatan kerja lebih terjamin.
Pelaksanaan pekerjaan ini melibatkan supervisor, operator, dan rigger. Tetapi yang
bertanggung jawab sepenuhnya adalah operator.

1. Tugas dan Tanggung Jawab Supervisor Crane


Supervisor berfungsi sebagai pengawas pelaksanaan operasi sebuah crane, termasuk persiapan
dan penempatan crane dan selalu membina kerjasama yang baik dengan operator khususnya
mengenai keselamatan kerja.
Adapun tugas dan tanggung jawab supervisor crane adalah:
− Pengawasan secara menyeluruh terhadap semua bidang pekerjaan khususnya
pengoperasian crane
− Menentukan operator, rigger, pemberi aba-aba, crane, dan alat bantu angkat yang
dipergunakan dalam menangani pengendalian sebuah barang sesuai keterampilannya
− Menentukjan aba-aba yang dipergunakan sesuai standar yang berlaku atau aba-aba lokal
yang harus dimengerti oleh semua pihak yang terkait
− Menjamin keselamatan kerja semua personil yang terkait didalam pekerjaan dan
keamanan setempat, seperti rambu-rambu, barikade, papan informasi, dsb

Skenario MHE dan TPPMI 5


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
− Menjamin semua personil yang terlibat didalam pekerjaan mengerti atas pekerjaan dan
tanggung jawab serta aspek keselamatan kerjanya.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Operator Crane


Operator bertanggung-jawab atas keselamatan kerja crane, barang, dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam suatu pengoperasian. Operator harus menolak pekerjaan yang membahayakan
dan melaporkannya kepada supervisor crane.
Adapun tugas dan tanggung jawab operator crane adalah:
− Memastikan crane yang akan dan atau dioperasikan dalam kondisi aman dan laik pakai,
mengetahui semua fungsi dan batasan yang diperlukan sesuai sifat setiap jenis pekerjaan
− Mengerti dan melaksanakan semua perintah dan anjuran pabrik pembuat crane melalui
buku pedoman pengoperasian crane yang dikendalikan
− Mengerti dan mempergunakan daftar beban serta menghitung beban bersih yang dapat
diangkat sebuah crane
− Memeriksa dan merawat crane secara berkesinambungan sesuai anjuran pabrik pembuat
crane
− Melaporkan secara tertulis kondisi crane secara berkala kepada pengawas atau pimpinan,
agar ditindak-lanjuti perbaikan atau perawatan lainnya yang diperlukan
− Mencatat semua kegiatan pekerjaan dan kelainan yang dirasakan didalam buku catatan
(log book) selama crane digunakan
− Melakukan survey lapangan sebelum crane dioperasikan, seperti: kondisi landasan,
halangan-halangan, cuaca, dsb.
− Memindahkan, mengoperasikan, menempatkan atau memarkir crane dengan benar dan
aman sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Cara Kerja/Operasional Mobile Crane
Pada dasarnya,cara kerja/operasional dari semua jenis mobile crane hampir sama. Berikut
dicontohkan operasional Truck Mounted Crane AC 50-1 dari DEMAG, yang meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1) Proses mengemudi (Steering).
2) Proses suspensi yang terjadi pada Truck Mounted Crane.
3) Proses pemakaian balok penyangga (outrigger beam).
4) Proses memutarnya Crane (slewing).
5) Proses sistem pendongak (boom luffing).
6) Proses memanjangnya boom (boom telescoping).
7) Proses pengungkitan/penarikan pada drum penggulung.
8) Proses pemakaian Counterweight.

3.1 Proses Mengemudi (Steering)


Truck Mounted Crane AC 50-1 dari DEMAG mempunyai konfigurasi kemudi 6x4x2, dan
dengan pilihan konfigurasi kemudi 6x6x6 yang tersedia, kita dapat menyimpulkan untuk
mengambil pendekatan yang sederhana, ini penting karena kita juga menginginkan untuk
memasukkan faktor suspensi pada model ini dan memakai konfigurasi 6x6x6 dengan
komponen standar tetapi tetap mendapatkan kuncian kemudi (steering lock) yang baik

Skenario MHE dan TPPMI 6


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
sedapat mungkin. Pada kenyataannya, tetap tidak mungkin untuk mendapatkan kunci
kemudi (steering lock) yang baik,karena proses selip balik pada roda gigi (backlash) yang
terlalu tinggi,sehingga dianggap membahayakan.

Gambar 7. Steering Crane dengan Hydraulic Joysticks dan Foot Pedals


(http://science.howstuffworks.com/author_Bonsor.htm)
Setelah menyimpulkan roda depan haruslah memakai suspensi berayun (pendular
susupension), maka dibuatlah sudut kemiringan sebesar 200 pada badan truck bagian
depan (front axle). Keuntungan dari sudut dibuat miring kebawah pada chassis adalah
bahwa komponen yang sedang bersinggungan dengan landasan bergerigi dan melawan
gerakan roda gigi membuatnya cenderung untuk naik daripada turun, yang akhirnya akan
menambah jarak dengan tanah. Untuk alasan ini, kita dapat menggunakan pendekatan ini.
Model ini tidak mempunyai titik tengah diantara dua roda kemudi belakang, yang
membuat pengendalian lebih sulit, yang dapat dismpulkan bahwa susunan 6x4x2 akan
mengakibatkan gesekan (traksi) ban lebih signifikan.
Secara sederhana ini dilakukan dengan menambahkan sebuah offset pada lengan kemudi
dimana hubungan itu (linkage) disambung, yang memungkinkan batang bergerigi dapat
bergerak pada suatu garis lurus. Akan tetapi, penambahan suatu linkage akan
menyebabkan terjadinya selip balik (backlash), sehingga satu-satunya jalan adalah dengan
menghilangkan linkage tambahan yang telah dipasang pada lengan kemudi, dan ternyata
semuanya berjalan normal.
Satu hal yang membuat kita terpaku pada semua tahap perencanaan sebuah poros roda
depan (gardan) adalah bahwa putarannya menyebabkan poros itu bergerak naik turun,
sehingga pengendalian roda depan terasa tidak nyaman, apalagi jika Crane dikendarai
pada tempat yang mempunyai sudut kemiringan yang tajam. Untuk itu Crane haruslah
mempunyai kemudi yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi jalan/areal operasi.

Skenario MHE dan TPPMI 7


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Konstruksi dari roda gigi kemudi terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8. Konstruksi Roda Gigi Kemudi Depan


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/steering_gears_lrg.htm)

Gambar 9. Konstruksi Poros Roda Depan


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/front_axle_wheels.lrg.htm)
Sedangkan konstruksi sebuah lengan kemudi adalah seperti yang tergambar di bawah ini :

Gambar 10. Konstruksi Lengan Kemudi


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/steering_arm_forshow.lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 8


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Pada Crane ini, semua proses kemudi terpusat pada suatu susunan gearbox yang terdapat
di dalam mesin utamanya.Gambaran sederhananya adalah sebagai berikut:

Gambar 11. Susunan Gearbox


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/drivetrain_gears2_lrg.htm)

3.2 Suspensi Pada Truck Mounted Crane


Menciptakan sistem suspensi pada sebuah Crane merupakan suatu tantangan karena jika
suspensi terlalu banyak, akan menyebabkan kenyamanan berkurang karena terlalu
kerasnya suspensi. Jika suspensi terlalu sedikit, saat membawa beban berat, Crane akan
menyentuh tanah karena tidak mampu menahan beratnya beban yang terjadi secara
dinamis.
Tujuan suspensi dibuat adalah (1) untuk menjaga semua roda Crane tetap berhubungan
(menempel) pada tanah setiap saat dengan membuat suspensi yang keras dan (2) untuk
membuat suspensi sedikit lebih lembek demi kenyamanan pada saat dikendarai. Pada
Crane, satu-satunya jalan untuk membuat goncangan terasa nyaman adalah dengan
mengendarainya secara pelan.
Sistem suspensi adalah tanpa memakai per (spring) yang bertujuan agar semua roda dapat
menempel tanpa membuat konstruksi tersebut oleng/jatuh. Pada Truck Mounted Crane,
salah satu roda depan mempunyai kemampuan untuk berputar dengan dua derajat
kebebasan. Artinya, pada suatu saat salah satu roda dapat berputar terhadap sumbunya
sendiri, dan di saat lain mampu berputar searah sumbu horizontal atau searah dengan
pergerakan kendaraan tersebut. Ini dilakukan dengan membuat sebuah suspensi berayun
(pendular suspension) pada titik tengah kedua roda depan. Cara kerjanya adalah sebagai
berikut:
o Saat kendaraan (Crane) akan belok, maka roda gigi suspensi ayun tersebut digeser
sedemikian rupa sehingga memungkinkan salah satu roda berputar lebih cepat dari
roda yang lain.
o Membuat roda gigi suspensi ayun tetap pada tempatnya, sehingga pada saat belok
didapatkan suatu keseragaman antara putaran roda satu dengan roda yang lain.
Kemudian jika ingin menambahkan beberapa roda lain, yang harus diperhatikan adalah
dengan selalu menambahkan suspensi ayun tersebut pada setiap poros roda tadi. Suspensi
jenis ini dapat diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan proyek layaknya Crane,
Bulldozer, dan pada kendaraan yang sering mengangkut beban-beban berat. Ini

Skenario MHE dan TPPMI 9


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
dikarenakan kemampuan dari suspensi ini adalah membuat beban yang
diangkut/dipindahkan akan terdistribusi secara merata pada semua roda.
Masalah yang sering terjadi saat sebuah Crane mengangkat sebuah beban yang berat,
adalah bahwa roda tengah traksinya menjadi semakin kecil. Ini terjadi karena Outrigger
Beam nya terletak disisi luar dari Crane bagian depan dan belakang saja. Jadi agar sebuah
beban tetap terdistribusi secara merata pada semua roda (depan, tengah, dan belakang)
adalah dengan cara membuat suspensi ayun roda tengah lebih keras dari kedua roda yang
lain. Dengan cara ini, maka distribusi beban dapat merata pada semua roda.

Gambar 12. Konstruksi Suspensi Truck Mounted Crane


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/crane_suspension_model_lrg.htm)

Suspensi pada roda depan seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini:

Gambar 13. Suspensi Roda Depan


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/front_axle_upright_lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 10


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG

Suspensi pada roda tengah adalah seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini:

Gambar 14. Suspensi Roda Tengah


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ suspension_down_lrg.htm)

3.3 Proses Pemakaian Outrigger Beam


Dalam sebuah Crane, ada dua beban yang harus menjadi pertimbangan dasar.Yang
pertama adalah beban kombinasi antara beban truk pembawa dan beban counterweight.
Sedangkan yang kedua adalah kombinasi beban antara beban boom dan beban material
yang akan diangkat.
Selalu akan terjadi sebuah proses pengangkatan material. Sepanjang momen penstabil
Crane lebih besar daripada momen yang ditimbulkan karena mengangkat suatu beban,
tidak akan terjadi suatu masalah yang serius. Ini tergantung pada pengalaman operator
dalam menyingkapi kasus tersebut.
Di sini, peran sebuah Outrigger diperlukan. Outrigger berguna untuk mengurangi momen
yang besar yang ditimbulkan saat Crane mengangkat beban yang berat. Untuk kemudian,
stabilitas dari Crane tetap dapat dipertahankan.
Analogi pemakaian Outrigger Beam adalah sebagai berikut:
o Saat mengangkat beban yang berada didepan Crane, reaksi dari tumpuan akan
terdistribusi pada roda depan pula.
o Saat Outrigger Beam diturunkan/dipasang, maka seolah-olah roda penyangga dari
badan truck menjadi lebih panjang. Dengan demikian reaksi dari tumpuan tidak hanya
dirasakan oleh roda depan, tetapi juga dirasakan oleh Outrigger Beam.
o Dari konsep momen yang menyatakan bahwa momen yang terjadi berbanding lurus
dengan besarnya gaya (beban) dikalikan dengan jarak tumpuan. Maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa, untuk beban yang sama, momen untuk mengimbangi

Skenario MHE dan TPPMI 11


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
beratnya beban akan semakin besar jika panjang tumpuan diperbesar. Sehingga, Crane
tidak akan terbalik dalam mengimbangi momen yang terjadi.

Konsekuensi yang harus diambil dengan memakai sebuah Outrigger Beam adalah, bahwa
semua reaksi momen dari beban yang diangkat akan terdistribusi pada Outrigger
Beamnya. Ini akan menimbulkan tekanan yang sangat besar pada tanah/landasan dimana
Crane tersebut beroperasi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuatlah landasan
Outrigger (Outrigger Pad) yang permukaannya lebih luas. Dengan demikian, akan
mencegah melesaknya sebuah Outrigger pada tanah.
Konsekuensi yang serupa juga akan terjadi pada chassis dari Crane tersebut. Saat sebuah
Outrigger diturunkan, distribusi reaksi beban akan terjadi pada sebuah luasan yang
dikelilingi oleh Outrigger tadi. Untuk itu, bahan yang dipilih untuk membuat suatu chassis
haruslah bahan yang mempunyai resistansi yang besar terhadap beban dinamis atau
berulang.
Untuk menjaga agar Crane tetap stabil saat memutar (slewing) sampai 3600, maka semua
Outrigger Beam haruslah melalui proses levelling terlebih dahulu. Untuk beberapa tipe
Crane terbaru, sudah dilengkapi dengan alat levelling otomatis. Operator hanya tinggal
memencet sebuah tombol, dan Outrigger akan menyesuaikan ketinggiannya dibawah
kendali sebuah komputer.
Prinsip kerja Outrigger Beam pada umumnya adalah, bahwa Outrigger dapat dikontrol
untuk bergerak naik atau turun, keluar atau masuk, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
medan.
Proses penurunan Outrigger Beam adalah seperti ditunjukkan gambar di bawah ini:

Gambar 15. Outrigger (http://sciece.howstuffworks.com/author_Bonsor.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 12


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Gambar 5, menunjukkan sebuah Outrigger diturunkan secara bersamaan. Meskipun
terlihat kecil, keempat Outrigger tersebut mampu menahan seluruh body Crane beserta
beban yang diangkat.
Dalam sebuah Crane yang tidak menggunakan sebuah alat levelling outrigger otomatis,
outrigger diturunkan secara mekanis dan ada kalanya sebuah outrigger harus diberi
landasan tambahan pada saat mengangkat sebuah beban. Realisasinya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Gambar 16. Landasan Tambahan Outrigger Beam


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ltm1080_wheely_1_lrg.htm)

Untuk sebuah Crane yang menggunakan sistem mekanis dalam menurunkan


Outrigger,penurunannya dikontrol oleh sebuah motor seperti gambar di bawah ini:

Gambar 17. Ourigger Mekanis


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/outrigger_mechanism_lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 13


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Keterangan:
Sabuk yang berwarna merah pada gambar di atas berfungsi untuk indikator.Jika Outrigger
telah menyentuh tanah dengan kuat,maka sabuk akan selip dan tidak akan timbul
penurunan Outrigger yang berlebihan.

3.4 Proses Memutarnya Crane (Slewing)


Pada awalnya, komponen standar yang dapat membuat sebuah Crane berputar hanyalah
dengan gesekan diantara 2 plat yang halus, tentunya dengan sebuah pelumasan yang
memadai. Tetapi, lama-lama cara ini dianggap kurang efisien karena telah ditemukan
sebuah roller bearing.
Permasalahan baru muncul ketika kita memperhitungkan bahwa roller bearing yang
tersedia di pasaran ukurannya terbatas, begitu juga dengan kekuatan dari material
penyusun bearing itu sendiri.Ini dikarenakan, bearing yang akan dipakai harus mampu
menahan beban baik secara aksial maupun secara radial.Untuk itu, konsekuensinya adalah
dengan cara membuat suatu bearing berukuran besar dan mampu memenuhi dua kriteria
di atas.
Pada Truck Mounted Crane, selain menggunakan sebuah bearing sebagai media pemutar
utamanya, dipakai juga beberapa konstruksi roda gigi beserta penguncinya yang
memungkinkan Crane dapat berputar ataupun berhenti pada saat yang diinginkan. Dengan
demikian, kestabilan Crane saat memutar tetap dapat dipertahankan.
Berikut sebuah gambar yang menunjukkan Crane sedang berputar pada sumbu
putarannya:

Gambar 18. Meja Putar untuk Slewing Truck Mounted Crane


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/turntable_lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 14


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Sedangkan struktur/konstruksi roda gigi pendukung bearingnya adalah seperti gambar di
bawah ini:

Gambar 19. Konstuksi Roda Gigi Pendukung Meja Putar


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/turntable_gears_2_lrg.htm)

3.5 Proses Sistem Pendongak (Boom Luffing)


Pada awalnya,sistem pendongak pada Crane adalah dengan menggunakan sistem
pendongak ulir.Ini dikarenakan,sistem pendongak ini mampu menahan beban pada
ketinggian tertentu secara tepat.Sebab,jika ulir tidak diputar,maka ketinggian beban yang
sedang diangkat akan tetap stabil pada posisinya.
Gambaran tentang sistem pendongak ulir adalah sebagai berikut:

Gambar 20. Sistem Pendongak Ulir


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/hydraulic_inside_lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 15


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Sedangkan susunan roda gigi reduksi penggerak boomnya adalah sebagai berikut :

Gambar 21. Susunan Roda Gigi Reduksi Penggerak Boom Luffing


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/luffing_gears_nomotor_lrg.htm)

Pada truck Mounted Crane model AC 50-1 dari Demag, sistem pendongaknya
menggunakan sistem pendongak hidrolik karena sistem ini mengangkat beban lebih berat.
Contoh proses saat boom luffing seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 22. Sistem Pendongak Hidrolik


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ltm1060_hydraulic_lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 16


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
3.6 Proses Memanjangnya Boom (Boom Telescoping)
Adalah suatu proses yang harus dijalankan saat beban yang akan diangkat dan
dipindahkan letaknya cukup jauh/tinggi. Dengan pendekatan ini, proses boom luffing
maupun boom telescoping dapat diperkirakan mempunyai sistem penggerak yang sama.
Pada kenyataannya, sangat sulit untuk mengadopsi sistem penggerak hidrolik seperti
proses boom luffing pada proses boom telescoping ini. Alasannya adalah, bahwa
menciptakan suatu sistem hidrolik untuk jarak yang sangat panjang merupakan kesulitan
tersendiri. Berbeda dengan boom luffing yang panjangnya tidak lebih dari 4 meter. Pada
boom telescoping ini, panjang boom dapat mencapai 46 meter.
Setelah memperhitungkan beberapa faktor diatas, maka proses boom telescoping ini
menggunakan sistem penggerak ulir yang dikontrol oleh sebuah motor dan dihubungkan
dengan beberapa roda gigi reduksi.
Pada gambar 23, menunjukkan proses boom telescoping adalah sebagai berikut:

Gambar 23. Proses Boom Telescoping


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/boom_telescope_side_lrg.htm)

Seperti yang ditunjukkan gambar diatas, yang pertama kali memanjang adalah boom
paling dalam (terkecil), kemudian boom yang lain memanjang relatif terhadap boom

Skenario MHE dan TPPMI 17


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
pertama. Pada proses tersebut pasti akan timbul suatu pertanyaan tentang bagaimanakah
cara kerja dari motor penggeraknya dan peranan roda giginya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, perhatikan gambar 24 :

Gambar 24. Operasional Boom Telescoping


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ telescope_bearing_lrg.htm)

Keterangan:
o Saat motor berputar, putarannya diteruskan oleh sebuah sabuk, sedemikian rupa
sehingga bagian boom yang akan memanjang dapat bergerak dengan batang berulir
sebagai pusat perpanjangannya.
o Saat boom sudah memanjang pada panjang maksimalnya, dengan otomatis,sabuk itu
akan selip dan ini merupakan indikator bahwa motor dapat dimatikan.

Dengan menggunakan transmisi sabuk, diharapkan motor tidak akan rusak jika boom
sudah memanjang maksimal,padahal motor harus tetap berputar.Kalau hanya
menggunakan roda gigi saja,maka roda giginya dapat rusak seketika,begitu juga dengan
motornya.

3.7 Proses Pengungkitan/Penarikan Pada Drum Penggulung


Pada Mobile Crane, setiap kawat / tali nya mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam
mengangkat beban. Dengan tali yang terlihat sangat kecil itu (gambar 25), dapat
mengangkat beban seberat 43kN atau setara dengan 4,38 ton.

Skenario MHE dan TPPMI 18


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG

Gambar 25. Rope Reeving


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ boom_cable_drum_lrg.htm)

Tali kawat ini dapat diatur konfigurasinya sesuai berat beban yang akan diangkat. Untuk
selanjutnya, pengontrolan panjang pendeknya tali dilakukan oleh sebuah drum
penggulung yang terletak di dasar boom. Sistem penggulungan ini digerakkan oleh sebuah
motor yang kemudian dihubungkan dengan transmisi sabuk. Transmisi sabuk ini
diharapkan akan selip pada saat panjang tali yang akan digunakan untuk mengangkat
beban sudah ditentukan/ditetapkan.Tentunya, motor dapat dimatikan untuk menghemat
energi.
Dengan konstruksi transmisi ini, secara otomatis tali yang tergulung dapat tertata rapi
pada drum penggulungnya. Ini sangat penting untuk menghindari terjadinya kejutan jika
salah satu tali yang telah digulung tiba-tiba meleset dari tempat yang seharusnya, jika tali
tidak tertata rapi.
Gambar dibawah ini menunjukkan sistem penggulungan yang benar pada Mobile Crane
jenis Truck Mounted Crane type AC 50-1 DEMAG, dimana tali tertata secara tepat.

Gambar 26. Penggulungan Wire Rope pada Drum


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ movies/spool_mpeg4v2_550.avi)

Skenario MHE dan TPPMI 19


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Keteraturan dari tali yang tergulung dipengaruhi oleh kekencangan tali itu sendiri,
sehingga dapat menempatkan diri pada tempat yang seharusnya.
Gambar yang menunjukkan susunan sistem penggulung adalah sebagai berikut:

Gambar 27. Sistem Penggulungan Steel Wire Rope


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ hoist_gears_lrg.htm)

3.8 Proses Pemakaian Counterweight


Dalam sebuah pengangkatan, ada kalanya Crane akan membutuhkan suatu beban untuk
mengimbangi torsi yang besar karena mengangkat beban berat ataupun tinggi. Disini,
peran sebuah Counterweight mutlak diperlukan.
Kembali pada prinsip sebuah momen/torsi seperti yang diuraikan pada poin terdahulu, jika
sebuah Outrigger Beam dapat mengimbangi torsi dengan cara memperpanjang bidang
distribusi beban, maka Counterweight dapat mengimbangi torsi yang terjadi dengan
menggunakan gaya beratnya sendiri.

Gambar 28. Counterweight pada Truck Mounted Crane


(http://www.telepresence/strath.ac.uk/jen/lego/ac50_1_lrg_/ ac205_counterweight_lrg.htm)

Skenario MHE dan TPPMI 20


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

Istilah-Istilah pada Mobile Crane NG

Working Radius:
Jarak antara titik tengah putar (center of rotation) ke titik berat pancing (hook) atau
beban diukur secara mendatar.
Outreach:
Jangkauan luar, merupakan jarak antara titik pancing atau beban ke bagian yang terdekat
dengan Crane kecuali boom diukur secara mendatar.
Tail Radius:
Jarak antara titik tengah putar (center of rotation) ke bagian belakang Crane atau
pemberat (counterweight) diukur secara mendatar.
Tipping Load:
Beban dan pengimbang (counter balanced) dalam keadaan seimbang
Panjang Boom:
Jarak yang diukur dari titik tengah poros engsel boom (boom pivot shaft) pada boom
pangkal ke titik tengah poros puli pada ujung boom
Hight of Lift:
Jarak antara permukaan landasan ke titik bagian bawah pancing pada posisi tertinggi
diukur secara mendatar.
Swing atau Swinging:
Gerakan berputar bagian atas Crane mencapai 360o ke kiri maupun ke kanan.
Part Lines atau Phase Lines:
Jumlah langkah tali angkat beban (load hoist) yang terpasang pada ujung boom dan
pancing blok (hook block).
Rope Reeving:
Pemasangan tali melewati satu atau beberapa puli.
Main Hoist Ropes:
Tali pengangkat beban pada boom utama.
Auxiliary Hoist Ropes:
Tali pengangkat beban pada boom tambahan (fly jib atau auxiliary jib).
Hoisting:
Tali angkat beban bergerak naik.
Lowering:
Tali angkat beban bergerak turun.
Dericking atau Luffing:
o Dericking in adalah boom bergerak naik atau mendekati bagian crane.
o Dericking out adalah boom bergerak turun atau menjauhi bagian crane.
Briddle atau Harness:
Sekumpulan puli yang dilewati tali derek baik berada diatas maupun dibawah.

Skenario MHE dan TPPMI 21


K N E G E RI
NI M
K

A
IT
Politeknik Negeri Malang

LA
P OL

NG
Pendant Ropes:
Tali yang menghubungkan ujung boom dengan briddle atas (upper briddle)
Bobby atau Overhauling Weight atau Headache Ball:
Pemberat yang menjadi kesatuan dari pancing untuk tali tunggal (single line).
Hook Block atau Main Block:
Pancing utama dan menjadi kesatuan dengan blok puli.
Free Falls:
Gerakan jatuh bebas sebuah pancing tanpa kendali dari engine.

Skenario MHE dan TPPMI 22

Anda mungkin juga menyukai