Pengaruh Jenis Balok Laminasi
Pengaruh Jenis Balok Laminasi
SUMIATI
Politeknik Negeri Sriwiiaya
ABSTRAK
Bambu mempunyai kuat tarik dan kuat lentur yang tinggi jika dibandingkan dengan kayu, tapi
mempunyai kelemahan dalam perangkaiannya. Sedangkan balok laminasi memiliki dimensi dan
geometri yang beraturan serta efisien dalam penggunaan bahan, tapi untuk ben tang yang pan-
jang perlu ada penyambungan. Setelah penelitian ini dilakukan diperoleh data mengenai jenis
sambungan yang efektif pada balok laminasi bambu wulung terhadap keruntuhan lentur. Data
dianalisis dari pengujian kuat lentur balok laminasi yang terlebih dulu dibuat berdasarkan data
benda uji pendahuluan. Pada pengujian kuat lentur terdapat data yang dianalisis, yaitu kuat
lentur, kekakuan, kekuatan untuk mendapatkan jenis sambungan yang efektif, serta keruntu-
han balok. Hasil penelitian menunjukkan balok laminasi bambu dengan sambungan jari vertikal
lebih efektif dibandingkan dengan sambungan miring. Proses laminasi merupakan salah satu
cara mengoptimalkan kekuatan bahan dari bambu dan penyambungan dengan menggunakan
perekat merupakan cara untuk mendapatkan balok laminasi dengan bentang yang panjang
serta untuk mengatasi kelemahan pada bainbu dalam perangkaiannya, sehingga bambu dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan pengganti kayu.
ABSTRACT
As compare to wood, bamboo has higher tensile and flexural strength, but it has weakness in
assembling laminated beam, has regular dimension geometry, and uses material efficiently,
however for longer span it needs connections. This research is. aimed to observe type of effec-
tive joint using laminated Wulung bamboo to over come bending failure.
Laboratory testing was carried out to gather data or flexural strength, flexibility, load carrying ca-
pacity as an input to design effective joint and its failure state. The result shows that laminated
bamboo beam with vertical joint is more effective compared to angled joints.
Lamination process was a method to produce beam laminated beam with long span and to over-
come the difficulties during construction. This shows that bamboo can be used as a structured
material to replace wood.
• 153 •
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Sumiati-Pengaruh Jenis Sambungan Balok Laminasi Bambu Wulung
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Vol. IV, NO.1, Juni 2006
di bawah kuat lentur bthan struktur. Kerun~ pengaruh jenis sambungan terhadap kerun-
tuhan lentur akan terjadi apabila tegangan tuhan lentur laminasi bambu wulung dapat
geser yang bekerja akibat pembebanan Ientur diketahui, sehingga dapat ditentukan kuat
masih berada di bawah ~at geser sedangkan lenturnya dalam aplikasi balok laminasi
tegangan lentur yang teijadi melampaui kuat tersebut dan (2) sebagai masukan tentang sifat
lentur bahan struktur. mekanik Ientur balok laminasi dan karak-
teristik balok Iaminasi bambu wulung guna
menunjang perluasan aplikasi bambu se-
bagai bahan konstruksi.
•t ..
"(?
Sum;at;-Pengaruh Jen;s Sambungan Balok Lam;nas; Bambu Wulung
dan dikeringkan se-perti ditampilkan pada Sampel benda uji diambil seeara aeak untuk
Gambar 3., dengan data fisik di antaranya: menentukan sifat fisika dan mekanika balok
panjang meneapai 8-12 m, panjang ruas 35- laminasi bambu wulung. Pengujian sifat fisika
60 em, dengan diameter pangkal dan tengah dan mekanika dilakukan di laboratorium
8-10 em serta ujung 6-8 em, tebal pada Pengujian Bahan Teknik Sipil (UGM). Dari
pangkal 0,8-1,4 em, tengah 0,6-1,0 em dan pengujian tersebut diperoleh data: kerapatan,
ujung 0,4-0,6 em. kadar air, kuat lentur, modulus elastisitas
(MOE), kuat geser, kuat tarik, kuat tekan sejar
serat, kuat tekan tegak lurus serat, kuat geser
blok geser laminasi bambu dengan bentuk dan
ukura standar diperlihatkan pada Gambar 4.
Ql If)
Kadar air
t~1-2
Kuat geser
{I
w-'"
Kuat tekan /1 serat
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Vol. IV, NO.1, Juni 2006
Setelah didiamkan selama :!: 24jam dalam suhu tumpuan dan satu pengekang lateral di antara
ruang, kelam dibuka dan kemudian proses titik beban dan rol. Balok uji diletakkan di
diulang hingga diperoleh 15 buah balok. atas tumpuan, beserta balok profil yang diper-
gunakan sebagai titik pembebanan, serta load
Oengan cara pengetaman dan pemotongan cell diatasnya. Load cell dihubungkan dengan
maka akan diperoleh balok yang rapi berukur- hydraulic jack dan transducer indicator digital
an 50xl00x2400 mm. Balok laminasi dipotong untuk mengetahui besarnya beban yang
menjadi dua bagian untuk dibuat sambungan bekerja. Dipasang sebuah dial gauge di tengah
dengan masing-masing 3 balok seperti diper- bentang dan dua buah di kiri dan kanannya
lihatkan pada Gambar 6. dengan jarum penunjuk telah diset ke angka
nol.
(:. ..!II .. 0 ••
Jari vertikal4 em
t--5iilf¥-=-o--4J
Miring vertikal ••
~e..
slope 1:8; n jari ~ 4 slope 1:3 2
r ,1J r~:c-~J
Miring horisontal
3
Jari horisontal slope 1:3 5 6
slope 1:8; n jari ~ 9 7
Keterangan :
empat variasi sambungan. Kajian sambungan
1. Crane Baja
tersebut ditujukan untuk membandingkan
2. Load Cell
kekuatan, kekakuan, dan kuat lenturnya 3. Hidraulic Jack
antara sambungan yang dipotong arah 4. Perata Beban
vertikal dan horisontal serta antara keempat 5. Tranducer
variasi sambungan terhadap balok laminasi 6. Penyalur beban
tanpa sambungan. Setelah proses penyam- 7. Specimen Balok laminasi
bungan kembali dengan cara pengeleman dan 8. Perletakan rol
9. Perletakan Sendi
pengempaan, balok dirapikan dan ditandai
10. Dial Gauge
sebagai tempat untuk meletakkan beban dan
tumpuan dalam pengujian kuat lentur dengan Gambar 7. Sel up pengujian dan perlengkapan
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Sumiati-Pengaruh Jenis Sambungan Balok Laminasi Bambu Wulung
sambungan dan sambung-an jari, sedangkan pengurangan maksimum pad a balok laminasi
pada sambungan miring peningkatan pembe- sambungan miring horisontal sebesar 41,94%
banan sebesar 10 kg. Setiap pertambahan dan minimum pada jari vertikal sebesar 3,1%,
beban, dilakukan pencatatan pada besaran jari horisontal dan miring vertikal yaitu sebesar
berikut yaitu Beban dan lendutannya, pembe- 11,87%dan 31,59%.Hai ini menyatakan bahwa
banan batas retak dan batas runtuh serta sambungan jari mempunyai kekakuan yang
lendutannya. Pola kerusakan harus diamati lebih besar daripada sambungan n\~ting.
dan diberi tanda sampai benda uji mengalami
Tabel1. Hasil pengujian sf[at meMnik balhbu wu/ung
keruntuhan total.
No Jenis Pengujian Kekuatan (MPa)
Berdasarkan data hasil pengujian benda uji r,
pendahuluan dan kuat lentur balok laminasi 1 Tekan II serat 45,832
(2) pengaruh kekuatan dan kuat lentur balok 4 Geser II Serat 7,85
laminasi bambu dengan sambungan terhadap
balok laminasi bambu tanpa sambungan, dan 5 Lentur (MaR) 114,92
(3) keruntuhan dan kerusakan yang terjadi 6 Modulus elastisitas (MOE) 14711,951
pada balok laminasi dengan sambungan dan
balok laminasi tanpa sambungan.
Pada Gambar 9., teramati hasil proses laminasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN justru menyebabkan penurunan kuat lentur
(MaR) sebesar 33,53%. Penurunan MaR
Hasil pengujian sifat mekanik bambu wulung terjadi akibat pemberian sambungan
yang datanya diperoleh sebagai nilai rata-rata bervariasi menurut jenis sambungan. Penu-
dari tiga benda uji diperlihatkan pada Tabel runan maksimum terjadi pada balok laminasi
1. Data kuat lentur dan Geser II Serat bambu dengan sambungan miring vertikal sebesar
wulung dapat digunakan untuk meren- 77,30%dan minimum pad a jari vertikal sebesar
canakan ukuran balok laminasi. Perbandingan 37,76%, jari horisontal dan miring vertikal
kuat lentur bambu utuh pada Tabel 1. dan sebesar 43,45% dan 71,36%. Hal ini menun-
balok laminasi diperlihatkan pada Gambar 8. jukkan bahwa kelemahan bambu mempunyai
Pada gambar tersebut teramati bahwa proses kuat lentur yang tinggi jika dibandingkan
laminasi memberikan efek peningkatan dengan kayu dapat diatasi dengan diaplikasi-
kekuatan (MOE) sebesar 20,24%, sehingga kannya menjadi balok laminasi.
lendutan yang terjadi relatif lebih kecil
dibandingkan lendutan pada bambu utuh. 20000 [-----;]6.-89,66 ;~14~82.. -------;
18000 -., I
Hal tersebut mendukung pernyataan Breyer 16000 14711,95 '<:1., 15590,05 ;
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Vol. IV, NO.1, Jun; 2006
~ 100
Pada sambungan miring vertikal dan mmng
~'" 80
76,36
~ horisontal didapatkan kekuatan 24,14% dan
~ 60
o','.>'
47,52 43,18 19,26%(kemiringan 1:3)jika dibandingkan hasH
0 0',
m.
40
>
",S
i ..,;,..''''
~." kekuatan sebesar miring vertikal 15,46% dan
o l •...•..•. "'t ... _._
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Sumiati-Pengaruh Jenis Sambungan Balok Laminasi Bambu Wulung
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Vol. IV, No.1, Juni 2006
p
Gaya yang saling
mengunci
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
Sumiati-Pengaruh Jenis Sambungan Balok Laminasi Bambu Wulung
http://www.univpancasila.ac.id 7/29
_____________________________ Vol. IV, NO.1, Jun; 2006
walaupun belum mencapai hasil yang telah G. Steek, (Eds). (1995). Timber Engineering
diteliti oleh peneliti terdahulu. Step 1, First Edition, Centrum Hout, The
Nedherlands.
Kerusakan yang terjadi pada balok laminasi Breyer, D.E. (1988). Design of Wood Structures,
tanpa sambungan berupa retak geser dan Second Edition, New York: Mc Graw-Hill.
retak lentur, sedangkan pada balok laminasi Ghavami, K. (1990), Aplication of Bamboo as
dengan sambungan berupa retak geser dan Low-cost Construction Material, in Rao, I.V.R,
retak sambungan, di mana pada semua balok Gnanaharan, R & Shanstry, C.B., Bamboos
yang diuji terjadi keruntuhan lentur yaitu Current Research, pp 270-279, The Kerala
terletak ditengah bentang balok laminasi. Forest Research Institute India and IDRC
Canada.
SARAN Intang (2003). Kekuatan Sambungan Mi- ring
(scarf joint) Kayu Sengon pada Struktur Balok
Ber4asarkan penelit~an yang telah dilakukan Laminasi, Yogyakarta: Tesis 5-2, Program
m~~a disaranktm untuk perbaikan yaitu (1) Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada,
melakukan penelitian dengan jenis bambu (tidak diterbitkan).
yang lain dan ljiengan ,menggunakan lamina Moody, R.C., R. Hernandez., J. F. Davalos., dan
yang dibilah, (2) menggunakan jenis lem yang Sonti. S. (1993).Yellow Poplar Glulam Timber
lain; dan (3) melakukan pengujian kuat lentur Beam Performance, FPL-RP-520 Madison,
dengan lamina yang di.~usun secara vertikal. WI: U.S. Departement of Agriculture Forest
Service, Forest Product Laboratory.
UCAPAN TERIMA KAf:)IH
Morisco (1999). Rekayasa Bambu, Yogyakarta:
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Nafiri Offset.
Bapak Ir. H. Morisco, Ph.D., Bapak Prof. Dr. Ir. Serrano, E., dan H.J. Larsen (2004).Influence of
T.A. Prayitno, M.For., d.an Bapak Dr Ir. Fitri defect on The Strength of Finger-Joint, Journal
Mardjono, M.Sc., yang telah memberikan of Structural Mechanics, Report TVSM-
bimbingan dan saran-saran perbaikan serta 3021.
semua pihak yang telah membantu terlaksana Sukodarminto (2005).Pengaruh Jenis SambungGll
Balok Laminasi Bambu Petung Suslman Vertikal
hingga selesainya penelitian ini.
tehadap Kenmtuhan Geser, Yogyakarta: Tesis
DAFTAR PUSTAKA 5-2, Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada (tidak diterbitkan).
Anonim (2003).Annual Book of ASTM Standards Vick (1999). Adhesive Bonding of Wood Material,
Section 4, Philaldelphia. Forest Product Laboratory, 463 p: 9-19.
Blass, H.J., P. Aune, B.s. Choo, R. Gorlacher,
D.R. Griffiths, B.a. Hilso, P. Raacher dan
http://www.univpancasila.ac.id 7/29