Anda di halaman 1dari 122

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO

KABUPATEN HALMAHERA UTARA

PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO

TAHUN 2018

Jl. Landbouw Desa Gamsungi


Kecamatan Tobelo
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA


UTARA NOMOR : 445/1606/KEP-RSUD/X/2018
TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Tujuan Pedoman 3
C. Ruang Lingkup Pelayanan 3
D. Batasan operasional 4
E. Landasan hukum 7
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi sumber daya manusia 8

B. Distribusi ketenagaan 9

C. Pengaturan jaga 10

1. Pengaturan Jaga Perawat kamar operasi/penata anestesi 10

2. Pengaturan Jaga Dokter Anestesi 11

3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen bedah /obgin 12

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang Kamar Operasi 13
B. Standar fasilitas (kemenkes RI 2012) 14
I. Pedoman tehnis kamar operasi 14
II. Pengertian 14
III. Arsitektur dan struktur bangunan ruang operasi rumah 23
sakit
IV. Pedoman teknis prasarana ruang operasi rumah sakit 46
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
A. Tatalaksana Penjadwalan Operasi 84
B. Tatalaksana Pendaftaran Pasien ke Kamar Operasi 84
C. Tatalaksana Penerimaan dan penyerahan pasien 85
ii

D. Tatalaksana Penyerahan Pasien dari kamar operasi ke 86


ruang rawat inap
E. Tatalaksana Pasien Operasi One day Surgery yang akan 87
pulang
F. Tatalaksana Persiapan Operasi 87
G. Tatalaksana Kerjasama Antar Disiplin 89
H. Tatalaksana Pelayanan Anestesi 90
I. Tatalaksana Pelayanan Operasi 96
J. Regulasi yg mengatur tentang operasi yg menggunakan 99
implan dan harus memperhatikan pertimbangan khusus
ttg tindakan yg dimodifikasi.
BAB V LOGISTIK 101
BAB VI KESELAMATAN PASIEN 105
BAB VII KESELAMATAN KERJA 108
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 110
BAB IX PENUTUP 117
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TOBELO
NOMOR 445/1606/KEP-RSUD/X/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI KAMAR OPERASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan rumah sakit sebagaimana dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan
bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien (patient safety), masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. Oleh sebab itu,
rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting
dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu
tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah
kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan yang dilakukan
juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa.
Kesalahan-kesalahan selama operasi, antara lain kesalahan insisi
pada posisi yang akan dilakukan operasi, kesalahan dalam pemberian label
pada spesimen patologi, kesalahan tranfusi dan obat-obatan, sehingga
pasien sangat rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan tersebut saat menjalani operasi. Standarisasi Prosedur
pembedahan yang aman dapat mencegah terjadinya cidera dan kesalahan
dalam prosedur pembedahan.
Rumah sakit Umum Daerah Tobelo merupakan Rumah sakit kelas C
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan melaksanakan
Good Clinical Governance yang berbasis quality dan patient safety terus
berupaya menyempurnakan pelaksanaan program keselamatan pasien.
-2-

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah


Sakit Umum Daerah Tobelo melalui program sasaran keselamatan pasien
rumah sakit, maka 6 goals keselamatan pasien diupayakan terlaksana
secara optimal dan berkesinambungan. Maksud dari sasaran keselamatan
pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien.
Program Keselamatan Rumah Sakit dan Keselamatan Pasien (KRS-KP)
mulai diterapkan pada pelayanan Kamar bedah mulai tahun 2012. Sesuai
dengan Sasaran Keselamatan pasien (SKP), Instalasi kamar Operasi
berperan aktif dalam kegiatan keselamatan pasien, yakni Kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.
Dalam pelaksanaannya Instalasi Kamar operasi telah menggunakan
Ceklist Keselamatan Operasi dengan mengikuti panduan surgical safety
checklist WHO dan penandaan area operasi (Marking site).
Kamar Operasi adalah salah satu instalasi yang ada di RSUD Tobelo
yang keberadaannya di bawah Bidang Pelayanan Medik dan Bidang
Keperawatan. Sebagai salah satu instalasi yang memberikan pelayanan
pembedahan, selayaknya memiliki sebuah pedoman yang dapat memandu
atau sebagai acuan dalam seluruh kegiatan pelayanan yang semestinya
dilakukan / dijalankan di kamar operasi yang memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja untuk
mencegah terjadinya bahaya yang dihadapi tim bedah dan pasien yang
menjalanai operasi.
Mutu pelayanan di suatu Rumah Sakit merupakan indikator
keberhasilan yang ditentukan oleh beberapa faktor dari tiap bagian yang
ada di Rumah Sakit tersebut, dan indikator lain mempengaruhi pelayanan
kesehatan yang diberikan.
Pelayanan mutu di Instalasi kamar operasi merupakan pelayanan
khusus dan memerlukan penanganan khusus pula, karena melibatkan
beberapa disiplin ilmu.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan tim kerja
yang solid. Hal ini akan sangat mendukung keberhasilan dari mutu
pelayanan yang diberikan. Atas dasar hal di atas, maka perlu disusun
Pedoman Pelayanan Instalasi kamar operasi RSUD Tobelo sebagai suatu
acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan di kamar operasi, menurunkan
angka kematian dan kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan.
-3-

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan Instalasi Kamar Operasi RSUD Tobelo ini
disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai Panduan (guidelines) dalam meningkatkan mutu pelayanan
pembedahan di kamar Operasi, menurunkan angka kematian dan
kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan.
2. Memberikan pelayanan kamar Operasi yang aman, memuaskan, dan
menghilangkan kecemasan dan stress psikis lain.
3. Mengurangi dan menurunkan angka kematian, kecacatan, dan infeksi
seminimal mungkin.
4. Meningkatkan mutu pelayanan dengan evaluasi pelayanan yang
diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan.
5. Mendeskripsikan pelayanan medik di Ruangan Kamar Operasi
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo.
6. Mendeskripsikan standar ketenagaan medik Rumah Sakit Umum
Daerah Tobelo.
7. Mendeskripsikan standar fasilitas Ruangan Kamar Operasi Rumah
Sakit Umum Daerah Tobelo.
8. Mendeskripsikan tata laksana pelayanan medik di Ruangan Kamar
Operasi Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo.
9. Mendeskripsikan kebutuhan logistik pada Ruangan Kamar Operasi
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo.
10. Mendeskripsikan keselamatan pasien pada Ruangan Kamar Operasi
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo.
11. Mendeskripsikan keselamatan kerja pada Ruangan Kamar Operasi
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo.
12. Mendeskripsikan pengendalian mutu pada Ruangan Kamar Operasi
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pedoman ini membahas tentang bagaimana pelayanan kepada
pasien diberikan dimulai pada saat diterimanya pasien diruang
persiapan operasi dilanjutkan ketika pasien mendapat pelayanan medis
atau tindakan pembedahan, dan sampai dengan penanganan pasca
operasi di ruang pulih sadar/recovery room.
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Kamar Operasi , meliputi
memberikan pelayanan untuk menunjang pelayanan anestesiologi dan
-4-

memberikan pelayanan untuk menunjang pelayanan pembedahan


spesialistik dan subspesialistik.
Ruang lingkup pelayanan Ruangan kamar operasi meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan /
tindakan operasi / tindakan anestesi secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
3. Pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat ( operasi
terencana / elektive

D. Batasan Operasional
1. Ruangan kamar operasi :
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pembedahan dan atau anestesi pada pasien yang memerlukan
tindakan pembedahan dan atau anestesi baik yang bersifat true
emergency, false emergency maupun pembedahan elektif dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan tindakan operasi yang akan dilakukan mengacu
tingkat ancaman jiwa yang timbul.
3. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (
akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat tindakan operasi
secepatnya.
4. Pasien Gawat tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat misalnya Perporasi lambung/ usus
5. Pasien Darurat tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
-5-

6. Pasien tidak Gawat tidak Darurat


Untuk layanan pembedahan dan anestesi terencana
7. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya :
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain –
lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing,
tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik
atau radiasi.
c. Waktu kejadian
 Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
 Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain
8. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
9. Layanan anestesiologi dan terapi intensif
Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi
dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (praanestesi),
intra anestesia dan pasca anestesia serta pelayanan lain sesuai
bidang anestesiologi antara lain terapi intensif, gawat darurat,
poliklinik gigi dan penatalaksanaan nyeri.
10. Kolaborasi
Suatu tindakan yang dilakukan dengan saling bekerja sama
/komunikasi antara dokter Bedah dan atau dokter serta perawat
-6-

kamar Operasi dan atau perawat dalam ruang lingkup medis dalam
melaksanakan instruksi.
11. Prosedur sedasi
Prosedur yang memuat penyusunan rencana anestesi terhadap
pasien (Surgical Pasien Safety) yang memuat tentang identitas
pasien, inform concern, nama operator, nama operasi, lokasi operasi,
kelengkapan persiapan anestesi baik obat-obat maupun peralatan
spesifik anestesi lainnya yang menunjang dalam pelayanan anestesi.
12. Pelayanan pra-anestesia/pra bedah
Penilaian untuk menentukan status medis pra anestesia dan
pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh
tindakan anestesi dan tindakan medik.
13. Pelayanan intra anestesi/durante operasi
Pelayanan anestesia yang dilakukan selama tindakan anestesia
meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu dan
dilakukan secara berkolaborasi.
14. Pelayanan pasca-anestesia/pasca bedah
Pelayanan pada pasien pasca anestesia sampai pasien pulih dari
tindakan anestesia.
15. Pelayanan anestesia rawat jalan
Subspesialisasi dari anestesiologi yang dikhususkan kepada
perawatan pra operatif, intraoperatif, dan pasca operatif pada pasien
yang menjalani prosedur pembedahan rawat jalan.
16. Pelayanan tindakan resusitasi
Pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko mengalami henti
jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang.
17. Pelayanan anestesia regional
Adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok saraf regional
sehingga tercapai anestesia di lokasi operasi sesuai dengan yang
diharapkan.
18. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi
Tindakan pemberian anestetik/analgesik di unit pelayanan lain
selain kamar operasi misalnya di unit endoscopy, ICU, VK, radiologi
dan atau seluruh ruangan yang membutuhkan di lingkungan rumah
sakit.
-7-

E. Landasan hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
3. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI /
1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
6. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor:519/Menkes/SK/III/2011 tentang Standar Pelayanan
Anestesiologi dan Reanimasi Di Rumah Sakit.
7. SK MenKes nomor 128/MenKes/SK/II/2008 tentang standar
pelayanan minimal di rumah sakit.
-8-

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim pengelola pelayanan instalasi Kamar Operasi adalah suatu tim
yang dipimpin oleh dokter spesialis bedah dan bagian anestesi dipimpin
oleh dokter spesialis anestesi /PPDS
Pelayanan instalasi Kamar Operasi Rumah sakit Umum Daerah
tobelo diatur berdasarkan kebutuhan dan dilakukan oleh tim yang
memenuhi kualifikasi memadai, berpengalaman, konsisten dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku ( Memiliki STR, SIP dan
Sertificate-sertificate penunjang ) serta bertanggung jawab terhadap
keahliannya yang dinyatakan dengan sertificate pendidikan formal yang
sah dan diakui.

Pola ketenagaan dan kualifikasi Sumber Daya Manusia Kamar Operasi


adalah :
Kualifikasi
No Nama Jabatan Keterangan jumlah
Formal
1 Ka, Instalasi Dokter Memiliki SIP
1
Kamar operasi Spesialis &STR
2 Dokter PPDS Anestesi Memiliki SIP
pelaksana &STR
1
pelayanan
Anestesi
3 Koordinator S1 Bersertifikat
Pelayanan Keperawatan BLS/BTCLS/PP
bedah GD
Pelatihan operasi 1
bedah dasar dan
manajemen
kamar operasi
4 Koordinator Penata Anestesi Memiliki SIP &
Pelayanan D III / DIV STR 1
Anestesi Anestesi
5 Perawat Mahir D III Bersertifikat
Anestesi Keperawatan Mahir Anestesi 3
ACLS/ATLS
-9-

5 Penanggung D III /DIV Bersertifikat


jawab Ruang Anestesi BTCLS, BHD,
1
pulih (RR) ACLS

6 Perawat D III Bersertifikat


pelaksana Keperawatan BHD 0
Ruang Pulih
7 Perawat D III Bersertifikat
Pelaksana Keperawatan BLS/BTCLS/PP
Kamar operasi GD
25
Pelatihan
Operasi Bedah
Dasar
6 Administrator SPK /SMU Bersertifikat
1
BHD
7 Clining Service/ SMU Bersertifikat
petugas BHD- 2
kebersihan

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Instalasi kamar operasi yaitu :


A. Dinas Pagi :
Jumlah yang bertugas 15 ( sembilan ) orang dengan standar
minimal bersertifikat D.III, dengan Kategori :
a. 1 Orang Koordinator keperawatan kamar operasi
b. 3 Orang perawat mahir anestesi
c. 1 Orang perawat ruang pemulihan
d. 1 Orang petugas administrasi
e. 7 Orang perawat pelaksana kamar bedah
f. 1 Orang petugas kebersihan
g. 1 Orang petugas Kamar Steril

B. Dinas Sore :
Jumlah yang bertugas 5 ( tujuh ) orang dengan standar minimal
bersertifikat D.III, dengan Kategori :
a. 1 orang Penanggung Jawab Shift
-10-

b. 1 orang perawat mahir anestesi


c. 3 orang perawat pelaksana kamar operasi
C. Dinas malam :
Jumlah yang bertugas 4 ( satu ) orang dengan standar minimal
bersertifikat D.III dan 3 orang perawat On call, dengan Kategori :
a. 1 orang perawat penanggung jawab Shift
b. 2 orang perawat pelaksana
c. 1 orang perawat mahir Anesthesia/ penata on call

C. Pengaturan Jaga perawat bedah / penata anestesi


System yang dipakai adalah pengaturan jaga 7-8 jam dibagi shift
Pagi, Sore dan Malam. Dalam pengaturannya dibagi kelompok kecil 3
orang perkelompok.
Jadwal penata anestesi menyesuaikan dibagi dalam tiga shift jika
dibutuhkan ada yang on call bergantian setiap harinya.
Meskipun secara kebutuhan masih memerlukan tambahan 2-3 orang
lagi.

1. Pengaturan Jaga Perawat kamar operasi


a. Pengaturan jadwal dinas perawat kamar operasi dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh koordinator keperawatan kamar
operasi
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke perawat pelaksana kamar operasi setiap satu
bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan
berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab
shift ( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III
Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam,
lepas malam, libur, on call dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana
-11-

), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu


koordinator keperawatan kamar operasi minimal 2 jam sebelum
dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu coordinator keperawatan kamar operasi,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti dan mengisi form permohonan tukar dinas/libur,
apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka koordinator keperawatan kamar operasi akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu
libur
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka
Koordinator karu kamar operasi akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan (lembur).

2. Pengaturan Jaga Dokter Anestesi


a. Pengaturan jadwal dokter anestesi menjadi tanggung jawab
coordinator/kepala instalasi kamar operasi dan anestesi.
b. Jadwal dokter anestesi dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter anestesi yang
bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter anestesi karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke koodinator anestesi paling lambat 3 hari
sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk
dokter anestesi pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Koordinator / kepala instalasi kamar
operasi dan anestesi dan di harapkan dokter tersebut sudah
menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Koordinator anestesi wajib
untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu
digantikan oleh dokter anestesi yang pada saat itu libur .
Apabila dokter anestesi pengganti tidak di dapatkan maka
dokter anestesi sebelumnya wajib untuk menggantikan.
-12-

Catatan : Kondisi saat ini pelayanan anestesi dilayani PPDS


bergantian 2 bulan sekali.

3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen bedah /obgin.


a. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Ketua KSM (kelompok Staff Medis) masing-masing (bedah /
obgin) dan dilaporkan kepada manager pelayanan medik
b. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1 bulan
serta sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang
bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Manager Pelayanan medik paling
lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Manager Pelayanan medis dan di
harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk
mencarikan dokter jaga konsulen pengganti
-13-

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG KAMAR OPERASI

Denah Kamar Operasi RSUD Tobelo

Luas gedung Kamar Operasi yaitu ± 348,7 m2.


Terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Empat ruangan operasi
Ruangan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo digunakan
sesuai dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan. Akan tetapi
pengecualiaan dilakukan bila disaat yang bersamaan akan dilaksanakan
operasi yang membutuhkan ruangan OK yang sama, maka OK yang lain
dapat digunakan. Adapun pembagian ruangan OK, yaitu:
a. OK 1 khusus menangani pembedahan kebidanan
b. OK 2 khusus menangani pembedahan umum
c. OK 3 khusus menangani pembedahan mata
d. OK 4 khusus menangani pembedahan operasi kotor /
terkontaminasi / local anestesi
-14-

2. Recovery Room
Recovery room merupakan ruangan yang dipergunakan pasca
operasi bertujuan sebagai tempat pemulihan pasien sebelum
dipindahkan ke unit pelayanan ICU, rawat inap ataupun rawat jalan.
3. Ruang transit untuk pindakna pasien ke ruang perawatan
4. Washing Room
Washing room merupakan ruangan untuk membersihkan pakaian
atau alat-alat yang digunakan pasca operasi.
5. Ruang depo alat steril
Merupakan tempat penyimpanan peralatan operasi yang telah
disterilkan dan siap untuk digunakan kembali.
6. Administrasi.
Ruang pemeriksaan kelengkapan persetujuan operasi.
7. Ruang istirahat dokter, perawat dan tenaga yang membantu dalam
proses operasi
8. Ruang Kepala kamar operasi
9. Kamar ganti pria dan wanita
10. Toilet
11. Ruang serbaguna ( meeting, makan / rapat)

B. STANDAR FASILITAS (KEMENKES RI 2012)


I. PEDOMAN TEHNIS KAMAR OPERASI

Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi ini,


dimaksudkan sebagai acuan teknis penyediaan fasilitas fisik bangunan
dan utilitasnya agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang memadai sesuai kebutuhan.
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi bertujuan
memberikan petunjuk agar suatu perencanaan, perancangan dan
pengelolaan bangunan ruang operasi di rumah sakit memperhatikan
kaidah-kaidah pelayanan kesehatan, sehingga bangunan ruang operasi
yang akan dibuat memenuhi standar keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan bagi pasien dan pengguna bangunan
lainnya serta tidak berakibat buruk bagi keduanya.
II. PENGERTIAN
1. Bangunan gedung.
konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu
lingkungan, di atas tanah/perairan, ataupun di bawah
-15-

tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik


untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan
budaya.
2. Ruangan di rumah sakit.
gabungan/kumpulan dari ruang-ruang/kamar-kamar di unit
rumah sakit yang saling berhubungan dan terkait satu sama lain
dalam rangka pencapaian tujuan pelayanan kesehatan.
3. Prasarana
Benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu bangunan
yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Ruang Operasi Rumah Sakit.
suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun
akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus
lainnya.
5. Ruang Pendaftaran.
(1) Ruang ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan
administrasi, khususnya pelayanan bedah.
(2) Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi Rumah
Sakit dengan dilengkapi loket, meja kerja, lemari berkas/arsip,
telepon/interkom.
(3) Pasien bedah dan Pengantar (Keluarga atau Perawat) datang ke
ruang pendaftaran.
(4) Pengantar (Keluarga atau Perawat), melakukan pendaftaran di
Loket pendaftaran, petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah
Sakit melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanganan
surat pernyataan dari keluarga pasien bedah, selanjutnya
pengantar menunggu di ruang tunggu.
(5) Kegiatan administrasi meliputi :
(a) Pendataan pasien bedah.
(b) Penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien
bedah.
(c) Rincian biaya pembedahan.
6. Ruang tunggu Pengantar.
Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu. Di
ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang
sesuai aktivitas pelayanan bedah. Bila memungkinkan, sebaiknya
-16-

disediakan pesawat televisi dan ruangan yang dilengkapi sistem


pengkondisian udara.
7. Ruang Transfer (Transfer Room).
(1) Pasien bedah dibaringkan di stretcher khusus ruang operasi.
Untuk pasien bedah yang datang menggunakan stretcher dari
ruang lain, pasien tersebut dipindahkan ke stretcher khusus
Ruang Operasi Rumah Sakit.
(2) Pasien melepaskan semua perhiasan dan diserahkan kepada
keluarga pasien.
(3) Selanjutnya Pasien dibawa ke ruang persiapan (preperation
room)
8. Ruang Tunggu Pasien (Holding Room).
Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk tempat menunggu
pasien sebelum dilakukan pekerjaan persiapan (preparation) oleh
petugas Ruang Operasi Rumah Sakit dan menunggu sebelum
masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan area Ruang
Operasi Rumah Sakit tidak memungkinkan, kegiatan pada
ruangan ini dapat di laksanakan di Ruang Transfer.
9. Ruang Persiapan Pasien.
(1) Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah
sebelum memasuki ruang operasi.
(2) Di ruang persiapan, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit
membersihkan tubuh pasien bedah, dan mencukur bagian tubuh
yang perlu dicukur.
(3) Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien
bedah dengan pakaian khusus pasien bedah.
(4) Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang induksi atau
langsung ke ruang operasi.
10. Ruang Induksi.
Di ruang induksi, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit
mengukur tekanan darah pasien bedah, memasang infus,
memberikan kesempatan pada pasien untuk beristirahat/
menenangkan diri, dan memberikan penjelasan pada pasien
bedah mengenai tindakan yang akan dilaksanakan. Anastesi
dapat dilakukan pada ruangan ini. Apabila luasan area Ruang
Operasi Rumah Sakit tidak memungkinkan, kegiatan anastesi
dapat di laksanakan di kamar bedah.
-17-

11. Ruang Penyiapan Peralatan/Instrumen Bedah.


Peralatan/Instrumen dan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk pembedahan dipersiapkan pada ruang ini.
12. Kamar bedah.
(1) Kamar bedah digunakan sebagai ruang untuk melakukan
tindakan operasi dan atau pembedahan. Luas ruangan harus
cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling
peralatan bedah. Kamar bedah harus dirancang dengan faktor
keselamatan yang tinggi.
(2) Di kamar bedah, pasien dipindahkan dari stretcher khusus
Ruang Operasi ke meja operasi/bedah.
(3) Di kamar ini pasien bedah dilakukan pembiusan
(anestesi).Setelah pasien bedah tidak sadar, selanjutnya proses
bedah dimulai oleh Dokter Ahli Bedah dibantu petugas medik
lainnya.
13. Ruang Pemulihan (Recovery).
(1) Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan kamar
bedah dan diawasi oleh perawat. Pasien bedah yang ditempatkan
di ruang pemulihan secara terus menerus dipantau karena pasien
masih dalam kondisi pembiusan normal atau ringan. Daerah ini
memerlukan perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat
menilai pasien tentang status : jantung, pernapasan dan
physiologis, dan bila diperlukan melakukan tindakan dengan
memberikan pertolongan yang tepat.
(2) Setiap tempat tidur pasien pasca bedah dilengkapi dengan
minimum satu outlet Oksigen, suction, udara tekan medis,
peralatan monitor dan 6 (enam) kotak kontak listrik, (3) Kereta
darurat (emergency cart) secara terpusat disediakan dan
dilengkapi dengan defibrillator, saluran napas (airway), obat-
obatan darurat, dan persediaan lainnya.
(4) Di beberapa rumah sakit, ruang pemulihan sering juga
dinamakan ruang PACU (Post Anaesthetic Care Unit). Komunikasi
ruang pemulihan atau ruang PACU langsung ke ruang dokter
bedah dan perawat bedah dengan perangkat interkom. Tombol
panggil darurat ditempatkan diseluruh Ruang Operasi Rumah
Sakit.
-18-

14. Ruang ganti pakaian (Loker).


(1) Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk Dokter dan
petugas medik mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan
ruang operasi.
(2) Pada loker ini disediakan lemari pakaian/loker dengan kunci
yang dipegang oleh masing-masing petugas dan disediakan juga
lemari/tempat menyimpan pakaian ganti dokter dan perawat yang
sudah disteril. Loker dipisah antara pria dan wanita. Loker juga
dilengkapi dengan toilet.
15. Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian :
(1) Ruang kerja.
(2) Ruang istirahat/kamar jaga.
Pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan
furnitur. Sedangkan pada ruang istirahat diperlukan sofa. Ruang
Dokter perlu dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan
toilet.
16. Scrub Station.
(1) Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi
Dokter ahli bedah dan petugas medik yang akan mengikuti
langsung pembedahan di dalam ruang operasi.
(2) Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci
tangannya di scrub station.
(3) Scrub station sebaiknya berada disamping atau di depan ruang
operasi.Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus
dipenuhi, antara lain :
(a) Terdapat kran siku atau kran dengkul, minimal untuk 2 (dua)
orang.
(b) Aliran air pada setiap kran cukup.
(c) Dilengkapi dengan ultra violet (UV), water sterilizer.
(d) Dilengkapi dengan tempat cairan desinfektan.
(e) Dilengkapi sikat kuku.
17. Ruang Utilitas Kotor (Spoel Hoek, Disposal).
(1) Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien
khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek terdiri dari :
(a) Sloop sink
(b) Service Sink
-19-

(2) Peralatan/Instrumen/Material kotor dikeluarkan dari ruang


operasi ke ruang kotor (disposal, spoel Hoek).
(3) Barang-barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang Laundri
dan CSSD (Central Sterilized Support Departement). untuk
dibersihkan dan disterilkan.
(4) Ruang Laundri dan CSSD berada diluar Ruang Operasi Rumah
Sakit.

Slop Sink Service Sink

18. Ruang Linen.


Ruang linen berfungsi menyimpan linen, antara lain duk operasi
dan pakaian bedah petugas/dokter pada Ruang Operasi Rumah
Sakit.
19. Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah
(1) Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan.
Instrumen berada dalam Tromol tertutup dan disimpan di dalam
lemari instrumen. Bahan-bahan lain seperti kasa steril dan kapas
yang telah disterilkan juga dapat disimpan di ruangan ini.
(2) Persediaan harus disusun rapih pada rak-rak yang titik
terendahnya tidak lebih dari 8 inci (20 cm) dari lantai dan titik
tertingginya tidak kurang dari 18 inci (45 cm) dari langit-langit.
Persediaan rutin diperiksa tanggal kadaluarsanya dan di bungkus
secara terpadu.
Ruang Penyimpanan peralatan anastesi, peralatan implant
orthopedic, dan perlengkapan emergensi diletakkan pada
ruang yang berbeda dengan ruang penyimpanan perlengkapan
bedah.
-20-

20. Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan (Janitor).


Ruang untuk menyimpan peralatan kebersihan dan ruang tempat
menempatkan barang-barang kotor di dalam kontainer tertutup
yang berasal dari ruang-ruang di dalam bangunan (sarana) Ruang
Operasi Rumah Sakit untuk selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan di luar bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
21. Meja Operasi/bedah.
Meja operasi/bedah adalah meja yang digunakan untuk
membaringkan pasien bedah, sesuai dengan posisi yang sesuai,
dimana Dokter bedah akan melakukan operasi pembedahan.
Secara umum, ada 2 jenis meja operasi, yaitu : meja operasi yang
digerakkan secara hidarolik, dan meja operasi yang digerakkan
dengan elektrohidraulik (sebelumnya ada meja operasi yang
digerakkan secara mekanik).
22. Lampu Operasi/bedah.
Lampu operasi umumnya diletakkan menggantung di langit-langit
ruang operasi, dan berada di posisi diatas meja operasi (Operating
Table). Namun demikian untuk keperluan lainnya, lampu operasi
juga ada dari jenis diletakkan di lantai (floor mounted) atau jenis
pemasangan di dinding (wall mounted).
23. Mesin Anesthesi.
Mesin anestesi adalah peralatan medik yang berfungsi untuk
pembiusan pada pasien yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi sebelum dilakukan pembedahan oleh dokter spesialis
bedah. Lokasi peralatan anestesi ini ada di kamar bedah. Untuk
mengoperasikan mesin anestesi ini diperlukan gas oksigen (O2),
gas nitrous oksida (N2O), dan zat anestesi. Disamping gas dan zat
tersebut di atas, idealnya juga dilengkapi dengan vakum medik,
udara tekan dan sistem buangan gas anestesi.
-21-

Mesin anesthesi dengan 3 vaporizer dilengkapi ventilator dan


monitor

24. Ventilator.
Ventilator umumnya digunakan di ruang operasi dan di ruang ICU
untuk mengalirkan ventilasi mekanis ke paru-paru.
Ventilator berfungsi sebagai alat bantu pernapasan pada pasien
yang dalam kondisi fisik cukup lemah. Penggunaannya di kamar
bedah bersama sama dengan mesin anestesi, Ventilator
dioperasikan dengan pemipaan sentral gas (oksigen atau udara
tekan) atau silinder oksigen, atau dengan kompresor udara listrik
yang diletakkan di mana saja, jika tersedia tekanan sebesar 3,5
bar sampai 4 bar. Sistem ini cukup aman di mana sirkuit aliran
gas dan sirkit gas ke pasien sepenuhnya terpisah, dan tidak ada
aliran gas bertekanan tinggi dialirkan ke pasien.

Ventilator dengan sumber penggerak sentral gas.

25. Ceiling Pendant.


Ceiling pendant adalah rak yang dipasang di langit-langit,
umumnya di kamar bedah atau di ruang ICU, dapat digerakkan ke
segala arah. Ceiling pendant umumnya terdiri dari 2 jenis. Jenis
pertama, ceiling pendant yang digunakan untuk meletakkan
peralatan monitor, dan jenis ke dua untuk menempatkan
outlet/inlet gas medik dan outlet listrik.
Penempatan ceiling pendant untuk memonitor kondisi pasien
diletakkan berhadapan dengan Dokter bedah dan yang lainnya
ditempatkan dekat dengan mesin anestesi,
26. Alat Monitor
Alat monitor yang umum terdapat di ruang operasi berfungsi
untuk merekam aktivitas listrik jantung. Selain itu alat ini juga
-22-

dilengkapi dengan perlengkapan untuk memonitor parameter-


parameter tubuh lainnya.
27. Film Viewer.
Film Viewer adalah alat untuk melihat, membaca dan
mengartikan hasil foto rontgen.
28. Aspirator.
Aspirator yang digunakan dalam kamar bedah dapat dibagi
dalam 2 jenis, yaitu aspirator yang digunakan oleh dokter bedah
untuk menghisap darah, atau zat lain dari tubuh pasien selama
pembedahan disebut aspirator bedah (lihat gambar 1.4.30), dan
aspirator yang digunakan dokter anestesi untuk menghisap
lendir di tenggorokan pasien disebut aspirator tenggorokan.
Aspirator tenggorokan selain digunakan di kamar bedah, juga
digunakan di ruang ICU/ICCU dan di ruang rawat inap.

Aspirator bedah
29. Suction Unit.
Suction Unit adalah alat yang digunakan untuk memperoleh
daya hisap dengan melalui pompa suction/vakum, yang menyatu
dengan unit aspiratornya. Penggunaannya terutama di kamar
bedah, atau dilokasi lain, seperti ICU/ICCU dan ruang perawatan

Suction Unit
-23-

III. ARSITEKTUR DAN STRUKTUR BANGUNAN RUANG OPERASI RUMAH


SAKIT
A. UMUM.
(1) Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan tempat
untuk melakukan kegiatan tindakan pembedahan secara elektif
maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus
lainnya.
(2) Fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dikualifikasikan
berdasarkan tingkat sterilitas dan tingkat aksesibilitas.
B. ALUR SIRKULASI KEGIATAN RUANGAN OPERASI.

a. Pasien.
(a) Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang operasi
menggunakan transfer bed.
(b) Perawat ruang rawat inap atau perawat ruang operasi, sesuai jadwal
operasi, membawa pasien ke ruang pendaftaran untuk dicocokkan
identitasnya, apakah sudah sesuai dengan data yang sebelumnya dikirim ke
ruang administrasi ruang operasi dan sudah dipelajari oleh dokter bedah
bersangkutan. Pengantar pasien dipersilahkan untuk menunggu di ruang
tunggu pengantar.
(c) Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang transfer, di ruang ini,
pasien dipindahkan dari transfer bed ke transfer bed ruang bedah menuju
ruang persiapan.
-24-

(d) Di ruang persiapan pasien dibersihkan, misalnya dicukur pada bagian


rambut yang akan dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian tubuh lain
yang dianggap perlu,
(e) Apabila, pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi masih
digunakan untuk operasi pasien lain, pasien ditempatkan di ruang tunggu
pasien yang berada di lingkungan ruang operasi.
(f) Setelah tiba waktunya, pasien dibawa masuk ke ruang induksi (bila ada),
yang mana, pasien diperiksa kembali kondisi tubuhnya, menyangkut
tekanan darah, detak jantung, temperatur tubuh, dan sebagainya.
(g) Apabila kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi, pasien
selanjutnya masuk ke ruang bedah, untuk dilakukan operasi pembedahan.
(h) Selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih dipengaruhi oleh bius
dari zat anestesi, selanjutnya dibawa ke ruang pemulihan (recovery room).
Ruang ini sering juga dinamakan ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit).
Bila dianggap perlu, pasien bedah dapat juga langsung dibawa ke ruang
perawatan intensif (ICU).
(i) Apabila bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut selanjutnya
dibawa masuk ke ruang resusisitasi neonatal (dibeberapa rumah sakit,
jarang ruang resisutasi neonatal ini berada di ruang operasi, biasanya
langsung dibawa ke ruang perawatan intensif bayi (NICU), yang berada di
bagian melahirkan (Ginekologi).
Apabila pasien bedah kondisinya cukup sadar, pasien dibawa ke ruang
rawat inap.

b. Perawat dan Dokter Bedah/Anestesi.


(a) Perawat.
(1) Petugas mengganti baju dan sepatu/sandalnya di ruang loker, yang
mana dokter/paramedis selanjutnya mengenakan baju, penutup kepala dan
penutup hidung/mulut yang sebelumnya sudah disterilkan.
(2) Paramedis selanjutnya melakukan kegiatan persiapan perlengkapan
operasi, meliputi penyiapan peralatan bedah, pembersihan ruang bedah,
mensterilkan ruang bedah dengan penyemprotan fogging, menyeka
(mengelap) meja bedah, lampu bedah, mesin anestesi, pendant, dengan
cairan atau lap yang sesuai. Memeriksa seluruh utilitas ruang operasi
(tekanan gas medis, vakum, udara tekan medis, kotak kontak listrik, jam
dinding, tempat sampah medis, dan sebagainya).
-25-

(3) Untuk penyiapan peralatan bedah, dilakukan di ruang peralatan bedah


yang letaknya dekat dengan kamar bedah. Set peralatan bedah diambil dari
ruang penyimpanan steril, dan disiapkan di atas troli bedah,
(4) Setelah siap, Dokter bedah akan memeriksa kembali seluruh peralatan
bedah yang diperlukan, dan mengujinya bila diperlukan.
(5) Selanjutnya peralatan bedah ini dimasukkan ke kamar bedah. Apabila
pengadaan ruang persiapan peralatan bedah ini karena sesuatu hal tidak
dimungkinkan, maka persiapan peralatan bedah dapat dilakukan di kamar
bedah.

(b) Dokter.
1) Di ruang Dokter, Dokter beserta stafnya, termasuk dokter anestesi,
melakukan koordinasi tindakan bedah yang akan dilakukan terhadap
pasien, termasuk kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
2) Selesai melakukan koordinasi, Dokter bedah menuju ruang persiapan
peralatan bedah, memeriksa dan menguji apakah seluruh peralatan sudah
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pembedahan.
3) Dokter selanjutnya ke ruang induksi, memeriksa kondisi pasien apakah
sudah cukup siap untuk operasi.
4) Dokter anestesi, memeriksa peralatan mesin anestesi apakah sudah
berfungsi dengan baik, termasuk zat anestesi yang akan digunakan.
5) Dokter bedah dan staf yang membantu operasi, sebelum melakukan
pembedahan, mencuci tangan terlebih dahulu di tempat cuci tangan yang
disebut dengan “Scrub Up”. Tempat cuci tangan ini terdiri dari air biasa,
sabun dan zat anti septik (biasa digunakan betadine). Selanjutnya dokter
dan staf yang terlibat pengoperasian menggunakan sarung tangan yang
telah disterilkan.
6) Dokter, staf yang membantu operasi selanjutnya masuk ke ruang operasi
untuk melakukan pembedahan. Sebelum melakukan operasi, Dokter
biasanya melakukan penyesuaian posisi meja operasi dan lampu operasi
yang lebih nyaman, demikian pula dengan posisi troli peralatan operasi.
7) Selesai melakukan operasi, Dokter beserta stafnya kembali mencuci
tangan di scrub up, dan Dokter kembali ke ruang Dokter untuk membuat
laporan.

c. Alur Material/bahan.
(a) Material/bahan bersih/steril.
Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dari :
-26-

1) ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan


kebutuhan bedah, dan sebagainya.
2) Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dari ruang
penyimpanan farmasi, termasuk bahan/material yang sekali pakai.
Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat digunakan ruang persiapan
peralatan.
3) Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan anestesi.
(b) Material kotor/bekas.
1) Material kotor, terdiri dari :
a) Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis pakai, di
masukkan ke dalam tempat sampah berupa kontainer kotor, selanjutnya
ditutup rapat, dan dibawa ke area kotor untuk selanjutnya dibawa ke
tempat pembuangan yang khusus digunakan untuk ini.
b) Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali, seperti
linen, peralatan kedokteran dan sebagainya dibawa ke ruang spool hook,
setelah dibersihkan dan dikemas dikirim ke ruang laundri atau CSSD.

C. PEMBAGIAN ZONA PADA SARANA RUANG OPERASI RUMAH SAKIT.

Ruangan-ruangan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dapat


dibagi kedalam 5 (lima) zona.

Pembagian zona pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit


-27-

Keterangan :
1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)
2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan
hepa filter, Tekanan Positif)
5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)

Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)


Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran),
ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
Zone ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel
dengan diameter 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun
1999).

Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)


Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester,
pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang
loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi
antara zona 1 dengan zone 2.
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 3.520.000
partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards
Tahun 1999).

Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)


Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan
(preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up,
ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang
penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi,
implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks
ruang operasi.
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000
partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards
Tahun 1999).

Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium
Filter, Hepa Filter)
-28-

Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini
mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel
dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

Area Nuklei Steril


Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (laminair air flow)
dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel
debu per m3 adalah 3.520 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 -
ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
 Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah
sakit adalah untuk meminimalisir risiko penyebaran infeksi (infection
control) oleh micro-organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai
pada kompleks ruang operasi.
 Konsep zona dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air
conditioning pada setiap zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung
datang dari koridor kotor mengikuti ketentuan pakaian dan ketentuan
tingkah laku yang diterapkan pada zona.
 Aliran bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah
Sakit juga harus memenuhi ketentuan yang spesifik. Aspek
esensial/penting dari zoning ini dan layuot/denah bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim
anestesi, pasien dan setiap pengunjung dan aliran bahan steril dan
kotor.
 Dengan sistem zoning ini menunjukkan diterapkannya minimal risiko
infeksi pada paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan
oleh :
(1) Phenomena yang tidak terkait komponen bangunan,seperti :
(a) mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana
pasien mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah. (b) staf
ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan pakaian.
(c) kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.
(2) Persyaratan teknis bangunan, seperti :
(a) Denah (layout) sarana Ruang Operasi Rumah Sakit. Jalur yang
salah dari aliran barang “bersih” dan “kotor” dan lalu lintas orang
dapat dengan mudah terjadi infeksi silang.
(b) Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang yang
disebabkan oleh alur sirkulasi barang “bersih” dan “kotor” dan alur
-29-

sirkulasi orang, maka harus dilengkapi dengan standar-standar


prosedur operasional.
(c) Area-area dimana pelapis struktural dan peralatan yang
terkontaminasi.
(d) Aliran udara. Udara dapat langsung (melalui partikel debu
pathogenic) dan tidak langsung (melalui kontaminasi pakaian, sarung
tangan dan instrumen) dapat menyebabkan kontaminasi. Oleh karena
itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang sangat
penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang
terakhir.
D. AKSESIBILITAS DAN HUBUNGAN ANTAR RUANG
1. Aksesibiltas.
Umumnya, sarana Ruang Operasi Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan aksesibilitas tempat tidur. Ini berarti bahwa ruang operasi, area
persiapan dan lain-lain, dan area lalu lintas yang bersebelahan dengannya
harus aksesibel untuk tempat tidur.
Selanjutnya, kebutuhan tempat tidur harus dapat melalui area jalur lalu
lintas.
Dalam Tabel menunjukkan kesimpulan persyaratan dasar yang
berhubungan dengan aksesibilitas dari sarana Ruang Operasi Rumah Sakit,
dimana sejauh ini mempunyai konsekuensi terhadap lebar ruang/area atau
lorong ke ruangan/area.

Persyaratan dasar aksesibilitas Persyaratan minimum


Keterangan area
Area bebas lalu lintas (antara 2,30 m
rel pegangan tangan)
Sama diatas, apabila tempat 2,40 m
tidur harus mampu berputar.
Lebar bebas dari lorong ke 1,10 m
akses area tempat tidur (ruang
operasi, area persiapan, dan
lain-lain)

2. Hubungan antar ruang.


Persyaratan dasar berikut diterapkan untuk hubungan antar ruang
dalam bangunan (sarana) instalasi bedah.
-30-

(1) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit harus bebas dari lalu
lintas dalam lokasi rumah sakit, dalam hal ini lalu lintas melalui bagian
Ruang Operasi Rumah Sakit tidak diperbolehkan.
(2) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit secara fisik disekat
rapat oleh sarana “air-lock” di lokasi rumah sakit.
(3) Kompleks ruang operasi adalah zone terpisah dari ruang-ruang lain pada
bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit.
(4) Petugas yang bekerja dalam kompleks ruang operasi harus diatur agar
jalur yang dilewatinya dari satu area “steril” ke lainnya dengan tidak
melewati area “infeksius”.

E. KEBUTUHAN RUANG
1. Zona Resiko Sangat Tinggi (Ruang operasi = Zone 4)
a. Ruang operasi Minor.

Contoh Denah Ruang operasi minor


-31-

Contoh Ruang operasi Minor

(a) Denah (Layout) ruang operasi minor.


Ruang operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan
pembiusan lokal, regional atau total dilakukan pada ruangan steril.
Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat
dilakukan di ruang operasi dan bak cuci tangan (scrub-up) ditempatkan
berdekatan dengan bagian luar ruangan ruang operasi ini.
Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor, ± 36
m2, dengan ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3 m.
(b) Peralatan utama pada ruang operasi minor ini adalah :
(1) Meja Operasi.
(2) Lampu operasi tunggal.
(3) Mesin Anestesi dengan saluran gas medik dan listrik menggunakan
pendan anestesi atau cara lain.
(4) Peralatan monitor bedah, dengan diletakkan pada pendan bedah atau
cara lain.
(5) Film Viewer.
(6) Jam dinding.
(7) Instrument Trolley untuk peralatan bedah.
(8) Tempat sampah klinis.
(9) Tempat linen kotor.
(10) lemari obat/ peralatan dan lain-lain.
-32-

b. Ruang operasi Umum (General Surgery Room).


(a) Denah (Layout)
Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang sterile untuk
melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total.
Kamar operasi umum dapat dipakai untuk pembedahan umum dan
spesialistik termasuk untuk ENT, Urology, Ginekolog, Opthtamologi, bedah
plastik dan setiap tindakan yang tidak membutuhkan peralatan yang
mengambil tempat banyak.

Contoh denah/layout ruang operasi umum

Contoh suasana ruang operasi umum (general) (42 m2)

Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan umum


minimal 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7m x 6m x
3m.
(b) Peralatan kesehatan utama minimal yang berada di kamar ini antara
lain :
1) 1 (satu) meja operasi (operation table),
-33-

2) 1 (satu) set lampu operasi (Operation Lamp), terdiri dari lampu utama
dan lampu satelit.
3) 2 (dua) set Peralatan Pendant (digantung), masing-masing untuk pendan
anestesi dan pendan bedah.
4) 1 (satu) mesin anestesi,
5) Film Viewer.
6) Jam dinding.
7) Instrument Trolley untuk peralatan bedah.
8) Tempat sampah klinis.
9) Tempat linen kotor.
10) dan lain-lain.

c. Ruang Operasi Besar (Mayor).


(a) Denah (layout).
Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan
tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total.
Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang
membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk
diantaranya untuk bedah Neuro, bedah orthopedi dan bedah jantung.
Kebutuhan area ruang operasi besar minimal 50 m2, dengan ukuran
panjang x lebar x tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m.

(b) Peralatan kesehatan utama yang diperlukan, antara lain


1) 1 (meja operasi khusus),
2) 1 (satu) lampu operasi,
3) 1 (satu) ceiling pendant untuk outlet gas medik dan outlet listrik,
4) 1 (satu) ceiling pendant untuk monitor, mesin anestesi,
5) dan sebagainya.

(c) Persyaratan Umum Ruang.

Sebagai bagian penting dari Rumah Sakit, beberapa komponen yang


digunakan pada ruang operasi memerlukan beberapa persyaratan khusus,
antara lain :
(a) Komponen penutup lantai.
1) Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan
tahan terhadap api.
2) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia
dan anti bakteri.
-34-

3) Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik.

Contoh denah (layout) Ruang Operasi Besar

Contoh Ruang Operasi Besar (50 m2)

Contoh ruang operasi jantung (lebih dari 60 m2)


-35-

4) Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan
bertambahnya umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu
tingkat tahanan listrik lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan
harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
5) Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras
untuk pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman
basah.
6) Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
7) Hubungan/ pertemuan antara lantai dengan dinding harus
menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk
memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
8) Tinggi plint, maksimum 15 cm.

(b) Komponen dinding.


Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia,
tidak berjamur dan anti bakteri.
2) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung
pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4) Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku,
tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk
melancarkan arus aliran udara.
5) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak
punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
6) Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan bahan melamin
(merupakan bahan anti bakteri dan tahan gores) atau insulated panel
system maka sambungan antaranya harus di-seal dengan silicon anti
bakteri sehingga memberikan dinding tanpa sambungan (;seamless), mudah
dibersihkan dan dipelihara.
7) Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, 2 (dua)
sisinya dicat dengan cat anti bakteri dan tahan terhadap bahan kimia,
dengan sambungan antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri
sehingga memberikan dinding tanpa sambungan (;seamless).
8) Cat epoksi pada dasarnya mempunyai kecenderungan untuk mengelupas
atau membentuk serpihan.
(c) Komponen langit-langit.
-36-

Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :


1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap
air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur serta anti bakteri.
2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori)
sehingga tidak menyimpan debu.
3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
4) Selain lampu operasi yang menggantung, langit-langit juga bisa
dipergunakan untuk tempat pemasangan pendan bedah, dan bermacam
gantungan seperti diffuser air conditioning dan lampu fluorescent.
5) Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit-langit, sangat beragam.
Bagaimanapun peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, kerena
menyebabkan jatuhnya debu pengangkut mikro-organisme setiap kali
digerakkan.

(d) Pintu Ruang operasi.


1) Pintu masuk ruang operasi atau pintu yang menghubungkan ruang
induksi dan ruang operasi.
a) disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis.
b) Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual.
c) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan.

Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double


glass fixed windows).
e) Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti
bakteri & jamur dengan warna terang.
f) Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah
dalam dan alat penutup pintu otomatis (;automatic door closer) harus
dibersihkan setiap selesai pembedahan.
2) Pintu yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang scrub-up.
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
operasi.
-37-

b) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun


diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat
penutup pintu (door closer). Disarankan menggunakan door seal and
interlock system.
c) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan
dicat jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (;observation glass :
double glass fixed windows).
3) Pintu/jendela yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang spoel
Hoek (disposal). (catatan ; jika menggunakan selasar kotor maka disposal
material / barang bekas pakai langsung dibawa keruang CSSD atau untuk
peralatan bisa dibawa keruang sterilisasi di area operasi dan linen ke CSSD)
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dilengkapi dengan door seal and
interlock system dan mengayun keluar dari ruang operasi.
b) Pintu/jendela tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan
maupun diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi
dengan engsel yang dapat menutup sendiri (auto hinge) atau alat penutup
pintu (door closer).
c) Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system)
dan dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang
dan dicat jenis duco dengan warna terang.
d) Pintu/jendela dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass
: double glass fixed windows).
4) Pintu yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang penyiapan
peralatan/ instrumen (jika ada).
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
operasi.
b) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat
penutup pintu (door closer).
c) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat
anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :double
glass fixed windows).

2. Zona Resiko Tinggi (Kompleks Ruang operasi = Zone 3)


a. Ruang Induksi
(a) Denah (layout).
-38-

Contoh denah (layout) ruang induksi atau sering juga disebut sebagai
ruang anastesi

Contoh denah (layout) Ruang Induksi/ Persiapan

Pasien bedah menunggu di ruangan ini, apabila belum siap. Pembiusan


lokal, regional dan total dapat dilakukan diruangan ini. Ruangan harus
tenang, dan ruangan ini terbebas dari bahaya listrik.
Area ruang induksi (preoperatif) yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 15
m2.
(b) Persyaratan Umum ruang.
(a) Komponen penutup lantai.
1) Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/gesekan peralatan dan
tahan terhadap api (vinil anti gores).
2) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia.
3) Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik.
4) Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan
bertambahnya umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu
tingkat tahanan listrik lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan
harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
5) Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras
untuk pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman
basah.
6) Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
7) Hubungan/pertemuan antara lantai dengan dinding disarankan
menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk
memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
-39-

Tinggi plint, maksimum 15 cm.


(b) Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia,
tidak berjamur.
2) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung
pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4) Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding disarankan tidak
siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk
melancarkan arus aliran udara.
5) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat,
disarankan tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
(c) Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap
air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur serta anti bakteri.
2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori)
sehingga tidak menyimpan debu.
3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.

(d) Pintu ke Ruang Induksi/Persiapan.


1) Pintu yang menghubungkan ruang induksi dan ruang operasi.
a) disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis.
b) Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual.
c) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double
glass fixed windows).
e) Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti
bakteri & jamur dengan warna terang.
-40-

f) Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah


dalam dan alat penutup pintu otomatis (;automatic door closer) harus
dibersihkan setiap selesai pembedahan.
2) Pintu yang menghubungkan ruang induksi dengan koridor komplek
bedah.
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
induksi/ persiapan.
b) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat
penutup pintu (door closer). Disarankan menggunakan door seal and
interlock system.
c) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan
dicat jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (;observation glass :
double glass fixed windows).

b. Ruang Penyiapan Peralatan (Preparation Room).


(1) Denah (layout).
Denah ruang penyiapan peralatan/instrumen untuk kebutuhan
pembedahan pasien ditunjukkan pada gambar 2.5.2.2.
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan bahan-bahan
bersih dan steril yang dipakai serta peralatan/instrumen untuk
pembedahan pasien, penyimpanan dan penyiapan obat terjamin
keamanannya, termasuk cairan suntik.

Denah ruang penyiapan peralatan/bahan untuk pembedahan


-41-

Ruangan ini juga berfungsi sebagai area penyimpanan alternatif trolley obat.
Ruangan menyediakan tempat penyimpanan obat-obat berbahaya, sesuai
ketentuan yang berlaku.
Hanya petugas yang berkepentingan boleh masuk ke dalam ruaangan ini.
Luas area ruangan ini sebaiknya ± 14 m2.

(2) Persyaratan Umum Ruang.


(a) Komponen penutup lantai.
1) Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan
tahan terhadap api (vinil anti gores).
2) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia.
3) Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan
bertambahnya umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu
tingkat tahanan listrik lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan
harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
4) Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras
untuk pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman
basah.
5) Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.

(b) Komponen dinding.


Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia,
tidak berjamur.
2) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung
pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat dan mudah
dibersihkan.

(c) Komponen langit-langit.


Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap
air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur.
2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori)
sehingga tidak menyimpan debu.
3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
-42-

(d) Pintu.
1) Pintu yang menghubungkan ruang persiapan peralatan/instrumen dan
ruang operasi.
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
operasi.
b) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat
penutup pintu (door closer).
c) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat
anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double
glass fixed windows).
2) Pintu yang menghubungkan ruang persiapan peralatan/instrumen
dengan koridor komplek bedah.
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
persiapan peralatan/instrumen.
b) Pintu tidak boleh dibiarkan sering terbuka, untuk itu pintu dilengkapi
dengan “alat penutup pintu (door closer).

c. “Airlock”.
Jika dibuat menggunakan “airlock” yang menyediakan akses ke ruang
operasi, area yang digunakan sekurang-kurangnya 20 m2.

d. Ruang Pemulihan
Ruang pemulihan minimal mempunyai kapasitas tempat tidur 1,5 kali
jumlah ruang operasi. Area yang digunakan per tempat tidur sekurang-
kurangnya 15 m2. Jarak antara tempat tidur pemulihan sekurang-
kurangnya 1,50 m.

e. Ruang Scrub Up
Ruang/area scrub station minimal membutuhkan luas + 6 m2.

f. Ruang Resusitasi Bayi/ Neonatus


Ruang ini minimal mempunyai luas yang dapat menampung minimal 2
inkubator bayi beserta perlengkapan resusitasi bayi, yaitu + 12 m2
g. Ruang Linen
Ruang ini mempunyai luas + 6 m2.
-43-

h. Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah


Ruang ini terdiri dari :
(1) Ruang penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan.
(2) Ruang Penyimpanan peralatan anastesi, peralatan implant orthopedic,
dan perlengkapan emergensi.
(3) dan Ruang penyimpanan bahan radiologi.
Masing-masing ruangan tersebut mempunyai luas minimal + 9 m2.

i. Ruang Pelaporan Bedah


Ruang ini berfungsi sebagai tempat pelaporan seluruh
proses/kegiatan/tindakan bedah oleh petugas pencatat, pelaporan ini
dilaksanakan saat berlangsungnya bedah dan paska bedah.
Ruang ini mempunyai luas + 9 m2.
3. Zona Tingkat Resiko Sedang (Zone 2)
a. Ruang Transfer (Transfer Room)
Ruang ini mempunyai luas + 16 m2.
b. Ruang Tunggu Pasien (Holding Room)
Ruang tunggu pasien minimal mempunyai kapasitas brankar sama dengan
jumlah ruang operasi. Area yang digunakan per tempat tidur sekurang-
kurangnya 4.8 m2. Luas ruangan ini sekurang-kurangnya 19.2 m2.

c. Ruang Ganti Petugas (Ruang Loker)


Ruang loker dipisah antara petugas pria dengan petugas wanita. Masing-
masing ruang loker dilengkapi dengan toilet. Luas masing-masing ruang
loker + 20 m2.

d. Ruang Dokter
Ruang ini mempunyai luas minimal 16 m2.

e. Ruang Perawat
Ruang ini mempunyai luas minimal 16 m2.

f. Ruang Plester
Ruang ini mempunyai luas minimal 9 m2.

g. Ruang Diskusi
Luas ruang ini tergantung pada jumlah kapasitas tempat duduk yang
dibutuhkan dan jumlah mahasiswa yang belajar. Satu petugas
-44-

membutuhkan area untuk tempat duduk beserta sirkulasinya dan area


untuk meja rapat, sehingga luas yang dibutuhkan adalah + 2,5 m2.
h. Pantri
Ruang ini mempunyai luas minimal 9 m2.
4. Zona Tingkat Resiko Rendah (Zone 1)
a. Ruang Tunggu Keluarga Pasien
Luas ruang ini tergantung pada jumlah tempat duduk keluarga pasien yang
akan disediakan. Satu tempat duduk beserta sirkulasinya membutuhkan
luas + 2 m2.
b. Ruang Pendaftaran dan Administrasi
Luas yang diperlukan per petugas adalah 3 – 5 m2. Fasilitas yang ada
didalam ruangan ini adalah meja, kursi, komputer, lemari-lemari arsip dan
konter pendaftaran.
c. Ruang Utilitas Kotor (Spoelhoek, Disposal)
Ruang ini mempunyai luas minimal 6 m2.
d. Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan (Janitor)
Ruang ini mempunyai luas minimal 6 m2.

F. Sarana evakuasi dan aksesibilitas penyandang cacat.


1. Sarana evakuasi.
(1) Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
(2) Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan
jalur evakuasi disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung,
jumlah dan kondisi pengguna bangunan rumah sakit, serta jarak
pencapaian ke tempat yang aman.
(3) Sarana pintu eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda
arah yang mudah dibaca dan jelas.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi
mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

2 Aksesibilitas penyandang cacat.


(1) Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang
cacat dan lanjut usia masuk ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit
-45-

serta beraktivitas dalam bangunan rumah sakit secara mudah, aman


nyaman dan mandiri.
(2) Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi
penyandang cacat dan lanjut usia.
(3) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas
dan ketinggian bangunan rumah sakit.
(4) Ketentuan tentang ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas
bagi penyandang cacat mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar
teknis yang berlaku.
G. Persyaratan Struktur Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit.
(1) Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, strukturnya harus
direncanakan kuat/kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi
beban dan memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur
layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan
Ruang Operasi Rumah Sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan
pelaksanaan konstruksinya.
(2) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-
pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja
selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul akibat gempa dan angin.
(3) Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit, baik bagian dari sub struktur maupun struktur bangunan,
harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rancangan sesuai dengan
zona gempanya.
(4) Struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus direncanakan
secara detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat
memungkinkan pengguna bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
menyelamatkan diri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap
gempa dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
-46-

IV. PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUANG OPERASI RUMAH SAKIT


IV.1. Umum.
(1) Setiap prasarana Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan pekerjaan
instalasi dan jaringan yang menyatu dengan bangunan dan lingkungannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang bertujuan memfungsikan bangunan sebagai tempat
perawatan pasien.
(2) Keandalan operasional dari prasarana di dalam ruang operasi bangunan
rumah sakit menjadi dasar perancangan dan pemeliharaan dari instalasi
utilitas rumah sakit.

IV.2 Prasarana.
IV.2.1 Prasarana yang dibutuhkan pada ruang operasi bangunan rumah
sakit, meliputi :
(1) Instalasi Mekanikal;
(2) Instalasi Elektrikal;
(3) Instalasi proteksi kebakaran.
IV.3 Instalasi Mekanikal.
Instalasi mekanikal pada bangunan ruang operasi rumah sakit meliputi :
(1) Instalasi air bersih dan sanitasi.
(2) Instalasi gas medik, vakum medik.
(3) Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara (VAC).
(4) Kebisingan dan getaran.
IV.3.1 Instalasi Air bersih, Sanitasi dan pembuangan kotoran dan
sampah.
Setiap bangunan ruang operasi rumah sakit harus dilengkapi dengan :
(1) Instalasi air bersih,
(2) Instalasi sanitasi; dan
(3) pembuangan kotoran dan sampah.
IV.3.1.1 Instalasi air bersih.
(1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.
(2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan
dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Air bersih yang akan digunakan untuk cuci tangan di scrub up (scrub
station), harus di filter, dengan menggunakan 3 jenis filter :
(a) prefilter;
-47-

(b) medium filter yang menyaring air bersih sampai dengan 5 micron; dan
(c) micro filter (fine) filter yang menyaring air bersih sampai dengan 2
micron.

(4) Perencanaan sistem distribusi air bersih pada bangunan ruang operasi
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
IV.3.1.2 Instalasi Sanitasi.
(1) Instalasi pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan
dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
(2) Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.
(3) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya. Air kotor dan/atau
air limbah yang berasal dari buangan kamar bedah dan dibuang melalui
slope sink atau service sink, diproses terlebih dahulu sebelum dialirkan ke
instalasi pengolahan air limbah.
(4) Air kotor berasal dari toilet, dapat langsung di salurkan ke instalasi
pengolahan air limbah.
IV.3.1.3 Pembuangan kotoran dan sampah.
(1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
(2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada bangunan
ruang operasi.
(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu
kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
(4) Kotoran kamar bedah ditempatkan dalam bentuk wadah kontainer,
ditutup rapat, dan di bakar di tempat pembakaran (incinerator).
IV.3.1.4. Ketentuan dan Standar.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan, instalasi air bersih dan instalasi sanitasi pada ruang operasi
mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000,
atau standar teknis lain yang berlaku.
IV.3.2 Instalasi Gas Madik, Vakum Medik,
(1) Instalasi gas medik dan vakum medik, meliputi :
(a) Gas Oksigen;
-48-

(b) Gas Nitrous Oksida;


(c) Gas Carbon dioksida;
(d) Udara tekan medis dan udara tekan instrumen;
(c) Vakum bedah medik dan vakum medik.
(2) Dalam sentral gas medik, Oksigen, Nitrous Oksida, Carbon dioksida,
udara tekan medik dan udara tekan instrumen disalurkan dengan
pemipaan ke ruang operasi.
Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau digantung
di langit-langit (ceiling pendant).
(3) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-
ruang lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel
berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari
panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi
lampu indikator yang memonitor gangguan/ kerusakan yang terjadi tetap
menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi.

medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan pada


mesin anestesi.
IV.3.3 Sistem Ventilasi
(1) Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan
terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan
mencegah pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan.
(2) disarankan pertukaran udara di ruang bedah dua puluh lima kali per
jam.
(3) Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah tidak
menghilangkan limbah gas-gas anestesi. Filter penyaring udara praktis
hanya menghilangkan partikel-partikel debu.
(4) Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan sistem buangan
gas anestesi (scavenging) untuk gas (penghisapan gas) adalah mutlak,
terutama untuk menghindari pengumpulan gas anestesi yang merupakan
risiko berbahaya untuk kesehatan anggota tim bedah.
(5) Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair.
(6) Sistem pengaliran udara searah dibuat dalam satu kotak dalam kamar
operasi. Udara disaring dengan menggunakan high efficiency particulate filter
(HEPA Filter).
(7) Sistem ventilasi dalam ruang operasi harus terpisah dari sistem ventilasi
lain di rumah sakit.
-49-

(8) Tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar dari yang berada
di koridor-koridor, ruang sub steril dan ruang pembersih (daerah scrub)
(tekanan positip).
(9) Tekanan positip diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang
terdapat pada langit-langit ke dalam ruangan. Udara dikeluarkan melalui
return grille yang berada pada + 20 cm diatas permukaan lantai.
(10) Organisme-organisme mikro dalam udara bisa masuk ke dalam
ruangan, kecuali tekanan positip dalam ruangan dipertahankan.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001,
Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
IV.3.4 Sistem pengkondisian udara.
IV.3.4.1 Ketentuan Kamar Operasi.
(1) Studi sistem distribusi udara ruang operasi menunjukkan bahwa
penyaluran udara dari langit-langit, dengan gerakan ke bawah menuju inlet
pembuangan yang terletak di dinding yang berlawanan, merupakan aliran
udara yang paling efektif untuk menjaga pola gerakan konsentrasi
kontaminasi pada tingkat yang dapat diterima.
Langit-langit yang sepenuhnya berlubang, langit-langit sebagian berlubang
dan diffuser yang dipasang di langit-langit telah diterapkan dengan sukses.

Kamar bedah
(2) Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah sakit tidak lebih dari 8
sampai 12 jam per hari (kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan
untuk penghematan energi, sistem pengkondisian udara harus
memungkinkan pengurangan pasokan udara ke beberapa atau ke semua
ruang operasi.
-50-

(3) Tekanan positif pada ruang harus tetap dipertahankan pada saat volume
berkurang untuk memastikan kondisi steril tetap terjaga. Konsultasi dengan
staf bedah rumah sakit akan menentukan kelayakan penyediaan fasilitas
ini.
(4) Sebuah sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus
dipasang untuk menghilangkan buangan gas anestesi.

Scavenging

Sistem vakum medis telah digunakan untuk menghilangkan gas anestesi


yang tidak mudah terbakar. Satu atau lebih outlet mungkin diletakkan di
setiap ruang operasi untuk memungkinkan penyambungan ke slang
buangan gas anestesi dari mesin anestesi.
Gambar 3.3.4.1.(4) - Scavenging
(5) Metode disinfeksi udara dengan penyinaran (irradiation) di ruang operasi
telah dilaporkan dengan hasil baik, namun ini jarang digunakan.

Keengganan untuk menggunakan irradiasi disebabkan: instalasinya


memerlukan rancangan khusus, diperlukan proteksi bagi pasien dan
petugas, perlu memonitor effisiensi lampu dan pemeliharaan.
(6) Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasi, catherisasi,
cystoscopy, dan bedah tulang:
(1) harus mampu mencapai temperatur 200 sampai 240C;
(2) kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% ~ 60%;
(3) tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan dengan ruang
disebelahnya dengan memasok udara lebih dari 15%;
-51-

(4) pembacaan perbedaan tekanan di ruang harus dipasang untuk


memungkinkan pembacaan tekanan udara dalam ruang. Menyekat seluruh
dinding, langit-langit dan tembusan (penetrasi) pada lantai dan pintu untuk
menjaga kondisi tekanan yang terbaca.
(5) Indikator kelembaban udara dan thermometer harus ditempatkan pada
lokasi yang mempermudah observasi (pengamatan).
(6) effisiensi filter harus sesuai dengan tabel 1.
(7) seluruh instalasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
(8) semua udara harus di suplai dari langit-langit dan dibuang atau
dikembalikan pada sekurang-kurangnya 2 lokasi dekat dengan lantai (lihat
tabel 3 untuk laju ventilasi minimum). Bagian bawah dari outlet
pembuangan harus setidaknya 75 mm di atas lantai. Suplai diffuser harus
dari jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser langit-langit atau
difuser dinding harus dihindari.
(9) bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan ducting kecuali
dipasang filter terminal dengan effisiensi minimum 90% arah hilir dari
lapisan.
Bagian dalam isolasi unit terminal dapat dikemas dengan bahan yang
disetujui. Peredam suara yang dipasang pada ducting harus dari jenis tidak
terbungkus atau memiliki lapisan film polyester yang diisi dengan bahan
akustik.
(10) Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api
harus ditangani dengan zat penghambat pertumbuhan jamur.
(11) Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari
bahan baja tahan karat harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier
untuk menjamin seluruh uap air menguap sebelum udara masuk ke dalam
ruangan.
Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan penyesuaian tekanan,
temperatur dan kelembaban udara, berada dilokasi meja pengawas ruang
bedah

Tabel – Effisiensi Filter


Effisiensi filter untuk Ventilasi sentral dan Sistem Pengkondisian Udara di Rumah Sakit Umum.

Jumlah Filter Efficiencies, %


minimum Dudukan filter
dudukan Tujuan Area
filter No. 1ª No. 2ª No. 3b

3 Ruang operasi Orthopedic. 25 90 99.97c


Ruang operasi transplantasi tulang belakang
Ruang operasi transplantasi Organ
Ruang operasi prosedur umum
Ruang melahirkan.
-52-

Ruang anak. 25 90
Unit Perawatan Intensif.
2 Ruang Perawatan Pasien.
Ruang Tindakan.
Diagnostik dan area terkait.
1 Laboratorium. 80
Penyimpanan Sterile.
Area Persiapan Makanan. Laundri
Area Administrasi.
1 Penyimpanan besar 25
Area Kotor.
a Didasarkan pada ASHRAE Standard 52.1-1992.
b Didasarkan pada tes DOP.
c HEPA filter pada outlet.

Tabel – Hubungan Tekanan dan Ventilasi secara umum dari area tertentu di rumah sakit.

Hubungan Pertukaran udara Total pertukaran Seluruh udara Resirkulasi


tekanan terhadap dari luar per jam udara per jam di buang udara di dalam
Fungsi Ruang
area minimuma minimumb langsung ke unit ruangan
bersebelahan luar bangunan
PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS
Ruang Operasi: P 15c 15 Ya Tidak
Sistem seluruhnya udara luar P 5 25 Pilihan Tidak
Sistem udara di resirkulasi P 15c 15 Ya Tidak
Sistem seluruhnya udara luar P 5 25 Pilihan Tidak
Ruang Melahirkan
Sistem seluruhnya udara luar P 15 15 Pilihan Tidak
Sistem udara di resirkulasi P 5 25 Pilihan Tidak
Ruang Pemulihan E 2 6 Pilihan Tidak
Ruang bayi P 5 12 Pilihan Tidak
Ruang Traumad P 5 12 Pilihan Tidak
Gudang anestesi ± Pilihan 8 Ya Tidak

IV.3.4.2 Instalasi Tata Udara Ruang Operasi


(1) Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam ruang
operas, harus dipertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.
(2) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam
ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan
mempertimbangkan :
(a) fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan.
(b) kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
(c) prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
(3) Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya
ledakan. Kelembaban relatip yang harus dipertahankan adalah 45% sampai
dengan 60%, dengan tekanan udara positif pada ruang operasi.
(4) Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang
menyebabkan muatan listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat
-53-

pembangkitannya. Loncatan bunga api dapat terjadi pada kelembaban


relatip yang rendah.
(5) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 190C sampai 240C.
(6) Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur,
unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang
datang melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka
waktu yang tertentu.
(7) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.
(8) Ruang operasi dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan
hembusan udara dari plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan
lampu operasi dinyalakan dan adanya tim bedah, suplai udara dan profil
hembusan udara dipilih sedemikian rupa sehingga aliran udara tidak lewat
melalui setiap sumber kontaminasi sebelum mengalir kedalam area bedah
atau diatas meja instrumen.
(9) Jika pada area penyiapan instrumen/ peralatan steril tidak dilakukan di
bawah aliran udara aliran udara ke bawah dari langit-langit, preparasi steril
dengan sistem aliran laminar kebawah harus dibuat sendiri dalam area
preparasi steril atau tempat dimana preparasi steril dilakukan (contoh di
koridor kompleks bedah).
(10) Sebaiknya dipastikan bahwa tidak ada emisi debu dari bagian bawah
langit-langit pada area preparasi dan ruang operasi ke dalam ruangan.
Langit-langit dengan bagian bawah yang rapat sebaiknya digunakan atau
ruangan di bagian bawah langit-langit sebaiknya dapat menahan tekanan
khususnya di area preparasi dan ruang operasi.
(11) Penting untuk memilih perletakan lubang ducting udara masuk dan
keluar dari sistem ventilasi guna mencegah terkontaminasinya udara buang
terisap kembali jika angin meniup dalam arah tertentu.
(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan rehabilitasi
medik mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
IV.3.5a Kebisingan
(1) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan
peralatan, dan/ atau sumber bising lainnya baik yang berada pada
-54-

bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar bangunan Ruang


Operasi Rumah Sakit

(2) Indeks kebisingan maksimum pada ruang operasi adalah 45 dBA dengan
waktu pemaparan 8 jam.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat
kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan instalasi bedah mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
IV.3.5b Getaran.
(1) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan
peralatan, dan/ atau sumber getar lainnya baik yang berada pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat
kenyamanan terhadap getaran pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

IV.4 Instalasi Elektrikal.


Instalasi Elektrikal pada bangunan ruang operasi rumah sakit, meliputi :
(1) Sistem proteksi petir;
(2) Sistem kelistrikan;
(3) Sistem pencahayaan; dan
(4) Sistem komunikasi.
IV.4.1 Sistem Proteksi Petir.
(1) Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit yang berdasarkan letak, sifat
geografis, bentuk, ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena
sambaran petir, harus dilengkapi dengan instalasi proteksi petir.
(2) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir
terhadap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dan peralatan yang
diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 –
2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau pedoman dan
standar teknis lain yang berlaku.
-55-

IV.4.2 Sistem Kelistrikan.


IV.4.2.1 Sumber daya listrik.
Sumber daya listrik pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, termasuk
katagori “sistem kelistrikan esensial 3”, di mana sumber daya listrik normal
dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk menggantikannya, bila
terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal.
IV.4.2.2 Jaringan.
(1) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa
digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang
sepanjang rak kabel, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan
kerusakan-kerusakan pada kabel.
(2) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahaya-
bahaya tersebut.

(3) Sambungan listrik pada outlet-outlet harus diperoleh dari sirkit-sirkit


yang terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena
bekerjanya pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan
terputusnya semua arus listrik pada saat kritis.
IV.4.2.3 Terminal.
(1) Kotak kontak (stop kontak)
(a) Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub
pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah dengan
kontak tusuk pasangannya.
(b) Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari udara
dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak listrik
harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis
tahan ledakan.
(2) Sakelar.
Sakelar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI 04 –
0225 – 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
IV.4.2.4 Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus
memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui
tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system). Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak
melalui pasien.
-56-

IV.4.2.5 Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik
membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan
bahaya kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan
arus hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas. Bahaya ini dapat
dicegah dengan :
(1) Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk kamar operasi.
Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih.
(2) Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan
sistem pembumian yang benar sebelum digunakan.
(3) Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada peralatan
listrik yang tidak benar.
IV.4.2.6 Ketentuan dan Standar.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit mengikuti:
(1) SNI 03 – 7011 – 2004, atau edisi terakhir, Keselamatan pada bangunan
fasilitas kesehatan.
(2) SNI 04 – 7018 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik
darurat dan siaga.
(3) SNI 04 – 7019 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik
darurat menggunakan energi tersimpan.
(4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku

IV.4.3 Sistem pencahayaan.


IV.4.3.1 Pencahayaan Umum.
(1) Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempunyai pencahayaan
alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat
sesuai dengan fungsinya.
(2) Ruang fasilitas/akomodasi petugas dan ruang pemulihan sebaiknya
dibuat untuk memungkinkan tembusnya (penetrasi) cahaya siang
langsung/tidak langsung.
(3) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit perlu mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
-57-

(4) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus


dipasang pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan fungsi
tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
(5) Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk
pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual,
dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan
dicapai, oleh pengguna ruang.
(6) Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-
langit.
(7) Disarankan pencahayaan ruangan menggunakan lampu fluorecent,
dengan pemasangan sistem lampu recessed karena tidak mengumpulkan
debu.
(8) Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
(9) Dokter anestesi harus mendapat cukup pencahayaan, sekurang-
kurangnya 200 footcandle ( = 2.000 Lux), untuk melihat wajah pasiennya
dengan jelas.
(10) Untuk mengurangi kelelahan mata (fatique), perbandingan intensitas
pencahayaan ruangan umum dan di ruang operasi, jangan sampai melebihi
satu dibanding lima, disarankan satu berbanding tiga.
(11) Perbedaan intensitas pencahayaan ini harus dipertahankan di koridor,
tempat pembersihan dan di ruangannya sendiri, sehingga dokter bedah
menjadi terbiasa dengan pencahayaan tersebut sebelum masuk ke dalam
daerah steril. Warna warni cahaya harus konsisten.
IV.4.3.2 Pencahayaan tempat operasi/bedah.
(1) Pencahayaan tempat operasi/bedah tergantung dari kualitas
pencahayaan dari sumber sinar lampu operasi/bedah yang menggantung
(overhead) dan refleksi dari tirai.
(2) Cahaya atau penyinaran haruslah sedemikian sehingga kondisi patologis
bisa dikenal.
Lampu operasi/bedah yang menggantung (overhead), haruslah :
(a) Membangkitkan cahaya yang intensif dengan rentang dari 10.000 Lux
hingga 20.000 Lux yang disinarkan ke luka pemotongan tanpa permukaan
pemotongan menjadi silau.
Harus memberikan kontras terhadap kedalaman dan hubungan struktur
anatomis.
-58-

Lampu sebaiknya dilengkapi dengan kontrol intensitas. Dokter bedah akan


meminta cahaya agar lebih terang jika diperlukan. Lampu cadangan harus
tersedia.

(b) Menyediakan berkas cahaya yang memberikan pencahayaan diametral


(lingkaran) dan mempunyai fokus yang tepat untuk ukuran luka
pembedahan. Ini dilakukan dengan menyesuaikan tombol-tombol
pengontrol yang terpasang di armatur/fixture lampu.
Hal terpenting adalah menghindari terjadinya bagian yang gelap di daerah
yang dibedah.
Suatu fokus dengan ke dalaman 10 sampai 12 inci (25 sampai 30 cm)
memberikan intensitas yang relatif sama pada permukaan dan kedalaman
luka potong.
Untuk menghindari kesilauan, suatu bagian berupa lingkaran dengan
diameter 25 cm memberikan zona intensitas maksimum sebesar 5 cm di
tengah bagian dan dengan 1/5 (seperlima) intensitas disekelilingnya.
(c) Hilangkan bayangan. Sumber cahaya yang majemuk (banyak) atau
reflektor yang majemuk (banyak) mengurangi terjadinya bayangan. Pada
beberapa unit hubungannya tetap; yang lain mempunyai sumber sumber
cahaya yang terpisah yang bisa diatur untuk mengarahkan cahaya dari
sudut pemusatan.
(d) Pilihlah cahaya yang mendekati biru/putih (daylight). Kualitas cahaya
dari tissue yang normal diperoleh dengan energi spektral dari 1800 hingga
6500 Kelvin (K). Disarankan menggunakan warna cahaya yang mendekati
warna terang (putih) dari langit tak berawan di siang hari, dengan
temperatur kurang lebih 5000 K.
(e) Kedudukan lampu operasi/bedah harus bisa diatur menurut suatu
posisi atau sudut.
Pergerakan ke bawah dibatasi sampai 1,5 m di atas lantai kalau
dipergunakan bahan anestesi mudah terbakar.
Jika hanya dipergunakan bahan tidak mudah terbakar, lampu bisa
diturunkan seperti yang dikehendaki.
Umumnya lampu operasi/bedah digantung pada langit-langit dan
armatur/fixturenya bisa digerakkan/digeser-geser.
Beberapa jenis lampu operasi/bedah mempunyai lampu ganda atau track
ganda dengan sumber pada tiap track .
-59-

Lampu operasi direncanakan untuk dipergunakan guna memperoleh


intensitas cahaya yang cukup dan bayangan yang sekecil mungkin pada
luka pembedahan.
Armatur/fixture disesuaikan sedemikian hingga dokter bedah bisa
mengarahkan sinar dengan perantaraan pegangan-pegangan yang steril
pada armatur/fixture tersebut.
Fixture/armature harus digerakkan seperlunya untuk mengurangi
tersebarnya debu.
(f) Lampu operasi/bedah harus menghasilkan panas yang serendah
rendahnya untuk menghindari luka pada jaringan (;tissue) yang terekspos,
untuk membuat ketenangan kerja tim, dan untuk mengurangi mikro
organisme di udara.
Ketika lampu memanas, aliran-aliran konveksi mengganggu mikro
organisme yang telah mapan dan menyebabkannya terbang mengudara.
Panas yang dihasilkan beberapa armatur/fixture di keluarkan oleh fan-fan
ke luar ruangan.
Panas yang dikeluarkan ke dalam ruangan oleh lampu operasi/bedah yang
digantung, harus dapat didinginkan oleh sistem pengkondisian udara.
Disarankan menggunakan lampu operasi jenis LED (;Light Emmitted Diode)
dengan temperatur lampu yang memenuhi sehingga dihasilkan lampu yang
lebih fokus dan efek panas kecil.
(g) Lampu operasi/bedah menghasilkan kurang dari 25.000 microwatt per
cm2 energi penyinaran (radiant energy).
Jika mempergunakan banyak lampu (multi bulb), secara kolektip
penyinaran tidak boleh melebihi limit tersebut pada satu tempat.
Diluar jangkauan tersebut, energi penyinaran yang dihasilkan oleh sinar
infra merah berubah menjadi panas di dekat permukaan jaringan yang
terbuka.
Sebagian gelombang infra merah dan gelombang panas diserap oleh
mangkok filter yang menutupi bola lampu pijar.
(h) Lampu operasi harus mudah dibersihkan. Track (jalur) yang masuk ke
dalam langit-langit dapat mengurangi akumulasi debu. Track yang
tergantung atau suatu fixture/armatur yang terpasang terpusat, harus
mempunyai permukaan-permukaan yang halus yang mudah dicapai untuk
pembersihan.
(i) Ikuti peraturan keselamatan instalasi listrik untuk lokasi anestesi.
-60-

(3) Suatu lampu tambahan mungkin diperlukan untuk lokasi kedua di


tempat operasi/bedah. Beberapa rumah sakit memiliki unit lampu satelit
yang menjadi bagian dari armature lampu gantung.
Lampu ini hanya bisa dipakai untuk lokasi kedua kalau pembuatnya
menyatakan bahwa intensitas tambahannya masih dalam batas radiant
energi yang aman jika digunakan bersamaan dengan sumber cahaya utama.
(4) Suatu sumber cahaya yang berasal dari sirkit yang berlainan harus ada
yang dapat dipergunakan pada saat sumber listrik utama terganggu.
Ini memerlukan sumber daya listrik darurat yang terpisah. Terbaik jika
lampu operasi dilengkapi sedemikian rupa sehingga suatu sakelar otomatik
dipasang untuk sumber daya lampu darurat tersebut, jika sumber listrik
yang normal terganggu.
(5) Umumnya dokter bedah menyukai bekerja dalam kamar yang digelapkan
dengan hanya pencahayaan yang kuat di tempat operasi/bedah.
Kondisi ini terutama untuk dokter bedah dengan instrumen endoscopy dan
mikroskop operasi.
(6) Jika ruangannya berjendela, tirai yang tidak tembus cahaya boleh
ditutup untuk menggelapkan ruangan jika peralatan tersebut sedang
dipergunakan. Kemungkinan jatuhnya debu bisa terjadi pada rumah sakit
yang mempunyai jendela dengan tirai-tirai tersebut.
(7) Meskipun kondisi ruang operasi digelapkan, perawat atau dokter
anestesi harus dapat dengan baik mengenali warna kulit pasien dan
memonitor kondisinya. Jika pembiusan hanya menggunakan zat anestesi
yang tidak mudah terbakar, semacam lampu tambahan bisa dipasang di
lantai.
IV.4.3.3 Ketentuan dan Standar.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem pencahayaan pada bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit mengikuti:
(1) SNI 03 – 2396 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami
pada bangunan gedung,
(2) SNI 03 – 6575 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung

(3) SNI 03 – 6574 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan


darurat, tanda arah dan tanda peringatan,
(4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
Tabel. Tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi, dan temperatur warna
yang direkomendasikan
-61-

Tingkat pencahayaan Tingkat pencahayaan Kelompok renderasi Temperatur Warna


rata-rata, renderansi, (Lux) warna
dan temperatur
warna yang
direkomendasikan
Fungsi ruangan
Warm < 3300 Kelvin Warm White 3300 Kelvin ~ Cool Day light > 5300 Kelvin
5300Kelvin
Ruang tunggu
Ruang rawat inap
Ruang Operasi & Ruang bersalin
Laboratorium
Ruang Rehabilitasi Medik
Koridor siang hari
Koridor malam hari
Kantor Staf
Kamar mandi & toilet pasien

IV.4.4 Instalasi Komunikasi.


Instalasi komunikasi di bangunan rumah sakit, ruang operasi, meliputi :
4.4.1 Telepon.
Telepon, terutama digunakan untuk komunikasi antara ruang operasi
dengan instansi atau perseorangan yang berada di luar bangunan rumah
sakit.
4.4.2 Interpon.
Interpon, terutama digunakan untuk hubungan antara ruang di ruang
operasi, maupun di luar ruang operasi, tetapi masih dalam lingkungan
rumah sakit.
4.4.3 CCTV.
Kamera CCTV diletakkan melekat dengan lampu operasi, dimaksudkan
untuk pengambilan video langsung atau terekam, terhadap kegiatan selama
operasi pembedahan. Rekaman dapat dilihat langsung atau tidak langsung
dengan televisi yang diletakkan di ruang rapat, atau ruang-ruang lain yang
dianggap perlu.
4.4.4 Alat panggil perawat (nurse call)
Alat panggil perawat, terutama digunakan untuk komunikasi antara ruang
pemulihan, dan pos perawat ruang operasi.

IV.5.Instalasi Proteksi Kebakaran.


Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, harus dilindungi terhadap
bahaya kebakaran, meliputi :
(1) Sistem Proteksi Pasif; dan
-62-

(2) Sistem Proteksi Aktif.


IV.5.1. Sistem Proteksi Pasif,
IV.5.1.1 Umum.
(1) Proteksi pasif meliputi elemen konstruksi bangunan, seperti :
(a) proteksi struktur bangunan yang dinyatakan dengan Tingkat Ketahanan
Api (TKA); dan
(b) kompartemenisasi yang membatasi kebakaran dan asap.
(2) Proteksi pasif terutama untuk menahan dan membatasi penjalaran api,
asap dan panas, dengan demikian akan memberikan lingkungan yang aman
untuk evakuasi dan penyelamatan.

Penjalaran api internal dalam gedung

(3) Ketentuan kompartemen api dengan periode tingkat ketahanan api (TKA),
untuk memastikan bahwa kebakaran tidak akan menjalar ke kompartemen
lain di dalam periode tertentu, artinya membolehkan penghuni untuk
meninggalkan bangunan yang terbakar.
-63-

Kemampuan memikul beban struktur bangunan, kemampuan menahan penjalaran api


dan kemampuan menahan panas

Pada sisi lain tingkat ketahanan api terhadap struktur bangunan akan
memastikan bahwa struktur stabil jika terpapar ke api, dan penghuni serta
regu pemadam kebakaran tidak terpapar ke risiko akibat keruntuhan
struktur bangunan.
(4) Sistem pengendalian asap pada suatu kompartemen akan memaksa asap
mengalir ke luar bangunan baik secara alamiah atau mekanis.

Efek cerobong dan gerakan asap, Lantai 4 bebas asap

(5) Sistem presurisasi udara diterapkan pada tangga eksit untuk menahan
asap tidak masuk ke jalur utama penyelamatan, dan juga memberikan
waktu lebih banyak untuk penghuni meninggalkan bangunan.
-64-

Presurisasi tangga

IV.5.1.2. Proteksi pasif pada komplek ruang operasi.


(1) Pada kompleks ruang operasi, banyak terdapat peralatan-peralatan
medik (lampu operasi, mesin anestesi, ceiling pendant, meja operasi,
instrumen-instrumen bedah, monitor, mobile x ray, dan sebagainya, yang
tidak diinginkan untuk disiram air pada saat terjadinya kebakaran.
(2) Sesuai ketentuan yang berlaku, sistem springkler otomatik, boleh tidak
digunakan, asalkan seluruh dinding, lantai, langit-langit dan bukaan-
bukaan (pintu, jendela dan sebagainya) menggunakan bahan/material yang
mempunyai Tingkat Ketahanan Api minimal 2 (dua) jam.

(3) Apabila kompleks ruang operasi berada menyatu dengan ruang lain di
dalam bangunan, maka kompleks ruang operasi harus dianggap sebagai
satu kompartemen, sehingga segala ketentuan yang menyangkut tingkat
ketahanan api strukturnya harus dipenuhi.
IV.5.1.3 Ketentuan dan Standar.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem proteksi pasif pada bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit mengikuti:
(1) SNI 03 – 1736 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem
proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung,
IV.5.2 Sistem Proteksi Aktif.
IV.5.2.1 Proteksi kebakaran aktif di kompleks ruang operasi.
(1) Di seluruh komplek ruang operasi yang merupakan satu kompartemen,
harus dilengkapi dengan detektor asap pada seluruh ruangannya.
-65-

(2) Bilamana terjadi kebakaran di ruang operasi, peralatan yang terbakar


harus segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen dan mesin anestesi
atau outlet pipa yang dimasukkan ke ruang operasi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya ledakan.
(3) Bilamana terjadi kebakaran, semua pasien harus segera dipindahkan
dari tempat berbahaya, semua petugas harus memahami ketentuan tentang
cara-cara melakukan pemadaman kebakaran, mereka harus mengetahui
secara tepat tata letak kotak alarm kebakaran dan mampu menggunakan
alat pemadam kebakaran yang disediakan untuk itu.
(4) Alat pemadam kebakaran jenis APAR dengan isi gas netral yang ramah
lingkungan di gunakan untuk pemadaman api bila terjadi kebakaran, dan
diletakkan di lokasi yang tepat di luar kamar bedah.
IV.5.2.2 Ketentuan dan Standar.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem proteksi aktif pada bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit mengikuti:
(1) SNI 03 – 3988 – 1990, atau edisi terakhir, Pengujian kemampuan
pemadaman dan penilaian alat pemadam api ringan.
(2) SNI 03 – 1745 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.
(3) SNI 03 – 3985 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan,
pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
(4) SNI 03 – 3989 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.

C. FASILITAS KAMAR OPERASI RSUD TOBELO

1. Fasilitas & Sarana


Kamar operasi terletak di lantai 1 gedung RSUD TOBELO yang berdekatan
dengan ruang poliklinik dan ruang perawatan ICU .IGD. Letak kamar operasi cukup
mudah untuk dicapai oleh pengunjung, karena letaknya yang dekat dengan pintu
masuk di sebelah pintu utama rumah sakit. .Ruangan penerimaan pasien terdiri dari
2 ( dua) brandcard , OK I , II, III dan IV masing-masing terdiri dari 1 ( satu ) set
perlengkapan kamar operasi dan ruang pulih ( RR ) terdiri dari 4 tempat tidur didua
lokasi.
-66-

2. Peralatan
Peralatan yang tersedia dikamar operasi mengacu kepada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang berlakunya Standar
Pelayanan di Rumah Sakit dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Alat yang tersedia adalah bersifat lengkap untuk pelayanan operasi –
operasi kecil sampai dengan khusus dan bersifat terpilih untuk pelayanan operasi
canggih, tersedia mesin anestesi yang optimal untuk pelayanan anestesi serta alat
yang bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung seperti monitor dan
defribrilator.

3. Standart Fasilitas Ruang Penerimaan Pasien

NO. JENIS ALAT Jumlah

1 Brandcard ber heck 2 bh


2 Standart infus 2 bh
3 Komputer + printer + lemari blanko 1 set

4. Standart fasilitas OK I, II, III,


NO. JENIS ALAT Jumlah
1 Mesin anestesi dengan N2O dan O2, dilengkapi dengan 1 set
ventilator
2 Alat inhalasi N2O dan O2 serta Vaporizer gas medik 1 set
3 Laringoskop dewasa dengan daun 1 set
lengkang ukuran 1-4, bougie
4 Laringoskop anak dan bayi dengan daun 1 set
lengkang ukuran 1-4, bougie
5 Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal 1 set
dengan mesin anesthesi
6 Pipa trakea oral/nasal dengan cuff
(plain endotraeheal tube) semua ukuran
7 Pipa trakea spiral semua ukuran
8 Magill forceps 1 bh
10 Stetoskop 1 bh
11 Pulse oxymeter 1 set
12 Perlengkapan anastesia regional Lengkap
Perlengkapan anestesi spinal Lengkap
13 Suction pump 1 set
14 Medicine Cabinet 1 set
15 bowel stand unk instrumen kotor 1 bh
16 Instrumen troley 1 bh
17 Jas troley 1 bh
18 Troley doek kotor 1 bh
19 Oxygen concentrate Sentral
20 Infusion standard 2 bh
-67-

21 Defibrilator 1 set
22 Ventilator 1 set
23 Alat pompa infus 1 bh
24 Sirkuit bisa untuk dewasa, anak dan bayi 1 set
25 Troley Alkes, benang dan cairan 1 set
26 Lampu operasi 1 set
27 Mesin cauterisasi 1 set
28 Meja Operasi 1 set
29 Bak sampah 4 bh

5. Standart Fasilitas OK IV ( Untuk operasi dengan local anestesi )

NO. JENIS ALAT Jumlah


1 Meja Operasi 1 set
2 Lampu Operasi 1 set
3 Mesin Cauter 1 set
4 Standart infus 1 bh
5 Stetoskop 1 bh
6 Suction pump 1 bh
7 Medicine Cabinet 1 bh
8 Ventilator dengan pulse oxymeter 1 set
10 Instrumen troley 1 bh
11 Bak sampah 4 bh

6. Standart fasilitas di Ruang Cuci Tangan Steril

NO. JENIS ALAT Jumlah

1 Bak cuci tangan stenlis dilengkapi dengan kran antiseptik 1 set


dan kran air hangat serta ultra violet
2 Bak cuci tangan keramik dilengkapi kran antiseptik dan kran 1 set
air
3 Meja scort 1 set

4 Sepatu boot 1 bh

5 Sikat tangan yang direndam dengan cairan savlon 30 bh/


hari

7. Standart fasilitas di Ruang penyimpanan obat dan Alkes

NO. JENIS ALAT Jumlah


1 Kulkas obat 1 set
2 Lemari Alkes 1 set
-68-

8. Standart fasilitas di Ruang perlengkapan alat penunjang

NO. JENIS ALAT Jumlah


1 Perlengkapan C-arm 0 set
2 Perlengkapan bedah syaraf 0 set
3 Perlengkapan Laparoscopy 1 set
4 Perlengkapan Fecomusifikasi (mata) 1 set
5 Lemari Cairan 1 set

9. Standart fasilitas di ruang penyimpanan instrument steril


NO. JENIS ALAT Jumlah
1 Lemari Kaca instrumen 1 set
2 Rak Instrumen 1 set
3 Rak Kassa Steril 1 set
4 Tangga pendek 1 bh
5 Air conditionerdengan suhu 19 derajad 1 bh

10. Standart fasilitas di ruang cuci instrument

NO. JENIS ALAT Jumlah

1 Bak cuci instrumen dengan air mengalir 2 bh

2 Meja keramik 2 bh

3 Mesin air panas 1 unit

4 Meja instrumen on steril 1 bh

5 Lemari kaca untuk menyimpan bahan ditergen 1 bh

6 Lemari linen bersih 1 bh

7 Gantungan slang anestesi/cirkuit anestesi

11. Standart fasilitas di Ruang Pulih Sadar ( RR )


NO. JENIS ALAT Jumlah
1 Tempat tidur ber heck 5 bh
2 Tiang infus 5 bh
3 Mesin Monitoring 5 unit
4 Lemari obat dan cairan serta perlengkapan menyuntik dan 1 bh
pasang infus
5 Wastavel 1 bh
6 Oxygen sentral
7 Oxygen tabung 3
8 Mesin suction 1 set
9 Canul Suction
-69-

12. Standart fasilitas ruang ganti pakaian dan koridor masuk petugas

NO. JENIS ALAT Jumlah


1 Lamari pakaian 2 set
2 Cermin 2 bh
3 Keranjang pakaian kotor 1 bh
4 Rak sepatu 1 bh
5 Wastavel 1 set
6 Kamar mandi WC 1 set

13. Standart fasilitas ruang tamu

NO. JENIS ALAT Jumlah


1 Lamari piring 1 set
2 TV 29’ LCD 0 bh
3 Micro wave 0 bh
4 Dispenser 1 bh
5 Sofa 1 set

14. Standart fasilitas Anestesi

NO. JENIS ALAT Jumlah


1 Mesin anestesi yang mempunyai anti
hipoksik device dengan circle systemdengan O2 dan N2O, 2 set
dan udara tekan (air)
2 Mesin anestesi yang mempunyai anti
hipoksik device dengan circle systemdengan O2 dan N2O, 2 set
dan udara tekan (air) (ventilator ERROR)
3 Set anestesia pediatrik 2 set
4 Resusitasi set, Defribilator unit, 1 set
5 Laringoskop dewasa dengan daun
lengkang ukuran 1-4, bougie 3 set
6 Laringoskop bayi 1 set
7 Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal 3 set
dengan mesin anesthesi
8 Pipa trakea oral/nasal dengan cuff semua ukuran @ 2 buah

9 Pipa trakea spiral non kingking semua ukuran @ 2 bh


10 Magill forceps 2 buah
11 Stetoskop 5 buah
12 Tensimeter manual 1 buah
13 Timbangan berat badan 1 buah
14 Pulse oxymeter 8 buah
15 Perlengkapan anastesia regional
-70-

16 Suction pump 5 set


17 Medicine Cabinet 3 set
18 Oxygen concentrate sentral
19 Infusion standard
20 Defibrilator 1 set
21 Ventilator 3 set
22 Monitor EKG 8 set
23 Sungkup muka semua ukuran @ 3 buah
24 Alat inhalasi N2O dan O2 3 set
25 Alat pompa infus 0 buah
26 Sirkuit bisa untuk dewasa, anak dan bayi 3 set
27 O2 + gas-gas medik
28 Spuit injeksi semua ukuran @ 5 bh
29 Jarum spinal anestesi semua ukuran (depo farmasi) @ 1box

15. Standart obat RSUD TOBELO


e. Obat Injeksi Anestesi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1 Anesfar 5 mg Ampul Sedative
2 BUCAIN Ampul Spinal anestesi
3 Bunascan Ampul Spinal anestesi
4 Dekain Ampul Spinal anestesi
5 Dormicum Ampul Hipnotik sedative
6 Epineprin Ampul
7 Fentanyl Ampul narkotik
8 Ketamin Ampul Sedative
9 Lidocain Ampul Lokal anestesi
10 Milos Ampul Hipnotik dedative
11 Neostigmin ampul antispasmodic
12 Noveron Ampul Relaxan
13 Pehacain Ampul Lokal anestesi
14 Pethidine Ampul narkotik
15 Trivam Ampul Sedative
16 Recofol Ampul Sedative
17 Regivel ampul Spinal anestesi
18 Safol Ampul Sedative
19 Sulfas Atropin Ampul Anti spasmodic
20 Tramus Ampul Relaxan
21 Valium Ampul Sedatif
-71-

f. Obat Injeksi Penunjang


No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1 Aminophilin Ampul Anti asmatic dan
COPD preparations
2 Atropin sulfat Ampul Anti spasmodics
3 Catapres Ampul Other Anti
hypertensi
6 Adona Ampul Haemostatic
7 Dicynone Ampul Haemostatics
8 Ephinephrin Ampul Asnastetic lokal &
general
11 Flamicort Ampul Antikeloid
12 Gastridine Ampul Antacida
13 Granon 1 mg Ampul Anti Emetik
14 Granon 3 mg Ampul Anti emetik
15 Intermix 250 Ampul Haemostatik
16 Invomid 4 mg Ampul Anti emetik
17 Invomid 8 mg Ampul Anti emetik
18 Kalmethason Ampul Anti inflamasi
19 Kalnex 500 mg ampul Haemostatic
20 Kaltropen Supp Suppose Analgetik
21 Ketesse 25mg Ampul Analgetik
22 Ketorolac 30mg Ampul Analgetik
23 Ketrobat 30mg Ampul Analgetik
24 Lasix Ampul Diuretics
25 Miomergin Ampul Utrodinika
29 Propenid Supp Suppose Analgetik
31 Remopain 1% Ampul Analgetik
32 Remopain 3% Ampul Analgetik
34 Syntosinon Ampul Utrodinika
36 Transamin 250 mg Ampul Haemostatic
37 Transamin 500 mg Ampul Haemostatics
38 Vit k Ampul Anti perdarahan

g. Standar Cairan infus

No Nama Obat Satuan Jumlah


1 Aquadest irigasi 1 liter Kolf
2 Asering kolf
3 Dextrose 5 % 100 ml kolf
4 Dextrose 5 % 500 ml bag
5 Fima hess bag
6 Larutan 2 A kolf
7 Manitol 10% kolf
8 Nacl 0,9 % 1 liter Kolf
9 Nacl 0,9 % 500 ml bag
10 Nacl 0,9% 100 ml kolf
11 Ringer Lactat bag
-72-

12 Sanbe hess Bag


13 Tutofusin OPS botol
14 Widahes kolf
15 Farmadol botol
16 Metrinodazole botol

16. Standar instrument Bedah Dasar

1. Minor set
NO. JENIS ALAT Jumlah

1 1) Tangkai pisau nomer 3


1 buah
2) Pincet anatomis dietermi
1 buah
3) Pinset anatomis sedang
1 buah
4) Pincet chirurgis diatermi
1 set
1 buah
5) Pincert chirurgis sedang
1 buah
6) Gunting jaringan sedang
1 buah
7) Gunting benang sedang
1 buah
8) Kocher klem sedang
2 buah
9) Nidle holder sedang 2
buah
10) Pean kecil halus
5 buah
11) Pean lurus pendek
2 buah
12) Pean sedang kasar
1 buah
13) Ellis klem 1
buah
14) Langen back tangkai lurus 2
buah
15) Ring tang lurus 1
buah
16) Doek klem besar 4
buah
17) Kom betadine besar 1
buah
-73-

b. Mayor Set
NO. JENIS ALAT Jumlah

1 1) Tangkai pisau nomer 3


1 buah
2) Tangkai pisau nomer 4
1 buah
3) Pincet anatomis sedang
2 buah 3 set
4) Pincet chirurgis sedang
2 buah
5) Gunting jaringan pendek
1 buah
6) Gunting jaringan panjang
1 buah
7) Gunting benang lurus
1 buah
8) Nidle holder
2 buah
9) Kocher klem
4 buah
10) Pean sedang
5 buah
11) Pean kasar
2 buah
12) Pean lurus
2 buah
13) Ellis klem
2 buah
14) Langen back bulat
2 buah
15) Kocher sonde
1 buah
16) Ring tang bengkok
1 buah
17) Selang suction
1 buah
18) Kom betadine
1 buah
19) Doek klem besar
3 buah
20) Doek klem kecil
2 buah
-74-

c. Kebidanan Set

NO. JENIS ALAT Jumlah

1 1) Tangkai pisau nomer 4


1 buah
2) Pincet anatomis sedang
2 buah
3) Pincet chirurgis sedang 2
buah 2 set
4) Gunting jaringan besar
1 buah
5) Gunting benang besar
1 buah
6) Nidle holder biasa 2
buah
7) Nidle holder kecil 1
buah
8) Kocher klem panjang 2
buah
9) Kocher klem sedang 3
buah
10) Pean klem sedang
6 buah
11) Ring tang
4 buah
12) Hak bulat
1 buah
13) Hak blash besar
1 buah
14) Myoma bor
1 buah
15) Doek klem besar
6 buah
16) Selang suction
1 buah
17) Kom betadine
1 buah

d. Laparatomi set

NO. JENIS ALAT Jumlah

1 18) Tangkai pisau nomer 4 1


buah
19) Pincet anatomis sedang 2
buah
20) Pincet chirurgis sedang 2
buah 1 set
21) Gunting jaringan besar 1
-75-

buah
22) Gunting benang besar 1
buah
23) Nidle holder biasa 2
buah
24) Nidle holder kecil 1
buah
25) Kocher klem panjang 2
buah
26) Kocher klem sedang 3
buah
27) Pean klem sedang 6
buah
28) Ring tang 4
buah
29) Hak bulat
1 buah
30) Hak blash besar
1 buah
31) Myoma bor 1
buah
32) Doek klem besar 6
buah
33) Selang suction
1 buah
34) Kom betadine
1 buah
-76-

e. Basic Set Bedah Mulut


.No Jenis alat jumlah

1) Tangkai pisau no.3 1 buah


2) Pincet chirurgis kecil 1 buah
3) Pincet anatomis sedang 1 buah
4) Needle holder 1 buah
5) Klem bengkok kecil 1 buah 1 set
6) Klem bengkok sedang 1 buah
7) Gunting 1 buah
8) Gunting pemotong kawat 1 buah
9) Tang pemutar kawat 2 buah
10) Pengukur 1 buah
11) Screw driver/obeng 1 buah
12) Raspac 1 buah
13) Spatel 1 buah
14) Pemotong plate 1 buah
15) Elis klem 1 buah
16) Hak double 2 buah
17) Kom kecil 1 buah
18) Selang suction 1 buah
19 Doek klem 2 buah

f. Vagina Plasty Set


1) Langen back double 2 buah
2) Nidle holder kuning 1 buah
3) Pean sedang 2 buah
4) Kocher klem sedang 2 buah
5) Pincet anatomis panjang 1 buah
6) Pincet chirurgis sedang 2 buah
7) Scalpel no. 3 1 buah 1 set
8) Scalpel no. 4 1 buah
9) Gunting jaringan panjang 1 buah
10) Gunting benang 1 buah
11) Ring tang 1 buah
12) Ellis klem 1 buah
13) Kom sedang 1 buah
14) Bak jarum 1 buah
15) Nierbekken putih 1 buah
-77-

g. Basik Set Orthopedi

No Nama alat jumlah


1) Nierbekken sedang 1 buah
2) Pean klem sedang 2 buah
3) Kocher klem sedang 2 buah
4) Tangkai pisau no. 4 1 buah
5) Pincet chirurgis sedang 2 buah
6) Nidle holder 1 buah 1 set
7) Ring tang 1 buah
8) Langen back lurus 1 buah
9) Langen back bulat 1 buah
10) Selang suction 1 buah
11) Gunting jaringan besar 1 buah
12) Gunting benang besar 1 buah
13) Doek klem kecil 2 buah

h. Basic Set Tonsil

No Nama Instrument Jumlah


1) Pisau tonsil besar 1 buah
2) Pisau tonsil kecil 1 buah
3) Gunting 2 buah
4) Needle holder 1 buah
5) Pean tonsil 3 buah
6) Pean kasar 1 buah
7) Retractor tonsil 1 buah
8) Bisector tonsil 1 buah
9) Mouth bag besar 1 buah 1 set
10 Mouth bag kecil 1 buah
11) Blade mouth bag 3 1 buah
12) Blade mouth bag 2 2 buah
13) Blade mouth bag 1 1 buah
14) Ring tang 1 buah
15) Forceps 1 buah
-78-

16) Jarum tonsil 1 buah


17) Metal suction tonsil 1 buah
18) Doek klem 1 buah
19) Kom betadine 1 buah
20 Slang suction 1 buah

i. Basic set Bedah Syaraf

.No Jenis alat jumlah

1 Tangkai pisau no.4 1


2 buah
3 Pincet anatomi halus 2
4 buah
5 Pincet chirurgis kasar 2
6 buah
7 Pincet bayonet anatomis 2
8 buah
9 Gunting lurus 1
10 buah
11 Gunting bengkok 1
12 buah
13 Needle holder 1
14 buah 1 set
15 Bayonet needle holder 1 buah
16 Bayonet gunting jaring 1 buah
17 Bayonet gunting lurus 1
18 buah
19 Pean bengkok halus 5
20 buah
21 Pean lurus halus 5
22 buah
23 Hak gigi 2 2
24 buah
25 Hak blade 2
26 buah
27 Hak Gigi satu besar 2
28 buah
29 Hak Gigi satu kecil 2 buah
-79-

Hak kulit 2
buah
Metal suction no.10 1 buah
Metal suction no.6 1
buah
Spatel sendok 1
buah
Spatel datar 1
buah
Reseptor 1
buah
Raspac 2
buah
Gigli + penegang 2 buah
Ring tang 1
buah
Nierbekken 1
buah
Slang suction 1
buah
Doek klem 2
buah
Pincet bayonet chirurgis 1
buah

j. Thoracotomy Set

No Nama Alat Jml

1 Hak fenocito 2

2 Klem halus 5

3 Kocher kecil 4

4 Langen back kecil 2

5 Nedle Holder 2

6 Scapel no 3 1
-80-

7 Pincet chirugis halus 1 1 Set

8 Pincet chirugis sedang 1

9 Pincet anatomis sedang 1

10 Pincet anatomis halus 1

13 Double klem 5

14 Kom betadhine 1

15 Klem disinfectan 1

16 Gunting bayonet panjang 1

k. Vena Sectie set

.No Jenis alat jumlah

1) Tangkai pisau no. 3 1 buah


2) Pean bengkok kecil 1 buah
3) Pean lurus kecil 1 buah
4) Pincet chirurgis kecil 1 buah
5) Pincet chirurgis diatermi 1 buah 1 set
6) Pincet anatomis diatermi 1 buah
7) Pincet bayonet 1 buah
8) Ellis klem 1 buah
9) Gunting jaringan kecil 1 buah
10) Gunting benang kecil 1 buah
11) Nidle holder kecil 1 buah
12) Hak gigi 2 1 buah

l. Polip Set
No Nama Instrument Jml

1) Pisau 1 buah
2) Pncet bayonet 1 buah
3) Gunting bayonet 3 buah
4) Double curret 1 buah
5) Curret bengkok halus 2 buah
6) Pean bengkok panjang 1 buah 2 Set
7) Ring tang kecil 1 buah
-81-

8) Elis klem 1 buah


9) Trocard 1 buah
10) Metal suction 3 buah
11) Raspac 2 buah
12) Nierbecken 1 buah
13) Slang suction 1 buah
14) Doek klem 1 buah

m.Varicocele Set
No Nama Instrument Jumlah

1) Tangkai pisau no.3 1 buah


2) Pincet anatomis diatermi 2 buah
3) Pincet chirurgis diatermi 2 buah
4) Pincet anatomis biasa 1 buah
5) Needle holder sedang 1 buah
6) Bulldog 2 buah
7) Hak 2 buah
8) Risektor 1 buah
9) Doek klem 4 buah
10) Gunting jaringan panjang 1 buah
11) Elis klem 1 buah
12) Pean halus bengkok 2 buah
13) Pean halus lurus 2 buah

n. Herniotomy Set

No Nama Alat Jml

1 Tangkai pisau no 4 1

2 Pincet anatomis Diatermi 3

3 Pincet Cirurgis sdg 1

4 Pinset bayonet 2

5 Gunting duramater 1

6 Gunting lurus sdg 1

7 Gunting jaringan pjg 1


-82-

8 Needle holder sedang 1+ 1

9 Koher klem 2 2 Set

10 Pean bengkok 2+3

11 Pean lurus 4

12 Receptor 1

13 Hak blade 2

14 Ringtang lurus 1

15 Spatel sendok / datar 1+1

16 Kom bhetadin 1

17 Doek klem sedang 5

18 Metal suction no.6/no.10 1+1

o. Urologi Set

.No Jenis alat jumlah

1 Tangkai pisau no.3 &4 1+1 bh


2 Pincet Anatomis sedang + Besar !+! bh
3 Pincet Chirurgis Besar + sedang 1+1 bh
4 Needle holder 2 bh
5 Pedical Klem 2 bh
6 Pean bengkok 6 bh
7 Double hak 2 bh
8 Hak blade 1 bh
9 Ring tang ginjal 3 bh
10 Ring tang pendek 1 bh
11 Ring tang panjang 1 bh
12 Right angle 3 bh
13 Doek klem 6 bh
14 Hak dalam 2 bh
15 Hak otomatis 1 bh
16 Metal suction 1 bh
17 Kom bhetadin 1 bh

\ 18 Slang suction 1 bh
19 Gunting jaringan panjang 1 bh
20 Gunting benang 2 bh
-83-

p. Laparoscopy Set

No Nama Instrument Jumlah

1) Tangkai pisau no.3 1 buah


2) Pincet anatomis 1 buah
3) Pincet chirurgis 1 buah
4) Kocher sedang 4 buah
5) Needle holder sedang 1 buah
6) Double Hak 2 buah
7) Doek klem 10 buah
8) Gunting jaringan 1 buah
9) Gunting benang 1 buah
10) Kom bhetadin 1 buah
11) Ring tang lurus 1 buah
12) Klem bengkok 2 buah
-84-

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. TATALAKSANA PENJADWALAN OPERASI


1. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat Kamar Operasi
 Petugas Administrasi
2. Perangkat Kerja
 Buku Rencana Operasi / buku bezet
 White Board
 Buku registrasi

B. TATALAKSANA PENDAFTARAN PASIEN KE KAMAR OPERASI


1. Pendaftaran pasien Rawat inap ke kamar operasi dilakukan oleh Perawat
ruang rawat inap ke kamar operasi minimal 1 hari sebelum operasi
untuk pasien dengan operasi terencana / elective dan dapat sewaktu-
waktu untuk pasien dengan kasus emergency.
2. Bila pasien masuk dari poliklinik atau IGD untuk rawat inap tapi
langsung di rencanakan operasi, untuk kasus operasi terencana maupun
emergensi, perawat poliklinik/perawat IGD harus mempersiapkan pasien
tersebut sesuai dengan prosedur pasien yang akan dioperasi kemudian
melapor kekamar operasi, selanjutnya perawat kamar operasi yang akan
mengatur jadwal sesuai dengan keadaan kamar operasi saat itu. Apabila
keadaan kamar operasi memungkinkan, maka pasien dengan kasus tidak
emergensi/elektive dapat dilakukan operasi sesuai dengan jam
permintaan DPJP,
3. kecuali untuk kasus emergensi, maka perawat kamar operasi
melaporkan hal itu pada dokter yang akan melakukan operasi elective
pada jam tersebut ( bila ada ) untuk bersedia mendahulukan pasien
dengan kasus emergensi.
4. Bila pasien masuk melalui poliklinik atau IGD untuk rawat jalan namun
direncanakan dilakukan operasi terlebih dahulu ( One day Surgery ),
maka perawat poloklinik/IGD mempersiapkan pasien sesuai dengan
prosedur pasien yang akan dioperasi, melaporkan ke kamar operasi dan
langsung mengantarkan pasien tersebut ke ke kamar operasi beserta
status pasien yang telah disiapkan untuk operasi sesuai SPO.
-85-

Selanjutnya perawat kamar operasi akan menjadwalkan pasien tersebut


berdasarkan keadaan kamar operasi saat itu, dan melaporkannya kepada
DPJP.
5. Bila pasien datang ke admission dengan membawa surat pengantar dari
DPJP untuk operasi hari itu dengan status one day surgery, maka
petugas admission yang melaporkannya kekamar operasi dan langsung
membawa pasien beserta statusnya kekamar operasi, selanjutnya
perawat kamar operasi yang akan memeriksa kesiapan pasien agar dapat
dilakukan tindakan operasi misalnya : apakah puasa pasien cukup,
kelengkapan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, rongen atau
konsul-konsul dengan spesialis lain jika diperlukan, surat persetujuan
tindakan operasi dll. Jika semua memungkinkan, perawat kamar operasi
akan menghubungi DPJP nya dan menginformasikan jadwal kamar
operasi yang memungkinkan dapat digunakan pada hari itu.

C. TATA LAKSANA PENERIMAAN DAN PENYERAHAN PASIEN


1. Petugas penanggung Jawab
 Perawat kamar Operasi
 Perawat Rawat inap/poliklinik/IGD
 Petugas Admission Kamar operasi/poliklinik/IGD

2. Perangkat Kerja
 Status medis pasien

3. Tata Laksana Penerimaan Pasien ke kamar operasi


a. Pasien diantar kekamar operasi oleh petugas admission atau oleh
perawat dengan membawa status medis pasien lengkap, dengan
menggunakan brancard atau kursi roda atau berjalan kaki,
sesuai dengan keadaan/kondisi pasien.
b. Sesampai di ruang penerimaan pasien kamar operasi, perawat
kamar operasi / petugas admission kamar operasi memindahkan
pasien ke brancard kamar operasi, menggantikan baju pasien
dengan baju kamar operasi apabila pasien datang dari poliklinik
atau IGD dan memakaikan penutup kepala. Apabila pasien
sudah memakai infuse, menggantungkan infuse pada standart
infuse, selanjutnya memasang heck brancard pasien untuk
keselamatan pasien.
-86-

c. Setelah pasien dalam posisi baik dan aman, petugas yang


mengantar pasien melakukan serah terima kepada petugas kamar
operasi dengan memeriksa status medis pasien antara lain:
1) Melakukan Identifikasi pasien dengan mencocokkan identitas
pasien di status medis (harus sesuai dengan gelang yang
dikenakan pasien), dr.DPJP, jenis operasi, lokasi operasi dan
persiapan puasa.
2) Kelengkapan radiologi sesuai dengan permintaan dr.DPJP
3) Kelengkapan Laboratorium
4) Kelengkapan Informasi medic dan inform concern
5) Persiapan/pemberian obat-obat/Antibiotika jika ada
6) Persiapan darah jika ada
d. Apabila semua syarat telah terpenuhi, petugas pengantar pasien
dan petugas kamar operasi yang menerima pasien,
membubuhkan tandatangan pada blanko serah terima pasien.

D. TATA LAKSANA PENYERAHAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI KE


RUANG RAWAT INAP.
a. Perawat ruang pulih menghubungi ruangan tempat pasien post operasi
akan dirawat, dan menginformasikan bahwa pasien boleh dijemput
dengan menggunakan brancard bila pasien operasi dengan general atau
spinal anestesi atau dengan kursi roda bila pasien operasi dengan local
anestesi atau sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien.
b. Perawat ruangan menjemput pasien kekamar operasi dengan membawa
brancard/kursi roda sesuai dengan informasi yang telah didapat dari
perawat ruang pulih.
c. Di ruang pulih, perawat ruangan bersama-sama dengan perawat ruang
pulih, memindahkan pasien dari tempat tidur ruang pulih ke tempat
tidur / kursi roda ruangan dan memasangkan heck tempat tidur pasien
untuk keselamatan pasien
d. Setelah pasien dalam posisi baik dan aman, perawat ruang pulih,
melakukan serah terima dengan perawat ruangan meliputi :
1) Melakukan identifikasi ulang pada pasien tentang nama, tgl lahir,
jenis operasi,lokasi operasi, jenis anestesi dan dr. PJP
2) Menyerahkan status pasien yang berisi: laporan operasi lengkap,
laporan anestesi lengkap, laporan pasien sejak preoperasi, durante
operasi dan post operasi, obat-obat dan resep pasien jika ada,
specimen pasien jika ada.
-87-

3) Menginformasikan hal-hal penting yang harus dilakukan dan


diperhatikan selama pasien menjalani perawatan post operasi.
e. Jika semua laporan sudah diberikan, perawat ruang pulih dan perawat
ruangan membubuhkan tanda tangan pada blanko serah terima pasien.

E. TATA LAKSANA PASIEN OPERASI ONE DAY SURGERY YANG AKAN


PULANG
 Untuk pasien operasi dengan status one day surgery yang akan pulang,
sebelumnya pasien akan dinilai oleh dr.PJP atau dr.PJP anestesi, bahwa
pasien sudah memungkinkan untuk pulang.
 Perawat ruang pulih melengkapi status pasien dan memastikan bahwa
laporan operasi, laporan anestesi, laporan pemakaian alat/BHP, laporan
penunjang seperti laboratorium, Rontgen Dll, telah ada di dalam status
pasien.
 Petugas kamar operasi menyerahkan resep untuk pasien yang ditulis oleh
dr.DPJP ke bagian instalasi farmasi, selanjutnya petugas instalasi
farmasi akan memberikan obat tersebut ke perawat ruang pulih.
 Perawat ruang pulih memanggil keluarga pasien, kemudian dihadapan
pasien menyerahkan specimen pasien jika ada, menjelaskan pada pasien
dan keluarga semua pesanan dr.PJP dan atau dr.PJP anestesi, serta hal-
hal yang perlu diperhatikan selama proses perawatan post operasi di
rumah. Selanjutnya perawat ruang pulih menyarankan kepada keluarga
untuk menyelesaikan administrasi ke kasir, sementara status pasien
diserahkan ke kasir oleh petugas kamar operasi untuk dilakukan
rekapitulasi biaya.
 Petugas kasir akan menyerahkan bukti pembayaran pada keluarga
pasien dan bukti tersebut ditunjukkan kepada perawat ruang pulih.
 Perawat ruang pulih akan menyerahkan obat pasien kepada pasien dan
atau keluarga sambil menjelaskan aturan pemakaian obat tersebut,
selanjutnya bagi pasien yang memerlukan kursi roda, diantar sampai
kekendaraan pasien oleh petugas kamar operasi atau security dan bagi
pasien yang dapat pulang dengan berjalan sendiri, maka pasien
diperbolehkan pulang.

F. TATALAKSANA PERSIAPAN OPERASI


a. Petugas penanggung Jawab
 Dr,DPJP Bedah dan anestesi
 Perawat kamar Operasi/perawat ruangan/poliklinik/IGD
-88-

b. Perangkat Kerja
a. Status medis pasien
b. Instrumen operasi
c. Peralatan Anestesi
c. Pelaksanaan Persiapan operasi
a. Penyusunan Rencana
Tujuan dari tindakan ini adalah : mengusahakan kondisi optimal
pasien agar dapat menjalani operasi dan pembiusan dengan hasil
sebaik-baiknya.
Dokter anestesiologi dalam hal ini bekerja sama dengan dokter yang
bertanggung jawab, minimum 24 jam sebelum tindakan membuat
suatu penilaian fisiologis terhadap pasien dengan bukti-bukti
pemeriksaan yang akurat dan kompeten untuk menghindari
terjadinya kesalahan diagnosa sehingga penyusunan rencana
tindakan medis tidak tercapai.
Dalam menyusun rencana operasi terhadap pasien hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Identifikasi pasien
2) Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dari pasien dan
pemeriksaan khusus untuk mendiagnosa penyakit pasien untuk
menentukan jenis tindakan medis yang akan diberikan, serta
konsultasi dengan dokter spesialis lain jika diperlukan.
3) Lokasi operasi/Lokasi Insisis untuk menentukan jenis anestesi,
apakah general anestesi atau regional anestesi
4) Berat badan pasien untuk menentukan dosis obat yang akan
diberikan
5) Alergi yang diderita pasien (jika ada) untuk menentukan jenis obat
yang boleh/tidak boleh diberikan
6) Penentuan jam puasa untuk mengosongkan saluran pencernaan ;
pada orang dewasa lebih kurang 6 jam dan untuk bayi dan anak <
10 tahun lebih kurang 4 jam
7) Pengaturan terapi dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk
mencapai kondisi pasien yang optimal misalnya; terapi cairan,
tranfusi, terapi nafas dll.
b. Persiapan Dokumen
1. Formulir pemberian informasi
Formulir ini berisi tentang pemberian edukasi dari dokter bedah
dan dokter anestesi kepada pasien dan keluarga tentang;
-89-

Diagnosis penyakit yang diderita pasien, Dasar diagnosis (hasil-


hasil pemeriksaan), rencana tindakan medik yang akan
diberikan, Indikasi dari tindakan tersebut, tata cara pelaksanaan
dari tindakan tersebut, Tujuan yang akan dicapai dari tindakan
tersebut, resiko yang mungkin dapat timbul dari tindakan
tersebut serta komplikasinya, proknosis dari penyakit pasien dan
tindakan yang dilakukan serta Alternatif tindakan lain yang
mungkin diberikan.
2. Formulir Persetujuan Tindakan (Inform Concern)
Formulir ini diisi oleh pasien/ keluarga setelah pasien/ keluarga
mendapat kan edukasi dan pasien/ keluarga menyatakan telah
mengerti dan bersedia dilakukan tindakan medis atau
menandatangani surat penolakan jika menolak dilakukan
tindakan medis.
3. Formulir rekam medis pasien
Form rekam medis berfungsi untuk identifikasi pasien saat serah
terima dikamar bedah dimana harus diperhatikan : Identitas dan
keadaan umum pasien, Kelengkapan status/rekam medik, Surat
persetujuan tindakan, surat konsultasi dengan spesialis lain,
catatan dokter operator dan dokter anestesi, Data laboratorium,
rontgent, EKG, Barang pasien yang tidak boleh di bawa seperti;
Gigi palsu, perhiasan, lensa kontak, cat kuku, lipstik dan lain-
lain.

G. TATALAKSANA KERJASAMA ANTAR DISIPLIN


1. Petugas penanggung Jawab
 Dokter DPJP
 perawat ruangan
 Perawat kamar OperasI
 Dokter anestesi

2. Perangkat Kerja
a. Status medis pasien

3. Pelaksanaan kerja sama antar disiplin


a. Konsultasi medis dengan dokter spesialis lain sebelum operasi
Dokter DPJP mengkonsulkan pasien yang berumur > 30 thn kepada
dokter spesialis penyakit dalam untuk menilai status fisik pasien
-90-

apakah layak dilakukan tindakan operasi dengan pembiusan, arau


perlu koreksi terlebih dahulu.
b. Dokter DPJP Mengkonsulkan pasien yang ber umur < 15 tahun
kepada dokter spesialis anak untuk menilai status fisik pasien
apakah layak dilakukan tindakan operasi dengan pembiusan, atau
perlu koreksi terlebih dahulu.
c. Dokter DPJP Mengkonsulkan pasien ke dokter spesialis bedah lain
spt; Sp.bedah orthopedic, Obgyn, THT dsb, jika ada indikasi yang
diketahui sebelum tindakan operasi.

4. Konsultasi medik dengan dokter spesialis lain dimeja operasi dilakukan


apabila :
a. Dokter DPJP menemukan kasus baru diatas meja operasi saat pasien
sedang dioperasi dan mengharuskannya melakukan konsultasi medik
di meja operasi.
b. Ada komplikasi yang terjadi saat dokter melakukan tindakan operasi
yang mengharuskannya konsultasi medik di meja operasi.
c. Dalam pelaksanaannya Dokter DPJP Menginstruksikan dokter anastesi
DPJP atau perawat PJ. kamar operasi untuk menghubungi dokter
spesialis yang di maksud melalui telphon dan menginformasikan
keadaan pasien yang akan dikonsulkan, surat konsul secara tertulis
dibuat saat keadaan telah memungkinkan.

5. Konsultasi medik dengan dokter spesialis lain setelah operasi


Dokter DPJP mengkonsulkan pasien pada spesialis yang lebih
berkompeten apabila:
1. Ada komplikasi post operasi
2. Ditemukan diagnose baru post operasi yang berbeda dari diagnose awal
3. Diperlukan perawatan bersama dengan spesialis lain untuk kasus
pasien tersebut.

H. TATALAKSANA PELAYANAN ANESTESI


1. Masa prasedasi dan praanestesi
a. Informasi dan Persetujuan tindakan medik
Penyuluhan/edukasi dan upaya mendapatkan persetujuan tindakan
medik dilakukan pada waktu kunjungan pra bedah oleh dokter
anestesi untuk informasi anestesi dan dokter bedah yang bertanggung
-91-

jawab untuk informasi bedah didampingi perawat. Formulir


persetujuan tindakan medik (Inform Consent) ditandatangani oleh :
- Pasien dan atau keluarga
- Dokter dan atau perawat yang diberi pelimpahan wewenang untuk
itu
- Seorang saksi (petugas Rumah sakit)
b. Pemeriksaan Fisik Dan Laboratorium
Hendaknya dilakukan 24 jam sebelum tindakan anestesi untuk
menentukan fungsi tubuh normal atau tidak. Bila fungsi tubuh pasien
tidak normal,maka nilai derajad dan cadangan fungsi yang masih ada
selanjutnya diupayakan perbaikan sampai optimal.
Pemeriksaan dilakukan sedini mungkin dalam masa prabedah agar
tersedia cukup waktu untuk terapi dan persiapan. Jika diperlukan,
maka dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang melakukan
pembedahan dianjurkan meminta konsultasi spesialistik lain. Hasil
konsultasi dan tindak lanjut harus dicatat dalam rekam medik
Daftar Pemeriksaan Laboratorium Minimal
Operasi Lama Perdarahan Lokasi Umur Tes
Operasi Operasi Laboratorium
Kecil < 1 jam Minimal Bukan di < 40 thn Hb, Leco,CT,BT
jalan nafas
Sedang - > 1 jam s/d 20% Di jalan Hb,Leco,GOT,GP
Besar EBV nafas T Cratinin,CT,BT
Khusus - >1jam >30% EBV Dimanapun < 40 thn Hb,Leco,GOT/GP
Canggih EBV = 70 T, Creatinin,
ml/kgBB Albumin,Gula
darah.
EKG,Hemotosis
Trombosis (K, Na,
Gas darah) CT,
BT

Ringkasan Pemeriksaan dirumuskan sebagai status fisik sebagai


berikut:
Rumusan Arti Rumusan Contoh pasien

Status fisik 1 Pasien yang tidak mempunyai Seorang pasien dewasa sehat
penyakit sistemik atau menjalani herniotomi
kelainan yang perlu.
Pembedahannya terlokalisir
-92-

Status fisik 2 Pasien yang menderita Pasien Diabetes tetapi tidak


penyakit sistemik ada penyulit organ lain
ringan/sedang.
Karena alasan medik maka
perlu dilakukan pembedahan
Status fisik 3 Pasien yang menderita Pasien dengan Infark jantung,
penyakit sistemik yang Angina pectoris
membetasi aktifitasnya
Status fisik 4 Pasien dengan penyakit yang Pasien dengan gagal jantung
mengancam jiwa berat
Status Fisik 5 Pasien yang 50% akan Pasien coma, tekanan darah
meninggal dalam waktu 24 70/40 MmHg
jam

c. Khusus Pembedahan Darurat


Pemeriksaan fisik dan laboratorium dilakukan dalam kurun waktu
sesingkat mungkin. Persiapan harus ditujukan untuk resusitasi dan
stabilitasi fungsi vital tubuh pasien agar pembedahan/terapi definitif
dapat segera dilakukan. Misalnya:
1) Penghentian perdarahan
2) Membuang sumber infeksi
3) Melahirkan janin dan sebagainya
4) Tindakan Meliputi:
 Membebaskan dan menjaga jalan nafas tetap bebas
 Membantu fungsi pernafasan dan oksigenisasi
 Optimalisasi Hemodinamik dengan imbang cairan dan tranfusi
 Menjaga tekanan intra kranial tidak meningkat
 Mengosongkan lambung dan mencegah aspirasi

d. Puasa, Infus dan Pengosongan Usus


Kondisi optimal untuk anestesia dan pembedahan membutuhkan
tindakan persiapan:
1) Pengosongan lambung untuk menguirangi resiko muntah,
regurgitasi dan aspirasi paru.
2) Pengosongan usus besar untuk mencegah buang air besar yang
dapat mencemari dan meningkatkan resiko infeksi luka operasi.
3) Infusi untuk menggantikan cairan yang hilang karena kedua
tindakan diatas.
-93-

Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa. Pasien dewasa di


puasakan dari makanan padat 6 – 12 jam pra bedah, dari minum
susu 6 jam pra bedah dari minum air putih, 4 jam prabedah.
Pasien anak-anak mengikuti jadwal sebagai berikut :

Susu/makanan
Umur Air putih
padat

< 6 bulan 4 jam 2 jam

6 – 36 bulan 6 jam 3 jam

> 36 bulan 8 jam 2 jam

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah :


1) Instruksi puasa dijelaskan lisan dan tertulis kepada pasien dan atau
keluarga serta diketahui oleh perawat.
2) Obat-obat tertentu dapat diberikan bersama minum air putih terakhir.
3) Obat antidiabetes oral harus diganti dengan injeksi insulin jika pada
paska bedah tidak dapat/tidak boleh makan.
4) Untuk bedah darurat diperlukan pengosongan lebih cepat dan lebih
pasti dengan pemasangan pipa lambung
5) Pengosongan usus besar dilakukan dengan obat pencahar, perangsang
peristaltik kolon atau lavamen
6) Infusi cairan pengganti puasa dan pencahar diberikan pada periode 24
jam pra anestesi/pra bedah berupa larutan natrium clorida dan atau
ringer lactat dan atau dextrose, atau cairan lain yang diinstruksikan
dokter penanggung jawab sesuai kebutuhan pasien
7) Untuk pasien resiko tinggi, rencana pembedahan besar, gizi pra bedah
buruk, maka perlu perbaikan imbang cairan da nutrisi yang dilakukan
jauh sebelum pembedahan.
-94-

2. Masa Anestesi
a. Induksi Anestesi
1) Pasien diberi preoksigenisasi dengan O2 100% ( 8-10 Lpm) selama 3-5
menit
2) Periksa jalan intravena ( infus) terpasang dan berjalan lancar
3) Obat-obat darurat sudah tersedia dalam spuit suntik
4) Pasien monitor terpasang (Tensimeter, saturasi O2, EKG) dan
stetoscope precordial kalau perlu
5) Tindakan anestesia harus dimulai dengan cepat dan nyaman bagi
pasien dan fungsi vital pasien harus tetap terjaga
6) Stadium eksitasi harus dilewati secepat mungkin agar pasien segera
berada pada stadium maintanance yang lebih aman
7) Jalan nafas buatan harus dipasang dan pernafasan buatan harus
diberikan bila diperlukan.
8) Dokter dan perawat anestesi harus mampu mengenali dan mengatasi
sumbatan jalan nafas atas dengan tehnik ” Chin lift, head tilt dan Jaw
Thrust”, Memasang nasopharynk tube, intubasi tracea dan
cricothyrotomy.
9) Jaga stabilitas sirkulasi dengan bantuan infus, obat-obat inotropik
dan obat anti aritmia jantung.

b. Rumatan Anestesi
1) Pantau kedalaman anestesi dengan memperhatikan respon otonomik
2) Kedalaman anestesi yang cukup agar pasien tidak mengalami rasa
nyeri, tidak mengalami stres otonomik dan pembedahan dapat
berjalan baik, serta untuk mencegah pasien ingat dan merasakan
proses pembedahan (Awarness)
3) Jaga fungsi vital (pernafasan, sirkulasi dan perfusi organ) tetap
berada dalam batas normal
4) Tahapan anestesi dipertahankan dengan mengatur vaporizer ( untuk
anestesi inhalas)i atau infus untuk anestesi intra vena
5) Pertahankan saturasi oksigen >95 %
6) Tekanan darah dipertahankan agar tidak berfluktuasi lebih dari 25%
atau 15-20 MmHg dari nilai waktu sadar
7) Pertahankan perfusi hangat, kering dan merah, tidak teraba keringat
dan tidak keluar mata bila kelopak mata terbuka
8) Irama jantung dipertahankan pada irama sinus yang teratur, fluktuasi
tidak lebih dari 25% nilai waktu sadar
-95-

9) Jika terjadi aritmia, pastikan oksigenasi baik (periksa aliran oksigen


dan jalan nafas/tube) , pastikan ventilasi ventilasi baik (periksa gerak
dada dan soda lime) dan pastikan tidak ada manipulasi bedah yang
memicu aritmia (refleks vagal atau refleks occucardiac )
10) Produksi air seni 0,5 – 1,0 ml/kgbb/jam
11) Pemantauan fungsi vital tubuh, diulang tiap 5’ atau lebih sering jika
kondisi klinis pasien tidak stabil.
12) Jika digunakan pelumpuh otot namun pembedahan tidak memerlukan
apnea, usahakan pasien masih sedikit bernafas (tidak total blok)

c. Pengakhiran Anestesi
1) Anestesi harus dihentikan tepat waktu agar pasien segera sadar
kembali sehingga refleks perlindungan dan fungsi vitalnya kembali
normal
2) Efek analgesi harus tetap terkendali
3) Oksigen dan bantuan nafas harus tetap diberikan dan pasien tetap
dipantau penuh sampai sisa obat habis.

d. Masa Pasca Anestesia


a. Pasang alat pemantau fungsi vital pasien yang datang dari kamar
bedah, karena umumnya belum stabil
b. Timbang terima dengan perawat anestesi/tim yang menangani pasien
dikamar bedah tentang kejelasan data operasi, anestesia, jumlah
perdarahan, jumlah infusi dan penyulit yang telah terjadi, dan wajib
dicatat dalam rekam medik.
c. Oksigenasi dan bantuan nafas harus tetap diberikan
d. Paisen tetap dipantau penuh sampai sisa obat anestesi habis
e. Bersihkan cairan dari rongga mulut dan jalan nafas untuk mencegah
terjadinya gangguan nafas seperti: Hipoventilasi karena depresi
pernafasan atau obstruksi pangkal lidah, Aspirasi cairan lambung dan
henti nafas
f. Pasien yang belum sadar dan belum stabil harus tetap berada di ruang
pulih sadar sampai semua resiko/ancaman keselamatan jiwa lewat.
g. Pasien rawat jalan tidak boleh dipulangkan sebelum memenuhi kriteria
keamanan pulang tertentu ( Aldrette’s score )
-96-

1. Nilai 9 atau lebih boleh pulang ke rumah dengan kondisi


pembedahan/tindakan memungkinkan
2. Nilai 7 ke ruang perawatan, bila nilai pernafasan 2
3. Nilai 5 ke ICU

I. TATALAKSANA PELAYANAN OPERASI


1. Pre Operasi
a. Penyusunan rencana.
Tujuan dari tindakan ini adalah : mengusahakan kondisi optimal
pasien agar dapat menjalani pembedahan dengan hasil sebaik-
baiknya. Dokter bedah, minimum 24 jam setelah diagnosa
ditegakkan dan pembedahan direncanakan, menyiapkan pasien
untuk fase pembedahan dengan melengkapi bukti-bukti pemeriksaan
yang akurat dan kompeten untuk menghindari terjadinya kesalahan
diagnosa sehingga penyusunan rencana operasi tidak tercapai, serta
melakukan konsultasi pra bedah dengan dokter spesialis lain bila
perlu.
Dalam menyusun rencana Operasi terhadap pasien hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Identifikasi pasien ( nama,umur,jenis kelamin)
2) Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin, Observasi, palpasi dan
inspeksi pada pasien dan pemeriksaan khusus untuk
mendiagnosa penyakit pasien untuk mendukung tindakan infasif
yang akan dilakukan.
-97-

3) Lokasi operasi/Lokasi Insisis berdasarkan observasi, inspeksi dan


palpasi
4) Alergi yang diderita pasien (jika ada) untuk menentukan jenis obat
yang boleh/tidak boleh diberikan
5) Penentuan jam puasa untuk mengosongkan saluran pencernaan ;
pada orang dewasa lebih kurang 6 jam dan untuk bayi dan anak <
10 tahun lebih kurang 4 jam
6) Pengaturan terapi dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk
mencapai kondisi pasien yang optimal misalnya; terapi cairan,
tranfusi, terapi nafas dll.
7) Menjadwalkan rencana tindakan tersebut
8) Mendokumentasikan diagnosa dan rencana tindakan dalam rekam
medik

b. Informasi dan Persetujuan tindakan medik


Penyuluhan/edukasi dan upaya mendapatkan persetujuan tindakan
medik dilakukan pada waktu kunjungan pra bedah oleh dokter bedah
yang bertanggung jawab didampingi perawat untuk memberikan
informasi tentang resiko, manfaat, komplikasi yang potensial serta
alternatif yang berhubungan dengan prosedur bedah yang
direncanakan. Syrat-Syarat hukum dan administrasi harus dipenuhi
dan dicatat dalam lembar catatan medik. Formulir persetujuan
tindakan medik ( Inform Consern) ditandatangani oleh:
 Pasien dan atau keluarga
 Dokter dan atau perawat yang diberi pelimpahan wewenang untuk
itu
 Seorang saksi (petugas Rumah sakit)
c. Pemeriksaan fisik dan laboratorium (sama seperti pada pelayanan
anestesi)
d. Puasa, Infusi dan pengosongan usus (sama seperti pada pelayanan
anestesi)
e. Dokumen/Check list pasien safety Pra bedah

2. Intra operasi
Melanjutkan checklist patient safety (mengisi dan mendokumentasikan
kegiatan intra operasi dengan mengisi kolom pada checklist pasient
(check out, sign in, time out, intra operasi, sign out dan post operasi)
-98-

3. Tatalaksana Laporan Operasi dan Anestesi


Dokumentasi harus disiapkan dari awal perencanaan sampai
pengakhiran tindakan anestesi secara lengkap dan terinci serta
berkesinambungan untuk pencatatan dan pelaporan perkembangan
fisiologis pasien selama proses operasi dan anestesi. Adapun
dokumentasi yang harus diperhatikan antara lain :
a. Formulir pemberian informasi
Formulir ini berisi tentang pemberian informasi dari dokter anestesi
kepada pasien dan keluarga tentang; Diagnosis penyakit yang
diderita pasien, Dasar diagnosis (hasil-hasil pemeriksaan), rencana
tindakan anestesi yang akan diberikan, Indikasi dari tindakan
tersebut, tata cara pelaksanaan dari tindakan tersebut, Tujuan yang
akan dicapai dari tindakan tersebut, resiko yang mungkin dapat
timbul dari tindakan tersebut serta komplikasinya, proknosis dari
penyakit pasien dan tindakan yang dilakukan serta Alternatif
tindakan lain yang mungkin diberikan.
b. Formulir Persetujuan Tindakan (Inform Concern) / Penolakan
Tindakan, Formulir ini diisi oleh pasien/ keluarga setelah pasien/
keluarga mendapat kan informasi dari dokter anestesi dan pasien/
keluarga menyatakan telah mengerti dan bersedia dilakukan
tindakan medis atau menandatangani surat penolakan jika menolak
dilakukan tindakan medis. Bentuk Formulir pemberian informasi
dan persetujuan tindakan medis sama dengan bentuk formulir
pemberian informasi dan penolakan tindakan medis (coret yang
tidak perlu).
c. Formulir Rekam medis Pasien
Form rekam medis berfungsi untuk identifikasi pasien saat serah
terima dikamar bedah dimana harus diperhatikan : Identitas dan
keadaan umum pasien, Kelengkapan status/rekam medik, Surat
persetujuan tindakan, surat konsultasi dengan spesialis lain,
catatan dokter operator dan dokter anestesi, Data laboratorium,
rontgent, EKG, Barang pasien yang tidak boleh di bawa seperti; Gigi
palsu, perhiasan, lensa kontak, cat kuku, lipstik dan lain-lain.
Contoh Formulir terlampir
d. Formulir pelaksanaan/Catatan anestesi
Dalam formulir ini telah dilengkapi kolom identitas pasien yang harus
diisi oleh petugas kamar bedah selanjutnya perawat anestesi akan
mencatat semua tindakan anestesi dan obat obat yang diberikan
-99-

sejak mulai premedikasi, medikasi dan pengakhiran anestesi, serta


mencatat seluruh perkembangan pasien selama proses sedasi sesuai
dengan monitoring yang terpasang pada pasien. komplikasi yang
mungkin timbul serta koreksi yang diberikan dan kejadian-kejadian
khusus lainnya yang dialami pasien juga harus dicatat dan
didokumentasikan dalam status medik pasien.
e. Formulir Laporan operasi
Pelayanan pasca bedah tergantung pada kejadian dan temuan dalam
tindakan bedah. Jadi laporan operasi dalam status pasien termasuk
diagnosis pasca bedah, deskripsi dari prosedur bedah dan temuan (
termasuk specimen yang dikirim untuk pemeriksaan) serta nama ahli
bedah dan assisten bedah.Guna mendukung kontinum laporan dari
pelayanan pasca bedah, catatan operasi atau catatan lainnya harus
tersedia sebelum pasien meninggalkan ruang pulih pasca operasi.

J. Regulasi yg mengatur tentang operasi yg menggunakan implan dan


harus memperhatikan pertimbangan khusus ttg tindakan yg
dimodifikasi.
Banyak tindakan bedah menggunakan implan prostetik a.l. panggul,
lutut, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan operasi spt ini
mengharuskan tindakan operasi rutin yg dimodifikasi dgn
mempertimbangkan faktor khusus seperti:
1. Pemilihan implan berdasarkan peraturan perUUan
Diperlukan regulasi / SK direktur untuk mengatur penyediaan /
inplant oleh RSUD Tobelo
2. Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan
di kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi
operasi.
- Permintaan penggunaan inplant pada pasien, operator dapat
menginformasikan ke perawat kamar operasi dan dicatat pada form
konfirmasi,
- ketersediaan inplan dapat dilihat pada daftar inplant / dokter dapat
melihat langsung daftar dan mencatat kebutuhannya pada form
konfirmasi
- penandaan pemakaian inplat dicatat pada buku registrasi, form sign
in,time out/sign out dan tercatat pada laporan operasi jika ada stiker
no seri disertakan
-100-

3. kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yg dibutuhkan untuk


pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untuk
mengkalibrasi).
- operator pengguna inplant dapat meminta staf dari luar untuk
mendampingi operasi jika diperlukan difasilitasi pihak RSUD Tobelo.
4. proses pelaporan jika ada kejadian yg tidak diharapkan terkait implant
- Jika terjadi kejadian yang tidak diharapkan maka dibuat
kronologisnya
- penanganan selanjutnya operator membuat inform consent kembali
untuk mengangkat / mengganti inplan baru.
5. proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan pabrik.
- laporan complain diteruskan ke pabrik oleh iphak RSUD tobelo
disertai bukti oleh pihak penyedia barang (Farmasi ) RSUD Tobelo
6. pertimbangan pengendalian infeksi yg khusus.
- Pastikan sterilitas yang baik dan perlakuan khusus
- Jika terjadi kasus maka dilaporkan ke PPI RSUD tobelo
7. instruksi khusus kepada pasien setelah operasi.
- Tercatat pada informasi medis dan laporan operasi
8. kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan
kembali (recall) alat dgn melakukan a.l. menempelkan barcode alat di
rekam medis.
- penelusuran dapat dilakukan pada buku registrasi OK / RM setelah
diidentifikasi dan diperlukan penarikan / recall
-101-

BAB V
LOGISTIK

Pengendalian logistik merupakan suatu proses penerimaan dan


pengeluaran barang-barang baik berupa benang, obat, alat kesehatan dan
peralatan lain ( Habis Pakai ) yang diperlukan untuk menunjang proses
berjalannya suatu tindakan pelayanan dikamar operasi.
Pengendalian logistik diadakan agar semua barang/alat /obat habis
pakai yang masuk maupun yang keluar dapat terpantau dan terkontrol
dengan baik. Suplay barang/alat kekamar operasi tidak terputus dan apa
bila barang/alat hilang dengan mudah dapat segera diketahui dengan cara :
1. Menginventaris semua barang/alat kesehatan/obat habis pakai yang
diperlukan di instalasi kamar bedah
2. Menentukan jumlah stok yang harus disiapkan di instalasi kamar
operasi untuk masing-masing barang/alat kesehatan/obat.
3. Mengontrol semua barang/alat kesehatan/obat yang masuk dengan
mencek blanko permintaan instalasi kamar bedah ke instalasi farmasi
4. Mengontrol semua barang/alat kesehatan/obat yang keluar
Inventaris alat kesehatan habis pakai di instalasi kamar operasi Rumah
Umum Daerah Tobelo :

No. Nama Barang Jml/hari

1 ETT 2-8

2 ABOCATH 14-24

3 SPINOCAIN 24-26

4 NASAL CANUL

5 NON REBREATHING MASK

6 SPUIT 1-50

7 SECTION CANUL 8-14

8. GUDEL 3-5

9. LMA 3-5

10. HANDSCOEN 6-8

11 SENSI GLOVES

12. CATHETER FOLLEY 6-24


-102-

13. TROYCARD TUBE 20-32

14. URINE BAG

15. UROGARD

16. REDON DRAIN

17. PLESTER

18. HEPAFIX

19. CURAPORT

20. LAMATULLE

22. SUPRASORB C

23. SURGICELL

24. BONE WAX

25. CURASPON THT

26. JELL SPON

25. PREMILEN MESH

26. GUARDIX

27. PERIFIX

28. MESS NO 11-20

29. ENDOLUP

30. LIGACLIP

31. HEMOLOG

32. REDON DRAIN

33. UNDERPAD

34. LINA PEN

35. LINA CLEAR SIDE

36. ADHESIVE BLUE

37. NGT 3-18

38. VERSAPORT 5 DAN 11

39. OP SITE

40. ELASTIS VERBAND 3-6 INCI

41. SOFT BAND 3-6 INCI


-103-

42. T BRUSH

43. APRON

44. BAND AID

45. GYPSONA 3-6 INCI

46. JELLY KY

47. MITELA

BENANG :

49. VICRIL 0-8/0

50. PROLENE 1-7/0

51. NYLON 2/0-4/0

52. VIAMAC 1-3/0

53. OPTIME 2/0-3/0

54. FILAPEAU 2/0-3/0

55. T VIO 0-4/0

56. T SILK 2/0-3/0

55. T-NYLON 2/0-4/0

56. T-CHROMIC 1-4/0

57. SURGISILK 2/0-3/0

58. CROMIC HEPAR 1

59. CROMIC KASET 1

60 SILK KASET 1-3/0

61. TRANSFUSI SET

62. INFUS SET

63. CONECTA

64. EKSTENSION TUBE

65. ALKOHOL SWAP

66. TIP CLEANER

67. SKIN STEPLER

68. INDIKATOR TIP


-104-

69. KASA

70. ALKOHOL

71. H2O2

72. GERMISEP

73. SAFLON

74. HIBISCRUB

75. STABIMED

76. GYGAZIME
-105-

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
-106-

D. JENIS-JENIS KASUS
1. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah

2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable Adverse Event) :


Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir

3. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC ) Near Miss :


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (
commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

4. KESALAHAN MEDIS ( Medical Errors) :


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

5. KEJADIAN SENTINEL( Sentinel Event ) :


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang
salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (


seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
-107-

E. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga dan dokter PJP
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan
Insiden Keselamatan”
-108-

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. PENDAHULUAN
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran
HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan
gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan
14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang
yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk
menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di
Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan
prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
“ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak
dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
“Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara
terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab
itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
-109-

II. TUJUAN
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari
penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

III. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN (diekspos)


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
-110-

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Hampir semua tindakan medik menyimpan potensi resiko,oleh sebab


itu dalam meminimalkan segala resiko yang dapat ditimbulkan dari setiap
tindakan yang diberikan kepada pasien adalah dengan strategi
pengendalian mutu.
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi
kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan serta
sarana pelayanan penunjang lainnya. Proses pemberian pelayanan perlu
ditingkatkan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme serta sumber
daya kesehatan itu sendiri.
Sasaran pengendalian dan peningkatan mutu instalasi kamar operasi
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo antara lain :

I. SASARAN MUTU BEDAH


1. Kepatuhan Melaksanakan Surgical Safety Checklist Pada Pasien
Pembedahan
Judul Kepatuhan Melaksanakan Surgical Safety
Checklist Pada Pasien Pembedahan

Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan


operasi dan kesesuaian tindakan/prosedur
operasi dengan rencana yang telah ditetapkan

Definisi Operasional Surgical safety checklist adalah daftar list


klarifikasi keselamatan pasien yang
dibacakan/dicatat sebelum incise, selama operasi
dan sesudah operasi memastikan benar pasien,
benar area, dan benar tindakan/prosedur operasi
sesuai dengan yang direncanakan.

Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan

Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu


satu bulan dikurangi dilakukan pengisian
daftar tilik tanpa dibacakan sebelum incise

Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan

Sumber Data Rekam medis, pengamatan langsung dicatat pada


form survey setiap hari

Standar 100 %
-111-

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi

2. Penandaan Lokasi Operasi Pra Operasi


Judul Penandaan Lokasi Operasi Pra Operasi
Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan 1. Tercapainya sasaran keselamatan pasien tepat


lokasi, tepat prosedur, tepat pasien oprasi

2. kepatuhan operator dalam melaksanakan


penandaan sebelum dilakukan operasi (pra
bedah)

Definisi Operasional Penandaan Lokasi operasi Pra Operasi adalah


proses pemberian tanda pada daerah operasi yang
akan dilakukan incise, terutama pada dua sisi

Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan

Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu


satu bulan dikurangi yang dilakukan
penandaan di kamar operasi

Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan

Sumber Data Rekam medis (form pra bedah) , daftar tilik


keselamatan pasien , dicatat pada form survey
setiap hari

Standar 100 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi

3. Kelengkapan pengisian assemen pra bedah


Judul Kelengkapan pengisian assemen pra bedah

Dimensi Mutu Efektivitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi.

Tujuan Kedisiplinan pengisian assesmen pra bedah agar


terhindarnya hal yang tidak di kehendaki.

Definisi Operasional Assessmen pra bedah wajib dikerjakan terutama


-112-

pasien dari poliklinik / IGD / ranap yang telah


terdiagnosa bedah sejak awal dan direncanakan
operasi elektif maupun cito

Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan

Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu


bulan dikurangi yang tidak dilakukan pengisian
assessment pra bedah dilakukan dikamar operasi

Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan

Sumber Data Rekam medis ( form assessment pra bedah),


pengamatan langsung dicatat pada form survey
setiap hari

Standar 100 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi

4. Diskrepansi

Judul Diskrepansi

Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarkannya kepedulian dan ketelitian


instalasi kamar operasi terhadap keselamatan
pasien dalam hal penyimpangan diagnose
diskrepansi

Definisi Operasional Ketidak sesuaian antara diagnose pre operasi dan


diagnose post operasi

Frekuensi 1 Bulan dan sentinal event


Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event

Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu


bulan dikurangi jumlah diskrepansi dalam waktu
satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan

Sumber Data Rekam medis ( laporan operasi), buku registrasi


kamar operasi pengamatan langsung dicatat pada
-113-

form survey setiap hari

Standar ≤ 0,5 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi

II. SASARAN MUTU ANESTESI

5. Kelengkapan pengisian pra anestesi / pra sedasi


Judul Kelengkapan pengisian pra anestesi / pra
sedasi

Dimensi Mutu Kedisiplinan DPJP anestesi dalam mengisi form


pra sedasi/pra anestesi

Tujuan Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan


pengisian form pra anestesi/sedasi dan
kesesuaiannya tindakan anestesi dengan rencana
yang telah ditetapkan

Definisi Operasional Kedisiplinan DPJP anestesi dalam mengisi form


pra sedasi/pra anestesi dan
berkesinambungannya dengan tindakan anestesi
Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan


Numerator Jumlah pasien yang di operasi selama satu bulan
dengan anestesi (kecuali local anestesi )
dikurangi jawaban konsul/pengisian pra
anestesi/ pra sedasi dilakukan di kamar operasi

Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu


bulan (kecuali anestesi local)

Sumber Data Rekam medis (form konsul/pra sedasi/pra


anestesi)

Standar 100 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi
-114-

6. Kelengkapan pengisian status anestesi


Judul Kelengkapan pengisian status anestesi

Dimensi Mutu Kedisiplinan dan ketelitian penata anestesi dalam


mendokumentasikan status anestesi

Tujuan Tergambarkannya ketelitian dan kecermatan


penata anestesi dalam menginput data dan
monitoring

Definisi Operasional Kelengkapan pengisian / penginputan data


pasien dan pengamatan / monitoring selama
operasi berjalan
Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan

Numerator Jumlah pasien yang di operasi selama satu bulan


dengan anestesi dikurangi ketidak lengkapan
pengisian laporan anestesi

Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu


bulan

Sumber Data Rekam medis (form laporan anestesi),


pengamatan langsung dicatat pada form survey

Standar 100 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi

7. Kelengkapan pengisian status anestesi post operasi


Judul Kelengkapan pengisian status anestesi post
operasi

Dimensi Mutu Kedisiplinan dan ketelitian penata anestesi dalam


mendokumentasikan status anestesi post operasi

Tujuan Tergambarkannya ketelitian dan kecermatan


penata anestesi dalam menginput data dan
-115-

monitoring post operasi


Definisi Operasional Kelengkapan pengisian / penginputan data
pasien dan pengamatan / monitoring selama di
RR
Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan


Numerator Jumlah pasien yang dianestesi / sedasi dan
dimonitor di RR dalam satu bulan dikurangi
ketidak lengkapan pencatatan monitor post
operasi di RR

Denominator Jumlah pasien yang dianestesi / sedasi dan


dimonitor di RR dalam satu bulan

Sumber Data Rekam medis (form laporan anestesi post


anestesi), pengamatan langsung dicatat pada form
survey

Standar 100 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi

8. Konversi local anestesi/regional ke general Anestesi


Judul Konversi local anestesi/regional ke general
Anestesi

Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarkannya kenyamanan atau tidaknya /


kooperatip / tidaknya pasien sewaktu operasi dan
keselamatan tindakan anestesi dan monitoring
pasien selama proses pembedahan berlangsung

Definisi Operasional Konversi adalah suatu tindakan anestesi awalnya


local anestesi / regional karena berbagai alasan
maka dilakukan general anestesi

Frekuensi 1 Bulan dan sentinel event


Pengumpulan
Data

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event

Numerator Jumlah pasien yang dilakukan anestesi local /


regional dikurangi konversi general anestesi
-116-

selama satu bulan

Denominator Jumlah pasien yang dianestesi dalam waktu satu


bulan

Sumber Data Rekam Medis /laporan anestesi, pengamatan


langsung dicatat pada form survey.

Standar ≤ 0,5 %

Penanggung jawab Kepala instalasi kamar operasi


Karu kamar operasi
-117-

BAB IX
PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Instalasi kamar operasi


ini maka setiap petugas Rumah Sakit yang terkait agar senantiasa
memperhatikan dan menjalankan pelayanan bedah sebaik-baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis
keselamatan dan kepuasan pasien.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH TOBELO,
KABUPATEN HALMAHERA UTARA,

IRWANTO TANDAAN

Anda mungkin juga menyukai