TENTANG
MEMUTUSKAN
Kedua : Pedoman ini menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan
Organisasi Peningkatan Mutu.
Ditetapkan di Lhokseumawe
Pada Tanggal 15 April 2022
Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
dr. Arif Puguh Santoso,Sp.PD,M.Kes
Mayor Ckm NRP 11030001780475
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE
I. PENDAHULUAN
Masyarakat saat ini sangat kritis terhadap pelayanan kesehatan, karena pengetahuan
masyarakat tentang dunia kesehatan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
arus informasi media cetak, elektronik dan internet menimbulkan tingginya harapan
pasien akan kepuasan pelayanan rumah sakit. Selain dari itu dengan banyaknya
pertumbuhan rumah sakit, pasien memiliki banyak pilihan dalam menentukan rumah
sakit.
Rumah sakit harus mampu bersaing agar pasien dan keluarganya merasa aman
nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Salah satu strategi yang
paling tepat untuk mengimbangi hal tersebut adalah melalui pendekatan mutu
pelayanan yang harus dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan dan menyeluruh
sehingga stake holder maupun masyarakat yang membutuhkan, mendapatkan
kepuasan dan memenuhi harapannya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
II. GAMBARAN UMUM RS TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE
a) Ruang DOKMIL : 2 TT
b) Ruang VVIP : 5 TT
c) Ruang VIP : 5 TT
d) Ruang kelas I : 14 TT
e) Ruang Kelas II : 26 TT
f) Ruang kelas III : 94 TT
g) Ruang Isolasi : 11 TT
i. Ruang ICU : 6 TT
ii. Ruang NICU : 4 TT
iii. Ruang RICU : 4 TT
Jumlah : 171 TT
C. Tugas
Pokok
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar
dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit
menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Rumah sakit harus memiliki sumber daya
manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran
yang menjamin peningkatan mutu dan keselamatan pasien di semua tingkatan.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan penilaian
akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input
dan proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan
prosedur yang telah ditetapkan. Rumah sakit dipicu untuk dapat menilai diri (self
assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur
yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan
masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik
pula. Indikator rumah sakit disusun bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta
nyata sesuai standar yang ditetapkan.
Di lingkungan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 lhokseumawe upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien telah dilaksanakan dengan berbagai cara, baik mengikuti
akreditasi rumah sakit dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit maupun WHO serta standar
lainnya.
Dengan dilaksanakannya standarisasi mutu pelayanan, diharapkan mutu dapat terus
dikontrol (quality control) dan dikendalikan yang sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pasien rumah sakit. Untuk itu diperlukan suatu Pedoman Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien dalam rangka pelayanan yang akan menjelaskan prinsip
mutu pelayanan, langkah pelaksanaannya, penentuan indikator, penilaian, dsb.
Pemanfaatan pedoman ini akan melibatkan seluruh unit kerja di bidang/bagian dalam
mengendalikan dan meningkatkan pengelolaan mutu secara terpadu.
IV. TUJUAN
a. Tujuan Umum :
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan
rumah sakit.
b. Tujuan Khusus:
1. Terselenggaranya upaya peningkatan mutu yang menunjang keselamatan
pasien.
2. Terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar profesi.
3. Tercapainya profesionalisme dalam mutu pelayanan.
4. Tercapainya indikator mutu.
5. Terselenggaranya survei yang berkaitan dengan mutu.
V. PENGERTIAN
A. KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH
SAKIT
TK IV IM 07.01 lhokseumawe
1. Pengertian mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian
yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe
d. Karyawan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 lhokseumawe
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut input, proses dan output secara objektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang
diberikan di Rumah Sakit TK IV IM 07.01 lhokseumawe berdaya guna dan berhasil
guna.
Indikator :
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator
yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Standar :
Tingkat kinerja atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat kinerja atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
VI. KEBIJAKAN
1. UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. UU no 44 tahun 2009 tentang RS
3. UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. PMK no 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
5. PMK 129 tahun 2008 Standar Pelayanan Minimal RS
6. PMK 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
7. Panduan Nasional Keselamatan Pasien RS tahun 2008
8. Pedoman Clinical Pathway di RS tahun 2006
9. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan RS Depkes tahun 2001
10. Indikator Kinerja RS Depkes tahun 2005
11. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan RS (konsep dasar dan prinsip)
Depkes tahun 1994
12. Pedoman pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) KKP-RS Edisi 2 tahun
2008
13. PMK 80 TAHUN 2022 Tentang Peningkatan Mutu
VII. PENGORGANISASIAN
Di lingkungan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 lhokseumawe, Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) berada langsung di bawah pengawasan
Direktur Rumah Sakit. Ketua PMKP bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh mutu pelayanan dan risiko yang dilaksanakan di rumah
sakit, yang juga mencakup Akreditasi rumah sakit dan Standar Mutu Pelayanan (SMP). Dalam melaksanakan tugasnya Ketua PMKP dibantu oleh
Tim Mutu, Tim Manajemen Risiko dan Tim Keselamatan Pasien yang akan bekerja sama dengan semua unit kerja di rumah sakit.
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH IM 04.01
RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01
KETUA PMKP
Uraian Tugas
Wewenang
SEKRETARIS PMKP
Uraian Tugas
Wewenang
Uraian Tugas
Tanggung Jawab
Wewenang
Tanggung jawab
Wewenang
Uraian Tugas
1. Memberi masukan pada Direktur penyusunan Kebijakan Keselamatan Pasien
RS sesuai dengan standar
2. Menyusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Membuat laporan tahunan / laporan pelaksanaan program
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program melalui pertemuan berkala
5. Menyusun indikator keselamatan pasien RS
6. Menganalisa hasil pencapaian indikator keselamatan pasien
7. Membuat laporan periodik hasil pemantauan indikator keselamatan pasien
8. Menyelenggarakan dan menyiapkan kegiatan sosialisasi internal rumah sakit
tentang pencapaian indikator keselamatan pasien
9. Mendesimenasikan bahan rekomendasi hasil pemantauan indikator
keselamatan pasien dan pelaksanaan manajemen resiko ke unit terkait
10. Mengkoordinasikan pendokumentasian, evaluasi dan upaya tindak lanjut
atas Kejadian Nyaris Cedera (KNC) /Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dan
11. Melaksanakan koordinasi antar unit bila terjadi KTD dan KNC
12. Melakukan koordinasi tentang program Patient Safety dan manajemen resiko
dengan unit terkait dalam pembuatan RCA dan FMEA
Tanggung Jawab
Wewenang
Tanggung Jawab
Wewenang
Tanggung Jawab
Wewenang
VIII. KEGIATAN
Langkah-langkah upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien :
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan dengan menggunakan
manajemen mutu dan keselamatan pasien. Peran Direktur Rumah Sakit dan para
pimpinan dalam melakukan perencanaan dan mengembangkan program
peningkatan mutu serta keselamatan pasien, memilih indikator mutu di tingkat
rumah sakit (indikator area klinik, area manajemen, dan sasaran keselamatan
pasien) serta keterlibatannya dalam menindaklanjuti capaian indikator yang masih
rendah. Selain itu, Direktur dan para pimpinan juga berperan memilih area prioritas
sebagai area fokus untuk perbaikan.
1. Pemilihan dan penetapan indikator mutu
Indikator mutu yang dipilih dan ditetapkan untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, yaitu pemilihan dan penetapan prioritas pengukuran mutu
pelayanan dapat berupa indikator pada area klinis, manajerial atau sasaran
keselamatan pasien. Untuk indikator mutu dapat dipilih dari Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit (SPM) yang sesuai dengan kondisi di masing-masing unit
kerja. Pemilihan dan penetapan prioritas indikator dilakukam oleh Direktur, para
pimpinan dan Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien sedangkan
indikator mutu untuk tingkat unit dipilih oleh Kepala Unit dipilih oleh Kepala Unit
yang spesifik di unitnya.
Pemilihan indikator baik untuk tingkat rumah sakit maupun tingkat unit dilakukan
berdasarkan prioritas dengan kriteria :
a. Berisiko tinggi bagi pasien
b. Memerlukan biaya tinggi
c. Diberikan dalam volume besar
d. Cenderung menimbulkan masalah
Selain indikator prioritas tersebut di atas, pengumpulan data wajib juga
dilakukan pada 13 tiga belas) indikator mutu pelayanan di rumah sakit dari
Kementerian Kesehatan.
2. Pengukuran (pengumpulan validasi data)
Pengumpulan indikator mutu dilakukan melalui pengumpulan data dan validasi
data. Pengumpulan data dilakukan oleh pengumpul data sedangkan validasi
data dilakukan oleh validator yang tidak terlibat dalam pengumpulan data awal
(data yang dikumpulkan pengumpul data).
a. Pengumpulan data
Data dikumpulkan berdasarkan kamus indikator yang diukur. Dalam kamus
indikator dijelaskan mengenai : jenis indikator, judul indikator, definisi
operasional indikator, tujuan peningkatan mutu, numerator, denumerator,
kriteria eksklusi, sumber data, Penanggung jawab (nama & jabatan), alasan
pemilihan indikator, tipe indikator, jangka waktu laporan, frekuensi penilaian
data, metodologi pengumpulan data, target sampel & sampel size, area
monitoring, nilai ambang / standar, jelaskan pengumpulan data dan
analisisnya, jelaskan bagaimana data akan diseminasi ke staf, nama alat
atau nama file (lampirkan formulir alat audit). Data yang dikumpulkan dicatat
dalam formulir pengumpul data dari masing-masing indikator mutu.
b. Validasi data
Data untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasin harus valid, oleh
karena itu data yang telah dikumpulkan oleh pengumpul data harus divalidasi
oleh validator data.
Validator mengumpulkan ulang data yang dikumpulkan oleh pengumpul data,
kemudian diukur tingkat kesesuaian hasil pengukuran validator dengan
pengumpul data. Bila tingkat kesesuaiannya ≥ 90%, maka data yang
dikumpulkan oleh pengumpul data dikatakan “valid”. Validator pada saat
mengumpulkan data untuk validasi menggunakan format pengumpul data
yang sama dengan pengumpul data. Hasil validasi harus dilaporkan dan
didokumentasikan.
3. Analisis data
Data yang sudah valid kemudian dianalisis dengan cara (lihat SPO Analisis
Data) :
a. Membandingkan data / hasil pengukuran indikator mutu dari waktu ke waktu
di dalam rumah sakit sendiri (misalnya : membandingkan data bulanan,
triwulan, semester dan tahunan).
b. Membandingkan data / hasil pengukuran indikator mutu dengan data / hasil
pengukuran indikator mutu rumah sakit lain yang sejenis (with similar
organization), bila memungkinkan.
c. Membandingkan data / hasil pengukuran indikator mutu dengan standar (with
standard), bila memungkinkan.
d. Membandingkan data / hasil pengukuran indikator mutu dengan praktik yang
terbaik atau lebih baik atau dengan pedoman praktek yang diakui
(recognized desirable practices identified as best or better practices or
practice guidelines).
4. Perbaikan (perbaikan mutu tercapai dan dipertahankan)
Apabila capaian indikator mutu belum mencapai standar atau target maka harus
dilakukan upaya perbaikan dengan menggunakan siklus PDSA (Plan, Do, Study,
Act).
Siklus PDSA (lihat gambar 1) merupakan model 4 langkah untuk melakukan
perubahan / perbaikan. Model ini berbentuk siklus tanpa akhir, sehingga harus
dilakukan secara berulang-ulang untuk perbaikan peningkatan mutu yang terus
menerus.
1. Identifikasi peluang
c. Study (Mengevaluasi)
d. Act (Bertindak)
Melakukan tindakan berdasarkan hal-hal yang dipelajari pada tahap Study. Bila
perubahan / perbaikan tidak berhasil, lakukan kembali langkah-langkah PDSA
dengan rencana (Plan) yang berbeda. Bila berhasil, jadikan perubahan /
perbaikan tersebut sebagai standar dan berlakukan pada lingkungan yang lebih
luas. Pergunakan apa yang telah dipelajari untuk merncanakan perbaikan /
peningkatan mutu yang baru dimulai dengan siklus awal lagi.
Khusus untuk pengukuran, validasi dan analisis data dari indikator mutu yang
ditetapkan, monitoring dilakukan oleh Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien secara berkala (seminggu sekali) ke unit-unit kerja yang menjadi area
pengukuran indikator mutu, baik untuk tingkat rumah sakit maupun tingkat unit.
XI. PENUTUP
Perbaikan mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan berdasarkan data, dimana data
tersebut dapat dipergunakan secara efektif bila praktik-praktik klinis dan manajemen
yang telah terbukti dilaksanakan dalam konteks yang lebih luas. Upaya terus menerus
merencanakan, merancang, mengukur, menganalisis dan meningkatkan proses klinis
maupun manajerial harus diatur dengan baik dan membutuhkan kepemimpinan yang
jelas agar dicapai hasil maksimal.
Pendekatan ini telah memperhitungkan fakta bahwa sebagian besar proses perawatan
klinis melibatkan lebih dari satu unit dan dapat melibatkan banyak individu.
Pendekatan ini juga memperhitungkan bahwa sebagian besar masalah klinis dan
manajerial itu saling berhubungan.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan proses tersebut harus dipandu dengan
kerangka kerja yang menyeluruh baik bagi kegiatan manajemen maupun kegiatan
yang berkaitan dengan perbaikan mutu di rumah sakit, juga dipantau oleh Panitia
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
RUMAH SAKIT TK IV 07.01
A. Pendahuluan
1. Risiko
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian diantaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis.Namun tidak sedikit pula
yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat. Risiko didefinisikan
sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang
dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis
adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan
lain yang dialami pasien selama di Rumah Sakit. Sementara risiko non medis
ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial. Risiko
organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk
layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaianorganisasi.
Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontrol finansial yang
efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat menyediakan
pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007).
Menurut Dwipraharso(2004)risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal(umumnya bersifat
foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).
b. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’ (unavoidable).
c. Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter
tidak bertanggung jawab secara hukum.
Risiko yang unforeseeable = untoward results
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
2. Manajemen Risiko
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of
Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan
oleh Rumah Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan
risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi
Rumah Sakit.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktifdalam
melaksanakan manajemen risiko. Upaya manajemen risiko adalah : (RR,
Balsamo dan MD, Brown., 1998)
Level of risk ?
Yes Acceptable? No
I. Maksud :
Maksud manajemen risiko di Rumah Sakit Tk. IV IM 07.01 adalah upaya-
upaya yang dilakukan Rumah Sakit yang dirancang untuk mencegah
cedera pada pasien atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen
risiko dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan
memperbaiki kelemahan tersebut(dilakukan dengan menerapkan no
blame culture)
KriteriaPeluang (P)
Nilai Keterangan
10 Almost certain/Hampir pasti; Sangat mungkin akan terjadi/hampir
dipastikan akan terjadi pada semua kesempatan.
6 Quite possible/Mungkin terjadi; Mungkin akan terjadi atau bukan
sesuatu hal yang aneh untuk terjadi (50 – 50 kesempatan)
3 Unusual but possible/Tidak biasa namun dapat terjadi; Biasanya
tidak terjadi namun masih ada kemungkinan untuk dapat terjadi
tiap saat.
1 Remotely possible/Kecil kemungkinannya; Kecil
kemungkinannya untuk terjadi/sesuatu yang kebetulan terjadi
0,5 Conceivable/Sangat kecil kemungkinannya; Belum pernah terjadi
sebelumnya setelah bertahun-tahun terpapar bahaya/kecil sekali
kemungkinannya untuk terjadi
0,1 Practically impossible/ Secara praktek tidak mungkin terjadi;
Belum pernah terjadi sebelumnya di manapun/ merupakan
sesuatu yang tidak mungkin untuk terjadi
Ditetapkan : Lhokseumawe
Pada Tanggal : 15 April 2022
Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01