Anda di halaman 1dari 78

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH IM 04.

01
RUMAH SAKIT TK.IV IM.07.01

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI

RUMAH SAKIT TK.IV IM.07.01


JL. SAMUDERA NO 53A KP. JAWA LHOKSEUMAWE
LHOKSEUMAWE - INDONESIA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang
sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya
infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan,
pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir
ini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan
re-emerging diseases).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
bersama World Health Organization (WHO) ke rumah sakit di Propinsi/ Kota/
Kabupaten disimpulkan bahwa Komite Pencegahan dan pengendalian infeksi
selama ini belum berfugsi sebagaimana yang diharapkan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua unit di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, meliputi kualitas
pelayanan, manajemen risiko, clinical governance, serta kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman bagi Kepala rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dalam membentuk organisasi, menyusun serta
melaksanakan tugas, program, wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.
2. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan
PPI.
3. Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatam lainnya secara bermakna.
4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI.

1.1 Sasaran
Kepala Rumah Sakit Pengambil Kebijakan di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya tanpa kecuali.
BAB II
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM

2.1 Kebijakan
1. Surat Perintah Kepala Rumkit Tk IV IM 07.01 Nomor : 31/PPI.SK/I/2022
tanggal 04 Januari 2022 tentang Komite Dalam Rangka Peningkatan Mutu
Pelayanan Rumkit TK IV IM 07.01.
2. Semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus
melaksanakan dan pengendalian infeksi (PPI).
3. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya dan pedoman PPI lainnya yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan RI.
4. Karumkit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya membentuk KOMITE
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang langsung berada
dibawah koordinasi Ketua KOMITE dan KOMITE PPI mempunyai tugas,
fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya.
5. Untuk lancarnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, maka
setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya wajib memiliki
IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna waktu.

2.2 Dasar Hukum


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2006 tentang
kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Negara RI Nomor 4431).
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang
Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman pencegahan dan Pengedalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
12. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan KOMITE dan KOMITE
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
BAB III
VISI, MISI DAN MOTTO RUMAH SAKIT
3.1. VISI
Menjadikan Rumah Sakit TK IV IM 07.01. sebagai Rumah Sakit Kebanggaan
bagi Prajurit, ASN,dan Keluarganya serta Masyarakat kota Lhokseumawe dan Aceh
Utara

3.2. MISI
1. Memprioritaskan pelayanan yang terfokus kepada pelayanan pasien.

2. Mengutamakam keselamatan pasien

3. Meningkatkan kualitas SDM dengan pendidikan secara kesinambungan

4. Menjaga kebersihan lingkungan

5. Melaksanakan YANKES yang cepat, tepat, dan terarah.

3.3. Motto
5S
SENYUM
SALAM
SAPA
SOPAN
SANTUN

3.4. DASAR HUKUM


1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 27/MenKes/2017, tentang
Pedoman Manajerial PPI di Rumah sakit dan Fasilitas pelayanan
Kesehatan lainnya.
2. Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 382/MenKes/SK/III/ 2007 :
Tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129/MenKes/SK/II/2008,
tentang standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1165.A/MenKes/SK/X/2004,
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman pencegahan dan Pengedalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
6. Surat Edaran Dirjen Bina Pelayanan Medis nomor :HK.03.01/III/3744//2008,
tentang pembentukan Komite PPI RS
BAB IV
PENYELENGGARAAN PPI DI RUMAH SAKIT

4.1. Struktur Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Ppi)

KEPALA RS TK IV IM 07.01

dr. Arif Puguh.S, Sp.PD, M.Kes

KETUA KOMITE PPI

dr Ade Susanti

SEKRETARIS

Nursafitri, Amd.Kep

IPCN IPCD Anggota komite lainnya

Ns.Nursidah, S.Kep KSM TIM DOTS

Bedah TIM HIV


ipcln Obgyn
Anak LABORATORIUM
ipcln
Gigi
ipcln THT FARMASI
ipcln Mata STERILISASI
ipcln Internist
Jiwa LOUNDRY
ipcln
Urologi
ipcln GIZI
ipcln Kepala Rumah K3RS
Sakit Tk IV IM 07.01
ipcln
ipcln KAMAR JENAZAH
ipcln
KESLING
ipcln dr. Arif Puguh S ,Sp.PD,M.Kes
Mayor Ckm NRP 11030001780475
4.2. Uraian Tugas Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Ppi)
a. Kriteria AnggotaTIM PPIRS:
1. Mempunyai minat dalam PPIRS
2. Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPIRS
b. Uraian Tugas Jabatan
1. Anggota Komite
Tugas :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
e. Melakukan investigasi masalah atau kejadian luar biasa HAIs
(Healthcare Associated Infections).
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan
prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah
sakit dalam PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
k. Berkoordinasi dengan unit terkait lain dalam hal pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit, antara lain :
1) Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba (TPRA) dalam
penggunanan antibiotika yang bijak dirumah sakit berdasarkan
pola kuman dan resistensinya terhadap antibiotika dan
menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
2) Tim kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk menyusun
kebijakan.
3) Tim keselamatan pasien dalam menyusun kebijakan clinical
governance and patientsa fety.
l. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik
mengkaji kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai
kebijakan manajemen rumah sakit.
m. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai.
2. Ketua Komite
a. Bertanggungjawab atas:
1) Terselenggaranya dan evaluasi program PPI.
2) Penyusunan rencana strategis program PPI.
3) Penyusunan pedoman manajerial dan pedoman PPI.
4) Tersedianya SPO PPI.
5) Penyusunan dan penetapan serta mengevaluasi kebijakan
PPI.
6) Memberikan kajian KLB infeksi di RS.
7) Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan PPI.
8) Terselenggaranya pengkajian pencegahan dan pengendalian
risiko infeksi.
9) Terselenggaranya pengadaan alat dan bahan terkait dengan
PPI.
10)Terselenggaranya pertemuan berkala.
b. Melaporkan kegiatan Komite PPI kepada Direktur.
3. Sekretaris
a. Memfasilitasi tugas ketua komite PPI.
b. Membantu Koordinasi.
c. Mengagendakan kegiatan PPI

4.3. IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE)


a. Melakukan kunjugan kepada pasien yang beresiko diruangan setiap hari
untuk mengidentifikasi kejadian infeksi pada pasien, baik di rumah sakit dan
fasilitan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Memonitor pelaksanaan program PPI, kepatuhan penerapan SPO, dan
memberikan saran perbaikan bila diperlukan.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada komite PPI.
d. Urut serta melakukan kegiatan mendeteksi dan investigasi KLB.
e. Memantau petugas kesehatan yang terpajan bahan infeksius/tertusuk bahan
tajam bekas pakai untuk mencegah penularan infeksi.
f. Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan isolasi dan memberikan
konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus tertentu yang terjadi
difanyankes.
g. Melakukan audit PPI di seluruh wilayah fanyankes dengan menggunakan
daftar tilik.
h. Memonitor pelaksanaan pedoman penggunaan antibiotik bersama komite/tim
PPRA.
i. Mendesain, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan
surveilans infeksi yang terjaadi di fasilitas pelayanan kesehatan bersama
komite PPI.
j. Memberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI.
k. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
l. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang
PPIRS.
m. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pasien keluarga dan
pengunjung tentang topik infeksi yang sedang berkembang (New-Emerging
dan re-emerging) atau infeksi dengan insiden tinggi.
n. Sebagai koordinator antar departemen/unit dalam mendeteksi, Mencegah
dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
o. Memonitoring dan evaluasi peralatan medis Single Use yang di Re Use.

4.4. IPCLN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL LINK NURSE)


a. Mencatat data surveilan dari setiap pasien di unit rawat inap masing-masing.
b. Memberikan motivasi dan mengingatkan tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit
rawatnya masing-masing.
c. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menetapkan
kewaspadaan isolasi.
d. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya Hais pada
pasien.
e. Bila terjadi infeksi potensial KLB melakukan penyuluhan bagi pengunjung
dan konsultasi prosedur PPI berkoordinasi dengan IPCN.
f. Memantau pelaksanaan penyuluhan bagi pasien, keluarga dan pengunjung
dan konsultasi proseudur yang harus dilaksanakan

4.5. KSM
a. Melakukan pelayanan dengan standar pelayanan medik Bedah dan Non
bedah yang sudah ditetapkan oleh PPIRS Dalam membuat laporan tertulis
untuk Monev Sterilisasi tiap bulan.
b. Melakukan pelayanan kepada pasien baik Rawat Jalan maupun Rawat Inap
sesuai jadwal yang sudah disepakati.
c. Mencatat semua kegiatan pelayanan yang dilakukan terhadap pasien dalam
berkas Rekam Medik pasien.
d. Menerima konsul atau mengkonsulkan kasus yang perlu pemeriksaan atau
penanganan lebih lanjut.
e. Bersedia dihubungi sewaktu-waktu atau datang ke rumah sakit apabila ada
keadaan pasien yang memerlukan pertolongannya.
f. Bersedia dijadwal piket baik on site ataupun on call.
g. Terlibat dalam semua kegiatan yang berkoordinasi dengan Komite PPIRS
untuk peningkatan pelayanan medik
4. Uraian Tugas Instalasi
a. Membantu pelaksanaan program kegiatan yang dibuat oleh Komite PPIRS.
b. Melakukan pencatatan Audit dan monev dalam kegiatan PPIRS untuk
diserahkan ke IPCN

4.6. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Penunjang (Supporting System)


1. Sarana Kesekretariatan
 tenaga sekretaris yang full Komite.
 Komputer, printer dan internet.
 Telepon dan Faksimili.
 Alat tulis kantor.
2. Dukungan Manajemen
Dukungan yang diberikan oleh manajemen berupa:
a. Penerbitan Surat Keputusan untuk Komite dan Tim PPIRS.
b. Anggaran atau dana untuk kegiatan :
 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
 Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang
 Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan dan
rapat rutin
 Insentif/ tunjangan/ reward untuk Tim PPIRS
3. Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional
Kebijakan dan Satndar Prosedur Operasional yang perlu dipersiapkan
oleh rumah sakit adalah:
a. Kebijakan Manajemen
1) Ada kebijakan manajemen isolasi (isolation precaution):
- Kebersihan tangan
- Penggunaan alat pelindung diri (APD)
- Peralatan perawatan pasien
- Pengendalian lingkungan
- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
- Kesehatan karyawan/ perlindungan petugas kesehatan
- Penempatan pasien
- Etika batuk
- Praktek menyuntik yang aman
2) Ada kebijakan tentang pengembangan SDM dalam PPIRS
3) Ada kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat yang
melibatkan Komite PPIRS
4) Ada kebijakan tentang penggunaan antibiotic yang rasional
5) Ada kebijakan tentang pelaksanaan surveilans
6) Ada kebijakan tentang pemeliharaan fisik dan sarana yang
melibatkan KOMITE PPIRS
7) Ada kebijakan tentang kesehatan karyawan
8) Ada kebijakan penanganan KLB
9) Ada kebijakan penempatan pasien
10) Ada kebijakan upaya pencegahan infeksi ILO, IADP, ISK, HAP,
VAP
b. Kebijakan Teknis
 Ada SPO kebersihan tangan / hand Hygiene
 Ada SPO penggunaan alat pelindung diri (APD)
 Ada SPO pembuangan Limbah
 Ada SPO pengendalian lingkungan
 Ada SPO pemrosesan peralatan pasien
 Ada SPO Prosedur & penatalaksanaan linen
 Ada SPO Kesehatan Karyawan / Perlindungan petugas
kesehatan
 Ada SPO etika batuk
 Ada SPO praktek menyuntik yang aman
 Upaya- upaya pencegahan infeksi dan rekomendasinya
4. Pengembangan dan Pendidikan
a. KOMITE PPIRS
 Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut PPIRS
 Memiliki sertifikat PPIRS
 Mengembangkan diri mengikuti seminar, lokakarya dan
sejenisnya
 Bimbingan teknis secara berkesinambungan
b. Staf Rumah Sakit
 Semua staf rumah sakit harus mengetahui prinsip- prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi
 Semua staf rumah sakit yang berhubungan dengan pelayanan
pasien harus mengikuti pelatihan PPIRS
 Rumah Sakit secara berkala melakukan sosialisasi/ simulasi
PPIRS
 Semua karyawan baru, mahasiswa, harus mendapatkan orientasi
PPIRS
4.7. POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
Dalam buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya, yang diterbitkan oleh
DepKes RI 2007 disebutkan bahwa :

a. Rumah Sakit harus memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1
(satu) IPCN untuk tiap 100 – 150 tempat tidur
b. Satu orang IPCO membawahi setiap 5 (lima) orang IPCN
c. Dalam bekerjanya seorang IPCN dapat dibantu oleh IPCLN dari setiap unit.

KOMITE PPI Rumah Sakit TK IV IM 07.01. untuk saat ini memiliki pola
ketenagaan dan kualifikasi personil sebagai berikut:
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Kebutuhan Nyata Kekurangan

Infection Dokter Ahli APSIC 1 1 -


Prevention and Infeksi Training
Control Course on
Officer / Doctor Hospital
(IPCO / IPCD) Infection
Control

Infection Sarjana Kursus Dasar 2 1 1


Prevention and Keperawatan Pengendalian
Control Nurse Infeksi
(IPCN) Nosokomial

Infection Sarjana Pelatihan 10 10 -


Prevention and Keperawatan Pengendalian
Control Link dan D3 Infeksi
Nurse (IPCLN) Keperawatan Nosokomial
Bab V
PROGRAM PPI

5.1. Program PPI


Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang
harus dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan
rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN POKOK Sasaran Indikator

A. Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit


1. Kebersihan tangan Seluruh unit Seluruh karyawan Rumah
a. Pemasangan handrub Sakit TK IV IM 07.01
produksi RS berstandar WHO terutama di pelayanan
disetiap tempat tidur pasien menerapkan 6 langkah dan 5
rawat inap waktu cuci tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD) Seluruh unit APD tersedia diseluruh unit
Memastikan kelengkapan APD pelayanan sesuai kebutuhan
disetiap unit pelayanan
3. Peralatan perawatan pasien Sterilisasi Ada mesin sterilisasi suhu
1. Unit sterilisasi baik suhu tinggi rendah (plasma) untuk
maupun suhu plasma menyeterilkan peralatan
2. Menjamin mutu sterilisasi yang tidak dapat disterilkan
melalui indikator sterilisasi dengan suhu tinggi.
(indikator mekanik,kimia dan Semua peralatan yang
biologi) disterilkan menggunakan
indikator sterilisasi
4. Manajemen limbah dan benda Seluruh unit Tersedia tempat limbah
tajam yang sesuai jenisnya.
1. Pengelolaan limbah infeksius menghasilkan Limbah ditempatkan /
dan non infeksius limbah benda dibuang pada wadah yang
2. Pengelolaan benda tajam tajam termasuk tepat sesuai jenisnya
dengan safety box, limbah laboratorium
benda tajam harus ditempatkan
kedalam wadah yang tahan dan radiologi
tusuk dan tahan air
3. Penanganan tumpahan darah
dan cairan tubuh
5. Pengendalian lingkungan rumah Seluruh area Pembersihan area Rumah
sakit : RS Sakit dilakukan sesuai
1. Pengawasan kebersihan bekerjasama dengan standar
lingkungan rumah sakit dan dengan IPAL,
area sekitar pasien dan
2. Penanganan tumpahan darah housekeeping
atau cairan tubuh sesuai
prosedur
3. Penggunaan desinfektan
6. Penanganan linen Laundry dan Ada troli untuk linen bersih
1. Memisahkan proses seluruh unit dan troli untuk linen kotor
pengelolaan linen infeksius dan yang keduanya tertutup
non infeksius Ada mesin cuci infeksius dan
2. Menggunakan troli tertutup dan non infeksius
berbeda untuk linen kotor dan
bersih
7. Penyuntikan yang aman Seluruh unit Jarum suntik habis pakai
1. Tidak memakai ulang jarum pelayanan langsung dibuang ke wadah
suntik limbah benda tajam
2. Tidak memakai ulang jarum
maupun spuit untuk mengambil
obat dalam vial multidose
3. Pertahankan teknik aseptik dan
antiseptik pada pemberian
suntikan
4. Tidak melakukan recapping
jarum suntik habis pakai
8. Kebersihan pernafasan / etika Karyawan, Poster etika batuk dipasang
batuk sosialisasi poster dan spo pasien dan di area perawatan pasien
etika batuk pengunjung dan area umum
9. Prosedur isolasi Pasien dengan Pasien TBC di rawat di ruang
Membuat kebijakan ruang isolasi penyakit isolasi
airbone menular melalui
airbone
B. Surveilans Infeksi Nosokomial
1. Melakukan rapat koordinasi Komite Anggota Komite Terlaksananya koordinasi
PPI/IPCN setiap bulan dengan PPI / IPCLN Komite PPI
IPCLN
2. Melakukan survei setiap hari ke Seluruh unit Tersedianya hasil surveilans
pasien dengan populasi pasien pelayanan HAIs
resiko tinggi dengan tindakan
invasive
(IDO,ISK,IADP,VAP,Phlebitis)
3. Monitoring : Seluruh unit Tersedianya laporan hasil
 Monitoring Sterilisasi di pelayanan, surveilans HAIs
Rumah Sakit IPCN dan
 Monitoring Manajemen IPCLN
laundry dan linen di Rumah
Sakit
 Monitoring Peralatan
kadaluwarsa, single-use
menjadi re-use di Rumah
Sakit
 Monitoring Pembuangan
sampah infeksi & cairan tubuh
di Rumah Sakit
 Monitoring Penanganan
pembuangan darah dan
komponen darah di Rumah
Sakit
 Monitoring Area kamar mayat
dan post mortem di Rumah
Sakit
 Monitoring Pembuangan
benda tajam dan jarum di
Rumah Sakit
 Monitoring Pencatatan dan
pelaporan tertusuk jarum di
Rumah Sakit
 Monitoring penggunaan ruang
Isolasi di Rumah Sakit
 Monitoring kepatuhan Hand
hygiene dan etika batuk di
Rumah Sakit
 Monitoring kepatuhan
penggunaan Alat Pelindung
Diri di Rumah Sakit
4. Membuat laporan hasil survei Komite PPI Tersedianya laporan hasil
perbulan, triwulan, dan laporan surveilans dan disposisi
tahunan ke karumkit direktur
5. Melakukan analisa dari hasil Seluruh unit Tersedianya hasil surveilans
survei, memberikan rekomendasi HAIs
dan dideseminasi pada pihak
manajemen dan yang
berkepentingan
6. Mencegah dan mengendalikan Seluruh unit a. Angka infeksi daerah
infeksi di Rumah Sakit dengan operasi 2 %
target dibawah standar pelayanan b. Angka infeksi saluran
minimal, penurunan angka HAIs kemih < 4,7 ‰
sebagai prioritas c. Angka Infeksi Aliran
Darah Primer 3,5 ‰
d. Angka infeksi
pemasangan ventilator /
VAP 5 ‰
e. Angka plebitis < 1‰
7. Melakukan investigasi bila terjadi Unit Ada tim investigasi dan SPO
outbreak HAIs atau penyakit bersangkutan
menular
C Pendidikan dan Pelatihan
1. Pelatihan / In House Training PPI Karyawan Karyawan Rumah Sakit
untuk karyawan Rumah Sakit Rumah Sakit memahami tentang PPI

2. Pelatihan / Eks House Training PPI Komite PPI Anggota PPI memahami
Dasar tentang PPI
3. Pelatihan / Eks House Training Petugas Semua petugas sterilisasi
Sterilisasi Sterilisasi sudah mengikuti pelatihan
dan bersertifikat
4. Pelatihan Eks House Training Ipcn IPCN Meningkatkan kompentensi/
Lanjutan pemahaman tentang tugas
dan tanggung jawab ipcn
5. Pelatihan Eks House Training Ipcd dokter Meningkatkan kompentensi/
pemahaman tentang tugas
dan tanggung jawab dokter
PPI
6. Pengadaan sarana sosialisasi PPI Seluruh PPI tersosialisasi melalui
(Poster, banner, spanduk, liflet) lingkungan RS poster, banner dll
diseluruh lingkungan Rumah Sakit
D Penggunaan Obat Antibiotika secara Rasional
1. Monitoring pemakaian antibiotika Petugas PPRA Pemakaian antibiotika
terlaksana secara rasional
E Kesehatan karyawan
1. Pemeriksaan karyawan diruang OK,ISOLASI,GI Nakes di area beresiko
berisiko ZI,ICU,IGD,Lau mempunyai kekebalan hep B
ndry,Kamar
Jenazah,
Laboratorium,C
nd,
Nicu,Tukang,
Cleaning
Service.
2. Penatalaksanaan kesehatan Seluruh unit Kebijakan dan SPO
karyawan akibat pajanan penanganan pascapajanan
E Audit
Audit implementasi kewaspadaan Seluruh unit Kepatuhan baik bila
isolasi mencapai angka > 85 %

5.2. Cara Pelaksanaan Kegiatan


1. Pelaksanaan surveilans harian dilaksanakan oleh Tim IPCLN dengan
mengisi formulir surveilans setiap hari pada setiap pasien yang terpasang
alat kesehatan(ETT, CVL, IVL, UC) dan penggunaan anti biotik.
2. Melaksanakan surveilans bulanan dengan cara mengumpulkan data harian
dari hasil surveilans harian untuk di hitung angka kejadian infeksi di ruang
rawat inap serta melakukan Investigasi outbreak Rumah Sakit.
3. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
Infection Control Risk Assesment (ICRA) dengan cara melakukan audit.
4. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar
sterilisasi dengan cara melakukan audit.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar
manajemen laundry dengan cara melakukan audit.
6. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
peralatan kadaluwarsa, single-use menjadi re-use dengan cara
melakukan audit.
7. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
pembuangan sampah infeksi & cairan tubuh dengan cara melakukan audit.
8. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
penanganan pembuangan darah dan komponen darah dengan cara
melakukan audit. (Bekerjasama dengn IPAL)
9. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
pengawasan area kamar mayat dan post mortem dengan cara melakukan
audit.
10. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
Pembuangan benda tajam dan jarum dengan cara melakukan audit.
11. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum dengan cara melakukan audit.
12. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
isolasi dengan cara melakukan audit.
13. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
kepatuhan Hand higiene dan etika batuk dengan cara melakukan audit.
14. Membuat pelatihan berkesinambungan (inhouse training) tentang PPI bagi
seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis). Program in house
training PPI akan berkoordinasi dengan bagian diklat yang dilaksanakan
rutin dan berkesinambungan. Setiap petugas yang sudah mengikuti
kegiatan in house training akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti
keikutsertaannya.
15. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan stándar
kepatuhan pemakaian Alat Pelindung diri dengan cara melakukan audit.

5.3. Sasaran program dengan melibatkan :


1. Seluruh staf RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan
pelayanan kepada pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di
unitmya masing-masing.
2. Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut
serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan
secara langsung (face to face) ataupun dikumpulkan dalam suatu
pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan dengan PPI.

3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke Rumah Sakit diberikan edukasi tentang
PPI dengan harapan ikut pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit terutama tentang aturan yang harus dipatuhi dan
dijauhi ketika mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit menular,
immunocompromised, maupun tentang upaya lain yang berhubungan
dengan PPI.

5.4. Menurunkan Angka Insiden Infeksi Rumah Sakit/incident rate HAIs.


Sasaran yang ingin di capai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
di Rumah Sakit untuk menurunkan angka insiden infeksi Rumah Sakit tahun 2022
adalah:
1. Surveilans Infeksi Rumah Sakit
a. Angka insiden ISK < 1 kasus per 1000 hari pemakaian kateter urine
menetap (<5%0) dalam suatu periode tertentu ( 1 bulan ) meliputi ruang
intensif ( ICU
b. Angka insiden VAP < 1 kasus per 1000 hari pemakaian ventilator (<5%0)
dalam satu periode tertentu (1 bulan) yang terfokus pada pasien yang di
ruang rawat intensif (ICU)
c. Angka insiden Plebitis < 2 kasus per 1000 hari pemakaian infus menetap
(<5%) dalam suatu periode tertentu ( 1 bulan ) meliputi ruang intensif
(ICU)
d. Angka insiden IDO < 1 kasus per 100 tindakan operasi (<5%) meliputi
semua pasien paska operasi di Rumah Sakit TK IV IM 07.01 yang
sedang dirawat dan setelah pasien keluar dari RS yaitu di Poliklinik
Bedah
2. Investigasi outbreak/KLB
Sasaran surveilans kuman multiresisten adalah menurunnya angka insiden
seperti ESBL (Extended Spectum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug
Resistent Organism), MRSA (Methicyllin Resistant Staphylococcus Aerus),
yaitu pada pasien yang sudah dinyatakan infeksi dan atau dicurigai infeksi
yang sedang dirawat di semua ruang perawatan. Sasarannya
pencapaiannya adalah tidak ditemukan kuman multiresisten (0%) dalam 6
bulan
3. Audit Kepatuhan
a. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua
petugas baik medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas
radiologi, petugas laboratorium, petugas kebersihan. yang terlibat
langsung dalam pelayanan pasien meliputi di unit rawat jalan, kamar
operasi dan rawat inap. Sasaran pencapaian kepatuhan kebersihan
tangan adalah target 85% dalam jangka waktu 3 bulan
b. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan
khususnya diruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan
bersamaan dengan kunjungan ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah
100% dalam 1 bulan.
c. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari bersamaan dengan
kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/perawatan untuk melihat
apakah sarana dan prasarana pendukung di semua unit tersedia, tidak
lengkap atau salah/tidak digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah
100% dalam waktu 3 bulan
4. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program
edukasi dibagi dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non
medis), pasien, keluarga pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non
petugas yang tidak melayani pasien langsung tetapi berada di lingkungan
rumah sakit seperti petugas parkir.
a. Staf baru
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan edukasi
PPI saat mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di Rumkit
TK IV IM 07.01. Sasaran pencapaian adalah semua staf baru yang akan
bekerja di Rumkit TK IV IM 07.01 sudah teredukasi PPI (100%).
b. Staf lama
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi yang
dilakukan staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi
sebelumnya, sehingga dapat diketahui siapa yang belum menjalani
kegiatan edukasi. Peningkatan pengetahuan untuk seluruh staf dalam
bentuk in house training PPI sehingga mempunyai persepsi dan
pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi. Sasaran pencapaian
adalah 100% staf sudah teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.
c. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan melalui leaflet oleh
IPCLN, petugas ruangan atau IPCN saat kunjungan langsung ke unit
layanan perawatan tentang kebersihan tangan, pencegahan penyebaran
penyakit infeksi dirumah sakit, dan pengelolaan penyakit infeksi di rumah
sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada pasien adalah lebih dari 60%
sudah teredukasi PPI dalam waktu 6 bulan
d. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung/keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi
dengan petugas keperawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik/unit rawat
jalan dan ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan, pencegahan
penyebaran penyakit infeksi dirumah sakit, kebersihan lingkungan,
pengenalan penyakit seperti penyakit menular, DM, penyakit jantung, dll.
Sasaran pencapaian edukasi kepada pengunjung adalah lebih dari 60%
sudah teredukasi PPI dalam waktu 3 bulan
e. Petugas lainnya
Seperti petugas parkir, tukang, petugas kebersihan sasaran pencapaiannya
adalah >80% petugas teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun

5.5. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman dan


SPO Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan
1. Area Pelayanan
a. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit
Sasaran yang dicapai adalah seluruh lingkungan rumah sakit yaitu
semua lingkungan di unit-unit pelayanan/perawatan dan lingkungan di
sekitar rumah sakit.
b. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit
Sasaran yang dicapai adalah instalasi sterilisasi sentral yang meliputi
petugas, alat-alat, mesin, dan lingkungan
c. Monitoring pelaksanaan manajemen linen di rumah sakit
Sasaran yang dicapai adalah yang meliputi petugas, linen,
alat-alat/mesin, dan lingkungan
d. Monitoring pelaksanaan pelayanan gizi
Sasaran yang dicapai adalah yang diinstalasi gizi meliputi petugas,
bahan makanan jadi, bahan makanan mentah, alat-alat, dan lingkungan
e. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenazah
Sasaran yang dicapai adalah yang diinstalasi kamar jenazah meliputi
petugas, pengelolaan jenazah, alat-alat, dan lingkungan
f. Monitoring pelaksanaan pembuangan sampah infeksius dan cairan
tubuh
Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan dan laboratorium
g. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
Sasaran yang dicapai adalah diruang perawatan, laboratorium meliputi
petugas, tempat sampah benda tajam, dan lingkungan
h. Monitoring penggunaan ruang isolasi
Sasaran yang dicapai adalah di ruang Teuku Umar khususnya diruangan
bertekanan negatif untuk pasien dengan kasus airbone diseases.
i. Monitoring pelaksanaan renovasi bangunan di Rumah Sakit TK IV IM
07.01
Sasaran yang ingin dicapai adalah bila ada kegiatan renovasi seperti
perbaikan gedung.
2. Area Staf
a. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum
Sasaran yang dicapai adalah diruang perawatan, laboratorium, dan
radiologi meliputi hasil dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden
sehingga semua insiden dapat terlaporkan (100%).
b. Monitoring kesehatan karyawan
Sasaran yang dicapai adalah disemua unit pelayanan, meliputi semua
petugas terutama di unit pelayanan yang beresiko tinggi seperti
OK,ISOLASI,GIZI,ICU,IGD,Laundry,Kamar Jenazah, Laboratorium,Cnd,
Nicu,Tukang, Cleaning Service.
3. Area Pengunjung
Monitoring penerapan PPI di area pengunjung Seperti di lobby atau area
tunggu. Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung yang
datang ke rumah sakit

5.6. Meningkatkan kualitas dan kompetensi petugas tim PPI


1. Membuat usulan pelatihan IPCN Lanjutan
Sasaran yang dicapai adalah 100% petugas IPCN dapat mengikuti pelatihan
lanjutan dalam 1 tahun
2. Membuat usulan pelatihan IPCD untuk tenaga dokter PPI
Sasaran yang dicapai adalah 100% dari dokter dapat mengikuti dan memiliki
sertifikasi pelatihan IPCD dalam 1 tahun
3. Membuat usulan pelatihan CSSD untuk SDM di unit sterilisasi
Sasaran yang dicapai adalah 100% dari petugas unit sterilisasi dapat
mengikuti dan memiliki sertifikasi CSSD dalam 1 tahun
4. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi
seluruh petugas rumah sakit
5. Sasaran yang dicapai adalah >80% petugas di Rumah Sakit TK IV IM 07.01
dapat mengikuti kegiatan in house training dan kegiatan dapat terlaksana
minimal 1 kali dalam setahun
6. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional
Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua petugas PPI dapat mengikuti
seminar/simposium/work shop dalam 1 tahun

5.7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM KERJA PPI


BULAN
No KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan sosialisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kebersihan tangan

2 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √


pemakaian APD
3 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
Sterilisasi di rumah sakit
4 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
pembuangan limbah dan
benda tajam
5 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
pembuangan sampah
infeksius dan cairan tubuh
6 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
penanganan linen
7 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
penyuntikan yang aman
8 Sosialisasi etika batuk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √


prosedur isolasi
10 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
kamar jenazah
11 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √
kebersihan dapur
12 Pencatatan dan pelaporan INSIDENTIL
tertusuk jarum
13 Melakukan surveilans √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

14 Monitoring dan evaluasi INSIDENTIL


outbreak
15 Diklat √ √

16 Monitoring dan evaluasi √ √ √ √


kesehatan karyawan
17 Audit √ √ √ √

N
Jenis Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
o
1 Pelaksanaan Surveilans
Rekap Laporan: Koordinasi dengan
a. Laporan Bulanan setiap ruang rawat
b. Laporan Triwulan Januari s/d Desember 2022 inap, rawat jalan,
c. Laporan Tahunan Maret,Juni,September,Desember ICU.
2022
Desember 2022
2 Melakukan Investigasi Koordinasi dengan
outbreak setiap ruang rawat
Rekap Laporan: Desember 2022 inap, rawat jalan,
a. Laporan Tahunan UGD, K3RS dan
TIM PPI
3 Membuat Infection
Control Risk Assesment Koordinasi dengan
(ICRA) PMKP IPSRS,
Rekap Laporan: K3RS
Desember 2022
a. Laporan tahunan

4 Monitoring Sterilisasi Koordinasi dengan


Rekap Laporan: setiap ruang rawat
a. Laporan Bulanan inap, rawatjalan
b. Laporan Triwulan Januari s/d Desember 2022 dan kamar bedah

c. Laporan Tahunan Maret,Juni,September,Desember


2022

Desember 2022
5 Monitoring Manajemen Koordinasi dengan
laundry dan linen setiap ruang rawat
Rekap Laporan: inap, rawat jalan
a. Laporan Bulanan Januari s/d Desember 2022 dan manajemen
b. Laporan Triwulan Maret,Juni,September,Desember laundri dan linen.
2022
c. Laporan Tahunan Desember 2022
6 Monitoring Peralatan
kadaluwarsa, single-use
Koordinasi dengan
menjadi re-use
setiap ruang rawat
Rekap Laporan:
inap, rawat jalan
a. Laporan Bulanan Januari s/d Desember 2022
dan kamar bedah
b. Laporan Triwulan Maret,Juni,September,Desember
2022
c. Laporan Tahunan Desember 2022
7 Monitoring
Koordinasi dengan
Pembuangan sampah
setiap ruang rawat
infeksi & cairan tubuh
inap, rawat jalan
Rekap Laporan: Januari s/d Desember 2022
dan sanitasi
a. Laporan Bulanan Maret,Juni,September,Desember
lingkungan
b. Laporan Triwulan 2022
c. Laporan Tahunan Desember 2022
8 Monitoring Penanganan
pembuangan darah dan Koordinasi dengan
komponen darah setiap ruang rawat
Rekap Laporan: Januari s/d Desember 2022 inap, rawat jalan
a. Laporan Bulanan Maret,Juni,September,Desember dan kamar bedah,
b. Laporan Triwulan 2022 sanitasi lingkungan
c. Laporan Tahunan Desember 2022
9 Monitoring Area kamar Koordinasi dengan
mayat dan post mortem setiap ruang rawat
Rekap Laporan: Januari s/d Desember 2022 inap, rawat jalan ,
a. Laporan Bulanan Maret,Juni,September,Desember ICU, UGD, Kamar
b. Laporan Triwulan 2022 Bedah, Kamar
c. Laporan Tahunan Desember 2022 jenazah
10 Monitoring Koordinasi dengan
Pembuangan benda setiap ruang rawat
tajam dan jarum inap, rawat jalan ,
Rekap Laporan: Januari s/d Desember 2022 ICU, UGD, Kamar
a. Laporan Bulanan Maret,Juni,September,Desember Bedah, IPSRS
b. Laporan Triwulan 2022
c. Laporan Tahunan Desember 2022
11 Monitoring Pencatatan Koordinasi dengan
dan pelaporan tertusuk setiap ruang rawat
jarum inap, rawat jalan,
Rekap Laporan: Januari s/d Desember 2022 UGD
a. Laporan Bulanan Maret,Juni,September,Desember K3RS, Komite PPI,
b. Laporan Triwulan 2022 PMKP
c. Laporan Tahunan Desember 2022
13 Monitoring kepatuhan Koordinasi dengan
Hand hygiene setiap ruang rawat
Rekap Laporan: Januari s/d Desember 2022 inap, rawat jalan,
a. Laporan Bulanan Maret,Juni,September,Desember UGD, ICU, Kamar
b. Laporan Triwulan 2022 Bedah, Komite PPI
c. Laporan Tahunan Desember 2022
14 Pendidikan dan Januari s/d Desember 2022 Koordinasi dengan
Pelatihan Instalasi
a. Kursus Dasar Pendidikan
Pencegahan
pengendalian Infeksi
b. Kursus Lanjutan
Pencegahan dan
pengendalian Infeksi
c. Pelaksanaan
sosialisasi kursus
dasar dan lanjutan
PPI
d. Pelaksanaan
sosialisasi atau
orientasi
pengendalian HAIs
pada pasien,
pengunjung,
karyawan dan staf
15 Program Pelayanan Juli dan Desember 2022 Koordinasi dengan
Kesehatan PMKP dan K3RS
Staf/Pegawai
Bab VI
Pengkajian risiko
6.1. Pengertian
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah
risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang
dialami pasien selama di Rumah Sakit. Sementara risiko non medis ada yang berupa
risiko bagi organisasi maupun risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang
berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem
informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaianorganisasi.
Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontrol finansial yang
efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan
akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007).
Menurut Dwipraharso(2004)risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal(umumnya bersifat foreseeable but
unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’ (unavoidable).
3. Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak
bertanggung jawab secara hukum
6.2. Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko
1. Meningkatkan peran Rumah Sakit dan manajemen dalam mencegah
error dengan cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya,
prosedur dan sistem pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan
lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan dalam bentuk SPO, clinical practice
guidelines, clinical pathway dll.
2. Meningkatkanperan staf RumahSakit agar terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit untuk mampu
mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis kejadian medical error dan
melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi error yang sudah terlanjur
terjadi.
3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang
bekerja dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh
kinerja manajemen rumah sakit yang baik, mulai dari dukungan moral,
finansial, ,teknis dan oprasional hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara
pihak manajemen dengan pihak praktisi.
6.3. Manajemen Risiko
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare
Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh Rumah
Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera
atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi Rumah Sakit.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.

6.4. Tahapan manajemen risiko


1. Risk Awareness. Seluruh staf Rumah Sakit harus menyadari risiko yang
mungkin terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis.
Metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain: Self-assessment,
sistem pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan
insiden) dan audit klinis.
2. Risk control (and or Risk Prevention).
Langkah-langkah yang diambil manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya
yang dilakukan:
a. Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
b. Mengurangi risiko(control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun
terhadap derajat keparahannya.
c. Mengurangi dampaknya.
3. Risk containment Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat
suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak
terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi
besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam
mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh
komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan
menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko
tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem
asuransi
6.5. Tujuan dilakukannya manajemen risiko
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
2. Meningkatkan akuntabilitas\
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
5. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan
adanya antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya.
Bab VII

Peralatan medis dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

7.1. Pengertian
a. Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
b. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
c. Autoclave adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk sterilisasi
dengan menggunakan uap yang bertekanan.
d. Bioburden adalah jumalah mikroorganisme pada benda yang
terkontaminasi.
e. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi
sampai sterilisasi.
f. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
( panas) atau kimia.
g. Indikator Kimia adalah suatau alat berbentuk strip atau tape yag menandai
terjadi pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan telah tercapai.
h. Indikator Mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain – lain
pada mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
i. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
7.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
 Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan unit stertlisasi di
rumah sakit.
 Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil
sterilisasi.
 Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana memberikan
pelayanan unit sterilisasi
7.3. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. PERENCANAAN
Menyusun kebutuhan barang di pelayanan sterilisasi dalam rangka
memenuhi kegiatan secara periodik dengan melampirkan daftar stok akhir
serta jumlah barang yang dibutuhkan.
B. PENGADAAN
Adalah proses pengadaan alat sesuai rencana kebutuhan untuk kebutuhan
untuk mencapai tujuan pelayanan Unit Kamar Operasi dan Instalasi yang
terkait.

7.4. PENCATATAN - PENERIMAAN – PENDISTRIBUSIAN BARANG YANG


DISTERILKAN
A. Pengertian
a. Pencatatan dan pelaporan adalah suatu kegiatan mencatat data yang
diperlukan agar dapat dibaca, dibuat laporan dan didokumentasikan.

b. Barang steril adalah semua peralatan baik alat tenun, instrumen maupun
alat kesehatan lainnya yang sudah dilakukan proses sterilisasi di Unit Kamar
Operasi dan Instalasi yang terkait

B. Tujuan Pencatatan Dan Pelaporan


a. Sebagai alat informasi dan komunikasi dalam menyampaikan berita dan
keterangan secara berkesinambungan dalam pelayanan sterilisasi.
b. Sebagai evaluasi untuk menilai kegiatan pelayanan sterilisasi.
c. Sebagai dokumentasi yang merupakan bukti nyata yang dapat digunakan
bila terdapat penyimpanan.
d. Sebagai data untuk alokasi penyusunan kebutuhan dana yang diperlukan
untuk pemeliharaan alat.pengusutan alat baru maupun kebutuhan
operasional kegiatan.

C. Karasteristik Pencatatan Dan Pelaporan


a. Akurat.
b. Ringkas.
c. Cermat / teliti.
d. Dipercaya.
e. Terbaru.
f. Terorganisir.
D. Pedoman Pencatatan
a. Tulisan jelas dapat dibaca.
b. Sistematis.
c. Catat waktu dan tanggal.
d. Cantumkan nama yang
mencatat.
e. Pergunakan istilah,
singkatan atau simbol yang lazim dipergunakan.
E. Alur Kegiatan
Semua barang yang akan disterilkan dari ruang perawatan maupun bagian
steril yang dikeluarkan dari Kamar Operasi harus melalui tempat
penerimaan maupun tempat pengeluaran barang dan dicatat dalam buku
eskpedisi
BAB VIII
KEBERSIHAN LINGKUNGAN

8.1. Pengertian
kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Penyelenggaraan kesehatan
lingkungan ini diselenggarakan melalui upaya penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian, yang dilakukan terhadap lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Salah satu tempat dan fasilitas umum
tersebut adalah rumah sakit
Dalam menjalankan fungsinya, rumah sakit menggunakan berbagai bahan dan
fasilitas atau peralatan yang dapat mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Interaksi rumah sakit dengan manusia dan lingkungan hidup di rumah sakit dapat
menyebabkan masalah Kesehatan lingkungan yang ditandai dengan indicator
menurunnya kualitas media kesehatan lingkungan di rumah sakit, seperti media air,
udara, pangan, sarana dan bangunan serta vektor dan binatang pembawa penyakit.
Akibatnya, kualitas lingkungan rumah sakit tidak memenuhi standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang telah ditentukan.

8.2. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1. Tujuan Umum
Untuk mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan di rumah sakit
yang menjamin kesehatan baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
radioaktivitas maupun sosial bagi sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit, serta
mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas media lingkungan dan mengendalikan risiko
Kesehatan.
b. Meningkatkan lingkungan rumah sakit yang dapat memberikan jaminan
perlindungan kesehatan, keamanan dan keselamatan bagi manusia dan
lingkungan hidup; dan
c. Mendukung terwujudnya manajemen pengelolaan kualitas
kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit.

8.3. Sasaran
1. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. Pimpinan/pengelola rumah sakit;
3. Tenaga kesehatan rumah sakit;
4. Pemangku kepentingan/pembuat kebijakan; dan
5. Organisasi profesi atau asosiasi rumah sakit.

8.4. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan


Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah kegiatan
pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas
media lingkungan di dalam lingkungan rumah sakit melalui penanganan secara lintas
program dan lintas sektor serta berdimensi multidisiplin. Penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit dilaksanakan melalui penyehatan terhadap media lingkungan
berupa air, udara, tanah, pangan, dan sarana dan bangunan, pengamanan terhadap
limbah dan radiasi, serta pengendalian terhadap vektor dan binatang pembawa
penyakit. Selain upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian, dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan upaya pengawasan
berupa pengawasan linen (laundry), pengawasan dekontaminasi melalui desinfeksi
dan sterilisasi, pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja fasilitas kesehatan
lingkungan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), pengawasan kegiatan
konstruksi/renovasi bangunan rumah sakit
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit juga dilakukan untuk
mendukung penyelenggaraan rumah sakit ramah lingkungan.
1. Penyelenggaraan Penyehatan Air
2. Penyelenggaraan Penyehatan Udara
3. Penyelenggaraan Penyehatan Tanah
4. Penyelenggaraan Penyehatan Pangan Siap Saji
5. Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan
6. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan Radiasi
7. Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
8. Penyelenggaraan Pengawasan Linen (Laundry)
9. Penyelenggaraan Pengawasan Proses Dekontaminasi Melalui Disinfeksi dan
Sterilisasi
10. Penyelenggaraan Pengawasan Kegiatan Konstruksi/Renovasi Bangunan Rumah
Sakit
11. Penyelenggaraan Pengawasan Rumah Sakit Ramah Lingkungan
8.5. kegiatan kesehatan lingkungan di rumah sakit
1. Dokumen administrasi kesehatan lingkungan rumah sakit

2. Inventarisasi dan pemutakhiran peraturan perundang-undangan


terkait kesehatan lingkungan rumah sakit
3. Analisis risiko kesehatan lingkungan rumah sakit
4. Penyiapan rencana strategis kesehatan lingkungan rumah sakit
5. Penyiapan program kerja kesehatan lingkungan rumah sakit
6. Kelengkapan perizinan fasilitas/alat kesehatan lingkungan rumah
sakit
7. Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit
8. Kegiatan tindak lanjut terhadap permasalahan kesehatan
lingkungan rumah sakit
9. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
rumah sakit
10. Tata laksana penilaian kinerja kesehatan lingkungan rumah sakit

mandiri
BAB IX
MANAJEMEN LINEN/LAUNDRY

9.1. Tahapan kerja di laundry :


1. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
2. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
3. Pencucian.
4. Pemerasan.
5. Pengeringan.
6. Penyetrikaan.
7. Pelipatan.
8. Penyimpanan.
9. Pendistribusian.
10. Penggantian linen yang rusak.
9.2. Alat pelindung diri petugas laundry
Pada saat penerimaan sampai dengan penyetrikaan merupakan proses yang
krusial dimana kemungkinan organism masih hidup, maka petugas diwajibkan
memakai APD.
 Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat.
 Apron
 Sarung tangan
 Sepatu boot digunakan untuk area basah.
 Masker digunakan pada proses pemilihan dan sortir
 Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan untuk mencuci tangan
sebagai pertahanan diri.
9.3. Penjelasan lebih lanjut tahapan kerja di laundry:
a. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat
timbangan.Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah
penyebaran organisme.
b. Pemilahan dan penimbangan linen kotor.
 Lakukan pemilahan berdasarkan linen infeksius dan non infeksius.
 Upayakan tidak melakukan pensortiran.
 Penggunaan kantong dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari
sortir.
 Penimbangan sesuai dengan kapasitas mesin cuci yang digunakan.
c. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda ( bersih), awet
(tidak cepat rapuh ), namun memenuhi persyratan sehat bebas dari
mikroorganisme pathogen. Sebelum melakukan pencucian setiap harinya
lakukan pemanasan sampai dengan desinfeksi untuk membunuh
mikroorganisme yang mungkin tumbuh dimesin cuci. Untuk dapat mencapai
tujuan pencucian harus mengikuti persyaratantehnis pencucian :
 Waktu
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature
dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, dan sehat.Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan maka kerja
bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan jenis
petst seperti kutu dan tungau dapat mati.
 Suhu
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat celcius
sampai dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
 Proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu normal.
 Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi celcius 65 atau 70 derajat
 Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal.
 Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
 Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari detergent, bleach (clorine dan
oksigen bleach), softerner, dan .Masing- masing mempunyai fungsi
tersendiri.
 Mechanical action
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang
mempengaruhi:
 Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin.
 Level air yang tidak tepat.
 Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh poros tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
 Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan melicinkan
linen dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
 Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak berlebihan.
d. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga
memiliki fungsi pemerasan.
e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang
mempunyai suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada
proses ini, jika mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi
ulang diharapkan dapat mati.
f. Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan suhu
120 derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen mempunyai
keterbatasan terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
g. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien
diatas tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan
antara linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
h. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk
mengontrol posisi linen tetap stabil.Sebaiknya penyimpanan linen 1,5 par di
ruang penyimpanan dan 1,5 par disimpan diruangan. Ada baiknya lemari
penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi obat
anti ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen
dibungkus dengan plastik transparan sebelum didistribusikan.
i. Pendistribusian
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya harus
dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
j. Penggantian linen yang rusak
Linen rusak dapat dikategorikan :
 Umur linen yang sudah standar.
 Human error termasuk hilang.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki dan ada pula yang memas
harus diganti. Penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry
dengan mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak logistik.
9.4. Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit :
 Laken
 Steek laken
 Perlak
 Sarung bantal
 Sarung guling
 Selimut
 Alas kasur
 Bedcover
 Gorden
 Scherm
 Kelambu
 Taplak
 Celemek,topi,lap
 Kain penutup (tabung gas,troli,dan alat kesehatan lainnya).
 Gurita
 Handuk
 Linen operasi ( baju,celana,jas macam-macam
laken,topi,masker,duk,sarung kaki,sarung meja mayo,sarung meja
instrumen).
A. Bahan linen
Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara
perawatan serta penampilan yang diharapkan.bahan linen yang digunakan
oleh Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe adalah katun
B. Ruang lingkup
 Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Unit Gawat Darurat
 Unit Gizi
 Ruang Operasi
 Unit Laboratorium
 ICU
BAB X
LIMBAH INFEKSIUS

10.1. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
padat dan non medis.
3. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
4. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit, seperti incenerator, dapur,
perlengkapan generator, anestesi, dan pembuatan obat sitotoksik.
5. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi dengan darah, cairan
tubuh pasien, ekskresi, sekresi yang dapat menularkan kepada orang lain

10.2. Tahapan pengelolaan limbah Identifikasi Limbah


1. Pemisahan
2. Labelling
3. Kantong pembuangan diberi label biohazard atau sesuai jenis limbah.
4. Packing
5. Penyimpanan
6. Pengangkutan
7. Treatment

10.3. Penanganan Limbah Benda Tajam


1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
3. Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang tersedia tahan tusuk
dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
4. Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik setelah habis dipakai.
6. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.

10.4. Penanganan Limbah Pecahan Kaca


1. Gunakan sarung tangan rumah tangga.
2. Gunakan kertas koran untuk mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut,
kemundian bungkus dengan kertas.
3. Masukkan dalam kontainer tahan tusukan beri label.

10.5. Unit Pengelolaan Limbah Cair


1. Kolam stabilisasi air limbah.
2. Kolam oksidasi air limbah.
3. Sistem proses pembusukan anaerob.
4. Septik tank.

10.6. Pembuangan Limbah Terkontaminasi


1. Menuangkan cairan atau limbah basah ke sistem pembuangan kotoran
tertutup.
2. Insenerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan – bahan sekaligus
mikroorganismenya. Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan
limbah terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah
dan memastikan bahwa bahan – bahan tersebut tidak akan dijarah dan
dipakai ulang. Bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan
kimia beracun ke udara.
3. Mengubur limbah terkontaminasi agar tidak disentuh lagi.

10.7. Pembuangan Benda Tajam


1. Pembuangan Limbah Berbahaya
Bahan – bahan kimia termasuk sisa – sisa bahan – bahan sewaktu
pengepakan, bahan – bahan kadaluwarsa atau kimia dekomposisi atau
bahan kimia yang tidak dipakai lagi. Bahan kimia yang tidak terlalu banyak
dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan kemudian
diinsenerasi, enkapsulasi, atau dikubur. Pada jumlah yang banyak, tidak
boleh dikumpulkan dengan limbah terinfeksi.
2. Limbah Farmasi
Dalam jumlah yang sedikit, limbah farmasi (obat dan bahan obat – obatan),
dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan dibuang
dengan cara yang sama insenerasi, enkapsulasi, atau dikubur secara aman.
Perlu dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam insenerasi kamar tunggal
seperti tong atau insenerator dari bata adalah tidak cukup unutk
menghancurkan total limbah farmasi ini sehingga tetap berbahaya.

Sejumlah kecil limbah farmasi, seperti obat – obatan kadaluwarsa


(kecuali sitotoksik dan antibiotika) dapat dibuang ke pembuangan kotoran,
tetapi tidak boleh dibuang ke dalam sungai, kali, telaga, atau danau.

3. Limbah dengan Bahan Mengandung Logam Berat


Air raksa merupakan neurotoksin kuat, terutama pada masa tumbuh
kembang janin dan bayi. Jika dibuang dalam air atau udara, air raksa masuk
dan mengkontaminasi danau, sungai, dan aliran air lainnya. Untuk
mengurangi risiko polusi, benda – benda yang mengandung air raksa
seperti termometer dan tensimeter sebaiknya diganti dengan yang tidak
mengandung air raksa.
BAB XI
PELAYANAN MAKANAN

11.1. Langkah-langkah Kegiatan


Dalam Panduan Penyelenggaraan Makanan ini akan diuraikan langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
1. Permintaan Makanan Pasien
2. Permintaan Perubahan Diit, dan Penambahan Pasien Baru
3. Permintaan pasien pindah kamar
4. Makanan Luar Rumah Sakit (MLRS)
5. Makanan Anak Kurang dari 6 bulan
6. Makanan Cair
7. Pasien dengan Diit Puasa

11.2. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan


Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan serangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, peralatan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatata, serta
pelaporan dan evaluasi.

11.3. Kegiatan Penyelenggaraan Makanan


1. Peraturan pemberian makanan rumah sakit (PPMRS)
Penyusunan penentuan pemberian makanan RS ini berdasarkan :
a. Kebijakan RS setempat
b. Macam konsumen yang dilayani
c. Angka kebutuhan gizi dan kebutuhan gizi untuk diet khusus
d. Standar makan sehati untuk makanan biasa dan diet khusus
e. Penentuan menu dan pola makan
f. Penetapan kelas perawatan
g. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit yan berlaku
2. Penyusunan standar bahan makanan rumah sakit
Standar makanan sehari adalah acuan/patokan macam dan jumlah
bahan makanan (berat kotor) seorang perhari, disusun berdasarkan
kecukupan gizi pasien tercantum dalam penuntun diet dan disesuaikan
dengan kebijakan rumah sakit
3. Perencanaan menu
Perencanaan Menu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan
memadukan hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi
kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan
kebijakan institusi.
4. Perencanaan kebutuhan bahan makanan
Serangkaian kegiatan menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan
makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu, dalam rangka
mempersiapkan penyelenggaraan makanan rumah sakit.
5. Perencanaan anggaran bahan makanan
Perencanaan anggaran makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan
karyawan yang di layani.
6. Pengadaan bahan makanan
Pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan
makanan. Perhitungan harga makanan, pemesanan dan pembelian bahan
makanan dan melakukan survey pasar.
7. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (order)
bahan makanan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien yang
dilayani, sesuai peroide pemesanan yang di tetapkan.
Pembelian bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan
penyedia macam. Jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan pasien sesuai ketentuan atau kebujakan yang berlaku.
Pembelian bahan makanan merupakan prosedur penting untuk memperoleh
bahan makana, biasanya terkait dengan produk yang benar, jumlah yang
tepat, waktu yang tepat dan harga yang benar.
8. Penerimaan bahan makanan
Seuatu kegiatan yang meliputi memeriksa, mencatat, meneliti dan
memutuskan serta melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan
sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu
penerimaannya.
9. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
manyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan
kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan dingin/beku.
10. Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (dicuci, memeotong,
menyiangi, meracik dsb) sesuai dengan menu dan jumlah pasien yang
dilayani.
11. Pengolahan bahan makanan
Pengolahan bahan makanan adalah: suatu kegiatan mengolah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
sehat,berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
12. Distribusi makanan
Pendistribusian makanan adalah : serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan dilayani.
BAB XII
RISIKO INFEKSI PADA KONTRUKSI DAN RENOVASI

12.1. RUANG LINGKUP


1. Panduan ini berisikan informasi tentang penilaian semua kegiatan konstruksi dan
renovasi bangunan yang terdiri dari pengertian, ruang lingkup dan tata laksana
penilaian yang benar.
2. ICRA dilaksanakan oleh tim PPIRS.

12.2. TANGGUNG JAWAB.


1. Direktur Rumah Sakit:
a) Menunjuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk memasti-kan
secara ketat tindakan pencegahan di tempat proyek dan setiap kali
renovasi, konstruksi dan pemeliharaan bangunan yang dilakukan di
daerah-daerah yang diduduki dalam Fasilitas Perawatan Pasien.
b) Menyetujui atau menolak hasil rekomendasi mengontrolan infeksi
ditempat proyek untuk memindahkan pasien ke daerah lain dari fasilitas
yang tidak terpengaruh oleh konstruksi.
2. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi:
a) Mengidentifikasi faktor faktor resiko tinggi yang dapat menyebabkan
terjadinya penyebaran infeksi akibat renovasi, konstruksi dan kegiatan
pemeliharaan bangunan.
b) Menentukan apakah konstruksi menimbulkan peningkatan risiko yang
cukup untuk meminta / menyarankan pasien dipindahkan ke area fasilitas
yang tidak terpengaruh oleh konstruksi.
c) Mengkoordinasikan system pencegahan infeksi pada pembangunan
renovasi, konstruksi dan pemeliharaan bangunan bersama sama dengan
penanggung jawab dan pengawas proyek.
d) Memastikan dokumen kontrak yang ditanda tangani penanggung jawab
dan pengawas proyek untuk melaksanakan semua persyaratan ICRA
selama konstruksi.
e) Setiap desain dan perencanaan untuk setiap proyek konstruksi harus
diawali dengan membuat ICRA.
f) Secara rutin memantau konstruksi dan system pencegahan infeksi dengan
ICRA.
g) Memeriksa kembali daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan
menyetujui pembukaan / pembukaan kembali daerah tersebut.
h) Memastikan setiap personil konstruksi menerima orientasi dan pelatihan
dalam langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi tentang
risiko yang terkait dengan paparan potensi kontaminasi mikroba, partikulat
anorganik, dan bahan kimia organik yang mudah menguap yang dihasilkan
dari kegiatan konstruksi yang dapat diidentifikasi pada ICRA sebelum
memulai pekerjaan.
i) Melakukan pengawasan rutin untuk mengidentifikasi penyakit HAIs,
memulai penyelidikan lingkungan dan epidemiologi (termasuk ulasan
retrospektif) untuk mengidentifikasi dan menghilangkan sumber infeksi jika
lebih dari satu kasus yang ditemukan, menginformasikan kepada dokter
yang merawat pasien berisiko tinggi, dan membangun sistem untuk
surveilans prospektif untuk kasus tambahan.
3. pengawas proyek:
a) Memberi tahu Tim PPI pada setiap pekerjaan yang direncanakan dan
memperoleh persetujuan sebelum memulai pekerjaan proyek.
b) Mengikuti aturan ICRA yang disetujui untuk meminimalkan pembentukan
debu.
c) Memastikan pekerjaan daerah proyek benar-benar dibersihkan setelah
pekerjaan selesai.
12.3. MATRIKS INFECTION CONTROL RISK ASESSESMENT PENGENDALIAN
INFEKSI UNTUK KONSTRUKSI DAN RENOVASI
Langkah 1, Identifikasi tipe Proyek Konstruksi (Tipe A-D)

Tipe A Kegiatan pemeriksaan konstruksi dengan resiko randah,termasuk


namun tidak terbatas pada:

 Pemindahan plafon untuk pemeriksaan visual (debu minimal)


 Pengecatan (bukan pemlesteran)
 Merapikan pekerjaan listrik,pemasangan pipa kecil,dan aktifitas
lain atau mengakses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan
visual.
Tipe B Kegiatan non invasif skala kecil,durasi pendek dengan resiko debu
minimal,termasuk namun tidak terbatas pada:

 Instalasi kabel untuk telepon dan komputer


 Mengakses “chase spaces”
 Pemotongan dinding atau plafon dimana penyebaran debu dapat
dikontrol.
Tipe C Kegiatan pembongkaran gedung dan perbaikan gedung yang
menghasilkan debu tingkat tinggi dengan resiko sedang sampai
tinggi,termasuk namun tidak terbatas pada:

 Pemlesteran dinding untuk pengecatan atau melindungi dinding


 Pemindahan untuk pemasangan lantai dan plafon
 Konstruksi dinding baru
 Pekerjaan pipa kecil atau pemasangan listrik diatas plafon
 Kegiatan pemasangan kabel besar
 Kegiatan tipe A,B or C yang tidak dapat diselesaikan dalam satu
shift kerja.
Tipe D Kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran gedung
dengan skala besar :

 Kegiatan yang menuntut pembongkaran gedung secara besar


besaran
 Adanya kegiatan pemasangan/pemindahan sistem perkabelan
 Konstruksi baru atau pembangunan gedung baru

Langkah 2, Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko

Resiko Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Paling Tinggi


Rendah

area 1. Fisioterapi 1. IGD 1. Area untuk pasien


kantor 2. IRJ 2. VK immmuocompromi
adm 3. IGH 3. Laboratorium sed (penurunan
4. Ins Gizi (specimen) imunitas tubuh)
4. Poli bedah 2. Unit luka bakar
5. IBS 3. Cath lab
6. R.Perawatan pasien 4. ISSB
7. IP2K 5. ICU
8. Stroke Unit 6. NICU/PICU
9. High Care 7. R.isolasi tekanan
10. ICCU negatif
11. UTD 8. Onkologi
9. R.Operasi

Catatan : Jika lebih dari satu kelompok resiko akan terkena dampak, pilih kelompok
resiko yang lebih tinggi

Langkah 3, Kelas kewaspadaan

Kelompok Tipe Proyek Konstruksi


Pasien Resiko
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Kelp Resiko I II II III/IV


Rendah

Kelp Resiko I II III IV

Sedang

Kelp Resiko I II III/IV IV


Tinggi

Kelp Resiko II III/IV III/IV IV

Sangat tinggi

Keterangan: Jika lebih dari satu kelompok resiko akan terkena dampak, pilih kelompok
resiko yang lebih tinggi
12.4. REKOMENDASI KOMITE PPI KEPADA PENANGGUNGJAWAB
KONSTRUKSI BANGUNAN
Selama proses Kontruksi Setelah Proses Kontruksi Selesai

Selama proyek konstruksi Setelah proyek konstruksi

Kelas 1 1. Lakukan pekerjaan konstruksi Pembersihan lingkungan kerja


dengan metode debu minimal.
2. Segera menggantikan plafon yang
digunakan untuk pemeriksaan
visual
Kelas II 1. Menyediakan saran aktif untuk 1. Bersihkan permukaan kerja
mencegah penyebaran debu ke dengan
udara pembersihan/desinfektan
2. Memberikan kabut air pada 2. Letakkan limbah konstruksi
permukaan kerja untuk dalam wadah yang tertutup
mengendalikan debu saat rapat sebelum dibuang
memotong. lakukan pengepelan basah
3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dan/atau vacum dengan
dengan lakban. HEPA filter sebelum
4. Menutup ventilasi udara. meninggalkan area kerja.
5. Letakkan dust mat(keset debu) 3. Setelah pekerjaan selesai
dipintu masuk dan keluar area rapikan kembali sistem
kerja. HVAC.
6. Menutup system HVAC
(heating ventilation air conditioning)
dari area kerja.

Kelas III 1. Mengisolasi sistem HVAC di area 1. Pembatas area kerja harus
kerja untuk mencegah kontaminasi tetap dipasang sampai
sistem saluran. proyek selesai diperiksa oleh
2. Siapkan pembatas area kerja atau komite K3,KPPI dan
terapkan metode kontrol kubus dilakukan pembersihan oleh
(menutup area kerja dengan plastik
dan menyegel dengan vakum petugas kebersihan.
Hepa untuk menyedot debu 2. Lakukan pembongkaran
keluar)sebelum kontruksi bahan-bahan pembatas area
bangunan. kerja dengan hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran
kotoran dan puing-puing
3. Menjaga tekanan udara negatif
konstruksi.
dalam tempat kerja dengan
3. Vacuum area kerja dengan
menggunakan unit penyaringan
penyaringan HEPA filter
udara HEPA.
4. Lakukan pengepelan basah
4. Letakkan limbah konstruksi dalam
dengan
wadah yang tertutup rapat sebelum
pembersihan/desinfektan
dibuang.
5. Setelah pekerjaan selesai
5. Tutup wadah atau gerobak
rapikan kembali sistem
transportasi limbah.
HVAC.
Kelas IV 1. Mengisolasi sistem HVAC diarea 1. Pembatas area kerja harus
kerja untuk mencegah kontaminasi tetap dipasang sampai
sistem saluran . proyek selesai diperiksa oleh
2. Siapkan pembatas area kerja atau Komite K3,KPPI, dan
terapkan metode kontrol kubus dilakukan pembersihan oleh
(menutup area kerja dengan plastik petugas kebersihan.
dan menyegel vakum HEPA untuk 2. Lakukan pembongkaran
menyedot debu keluar)sebelum bahan-bahan pembatas area
konstruksi dimulai. kerja dengan hati-hati untuk
3. Menjaga tekanan udara negative meminimalkan penyebaran
dalam tempat kerja dengan kotoran dan puing-puing
menggunakan unit penyaringan konstruksi.
udara HEPA. 3. Letakkan limbah konstruksi
4. Menyegel lubang, pipa dan dalam wadah yang tertutup
saluran. rapat sebelum sebelum
5. Membuat anteroom dan dibuang.
mewajibkan semua personil untuk 4. Tutup wadah atau gerobak
melewati ruangan ini sehingga transportasi limbah.
mereka dapat disedot 5. Vakum area kerja dengan
menggunakan vacum cleaner vakum HEPA.
HEPA sebelum meninggalkan 6. Lakukan pengepelan basah
tempat kerja atau mereka bisa dengan
memakai pakaian kerja yang lepas pembersih/disinfektan
setiap kali mereka meninggalkan 7. Setelah pekerjaan selesai
tempat kerja. rapikan kembali sistem
6. Semua personil memasuki tempat HVAC.
kerja diwajibkan untuk memakai
penutup sepatu ,sepatu harus
diganti setiap hari keluar dari area
kerja.

Identiikasi area di sekitar area kerja dan dampak potensial

Melakukan identifikasi area dengan aktifitas khusus, misalnya kamar pasie, ruang obat-
obatan, dll

Melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa air dan kemungkinan
pemadaman listrik akibat konstruksi

Melakukan identifikasi tindakan pembatasan, menggunakan penilaian sebelumnya.


Apakah jenis pembatas yang digunakan?(misalnya: dinding pembatas solid):
Apakah HEPA filter diperlukan ? ( catatan : Area renovasi/konstruksi harus di Isolasi dari area
sekitarnya).
Pertimbangkan potensial resiko kerusakan air. Apakah ada resiko akibat perubahan struktur ?
(misalnya: dinding, plafon,atap)

Apakah pekerjaan dapat dilakukan diluar jam perawatan pasien?

Apakah perencanaan memungkinkan jumlah kamar isolasi/tekanan udara negatif yang cukup?

Apakah perencanaan memungkinkan jumlah dan jenis washtafel untuk cuci tangan?

Apakah PPI menyetujui jumlah minimal wastafel untuk proyek ini?

Apakah PPI setuju dengan rencana relatif terhadap bersih dan kotor kamar utilitas?

Lakukan perencanaan untuk membahas masalah pembatasan dengan tim proyek.

Misalnya: Arus lalu lintas, rumah tangga, pembuangan puing (bagaimana dan Kapan)
12.5. FORM KESEPAKATAN PENGENDALIAN INFEKSI KARENA DAMPAK
RENOVASI DAN KONSTRUKSI BANGUNAN (INFECTION CONTROL
COSTRUCTION PERMIT)

IZIN KONTRUKSI PENGENDALIAN INFEKSI

LOKASI RENOVASI : TANGGAL MULAI PROYEK :

KOORDINATOR PROYEK: PERKIRAAN DURASI :

KONTRAKTOR KERJA : TANGGAL IZIN KADALUARSA :

SUPERVISOR

KELOMPOK RESIKO
YES NO AKTIVITAS KONSTRUKSI YES NO
KONTROL INFEKSI

Tipe A : Aktifitas Inspeksi dan GROUP I: LOW RISK


non-invasive

Tipe B : Skala kecil, aktivitas GROUP II : MEDIUM


singkatdan debu minimal RISK

Tipe C : Pekerjaan yang GROUP III: MEDIUM


menimbulkan debu sedang HIGH RISK
hingga tinggi atau memerlukan
pemindahan benda-benda
yang ada di gedung

Tipe D : Penghancuran mayor GROUP: HIGHEST


dan proyek bangunan RISK

SELAMA SETELAH
KONSTRUKSI KONSTRUKSI
KELAS I 1. Lakukan pekerjaan 1. Bersihkan lingkungan kerja
konstruksi dengan
metode debu minimal.
2. Segera menggantikan
plafon yang digunakan
untuk pemeriksaan
visual
KELAS II 1. Menyediakan saran 1. Bersihkan permukaan kerja dengan
aktif untuk mencegah pembersihan/desinfektan.
penyebaran debu ke 2. Letakkan limbah konstruksi dalam
udara. wadah yang tertutup rapat sebelum
2. Memberikan kabut air dibuang lakukan pengepelan basah
pada permukaan kerja dan/atau vacum dengan HEPA filter
untuk mengendalikan sebelum meninggalkan area kerja.
debu saat memotong. 3. Setelah pekerjaan selesai rapikan
3. Menyegel pintu yang kembali sistem HVAC.
tidak terpakai dengan
lakban.
4. Menutup ventilasi
udara.
5. Letakkan dust
mat(keset debu)
dipintu masuk dan
keluar area kerja.
6. Menutup system HVAC
(heating ventilation air
conditioning) dari area
kerja.
KELAS III 1. Mengisolasi sistem 1. Pembatas area kerja harus tetap
HVAC di area kerja dipasang sampai proyek selesai
untuk mencegah diperiksa oleh komite K3,KPPI dan
kontaminasi sistem dilakukan pembersihan oleh petugas
saluran. kebersihan.
2. Siapkan pembatas
area kerja atau
2. Lakukan pembongkaran bahan-bahan
terapkan metode
pembatas area kerja dengan hati-hati
kontrol kubus
untuk meminimalkan penyebaran
(menutup area kerja
kotoran dan puing-puing konstruksi.
dengan plastik dan
3. Vacuum area kerja dengan
menyegel dengan
Tanggal penyaringan HEPA filter
vakum Hepa untuk
4. Lakukan pengepelan basah dengan
menyedot debu
pembersihan/desinfektan.
keluar)sebelum
5. Setelah pekerjaan selesai rapikan
kontruksi bangunan.
3. Menjaga tekanan kembali sistem HVAC.
udara negatif dalam
tempat kerja dengan
menggunakan unit
penyaringan udara
HEPA.
4. Letakkan limbah
konstruksi dalam
wadah yang tertutup
rapat sebelum
dibuang.
Paraf
5. Tutup wadah atau
gerobak transportasi
limbah.

KELAS IV 1. Mengisolasi sistem 1. Pembatas area kerja harus tetap


HVAC diarea kerja dipasang sampai proyek selesai
untuk mencegah diperiksa oleh Komite K3,KPPI, dan
kontaminasi sistem dilakukan pembersihan oleh petugas
saluran . kebersihan.
2. Siapkan pembatas 2. Lakukan pembongkaran bahan-bahan
area kerja atau pembatas area kerja dengan hati-hati
terapkan metode untuk meminimalkan penyebaran
kontrol kubus kotoran dan puing-puing konstruksi.
(menutup area kerja 3. Letakkan limbah konstruksi dalam
dengan plastik dan wadah yang tertutup rapat sebelum
menyegel vakum sebelum dibuang.
HEPA untuk menyedot 4. Tutup wadah atau gerobak transportasi
debu keluar)sebelum limbah.
konstruksi dimulai. 5. Vakum area kerja dengan vakum
3. Menjaga tekanan HEPA.
udara negative dalam 6. Lakukan pengepelan basah dengan
tempat kerja dengan pembersih/disinfektan.
menggunakan unit 7. Setelah pekerjaan selesai rapikan
penyaringan udara kembali sistem HVAC.
HEPA.
4. Menyegel lubang, pipa
dan saluran.
5. Membuat anteroom
dan mewajibkan
semua personil untuk
Tanggal melewati ruangan ini
sehingga mereka
dapat disedot
menggunakan vacum
cleaner HEPA sebelum
meninggalkan tempat
kerja atau mereka bisa
memakai pakaian kerja
yang lepas setiap kali
mereka meninggalkan
tempat kerja.
6. Semua personil
memasuki tempat kerja
diwajibkan untuk
memakai penutup
sepatu ,sepatu harus
diganti setiap hari
Paraf
keluar dari area kerja.
Persyaratan Tambahan :
Pimpinan Proyek Komite PPIRS /IPCN

Tgl Tgl

Izin di sahkan oleh:

Tanggal :

Cheklist Pra- Renovasi

Tanggal/ waktu survey


Lokasi renovasi
Koordinator proyek
A. Apakah renovasi ndapat mempengaruhi akses keluar dari
area perawatan yang berbatasan dengan lokasi
pembangunan?
B. Apakah terdapat salah satu dari bahaya lingkungan dibawah
ini ?
1) Asbes
2) Bahan kimia berbahaya
3) Ruang sempit
4) Lainnya (misalnya masalah pengendalian infeksi)
C. Apakah salah satu dari sistem berikut ini dapat berdampak
buruk?
1) Alarm kebakaran
2) Sprinkler/penyemprot air
3) Listri
4) Air Domestik
5) Oksingen
6) Limbah
7) Heating ventilation Air Conditioner
D. Pengendalian Infeksi
Melakukan edukasi jepada bagian terkait, staf medis, petugas
kesehatan lingkungan, dan staf lain tentang risiko pasien imuno-
supresi terhadap debu konstruksi
1) Kontraktor diberikan salinan, pegelolaan bahan berbahaya,
definisi kode darurat, dan dokumentasi lainnya yang harus dikaji
untuk mengurangi resiko cedera dan penyakit pada karyawan.
2) Dokumen tersebut dikaji bersama kontraktor beserta pertanyaan
dan jawabannya
3) Pengkajian lokasi dan metode pemasangan barrier debu
sementara
4) Menilai efisiensi yang berkaitan dengan kemampuan
penghambatan debu ( dust barries) terhadap pencegahan
keluarnya pertikulat udara
5) Menilai efektifitas ventilasi aliran udara negatif dan sistem filtrasi
6) Terdapat peralatan untuk menangkap partikulat seperti vakum
dan peralatan HEPA yang sesuai dengan urutan kerja
7) Evaluasi rencana pembersihan dan pengendalian
8) Pengkajian dan evaluasi pola kontrol sirkulasi dan lalu lintas.
9) Pengkajian pembatasan/larangan untuk kegiatan konstruksi /
pembongkaran dengan kontraktor .
10)Terdapat exhaust fan dan berfungsi dengan baik.
11)Terdapat unit filtrasi HEPA di daerah perawatan pasien yang
berdekatan dengan are konstruksi dan berfungsi dengan baik.
12)Tersedianya ruang isolasi yang memadai.
13)Matras rekat yang tersedia di lokasi (keset)
E. Keselamatan jiwa
1) Apakah ada jalan keluar yang disetujui diblokir?
2) Apakah lalu lintas ke Emergency room diblokir? Jika ya, apakah
itu kembali dialihkan?
3) Apakah renovasi mempengaruhi area yang digunakan?
4) Apakah modifikasi signifikan terjadi untuk asap atau api dinding
penghalang
5) Apakah proyek penambahan selain struktur yang ada?
Petugas yang mengobservasi

( )
Formulir pemantauan selama renovasi / konstruksi bangunan

Lokasi renovasi :
Tanggal pemantauan :

Kelas III
no kegiatan ya tidak na Keterangan
Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran
Siapkan pembatas area kerja atau terapkan
metode kontrol kubus (menutup area kerja dengan
plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar ) sebelum kontruksi dimulai
Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
dengan menggunakan unit penyaringan udara
HEPA
Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
tertutup rapat sebelum dibuang.
Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah

Kelas IV
no kegiatan ya tidak na Keterangan
1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran
2 Siapkan pembatas area kerja atau terapkan
metode kontrol kubus ( menutup area kerja
dengan plastik dan menyegel dengan vakum
HEPA untuk menyedot debu keluar ) sebelum
kontruksi dimulai

3 Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat


kerja dengan menggunakan unit penyaringan
udara HEPA
4 Menyegel lubang, pipa, dan saluran.
5 Membuat anteroom dan mewajibkan semua
personel untuk melewati ruangan ini sehingga
mereka dapat disedot menggunakan vacuum
cleaner HEPA sebelum meninggalkan tempat
kerja atau mereka bisa memakai pakaian kerja
yang lepas setiap kali mereka meninggalkan
tempat kerja
6 Semua personel memasuki tempat kerja
diwajibkan untuk memakai penutup sepatu.
Sepatu harus diganti setiap kali keluar dari area
kerja.
Petugas yang mengobservasi

( )
Cheklist Post - Renovasi

Tanggal/Jam Survey

Lokasi Renovasi

Koordinator Proyek

A.Penyelesaian proyek
1) Pembersihan debu dari udara dengan sistem penyedotan
pipa/vacum
2) Pembersihan zona konstruksi sebelum memindahkan barrier
konstruksi
3) Pemeriksaan jamur dan lumut. Bila ditemukan lakukan
pembersihan
4) Verivikasi parameter ventilasi pada area baru sesuai
kebutuhan
5) Jangan menerima apabila terdapat kekurangan ventilasi
terutama didaerah perawatan khusus
6) Bersihkan atau ganti filter sesuai prosedur penyedot debu
7) Pindahkan barrier dan bersihkan daerah dari semua debu
yang dihasilkan selama pekerjaan / proyek.
8) Pastikan bahwa keseimbangan tekanan udara di kamar
operasi dan lingkungan sekitarnya dapat dicapai sebelum
ruangan digunakan.
9) Kondisi ruangan sesuai indikasi terutama dikamar operasi
dan lingkungan sekitarnya, pastikan bahwa spesifikasi
teknis sesuai yang disyaratkan.
B. Apakah system berikut ini diuji dan berfungsi baik
1) Alarm kebakaran- lepaskan penutup detektor & lakukan
pengujian dari panel kontrol
2) Sprinkler / peyemprot air – terhubung kesaluran utama dan
bertekanan cukup
3) Listrik _ Pengujian switch / tombol dan pengontrolan
4) Sumber air buka, dan cek suhu
5) Gas medis
6) Limbah _ hilangkan sumbatan
7) Pemasangan filter, menghilangkan penyumbatan, uji
keseimbangan tekanan
C. Lingkungan
1) Bersihkan puing puing, peralatan, perlengkapan dan bahan
bahan bangunan.
2) Vacuum dan bersihkan permukaan disemua area konstruksi
untuk menghilangkan kuman
D. Isolation barriers
1) Pelindung harus di lap basah, disedot dengan hepa atau di
beri uap air sebelum dibongkar
2) Pelindung harus dipindahkan dengan hati hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing puing
E. Pengendalian infeksi
Tinjauan indikasi untuk melakukan kultur lingkungan
Periksa daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan
menyetujui penggunaanya
F. Keamanan kebakaran
Tersedianya peralatan pemadam kebakaran
G. Keselamatan jiwa
1) Pintu keluar & rute ke UGD di buat kembali
2) Penempatan tanda pintu keluar dengan tepat

Petugas yang mengobservasi

( )
BAB XIII
PENULARAN INFEKSI
13.1. Pengertian
Penyakit Menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit
atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang
terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau
binatang pejamu, melalui vektor atau melalui lingkungan.
13.2. Cara-cara penularan penyakit
1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
2. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut
sebagaia irborne disease.
3. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut
sebagaia irborne disease.
4. Penyakit Imunosuppresed
13.3. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
AIRBORNE (UDARA)
1. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanannegatif
2. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan
maskerbedah
3. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atautindakan
4. Batasi jumlahpengunjung
5. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentantidak
diperbolehkan masuk ruangan pasien
6. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian
AlatPelindung Diri (APD) maskerbedah
7. Berikan edukasi tentang Etika Batuk danBersin
8. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan
timbulaerosol
9. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara:
10. Ganti korden pasien dengan korden yangbersih
11. Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang
kontak dengan petugas dan pasien
12. Bersihkan exhaust fan
13. Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabilatidak
terkontamionasi dengan cairan tubuhpasien
14. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif
setelah pelaksanaan selesai

13.4. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


DROPLET (PERCIKAN)
1. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling
pinggir/pojok, bila tidak mungkinkohorting

2. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap


udaradan ventilasi

3. Batasi gerak dan transportasipasien

4. Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker padapasien

5. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dengan


benar

6. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadappasien

7. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena


mikroba tidak bergerak jarak jauh

13.5. PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


KONTAK
1. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di
tempatpaling pinggir atau pojok atau diberi jarak >1 meter antarTT.
2. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasienlain
3. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlusaja
4. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan kepasien
5. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnyafeses,
cairan drain, dan segera lepas sarung tangantersebut
6. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
dengan antiseptic
7. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju
dari kontak pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan
tubuh pasien. Lepaskan gaun sebelum ke luar dari ruangpasien
8. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasienlain
9. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien ataupasien
dengan mikroba yang sama
10. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasienlain.

13.6. PENANGANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR MELALUI UDARA


1. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan
ini.
2. Letakkan pasien di dalam satu ruangantersendiri.
3. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah
dikonfirmasi secara terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau
sedang didiagnosis. Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar tempat
tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara tempat tidur harus
ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atausekat.
4. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan
negatif yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian
udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar atau menggunakan
saringan udara partikulasi efisien tinggi (filter HEPA) yang termonitor
sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumahsakit.
5. Jaga pintu tertutup setiap saat.
6. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai
yaitu masker. Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung
mata dan sarungtangan.
7. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masukruangan.
8. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-
barang di dalam ruangan.
9. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
BAB XIV
HAND HYGINE

14.1. Tujuan kebersihan tangan :


Menghalau mikroba kontaminasi yang diperoleh karena:
1. Kontak dengan pasien terinfeksi/kolonisasi
2. kontak dengan lingkungan serta menghilangkan bahan organik dari tangan

14.2. Hal –hal yang perlu diingat saat membersihkan tangan :


1. Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang mengandung
protein, tangan harus dicuci dengan sabun dan air mengalir.
2. Bila tangan Tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus digunakan
antiseptic berbasis alcohol untuk dekontaminasi tangan rutin
3. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

14.3. Lima cara transmisi mikroba melalui tangan :


1. Mikroba berada di kulit, lingkungan Pasien
2. Transfer mikroba ke tangan petugas.
3. Mikroba bertahan hidup di tangan.
4. Mikroba bertahan sebagian, tidak efektif terhalau.
5. Tangan terkontaminasitransmisi mikroba

14.4. Indikasi Kebersihan tangan


1. Segera : setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum :
 Kontak dengan pasien
 Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
invasive (pemberian suntikan inta vaskuler)
 Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
 Mempersiapkan makanan
 Memberi makan pasien
 Meninggalkan rumah sakit
3. Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang
4. Setelah :
 kontak dengan pasien
 melepas sarung tangan
 melepas alat pelindung diri
 kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi ekskresi, eksudat luka, dan
peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh, eksresi apakah menggunakan atau tidak
menggunakan sarung tangan
 menggunakan toilet, menyentuh/ mengelap hidung dengan tangan

14.5. Lima Momen Cuci Tangan:


1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah kontak dengan pasien
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

14.6. Persiapan Membersihkan tangan


1. Air mengalir
2. Sabun
3. Larutan Antiseptik
4. Tissue towel / Lap tangan satu kali pakai yang bersih dan kering

14.7. Tehnik Mencuci Tangan :


Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan cara :

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (Handwash)

2. Cuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol Hanscrub)

3. Cuci tangan bedah(Handsurgical)


14.8. Tekhnik Mencuci Tangan
Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan cara :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (Handwash)
Langkah Kerja :
 Lepaskan perhiasan yang ada pada tangan dan jari-jari tangan.
 Basahi tangan dengan air
 Tuangkan sabun 3-4 cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
 Gosok kedua telapak tangan hingga merata
 Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
 Jar-jari sisi dalam dari kedua telapak saling mengunci
 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
 Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan
kiri dan sebaliknya
 Bilas kedua tangan dengan air mengalir
 Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai
benar-benar kering
 Gunakan handuk atau tissue tersebut untuk menutup keran
 Tindakan ini dilakukan selama 40-60 detik, dan tangan anda sudah
bersih
b. Cuci tangan dengan anti septik berbasis alkohol.
Langkah Kerja :
 Lepaskan perhiasan/ asesoris yang ada pada tangan dan jari-jari
tangan.

 Semprotkan antiseptic/ cairan handrub berbasis alcohol 2 – 3 cc pada


telapak tangan

 Ratakan antiseptic/ Handrub keseluruh permukaan telapak tangan

 Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya

 Gosok kedua telapak dan sela-sela jari


 Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci

 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya

 Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak


tangan kiri dan sebaliknya

c. Cuci tangan bedah


Langkah :
 Kuku tangan harus pendek, lepaskan perhiasan pada tangan dan jari
tangan
 Saat tiba di ruang operasi gunakan topi masker dan tangan telah dicuci
dengan air mengalir dan sabun.
 Cuci tangan bedah dilakukan saat tangan benar-benar kering.
 Lakukan handrub bedah dengan langkah berikut ini:
 Semprotkan5 ml (3 kali tekan) handrub berbasis alkohol pada
telapak tangan kiri, gunakan siku untuk menekan botol.
 Celupkan dan bersihkan semua ujung-ujung kuku tangan kanan
selama 5 detik untuk mendekontaminasi kotoran dibawah kuku
 Gosok dan lumuri tangan kanan dengan handrub sampai ke siku
pastikan seluruh area kulit terkena handrub dengan gerakan
memutar lakukan langkah 4 s/d 7 (lihat gambar)sampai handrub
menguap (10-15 detik)
 Semprotkan 5ml (3 kali tekan) handrub berbasis alkohol pada
telapak tangan kanan, gunakan siku untuk menekan botol.
 Celupkan dan bersihkan semua ujung-ujung kuku tangan kiri selama
5 detik
 Gosok dan lumuri tangan kiridengan handrub sampai ke siku
pastikan seluruh area kulit terkena handrub dengan gerakan
memutar lakukan langkah 4 s/d 7 (lihat gambar)sampai handrub
menguap (10-15 detik)
 Semprotkan 5ml (3 kali tekan) handrub berbasis alkohol dengan
tangan kiri, gunakan siku untuk menekan botol, lakukan cuci
tangandengan langkah berikut ini :
o Ratakan antiseptic/ Handrub keseluruh permukaan telapak
tangan
o Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
o Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
o Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
o Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
 Setelah tangan kering baru memakai gaun dan handschoen steril
 Setelah selesai operasi lepaskan handschoen lakukan cuci tangan
dengan handrub alkohol atau air mengalir bila ada sisa bedak atau
kotoran
BAB XV
PENINGKATAN MUTU DAN PROGRAM EDUKASI

15. 1. Konsep Dasar Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit


Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan
bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.

15. 2. Mutu Pelayanan Rumah Sakit Tk Iv Im 07.01 Lhokseumawe


1. Pengertian mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa
pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan.
c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.

2. Definisi Mutu Pelayanan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe

Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit TK IV IM 07.01


Lhokseumawe untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe secara wajar, efisien dan efektif
serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika,
hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe dan masyarakat
konsumen.

3. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu


Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe
d. Karyawan Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.

4. Dimensi Mutu

Dimensi atau aspeknya adalah :


a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya

5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output


Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variabel, yaitu:
1) Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan
yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan
struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan
penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2) Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan
interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien /
masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.

3) Output, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang


terjadi pada konsumen (pasien / masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.

15. 3. Prinsip Dasar Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan


Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek
yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit TK IV IM 07.01
lhokseumawe.
Indikator :
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator
yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :

 Tingkat kinerja atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat kinerja atau kondisi tersebut.
 Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
 Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau
mutu.

Anda mungkin juga menyukai