Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Himpunan
Sebelum kita lanjut pembahasan tentang himpunan, sebaiknya kita tinjau lebih dahulu
macam-macam bilangan karena sangat erat kaitannya dengan himpunan, yaitu:

A. Bilangan asli.
Bilangan asli adalah bilangan yang dimulai dari angka satu. (1, 2, 3, 4, . . .).
B. Bilangan cacah.
Bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka nol. (0, 1, 2, 3, 4, . . .).
C. Bilangan prima.
Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua faktor, yaitu 1 dan
bilangan itu sendiri. (2, 3, 5, 7, 11, . . .).
D. Bilangan rasional.

Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , misalnya

2, 3, -5, 5, . . .
E. Bilangan irrasional.

Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak bisa dinyatakan dalam bentuk

karena pembagiannya tidak bisa berhenti, misalnya π, √2.


F. Bilangan komposit.
Bilangan komposit adalah bilangan asli lebih dari 1 yang bukan bilangan prima.
Bilangan komposit yaitu (4, 6, 8, 9 . . .).
G. Bilangan real atau riil.
Bilangan real atau riil adalah bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk desimal,
misalnya 5,1243.

Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau objek yang didefinisikan secara


jelas, sehingga bisa ditentukan apakah suatu objek merupakan anggota himpunan atau
tidak.
Contoh:
1. P adalah kumpulan pria tampan berumur 25 tahun. Kumpulan pria tampan berumur 25
tahun bukanlah himpunan, karena tampan atau tidak sifatnya relatif.
2. Q adalah kumpulan hewan berkaki empat. Kumpulan hewan berkaki empat adalah
himpunan, karena bisa ditentukan dengan jelas hewan apa saja yang masuk anggota
himpunan tersebut. Himpunan diberi nama dengan huruf besar (kapital) dan anggota-
anggotanya ditulis diantara pasangan kurung kurawal { }.

Contoh:
1. A = {1, 2, 3, 4}
2. P = {bilangan asli kurang dari 12}
3. Q = {x|1 < x < 10, x ∈ bilangan cacah}

2. Cara Menyatakan Himpunan


Himpunan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:
A. Deskripsi.
Deskripsi adalah menggunakan kata-kata yang jelas untuk mendefinisikan keanggotaan
suatu himpunan dengan cara menyebutkan syarat dan ciri-ciri anggotanya.
Contoh:
1. A = {bilangan prima kurang dari 15}
2. P = {bilangan cacah kurang dari 4}
3. K = {bilangan asli genap kurang kurang dari 8}
B. Notasi pembentuk himpunan.
Contoh:
1. A = {x|x < 15, x ∈ bilangan prima}
2. P = {y|y < 4, y ∈ bilangan cacah}
3. K = {m|m < 8, m ∈ bilangan asli genap}
C. Mendaftarkan anggota-anggota himpunan.
Contoh:
1. A = {2, 3, 5, 7, 11, 13}
2. P = {0, 1, 2, 3} 3.
3. K = {2, 4, 6}
3. Jenis-jenis Himpunan
A. Himpunan Kosong.
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Himpunan kosong
ditulis dengan notasi {} atau ∅
Contoh:
1. Himpunan bilangan prima antara 7 dan 11.
2. P = {x|x < 1, x ∈ bilangan asli}
B. Himpunan Semesta.
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua objek yang dibicarakan,
sehingga himpunan semesta disebut juga semesta pembicaraan.
Contoh:
1. A = {2, 3, 5, 7, 11}
himpunan semesta dari A bisa berupa:
(i). S = bilangan prima,
(ii). S = bilangan asli,
(iii). S = bilangan cacah,
dan lain-lain.
2. P = {kambing, sapi, kerbau}
Himpunan semesta dari P bisa berupa:
(i). S = {hewan berkaki empat}
(ii). S = {hewan menyusui}
(iii). S = {hewan pemakan rumput}
dan lain-lain.
Himpunan semesta dilambangkan dengan S. Himpunan semesta digambarkan berupa
persegi panjang pada diagram venn.
S

C. Himpunan Tak Berhingga.


Himpunan tak berhingga adalah himpunan yang anggotanya tidak terbatas banyaknya,
sehingga banyak anggotanya tidak dapat dihitung.
Contoh:
1. Q = {bilangan asli lebih dari 5}
2. K = {1, 3, 5, 7, . . .}

D. Himpunan Berhingga.
Himpunan berhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya terbatas.
Contoh:
1. A = {bilangan prima kurang dari 15}
2. P = {6, 7, 9}

E. Himpunan Bagian.
Himpunan P merupakan himpunan bagian dari Q jika setiap anggota P adalah anggota Q.
P himpunan bagian dari Q dituliskan dengan notasi P⊂Q.
contoh:
1. P = {3, 7, 11}, Q = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13}
Karena setiap anggota P adalah anggota Q, dengan kata lain semua anggota P termuat di
dalam Q, maka himpunan P adalah himpunan bagian dari himpunan Q, ditulis P⊂Q
2. A = {3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, B = {2, 4, 6}
Tidak semua anggota B merupakan anggota himpunan A, sehingga himpunan B bukanlah
himpunan bagian dari himpunan A.

Setiap himpunan kosong (∅) selalu menjadi himpunan bagian dari suatu himpunan. Jika
banyak anggota himpunan A adalah n, maka banyak himpunan bagian dari A adalah: 2n
=2n.
Banyaknya himpunan bagian dari A yang banyak anggotanya m adalah:

n!=n.(n−1).(n−2).(n−3).(...).2.1.n!=n.(n−1).(n−2).(n−3).(...).2.1.

Contoh soal 1.
Jika A = {5, 9, 11}, maka banyak himpunan bagian dari A adalah . . . .

Pembahasan:
Banyak anggota dari himpunan A adalah 3. Berarti n = 3. Himpunan bagian dari A
adalah:
{ } → beranggotakan nol anggota (himpunan kosong)
{5}, {9}, {11} → beranggotakan satu anggota.
{5, 9}, {5, 11}, {9, 11} → beranggotakan dua anggota.
{5, 9, 11} → beranggotakan tiga anggota.
Banyaknya himpunan bagian dari A adalah 8.
Banyaknya himpunan bagian dengan nol anggota = 1.
Banyaknya himpunan bagian dengan satu anggota = 3.
Banyaknya himpunan bagian dengan dua anggota = 3.
Banyaknya himpunan bagian dengan tiga anggota = 1.
Contoh soal 2.
Jika P = {a, b, c, d, e, f}, tentukanlah banyak himpunan bagian dari P dan banyaknya
himpunan bagian dari P dengan3 anggota.

Pembahasan:
Banyaknya anggota dari himpunan P adalah 6, jadi n = 6.
Banyaknya himpunan bagian =2n
=26
=64
Banyaknya himpunan bagian dengan 3 anggota

= 20

4. Hubungan Antar Himpunan


A. Himpunan Ekuivalen.
Dua himpunan dikatakan ekuivalen jika kedua himpunan tersebut memiliki banyak
anggota yang sama.
Contoh:
A = {1, 2, 3, 4} → n(A) = 4.
B = {a, b, c, d} → n(B) = 4
n(A) = n(B) sehingga himpunan A ekuivalen dengan himpunan B, dinotasikan
dengan A∼B.

B. Himpunan Sama.
Dua himpunan dikatakan sama jika kedua himpunan mempunyai anggota yang tepat
sama.
Contoh:
A = {1, 2, 3, 4}
B = {1, 2, 3, 4}
Karena anggota himpunan A tepat sama dengan anggota himpunan B, maka himpunan A
sama dengan himpunan B, dinotasikan dengan A = B.
C. Himpunan Saling Lepas.
Dua himpunan dikatakan saling lepas jika kedua himpunan tidak memiliki anggota
persekutuan.
Contoh:
P = {2, 3, 4}
Q = {6, 7, 8, 9}
Himpunan P dan Himpunan Q tidak memiliki anggota yang sama atau anggota
persekutuan, sehingga himpunan P dan himpunan Q adalah saling lepas.

D. Himpunan Tidak Saling Lepas.


Dua himpunan dikatakan tidak saling lepas jika kedua himpunan memiliki anggota
persekutuan, tetapi tidak menjadi himpunan bagian.
Contoh:
K = {3, 4, 5, 6}
L = {1, 2, 3, 4, 7, 9}
Himpunan K dan himpunan L memiliki anggota persekutuan yaitu {3, 4}, tetapi K
bukanlah himpunan bagian dari L dan L bukan himpunan bagian dari K.

5. Jenis-jenis Operasi Himpunan


A. Irisan Himpunan.
Irisan himpunan A dan himpunan B adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya
merupakan anggota himpunan A sekaligus anggota himpunan B, atau Himpunan yang
anggota-anggotanya merupakan anggota persekutuan dari himpunan A dan himpunan B.
A∩B={x|x∈A dan x∈B}
Contoh:
P = {2, 3, 4, 5, 6}
Q = {5, 6, 7, 8, 9, 10}
P∩Q={5,6}P∩Q={5,6}
Note:
Jika P⊂Q maka P∩Q = P
Jika P=Q maka P∩Q = P atau P∩Q = Q
B. Gabungan Himpunan.
Gabungan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya adalah anggota
himpunan A atau anggota himpunan B.
A∪B={x|x∈A atau x∈B}
Contoh:
A = {2, 5, 7, 9}
B = {3, 4, 5, 7, 11, 12}
A∪B={2,3,4,5,7,9,11,12}
Banyak anggota dari gabungan dua himpunan:
n(A∪B)=n(A)+n(B)−n(A∩B)

C. Selisih Himpunan.
Selisih himpunan A dan B atau A−B adalah himpunan semua anggota A yang tidak
menjadi anggota B.
A−B={x|x∈A dan x∉B}
Contoh:
A = {2, 3, 5, 6, 7}
B = {1, 3, 5, 7, 9, 11}
A−B={2,6}
D. Jumlah Himpunan.
Jumlah himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan
gabungan dari himpunan A dan himpunan B, tetapi bukan irisan A dan B.
Contoh:
A = {2, 3, 5, 6, 7}
B = {1, 3, 5, 7, 9, 11}
A+B={1,2,6,9,11}
E. Komplemen Himpunan.
Komplemen Himpunan A adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan
anggota himpunan S yang bukan A. Komplemen dari himpunan A dinotasikan dengan A

atau Ac.
A′ atau Ac={x|x∉A dan x∈S}
6. Sifat-sifat Operasi Himpunan
A. Sifat Komutatif.
1. A∩B=B∩A
2. A∪B=B∪A

B. Sifat Assosiatif.
1. (A∩B)∩C=A∩(B∩C)
2. (A∪B)∪C=A∪(B∪C)

C. Sifat Distributif.
1. A∩(B∪C)=(A∩B)∪(A∩C)
2. A∪(B∩C)=(A∪B)∩(A∪C)

D. Dalil De' Morgan.


1. (A∩B)c=Ac ∪ Bc
2. (A∪B)c=Ac ∩ Bc

Anda mungkin juga menyukai