Kelompok 2 Trauma Kepala
Kelompok 2 Trauma Kepala
TRAUMA KEPALA
OLEH
KELMPOK II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cidera Kepala/ trauma kepala (head injury) merupakan salah satu penyebab
kematian, kecacatan, disabilitas, dan defisit mental. Trauma kepala menjadi penyebab
utama pada kelompok usia produktif (15-19 tahun) terbanyak akibat kecelakaan lalu
lintas dan penurunan kesadaran GCS 3-8, mengalami amnesia >24 jam. Penderita trauma
kepala sering mengalami edema serebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler
atau ekstraseluler pada ruang otak dan perdarahan intrakranial yang mengakibatkan
meningkatnya teknanan intrakranial (Kumar,2013).
Trauma kepala meliputi luka pada kulit kepala, tengkorak, dan otak. Trauma
kepala/ cidera kepala dapat menimbulkan berbagai kondisi dari gegar otak ringan, koma,
sampai pada kematian. Kondisi paling serius disebut dengan istilah cedera otak traumatik
(traumatik brain injury). Paling umum akibat jatuh (28%), kecelakaan kendaraan
bermotor (20%), tertabrak benda (19%), dan perkelahian (11%) dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan 2:1 (Brunner & Suddart, 2013).
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, jumlah data yang
dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur. Adapun responden yang
pernah mengalami cedera 84.774 orang dan tidak cedera 942.984 orang. Prevalensi
cedera tertinggi berdasarkan karakteristik responden yaitu pada kelompok usia 15-24
tahun (11,7%) dan laki-laki (10,1%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2013).
Data hasil laporan tahunan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2014, cedera kepala termasuk ke dalam 10 besar penyakit
terbanyak bedah sebesar 1.187 dari 4.406 kasus. Sebagian besar pasien mengalami
cedera kepala ringan (64,6%), sedangkan sisanya mengalami cedera kepala sedang
(16,7%) dan cedera kepala berat (18,7%).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cidera kepala/trauma kepala (head injury) adalah kumpulan kejadian
patofisiologik yang dapat melibatkan setiap komponen yang ada, mulai dari kulit kepala,
tulang dan jaringa otak atau kombinasinya. Cedera kepala merupakan salah satu
penyebab kematian atau kecacatan pada individu atau kelompok yang banyak melakukan
aktivitas/kegiatan dimana sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Price dan
Wilson, 2012).
B. Etiologi
a. Kecelakaan
b. Jatuh
c. Tertabrak benda
d. Perkelahian
C. Macam- macam Trauma Kepala
D. Manifestasi Klinis
a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian
sembuh.
f. Letargik.
2. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Cedera
sekunder, dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau taka
da pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatann volume darah)
pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua
menimbulkan peningkatan isi intracranial, dan akhirnya peningkatan tekananan
intracranial (TIK). Beberapa konsidi yang menyebabkan cedera otak sekunder
meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Trauma Kepala
Hipoksia
Asidosis
Iskemik
Infark serebri
Cerebrum Cerebellum Batang otak
G. Penatalaksanaan
1. Non medis atau keperawatan
c. Jika terdapat gigi yang lepas atau fragmen tulang dijalan napas akibat trauma
diwajah, segera diambil.
d. Buka jalan napas, jika GCS kurang dari 8 maka lakukan intubasi endotrakeal.
e. Lakukan suction jika terdapat darah, saliva, atau muntahan pada jalan napas.
3. Sirkulasi (circulation)
a. Pertahankan status normovolemia pada pasien (jaga tekanan arteri antara 70-80
mmHg).
c. Pada pasien dengan trauma penetrasi atau trauma tumpul, tekanan darah
sistolik hendaknya dipertahankan menimal 60 mmHg.
d. Pada pasien dengan traumaselain penetrasi atau trauma tumpul , tekanan darah
sistolik hendaknya dipertahankan menimal 90 mmHg.
e. Beriak tambahan cairan isotonik atau produk darah sesuai dengan kebutuhan
pasien.
f. Jika nadi pasien tidak teraba, maka berikan bolus cairan 250 cc sampai nadi
teraba.
g. Pasang kateter urine untuk monitoring pengeluaran urine (terutama jika pasien
diberikan diuretik).
4. Disabillity, lakukan monitoring status GCS secara berkala, respons pupil, nadi
pernapasan, dan tekanan darah.
5. Segera menyiapkan pasien utuk memeriksa diagnostik penunjang.
6. Cegah jangan smpai terjadipeningkatan TIK dengan pemberian sedasi atau
analgesik, pemberian diuretik osmotik (manitol), posisikan pasien head elevation
300 , minimalisasi stimulasi ekternal.
7. Fasilitasi pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan (evakuasi hematom
lobektomi, kraniotomi).
8. Cegah jangan sampai terjadi kejang.
9. Pertahankan suhu tubuh mormal.
2. Medis atau pemberian obat-obatan
a. Diuretik osmotik
b. Loop diuretic
c. Analgesik
d. Antibiotik
e. Antihipertensi
H. Komplikasi
1. Kematian otak
2. Kejang
3. Peningkatan tekanan di dalam kepala
4. Infeksi pada selaput otak (meningitis)
5. Kerusakan saraf kita
6. Penyakit otak degeneratif (alzheimer, parkinson, dan demensia)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Pengkajian data subjektif meliputi hal berikut:
1. Kaji mekanisme injuri
2. Tingkat kesadaran
3. Status mental
4. Gangguan komunikasi
5. Kemampuan motorik
6. Gangguan sensasi
7. Gangguan penglihatan
8. Nyeri (PQRST)
9. Sakit kepala
10. Kejang
11. Muntah
12. Usaha untuk mengurangi gejala
13. Status imunisasi
d. Data-data yang diperlukan dalam pengkajian data objektif meliputi hal berikut
1. Kaji kondisi
2. Tingkat kesadaran berdasarkan Glasgow coma scale (GCS)
3. Orientasi, ingatan atau memori
4. Verbalisasi saat komunikasi
5. Perubahan perilaku
6. Adanya kejang
7. Tanda tanda vital terkait MAP
8. Nadi
9. Respirasi
10. Tanda trias Churings (peningkatan tekanan darah sistolik, bradikardi
pernapasan abnormal)
11. Suhu inti tubuh
12. Lokasi trauma
13. Kontinuitas tulang
14. Ukuran dan reaksi pupil terhadap cahaya
15. Kemampuan koordinasi motorik
16. Fungsi saraf kranial
17. Adanya cairan serebprospinal
18. Tanda meningen
19. Kekuatan otot
Buka Mata :
Spontan =4
Terhadap suara =3
Terhadap nyeri =2
Tidak ada respons =1
Respons Verbal :
Terorientasi = 5
Bingung = 4
Kata-kata tidak sesuai = 3
Suara tidak berhubungan = 2
Diam =1
Respons motorik :
Mengikuti perintah = 6
Melokalisasi nyeri = 5
Menarik diri terhadap nyeri = 4
Fleksi abnormal =3
Eksistensi abnormal =2
Tidak ada gerakan =1
Kekuatan otot :
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2
2. Gangguan Pola napas berhubungan dengan penekanan pusat nafas
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengeluaran sekret
terhambat.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot/paralisis.
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan motorik bicara
6. Inkontinensia urin/feses berhubungan dengan kelemahan otot spicter
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik
8. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kontraktur
9. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Cholik Harun dan Saiful Nurhidayat (2009). Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan
Nanda (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Editor
Nuratif. A.H. Dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose
Ilmu
Taylor, CM & Sheila Spark Ralph. (2014). Diagnosa Keperawatan : dengan Rencana
Ulya, Ikhda; Kusumaningrum,Bintari. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat Pada
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/368/347
file:///C:/Users/acer/Downloads/275-Article%20Text-535-1-10-20180227.pdf
http://repository.poltekkeskdi.ac.id/583/1/KTI%20RPL%20GEL%20I%20%28TRauma%20Kepala
%20Berat%29.pdf
https://www.researchgate.net/publication/
327243256_HUBUNGAN_SKOR_GLASGOW_COMA_SCALE_GCS_DENGAN_JUMLAH_TROMBOSIT_PA
DA_PASIEN_CEDERA_KEPALA_DI_IGD_RSUD_ULIN_BANJARMASIN
Soal Kasus
1. Seorang laki-laki usia 45 tahun, masuk ruang UGD di antar oleh tukang ojek akibat
kecelakaan lalu lintas, klien tidak sadarkan diri, terdapat darah di mulut dan hidung
klien, hasil pemeriksaan tekanan darah 90/60, Nadi 120x/menit, Respirasi 35x/menit.
Apakah masalah keperawatan yang utama pada klien tersebut?
a. Gangguan Pola napas
b. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
c. Bersihan jalan napas tidak efektif
d. Gangguan mobilitas fisik
2. Seorang laki-laki usia 45 tahun, masuk ruang UGD di antar oleh tukang ojek akibat
kecelakaan lalu lintas, klien tidak sadarkan diri, terdapat darah di mulut dan hidung
klien, hasil pemeriksaan tekanan darah 90/60, Nadi 120x/menit, Respirasi 35x/menit.
Apakah tindakan keperawatan yang utama pada klien tersebut?
a. Cek kesadaran klien
b. Buka jalan nafas
c. Lakukan suction
d. Cek TTV klien
3. Ny. B usia 25 tahun di bawa ke UGD dengan hematoma di temporal sinistra akibat
dipukuli suaminya, klien dalam kondisi kesadaran menurun, refleks membuka mata
dengan cubitan pada kelopak mata dan mampu menepis cubitan tersebut dengan
tangan kirinya dan saat diajak bicara hanya erangan kesakitan yang keluar dari mulut
klien. Berapakah skor GCS pada klien tersebut?
e. E2V4M5
f. E3V2M4
g. E2V2M5
h. E2V3M5
4. Tn. R usia 35 tahun di bawa ke UGD karena terjatuh dari atap rumah saat
memperbaiki genteng yang bocor, kepala klien terbentur tanah dengan tanda dan
gejala klien merasa pusing, mual, muntah, vertigo, pandangan kabur dan perubahan
perilaku. Menurut tanda dan gejalanya termasuk dalam jenis apakah trauma yang di
alami klien?
a. Concussion (konkusio/geger otak)
b. Kontusio serebri (serebral contusio)
c. Trauma penetrasi
d. Epidural Hematoma (EDH)
5. Ny. P usia 40 tahun di bawa ke UGD karena pukulan kayu di kepala saat melerai
adiknya yang sedang berkelahi. Klien kesulitan bernapas, kebingungan, kehilangan
kesadaran, diameter pupil tidak sama dan kesulitan berbicara. Menurut tanda dan
gejalanya termasuk dalam jenis apakah trauma yang di alami klien?
a. Concussion (konkusio/geger otak)
b. Kontusio serebri (serebral contusio)
c. Trauma penetrasi
d. Epidural Hematoma (EDH)