Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 8

ANGGOTA:
1. DZAKI FAIRUZ AZZAHRA 2170314940
2. MAUFIRA NATASYA JULIA 12170322353
3. RADEF OKTAPTI SAPUTRA 12170311814
4. SYAMILA QANNITA 12270324454

JUDUL : SUS
PENULIS : Wijaya Triwacananingrum, Gabriella Michelle Wijaya

Fenomena Rupiah, dan diperkirakan untuk sementara mencapai 91,3% atau 1.282,8 triliun
Rupiah. Perbandingan penerimaan perpajakan tahun 2018 dengan tahun 2020 menunjukkan
pertumbuhan realisasi pendapatan yang mengalami penurunan berturut-turut sebesar -
11,54%, -1,77%, dan 17,03%. Selain itu, hal tersebut juga dipicu oleh agresivitas pajak.
Agresivitas pajak di Indonesia tidak hanya muncul akibat menurunnya penerimaan
pajak. Data makro yang diperoleh juga membuktikan kontributor utama lainnya. Pada tahun
2018 dan 2019, Indonesia menduduki peringkat kedua terendah dalam hal tax rasio, yaitu
masing-masing sebesar 10,23% dan 9,75% jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
(Asian Development Bank 2020; World Bank 2021). Agresivitas pajak berdampak negatif
pada perusahaan karena biaya audit terkait dengan pendeteksian kecurangan, reputasi dan
citra perusahaan terancam, serta hilangnya legitimasi. Reputasi dan legitimasi suatu
perusahaan dapat ditingkatkan melalui berbagai inisiatif terencana untuk meningkatkan
aktivitasnya, seperti Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), dan digambarkan sebagai
“bisnis yang baik”. Aktivitas CSR mencegah perusahaan mengambil tindakan yang
berdampak negatif pada nilai, norma, dan ekspektasi masyarakat, seperti agresivitas pajak.
Perbedaan Penelitian Terdahulu Secara khusus, penelitian ini membahas hubungan antara pelaporan keberlanjutan,
agresivitas pajak, dan GCG sebelum dan selama COVID-19. Penelitian sebelumnya gagal
membahas implikasi pandemi ini. Kondisi ini menjadi relevan jika dilihat dari konteks waktu
sebelum dan saat terjadinya serta dalam perspektif keberlanjutan perusahaan untuk mampu
bertahan dalam situasi yang tidak menentu.
Berbagai kesenjangan telah ditemukan dimana penelitian sebelumnya hanya
mencakup kondisi sebelum COVID-19 dengan Global Reporting Initiative (GRI) G4 sebagai
standar yang sering digunakan untuk mengukur indikator pengungkapan laporan
keberlanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan standar terbaru yang diterbitkan
pada tahun 2016 mendukung relevansinya seiring dengan meningkatnya kesadaran
perusahaan untuk mengungkapkan aspek non-keuangan melalui laporan keberlanjutan.
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang mencakup periode terbaru hingga
tahun 2018, terdapat transisi dari penerapan Standar G4 ke Standar GRI.
Penelitian terdahulu mengukur variabel ini berdasarkan mekanisme internal yang
diproksikan secara luas dengan Komisaris Independen (Putri dan Andriyani 2020),
Institusional dan (Ratnawati et al. 2019), Kepemilikan Manajerial (Ramdhani et al. 2021)
serta Komite Audit (EG danMurtanto 2021).

Rumusan Masalah/Tujuan 1. Untuk memeriksa efek tambahan COVID-19 pada pengungkapan laporan
Penelitian keberlanjutan terhadap agresivitas pajak, dengan fokus pada peran moderasi Good
Corporate Governance (GCG)
2. Untuk menganalisis hubungan antara pengungkapan laporan keberlanjutan dan
agresivitas pajak, khususnya sebelum dan selama pandemi COVID-19.
3. Untuk menyelidiki dampak GCG terhadap hubungan antara pengungkapan laporan
keberlanjutan dan agresivitas pajak, baik sebelum maupun selama COVID.
4. Memberikan wawasan tentang apakah pengungkapan laporan keberlanjutan
berdampak pada tingkat agresivitas pajak, dan bagaimana praktik GCG dapat
mempengaruhi hubungan ini.
5. Untuk berkontribusi pada literatur yang ada dengan memeriksa hubungan antara
pelaporan keberlanjutan, agresivitas pajak, dan GCG, khususnya dalam konteks
COVID-19.
6. Untuk menguji hipotesis yang terkait dengan pengaruh pengungkapan laporan
keberlanjutan terhadap agresivitas pajak dan peran moderasi GCG menggunakan
model regresi linier ganda.

Grand Teori dan Teorinya Termasuk bagaimana pendiriannya berkontribusi terhadap kepentingan pemangku
kepentingan syarat membayar pajak kepada pemerintah.Auditor eksternal yang juga
merupakan bagian dari Indeks CG dalam penelitian ini memberikan validasi independen
terhadap kinerja perusahaan.Oleh karena itu menggunakan internal dan eksternal mekanisme
untuk mengukur indeks CG adalah penting untuk mengevaluasi perusahaan-perusahaan ini
akuntabilitas kepada pemangku kepentingan dan untuk mempertahankannya keberadaan
mereka.
PERKEMBANGAN HIPOTESIS
Tinjauan Literatur
Teori Legitimasi
Teori legitimasi menjelaskan hal tersebut perbedaan antara kegiatan yang dilakukan oleh
Perusahaan
dan harapan masyarakat (Lanis dan Richardson 2018).Pemahaman konsepnya mengarah
pada system manajemen yang berorientasi pada menanamkan keharmonisan antar anggota
masyarakat dan pemerintah atau regulator.Teori legitimasi memiliki cakupan yang luas telah
digunakan untuk menjelaskan keputusan perusahaan untuk mengungkapkan kegiatannya
secara transparan (Dai et Al. 2018).Implementasi mendesak dari social dan tanggung jawab
lingkungan telah mendorong perusahaan untuk memberikan pengungkapan laporan
keberlanjutan (Qomariah 2021).Sedangkan pengungkapan keberlanjutan isu-isu tersebut
lebih ditujukan untuk tujuan strategis hanya untuk memenuhi tanggung jawab seseorang
terhadap komunitas (Bini dan Bellucci 2020). Dia bertujuan untuk menjaga kebaikan
perusahaan citra di mata masyarakat (Makhfudloh dkk. 2018), dengan demikian
menekankanpengungkapan informasi non-keuangan yang efektif sebagai bentuk perolehan
legitimasi perusahaan (Dube dan Maroun 2017).Konsep legitimasi terus menerus
menunjukkan bahwa perusahaan yang memperlakukan mekanisme pembayaran pajak secara
agresif adalah suatu hal yang terpaksa untuk mengungkapkan informasi tambahan terkait
dengan tanggung jawab sosial mereka dalam berbagai hal dimensi dalam laporan
keberlanjutan untuk mengurangi kekhawatiran Masyarakat.
Metode Penelitian (Jenis Data, Jenis data :
Sumber Data, Populasi dan Jenis datanya adalah pooling data (cross section pooled data) 100 perusahaan yang terdaftar
Sampel, Definisi Operasi Variabel, di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019 hingga 2020 sebagai objek penelitian. Tahun
dan Metode Analisis yang penelitian dipilih berdasarkan fakta bahwa perusahaan perusahaan ini sepenuhnya
Digunakan) mengadopsi tandar GRI. Intinya adalah membandingkan periode sebelum dan saat pandemi
terjadi di Indonesia.

Sumber data :
Data keuangan dan non-keuangan untuk masing- masing perusahaan diperoleh dari data
fiskal pernyataan, keberlanjutan, dan laporan tahunan yang dipublikasikan di situs resmi
masing-masing dan situs idx (indonesia stock exchange).

Populasi dan sampel :


Populasi penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2019 dan 2020 yang berjumlah 750 perusahaan tetapi sample yang digunakan adalah
100 perusahaan

Definisi operasi variabel :


 Variabel tak bebas : Agresivitas Pajak (TAX_AGG) Pengungkapannya Tarif Pajak
Efektif (ETR) adalah perbandingan beban pajak penghasilan terhadap penghasilan
sebelum pajak. Perusahaan yang mengalami kerugian pendapatan atau dibebaskan
dari kewajiban membayar pajak dikeluarkan dari penelitian ini. Rendahnya nilai ETR
merupakan indikasi adanya praktik agresivitas pajak. Berdasarkan hasil interpretasi,
semakin rendah ETR maka semakin tinggi tingkat agresivitas pajak (Fuadah dan
Kalsum 2021; Laguir et al. 2015; Pratiwi dan Kiswara 2019; Wijaya et al. 2021).
 Variabel bebas : Pengungkapan laporan keberlanjutan (SR_DISC) Pengungkapannya
Skor dalam angka desimal dihasilkan dari total pengungkapan laporan keberlanjutan
perusahaan melalui indeks GRI, dan berjumlah 240 indeks yang ditangani oleh
Standar GRI. Variabel dummy di bawah satu digunakan ketika indeks berdasarkan
Standar GRI diungkapkan, dan nol jika sebaliknya. Oleh karena itu, skornya
bervariasi dari nol hingga maksimal satu.
 Variabel Moderasi: Perusahaan yang Baik Tata Kelola (GCG) Pengungkapannya
Indeks Tata Kelola Perusahaan Indonesia (ICGI) dikembangkan oleh Tanjung
(2020). Hal ini melibatkan penambahan skor aktual indeks CG dibagi dengan jumlah
total indeks yang berjumlah 15. Setiap indeks diberi skor satu ketika perusahaan
memenuhi pengungkapan kepatuhan yang disyaratkan dan nol jika sebaliknya. Oleh
karena itu, skornya bervariasi dari nol hingga maksimal satu.
 Variabel kontrol: Jenis Industri (IND) Pengungkapannya Variabel dummy dengan
skor satu dan nol untuk perusahaan dengan klasifikasi industri high profile dan low
profile (Ariyani dan Hartomo 2018).
 Ukuran Perusahaan (UKURAN) Pengungkapannya Logaritma natural (Ln) dari total
aset yang dimiliki perusahaan (Saragih et al. 2021).
 Financial Leverage (DER) Pengungkapannya Debt-to-Equity Ratio (DER)
merupakan rasio total liabilitas jangka pendek dan jangka panjang terhadap total
ekuitas (Jin 2021).
 Capital Intensity (CAPINT) Pengungkapannya Rasio total aset tetap bersih terhadap
total aset (Utami dan Mahpudin 2021).
 Laba atas Penjualan (ROS) Pengungkapannya Rasio pendapatan sebelum pajak
terhadap total penjualan (Ariani & Prastiwi 2020).

Metode analisis :
Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan ringkasan yang
secara kuantitatif menjelaskan hasil statistik variabel yang digunakan dalam model
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai