Anda di halaman 1dari 2

USULAN JUDUL SKRIPSI MAHASISWA

I. IDENTITAS MAHASISWA
1. Nama Mahasisw : Irpan Hatuwe
2. Nomor Induk Mahasiswa : 2017-21-240

II. USULAN JUDUL SKRIPSI

A. DESKRIPSI JUDUL
Pada tanggal 06 Oktober 2022 seorang pensiunan polisi AKBP Purnawirawan
menabrak seorang mahasiswa FISIP UI (Universitas Indonesia) bernama M Hasya
Attalah Syaputra di kawasan Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Seperti
yang dilansir dari detiknews.com, korban mengendarai sepeda motor dan terjatuh karena
hendak menghindar dari kendaraan motor yang lain dan jatuh ke sisi kanan jalan, dari
arah yang berlawanan munculah mobil Mitsubishi Pajero berpelat B2447 RFS yang
dikemudikan oleh Purnawirawan dengan kecepatan 30 km/jam yang mengakibatkan
terjadinya tabrakan yang tidak bisa dihindari yang mengakibatkan hilangnya nyawa
korban. Pada saat setelah kejadian, pelaku pelindasan sempat dimintai bantuan untuk
membawa korban ke rumah sakit untuk bisa mendapatkan pertolongan pertama, namun
pelaku menolak. Setibanya korban di rumah sakit, korban baru dinyatakan meninggal
dunia.
Menurut pihak polisi, setelah melakukan penyelidikan di TKP, para penyidik
mengatakan bahwa kelalaian disebabkan oleh mahasiswa UI itu sendiri dan proses
penyidikan pun dihentikan dengan mengirim surat perinth penghentian penyelidikan
(SP3) pada 17 Januari 2023. Hal ini tentu sajah secara terang-terangan mengatakan
bahwa pelaku pelindas ini tidak bersalah dan dibebaskan begitu sajah sementara korban
yang meninggal adalah orang yang bersalah karena kelalaiannya sendiri yang
menyebabkan kematiannya.
Jika polisi ingin menghentikan kasus ini, maka seharusnya menggunakan pasal 109
Ayat 2 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) yakni alasan tidak cukup bukti.
Bukan langsung menyatakan korban lalai sehingga menyebabkan hilang nyawanya
sendiri.
Dalam pasal 77 KUHP telah menjelaskan bahwa kewenangan menuntut hukum
gugur atau tidak berlaku lagi jika tertuduh meninggal dunia. Jadi dalam arti yang lain
kasus ini sudah harus di hentikan. Pada putusan mahkamah konstitusi (MK) Nomor
21/PUU-XII/2014 tertanggal 28 April 2015 yang mengatur bahwa sebelum menetapkan
tersangka harus didahului dengan pemeriksaan calon tersangka. Sementara tersangka
sendiri sudah meninggal, lalu apa yang harus diperiksa jika korban dinyatakan sebagai
tersangka?.
Selain dari pada itu jika dilihat pada UU N0.22 tahun 2009 tentang lalulintas dan
angkutan jalan, pada pasal 235 ayat (1) berbunyi “jika korban meninggal dunia akibat
kecelakaan lalulintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 299 ayat (1) huruf c,
pengemudi, pemilik, dan/ atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan
kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan
tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana”. Namun pelaku dalam kasus ini tidak
melakukan pertanggung jawaban padahal sudah jelas-jelas dia sendiri adalah pelaku
pelindas korban yang terlindas sebab kasus penyidikannya ditutup dan membuat orang
tua korban tidak terima dan merasa dirugikan.
Selain dari pada itu, pada pasal 359 KUHP menyatakan “barang siapa karena
kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun”.
B. JUDUL
Meninjau Kasus korban kecelakaan lalulintas berat Mahasiswa UI yang ditetapkan sebagai
tersangka

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Korban pantas ditetapkan sebagai tersangka atau tidak
2. Apakah tindakan yang dilakukan oleh penyidik sudah tepat atau belum

D. METODE PENELITIAN YANG AKAN DIGUNAKAN


Dalam penelitian ini, metode penulisann yang saya pakai adalah metode yuridis
normatif, yakni melakukan kajian dengan menggunakan aturan-aturan hukum
yang berlaku.

Ambon, Jumat 03 – Februari – 2023


Yang Mengusulkan Judul Skripsi

Irpan Hatuwe
NIM. 2017-21-240

Anda mungkin juga menyukai