Anda di halaman 1dari 24

Teks Editorial

Teks Editorial
Peta Konsep
Memahami Teks
editorial

Struktur Teks Kaidah Teks


Editorial Editorial

Membandingkan Menganalisis Mengevaluasi


Teks Editorial Teks Editorial Teks Editorial
Teks Editorial
Pengertian
Teks Editorial (tajuk rencana) adalah artikel pokok dalam
surat kabar yang merupakan pandangan redaksi dari media yang
bersangkutan terhadap suatu peristiwa yang menjadi sorotan.
Dalam tajuk rencana, biasanya diungkapkan fakta peristiwa atau
masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi
tentang masalah tersebut, kritik, penilaian dan saran
permasalahan.
Teks Editorial
Karakteristik
1. Berisi fakta-fakta tentang peristiwa maupun permasalahan
aktual .
2. Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang menjadi sorotan,
baik berupa kritik, penilaian, harapan, maupun saran-saran.
3. Terkandung sudut pandang subjektif redaksi media yang
bersangkutan terhadap suatu masalah, mungkin berupa
sikap pro, netral ataupun kontra.
Teks Editorial
Struktur dan Kaidah
Peristiwa, masalah
faktual menjadi pro
dan kontra
Pengenalan Isu
Struktur Teks Editorial

a. Argumen 1
b. Argumen 2, dst
Penyampaian
Argumen
Berisi ulasan, saran,
kritik dan harapan

Kesimpulan
Pernyataan
penyelesaiam
Teks Editorial
Struktur
• Pengenalan Isu:
Berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu
persoalan aktual.
• Penyampaian argumen-argumen:
Berupa tanggapan-tanggapan redaktur dari media yang
bersangkutan berkenaan dengan peristiwa, kejadian atau
persoalan aktual.
• Kesimpulan, saran atau rekomendasi sebagai penutup:
Berupa pernyataan dalam menyelesaikan persoalan yang
di kemukakan sebelumnya.
Teks Editorial
Contoh Teks
Sekolah Berlabel Internasional
Sejenak, mari kita belokkan perhatian. Alih-alih
pelengkap keasyika bergosip infotainment atau gemerlap acara
pencarian bakat.
Lima tahun sudah diselenggarakan rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) jenjang dasar dan menengah,
umum dan kejuruan. Sudah diperoleh sejumlah sekolah bertaraf
internasional (SBI), sudah pula ada yang didrop dari status RSBI
ke status sekolah reguler.
Benar kritik RSBI menciptakan kastanisasi sekolah. Benar
harapan agar RSBI tidak dijadikan merek dagang menjual
sekolah. Kritik dan harapan sebaiknya tidak dianggap sepi, tidak
digolongkan ekses. Membiarkan berarti menaruh pupuk
berkembangnya benih kecurigaan.
Teks Editorial
Contoh Teks
Rencana evaluasi RSBI hendaknya tidak selesai dengan
membereskan ekses. Tidak hanya menyangkut penarikan dana
dan kriteria penilaian, tetapi juga maksud dasar kebijakan RSBI.
Setiap era selalu ada eksperimen, di antaranya yang serba
unggul dengan beragam nama, seperti sekolah unggulan,
pembangunan atau teladan, dan sekarang bertaraf
internasional.
Era globalisasi menjadi batu sendi dan pemicu kebijakan
RSBI. Salah satu cirinya bahasa pengantar Bahasa Inggris.
Muaranya hasil lulusan dan praksis pendidikan setaraf
internasional. Syarat terpenting perbaikan prasarana dan sarana
belajar, termasuk faktor guru
Teks Editorial
Contoh Teks
Ujung-ujungnya duit. Perlu droping dana khusus, seperti
tahun 2008-2010 setiap SMP berstatus RSBI Rp 300 juta per
tahun dan setiap SMA RSBI Rp 300 juta-Rp 600 juta. Begitu RSBI
dinyatakan SBI, dana dihentikan. Sekolah dianggap sudah
memenuhi empat kriteria: infrastruktur, guru, kurikulum, dan
manajemen.
Sekolah ibarat barang dagangan seiring dengan
pemberlakuan standar tunggal manajemen ISO. Dengan standar
itu, tanpa disadari, bukan juga ekses, tercipta kastanisasi sekolah
seperti yang dikritik kolumnis Darmaningtyas, mulai dari yang
internasional hingga pinggiran—bersaing dengan swasta
internasional yang makin bertebaran di kota besar atas nama
usaha bisnis.
Teks Editorial
Contoh Teks
Kita tidak ingin terjebak dalam pola eksperimen masa
lalu. Pembukaan UUD 45 mengamanatkan mencerdaskan
bangsa. Mencerdaskan bangsa bukan untuk segelintir warga—
yang berkemampuan finansial—melainkan untuk sebanyak
mungkin warga bangsa. Kita dukung kebijakan mengatasi
masalah distribusi guru. Sekadar contoh, meskipun tidak mudah,
kemudahan mutasi guru antarprovinsi setidaknya merupakan
terobosan, mengingat 68 persen sekolah di perkotaan kelebihan
guru dan 66 persen sekolah di daerah terpencil kekurangan
guru.
Kenyataan hampir 65 tahun merdeka, tetapi masih jutaan
anak bersekolah di bawah cibiran ”kandang ayam”, tentu lebih
perlu prioritas daripada membangun sekolah unggulan bertaraf
internasional. Sekalian mencegah, jangan sampai ”bertaraf
internasional” menjadi sekadar ”bertarif internasional”!
Teks Editorial
Kaidah
a. Menggunakan kata-kata populer. Hal ini sesuai dengan
karakteristik media itu sendiri, yaitu ditujukan pada khalayak
dari berbagai latar belakang bahasa.
Contoh: gemerlap, geger, keasyikan, bergosip, dll.

b. Banyak menggunakan kata yang merujuk pada waktu, tempat,


peristiwa, atau hal lainnya yang menjadi fokus ulasan.
Contoh:
- Lima tahun sudah diselenggarakan rintisan sekolah
bertaraf internasional... (rujukan waktu)
- Era globalisasi menjadi batu sendi dan pemicu
kebijakan RSBI. (rujukan peristiwa)
Teks Editorial
Kaidah
c. Menggunakan ungkapan-ungkapan persuasif.
Contoh:
- Sejenak mari kita belokkan perhatian.
- Rencana evaluasi RSBI hendaknya tidak selesai
dengan membereskan eskes.
- Kita dukung kebijakan mengatasi masalah distribusi
guru.
Teks Editorial
Kaidah
d. Menggunakan pernyataan-pernyataan pertentangan.
Contoh:
- Penggunaan kekerasan bukanlah tujuan, melainkan
sekadar untuk menjamin ketertiban, keamanan,
danpenegakan hukum.
- Kapal-kapalnya juga bukan merupakan kapal dagang
biasa, tetapi berupa kapal perang yang diperlengkapi dengan
meriam-meriam yang siap untuk ditembakkan.
Teks Editorial
Kaidah
e. Menggunakan kata ganti “kita” untuk melibatkan pembaca
pada topik yang dibahasnya.
Contoh:
- Sejenak mari kita belokkan perhatian.
- Kita tidak ingin terjebak dalam pola eksperimen
masa lalu.
- Kita dukung kebijakan mengatasi masalah
distribusi guru.
- Namun, kita tetap mengakui bahwa penyelenggara
pendidikan itu juga dari lingkungan dan keluarga.
Teks Editorial
Kaidah
f. Penggunaan kalimat retoris. Kalimat retoris adalah kalimat
pertanyaan yang tidak ditujukan untuk mendapatkan
jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan agar
pembaca merenungkan masalah yang dipertanyakan tersebut
sehingga tergugah untuk berbuat sesuatu.
Contoh:
Benarkah pemerintah tidak tahu atau tidak diberi tahu
mengenai rencana Pertamina menaikkan harga elpiji?

g. Adanya penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab,


karena, oleh karena itu.
Contoh:
Masyarakat sebagai konsumen menjadi terkaget-kaget karena
kenaikan tanpa didahului sosialisasi.
Teks Editorial
Membandingkan Teks Editorial
Persamaan dan perbedaan editorial-editorial mudah kita
identifikasi berdasarkan struktur dan kaidahnya:
1. Perbandingan Struktur
Persamaan mungkin ditemukan dalam bagian-bagiannya, yakni
terdiri atas pengenalan isu, penyampaian argumen, dan penutup.
Akan tetapi, perbedaan mungkin dapat kita temukan dalam hal pola
penyajiannya. Sebagai contoh, editorial yang satu berpola kausalitas
yang satunya lagi bertentangan.
2. Perbandingan Kaidah
Kelima kaidah kebahasaan dari teks editorial mungkin dijumpai
pada setiap teks editorial. Namun, mungkin pula tidak semuanya
menjadi identitas dari suatu teks editorial. Mungkin pula dijumpai
karakteristik khusus yang tak dijumpai dalam teks editorial lainnya.
Teks Editorial
Menganalisis Teks Editorial
 Esensi teks editorial dapat diketahui secara lebih jelas dengan
cara melakukan analisis mendalam terhadap struktur dan
kaidahnya.
 Secara struktur, teks editorial tersebut dibangun oleh bagian-
bagian secara lengkap, yakni meliputi pengenalan isu,
penyampaian argumen-argumen dan kesimpulan. Bentuknya
bisa berupa saran dan peringatan-peringatan.
Teks Editorial
Mengevaluasi Teks Editorial

Setelah menganalisis teks, akan tersingkap kelebihan dan


kelemahan teks itu sendiri. Tujuan dari mengevaluasi suatu
teks adalah untuk menemukan kualitas teks tersebut. Baik
berkenaan dengan struktur, kaidah ataupun aspek-aspek
lainnya.
Teks Editorial
Soal
Bacalah kutipan tajuk rencana berikut!
1) Kita pertanyakan keseriusan pemerintah menyediakan
infrastruktur dan sarana transportasi public, khususnya angkutan
darat. 2) Sampai kini, belum terlihat upaya signifikan kearah itu.
3) Bahkan, kita melihat kemacetan parah setiap saat dikota –
kota besar, khususnya di Jakarta. 4) Kegagalan pemerintah
disektor tranportasi public itulah pemicu konsumsi BBM
semakin melonjak. 5) buktinya, sektor transportasi darat
menyedot 90% BBM bersubsidi, mobil pribadi mengkonsumsi
53% dan sepeda motor 40%. 6) Menggunakan kendaraan pribadi
walau ongkos mahal menjadi pilihan efektif ketika solusi
alternative bagi masyarakat tidak tersedia. 7) Kita ingatkan
jangan sampai pemerintah ingin menghemat anggaran subsidi
demi APBN lantas masyarakat berkorban berkali – kali lipat
karena kehilangan kesempatan peningkatan produktivitas, akibat
kelangkaan BBM yang merugi, melainkan secara umum
pertumbuhan ekonomi pun terhambat.
Teks Editorial
Soal
1. Masalah dalam kutipan tajuk rencana tersebut adalah …
a. Pemerintah tidak serius dalam menyediakan infrastruktur dan
sarana tranportasi public
b. Kegagalan pemerintah disektor transportasi public memicu
konsumsi BBM semakin melonjak
c. Kemacetan lalu lintas parah terlihat pada setiap saat dikota –
kota besar khususnya Jakarta
d. Pemerintah ingin menghemat anggaran subsidi APBN tetapi
dalam kenyataanya malah sebaliknya
e. Pertumbuhan ekonomi terhambat dan terjadi kelangkaan
BBM pemerintah menaikkan harga BBM
Teks Editorial
Soal
2. Opini penulis dalam paragraph tersebut terdapat pada kalimat
nomor …
a. 1) dan 2)
b. 2) dan 4)
c. 3) dan 4)
d. 5) dan 6)
e. 6) dan 7)
Teks Editorial
Soal
3. Sejenak mari kita belokkan perhatian. Alih-alih pelengkap
keasyikan bergosip infotainment dan gemerlap acara pencarian
bakat.
Lima tahum sudah diselenggaakan rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) jenjang dasar dan menengah,
umum dan kejuruan. Sudah diperoleh sejumlah sekolah bertaraf
internasional (SBI), sudah pula ada yang di drop dari status RSBI
ke status sekolah reguler.
Berdasarkan strukturnya, kutipan tersebut dapat dikategorikan
sebagai...
a. Pengenalan isu d. Identifikasi tempat
b. Pemaparan masalah e. Pengenalan tempat dan
c. Penjelasan peristiwa peristiwa
Teks Editorial
Soal
4. Objek dalam cuplikan itu berkenaan dengan masalah...
a. Sistem pemerintahan
b. Status sekolah
c. Manajemen pendidikan
d. Kehidupan bermasyarakat
e. Sekolah bertaraf internasional
Teks Editorial
Soal
Semua daya harusnya dipakai untuk menggolkan provinsi yang diidamkan
masyarakat di eks-Kesultanan Buton ini. Caranya dengan bekerjasama,
jangan sendiri-sendiri, apalagi kalau sampai bermusuhan. Ingat, Buton
Raya belum terbentuk, jangan sampai gontok-gontokan. Ini justru hanya
akan menghambat pemekaran. Padahal, masyarakat sudah lama
memimpikannya dan tidak penting siapa pelakunya. Toh, pada akhirnya
waktu yang menjawab siapa yang tulus dan punya modus lain dalam
pemekaran.
6. Pernyataan evaluatif untuk cuplikan diatas adalah..
a. Cuplikan itu disusun dengan pola kronologis sekaligus
mempertentangkan.
b. Ada dua konjungsi temporal dalam cuplikan terserbut
c. Kata padahal dalam keempat kedua dapat diganti dengan kata
sedangkan
d. Kalimat terakhir paragraf itu mengandung ungkapan-ungkapan yang
bersifat argumentasi
e. Kata gontok-gontokan tidaklah baku, sebaiknya diganti dengan
pertentangan.

Anda mungkin juga menyukai