Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan

Pelaksanaan sila ke-4 dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat dan


bernegara pada hakikatnya harus didasari oleh sila ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan menjiwai sila
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hak demokrasi harus selalu didasari
oleh kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan yang maha esa menurut
keyakinan beragama masing-masing dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan,
serta menjunjung tinggi persatuan. Dalam pelaksanaan atau implementasi sila ke-
4 dari pancasila adalah :
1. Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan orang lain
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan yang maha esa. Menjunjung tinggi harakat dan martabat
manusia, dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
sudah semestinya kita bersikap sesuai dengan lima sila yang terdapat dalam
Pancasila, salah satunya sila keempat yang berkaitan dengan demokrasi.

Contoh permasalahan yang berkaitan dengan sila ke-4


1. Banyak masyarakat yang hak dan kewajibannya masih belum terpenuhi di
mata hukum.
2. Banyak wakil rakyat yang merugikan rakyat dan negara. Padahal mereka
adalah penampung dan penyalur aspirasi demi kemajuan bangsa Indonesia.
3. Menciptakan sikap atau perilaku KKN, yaitu korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
4. Menyelenggarakan demonstrasi tanpa melapor pihak berwajib terlebih
dahulu.
5. Masyarakat kurang menghormati peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
6. Keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai untuk mencapai mufakat,
sehingga banyak masyarakat yang dirugikan.
Membungkam aspirasi atau pendapat dari masyarakat umum.
7. Main hakim sendiri terhadap pelaku kejahatan.
8. Tidak menggunakan hak pilih saat pemilihan umum.
9. Mengabaikan pendapat orang lain.
10. Mengambil keputusan secara sepihak.

Contoh Implementasi dari sila ke-4


A. Pengamalan sila ke-4 di lingkungan sekolah
1. Memilih ketua kelas dengan musyawarah dan mufakat
Ketika memasuki tahun ajaran baru, biasanya akan ada penentuan ketua kelas.
Pemilihan sang pemimpin kelas tak bisa dilakukan secara pihak. Ada baiknya
pemilihan itu dilakukan dengan musyawarah dan mufakat dari setiap siswa yang
hadir di kelas tersebut.
2. Berdiskusi dengan teman sekelas saat mengambil keputusan
Diskusi seperti ini biasanya dilakukan atau terjadi dalam kerja kelompok.
Biasanya berkaitan dengan pembagian tugas hingga siapa yang memaparkan
sebuah presentasi.
3. Selesaikan masalah atau perselisihan dengan musyawarah
Perbedaan pendapat pasti sering ditemukan di sekolah, bahkan terkadang hingga
memicu perselisihan. Solusi untuk menyelesaikan pertengkaran itu dengan
konseling atau musyawarah dan akan tercapai kesepakatan damai.
4. Jangan memaksakan kehendak pribadi pada siswa atau teman di sekolah
Tak jarang kita menemui siswa yang keras kepala dan memaksakan kehendak
pribadinya pada siswa lain. Ternyata, sikap tersebut sangat bertentangan dengan
sila keempat Pancasila
B. Pengamalan sila ke-4 di lingkungan keluarga
1. Memutuskan sesuatu bersama dengan keluarga
Berada di sebuah keluarga, kita pasti akan mengalami suatu permasalahan yang
membutuhkan diskusi bersama. Misalnya saja saat merencanakan liburan,
tentunya perlu ada pembicaraan bersama tentang tempat wisata yang ingin
dikunjungi oleh seluruh anggota keluarga.
2. Sebagai orang tua, dengarkan pendapat anak
Mendengarkan pendapat anak adalah hal bijak yang bisa dilakukan sebagai orang
tua, bukan malah sebaliknya. Maka dari itu, ketika sedang mendiskusikan sesuatu,
pertimbangkan pendapat dari anak.
3. Patuh terhadap hasil diskusi keluarga
Setiap diskusi pasti ada hasil kesepakatan yang diambil. Namun, jika ada anggota
keluarga lain yang belum tahu tentang keputusan tersebut, maka bisa
ditindaklanjuti atau dirembuk kembali akan hasil diskusi tersebut.
4. Meminta izin kepada orang tua saat meninggalkan rumah
Jika hendak meninggalkan rumah, janganlah lupa untuk bertanya atau meminta
izin terlebih dahulu kepada orang tua. Pasalnya, orang tua, terutama ayah, adalah
penanggung jawab keluarga di rumah.
5. Mendengarkan ayah sebagai kepala keluarga
Sebagai seorang kepala keluarga, kita dianjurkan untuk mendengarkan petunjuk
dari ayah. Ikuti saran-saran, petunjuk, atau arahannya yang bersifat positif.
6. Jangan memaksakan kehendak pada anggota keluarga lain
Ketika melakukan diskusi, pasti muncul perbedaan opini dan itu adalah hal yang
wajar. Sikap yang wajib ditanamkan dalam diri adalah tidak untuk memaksakan
pendapat atau kehendak sendiri.
C. Pengamalan sila ke-4 di lingkungan masyarakat
1. Aktif dalam pemilihan umum
Pemilihan umum sudah bukan lagi kegiatan yang asing bagi kita. Proses
pemilihan pemimpin daerah yang dilakukan setiap lima tahun sekali itu menjadi
tanda bahwa sistem demokrasi di Indonesia berjalan semestinya.
Maka dari itu, sebagai warga negara yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila,
kita perlu ikut serta dalam pemilihan wakil rakyat. Dengan begitu, maka kita
sudah menerapkan amalan sila keempat.
3. Berpartisipasi dalam musyawarah mufakat
Ketika ingin membangun sebuah infrastruktur, harus ada musyawarah dalam
mufakat di masyarakat. Hal tersebut bisa membantu seluruh warga setempat untuk
memecahkan sebuah masalah dan mencapai kesepakatan. Dengan begitu, masalah
pun akan selesai dengan cepat dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
4. Menerima dengan bijaksana dengan keputusan musyawarah
Tak bisa disangkal bahwa setiap keputusan yang disepakati, terkadang tak sesuai
dengan keinginan. Namun, kita harus selalu menerima sebuah keputusan itu
secara bijaksana. Jangan lupakan bahwa kesepakatan itu lahir dari perundingan.
Dengan menerima seperti itu, maka kita sudah menjalankan nilai sila keempat
Pancasila di masyarakat. Tak cuma itu, bersikap lapang juga melatih diri sendiri
dari sikap egois.
5. Siap mendengarkan aspirasi dari orang lain
Menerima, mendengarkan, dan menampung aspirasi dari rakyat adalah salah satu
tugas yang harus dilakukan sebagai wakil rakyat. Mereka yang menerima aspirasi
dari rakyat menunjukkan bahwa dirinya paham dengan nilai sila keempat
Pancasila.

Contoh penyimpangan dari sila ke-4


11. Banyak masyarakat yang hak dan kewajibannya masih belum terpenuhi di
mata hukum.
12. Banyak wakil rakyat yang merugikan rakyat dan negara. Padahal mereka
adalah penampung dan penyalur aspirasi demi kemajuan bangsa Indonesia.
13. Menciptakan sikap atau perilaku KKN, yaitu korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
14. Menyelenggarakan demonstrasi tanpa melapor pihak berwajib terlebih
dahulu.
15. Masyarakat kurang menghormati peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
16. Keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai untuk mencapai mufakat,
sehingga banyak masyarakat yang dirugikan.
17. Membungkam aspirasi atau pendapat dari masyarakat umum.
18. Main hakim sendiri terhadap pelaku kejahatan.
19. Tidak menggunakan hak pilih saat pemilihan umum.
20. Mengabaikan pendapat orang lain.
21. Mengambil keputusan secara sepihak.

Latar belakang terbentuknya sila ke-4


Terbentuknya sila ke-4 pancasila tidak terlepas dari peran tokoh tokoh
pahlawan yang memberikan usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI. Sila
ini tidak serta merta terbentuk melalui usulan-usulan para tokoh perumus
dasar negara tetapi melalui berbagai proses yang panjang, dengan didasari
oleh sejarah perjuangan bangsa. Sejarah lahirnya pancasila dibagi dalam tiga
periode yaitu periode pengusulan, perumusan dan pengesahan
Periode pengusulan pancasila dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama,
yang dilaksanakan pada 29 Mei-1 Juni 1945. Ada tiga tokoh yang berperan
dalam mengusulkan calon perumusan dasar negara Indonesia yaitu
Moh.yamin pada tanggal 29 Mei. Didalam sidang itu, Moh.Yamin
mengusulkan calon rumusan dasar Indonesia sebagai berikut :
1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menolak
negara individualis dan negara golongan. Ia mengusulkan negara
integralistik (persatuan) yaitu negara satu satu untuk semua orang.
Soepomo juga mengusulkan lima asas yaitu :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Keesokan harinya pada 01 juni,Soekarno mengusulkan lima dasar negara
negara yang terdiri dari :
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (perikemanusiaan)
3. Mufakat
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang maha esa (berkebudayaan)
Setelah pidato Soekarno sidang menerima usulan nama Pancasila bagi
dasar filsafat negara yang diusulkan dan kemudian dibentuk panitia kecil
berjumlah 8 orang yang diketuai oleh Soekarno terdiri dari 6 orang wakil
golongan kebangsaan dan dua orang wakil golongan Islam panitia ini bertugas
menampung berbagai usulan seputar calon dasar negara yang akan dibahas pada
masa sidang berikutnya (10-17 Juli 1945).
Berdasarkan usulan yang masuk diketahui terdapat perbedaan usulan
tentang dasar negara. Golongan Islam menghendaki berdasarkan syariat Islam,
sedangkan golongan nasionalis menghendaki negara tidak berdasarkan hukum
agama tertentu kemudian sidang pertama BPUPKI (10-17 Juli 1945) ini berhenti
untuk sementara.
Pada tahap periode perumusan pancasila dalam kapasitasnya sebagai ketua
panitia kecil di masa resesi Soekarno memanfaatkan masa persidangan Chuo
Sangi In Dewan Perimbangan Pusat) ke-VIII (18-21 Juni 1945) di Jakarta untuk
mengadakan pertemuan terkait tugas panitia kecil. Pada akhir pertemuan tersebut
Soekarno juga mengambil inisiatif untuk membentuk panitia kecil beranggotakan
9 orang yang kemudian dikenal sebagai panitia sembilan. Konsep rancangan
Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Konsep rancangan Pembukaan ini disetujui pada tanggal 22 Juni 1945
BPUPKI kembali menggelar sidang kedua pada tanggal 10-16 Juni
1945. Hal terpenting dalam sering ini adalah disetujuinya naskah awal
"Pembukaan Hukum Dasar" yang kemudian dikenal dengan piagam
Jakarta pada alinea ke-4 piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila,
sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Naskah awal yang dijuluki piagam Jakarta ini kemudian dijadikan
“Pembukaan UUD 1945”, dengan sejumlah perubahan sana sini.
Sampai pada tahap Pengesahan Pancasila dalam sidang PPKI pada
18 Agustus 1945 dengan perubahan pada sila pertama sehingga rumusan
pancasila dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Daftar Pustaka
Arafat Yasser dkk. Pancasila. Inteligensia Media. Edisi I. (2020). Hal
15-28
26 contoh sikap sila keempat dan penyimpangannya, sudah tahu?.
(2022). Diakses pada 21 september 202, dari
https://www.idntimes.com/life/education/amp/seo-intern/contoh-
sikap-sila-ke-4-dan-penyimpangannya?page=all#page-2

Anda mungkin juga menyukai