Pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Kota Bima pada tahun 2012 hingga tahun 2016.
Data menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan keuangan pemerintah daerah Kota Bima pada
tahun 2012 tidak efisien dengan angka sebesar 97,22%. Namun pada tahun 2013 hingga
tahun 2016, tingkat efisiensinya mencapai 100%, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan
keuangan daerah menjadi kurang efisien dibandingkan tahun 2012. Rata-rata tingkat efisiensi
Kota Bima selama periode tahun 2012 hingga tahun 2016 adalah sebesar 108,14% yang
berarti bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak efisien. Alokasi DAU tersebut sebagian
besar digunakan untuk belanja operasional, hal ini sesuai dengan data yang menunjukkan
bahwa dalam lima tahun terakhir, belanja operasional rata-rata mencapai 77% dari APBD.
Alokasi belanja modal tidak dialokasikan pada belanja produktif yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah. Dampak desentralisasi
terhadap pengelolaan keuangan daerah adalah semakin luasnya kewenangan pemerintah
daerah dalam mengelola dana masyarakat dalam bentuk APBD untuk meningkatkan
pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat, dan memajukan perekonomian daerah.
Pemerintah daerah dituntut untuk mengelola dana tersebut secara lebih transparan, ekonomis,
efisien, efektif, dan akuntabel. Data juga menunjukkan bahwa alokasi dana air minum di Kota
Bima belum memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan akses air minum.
Alokasi dana air minum setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun sistem
pelaporannya belum menunjukkan jumlah penerima manfaat dari fasilitas air minum tersebut,
sehingga masih banyak yang tidak mengetahui jumlah penerima manfaat dari fasilitas
air minum tersebut sehingga belum dapat diukur kontribusinya terhadap peningkatan akses
terhadap air minum.