Print - Bab 2 Yasmin Az
Print - Bab 2 Yasmin Az
URAIAN PROSES
18
19
Feed yang diumpankan memiliki rasio Heavy Oil : Light Oil sebesar 35.9% :
64.1%. Komposisi minyak bumi dapat berubah setiap hari, bergantung kepada
minyak bumi yang tersedia pada lokasi sumber.
A. Bahan Kimia
Tabel 2.2 Bahan Kimia Pendukung yang Digunakan di RU VI Balongan
Jenis Aplikasi Fungsi
Cairan
Overhead 11-C-105 Menetralisasi HCl
Amonia
Anti Suction Feed Pump (11-P-101 A/B) Mencegah terjadinya
Foulant dan Unit Desalter fouling pada HE
Corrosive
Overhead 11-C-101 Mencegah korosi
Inhibitor
Wetting
Preparasi larutan pada 11-V-114 Membantu mempercepat
Agent
Pemisahan
Anti
Aliran Produk 18-V-102, 18-V-104 Sebagai anti oksidan
Oksidan
MDEA Preparasi larutan dilakukan pada Mengikat H2S
23-V-102
21
Jenis
Aplikasi Fungsi
Katalis/resin
High temperature
shift converter type 22-R-103 Mengubah CO menjadi CO2
C12-4
Hydrogen reformer Mengubah gas alam menjadi
22-F-101
catalyst H2
Anion resin ASB-
Mereaksikan anion dan
Ip & kation resin 22-V-105 A/B
kation
C-249
Lynde adsorbent
Menyerap pengotor H2 (CO,
type LA22LAC- 22-V-109 A-M
CO2, N2, HC)
612, C-200F
Menyerap komponen yang
Karbon aktif 23-S-102
mengakibatkan foaming
Menyaring partkel >10
Amine filter 23-S-101/103
micron di lean
Claus catalyst 25-R-101/102/103 Mereaksikan gas alam
Menyaring bahan-bahan
Karbon aktif 55-A-101 A/B-S1
organik
Kation pada 55-
Strong Acid Kation A-101 A/B-VI,
Menghilangkan katon/anion
Resin anion pada 55-A-
101 A/B-V2
Activated alumina
58-D-101 A/B-
1/8”, 1/4”, ceramic Adsorpsi moisture dari LPG
R1-R2
ball
Molsieve siliporite 59-A-101 A/B Adsorpsi moisture, CO2
Sumber : PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan, 2021
23
train (11-E-111, 110, 107, 105, dan 103 secara berurutan). Normal operasi residu
dialirkan ke AHU dan RCC Unit.
B. Amine Treatment Unit (ATU)
Unit ini berfungsi untuk mengolah off gas yang mengandung H2S agar bisa
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kilang dan umpan Hydrogen Plant. Proses yang
dipakai adalah SHELL ADIP dengan menggunakan larutan MDEA (methyl
diethanol amine) sebagai larutan penyerap.
Unit Amine Treatment Unit (ATU) terdiri dari tiga alat utama, yaitu :
1. Off gas absorber
Off gas absorber berfungsi untuk mengolah off gas dari CDU, AHU, GO
HTU. Keluarannya digunakan untuk fuel gas system dan umpan gas Hydrogen
plant. Kapasitasnya sebesar 18.522 m3/jam.
2. RCC Unsaturated Gas Absorber
RCC Unsaturated Gas berfungsi untuk mengolah sour gas dari RCC unit
dan hasilnya ke Fuel Gas System. Produk dari absorber ini tidak diumpankan
ke Hydrogen plant karena mengandung Ethane dan Ethylene yang dapat
merusak katalis di Hydrogen Plant. Kapasitasnya sebesar 39.252 m3/jam.
3. Amine regenerator
Amine regenerator berfungsi untuk meregenerasi larutan amine setelah
digunakan dalam kedua absorber di atas dengan kapasitas 100% gas yang
keluar. Spesifikasi produknya yang keluar dari masing-masing menara
mengandung H2S maksimal 50 ppm volume.
Umpan off gas absorber berasal dari off gas CDU, GO HTU, LCO-HTU, dan
AHU. Umpan dicampur menjadi satu kemudian dilewatkan ke exchanger (14-E-
201) dengan menggunakan air pendingin, kemudian ditampung di vessel gas KO
Drum (14-V-101). Produk bawahnya berupa HC drain yang dibuang ke flare.
Sedangkan produk atasnya masuk ke dalam off gas absorber (14-C-210).
Produk atas dari off gas absorber berupa treated off gas yang ditampung di
(16-V-107) akan dijadikan fuel gas system dan umpan Hydrogenplant. Sedangkan
produk bawah dari off gas absorber dicampur dengan produk bawah RCC
Unsaturated Gas Absorber (16-C-105) dan RCC Unsaturated Treated Gas KO
Drum (16-V-107).
C. Sour Water Stripper Unit (SWS)
Unit Sour Water Stripper (SWS) secara garis besar dibagi menjadi dua seksi
yaitu seksi SWS dan seksi Spent Caustic Treating.
dilakkan dua kali stripping untuk masing – masing komponen. Train kedua
memproses air buangan yang berasal dari RCC Complex. Air buangan ini hanya
mengandung sedikit H2S sehingga hanya diperlukan satu kali stripping.
Selanjutnya air yang telah diolah tersebut disalurkan ke Effluent Treatment
Facility atau diolah kembali ke CDU dan AHU. Sedangkan gas yang mempunyai
kandungan H2S yang cukup tinggi (Sour Gas) digunakan sebagai feed di Sulphur
Plant.
2. Seksi Spent Caustic Treating.
Seksi ini mempunyai kapasitas 17,7 m3/hari. Spent Caustic yang berasal dari
beberapa unit operasi selanjutnya dinetralkan dengan asam sulfat (H2SO4) dan
disalurkan ke effluent facility. Kemudian pH treated spent caustic diatur dengan
NaOH atau H2SO4.
Unit NHDT didesain oleh UOP. Unit ini terdiri dari 4 seksi yaitu:
1. Seksi Oxygen Stripper
Feed naptha masuk ke unit NHDT dari tangki intermediate yaitu 42-T-107
A/B/C atau dari proses lainnya. Tangki tersebut harus dilengkapi dengan gas
blanketing untuk mencegah O2 terlarut dalam naptha, khususnya feed dari tangki.
Kandungan O2 atau olefin dalam feed dapat menyebabkan terjadinya polimerisasi
dari olefin dalam tangki bila disimpan terlalu lama. Polimerisasi dapat juga terjadi
apabila kombinasi feed reaktor yang keluar exchanger tidak dibersihkan
sebelumnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya fouling yang berakibat pada
hilangnya efisiensi transfer panas.
Keberadaan campuran O2 juga dapat merugikan operasi unit platformer, setiap
campuran O2 yang tidak dihilangkan pada unit hydrotreater akan menjadi air dalam
unit Platforming, yang menyebabkan kesetimbangan air-klorida pada katalis
Platforming akan terganggu.
2. Seksi Reaktor
Seksi reaktor mencakup reaktor, separator, recycle gas compressor, sistem
pemanas atau sistem pendingin. Campuran sulfur dan nitrogen akan meracuni
katalis di Platforming serta akan membentuk H2S, NH3 yang akan masuk ke reaktor
dan selanjutnya dibuang ke seksi downstream. Recycle gas mengandung H2 yang
mempunyai kemurnian tinggi, disirkulasikan oleh recycle gas compressor saat
reaksi hydrotreating dengan tekanan H2 pada kondisi atmosfer.
30
dikontakkan dengan udara panas sehingga terjadi rekasi pembakaran. Reaksi yang
terjadi adalah
C(s) + O2 CO2(g)
Katalis kemudian diklorinasi untuk meningkatkan inti asamnya yang telah
berkurang akibat reaksi platforming. Kandungan air yang terkandung dalam katalis
dikeringkan dengan menggunakan dryer. Katalis kemudian didinginkan dengan
udara dingin dan kemudian dibawa ke hopper untuk diangkut ke reaktor platformer.
Katalis dialirkan secara fluidisasi dengan menggunakan udara melalui pipa. Saat
proses fluidisasi, banyak katalis yang rusak akibat benturan dengan dinding pipa
oleh karena itu, untuk menjaga kestabilan sistem maka dilakukan make up katalis
di unit Continuous Catalyst Regeneration (CCR).
D. Penex
Tujuan unit Penex adalah proses catalytic isomerization dari pentana, hexana
dan campuran dari CCR Process Unit. Reaksi yang terjadi menggunakan hidrogen
pada tekanan atmosfer, dan berlangsung di fixed bedcatalyst pada pengoperasian
tertentu yang dapat mengarahkan proses isomerisasi dan meminimisasi proses
hydrocracking. Proses ini sangat sederhana dan bebas hambatan. Pelaksanaannya
pada tekanan rendah, temperatur rendah, LHSV yang tinggi, dan tekanan hidrogen
parsial rendah.
3. Hydrodenitrogenation
Nitrogen secara parsial diambil dari bahan baku dengan hidrogenasi
membentuk ammonia (NH3) dan hidrokarbon. Amonia diambil dari reaktor
effluent, sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal dalam produk.
4. Hydrocracking
Hydrocracking merupakan proses pemecahan molekul hidrokarbon dengan
boiling range yang tinggi menjadi molekul dengan boiling range yang rendah,
terjadi hampir pada semua proses dengan lingkungan hidrogen yang berlebih.
Contoh dari reaksi perengkahan :
RCH2CH2CH2CH3 + H2 CH3CH2CH3 + RCH3
5. Hidrodesulphurization
Pada proses ini bahan baku mengalami proses desulfurisasi, yaitu hidrogenasi
dari komponen yang mengandung sulfur membentuk hidrokarbon dan H2S.
Kemudian H2S diambil dari effluent reaktor sehingga hanya hidrokarbon yang
terdapat dalam produk minyak.
B. Hydro Treating Unit (HTU)
Hydro Treating Unit (HTU) terdiri dari Hydrogen Plant, Gas Oil Hydrotreating
Unit/GO HTU, dan Light Cycle Oil Hydrotreating Unit/LCO HTU. Fungsi utama
dari unit ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan impurities (nitrogen,
senyawa sulfur organic dan senyawa logam) yang terikut bersama minyak bumi dan
fraksi-fraksinya serta memperbaiki colour stability dengan proses hidrogenasi, yaitu
mereaksikan impurities tersebut dengan hidrogen yang dihasilkan dari Hydrogen
Plant dengan bantuan katalis. Kandungan impurities yang ingin dihilangkan antara
lain nitrogen, senyawa sulfur organik, dan senyawa logam.
1. Hydrogen Plant Unit
Unit-unit proses yang terdapat pada kilang RU VI Balongan membutuhkan
hydrogen yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi, hydrocracking, dan
hydrotreating. Reaksi hidrogenasi dimanfaatkan untuk menghilangkan impurities
yang terikut bersama minyak bumi atau fraksi-fraksinya. Unit ini dirancang untuk
memproduksi hidrogen dengan kemurnian 99,9% sebesar 76 MMSFSD dengan
umpan yang berasal dari refinery off gas dan natural gas. Produk gas hidrogen dari
Hydrogen Plant digunakan untuk memenuhi kebutuhan di unit-unit Light Cycle Oil
38
Hydrotreating Unit (LCO HTU), Gas Oil Hydrotreating Unit (GO HTU), dan
Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU).
Feed gas dan RCC off gas dikirim ke feed gas compressor dan kemudian
dipanaskan di feed gas preheater yang ada di bagian konveksi reformer.
Selanjutnya feed gas langsung diumpankan ke dalam hidrogenator yang berfungsi
untuk mereaksikan sulfur dengan hydrogen. Gas mengalir melalui unggun katalis,
dimana sulfur akan diubah menjadi hydrogen sulfide, dan sejumlah kecil olefin
akan dijenuhkan. Gas yang telah direaksikan selanjutnya dialirkan ke
sulphurabsorber untuk diambil senyawa sulfur yang terkandung didalamnya. Unit
ini memiliki dua unit sulphurabsorber yang dipasang secara seri, dimana salah
satunya akan berperan sebagai penyerap H2S terbanyak. Kandungan sulfur yang
terdapat dalam umpan reformer harus kurang dari 0,2 ppm.
Gas umpan selanjutnya dicampur dengan steam dan dialirkan ke tabung berisi
katalis di dalam reformer. Untuk meminimalisir sisa metana yang tidak bereaksi,
reaksi reforming memerlukan temperatur yang tinggi. Produk yang dihasilkan oleh
reformer disebut sebagai syngas (syntetis gas) yang memiliki temperatur 850°C.
Syngas panas dimanfaatkan untuk membangkitkan steam di Reformer Waste Heat
Boiler. Keluar dari WHB (Waste Heat Boiler), syngas dimasukkan ke HTSR (High
Temperature Shift Reactor) pada temperature 375°C dan mengalir ke bawah
melalui Iron – Chrome catalyst yang ada di unggun HTSR. Pada HTSR terjadi
reaksi antara karbon monoksida dengan uap air menjadi CO2 dan gas H2 yang
bersifat eksotermis. Produk HTSR memiliki temperatur sekitar 438°C. Panas ini
juga dimanfaatkan untuk membangkitkan steam pada HTSR WHB.
Setelah didinginkan hingga mencapai 40°C, syngas dipisahkan dengan
kondensat yang terbentuk, kemudian dialirkan ke PSA unit. Kondensat yang
terbentuk dari pendinginan syngas selanjutnya akan diberi perlakuan pada process
condensate treatment dan akan digabungkan dengan cold condensate untuk
keperluan steam.
2. Gas Oil Hydrotreating Unit
Unit Gas Oil Hydrotreating ini mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif
(mengandung sulfur dan nitrogen) dengan bantuan katalis dan hidrogen menjadi
gas oil yang memenuhi ketentuan pasar dengan kapasitas 32.000 BPSD (212
39
m3/jam). Selain itu unit ini juga memperbaiki colour stability gasoil dengan
menjenuhkan senyawa-senyawa tak jenuh melalui hydrotreating denganmedia
hidrogen. Katalis yang digunakan pada unit ini adalah Ni/Mo yang berada di dalam
alumina base dan berbentuk bulat atau extrudate. Feed untuk gas oil diperoleh dari
Crude Distillation Unit (CDU), Atmospheric Residue Hydrometalization Unit
(ARHU) dan tangki penyimpanan. Make up hydrogen akan disuplai dari hydrogen
plant yang telah diolah sebelumnya oleh Steam Methane Reformer dan unit
Pressure Swing Adsorption (PSA) di dalam alumina base yang berbentuk bulat atau
extrudate.
Feed yang berupa untreated gas oil yang berasal dari ARHU, CDU dan storage
dialirkan melalui Feed Sand Filter (14-S-101) untuk menghilangkan partikel padat
yang ukurannya >25 mikron, kemudian masuk ke dalam Surge Drum (14-V-101),
dan dipisahkan antara fraksi air dan minyaknya. Air yang terbawa oleh feed dari
tangki akan terpisah di bottom feed surge drum, sedangkan yang tidak terpisah
ditahan oleh wire mesh blanket agar tak tercampur ke suction feed pompa kemudian
dialirkan ke SWS (unit 24). Tekanan fuel gas dalam drum ini diatur oleh split range
sebagai pressure balance section dari reaktor charge pump. Hal ini dilakukan untuk
mencegah tercampurnya feed dengan udara.
Selanjutnya, fraksi minyak dipompakan oleh pompa (14-P-102 A/B) ke
Combined Feed Exchanger (14-E-101 A/B). Setelah melewati exchanger, gas oil
dinaikkan temperaturnya di dalam Reactor Charge Heater (14-F-101) sampai
311oC. Bahan bakar yang digunakan pada furnace ini adalah fuel gas. Pada unit 14
ini terdapat dua furnace dengan bentuk yang berbeda. Bentuk Furnace (14-F-101)
adalah balok sedangkan (14-F-102) berbentuk silinder. Furnace dengan bentuk
balok dapat mengolah gas oil dengan kapasitas dua kali lebih besar dari furnace
silinder.
Feed diolah di dalam reaktor (14-R-101). Reaktor ini merupakan fixed bed
reactor, dimana di dalamnya terdapat dua bed yang masing-masing diisi oleh
katalis. Pada reaktor ini terjadi reaksi desulfurisasi, deoksigenasi, denitrifikasi, dan
penjenuhan olefin. Karena reaksi yang terjadi bersifat eksotermis, temperatur
produk menjadi lebih tinggi daripada temperatur feed reaktor. Panas dari produk
inilah yang diambil untuk memanaskan feed di combined feed exchanger.
40
Light Cycle Oil Hydrotreater Unit (LCO HTU) atau Kero HTU adalah unit
proses yang mengolah light cycle oil (LCO) dari RCC. LCO yang berasal dari unit
RCC masih banyak mengandung senyawa organik seperti nitrogen dan sulfur. Light
Cycle Oil Hydrotreater Unit (LCO HTU) unit yang mempunyai kapasitas 15.000
BPSD (99,4 m3/jam), dibangun dengan tujuan untuk menghilangkan nitrogen dan
sulfur yang terkandung dalam umpan dengan batuan katalis tanpa perubahan
rentang titik didih sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi syarat dan
spesifikasi produk yang bisa dipasarkan.
Selain umpan berupa LCO, proses yang terjadi dalam unit ini juga memerlukan
katalis serta gas hydrogen. Make-up hydrogen akan disuplai dari unit 22 Hydrogen
Plant. Dan katalis yang digunakan adalah katalis hydrotreating UOP yang
mengandung oksida nikel/molybdenum (S-12) dan Cobalt/molybdenum (S-19 M)
di dalam alumina base serta dibuat dengan bentuk bulat. LCO HTU terdiri dari dua
seksi, yaitu :
a. Seksi reaktor terjadi reaksi antara feed LCO dengan katalis dan hidrogen.
b. Seksi fraksionasi untuk memisahkan LCO hasil reaksi dari produk lain seperti
off gas, wild naphtha dan hydrotreated light cycle oil.
Distribusi feed dan produk yang diolah dari unit LCO HTU meliputi :
a. Feedstock LCO diperoleh dari RCC kompleks.
b. Katalis Hydrotreating UOP mengandung oksida nikel/molybdenum (S-12) dan
Cobalt/molybdenum (S-19M) dalam alumina base berbentuk bulat (extrudate).
42
Feed yang berupa untreated LCO dari RCC dan tangki penyimpanan dialirkan
masuk ke dalam Surge Drum (21-V-101). Pada vessel ini dipisahkan antara fraksi
air dan minyaknya. Fraksi air yang keluar langsung dikirim ke unit SWS (unit 24)
dan fraksi minyaknya dipompakan ke Reactor Charge Heater (21-F-101) untuk
meningkatkan temperatur LCO dari 223oC sampai 241oC. Bahan bakar yang
digunakan pada furnace ini adalah fuel gas. Sebelum dimasukkan ke dalam Heater
(21-F-101), untreated LCO dipanaskan terlebih dahulu oleh Heater (21-E-101)
untuk mengurangi beban kerja (21-F-101). Selanjutnya, feed diolah di dalam
reaktor fixed bed (21-R-101) yang terdiri dari dua bed yang masing-masing diisi
oleh katalis. Pada reaktor ini berlangsung reaksi desulfurisasi, deoksigenasi,
denitrifikasi, dan penjenuhan olefin. Produk keluaran (21-R-101) dilewatkan ke
(21-E-101 A/B) dan dikondensasikan di Fin Fan Cooler (21-E-102) lalu dialirkan
ke Separator (21-V-102).Pada (21-V-102), fraksi gas, fraksi minyak, dan fraksi air
dipisahkan. Fraksi air yang berada di bagian bawah separator dikirimkan ke unit 24
sedangkan fraksi minyak di alirkan ke High Pressure Stripper (21-C-101).
Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor (21-K-102) dan
bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 disini berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini selanjutnya
dikirim ke combined feed exchanger.
Selama pengaliran feed ke (21-C-101), diinjeksikan hidrogen ke dalam pipa.
Pada Stripper (21-C-101), digunakan bantuan steam untuk memisahkan fraksi
minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas dikondensasikan oleh
Fin Fan Cooler (21-E-105) kemudian dialirkan ke Vessel (21-V-106). Di dalam
(21-V-106) fraksi air akan terpisah dan dikirimkan ke unit 24 dan off gas dikirim
ke Amine Treatment (unit 23). Selain itu, jika terdapat fraksi minyak yang berasal
dari Stripper (21-C-101) yang terikut, maka akan dimasukkan kembali kedalam
stripper.
LCO keluaran Stripper (21-C-101) dinaikkan temperaturnya dengan bantuan
Fractionator Charge Heater (21-F-102) dari temperatur 196oC menjadi 272oC.
Kemudian LCO ini difraksinasi di dalam Fractionator (21-C-102) menggunakan
pemanas steam. Produk atas yang dihasilkan adalah wild naphtha yang akan
dialirkan ke CDU sedangkan produk bawahnya adalah LCO. LCO ini
43
Reaksi yang terjadi di unit ini adalah reaksi cracking (secara katalis dan
thermal). Thermal cracking terjadi melalui pembentukan radikal bebas, sedangkan
catalytic cracking melalui pembentukan ion carbonium tersier. Reaksi cracking
merupakan reaksi eksotermis dengan katalis yang digunakan terdiri atas zeolit,
silica, dan lain-lain. Salah satu fungsi bagian asam dari katalis adalah untuk
memecah molekul yang besar. Adapun langkah proses pada RCCU yaitu, sebagai
berikut:
a. Reactor-Regenerator System
Umpan untuk RCC unit ini disebut raw oil atau biasanya disebut reduced
crude. Raw oil berasal dari campuran Treated Atmospheric Residue dan Untreated
Atmospheric Residu yang berasal dari unit AHU, CDU, dan storage. Campuran
tersebut dicampur di surge drum (15-V-105) dengan syarat tertentu dan
dipompakan ke riser sambil melewati beberapa heat exchanger untuk dipanaskan
oleh produk bottom main column dan produk bottom stripper. Kandungan logam
Ni, V, dan MCRT pada umpan harus dijaga karena logam-logam tersebut akan
menjadi racun dan perusak katalis RCC.
Sebelum mencapai riser, raw oil panas di-atomize (dikabutkan) oleh steam dan
masuk ke dalam reaktor dengan metode tip and plug. Pada reaksi ini diperlukan
katalis. Katalis yang digunakan terdiri atas zeolit dan silika. Pengontakan katalis
dengan feed dilakukan dengan cara mengangkat regenerated catalyst dari
regenerator ke riser menggunakan lift steam dan lift gas dari off-gas hasil Gas
Concentration Unit. Lift gas juga berfungsi sebagai nickel vasivator. Katalis
kemudian kontak dengan minyak dan mempercepat reaksi cracking, selain itu
katalis juga memberikan panas pada hidrokarbon (raw oil) sehingga lebih
membantu mempercepat reaksi cracking yang terjadi. Katalis dan hidrokarbon naik
ke bagian atas riser karena kecepatan lift steam dan lift gas yang sangat tinggi.
Aliran katalis ke riser ini diatur untuk menjaga suhu reaktor.
Setelah reaksi terjadi di bagian atas riser (reaktor) maka katalis harus
dipisahkan dari hidrokarbon untuk mengurangi terjadinya secondary cracking
sehingga rantai hidrokarbonnya menjadi lebih kecil dan akhirnya membentuk coke.
Pada bagian atas, sebagian besar katalis akan terpisah dari atomized hidrocarbon
dan jatuh ke seksi stripping, selain itu katalis juga dipisahkan pada cyclone dekat
45
fraksi minyak dan fraksi gas dikirim ke Gas Concentration Unit untuk diproses
lebih lanjut, dan fraksi air dikirim ke SWS
B. Light End Unit (LEU)
Unit LEU (Light End Unit) ini terdiri atas beberapa unit yaitu Unsaturated Gas
Plant, LPG Treatment, Gasoline Treatment Unit, Propylene Recovery Unit, dan
Catalytic Condensation Unit. Berkut ini masing-masing unit proses LEU sebagai
berikut:
1. Unsaturated Gas Plant (USGP / UGC)
Unit ini berfungsi untuk memisahkan produk top, kolom utama RCCU menjadi
Stabilized gasoline, LPG dan Non Condensable Lean Gas yang sebagian akan
dipakai sebagai lift gas sebelum mengalami treating di unit amine sebagai off gas.
a. Seksi Wet Gas Compressor
Overhead product dari RCU yaitu off gas (campuran metana, etana, dan H2S),
LPG (campuran propilen dan propana) serta naphta (campuran butana, butilena,
dan C5+) masuk ke dalam vessel (15 V-106). Off gas akan dialirkan ke flare, fraksi
ringan akan masuk ke vessel (16 V-101), sementara fraksi minyak berat (lebih berat
dari naphta) akan dipompa masuk ke dalam kolom (16 C-101). Fraksi ringan dari
(15-V-106) yang telah berada di (16-V-101) akan masuk ke dalam WGC (Wet Gas
Compressor) dua tingkat kemudian ke cooler sampai akhirnya masuk ke dalam
vessel (16-V-104).
b. Seksi High Pressure Receiver
Vessel (16-V-104) disebut juga High Pressure Receiver (HPR) berfungsi
sebagai surge drum, meredam perubahan yang diakibatkan proses, dan
memisahkan lagi fraksi ringan hasil pemisahan di (15-V-106) menjadi fraksi ringan
dan fraksi berat. Fraksi ringannya (off gas dan sebagian LPG) akan masuk ke bagian
bawah primary absorber (16-C-101) sementara fraksi beratnya (LPG dan naphta)
akan dipompa masuk ke dalam stripper (16-C-103) setelah melalui pemanasan oleh
heat exchanger (16-E-108).
c. Seksi Stripper
Fungsi dari stripper adalah untuk menghilangkan C2 dan fraksi yang lebih
ringan seperti H2 dan H2S yang terkandung dalam fraksi minyak dari HPR. Dalam
stripper tersebut, fraksi ringan yang masih terikut dalam fraksi berat yang masuk
48
akan dikembalikan ke dalam vessel (16-V-104), sementara fraksi berat yang telah
di stripped (LPG dan naphta) akan masuk ke dalam debutanizer (16-C-104).
d. Seksi Debutanizer
Fungsi debutanizer ini adalah untuk memisahkan untreated LPG dengan
untreated naphta/gasoline dengan cara melucuti butan (komponen berat LPG).
Produk untreated gasoline dari debutanizer dipakai sebagai pemanas kolom bawah
debutanizer untuk mengangkat LPG dan pemanas umpan stripper yang kemudian
didinginkan untuk dialirkan ke Gasoline Treatment dan sebagian dikembalikan ke
primary absorber sebagai stabilized gasoline (gasoline bebas LPG). LPG
ditambahkan pada debutanizer receiver kemudian dipompakan ke debutanizer
sebagai refluks untuk mengurangi fraksi berat yang terikut pada LPG dan ke LPG
Treatment.
e. Seksi Primary Absorber
Fungsi dari primary absorber adalah untuk menyerap unsaturated C3 dan C4
(LPG) dalam aliran gas HPR. Fraksi berat dari vessel (15-V-106) akan bergabung
dengan fraksi ringan dari vessel (16-V-104) dalam absorber (16-C-101) untuk
diambil fraksi beratnya (LPG). Absorbent yang digunakan adalah stabillized
gasoline/naphta dari debutanizer. Fraksi ringan dari absorber dialirkan ke dalam
sponge absorber (16-C-102) agar lebih banyak fraksi berat yang terambil. Fraksi
berat (LPG dan naphta) dari primary absorber dikembalikan ke HPR untuk
diproses lebih lanjut.
f. Seksi Sponge Absorber
Fraksi ringan dari primary absorber dialirkan ke bawah secondary absorber
atau sponge absorber. Absorbent yang digunakan adalah LCO (Light Cycle Oil)
yang diperoleh dari main column RCC.
Fraksi ringan keluarannya akan masuk ke knock out drum dimana akan
dipisahkan kembali fraksi gas dan fraksi beratnya, fraksi ringannya dibawa ke unit
amine, lift gas untuk RCC, dan offgas. Sedangkan fraksi beratnya (LCO dan
hidrokarbon > C5) dicampur fraksi berat (LCO dan hidrokarbon > C5) dari sponge
absorber dan dibawa ke main column RCC untuk di-recycle.
49
g. Seksi Amine
Fraksi ringan dari knock out drum (16-V-105) masuk ke amine absorber untuk
dihilangkan kandungan H2Snya. Treated off-gas dialirkan ke unsaturated treated
gas knock out drum dan kemudian dialirkan ke fuel gas system. Amine yang
terbawa dikeluarkan dan masuk ke aliran rich amine.
2. LPG Treatment
Unit ini dirancang untuk mengolah feed dari produk atas debutanizer pada
Unsaturated Gas Plant sebanyak 22.500 BPSD, dan berfungsi untuk memurnikan
LPG produk Unsaturated Gas Plant Unit dengan cara mengambil senyawa
merchaptan dan organic sulfur lain untuk merubahnya menjadi senyawa sulfida.
Produk yang dihasilkan yaitu treated mixed LPG untuk selanjutnya dikirim ke
Propylene Recovery Unit.
Unsaturated LPG melewati strainer untuk menghilangkan partikel-partikel
padatan yang berukuran lebih besar dari 150 mikron. Lalu masuk ke H2S ekstraktor
fiber film contactor, dimana akan terjadi kontak dengan caustic. Pemisahan antara
fase LPG dengan larutan caustic terjadi di separator. Dalam tahap ekstraksi, H2S
yang terkandung dalam LPG akan bereaksi dengan caustic bebas yang akan
menjadi spent caustic.
LPG yang berasal dari sistem ekstraksi H2S selanjutnya masuk ke dalam sistem
ekstraksi merkaptan sulfur. Setelah melalui dua stage ektraksi merkaptan sulfur,
LPG akan terpisah dari caustic dan keluar dari bagian atas separator. Selanjutnya
LPG akan mengalir ke seksi System Aquafining.
Aliran treated LPG dari separator yang masih mengandung sejumlah kecil
entrainment caustic, selanjutnya masuk ke bagian puncak contactor (Vessel IV)
dimana terjadi kontak dengan serat-serat logam yang dibasahi oleh sirkulasi air.
LPG dan larutan air yang disirkulasikan mengalir secara countercurrent dan
melalui shroud contractor, dimana caustic yang terikat akan diambil oleh air. LPG
yang telah tercuci kemudian diproses lebih lanjut di Propylene Recovery Unit.
3. Gasoline Treatment
Unit ini berfungsi untuk mengolah produk napthta dari Unsaturated Gas Plant
produk yang dihasilkan berupa Treated gasoline dengan kapasitas 47.500 BPSD
50
yang dihasilkan oleh unit RCC. Unit ini dirancang dapat beroperasi pada penurunan
kapasitas hingga 50 %.
Untreated RCC Gasoline (RCCG) mengalir ke dalam sistem caustic treating
sebanyak 47500 BPSD yang terbagi dua secara paralel. Udara untuk oksidasi
diinjeksikan di bagian upstream fiber film contractor (FFC) melewati air sparger.
RCCG selanjutnya mengalir melewati tahapan ekstraksi merkaptan di bagian
puncak FFC. Hidrokarbon dan larutan caustic mengalir ke bawah terjadi ekstraksi
H2S dan oksidasi merkaptan.
4. Propylene Recovery Unit (PRU)
Fungsi utama dari unit ini adalah memisahkan mixed butane dan memproses
LPG C3 dan C4 dari gas concentration unit untuk mendapatkan produk propilene
dengan kemurnian yang tinggi (99,6%) dengan saturated LPG dari treater sebagai
umpan. Produk lain yang dihasilkan dari unit ini adalah propan dan campuran
butane/butilen yang kemudian akan dialirkan ke Catalitic Condensation Unit. Unit
ini mampu menghasilkan propylene sebesar 7.150 BPSD atau 82776 kg/hr atau
146,9 m3/hr.
5. Catalytic Condensation Unit (CCU)
Catalytic condensation merupakan suatu reaksi alkilasi dan polimerisasi dari
senyawa olefin menjadi produk dengan fraksi tinggi dengan katalis Solid Phosporus
Acid. Unit ini berfungsi untuk mengolah campuran butane/butylene dari Propylene
Recovery Unit menjadi gasoline dengan angka oktan yang tinggi. Unit ini
berkapasitas 13.000 BPSD dengan tiga reaktor paralel. Produk lainnya berupa
polygasoline, polygasoline ini dibentuk dari campuran senyawa-senyawa C4 tak
jenuh (butilen) dan butan dari RCC Complex dengan proses UOP.
2. OCT Feed Treater, proses penghilangan racun katalis oxy genate, sulfur,
karbonil, alkohol dan air.
3. Feed Preheater, tempat menguapkan dan memanaskan feed.
4. Debutanizer befungsi sebagai tempat memisahkan fraksi LPG dan
gasoline.
E. Regeneration System
Peralatan Proses pada Regeneration System berupa:
1. Close Loop System, sebagai tempat regenerasi dryer (Treater 35 V 101).
2. Open Loop System (dengan Reagen Gas) sebagai tempat regenerasi dryer,
(Treater 34 V 104, 37 V 108, dan 38 V 103/104) diregenerasi setelah untuk
regenerasi DP reaktor, simultan dengan regenerasi 37 V 108.
3. Regenerasi Reaktor Sistem, sebagai tempat regenerasi dan aktivasi katalis
reaktor 34 R 101, 35 R 101 dan 37 R 101.
4. Nitrogen Feed Treater, tempat menghilangkan kontaminan dalam nitrogen
sebelum digunakan untuk regenerasi katalis di reaktor.
5. Nitrogen Chloride Treater, tempat menghilangkan kontaminan dalam
nitrogen sebelum digunakan untuk regenerasi katalis di reaktor.
F. Binary Refrigeration System
Peralatan Proses unit ini berupa BR Kompresor sebagai tempat refrigerasi
menggunakan dua komponen yaitu, ethylene (31 % mol) dan propylene (69% mol).
2.3 Produk
Produk yang dihasilkan dari PT Kilang Pertamina Internasional Refinery
Unit IV adalah Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Kerosene, Industrial Diesel
Fuel, Decant Oil, LPG, Prophylene. Spesifikasi untuk tiap produk adalah sebagai
berikut:
1. Premium
Bilangan Oktan (ON) : 88 min
Kandungan TEL ml/USG : 0,54 max
RVP pada 100°F, psi : 9 max
Kandungan GUM, mg/100 ml : 4 max
Kandungan Sulfur, % berat : 0,2 max
Copper Strip Corrotion, 3 hr/122°F : number 1 max
53
6) Silika : 25 mg/l
7) CO2 : 40 mg/l sebagai CaCO3
8) Suspended solid : 5 mg/l
9) Tirbidity : 5 mg/l
Service water dimanfaatkan lagi sebagai portable water namun perlu
ditambahkan anti korosi dan anti bio (untuk menghilangkan mikroorganisme dan
bakteri) serta injeksi gas chlorine untuk sterilisasi, sehingga dihasilkan potable
water yang dapat dimanfaatkan untuk:
1) Kantor Laboratorium
2) Central Control Room
3) Kantor Lembaga Perlindungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (LK3)
4) Field Office
5) Gedung Administrasi
6) Control Room ITP
7) Safety Shower di unit ulititas dan unit proses.
Service water sebelum masuk ke Potable Water Tank, disterilisasi terlebih
dahulu dengan gas Chlorine yang selanjutnya dipompakan ke pemakaian. Air yang
sudah disterilisasi dinamakan Demineralized Water.
water ke sarana utilitas adalah sebesar 14.000 m3/jam dengan temperatur 33ºC.
Menara air pendingin ini memiliki beberapa bagian, yaitu :
a. Menara Pendingin (Cooling water Tower).
b. Pompa air pendingin (Cooling water Pump) sebanyak 6 normal, 1 stand by
sebagai cadangan jika pompa lain sedang dibersihkan. kapasitas 7000 m 3/hr
pada tekanan 4.5 kg/cm2g.
c. Side Stream Filter, agar tidak terjadi fouling dengan kapasitas 220 m3g.
d. Side Filter / Start Up Cooling WaterPump dengan kapsitas 660 m3/hr.
Menara dirancang untuk mendinginkan air dari temperatur 45,5ºC ke 33ºC
dengan wet bulb temperatur 29,1ºC pada tipe counter flow. Menara terdiri dari 12
cell dan 12 draf fan beserta masing-masing motornya dan dua buah header supply
utama untuk pendistribusian ke onsite dan utility area. Sistem pendingin pada
cooling tower dirancang dengan sistem sirkulasi terbuka. Fasilitas pengolahan air
digabung dengan menara pendingin yang dilengkapi injeksi gas chlorine untuk
membunuh bakteri dan mencegah tumbuhnya lumut, corrosion inhibitor dan
scalling inhibitor untuk mencegah korosi dan kerak yang ditambahkan secara
kontinyu, serta slime dispersant untuk membunuh bakteri yang ditambahkan 1
bulan sekali.
(EDG) memiliki kapasitas 3.6 MW dan mempunyai fungsi untuk initial start-up
dan Auto start jika terjadi kegagalan total pada STG. Pendistribusian listrik di
kilang RU VI Balongan ini dilakukan melalui beberapa sub station. Penyaluran
listrik dari sub station 1 ke sub station yang lain menggunakan saluran underground
cable kecuali untuk SS 31 yang memakai saluran over head. Pendistribusian
listriknya yaitu:
1) Sub-station 1 : Utilitas dan kantor
2) Sub-station 11 : H2 plant
3) Sub-station 12 : GO HTU dan LCO HTU
4) Sub-station 13 : AHU
5) Sub-station 14 A&B : RCC Unit
6) Sub-station 15 : CDU
7) Sub-station 16 : Amine Treating, SWS, Sulfur Plant
8) Sub-station 22, 23 : Offsite Area
9) Sub-station 31 : Kompleks Perumahan Bumi Patra
2.4.7 Bahan Bakar
Fuel system terbagi menjadi fuel gas system dan fuel oil system yang
berfungsi masing-masing menyediakan fuel gas dan fuel oil untuk kebutuhan dalam
proses pengolahan minyak bumi. Unit ini terdiri dari dua bagian yaitu:
a. Bahan bakar gas (Fuel Gas System)
Sistem ini dirancang untuk mengumpulkan berbagai sumber gas bakar dan
mendistribusikannya ke kilang sebagai gas bakar di unit-unit proses dan bahan baku
Hydrogen Plant. Penggunaan gas bakar di kilang adalah untuk keperluan gas
umpan di Hydrogen Plant dan gas bakar di unit dan fasilitas proses.
b. Bahan bakar minyak (Fuel oilSystem)
Sistem ini dirancang untuk mengumpulkan bermacam-macam sumber fuel oil
DCO dari RCC, AR dari CDU, Gas Oil untuk Start Up Refinery dan
mendistribusikan ke kilang sebagai bahan bakar di unit-unit proses.
60
Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed Pump dan dipompakan
ke bak floatasi, sebagian campuran dipompakan ke pressurized vessel. Dalam
pressurize vessel udara dari plant air atau DAF compressor udara dilarutkan
dalam pressurize waste water. Bilamana pressurize wastewater dihembuskan
ke pipa inlet bak floatasi pada tekanan atmosfir, udara yang terlarut
disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi dalam
waste water terangkat ke permukaan air. Minyak yang mengapung diambil
dengan skimmer dan dialirkan ke bak floatation oil. Minyak dalam bak
flotation oil dipompakan ke tangki recovery oil. Air bersih dari bak floatation
mengalir ke bak impounding basin.
Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah mengurangi BOD, partikel
tercampur, serta membunuh mikroorganisme patogen. Selain itu, pengolahan
limbah cair juga berfungsi untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun,
serta bahan tidak terdegradasi agar konsentrasinya menjadi lebih rendah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water
Treatment di PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit VI Balongan ini.
Setelah diambil kadar sulfurnya di SWS, pengolahan limbah cair dilanjutkan ke
unit Sewage dan Effluent Water Treatment. Unit ini dirancang untuk memproses
buangan seluruh kegiatan proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent
yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini 600 m 3/jam dimana kecepatan effluent
didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan
utilitas.
Desain awal dari unit WWT (Waste Water Treatment) adalah untuk mengolah
air buangan yang terbagi menjadi dua sistem pengolahan, yaitu:
Stripper (Unit 24), desalter effluent waterex Unit Crude Distillation (Unit 11),
GO HTU, RCC, dan sistem sanitasi pabrik. Air yang diolah umumnya
mempunyai kandungan amonia, COD, BOD dan fenol sedangkan kandungan
minyak dan solid berasal dari desalter effluent water.
Secara garis besar effluent water treatment di PT Kilang Pertamina
Internasional Refinery Unit VI Balongan dibagi menjadi dua, yaitu oily water
treatment dan treatment air buangan proses. Oily water treatment dilakukan di
rangkaian separator sedangkan treatment air buangan proses dilakukan
menggunakan lumpur aktif (activated sludge) yang merupakan campuran dari
koloni mikroba aerobik.
Oily water berasal dari air hujan yang bercampur minyak, air ballast, air dari
paritparit unit proses, dan pertangkian. Process effluent water (air buangan proses)
berasal dari air buangan unit proses seperti CDU, SWS, GO HTU, dan RCC.
Limbah cair buangan dihasilkan dari berbagai macam proses pengolahan di PT
Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit VI Balongan memiliki kandungan
limbah yang berbeda-beda. Secara garis besar, kontaminan utama yang terkandung
dalam air buangan proses adalah gas terlarut (hidrogen sulfida, merkaptan, dan
amonia), emulsi minyak, kimia alkali, serta padatan (effluent desalter).
Jenis-jenis limbah cair effluent process berdasarkan sifat kimianya adalah:
1) Sour water merupakan air buangan proses yang umumnya asam karena banyak
mengandung H2S dan NH3 yang dihasilkan dari proses.
2) Spent caustic dihasilkan dari proses pencucian naphta dan LPG dari RCC.
3) Desalter effluent water dihasilkan dari unit DTU.
Proses treatment air limbah baik oily water maupun process effluent water
meliputi proses fisik, proses kimia, dan proses mikrobiologi. Unit pengolah air
buangan terdiri dari Air Floatation Section, Preactivated Oil Sludge Section,
Activated Oil Sludge Section, dan Dehydrator and Incinerator Section. Prinsipnya
adalah memisahkan minyak dari air dan sludge pada oily water dan process effluent
secara fisik. Minyak yang terpisah dikumpulkan di recovery oil sump untuk
disimpan pada tangki 42-T-502 dan 42-T-101. Air dan sludge kemudian diproses
secara kimia dan mikrobiologis. Air yang diperoleh dikumpulkan di impounding
64
basin untuk dipisahkan kembali minyak dan airnya, minyaknya dikirim ke recovery
oil sump dan airnya dapat dibuang ke sungai. Sedangkan sludgeakan dibakar.
Adapun Proses Pengolahan limbah cair yaitu sebagai berikut:
1. Proses Fisik
Proses fisik merupakan proses awal sebelum limbah diproses secara kimia dan
mikrobiologi. Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat
dipisahkan secara fisik dari air melalui CPI separator, API separator, dan DAF
A/B tanpa menangani parameter lain seperti suspended solid, COD, BOD, dan NH3.
Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam buangan air hanya
diperbolehkan ± 25 ppm. Proses fisik terjadi pada seksi Air Flotation yang terdiri
dari:
a. CPI Separator / Corrugate Plate Interceptor (63-S-102)
Berfungsi untuk memisahkan minyak dan air yang berasal dari Oily water pada
sump pit unit proses yang termasuk dari common buffer pit. Dan juga berasal dari
air buangan proses (process effluent).
CPI separator terdiri dari:
a) Process effluent CPI pit dimana process effluent water dipisahkan menjadi
fraksi atas (skimmed oil) dan fraksi bawah (air dan sludge). Skimmed oil dikirim
ke oil sump kemudian dipompa ke recovery oil sump. Air dan sludge dikirim
ke process effluent pit (PEP) untuk diolah.
b) Process oily water CPI pit dimana oily water dipisahkan menjadi fraksi atas
(skimmed oil) dan fraksi bawah (air, sludge, dan minyak). Skimmed oil dikirim
ke 63-OS-102 dan dipompa ke recovery oil sump. Fraksi bawah yang masih
mengandung minyak diolah di DAF.
CPI separator dirancang pada laju alir 600 m3/h dengan kandungan minyak
maksimum 200 ppm dan temperatur 35oC.
b. API Separator
API separator dirancang dengan laju alir 242 m3/jam dan kandungan minyak
maksimum 200 ppm. API separator berupa kolam penampung air dimana masih
terdapat minyak yang dapat dimanfaatkan kembali. Prinsip kerja dari alat ini
berdasarkan perbedaan densitas minyak dan air. Kolam ini juga dilengkapi dengan
sekat-sekat yang memperlambat laju alir sehinga sebanyak mungkin air dan minyak
65
dapat terpisahkan. API separator mengolah oily water dan air ballast. Sebelum
tanker menerima produk, air ballast dari tanker yang berisi kandungan minyak
dapat dimasukkan ke tangki air ballast (42-T-505A/B) yang berbentuk cone roof
dengan kapasitas 2500 m3. Limbah cair terpisah menjadi fraksi atas (skimmed oil)
dan fraksi bawah (air, sludge, dan minyak). Skimmed oil dikirim ke 63-OS104 dan
dipompa ke recovery oil sump. Fraksi bawah yang masih mengandung minyak
diolah di DAF.
c. DAF A/B (Dissolved Air Flotation)
Fraksi bawah dari process oily water CPI pit dan API separator yang masih
mengandung minyak mengalir ke seksi ini secara gravitasi. Campuran dari
separator mengalir ke bak DAF feed pump dan sebagian langsung dipompakan ke
bak floatation (63-Z-202), dan sebagian campuran dipompakan ke pressurize vessel
terlebih dahulu sebelum ke bak floatation. Dalam pressurized vessel udara dari
plant air atau DAF compressor udara dilarutkan dalam pressurized waste water.
Bilamana pressurized wastewater dihembuskan ke pipa inlet bak flotation pada
tekanan atmosfir, udara yang terlarut akan tersebar dalam bentuk gelembung karena
kecepatan pelarutan udara berkurang yang menyebabkan udara berlebih terlepas ke
atmosfer.
Hal ini mengakibatkan minyak yang tersuspensi dalam waste water terangkat
ke permukaan air dalam bentuk buih. Setelah masuk ke bak flotation (63-Z-202)
minyak yang tersuspensi dalam air umumnya mengendap atau mengapung karena
perbedaan SG. Peralatan ini didisain untuk mengapungkan minyak yang
tersuspensi. Sedangkan minyak yang memiliki SG sama dengan air akan
tersuspensi dalam air dan tidak mengapung atau mengendap, sehingga perlu zat
pengapung untuk memisahkan air dengan minyak dengan cara menurunkan
tegangan permukaan dari minyak. Minyak yang mengapung diambil dengan
skimmer dan dialirkan ke bak flotation oil (63-Z-203) untuk dipompa ke recovery
oil sump. Air yang terpisahkan di bak flotation dialirkan ke impounding basin.
Sedangkan sludge dan minyak yang mengendap dikumpulkan ke PEP.
2. Proses Kimia
Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan aditif seperti koagulan,
flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya yang dimaksudkan untuk
66
menetralkan zat kimia berbahaya di dalam air limbah. Pada tahap ini dilakukan
pengolahan terhadap senyawa beracun berbahaya karena senyawa tersebut tidak
dapat dipisahkan secara proses fisika. Senyawa yang tidak diinginkan diikat
menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang selanjutnya dikeringkan. Proses
kimia ini terjadi pada proses koagulasi dan lumpur aktif.
Proses kimia yang terjadi pada seksi Pre Actived Oil Sludge terdiri dari:
a. Process Effluent Pit / PEP (63-Z-501)
Campuran air dan sludge dari process effluent CPI pit dan bak floatation (63-
Z-202) DAF diinjeksikan udara dari blower. Tujuannya agar tidak terjadi akumulasi
dan air limbah dapat terlarut.Selanjutnya air dan sludge dipompa ke rapid mixing
pit. Apabila kualitas air off spec, maka air dikembalikan ke bak PEP sedikit demi
sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.
b. Rapid Mixing Pit (63-Z-302)
Merupakan tempat untuk melarutkan senyawa kimia pada air limbah. Variabel
yang harus dikontrol adalah pH, jika pHnya rendah maka diinjeksikan NaOH untuk
mengatur pH air pada rentang 6-8.
c. Floculation Pit (63-Z-303)
Merupakan bak tempat pemisahan zat-zat padat yang tersuspensi dengan
membentuk gumpalan. Air buangan dari rapid mixing pit mengalir ke floculation pit
yang dilengkapi mixer dan diinjeksikan ferri chlorida (FeCl3) agar terbentuk
Fe(OH)3, sehingga logam-logam seperti Mg dan Ca dapat dihilangkan. Selain itu
diinjeksikan pula polimer untuk memperbesar gumpalan. Selanjutnya limbah air (air
dan sludge) menuju clarifier pit.
d. Proses Mikrobiologi
Pada dasarnya proses ini memanfaatkan makhluk hidup (mikroba) untuk
mengolah bahan organik, dimana air buangan yang akan diolah memiliki kadar
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan MLVSS (Mixed Liquor Volatile
Suspended Solid) tinggi, tetapi kadar logam dan bahan beracun rendah.
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologis. Tujuannya
untuk menggumpalkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak mengendap
serta menstabilkan senyawa-senyawa organik. Konsep yang digunakan dalam
proses pengolahan limbah secara biologis adalah eksploitasi kemampuan mikroba
67
sludge yang terendapkan sebagian disirkulasikan ke aeration pit dan sebagian lagi
dikirim ke thickener.
d) Thickener (63-Z-401)
Merupakan penampungan sludge dari clarifier pit dan sedimentation pit.
Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat
mekanis berupa centrifuge (alat yang bekerja memisahkan cairan-padatan dan
dengan memutarnya pada kecepatan tinggi). Cairan hasil pemisahan centrifuge
dialirkan melalui got terbuka menuju PEP (63-Z-501) di seksi Pre Actived Oil
Sludge, sedangkan padatannya disebut cake dan ditampung pada sebuah tempat
bernama hopper (cake hopper).
e) Dehydrator dan Incinerator
Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section dan
activated sludge ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut
dipisahkan airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat mekanis berupa centrifuge
(alat yang bekerja memisahkan cairan- padatan dan dengan memutarnya pada
kecepatan tinggi). Cairan hasil pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka
menuju PEP di seksi ASU, sedangkan padatannya disebut cake dan ditampung pada
sebuah tempat bernama Hopper (Cake Hopper). Proses selanjutnya adalah
membakar cake dalam sebuah alat pembakar atau incinerator menjadi gas dan abu
pada temperatur tinggi (800oC). Kapasitas desain dehydrator sebesar 5.5 m3/jam dan
kapasitas pembakaran incinerator adalah 417 kg solid/jam.
berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Pemusnahan hidrokarbon perlu
dilakukan untuk menghindari pencemaran lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT
Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit VI Balonganmelakukannya dengan
membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperatur
tertentu. Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk land fill atau
dibuang di suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.