Anda di halaman 1dari 107

BAB II

ORIENTASI UMUM
FUEL OIL COMPLEX I

Fuel Oil Complex I (FOC I) pada mulanya dirancang untuk


mengolah minyak mentah jenis Arabian Light Crude (ALC) dengan
kapasitas 100.000 BPSD ALC untuk menghasilkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Super Migas (98 RON)


Premium Migas (91 RON)
Avtur
Kerosene (sp. 18min)
Automotive Diesel Oil / ADO (0,5%)
Industrial Diesel Oil / IDO (1%)
Industrial Fuel Oil / IFO (3%), yang sekarang diubah menjadi MFO
karena disesuaikan dengan permintaan pasar.

8. Long residu, yang akan diolah lebih lanjut di Lube Oil Complex
untuk menghasilkan Lube Oil Component, Bitument, dan Refinery
Fuel Oil.
Namun setelah Debottlenecking Project, kapasitas pengolahan
FOC I meningkat menjadi 118.000 BPSD ALC dan dapat digunakan untuk
mengolah minyak mentah jenis Iranian Light Crude (ILC), Basrah Light
Crude (BLC) secara bergantian. Selain itu, FOC I juga dapat digunakan
untuk mengolah minyak mentah jenis Arjuna Crude dengan kapasitas
lebih rendah yaitu 10.200 T/D, walaupun selama ini belum pernah di coba.

Gambar 2.1 Block Diagram Fuel Oil Complex I


(Sumber : PT PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap)
2.1 Unit - Unit Proses
Fuel Oil Complex I (FOC I) yang terletak di area 10 terdiri dari
unitunit proses sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Unit 1100 : Crude Distillation Unit I (CDU I)


Unit 1200 : Naptha Hydrotreating Unit I (NHT I)
Unit 1300 : Hydrodesulfurizer Unit I (HDS I)
Unit 1400 : Platforming Unit I (PLTF I)
Unit 1500 : Propane Manufacture Facility Unit I (PMF I)
Unit 1600 : Marcaptan Oxidation Treating Unit I (Merox I)
Unit 1700 : Sour Water Stripping Unit I (SWS)
Unit 1800 : N2 Plant unit
Unit 1900 : Contaminant Removal Process Unit (CRP)

2.1.1 Unit 1100 Crude Distillation Unit I (CDU I)


Feed
: Arabian Light Crude (ALC)
Basrah Light Crude (BLC)
Iranian Light Crude (ILC)
Arjuna Crude
Kapasitas
: 118.000 BPSD atau 16.094 TPSD
Tujuan
: Mengolah Crude/ Minyak mentah menjadi
fuels

10

product (BBM) dan Feed untuk Lube plant.


Proses

: Pemisahan minyak bumi menjadi beberapa


fraksi.Pemisahannya bedasarkan perbedaan
tekanan uap dari fraksi-fraksi yang terdapat
pada minyak bumi. Proses yang digunakan
yang

digunakan

adalah

sistem

distilasi

atmosferis.
Produk

: Gas, Naptha, Kerosene, Light Gas Oil (LGO),


Heavy Gas Oil (HGO), Long residu.

Chemical injection yang digunakan dalam unit ini:


1) Caustic soda (NaOH)
2) Ammonia (NH3)
3) Deeumusilfier
Bagian-bagian pokok dari unit adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Crude Splitter Column (11C-1)


Kerosene Stripper (11C-6)
Light Gas Oil Stripper (11C-4)
Heavy Gas Oil Stripper (11C-2)
Stabilizer Column (11C-7)
Gasoline Splitter Column (11C-8)
Crude Distillation Unit (CDU) pada FOC I yang terletak

pada area 10 merupakan bagian yang berpadu untuk mengolah


minyak mentah menjadi Intermediate Product dan Finishing
Product. Design kilang ini berfungsi sebagai pemisah awal dari
minyak mentah menjadi fraksi-fraksinya. Unit ini di design untuk
mengolah Arabian Light Crude (ALC), Basrah Light Crude

11

(BLC), Iranian Light Crude (ILC) sebanyak 16.094 TPSD.


Dipilihnya Crude Oil ini karena dari bottom produknya dapat
menghasilkan asphalt dan lube base oil

Table 2.1 Karakteristik Umpan dari CDU I


Jenis

Titik Didih

Yield Berat

Kandungan
(oC)

Crude
Light Top
Kerosene
Light Gas Oil (LGO)
Heavy
Gas
Oil

Arabian
Light Crude
(ALC)

(HGO)
Long residu
Wax
Sulfur
Garam (NaCl)

<150
150-221
221-271
271-364
>364

%
Kerosene
16,8
13,2
8,4
17,6

Diesel
16,8
12,9
11,7
14,6

44
33
1,88
30mg/L

44
33
1,88
30mg/L

Pada unit pengolahan ini sudah diperiksa kelayakannya


untuk mengolah Arjuna Light Crude pada Troughtput 10210
TPSD.
2.1.1.1

Teori Proses

12

Crude dipompa dari tangki menuju kolom distilasi,


melalui jaringan penukar panas (yang digunakan untuk
mengurangi

beban

pemanasan

dapur)

dengan

memanaskan crude terlebih dahulu menggunakan panas


dari produk bottom kolom. Jaringan penukar panas ini
dilengkapi dengan desalter untuk mengurangi garamgaram terlarut dalam crude. Kemudian crude dipompa
menuju pre-flash colom, dimana uap uap terpisah naik
dan cairan terpisah turun. Di kolom crude terpisah
menjadi lima fraksi, yaitu produk atas (yang terdiri dari
naptha dan light ends, dan light tops), kerosene, LGO,
HGO, dan Long residue sebagai produk bawah. Cairan
yang bergerak kebawah dilucuti dengan steam untuk
mengambil produk atas yang terbawa. Sebagian fraksi
naphta , kerosene dan LGO dikembalikan lagi ke kolom
sebagi refluks. Produk naphta dari CDU I ini digunakan
sebagai umpan unit Naphta

Hydrotreater (NHT) yang

selanjutnya digunakan sebagai umpan di unit Platformer


(PLTF). Produk kerosene diumpankan ke unit Merox,
sedangkan

LGO

diumpankan

ke

unit

Hydro

Desulphurizer (HDS). Long residue dikirim ke storage


untuk diolah kembali di Lube Oil Complex (LOC).
2.1.1.2

Deskripsi Proses

13

1. Heat Pick-up Section


Crude

dipompakan

dari

tangki

38T-

101/102/103/104 dengan pompa booster 38P-101A/B.


Pada tahap ini dinjeksikan Deemulsifier dengan pompa
injeksi 46P-2A/B untuk digunakan pada proses desalting.
Crude lalu dipanaskan dengan panas produk HGO pada
heat exchanger 11E-20, kemudian dipanaskan lagi
dengan upper circulation reflux pada 11E-1 sampai
Temperature 94oC. Aliran kemudian dibagi menjadi dua
aliran paralel. Satu aliran dipanaskan dari produk
kerosene pada 11E-2 dengan Temperature 122oC, dan
yang lainnya dipanaskan di 11E-21 dengan panas
produk LGO sampai dengan Temperature 117oC. Kedua
aliran bertemu lagi untuk dipanaskan dengan lower
circulation reflux di 11E-4 sampai Temperature 145oC
dan Long residue di 1122A/B, lalu crude dimasukkan ke
desalter.
2. Desalter Section
Desalter berfungsi untuk mengilangkan garam dan
pengotor dari crude. Crude dicampur dengan washwater dari produk atas desalter stage 2 (11V-16) lalu
masuk

ke

bottom

desalter

stage

(11V-12).

Penghilangan garam dilakukan dengan membentuk

14

emulsi

air

dalam

minyak.

Garam

dan

pengotor

(umumnya barupa CaCl2 dan MgCl2) berpindah dari


crude ke wash-water. Kemudian emulsi dipecah dengan
melewatkannya pada medan listrik yang dihasilkan oleh
elektroda. Deemulsifier membantu pemisahaan air yang
sudah

mengandung

garam

dari

emulsi

dengan

membentuk lapisan diatas brine. Crude keluar dari 11V12, dicampur dengan Fresh desalter-water, lalu masuk
ke bottom 11V-16 untuk dipanaskan kembali di heat
pick-up section II.
3. Heat Pick-up Section II
Dari desalter, aliran crude dipisah menjadi dua,
sebagian dipanaskan dengan Long residue pada 11E-5
A/B dan

11E-23, sedangkan

aliran yang lainnya

dipanaskan dengan HGO di 11E-24 A/B. Kedua aliran


digabung lagi dan dipanaskan dengan lower circulation
reflux di 11E-6 dan dipanaskan lagi dengan Long residue
di 11E-7. Crude kemudian masuk ke preflash drum 11V15 sebagai pemisahan awal dan untuk meringankan
dapur (furnace). Uap dari flash drum kemudian masuk ke
kolom 11C-1 pada tray 12. Preflashsed keluar dari
bottom 11V-15 untuk di panaskan dengan Long residu
pada 11E-25 hingga mencapai suhu 234oC sebelum

15

masuk ke furnace. Di furnace 11F1, crude dibagi menjadi


8 pass, yang masuk ke dalam 2 shell furnace. Sebelum
dipanaskan secara radiasi, crude dipanaskan lebih dulu
secara konveksi di convection bank. Jenis furnace yang
digunakan

adalah

model

fired-Box,

dan

udara

dimasukkan ke dalam furnace dengan cara natural draft.


4. Seksi Fraksinasi
a. Crude Spiltter (11C-1)
Kolom 11C-1 mempunyai 43 tray yang memisahkan
crude menjadi 5 fraksi. Crude masuk 11C-1 pada tray 7,
pada suhu 375oC dan tekanan 1,6 Kg/cm2G. aliran refluks
pada kolom ini ada dua macam: lower circulation reflux
(LGO) dan upper circulation reflux (kerosene). Upper
circulation reflux dipompa dari tray 30 kemudian dibagi
menjadi dua aliran. Satu aliran didinginkan di 11E-1 dan
dikembalikan di atas tray 33. Aliran lainnya langsung
dikembalikan sebagai internal reflux ke tray 29. Lower
circulation reflux diambil dari tray 20 kemudian dibagi
menjadi dua. Satu aliran didinginkan di 11E-4 dan air-cooler
11C-60 sebelum dimasukkan ke kolom pada tray 24. Aliran
yang lain dikembalikan sebagai internal reflux ke tray 19.
b. Kerosene Stripper (11C-6)
Fraksi kerosene dari 11C-1 tray 30 masuk kolom
11C-6 pada Temperature 175oC. Fraksi kerosene dibawa

16

oleh upper circulation reflux menuju puncak kolom 11C-6.


Kerosene stripper dilengkapi dengan 9 tray dan reboiler
11E-8. Uap fraksi ringan yang terlucuti di

stripper

dikembalikan ke kolom 11C-1 diatas tray 33. Produk bawah


11C-6 dengan Temperature 122oC kemudian dipompakan
dengan

11P-7

didinginkan

A/B.

Aliran

pada

produk

kerosene

di 11E-2 dan air-cooler 11E-55 sampai

Temperature 45oC menuju Merox Treating Unit (Unit 1600)


untuk dihilangkan kadar garam/Mercaptan yang korosif
pada kerosene dengan cara merubanya menjadi disulfide
yang tidak korosif melalui oksidasi katalitik yaitu dengan
mengijeksikan udara ke dalam reaktor. Proses ini bertujuan
untuk menghasilkan kerosene yang sesuai dengan sesuai
dengan spesifikasi aviatation fuel (avtur).
c. LGO Stripper (11C-4)
LGO dari tray 20 11C-1 dengan Temperature 233oC
dialirkan ke puncak LGO stripper 11C-4, setelah direfluks
masuk ke tray 19. LGO stripper mempunyai 6 tray. Fraksi
ringan dilucuti dengan steam bertekanan rendah ( LP
steam ) yang masuk dari bottom kolom, lalu dikembalikan
ke kolom 11C-1 pada tray 24. Produk LGO dari stripper
dengan Temperature 240oC didinginkan di 11E-21 sampai
Temperature 135oC kemudian masuk ke puncak LGO dryer

17

11C-5. LGO dikeringkan dengan vakum menggunakan


ejector. LGO bebas air kemudian didinginkan dengan 11E54 sampai Temperature 26oC dan dialirkan ke LGO storage.

d. HGO Stripper ( 11C-2 )


Fraksi HGO keluar dari tray 13 secara parsial dari
kolom 11C-1 dan dialirkan ke puncak kolom 11C-2 pada
Temperature 310oC yang dilengkapi dengan 6 tray. Fraksi
ringannya dikeluarkan dari heavy oil dengan bantuan
superheated steam.dan uap stripper/gas yang terambil
mengalir kembali ke crude splitter column 11C-1di bawah
tray 13 dengan Temperature 307oC.

LP steam masuk

stripper 11C-2 dibawah (bottom). Produk bawah 11C-2


dengan Temperature 307oC keluar dari bottom stripper,
didinginkan di 11E-24A/B lalu dialirkan ke kolom HGO dryer
11C-3. Di 11C3 HGO dikeringkan pada tekanan vakum
menggunakan ejector set 11J-1 A/B,HGO kering dari 11C-3
di pompakan dengan 11P-5 menuju ke shell side 11E-20
pada Temperature 150oC kemudian menuju finfan untuk
didinginkan dan air-cooler 11E-53 sampai Temperature
43oC sebelum dialirkan ke HGO storage.
e. Long residue

18

Long residu mengalir ke bawah dari kolom 11C-1


pada Temperature 351oC, dimana Stripping steam dipakai
untuk menghilangkan fraksi ringan sehingga diperoleh
spesifikasi flash point dari Long residu. Produk bawah
dipompa dengan pompa 11P-4 A/B menuju ke shell side
dari HE 11E-25 untuk didinginkan sampai Temperature
313oC kemudian didinginkan oleh 11E-7 dan didinginkan di
11E-8 sampai Temperature 281oC untuk menguapkan fraksi
ringan pada kerosene dari 11C-6 menuju shell side 11E-12,
11E-12 berfungsi untuk menyuplai panas ke 11E-12. Aliran
dari

11E-12 lalu ke

shell side

dari 11E-23 untuk

memanaskan crude yang berasal dari HE 11E-5 A/B pada


kondisi 269oC, tube side dari HE 11E-5 A/B untuk
memanaskan crude dari 11V-16, shell side dari 11E-22 A/B,
LR sebagai pemanas crude dari HE 11E-4 dan ke shell side
dari HE 11E-15 A/B dengan Temperature 134oC sebelum
disimpan menuju storage.
f. Over Head Section
Vapor dari atas kolom 11C-1 dikondensasikan pada
kondensor 11E-50, kemudian ke reflux drum 11V-1. Sour
Water yang terikut kedalam reflux drum dipompa menuju
Sour

Water

Stripper

Unit

(Unit

1700).

Untuk

mempertahankan tekanan pada reflux drum, Vapor yang

19

tidak terkondensasi dilepas ke flare. Hidrokarbon dari reflux


drum dipisah menjadi dua aliran refluks dan produk. Aliran
refluks masuk kolom 11C-1 pada tray 43. Produk dipompa
ke Unit Naptha Hydrotreater melalui coalescer 11S-1, untuk
mengambil air yang terikut.
g. Stabilizer dan Gasoline Stripper
Kolom Stabilizer 11C-7 terdiri atas 40 tray. Dari Unit
1200, produk atas kolom dipanaskan dengan 11E-9 (umpan
Stabilizer -naphta ). 11E-10 (umpan Stabilizer - produk
bawah Stabilizer ), dan 11E-11 (umpan Stabilizer - lower
circulation reflux), kemudian masuk ke kolom Stabilizer
11E-7 pada tray 20. Liquid dari bottom kolom Stabilizer
masuk reboiler 11E-12, sedangkan Vapor menuju aircondenser 11E-51. Aliran air dari kondenser dikumpulkan di
accumulator 11V-12 yang akan dikembalikan sebagian
sebagai refluks. Naphta dari bottom 11C-7 didinginkan di
11E-10, lalu dialirkan ke kolom naphta splitter 11C-8 ( yang
mempunyai 12 tray ) masuk pada tray 10. Produk bawah
11E-8 dipanaskan kembali di reboiler di 11E-13 untuk
menjaga suhu kolom tetap pada 139 oC. fraksi ringan
menuju kondensor 11E-52, lalu masuk ke accumulator 11V3 untuk direfluks sebagian kembali ke kolom 11C-8 pada
tray 21. Sebagian yang lain dikirim ke storage. Produk

20

bawah kolom 11C-8 (heavy naphta) didinginkan di 11E-8


yang selanjutnya dikirim ke unit Platforming (Unit 1400) dan
sisanya dialirkan ke tangki.

Tabel 2.2 Spesifikasi Produk CDU I


SpGr.

IBP

FBP

Pour Point

Flash

Octane

Point

Number

38

55.7

(IP 170oC)

55.1

Produk
60/60oF
0.67-0.73

C
180

0.77-0.81

140

250

LGO

0.81-0.85

170

315-335

10

HGO
Long

0.85-0.89

205

425

40

0.949

350

370

80

Naphta
Kerosen

residu
Tabel. 2.4 Spesifikasi Produk Stabilizer

SpGr, 60/60 F
IBPoC
FBPoC
RVP pada 100oF
Sulfur ( ppm berat )
Nitrogen( ppm berat )
Water ( ppm berat )

Light Hydrotreated

Heavy Hydotreated

Naphta
0.63-0.70
30
80
14 psia
1
1
0.5

Naphta
0.17-0.76
67
180
0.5
1
3

21

2.1.2

Unit 1300 Hydro Desulphurizer Unit I (HDS I)


Unit Hydro-desulphurizer ini berfugsi menghilangkan

Mercaptan

pada

LGO

dan

HGO,

dengan

mereaksikan

mercapthan dengan katalis sehinga menjadi H 2S. Proses yang


digunakan adalah Shell-Trickle Hydrodesulphurization Process.
Sulfur yang terdapat pada LGO dan HGO dikontakkan dengan
hidrogen sehingga sulfur terkonversi menjadi H 2S yang mudah
dipisahkan dari hidrokarbon. H2S yang terbentuk dipisahkan
dalam separator, sedangkan cairannya dilucuti dengan steam,
lalu dikeringkan dengan vacuum menggunakan ejector.
: LGO (spGr 15/15oC = 0.831); HGO (spGr

Feed

15/15oC = 0.870).
Kapasitas

: 17.420 BPSD atau 23.000 ton/hari.

Tujuan

: Mereduksi kandunga sulfur dari LGO dan

HGO.
Proses

: Menghilangkan/ mereduksi kandungan sulfur


yang ada pada Light Gas Oil (LGO) dengan
menggunkan Hidrogen (H2), sehingga produk
yang dihasilkan tidak korosif.

Produk

: Gas dan Desulphurized Light Gas Oil

Garis besar oprasi

Senyawa sulphur dalam aliran Feed


menjadi H2S.

dikonversikan

22

H2S di flash off dalam seri separator dan produk akhir


ditripping steam dan dikeringkan.
Siklus operasi 8,4 hari untuk LGO dan 3 hari untuk HGO
Spesifikasi produk:
Sulfur content % wt

: 0,8 max
: 0,25 max

Bahan pembantu yang digunakan adalah katalis cobaltmolybdenum-nickel

dengan

carrier-alumina

(Al2O3) dengan

kebutuhan sebagai berikut:


Katalis ketjefine 1.54 E (HD) 27.2m3
Bola keramik diameter in 2.5m3
Bola keramik diameter in 0.6m3
2.1.2.1
Teori Proses
a) Penghilangan sulphur
Feed HDS (LGO) mengandung 0,73% wt sulphur dan
sesuai spesifikasi maka produk HSD harus mengandung
0,07% wt sulphur. Kandungan sulphur dalam produk dapat
menimbukan

pencemaran

dan

berperan

dalam

pembentukan karbon dan SO2. SO2 jika bereaksi dengan


air dapat menjadi larutan asam kuat yang dapat
menimbulkan

korosi

pada

peralatan.

Umumnya

penghilangan sulphur di proses hydrotreating berlangsung


relatir mudah.
Reaksi yang terjadi :
(Mercapthan) RHS + H2 RH + H2S
( Sulphida) RSR + H2 RH + RH

23

(Cyclic Sulphida)
Operasi pada Temperature yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya rekombinasi hidrogen sulphida
dengan

sejumlah

kecil

olefin

yang

membentuk

mercapthan di produk.
CH3 C2 CH = CH CH3 + H2S CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 HS
Jika reaksi ini berlangsung, Temperature reaktor
harus diturunkan. Umumnya operasi pada 315-340 oC
Reaktor Inlet Temperature (RIT) akan memberikan laju
reaksi dehidrogenase yang dapat diterima dan tidak
menimbulkan

jumlah

rekombinasi

olefin/

hidrogen

sulphida yang signifikan.


Reaksi Desulphurisasi juga diikuti juga reaksi-reaksi yang
lain:
b) Penjenuhan Olefin
Olefin + H2 Paraffine
Cyclo-Olefin + H2 Naphthene

c) Perengkahan
Yaitu pemecahan rantai molekul panjang parafin
menjadi dua rantai molekul. Reaksi ini berjalan secara
eksotermis

pada

suhu

tinggi.

Kerugiannya

adalah

penurunan yield dan penurunan tekanan H 2 dalam sistem,

24

sehingga meningkatkan konsumsi H2, untuk itu suhu


operasi reaktor dijaga agar tidak terlalu tinggi, berkisar
antara 389oC.
d) Hidrogenisasi senyawa aromat.
Reaksi yang terjadi adalah :
RC6H2 + 3H2 RC6H11
2.1.2.2

Deskripsi proses

Unit Hydrosulphurization Fuel Oil Complex I pada dasarnya


dapat dikelompokan menjadi :

Reaktor Section
Separator section
Compressor Section
Stripping dan Drying Section
a. Reaktor Section
Umpan yang berupa LGO atau HGO dari tangki
penyimpanan dipompa dengan 13P-1 menuju heat
exchanger umpan reaktor/effluent 13E-A/B/C/D sebelum
memasuki heat exchanger

umpan dicampur dengan

make-up campuran Fresh hidrogen dari unit Platformer


recycle gas dari kolom HP separator, yang ditekan dalam

25

kompresor 13K-13A/B. Dalam HE umpan dipanaskan


hingga suhu 310oC, lalu dipanaskan lebih lanjut dalam
heater 13F-1 hingga mencapai suhu 356-368oC untuk
kemudian masuk ke reaktor 13R-1 dari bottom. Effluent
reaktor dengan tekanan 52 kg/cm2G dan suhu 380oC yang
telah didinginkan di 13E-1 dialirkan ke hot HP separator
13V-3 untuk memisahkan fase uap dan fase cair. Sebelum
masuk ke hot HP separator lebih dulu dinjeksikan air ke
dalam effluent.
b. Separator Section
Gas dari hot HP separator 13V-3 dimurnikan
dengan menginjeksikan Wash Oil dan Wash water untuk
menyerap H2S dari hidrokarbon ringan. Aliran campuran
kemudian didinginkan di air-cooler 13E-2 hingga suhu
50oC, dan mengalir ke Cold HP separator 13V-5, dimana
gas kaya H2 dipisahkan dari cairan kemudian dikompresi
untuk recycle pada umpan. Fresh hidrogen yang diperoleh
dari unit Platformer dikompresi dengan kompresor 13K-1
setelah masuk KO drum 13V-1. Fresh hidrogen ini
didinginkan dalam intercooler sebelum dicampur dengan
recycle gas 13V-5. Hidrokarbon cair keluaran hot HP
separator dialirkan menuju hot LP separator sebagai
umpan kolom stripper 13-C1. Cairan dari Cold HP

26

separator 11V-5 dicampur dengan aliran dari hot HP


separator 13V-4 yang sudah diinjeksi dengan Wash Oil
dan

didinginkan

dalam

heat

exchanger

13E-3

menggunakan tempered water untuk kemudian diflash


pada Cold LP separator 13V-6 dimana gas kaya H2S
dipisahkan dari wash oil. Gas kaya H2S digunakan
sebagai bahan bakar di furnace, sedangkan dari Wash Oil
direcycle. Make-up Wash Oil diperoleh dari CDU. Wash
water dari 13V-6 dibuang ke Sour Water collection vessel
17V-1. Wash Oil ditarik ditarik dengan pompa 13P-2 untuk
dinjeksikan pada produk gas atas 13V-3 sementara
sisanya dialirkan ke oil collection header. Pada aliran
effluent reaktor dan aliran gas keluar hot LP separator,
diinjeksikan treated water untuk melarutkan garam-garam
ammonium

yang

memiliki

kelarutan

hidrokarbon

cair,

yang

mengendap

pada

permukaan

bila

tidak
heat

rendah

dalam

dilarutkan

akan

exchanger

dan

peralatan lain sehingga mengganggu proses.


c. Compressor Section
Keperluan gas hidrogen disuplay oleh kompresor 13K-1
A/B dimna pada kondisi normal 13K-1 A beroprasi
sedangkan 13K-1 B pada posis stand by. Gas hidrogen
yang dikompresikan terdiri dari dua macam yaitu recycle
gas yang berasal dari CLP separator 13V-5 dan Make up

27

Fresh gas yang merupakan hydogen rich gas dari unit


1400 Platformer. Pengaturan aliran make up fresh gas
diatur oleh 13PIC-016. Tiap kompressor terdiri dari 3
silinder, satu silinder untuk recycle gas dan dua silinder
lain untuk fresh gas. Kompressor digerakan dengan motor
listrik, sebelum dikompresikan, gas hidrogen (fresh dan
recycle ) terlebih dahulu dimasukan dalam Knock Out
Dram (KOD) 13V-1, 13V-2, 13V-9 yang berfungsi untuk
memisahkan komponen Liquid
Liquid

yang mungkin terikut.

yang terpisahkan masing-masing KO dram

selanjutnya dialirkan ke CLP separator 13V-6 untuk


kemudian diproses di unit 1700. Recycle gas CHP
separator 13V-5 dimasukan dalam KO dram 13V-2
kemudian dikompresikan di 13K-1 A/B. Fresh gas dari
14K-1 (tekanan 18,5 Kg/cm2) dimasukan ke dalam KO
dram 13V-1 kemudian dikompresikan melalui silinder
pertama (first stage) sehinga tekanan naik menjadi 35
Kg/cm2. Akibat dikompresi maka temperatur gas hidrogen
naik menjadi 105oC. Sebelum dikompresikan lagi di
second stage, maka harus didinginkan melalui cooler 13E10 dengan media pendingin cooling water. Kemudian
effluent dari 13E-10 dimasukan terlebih dahulu ke dalam
KO dram 13V-9. Setelah tidak terikut Liquid

maka

28

dikompresikan melalui silinder kedua (second stage)


sehingga tekanan naik menjadi 45Kg/cm 2. Effluent 13K-1
A/B (fresh gas dan recycle) dalam satu line akan
bergabung dengan aliran flow Feed

dari pompa 13P-1

sebagai combine Feed.


d. Stripping dan Driying Section
Hidrokarbon cair dari hot HP separator 13V-3
dialirkan menuju hot LP separator 13V-4 dan diuapkan
dalam 13E-4 menggunakan steam hingga 17C. Umpan
hidrokarbon cair dari 13E-4 kemudian masuk ke kolom
stripper 13C-1 dari puncak, dan MP steam diinjeksikan
dari

bottom

kolom.

menghilangkan

Pelucutan

kandungan

H2,

dimaksudkan
H2S,

dan

untuk
fraksi

hidrokarbon ringan. Hidrokarbon sebagai produk bawah


kolom stripper 13C-1 didinginkan dalam air cooler 13E-6
untuk selanjutnya dikeringkan pada kolom dryer 13C-2.
Kolom beroperasi pada tekanan vakum (65 mmHgA)
dengan

bantuan

steam

jet

ejector

13J-1.

Dryer

precondensor 13E-8 mengembunkan sebagian campuran


hidrokarbon steam 45C. Produk bawah kolom dryer 13C2 ditarik dengan pompa 13P-4 kemudian didinginkan
dalam cooler 13E-7 kemudian dikirim ke storage. Cairan
masuk barometric leg menuju vessel 13V-8. Gas yang
tidak mengembun pada 13E-8 ditarik oleh ejector 13JI A,

29

kemudian diembunkan dalam 13V-9A dan kondensatnya


dimasukkan 13V-8. Gas yang tidak mengembun dan
kondensatnya dimasukkan ke dalam 13V-8. Sour Water
dan hidrokarbon cair dipisahkan dalam 13V-8. Sour Water
diambil oleh pompa 13P-6 dan mengalir ke tangki
penampung 17V-1. Hidrokarbon cair dipompa dengan
pompa 13P-5A/B menuju tangki slops. Produk atas
berupa

gas

dari

puncak

kolom

stripper

13C-1

dikondensasikan pada 13E-5 kemudian ditampung dalam


overhead accumulator 13V-7. Gas yang terdapat dalam
13V-7 dibuang ke fuel gas system atau flare. Hidrokarbon
cair yang tertampung dalam 13V-7 dialirkan menuju tangki
slops.
e. Regenerasi Katalis
Keaktifan

katalis

akan

menurun

karena

pembentukan endapan coke, logam dan politropic gum.


Untuk meningkatkan kembali aktivitas katalis, katalis
diregenerasi dengan mengalirkan campuran udara steam
pada katalis. Oksigen dalam campuran harus berjumlah
kurang dari 1% vol, agar tidak terjadi over-heating. Hasil
pengolahan unit

Hydrodesulphurizer adalah sebagai

berikut:
Tabel 2.5 Hasil Pengolahan HDS

30

Laju alir,
Jenis produk

Umpan LGO

Umpan HGO

Gas OIL SpRr.15/15C


Hidrokarbon SpGr.15/15C

0.835
0.800

0.870
0.800

BPSD
16.640
620

2.1.2.3
Variable Proses
a. Aliran feed
Tingkat penyuplaian feed harus dijaga, dengan maksud
apabila terjadi perubahan flow feed harus secara gradual
(bertahap) sehingga Temperature outlet heater/dapur
tidak berubah secara ekstrim, penurunan flow yang
cepat

mengakibatkan

Temperature

outlet

heater

meningkat tajam dan berakibat pada peningaktan


Temperature reaktor.
b. Kualitas Feed (Sulphur Content)
Pada kondisi normal operasi, perubahan pada RIT untuk
menyesuaikan perubahan pada kualitas feed sangat
berpengaruh terhadap konsumsi hidrogen, sehingga
kebutuhan

hidrogen

harus

diantisipasi

dengan

kemampuan kompressor yang baik. Tetapi perubahan


kualitas feed

menyebabkan perubahan pada kualitas

produk.
c. Temperature Outlet Heater
Temperature memberikan efek yang signifikan dalam
menunjang
meningkat

reaksi
jika

hydrotreating.
Temperature

Desulphurisasi

dinaikan.

Reaksi

Desulphurisasi mulai terjadi pada Temperature 230oC dan


laju

reaksi

semakin

meningkat

seiring

keanaikan

31

Temperature, tetapi diatas 340oC kenaikan Temperature


hanya sedikit menaikan jumlah senyawa yang terambil.
Sedangkan untuk penjenuhan olefin terjadi menyerupai
reaksi Desulphurisasi. Karena reaksi di reaktor bersifat
eksotermis maka kandungan olefin dan sulphur dalam
feed harus dibatasi untuk menjaga agar ROT berada pada
kisaran Temperature yang diijinkan pada suhu diatas
340oC akan terjadi reaksi keseimbangan pada penjenuhan
olefin, hal ini terjadi karena residual olefin di produk
meningkat pada Temperature yang lebih tinggi. Untuk
menghindari terjadinya rekombinasi seperti residual olefin
dan pembentukan Mercaptan (H2S dan olefin) maka dapat
dihilangkan dengan menurunkan Temperature reaktor.
d. Tekanan Reaktor
Tekanan reaktor dipilih berdasarkan umur katalis yang
diperlukan dan dipertimbangkan kualitas produk. Pada
tekanan reaktor yang tinggi, umumnya katalis akan efektif
untuk waktu yang lebih lama dan derajat kesempurnaan
reaksi akan lebih tinggi. Penetuan tekanan operasi
dipengaruhi oleh rasio hidrogen/ feed yang diset di design.
Parameter ini menujukan tekanan parsial hidrogen dalam
reaktor. Pada setiap unit sudah didesign sedemikian rupa
sehingga

reaksi

Desulphurisasi

dapat

berlangsung

dengan sempurna dibawah Temperature design reaktor.

32

Sedikit perubahan tekanan atau jumlah gas hidrogen tidak


akan menyebabkan perubahan

yang signifikan pada

kualitas produk. Temperature rendah di HHP separator


tidak diharapkan karena gas yang flash off di separator
akan menurun. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
vapor di stripper.
e. Tekanan HLP Separator
Tekanan yang tinggi di HLP separator tidak disarankan,
karena dengan Temperature liquid yang mulai turun maka
gas yang terikut didalam liquid lebih tinggi dari yang
diharapkan. Hal ini juga akan menyebabkan peningkatan
vapor distripper.
f. Konsumsi hidrogen
Konsumsi hidrogen tergantung pada karakteristik/ kualitas
feed dan kualitas produk yang dikehendaki. Pembentukan
karbon yang terakumulasi di katalis harus dicegah dengan
menjaga batasan minimum tekanan partial hidrogen,
sehingga tekanan operasi harus dinaikan apabila terdapat
impurity di suplai gas untuk kesempurnaan pengambilan
sulphur diperlukan gas hidrogen dengan kemurnian
minimum 70%.
g. Wash Oil dan Wash water
Wash water diinjeksikan dari kondensat separator. Wash
water dan Wash Oil disirkulasikan untuk menurunkan
konsentrasi gas yang tidak diinginkan dalan recycle gas
(meningkatkan kemurnian) dan untuk melarutkan NH 4Cl

33

yang mungkin terbentuk dan bisa menimbukan kebuntuan.


Dengan

kemurnian

recycle

gas

yang

tinggi

akan

menyebabkan peningkatan tekanan parsial gas hidrogen


di reaktor. Fresh Wash Oil dapat disuplai dari kerosene
storage dipompa wash oil.
h. Kondisi Stripping
Stripping dilakukan untuk memenuhi spesifikasi produk
yang dihasilkan. Kandungan H2S yang masih terikut dalam
produk akan diStripped dan berfungsi untuk menaikan
flash point produk (mengusir fraksi hidrokarbon ringan
yang masih terikut). Temperature yang terlalu tinggi akan
menyebabkan naiknya produk gas flash off dalam
overhead stripper. Untuk Temperature yang terlalu rendah
maka steam akan terkondensasi di bottom stripper.

2.1.3
Feed

Unit 1400 Platformer Unit I (PLTF I)


: Sweet Naptha Hydrotreater (Unit 1200)
(Sp.Gr. 15/15C = 0,72).

Kapasitas

: 14.300 BPSD atau 1.650 TPSD

Tujuan

: Mengolah hasil Sour Naptha dari unit 1200


Naptha Hydrotreater.
Menghasilkan angka Oktan 92 dan 96
Menghasilkan HOMC (High Octane Mogas
Comp.)

Proses

: Merubah Naptha yang mempunyai nilai oktan

34

rendah menjadi naptha yang mempunyai


nilai oktan yang lebih tinggi. Dalam proses ini
menggunakan katalisator jenis platina, reaksi
yang terjadi adalah Proses Dehidrogenasi,
Hydrocracking dan reaksi Isomerisasi yang
dominan terjadi.
Produk

: Gas, hidrogen (H2), komponen LPG,


Stabilized Platformate.

Garis Besar Operasi :

Merubah

struktur

molekul

dari

komponen

feed

parafinic dan Napthene.


Menjadi aromatik
Reaksi yang terjadi :
a. Dehidrogenasi Napthene (Endothermis)
b. Isomerisasi Parafinic dan Napthene (Eksotermis)
c. Dehydrocyclisasi (Endotermis)
d. Penjenuhan Olefin menjadi parafinic
e. Hydrocracking (Eksotrmis)
Penambahan Chemical :
Dalam unit ini ditambahkan IPA (Iso Propil Alcohol) dan DPC
(Chloride) untuk menjaga konsentrasi air dan chloride pada
recycle gas tetap yang diperlukan untuk menjaga performance
katalis pada kondisi optimum.
Spesifikasi Produk :
Octane Number :

Low severity 92 RON (Butane max. 0,8% berat )


High serevity 96 RON (Butane max. 2,3% berat)

35

2.1.3.1 Teori Proses


Unit ini berfungsi untuk menaikkan bilangan
oktan pada naptha dengan cara mengkonversi naptha
menjadi senyawa aromatik dengan bantuan katalis,
agar terjadi reaksi katalitik reforming pada suhu dan
tekanan tinggi. Hasil samping yang penting dari unit ini
adalah gas H2 yang digunakan di unit-unit lain.
Reaksi-reaksi yang terjadi :
1. Dehidrogenasi
Dehidrogenasi atau biasa disebut aromatisasi,
yaitu

pengambilan

H2

dari

naptha

untuk

membentuk senyawa aromatik. Reaksi ini bersifat


sangat endotermis, dengan kecepatan reaksi
relatif cepat. Napthene adalah komponen dalam
feed

yang

dehidrogenasinya
dapat

diinginkan

karena

reaksi

menjadi

senyawa

aromatik

meningkatkan

octane

number

dan

menghasilkan produk samping hidrogen.


C
C

C
C

C
+ 3H2

36

2. Hydrocracking
Yaitu

reaksi

perengkahan

untuk

memecahkan molekul paraffin rantai panjang


menjadi rantai pendek, yang bersifat eksotermis.
Reaksi

ini

menurunkan

yield

platformate

Isomerisasi Napthene dan Paraffin Yaitu reaksi


kelanjutan

pembentukan

aromat

dan

pembentukan paraffin yang lebih kecil. Reaksi ini


eksotermis, tetapi panas yang dihasilkan kecil
daripada reaksi hydrocracking.
C C C C C C C C C C + H2
n. Dekane
CCCCC+CCC-C

C
3 Methyl Pentane

n. Butane

3. Isomerisasi Napthene dan Paraffin


Yaitu reaksi kelanjutan pembentukan aromat dan
pembentukan paraffin yang lebih kecil. Reaksi ini
eksotermis, tetapi panas yang dihasilkan kecil
daripada reaksi hydrocracking.

37

CCCCCC

CCCCC

C
n. Heksana

3 methyl Pentane
C

Methyl Cyclo Pentane


4. Siklisasi
Yaitu perubahan
napthane yang

Cyclo Heksane

senyawa

paraffin

menjadi

bersifat endothermic dengan

menghasilkan gas H2
C
CCCCCCC
n. Heptane

+ H2

Methyl Cyclo Heksane

5. Desulfurisasi
Yaitu reaksi penyingkiran sulfur menjadi H 2S. H2S
disingkirkan dari hidrokarbon dalam stabilizer
sehingga platformat yang dihasilkan bebas dari
senyawa belerang. Dalam unit ini ditambahkan
IPA (Iso Propil Alcohol) dan DPC (Chloride) untuk
menjaga konsentrasi air dan chloride pada recycle
gas

tetap

yang

diperlukan

untuk

menjaga

performance katalis pada kondisi optimum.

38

+ 4H2

C C C C + H 2S

S
Thiopene
Butane
6. Dehydrocyclization of Parafins
Yaitu

perubahan

napthene yang

senyawa
bersifatn

parafin

menjadi

endotermis dengan

menghasilkan gas H2.


7. Demethylation
Yaitu reaksi penyingkiran methyl dari senyawa
hidrokarbon untuk memperpendek rantai karbon
dengan menghasilkan gas metana. Reaksi ini
muncul pada severity tinggi pada saat start-up
saat penggantian atau regenerasi katalis.
8. Dealkylation of Aromatics
Yaitu reaksi pengubahan ukuran fragment alkyl
yang terikat pada ring senyawa aromatik.
Unit platformer dirancang untuk 2 macam kondisi
operasi, yaitu:
a. Low severity Operation
Low severity operation akan menghasilkan
platformat 84% dari umpan dengan kadar
butana maksimum 0,8% berat dan angka
oktan 92.
b. Heavy Severity Operation

39

Heavy severity operation akan menghasilkan


platformat 86% dari umpan dengan kadar
butana maksimum 2,3% berat dan angka
oktan 96.
2.1.3.2
Deskripsi Proses
1. Reaktor Section
Heavy Naptha dari bottom 11C-8 dipompa dengan
pompa 11P-10A/B ke Heat Exchanger umpan stabilizer 11E9 untuk didinginkan dari 130C ke 90C. Umpan Naptha
dipompa oleh 14P-1 menuju 14E-1 (feed /effluent 14R-3)
untuk dipanaskan hingga 450C. Sebelum masuk 14E-1,
Naptha dicampur dengan recycle gas H2. Dari 14E-1, umpan
dalam fase uap masuk ke furnace 14F-1 dalam 26 pass
hingga suhu 490oC, lalu masuk ke puncak reaktor 14R-1.
Dalam reaktor, umpan mengalir secara radial melalui unggun
katalis. Effluent reaktor 14R-1 menuju furnace 14F-2 untuk
dipanaskan kembali melalui 22 pass, lalu masuk puncak
reaktor 14R-2 dan menuju furnace 14F-3 melalui 18 pass,
sebelum

akhirnya

masuk

ke

puncak

14R-3.

Untuk

mengendalikan kandungan chloride dalam katalis, air dan


klorida diinjeksikan pada umpan sebelum pompa 14P-1. Air
diinjeksikan dalam bentuk isopropil alkohol dari 14V-3

40

dengan pompa 14P-2A. Klorida (PDC/Propylen Dichloride)


dari tangki 14V-1 diinjeksikan dengan pompa 14P-2B.
2. Seksi Separasi
Effluent reaktor dari bottom reaktor ketiga (14R-3)
mengalir ke Combined Feed

Exchanger (14E-1). Effluent

masuk pada bagian shell dimana sebagian terkondensasi


dan didinginkan sampai kira-kira 130C. Keluaran reaktor ini
dimanfaatkan panasnya untuk pemanasan feed

yang akan

masuk ke 14F-1. Output mengalir menuju kondensor fin fan


cooler 14E-2 untuk didinginkan hingga 50C. Dari 14E-2,
output masuk melewati bagian shell Trim cooler 14E-3A/B
untuk didinginkan hingga 38oC, kemudian mengalir ke
separator produk (14V-1). Separator dioperasikan pada
tekanan 17 kg/cmG. Gas keluar dari puncak separator
masuk ke suction kompresor 14K-1 untuk di-recycle.
Kompresor

14K-1

dijalankan

dengan

Turbin

steam

menggunakan MP steam. Recycle gas dari discharge 14K-1


sebagian dicampur dengan feed

reaktor, sedangkan

sisanya dikirimkan ke unit NHT atau HDS. Apabila terjadi


kelebihan tekanan di 14V-1, maka sebagian gas dibuang ke
FGS. Cairan hidrokarbon yang dipisahkan di 14V- 1 mengalir
keluar dari bottom menuju ke pemanas 14E-4A/B/C dan
stabilizer 14C-1.

41

3. Platformer Stabilizer Section


Platformat unstabilized dari bottom 14V-1 dipanaskan
dalam HE unstabilized platformate/bottom stabilizer 14E4A/B/C hingga suhu 140C sebelum mengalir ke kolom
stabilizer 14C-1. Kolom 14C-1 tersusun atas 30 sieve tray.
Umpan masuk pada tray 13. Distillasi pada kolom ini
bertujuan untuk memisahkan fraksi ringan dan H 2S, sehingga
platformat memiliki RVP di bawah 14 psia. Bottom 14C-1
dipompa oleh 14P-5 menuju ke reboiler 14F-4 yang akan
menaikkan suhu dari 184C menjadi 196C, kemudian
dikembalikan ke kolom pada tray 1. Reboiler 14F- 4 berupa
furnace dengan tipe all radiant-vertical cylindrical dengan
fuel berupa gas dan oil. Gas hasil pembakaran yang
dihasilkan 14F-4 dialirkan ke Waste Head Boiler 14F-5.
Overhead keluar dengan suhu 60C masuk ke air-cooled
condensor 14E-6 untuk didinginkan hingga 40C, kemudian
masuk ke accumulator 14V-6. Di 14V- 6 terdapat fase gas
dan cair. Gas dialirkan ke FGS (Fuel Gas System),
sedangkan fase cair, sebagian dipompa oleh 14P-4 untuk
direfluks dan sebagian dialirkan ke unit 15 (Propane
Manufacturing). Overhead dapat dialirkan ke flare dengan
depressing Valve

14CV001. Platformat yang sudah stabil

diambil sebagai produk bawah kolom kemudian didinginan

42

pada 14E-4A/B/C hingga 75C, lalu didinginkan kembali di


air cooler 14E-5 hingga 40C, sebelum disimpan di storage.
4. Regenerasi Katalis
Selama proses berlangsung, coke, polimer dan sulfur
akan

membentuk

menyebabkan

endapan

deaktivasi

pada

katalis.

katalis
Regenerasi

sehingga
katalis

dilakukan dengan tahapan carbon burn, oxidizing, N2 purging


dan reduction.
2.1.3.3
Variabel Proses
Beberapa variable yang mempengaruhi proses operasi pada
Unit Platforming adalah sebagai berikut :
a. Jenis Katalis.
Seleksi pemilihan jenis katalis telah disesuaikan dengan
permintaan proses secara individu dari user. Katalis
produk UOP seri R 72 dan R 56 untuk platforming
unit dipilih untuk memenuhi yield, spesifikasi produk
platformate yang diminta, aktifitas dan stabilitas yang
dikehendaki.
b. Temperature Reaktor
Temperature yang dipertahankan untuk operasi pada
proses Platforming Fixed Bed Catalyst adalah control
parameter utama yang dipergunakan untuk unit produksi
kilang untuk mendapatkan kualitas produk platformate
yang diminta. Katalis platforming dapat diandalkan dalam
operasi Temperature yang lebar dengan sedikit pengaruh

43

pada produk yield dan stabilitas katalis. Pada operasi


Temperature yang tinggi akan menyebabkan reaksi
thermal

yang

platformate

akan

mempengaruhi

(platformate

yield)

dan

jumlah

produk

meningkatkan

terbentuknya coke yang mempengaruhi stabilitas katalis


dan memperpendek umur katalis. Untuk platformer FOC I
normal operasi yang disarankan pada Temperature
480oC - 540oC tergantung permintaan dan kemampuan
furnace.
c. Tekanan Reaktor
Tekanan reaktor dapat mempengaruhi yield dari produk
platformate, kebutuhan suhu reaktor dan juga terhadap
stabilitas katalis. Penurunan tekanan reaktor yield akan
naik, meningkatkan pembentukan H 2, kebutuhan suhu
lebih

rendah

akan

memperpendek

umur

katalis

(regeneration cycle) karena meningkatkan pembentukan


coke. Tekanan operasi di 14V-1 Kg/cm 2 dan direaktor 20
Kg/cm2.
d. Space Velocity
Space velocity biasa dikenal dengan istilah LHSV (Liquid
Hourly Space Velocity) yaitu seuatu pengukuran jumlah
feed

yang diproses pada jumlah katalis tertentu dalam

waktu tertentu dalam hal ini per jam dengan kata lain
jumlah feed

per jam dibanding dengan total volume

katalis. Makin tinggi space velocity kualitas produk makin

44

rendah atau terjadi pengurangan jumlah reaksi, dengan


menaikan Temperature pengaruh tersebut bisa dikurangi.
Pada velocity yang rendah reaksi thermal cracking bisa
terjadi, pada suatu tingkat bisa mengurangi platformate
yield.
e. Hidrogen / Hydrocarbon Ratio
Merupakan perbandingan antara mol H 2 pada recycle
gas dengan mol feed . Recycle gas H2 penting sekali
bagi

operasi

platforming

untuk

mempertahankan

stabilitas katalis, bila H2 / HC rasio naik maka stabilitas


akan lebih baik dan coke lay down di katalis akan
2.1.4

berkurang sehingga regeneration cycle lebih panjang.


Unit 1500 Propane Manufacture Facility Unit I

(PMF I)
Feed
Kapasitas
Tujuan

: Platformer Stab. Overhead Liquid


: 43,5 TPSD
: Menghasilkan propane
untuk Lube Oil

Complex
Proses

: Proses yang digunakan adalah system

distilasi
bertekanan, yang dapat memisahkan fraksi
propane dan Butane sebagai komponen LPG
dari hidrokarbon yang mempunyai atom C 1,
C2, dan C5+
Produk

: Gas (C1, C2), propane (C3), Butane (C4)

Garis Besar Operasi :

45

Pemisahan feed berdasarkan titik didihnya melalui dua kolom


distilasi, depropanizer, dan deethanizer.
Spesifikasi Produk

Propane
Ethane
Iso-Butane

: min 95% wt
: max 2,5% wt
: max 4% wt

Unit ini berfungsi untuk memisahkan feed LPG menjadi


propane dan bahan bakar gas kilang untuk lube oil complex,
jadi tidak menghasilkan LPG untuk dipasarkan, dengan dua
kali produksi dapat mencukupi kebutuhan lube oil complex
dalam satu bulan.
2.1.4.1

Teori Proses
Fraksinasi umpan LPG menjadi propane dan

Butane,

dilakukan

dengan

metoda

distilasi

bertekanan. LPG diambil dari unit platformer yang


dilewatkan ke depropanizer dimana terjadi pemisahan
menjadi propane dan Butane. Propane accumulator
keluar dari puncak depropanizer, lewat sebuah
kondensor dan masuk propane

storage. Gas yang

tidak mencair dikirim ke fuel gas system, yang


mencair

dibagi

dikembalikan

menjadi

dua

depropanizer

bagian.
untuk

Sebagian

memperbaiki

kualitas. Sebagian masuk ke deethanizer. Uap yang


dihasilkan

stripper

pada

propane

reboiler

46

dikembalikan ke depropanizer overhead line. Hasil


dasar deethanizer (propane) didinginkan dikirim ke
storage dengan menggunakan tekanan deethanizer
kemudian dipompakan ke Lube Oil Plant. Sebagian
hasil dasar depropanizer dipanaskan di Butane
reboiler , sebagian disirkulasi ke depropanizer dan
sebagian hasil (produk Butane) didinginkan kemudian
dialirkan ke storage. Spesifikasi propane

yang

dihasilkan harus sesuai dengan spesifikasi sebagai


berikut :

Propane : 94 % berat minimum


Ethane : 2,5% berat maksimum
IsoButane : 4,0% berat maksimum
Pada

unit

PMF,

pemisahan

campuran

hidrokarbon multi komponen berdasarkan proses


fisika yang berjalan secara terus-menerus dalam
menara pemisah. Menara pemisah tersusun oleh 2
seksi, yaitu :
1. Seksi rektifikasi (bagian diatas tray umpan masuk)
2. Seksi stripping (bagian bawah tray umpan masuk)
Di dalam menara, fraksi-fraksi gas dikontakkan
dengan cairan secara berlawanan arah (counter
current). Pada prinsipnya proses pemisahan tersebut
merupakan penerapan proses fisika dari unsur-unsur
yang mempunyai haria uap (volatility).

47

Hubungan dengan proses unit lain :


Aliran masuk : LPG dialirkan dari unit platformer.
Aliran keluar :
1. Bagian bawah splitter (Butane) dialirkan ke vessel
penimbunan bahan bakar gas.
2. Propane dialirkan ke 47V-1 dan 47V-2 kemudian
dipompakan ke Lube Oil Plant.
3. Gas yang tidak terkondensasi dari 15V-1 dikirim
ke Fuel Gas System.

2.1.4.2

Deskripsi Proses
Umpan

LPG

masuk

depropanizer

15C-1,

produk atas kolom berupa propane dikondensasikan


di 15E-4 lalu ditampung dalam 15V-1. Fraksi yang
tidak terkondensasi dipisahkan dalam reflux drum
15V-1. Fasa cairnya dipompakan menuju kolom
deethanizer 15C-2, sebagian dipompa sebagai refluks
15C-1. Produk bawah kolom (Butane) didinginkan
dalam 15E-3 dan kemudian dialirkan ke fuel gas
vaporizer/tangki LPG. Propane

di 15C-2 kemudian

dipanaskan kembali dalam reboiler 15E-2. Fraksi


ringan keluar sebagai produk atas, bersatu dengan

48

fraksi yang keluar dari puncak kolom 15C-1. Propane


didinginkan dengan 15E-5 lalu menuju storage.
2.1.4.3

Variabel Proses
Variabel proses yang berpengaruh adalah

temperatur puncak dan bagian bawah kolom, tekanan


kolom depropanizer, jumlah refluks, dan panas yang
diberikan heat exchanger.
2.1.5

Unit 1600 Marcaptan Oxidation Treating Unit I

(Merox I)
Feed
Kapasitas
Tujuan

: Kerosene ex CDU I
: 2119 TPSD
:
Memproduksi avtur dengan mengoksidasi.
Mercaptan menjadi disulfide.
Memurnikan kerosene sehingga mencapai
spesifikasi (smoke point) tertentu.
Memisahkan Mercaptan yang korosif dan
kerosene dengan cara oksida katalitik.

Proses

: Merubah produk kerosene yang mempunya


kandungan senyawa sulfur yang korosif yaitu
mecaptan (RSH) menjadi jenis senyawa sulfur
yang kurang korosif yaitu disulfide (RSSR).

Produk

: Kerosene, Avtur.

Garis Besar Operasi :

49

Kerosene dikontakan dengan NaOH untuk mengambil

H2S, kemudian dioksidasi dengan udara.


Hal ini bertujuan untuk mengubah Mercaptan menjadi
disulfide yang tidak berbau dan tidak terlalu korosif.
Unit ini dirancang untuk memurnikan

kerosene

sehingga mencapai spesifikasi (smoke point) tertentu. Salah


satu cara adalah dengan penyuntikan Anti Static Additive
(ASA) selama mengalir ke penimbunan.
Tabel 2.6 Spesifikasi bahan-bahan Pembantu
Jenis Bahan
Asam Asetat
Rock Salt
Clay
Cold Clean Steam Condensate
Silica Sand
Katalis
Activated Charcoal
Amonia
NaOH
NaOH

Spesifikasi
Glacial
Commercial Grade
30-60 mesh Fuller Earth Type
Sand Filter 8-16 mesh
UOP Merox FB Reagent
Norit PKDA 10 x 30
10Be (6,6 % berat)
2Be (1,2 % berat)

Table 2.7 Spesifikasi Produk Avtur dan Kerosene


Physical Properties
Titik didih
Smoke point
Aromatik

Avtur
150 250oC
21mm
20% volume

Kerosene
150 300oC
17mm
-

50

-44oC
105oC
Max. 0,001% wt

Freezing point
Flash point
Kandungan mecaptan
3.1.5.1

101oC
Max. 0,001% wt

Teori Proses
Unit ini berfungsi untuk memisahkan Mercaptan yang

korosif dan kerosene dengan cara mengubahnya menjadi


disulfida yang tidak korosif dengan cara oksidasi katalitik,
yaitu dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor.
Proses ini menggunakan katalis iron group metal chelate
dalam

suasana

basa.

mendapatkan produk

Proses

ini

bertujuan

untuk

kerosene yang sesuai dengan

sepesifikasi aviation fuel (avtur). Reaksi oksidasi Mercaptan


dengan udara secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
4RSH + O2

2RSSR + 2H2O

Mercaptan dengan berat molekul lebih rendah larut


ke NaOH. Reaksi yang terjadi:
4RSH + 4NaOH

4NaSR + 4H2O

Reaksi berjalan pada suhu rendah dengan adanya


larutan basa seperti KOH atau NaOH. Dapat dilihat diatas,
proses Merox tidak memperkecil kandungan sulphur dari
hidrokarbon. Mercaptan sulfur yang masuk, diubah ke
bentuk disulfide yang meninggalkan proses tersebut. Jenis
proses treating dimana jumlah kandungan sulfur tidak
berubah disebut SWEETENING.

51

Proses ini berlangsung pada kondisi:


a. Temperature yang rendah yaitu 30oC
b. Konsentrasi caustic yang tinggi yaitu antara
12oBe 14oBe.
Reaksi ini dilakukan pada suhu yang rendah dan
suasana basa. Kemudian Mercaptan dioksidasi dengan
reaksi sebagai berikut :
4NaSR + O2

2H2O + 2RSSR

2NaSR + O2 + H2O

2NaOH + RSSR

Proses oksidasi Mercaptan dilakukan dengan cara


menaikkan

temperatur,menambah

jumlah

udara,

dan

meningkatkan konsentrasi katalis.


3.1.5.2 Deskripsi Proses
Proses yang terjadi pada unit ini dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu:
1. Pretreatment Section
Tujuannya adalah untuk mengambil H2S atau asam
naphthenic pada umpan, sebab bisa bereaksi dengan
NaOH pada unggun katalis yang dapat mengurangi
aktivitas katalis. Kerosene dari CDU I masuk ke caustic
prewash drum 16V-1 untuk dikontakkan dengan NaOH
2Be, yang digunakan untuk mengekstrasikan merchaptan.

52

Dari 16V-1, kerosene masuk ke sand filter 16C-1 untuk


mengambil senyawa caustic dan zat pengotor.
2. Pencucian dengan kaustik soda encer.
Tujuan untuk mencegah pembentukan emulsi antara
kerosene dan kaustik soda.
3. Sweetening Section
Yaitu proses oksidasi Mercaptan menjadi disulfide.
Reaktor yang digunakan adalah fixed bed dengan katalis
activated charchoal yang ditambah Merox catalyst dan
dibasahi dengan NaOH. Katalis diabsorbsi ke unggun
dengan dilarutkan dengan metanol. Agar kondisi unggun
tetap dalam suasana basa, unggun dijenuhkan secara
teratur dengan NaOH setiap 5-10 hari. Kerosene dari 16V-1
dicampur dengan udara bertekanan pada air mixer 16M-1
lalu masuk ke Merox reaktor 16R-1. Umpan masuk dari
puncak melalui distributor dan mengalir lewat unggun untuk
mengoksidasi Mercaptan disulfid. Setelah melewati reaktor,
kerosene masuk ke caustic soda settler (16V-4). Pada
vessel ini caustic soda dipisahkan dari kerosene dengan
cara pengendapan. Pada operasi normal konsentrasi
caustic soda settler 16V-4 adalah 10 12 oBe. Secara
praktis caustic soda yang di settler 16V-4 dapat dipakai

53

untuk 2 -3 kali periode pemakaian sebelum sibuang ke


spent caustic storage.
4. Post Treatment Section
Kerosene dicuci dengan air untuk mengambil sisa
kaustik dan surfactant. Kerosene kemudian dibebaskan dari
air pada salt dryer dan dilewatkan pada clay treater untuk
mengambil tembaga dan surfactant yang tidak larut dalam
air. Proses ini bertujuan untuk memperbaiki warna produk
akhir

agar

kerosene

sesuai
dikirim

mengendapkan

dengan
ke

spesifikasi.

caustic

senyawa

settler

kaustik.

Avtur

Dari

reaktor,

16V-4
keluar

untuk
dari

Mikrofilter masuk k water separator yang berfungsi untuk


menangkap pasir dan air. Di water separator unkuran fiter
ada 2 macam yaitu bagian bawah/ inlet ukurannya sama
dengan di mikrofilter dan bagian atas/ outlet lebih kecil dan
halus. Di bagian bawah water separator di lengkapi dengan
bottleg/ jebakan untuk air.
Kerosene bebas senyawa kaustik kemudian masuk
ke water wash drum 16V-5, lalu masuk ke salt filter 16C-2
dan clay filter 16C-3 untuk menyingkirkan kontaminan dari
air tahap akhir agar sesuai dengan spesifikasi jet fuel.
3.1.5.3 Variabel Proses
a. Tekanan

54

Tekanan system yang ideal adalah 3,0 4,0 kg/cm 2.


Jika tekanan terlalu rendah, pada jumlah injeksi udara
yang sama maka kelarutan O2 dalam kerosene kurang
homogen sehingga proses oksidasi tidak berhasil
dengan sempurna. Jika tekanan terlalu tinggi, maka
injeksi O2 tidak dapat masuk sehingga tidak terjadi
reaksi. Jika tekanan terlalu rendah atau terlalu tinggi
akan mengakibatkan kandungan mercaptan produk
avtur tinggi (RSH >30 ppm). Jika tekanan ideal maka
kelarutan O2 dalam kerosene lebih homogen, proses
oksidasi berlangsung sempurna sehingga mercaptan
dalam produk lebih kecil 30 ppm.
b. Flowrate
Jika Flowrate umpan rendah (Flowrate >1300 ton/hari)
maka waktu kontak kerosene terhadap katalis lebih
lama,

proses

sweetening

berlangsung

sempurna

sehingga mercaptan dalam produk lebih kecil 30 ppm.


Jika Flowrate umpan terlalu tinggi (Flowrate >2119
ton/hari) maka waktu kontak kerosene terhadap katalis
lebih singkat, sehingga proses sweetening surang
sempurna.

Hal

ini

mengakibatkan

kandungan

mercaptan produk avtur tinggi (RSH >30ppm). Flowrate


umpan (kerosene) rata-rata 1.332 ton/hari dengan kadar

55

RSH dalam umpan 181,3 ppm dan 19,33 ppm dalam


produk.
c. Konsentrasi caustic soda.
Dari reaksi ini :
RSH
+
NaOH

NaSR+ H2O

Jika konsentrasi caustic soda terlalu rendah / lebih


sedikit kecil 9oBe, maka tidak semua RSH bereaksi
mejadi NaSR, sehingga proses

sweetening tidak

berhasil dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan


kandungan mercaptan produk avtur tinggi (RSH >30
ppm). Jika konsentrasi caustic soda tinggi sama denga
14oBe, maka reaksi berlangsung sempurna, proses
sweetening sesuai yang diharapkan dan menghasilkan
kenadungan mercaptan produk avtur < 30 ppm.
Konsentrasi optimum 12,5 14oBe.

2.1.6
Unit 1700 Sour Water Stripper Unit (SWS)
Feed
: Sour Water dari CDU I, HDS, HVU I
Kapsitas
: 773 TPSD
Tujuan
: Mereduksi kandungan H2S dan NH3 dalam air
buangan sebelumnya ke CPI dan Desalter.
Proses

: Pemisahan air bekas proses di inut-unit FOC I


dan LOC I dari kontaminan-kontaminan yang
ada dengan bantuan steam stripping dan
packing yang ada di kolom Sour water
stripper.

56

Produk

: Gas, Treated water

Garis Besar Operasi :


Pemisahan air dan minyak yang terikut.
Hidrolisis NH4HS di Sour water menjadi NH3 menjadi
H2S dan NH3 yang selanjutnya di strip dengan LP
steam menuju flare.
Spesifikasi Produk :
Off gas ke flare, ton/hari
Stripped water, ton/hari
Minyak ke slop, ton/hari

: 35
: 802
:1

Dengan spesifikasi produk stripper water sebagai berikut :


Kandungan H2S, ppm
Kandungan NH3, ppm
2.1.6.1
Teori Proses

: 20
: 200

Unit ini berfungsi untuk mengolah air buangan


proses yang masih mengandung H2S dan NH3.
Keduanya diambil dari Sour water dengan LP
separator steam dengan sebuah kolom stripper.
Pengotor utama pada Sour water dalam proses
penghilangan minyak adalah H2S dan NH3 dengan
pengotor lainnya seperti phenol dan mercaptan.
Dalam Sour water, H2S dan NH3 berupa basa lemah
dan asam lemah NH4HS. Pada kondisi dimana
konsentrasi garam NH4HS tinggi akan menyebabkan
korosi terutama pada pompa dan HE. Dalam bentuk

57

larutan, garam ini terhirolisis menjadi H 2S dan NH3


dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut :
NH4 + HS

NH3 + H2S

H2S dan NH3 bersifat basa, gas dalam cairan


bersifat volatil dan menaikkan tekanan parsial. H2S
dan

NH3

dapat

diambil

dengan

pelucutan

menggunakan steam. Reaksi hidrolisis akan semakin


cepat dengan menggunakan temperatur. Karena H2S
lebih larut dalam air maka lebih mudah terlucuti. Pada
saat Sour water dilucuti, perbandingan NH 3 terhadap
H2S yang tersisa akan semakin tinggi, menyebabkan
larutan akan bersifat basa dan kesetimbangan akan
bergeser ke arah ionisasi. Ini menyebabkan kinerja
kolom stripper pada tahap akhir menjadi lebih berat.
Beda temperatur dalam kolom menunjukkan bahwa
sebagian besar steam terkondensasi di puncak kolom,
menandakan bahwa pelucutan umumnya terjadi di
bottom kolom. Sebagian besar H2S terabil di bagian
atas kolom, sementara pelucutan NH3 terjadi di
seluruh kolom secara merata.
2.1.6.2

Deskripsi Proses
Sour water collecting vessel 17V-1 menampung

air buangan dari HVU melalui pompa 12P-12, crude

58

condensate

ejector

accumulator

11V-4

memlalui

pompa 11P-12 accumulator 13V-7, LP separator 12V3, HDS ejector separator 13V-8, melalui 13P-6 dan
HDS CLP separator 13V-6.
Vessel 17V-1 berfungsi untuk memisahkan air
dan minyak, karena air buangan yang ditampung di
vessel ini masih mengandung minyak. Minyak yang
terpisah dari air akan dipompakan ke tangki slops
dengan 17P-2. Pompa ini akan akan start dan stop
secara otomatis sesuai setting level yang kita
kehendaki diatur oleh 17LSL-001.
Sour water dari 17V-1 kemudian dipompakan
dengan 17P-1 A atau 17P-1 B (pompa common
spare) untuk dijadikan feed unit SWS melalui feed/
effluent

heat

exchanger

17E-1

A/B

sehingga

temperature naik 95oC dengan pemenas Stripped


water (produk) SWS. Setelah melalui exchanger 17E1 A/B, Sour water feed masuk ke top column Sour
water stripper 17C-1. Level di dalam column ini
dikontrol ketingguannya dengan 17LIC-004 yang
dilengkapi dengan low / high level alarm untuk
mengontrol level 17V-1 secara proposional.

59

Sour water stripper column 17C-1 adalan


packed column dengan tiga beds dengan yang
dilengkapi dengan tray berjenis 2 Ceramic Intalox
Saddle. Sour water stripper juga dilengkapi dengan
injeksi fuel gas dan stripping steam, yang berfungsi
untuk menjaga tekanan dan mengusir gas racun yang
kemudian dibuang ke flare melalui control Valve
17HY-001 atau 17HC-001 secara manual. Untuk
menjaga tekanan agar tetap stabil, maka column SWS
dilengkapi dengan pengontrol tekanan 17PIC-001 dan
low / high pressure alarm 17PSL-002 sebagai pemberi
peringatan dini bila terjadi penimpangan, sedangkan
banyaknya

aliran

gas

yang

terbuang

dapat

diidentifikasikan oleh 17FI-007. Stripped water (produk


SWS) keluar melalui bottom 17C-1 dipompakan
dengan pompa 17P-3 atau pompa spare 17P-1 B
masuk feed/ effluent heat exchanger 17E-1 A/B
kemudian didinginkan lagi dengan Stripped water
effluent cooler 17E-2. Stripped water ini dimanfaatkan
sebagai water desalter injection pada unit CDU dan
sisanya dibuang ke CPI. Level SWS column dikontrol
dengan 17LIC-006 yang dapat mengatur level column
baik secara manual maupun secara otomatis, dan

60

dilengkapi dengan low/ high level alarm, untuk


member peringatan dini apabila terjadi penyimpangan.
2.1.7

Unit 1800 N2 Plant


Pruduk dari plant ini adalah nitrogen dengan kemurnian

tinggi yang di dapat dari hasil pemisahan udara. Produk N 2


selanjutnya dapat digunakan untuk proses purging dan
blanketing.
Feed

: Udara

Kapasitas

:
Nitrogen gas
Nitrogen cair

: 100Nm3/jam
: 65 Nm3/jam

Tujuan

: Menghasilkan nitrogen cair dan gas.

Proses

: Pengambilan nitrogen (N2) yang di dapat dari


udara bebas yang mempunyai kandungan
nitrogen (N2) sekitar 70% vol dengan proses
pendinginan.

Produk

: Nitrogen berbentuk gas dan cair.

Garis Besar Operasi :

Udara ditekan di Air Compressor


Udara didinginkan di After Cooler.
Pendinginan lebih lanjut di Freon Cooler.
Pemisahan air di drain di separator.
Uap air dan CO2 yang terikut diserap di Adsorber.
Udara kering
didinginkan di MME (Mean Heat
Exchanger) sehingga sebagian udara akan mencair.

61

Campuran udara cair dan gas masuk ke rectifying


column dan dipisahkan menjadi nitrogen murni dan
udara kaya oksigen berdasarkan perbedaan titik didih.
Spesifikasi Produk :
Laju produksi nitrogen, Nm3/jam
: 100
Laju prouksi nitrogen cair, Nm3/jam
: 65
Kemurnian nitrogen cair dan gas, ppm
: O2 <10
2
Tekanan suplai gas, Kg/cm .G
: 7,8
2.1.7.1 Teori Proses
Produk N2 ini secara umum terdiri dari dua tahap:
a. Tahap Absorbsi
Uap air dan H2O dari udara yang keluar dari drain
separator di adsorbs dalam dan adsorber yang
berisi molekuler sieve dan beroprasi secara
bergantian, bila salah satu adsorber beroprasi,
maka yang lainya akan di regenerasi. Regenerasi
dilakukan dengan memanaskan adsorber dengan
aliran gas buang yang telah dipanaskan terlebih
dahulu di electric heater. Kemudian didinginkan
kembali dengan gas buang sehingga adsorber
siap beroprasi kembali.
b. Reaktifikasi
Prinsip reaktifikasi adalah pemisahan campuran
dua atau lebih komponen bedasarkan perbedaan
titik didih komponen yang bersangkutan, dimana
siklus

penguapan

berulang-ulang.

dan

pengembunan

terjadi

62

Pada kolom reaktifikasi, uap yang teruapkan


didasar kolom akan menguapkan cairan yang
berada di plate atasnya yang segara diikuti oleh
kondensasi dari uap itu sendiri, sehingga dengan
bertambahnya

palte

didalam

kolom

akan

mengakibatkan kemurnian nitrogen. Sebaliknya


cairan

yang

didinginkan

di

puncak

akan

mengembunkan uap yang akan naik keatas di


tiap-tiap plate dan mengalir turun (sebagai reflux)
seiring dengan penguapan cairan itu sendiri.
Dengan

demikian

kandungan

oksigen

akan

semakin menurun dan akhirnya terpisah menjadi


oksigen dan nitrogen.
2.1.7.2 Deskripsi Proses
Udara ditekan sampai 8,5 Kg/cm2 dengan Air
Compressor, udara akan mengalami kenaikan
suhu sampai 160oC selanjutnya dialirkan ke after
cooler. Di alat penukar panas ini temperature
udara di turunkan sampai 40oC dengan media
pendingin air.
Udara didinginkan lebih lanjut di Freon Cooler
sampai temperature 5oC. Dari Freon cooler udara
dilewatkan drain separator untuk mengambil air
yang terkondensasi dan kemudian dialirkan ke

63

adsorber (A11, A12). Adsorber ini berisi molekuler


sieve yang berfungsi untuk mengambil uap air dan
CO2 dari udara. Masing-masing adsorber secara
bergantian akan di regenerasi dengan selang
waktu 3,7 jam. Udara kering masuk ke Cold Box,
dimana

udara

didinginkan

oleh

Main

Heat

Exchanger (E-01), sehingga sebagian udara akan


mencair. Campuran udara cair dan gas ini
kemudian masuk ke rectifying column (R-45) dari
bawah dan akan mengalir ke atas. Campuran ini
akan dipisahkan menjadi nitrogen murni dan udara
yang kaya oksigen.
Udara yang kaya nitrogen akan terkumpul didasar
kolom, selanjutnya mengalir melalui Expansion
Valve (HV-331). Dan masuk ke condenser (R-61),
dimana di condenser ini nitrogen di cairkan,
sedangkan udara cair akan teruapkan. Nitrogen
cair hasil kondensasi sebagian digunakan sebagai
cairan sirkulasi pada rectifying column dan sisanya
merupakan produk nitrogen cair. Udara keluar
condenser mengalir lewat MHE dan dialirkan ke
Expansion Turbin (N-01)
Gas buang yang dingin ini mengalir melalui MHE
untuk mendinginkan udara yang masuk ke Cold

64

Box. Sebagian gas buang ini digunakan untuk


regenerasi adsorber, sebagian lainya digunakan
sebagai Blower Breaking Expansion Turbine.
Produk nitrogen gas keluar dari puncak rectifying
colounm dipanaskan di MHE sampai temperature
sedikit lebih rendah dari udara masuk dan
kemudian dikeluarkan dari Cold Box.
2.1.8

Unit 1900 Contaminant Removal Process Unit

(CRP)
Unit ini beroprasi untuk memenuhi kebutuhan naptha
export, dengan umpan heavy naptha dan light naptha yang
diambil dari FOC II, dengan kapasitas pengolahan sebesar
1600 ton/hari. Tujuan dari proses ini yaitu merubah senyawa
ionik dan anorganik Hg dikonversikan menjadi elemental Hg.
Proses treating naptha dilakukan dengan proses hydrotreating
dan stripping. Proses hydrotreating secara efektif dapat
mengilangkan sulfur dan metal, sehingga dapat memenuhi
persyaratan sebagai umpan reformer, namun belum menjamin
apakah proses ini cukup untuk menghilangkan Hg.
Kandungan Hg dalam hidrokarbon pada berbagai
bentuk baik sebagai elemental sulfur, dalam senyawa organik
dan anorganik maupun sebagai padatan. Hg baik senyawa
maupun elemental, umumnya mudah menguap, sehingga
apabila gas alam atau crude oil di fraksinasi, kandungan Hg

65

seringkali terkonsentrasi pada fraksi-fraksi ringan terutama


naptha dan fraksi lebih ringan. Konsentrasi Hg dalam naptha
menjadi perhatian, terutama sejak komponen yang tidak
dikehendaki dalam aliran proses di kilang karena beberapa hal
:
1. Hg dan Arsenik adalah racun katalis dan adsorbent pada
unit proses.
2. Dapat mengkontaminasi katalis dan adsorben sehingga
menjadikannya beracun bila dibuang sebagai dispoal.
3. Sangat beracun maka jika teremisi/ tersebar ke atmosfer
merupakan pencemaran liengkungan.
4. Senyawa Hg yang sesuai jenisnya mengkontaminasi
produk kilang.
5. Hg diketahui korosi di Cryogenik Exchanger kilang LNG
dan Seksi Recovery pada kilang Olefin.
2.1.8.1

Deskripsi Proses
Langkah dekomposisi katalitik, yaitu mengubah

ionik dan organik Hg menjadi elemental Hg dalam


sesuatu reaktor dekomposisi pada temperature 200
300oC. Katalis dekomposisi adalah MR 14 suatu
Special Grade Activated Carbon. Bentuknya crushed
pellet (pellet halus) berukuran 10 32 mesh dan
loading density 0,5 gr/cc. dekomposisi dari senyawa
organik dan ionik Hg terjadi dengan adanya hidrogen
pada temperature relative sedang. Mekanisme reaksi

66

dekomposisi untuk senyawa organik HG (misal dialkil


mercury ) sebagai berikut :
R Hg R
Hg + R R
Dekomposisi ionik Hg (misal dialkil mercaptan
mercury) sebagai berikut :
RS Hg SR
Hg + RS + SR
Reaksi-reaksi diatas dapat terjadi dengan adanya
panas agar berlangsung sempurna serta memakai
katalis pada temperature diatas 250oC. Langkah
adsorbs, yaitu elemental Hg dihilangkan kurang dari
1ppb dalam tahap adsorbs dengan adsorber tunggal
yang tidak diregenerasi. Adsorbent untuk elemental
Hg dan arsenik tertentu adalah MR 3yang
merupakan impregnasi logam alumunium oksida dan
mengandung Hg hingga kurang dari 1ppb sesuai
ukuran adsorber. Bentuk trilobe 1/22 dengan loading
density o,59 gr/cc.
Adsorbs elemental Hg dan beberapa jenis arsenik
berlangsung dalam suatu vessel pada kondisi phasa
cair. Elemental Hg dihilangkan dengan proses adsorbs
ke atom-atom sulfur yang ada pada permukaan
adsorbent. Fresh adsorbent mengandung senyawa
metal sulfide dengan rumus kimia (metal) Sx, dimana
Sx bilangan bulat lebih besar dari satu. Sekali
mengadsorb, elemental Hg bereaksi menjadi mercury

67

sulfide (HgS) pada permukaan adsorbent sesuai


mekanisme reaksi berikut :
Hg + (metal) Sx
HgX(metal) Sx

HgS

(metal) S(x-1)
Mercury sulfide tidak dapat larut dalam hidrokarbon
phasa cair dan terikat dengan kuat pada adsorbent,
sehingga konsentrasi Hg dalam treated hidrokarbon
sangat rendah. Selain adsorbs Hg, senyawa arsenik
organik dengan titik didih diatas 250 oC dapat diadsorb.
Mekanisme penghilangan arsenik sama dengan Hg,
dimana sisi aktif katalis digunakan juga untuk
mereaksikan arsenik dengan sulfur. Adsorbent tidak
dapat

diregenerasi,

sehingga

menjadi

spent

adsorbent (adsorbent terpakai) karena kehilangan sisi


aktif akibat penyerapan elemental Hg dan arsenik
melalui konversi metal sulfide.

2.1.8.2
Variabel Proses
1. Menjaga kondisi Adsorber agar selalu pada phasa
cair.
2. Agar proses konversi senyawa ionik dan organik
Hg jadi elemental Hg berlangsung 100%

68

3. Pengoprasian adsorber pada temperature yang


tepat

untuk

mematikan

proses

adsorbs

berlangsung sempurna.
Variable proses tersebut meliputi:
1. Temperature reaktor
2. Temperature adsorbs
3. Tekanan reaktor dan adsorber
4. Kecepatan umpan reaktor (LHSV)

:200 230oC
: 60oC atau
lebih rendah
: 40Kg/cm2G
: 6,0m3/jam

2.2 Bahan Baku dan Produk


Produk PT PERTAMINA UP IV Cilacap bermacam macam,
selain memproduksi BBM juga memproduksi lube base oil (bahan
dasar minyak pelumas), dan asphalt. Bahan baku dan produk yang
dihasilkan oleh PT PERTAMINA UP IV Cilacap adalah :

2.2.1

Kilang Lama
2.2.1.1
Fuel Oil Complex I (FOC I)
Bahan baku

Arabian Ligth Crude (ALC)


Basrah Light Crude (BLC)
Iranian Ligth Crude (ILC).
Arjuna Crude

Dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Wujud
Kenampakan

: cair
: hitam

69

Bau

: berbau
sedikit
belerang
: 0,8594
: 6,590
: 4,754
: < -36oC
: -34oC

Spesific gravity pada 60/60oF


Viskositas kinematik pada 37,8oC
Viskositas kinematik pada 50oC
Pour point
Flash point
Komposisi :
Kadar air
: < 0,05% berat
Kadar sulfur
: < 2,10% berat
Senyawa hidrokarbon
: 97,85% berat
Kompleks (C1 C70)

Produk

2.2.1.2

Refinery Fuel Gas


Solar / Automatic Diesel Oil
Kerosene / Avtur
Industrial Diesel Oil
Gasoline / Premium
Industrial Fuel Oil

Lube Oil Complex I (LOC I)

Bahan baku

:
Residu FOC I

Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
Viskositas kinematik pada
37,8oC
60oC
100oC

: cair
: hitam
: berbau aspal
: 0,9647
: 868,8 CSt
: 198,2 CSt
: 32,45 CSt

70

Produk

2.2.2

HVI 60
HVI 95
Slack Wax
Propane Asphalt
Minarex A dan B

Kilang Baru
2.2.2.1
Fuel Oil Complex II (FOC II)
Bahan baku

:
Arjuna Crude (80% volume)

Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
Viskositas kinematik pada 30oC
Pour point
Komposisi :
Kadar air
Kadar sulfur
Total (C1-C4)
Light distilat
Residu
Kadar aspal

Bahan baku

: cair
: hitam
: berbau belerang
: 0,8473
: 4,97 CSt
: 27oC
: < 0,05% berat
: < 0,11% berat
: 1,9% berat
: 20,05% berat
: 39% berat
: 0,24% Berat

:
Attaka Crude (20% volume)

Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

71

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
Viskositas kinematik pada 10oC
Pour point
Komposisi :
Kadar air
Kadar sulfur
Total (C1-C4)
Light distilat
Residu
Kadar aspal

Bahan baku

: cair
: hitam
: berbau belerang
: 0,8133
: 2,32 CSt
: -33oC
: < 0,05% berat
: < 0,044% berat
: 2,4% berat
: 32,55% berat
: 15,1% berat
: 0,07% Berat

Minas Crude

Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
Viskositas kinematik pada 40oC
Pour point
Komposisi :
Kadar air
Kadar sulfur
Total (C1-C4)
Light distilat
Residu
Kadar aspal

Bahan baku

: cair
: hitam
: berbau belerang
: 0,8488
: 23,6 CSt
: 36oC
: < 0,6% berat
: < 0,08% berat
: 0,45% berat
: 7,5% berat
: 62,3% berat
: 0,07% Berat

Arun Crude

72

Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
Viskositas kinematik pada 10oC
Pour point
Komposisi :
Kadar air
Kadar sulfur
Total (C1-C4)
Light distilat
Residu
Kadar aspal

Produk

: < 0,05% berat


: < 0,02% berat
: 5,3% berat
: 48,15% berat
: 7,15% berat
: 0,07% Berat

2.2.2.2

: cair
: hitam
: berbau belerang
: 0,7632
: 1,11 CSt
: < -57oC

LPG
Gasoline / Premium
Naphta
Kerosene
HDO/LDO
Industrial Fuel Oil
Refinery Fuel Gas
Propane

Lube Oil Complex II (LOC II)

Bahan baku

Residu FOC I
Dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Wujud
Kenampakan
Bau

: cair
: hitam
: berbau aspal

73

Spesific gravity pada 60/60oF


Viskositas kinematik pada
37,8oC
60oC
100oC

Produk

: 868,8 CSt
: 198,2 CSt
: 32,45 CSt

2.2.3

: 0,9647

HVI 95
HVI 160s
Slack Wax
Propane Asphalt
Minarex B
HVI 650

Kilang Paraxelene

Bahan baku

Naptha
Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Produk

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
IBP
End point

Paraxelene
Raffinate
Benzene
Heavy Aromate
Toluene

: cair
: jernih/bening
: seperti kerosene
: 0,650
: 25oC
: 204oC

74

2.2.4

Lube Oil Complex III (LOC III)

Bahan baku

Distillate LOC I dan II


Dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Produk

Wujud
Kenampakan
Bau
Spesific gravity pada 60/60oF
Viskositas kinematik pada
37,8oC
60oC
100oC

: cair
: hitam
: berbau aspal
: 0,9647
: 868,8 CSt
: 198,2 CSt
: 32,45 CSt

HVI 650
Propane Asphalt
Slack Wax
Minarex B

2.3 Produk Pertamina Secara Umum


2.3.1
Bahan Bakar Minyak (BBM)
a. Premium
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat
berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut
akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Pengguna
premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar
kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil,
sepedah motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar
ini sering disebut motor gasoline atau petrol.

75

Tabel 2.8 Spesifikasi produk Premium


Limits
Min
Max

Properties
Knock Rating Research
Octane Number (RON)
TEL Content gr/L

88

D-2699
0,3

Distilation

Test Methods
ASTM
Other

D-2341
D-5059

74

10% vol. Evap. To C


50% vol. Evap. To oC
90% vol. Evap. To oC
RVP at 37,8 oC psi
Existent Gum mg/100ml
Induction Period minutes
Total Sulphur wt
Copper Strip Corrosion 3
o

88

125*)
180
9,0*)
4
0,20

D-232
D - 381
D-525
D-1266

No. 1

D-130

240

hrs / 50C
Doctor Test or No. 9

Negativ

IP 30

e
Mercaptan Sulphur % wt
Colour
Dye Content : Yellow
gr/100L
Odor

D - 3227
yellow
0,113
Marketable

b. Kerosene

0.0020

76

Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari


minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 C dan
300 C dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahuntahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water
heating,

dll

yang

umumnya

merupakan

domestik (rumahan).

Tabel 2.9 Spesifikasi Produk Kerosene

pemakaian

77

Properties

Satuan/ Unit

Limits
Min
Max

Test Methods
ASTM
Other

Spesific Grafity at
0,835

D-1298

60/60 C
Color Livibond 18 cell
Color Saybolt
Smoke Point
Char Value
Destination :

Recovery at 200oC
End Point

Flash Point Able


Alternative Flash Point
TAG
Sulphur Content
Copper Strip Corrosion

2,5
mm
mm/kg
%vol oC

9
16*)

IP 17
D-156
D-1322

40

IP 40

18

D-86
310

100

105

%wt

3 hrs / 50C
Odor

0,2

D-2166

No. 1

D-130

Marketable

*) Jika Smoke Point ditemukan dengan ASTM D-1322, maka batasan minimum diturunkan dari 16
menjadi 15. Spesifikasi tersebut sesuai dengan SK Dirjen Migas No.002/DM/MIGAS/1979 tanggal
25 Mei 1979

c. Minyak Diesel
Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak
yang

berwarna

hitam

yang

berbentuk

cair

pada

temperature rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur


yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed
Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel

78

oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine


Diesel Fuel (MDF) atau Marine Diesel Fuel (MDF).

Tabel 2.10 Spesifikasi Produk Minyak Diesel


Properties

Satuan/ Unit

Limits
Min

Max

Test Methods
ASTM
Other

0,840

0,920

D-1298

35

45

D-445*)

65

D-97

Spesific Grafity at
60/60oC
Viscosity Redwood
Secs
o

1/100 F
Pour Point

IP 70

79

Sulphur Content

D-1551/
%wt

1,5
1552

Conradson Carbon
Residu
Water Content
Sediment
Ash
Netralization Value:

Strong

%wt

10

D-198

%vol
%wt
%wt

0,25
0,02
0,02

D-95
D-473
D-482

Mg KOH/ gr

Nihil

Acid

Number
Flash Point P.M.c.c
Color ASTM

150
6

D-93
D-1500

IP 30

*) Kinematic Viscosity Conversion, Spesifikasi tersebut sesuai dengan SK Dirjen Migas


No.002/DM/MIGAS/1979 tanggal 25 Mei 1979

d. Minyak Solar
Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat
berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Penggunaan
minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar
pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi
(diatas 1.000 RPM), yang juga dapat dipergunakan
sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam
dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran
yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil,
Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel.

80

Tabel 2.11 Spesifikasi Produk Minyak Solar


Properties

Satuan/ Unit

Angka Setana
Indeks Setana
Berat Jenis pada 150oC
o

Viscositas pada 400 C


Kandungan Sulphur
Distilasi : T95
Flash Point
Pour Point
Conradson Carbon Residu
Water Content
Biological Grouth
Kandungan FAME
Kandungan Metanol &
Etanol
Korosi Bilang Tembaga
Kandungan Abu

Limits
Min
Max
45
48

Kg/m3

815

870

2,0

5,0
0,35
370

mm /sec
%m/m
o
C
o
C
o
C
Menit
mg/kg

60

Test Methods
ASTM
Other
D-613
D-4737
D-1298/D4737
D-445
D-1552
D-86
D-93
D-97
D-4530
D-1744

%v/v

18
Kelas I
500
Nihil
10

%v/v

Tak Terdeteksi

D-4815

Kelas I
0,01

D-130
D-482

Nihil

Menit
%m/m

81

Kandungan sedimen
Bilangan Asam Kuat
Bilangan Asam Total
partikulat
Penampilan visual

%m/m
mg KOH/gr
mg KOH/gr
mg/L

0,01
0
0,6

D-473
D-664
D-664
D-2276

Jernih dan
Terang

Warna

No. ASTM

D-1500

Spesifikasi tersebut sesuai dengan SK Dirjen Migas No.002/DM/MIGAS/1979 tanggal 17 maret


1979

e. Minyak Bakar
Minyak bakar adalah jenis minyak yang tidak dari
penyulingan, tetapi tipe dari residu (sisa) dan mempunyai
tautan warna gelap hitam. Minyal bakar lebih kental
dibandingkan dengan minyal diesel dan memiliki tingkat
(pour point) yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak
diesel. Penggunaan minyak bakar secara umum untuk
bahan bakar pada pembakaran langsung di dalam dapurdapur industri besar, stasiun pembangkit tenaga uap
(steam power station) dan lain-lainya. Minyak bakar juga
mengacu sebagai Marine Fuel Oil (MFO).

82

Tabel 2.12 Spesifikasi Produk Minyak Bakar


Properties

Satuan/ Unit

Limits
Min

Max

Test Methods
ASTM
Other

0,990

D-1298

1250

D-445*)

80

D-97

Spesific Grafity at
60/60oC
Viscosity Redwood
Secs

400

1/100 F
Pour Point
Colourific Value

BTU/lb

18000

D-240

Gross
Sulphur Content

D-1551/
%wt

3,5
1552

Conradson Carbon
Residu
Water Content
Sediment
Netralization Value:

Strong

%wt

14

D-189

%vol
%wt

0,75
0,15

D-95
D-473

Mg KOH/ gr

Nihil

Acid

Number
Flash Point P.M.c.c

150

D-93

IP 70

83

2.3.2
Bahan Bakar Khusus (BBK)
a. Aviation Gasoline (Avgas)
Avgas adalah bahan bakar yang berasal dari
perengkahan minyak bumi dan dibuat untuk bahan bakar
transportasi

udara

(aviasi),

menggunakan

mesin

commbustion

engine),

resiprocating

dengan

pada

pembakaran
mesin

pesawat
internal

piston

pengapian

bunga

yang

(internal

atau

mesin

api

(spark

ignition). Daya guna avgas terutama ditentukan oleh anti


ketokan yang disebut octane number untuk harga dibawah
100 dan juga performance number diatas 100. Tipe avgas
yang dipasarkan di Indonesia adalah avgas 100/130.
Angka ini menunjukan angka daya guna. Spesifikasi
produk Avgas ialah Aviation Gasoline DEF Stand 91-90/1
(DERD 2485)
b. Aviation Turbine Fuel (Avtur)
Avtur adalah bahan bakar yang berasal dari
perengkahan minyak bumi, dibuat untuk bahan bakar
transportasi (Aviasi) pada pesawat yang memiliki mesin
turbin atau mesin pembakaran eksternal. Daya guna avtur
terutama

ditentukan

oleh

sifat

kebersihannya,

pembakaran dan sifatnya pada temperatur yang rendah.


Spesifikasi produk avtur ialah Aviation Turbine Fuel DEF
Stand 91-91 Lattest Issue (DERD 2494).
c. Pertamax

84

Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal


dengan kandungan aditif lengkap generasi mutakhir yang
akan memberikan Intake Valve Port Fuel Ijector dan ruang
bakar dari karbon deposit yang mempunyai RON 92
(Research Octane Number) dan dianjurkan juga untuk
kendaraan berbahan bakar bensin dengan perbandingan
kopresi tinggi.
Pertamax
lingkungan

merupakan

(unleaded)

bahan

beroktan

bakar

ramah

tinggi

hasil

penyempurnaan produk pertamina sebelumnya. Formula


barunya yang terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi
memastikan

mesin

berkendaraan

bermotor

berkerja

dengan baik, dan lebih bertenaga knock free, rendah


emisi dan memungkinkan menghemat pemakaian bahan
bakar.
Pertamax

bertujuan

untuk

kendaraan

yang

mempersyaratkan penggunaan bahan baku beroktan


tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga
direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi
diatas tahin 1990 terutama yang telah menggunakan
teknologi setara dengan electronic fuel injection dan
catalytic converters. Bagi kendaraan yang diproduksi
dibawah tahun 1990 tapi mengingikan peningkatan kinerja

85

mesin kendaraannya juga dapat mempergunakan produk


ini.
Keunggulan:
Pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan stabilitas
oksdasi tinggi kandungan olefin, aromatic dan benzen
pada

level

yang

rendah

sehingga

menghasilkan

pembakaran yang lebih sempurna pada mesin. Dilengkapi


dengan aditif generasi 5 dengan sifat detergency yang
memastikan ejector bahan bakar, kaburator, inlet valve,
dan ruang bakar tetap bersih untuk menjaga kinerja mesin
tetap optimal. Pertamax sudah tidak menggunakan
campuran timbal dan metal lainnya yang sering digunakan
pada bahan bakar lain untuk meningkatkan angka oktan
sehingga Pertamax merupakan bahan bakar yang sangat
bersahabat dengan lingkungan sekitar.
d. Pertamax Plus
Pertamax plus merupakan bahan bakar superior
Pertamina dengan kandungan energi lebih tinggi dan
ramah lingkungan, diproduksi menggunakan bahan bakar
pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan
formula terhadap produk Pertamina sebelumnya.
Pertamax plus telah memenuhi performance
Internasional

World

Wide

Fuel

Charter

(WWFC).

Pertamax plus merupakan jawaban atas kebutuhan


teknilogi otomotif mutakhir saat ini. Ditunjukan untuk
kendaraan

yang

berteknologi

mutakhir

yang

86

mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan


tinggi dan ramah lingkungan.
Pertamax plus sangat direkomendasikan untuk
kendaraan yang telah memiliki kompersi rasio >10,5 dan
juga yang menggunakan teknologi Electonic Fuel Injection
(EFI), Variable Valve Timming intelligent (VVTI), VTI,
Turbo chargers and Catalytic Converters. Bagi pengguna
kendaraan

yang

menginginkan

performance

mesin

kendaraannya pada kondisi puncak, akselerasi tinggi,


efisiensi dan emisi rendah dapat mempergunakan produk
ini.
Keunggulan:
Diformulasikan dengan aditif generasi terakhir yang
berfungsi

menyempurnakan

proses

kimia

pada

pembakaran di dalam mesin kendaraan anda dimana


telah memperoleh sertifikasi dan laboratorium independen
bertaraf internasional di Houston, Texas yang telah sejak
lama dikenal sebagai pusat riset bahan bakar dan motor
gas dunia. Pertamax plus memiliki nilai oktan 95 yang
didalamnya
memebuat

terkandung
pembakaran

energi

besar

kendaraan

lebih

yang

akan

bertenaga,

berakselerasi tinggi, lebih responsive dan knock free.


Pertamax plus mampu membersihkan timbunan
deposit pada fuel ijector, inlet valve, ruang bakar yang
dapat menurunkan performance mesin kendaraan dan

87

mampu melarutkan air dalam tanki mobil sehingga dapat


mencegah karat dan korosi pada saluran tanki bahan
bakar.
Kemampuan Pertamax plus ditambah dengan
komposisi

bahan

bakunya

yang

sudah

tidak

menggunakan campuran timbal dan metal lainnya yang


sering digunakan pada bahan bakar lain yang membuat
emisi

yang

lingkungan

dihasilkan
sekitar.

sangat

Pertamax

bersahabat
plus

dengan

menekan

biaya

perawatan dan menghemat konsumsi bahan bakar.


e. Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar mesin
diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai
standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka
performa tinggi dengan centane number 53 ke atas (HDS
mempunyai centane number 45), memiliki kualitas tinggi
dengan

kandungan

sulfur

dibawah

300ppm,

direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi terbaru


(Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian
bahan

bakarnya

lebih

irit

dan

ekonomis

serta

menghasilkan tenaga yang lebih besar.


Pertamina Dex merupakan bahan bakar terbaik di
Asia Tenggara. Pertamina mulai memasarkan Pertamina
Dex sejak agustus 2005 dan baru dipasarkan pada SBPU
jakarta, Bandung dan Surabaya.
f. BioPertamax

88

BioPertamax

adalah

bahan

bakar

kendaraan

bermotor modern yang bermutu tinggi yang bermutu tinggi


dan ramah lingkungan, hasil pencampuran 95% Pertamax
dan 5% Etanol murni.
Sebagai energi terbaharukan, dapat digunakan
pada semua jenis kendaraan non-diesel tanpa adanya
modifikasi

mesin

dan

dapat

menjaga

kelestarian

lingkungan serta berkelanjutan untuk masa depan yang


lebih baik.
Keungulan:
Ramah lingkungan/ langit biru.
Emisi gas buang yang lebih baik.
Pembakaran lebih sempurna.
Tidak perlu modifikasi mesin/alat.
Memperpanjang umur mesin.
Merupakan bahan bakar terbaharukan.
Bersifat detergensi (membersihkan ruang bakar).
g. Biosolar
Biosolar merupakan belending antara minyak solar
dan minyak nabati hasil bumi dalam negeri yang sudah
diproses trans-esterifikasi menjadi Fatty Acid Methyl Eter
(FAME).
Sebagai

energi

terbaharukan,

biosolar

dapat

mengurangi polusi udara serta menjaga kelestarian


lingkungan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk
masa

depan

generasi

kita.

Dengan

menggunakan

Biosolar, kita turut berpartisipasi terhadap program


pemerintah untuk pemanfaatan bahan bakar nabati.
Keunggulan:
Ramah lingkungan.

89

Pembakaran mesin lebih bersih.


Bahan bakar yang dapat diperbaharui.
Tidak perlu modifikasi mesin.
Memperpanjang umur mesin.
2.3.3
Bahan Bakar Gas (BBG)
a. Vi-Gas
Vi-Gas adalah merek dagang Pertamina untuk
bahan bakar LPV (Liquified Gas for Vehicle) yang
diformulasikan untuk kendaraan bermotor terdir dari
campuran

propane

spesifikasinya

(C3)

disesuaikan

dan

Butane

untuk

(C4)

keperluan

yang
mesin

kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas No.


2527K/24/DJM/2007.
Vi-Gas sangat sesuai digunakan pada kendaraan
yang berbahan bakar bensin/ gasoline baik kendaraan
bermotor, umum

maupun

pribadi

karena

kapasitas

tangkinya mempunyai daya muat yang banyak untuk


menempuh jarak yang sama dengan jarak tempuh
menggunakan BBM.
Sebagai bahan bakar jenis gas, Vi-Gas memiliki
tekanan yang relatif rendah yaitu 8-12 bar.bahan bakar
sejenis Vi-Gas sejak lama teah digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor di berbagai negara, antara
lain : Amerika, Meksiko, Rusia, Belanda, Jerman, Irlandia,
Swedia, Finlandia, Italia, India, Turki, Jepang, Cina,
Filipina, Thailand, Korea, Australia, New Zaeland dan
Lain-lain. Sedangkan di Indonesia Vi-Gas akan lebih cepat

90

berkembang

sebagai

energi

distribusi

BBM

guna

mendukung percepatan program langit biru dan liversfikasi


energi karena dalam distribusinya tidak memerlukan pipa
melainkan cukup dengan Skid Tank.
Keunggulan:
Ramah lingkungan, Vi-Gas menghasilkan emisi gas
buang CO2 yang lebih rendah sehingga mengurangi
efek rumah kaca yang berdampak mengurangi

pemanasan global.
Memiliki octan number >98.
Untuk kerja mesin optimal, kenyamanan pengendara
tetap terjaga karena tidak ada perubahan pada

pencapaian akselerasi dan kecepatan maksimum.


Pengoprasian aman, tekanan Vi-Gas di dalam tanki

rendah (8-12 bar).


Bebas timbal.
Fleksibilitas pemakaian 2 bahan bakar, pengendara
penggunaan

Vi-Gas

memiliki

fleksibilitas

dalam

memilih jenis bahan bakar yang akan digunakan


sewaktu-waktu baik Vi-Gas maupun bensin atau
Gasoline.

Tabel 2.13 Spesifikasi Produk Vi-Gas


Properties
Bilangan Oktana

Satuan/ Unit

Limits
Min

Max

Test Methods
ASTM
Other
D-2598
EN 589

91

98,0

RON atau
MON

ANNEX B
98,0

Tekanan Uap (gauge)


kPa
pada 40oC
Korosi Bilah Tembaga
Kandungan Diena
Kandungan Olefin
Kandungan Hidrogen

800

1250

ISO 8973

Kelas I

Kelas I
0,3
0,2

ISO 8251
ISO 7941
ISO 7941

Lolos Uji

Lolos Uji

ISO 8819

%mol
%mol

Sulfida
Kandungan Air Bebas
Residu on Evaporation

No free
Visual Inspection D-

of 10 ml Oil Stain

ml

water at
2158
0oC 0,05

Observation
Sulphur Content
mg/kg

100

D-2784

%mol

2,0

D-2163

Volatile Residu (C5 and

ISO 7941

Hydrocarbon wt)
Odor
Marketable
*) Spesifikasi tersebut sesuai dengan SK Dirjen Migas No.002/DM/MIGAS/1979 tanggal 21
Februari 2007

b. Bahan Bakar Gas


Teknologi BBG untuk kendaraan bermotor telah
lama diterapkan di Italia sejak tahun 1934 dan menyusul
negara lainya seperti Amerika Serikat, Argentina, Brazil,
Meksiko, kanada, Rusia, Thailand, Australia, New Zaeland
dan Malaysia.
Di Indonesia, BBG telah diuji Evaluasi Teknik
Proyek Percontohan Bahan Bakar Gas dengan hasil baik
dan layak dipakai pada kendaraan bermotor dan telah
dipasarkan sejak tahun 1987.

92

Semua jenis tipe dan merek dagang kendaraan


dapat menggunakan BBG dengan menambah peralatan
tambahan yang disebut Convertion Kit/ Converter Kit
sehingga pengendara dapat menggunakan dua bahan
bakar BBM atau BBG dengan mengatur switch yang
dipasang. BBG adalah gas bumi yang telah dimurnikan,
ramah lingkungan, bersih, handal, murah digunakan
sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor.
Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana
dan etana kurang lebih 85% dan selebihnya gas propana,
butana, nitrogen dan karbondioksida. BBG lebih ringan
dibandingkan udara dengan berat sekitar 0,6036 dan
mempunyai nilai oktan 120. Cadangan gas bumi di
Indonesia

jumlahnya

cukup

besar

sehingga

pemanfaatanya dapat mengurangi konsumsi Bahan Bakar


Minyak (BBM).
Keuntungan:
Harga jual BBG lebih murah dibandingkan dengan
harga jual minyak premium dan minyak solar.
Beroktan tinggi.
Jarak tempuh lebih jauh.
Bebas polusi.
Ramah lingkungan.
Merawat mesin dengan baik.
c. Musicool
Sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap
pelestarian

lingkungan

serta

mendukung

program

93

pemerintah dan dunia menuju penghapusan bahan-bahan


yang dapat menimbulkan penipisan lapisan ozon dan efek
rumah kaca, maka PT Pertamina (Persero) dengan
bangganya

mempersembahkan

Musicool

refrigerant

ramah lingkungan.
Musicool adalah refrigerant dengan bahan dasar
hidrokarbon

alam

dan

termasuk

dalam

kelompok

refrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif


pengganti

alternatif

refrigerant

sintetic

kelompok

Halokarbon FC : R-12; HCFC : R-22; HFC: R123a yang


masih memiliki potensi merusak alam.
Musicool telah memenuhi persyaratan

teknik

sebagai refrigerant yaitu meliputi aspek sifat fisika dan


thermodinamika, diagram tekanan versus suhu serta uji
kinerja

pada

siklus

refrigerasi.

Hasil

pengujian

menunjukan bahwa dengan beban pendinginan yang


sama,

musicool

memiliki

keunggulan-keunggulan

dibandingkan dengan refrigerant sintetik, diantaranya


beberapa parameter memberikan indikasi data lebih kecil
seperti

kerapatan

beban

(density),

rasio

tekanan

kondensasi terhadap evaporasi dan nilai viskositasnya,


sedangkan

beberapa

parameter

lain

memeberikan

indikasi data lebih besar seperti efek refrigerasi, COP,


kalor laten dan konduktifitas bahan.
Tipe-tipe Produk

94

Misicool diproduksi dalam beberapa jenis, antara lain:


MC-12

Kompetibel dengan mesin pendingin yang


menggunakan refrigerant R-12 seperti AC
mobil, kulkas, freezer, water dispenser dan
sejenisnya.

MC-22

Kompetibel dengan mesin pendingin yang


menggunakan refrigerant R-22 seperti AC
window, AC split dan sejenisnya.

MC-134

Kompetibel dengan mesin pendingin yang


menggunakan refrigerant R-134a seperti AC
mobil, freezer, water dispenser dan sejenisnya.

MC-600

sebagai

pengganti

refrigerant

R-600a

memberikan keunggulan teknis pada tekanan


dan suara kompresor yang lebih halus.
Tabel 2.14 The Musicool Refrigerant Range
Produk
MC-12
MC-22
MC-134
MC-600

Bioling Point

Temperature

(oC)
-31
-42
-32

Application range
High, medium
High, medium,low
High, medium

Tipe

Replaces

Blend
R-290
Blend

R-12
R-22
R-134a
Need special
compressor

R-600

-21

High, medium
design for R600a

*) In Some Applications

95

d. Liquefied Petroleum Gas (LPG)


Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah produk gas
ringan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau
juga dihasilkan dari pengembunan gas alam kilang unit
pengolahan. LPG dipakai sebagai bahan bakar untuk
rumah tangga dan industri. LPG khususnya dipergunakan
untuk

masyarakat

kelas

menengah

yang

mempersyaratkan secara progresif meningkat dari tahun


ke tahun karena ramah lingkungan.
Aplikasi:
Dikawasan industri, produk LPG dipergunakan
sebagai pengganti Freon, Aerosol, Refigrant/ Cooling
Agent, kosmetik dan juga digunakan material bahan baku
produk khusus.
Spesifikasi:
Sesuai penggunaannya LPG dibedakan menjadi
LPG Mix, LPG Propane dan LPG Butane.
LPG Mix adalah campuran propane dan butane
dengan komposisi sekitar 70-80% dan 20-30% dari
volume dan ditambahkan dengan odorant (mercaptant)
dan secara umum digunakan untuk bahan bakar di rumah
tangga.
LPG propane dan LPG butane yang mengadung
propane 95% dan butane 97,5% dari volume masingmasing dan ditambahkan odoran (mercaptant), secara
umum digunakan untuk industri.
Tabel 2.15 Spesifikasi Produk LPG Mix

96

Properties

Limits
Min

Max

Test Methods
ASTM

To be reported

D-1657

120

D-1267

Spesific Grafity at
o

60/60 C
Vapour Pressure 100oF,
psig
Weothering Test 36oE,
95

D-1837

%vol
Copper Strip Corrosion
ASTM No. 1

D-1838

15

D-784

No Free Water

Visual

Thr / 100F
Total Sulphur ,
gr/100cuft
Water Content
Composition:

C1 %vol
C3 & C4 %vol
C5 & heavier %vol
Ethyl or Buthyl. ml/1000

0,2
97,5

D-2163
2,0

AG
Mercaptant Added

Marketable

Tabel 2.16 Spesifikasi Produk LPG Propane


Properties

Limits
Min

Max

Test Methods
ASTM

To be reported

D-1657

210

D-1267

Spesific Grafity at
o

60/60 C
Vapour Pressure 100oF,
psig
Weothering Test 36oE,
95
%vol
Copper Strip Corrosion

D-1837
ASTM No. 1

D-1838

97

Thr / 100F
Total Sulphur ,
gr/100cuft
Water Content
Composition:

15

D-784

No Free Water

Visual

0,2

C3 & C4 %vol
C5 & heavier %vol
Ethyl or Buthyl. ml/1000

95

D-2163
2,0

50
AG

Tabel 2.17 Spesifikasi Produk LPG Butane


Properties

Limits
Min

Max

Test Methods
ASTM

To be reported

D-1657

70

D-1267

Spesific Grafity at
60/60oC
Vapour Pressure 100oF,
psig
Weothering Test 36oE,
95

D-1837

%vol
Copper Strip Corrosion
ASTM No. 1

D-1838

15

D-784

No Free Water
2,5

Visual
D-2163

Thr / 100F
Total Sulphur ,
gr/100cuft
Water Content
Composition:

C1 %vol
C3 & C4 %vol
C5 & heavier %vol

97,5

98

Nihil
Ethyl or Buthyl. ml/1000
50
AG
Mercaptant Added

Marketable

e. Gasified Petroleum Condensate (GPC)


PT. Pertamina (Persero) kembali memperkenalkan
Prototipe bahan bakar baru yang dikenal sebagai nama
Gasified Petroleum Condensate (GPC). Bahan bakar ini
merupakan hasil dari proses pengambilan kondensat yang
tidak stabil (unstable condensate) dari sumur-sumur
minyak. Bahan bakar ramah lingkungan, bersih, praktis
dan ekonomis ini diperuntuhkan bagi pembakaran disektor
rumah tangga atau industri, khususnya untuk daerah
remote

yang

dekat

dengan

sumur-sumur

minyak.

Prototipe ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh


untuk mengurangi konsumsi minyak tanah dimasyarakat.
Produk hasil inovasi pertamina ini dikembangkan
oleh

penelitian

dan

laboratorium

pengolahan

PT.

Pertamina (Persero) berkerja sama dengan Daerah


Operasi Hulu Sumatra Bagian Selatan (DOH SBS) sejak
2003.
Kondensat yang diproduksi oleh sumur minyak
merupakan

hasil

kondensasi

dari

gas

hidrokarbon

(berbentuk cair) dan masih memiliki kandungan kondensat

99

yang tidak stabil (unstable condensate) sebesar 10%


hingga 20% yang mudah menguap. Proses ini merupakan
nilai

tambah

yang

dikembangkan

pertamina

untuk

mengurangi kehilangan (losses) alamiah dari kondensat.


Selain itu, stable condensate juga mengurangi nilai
keekonomian

proses

apabila

tercampur

dengan

kondensat yang dipakai dalam proses pengolahan di


kilang.
Proses pengambilan unstable condensate juga
meningkatkan efisiensi operasi kilang GPC memiliki nilai
bakar

hingga

12.000

kalori/gr

atau

lebih

tinggi

dibandingkan minyak tanah yang memiliki nilai bakar


9.900 kalori/gr. Oleh karena itu, bahan bakar ini jauh lebih
ekonomis dibandingkan minyak tanah serta bersih dan
ramah

lingkungan

karena

tidak

meninggalkan

sisa

pembakaran atau jelaga, tidak mengelarkan asap hitam


dan proses pembakaran lebih cepat dengan hanya sedikit
modifikasi pada kompor. GPC dapat digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga, pedagang makanan seperti
nasi goreng, martabak dan bahan bakar (burner) di
industri. Prototipe GPC diperkernalkan dalam kemasan
tabung 3Kg, sehingga praktis dalam pemakaian. GPC
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di
daerah remote yang saat ini sedang mengalami kesulitan

100

memperoleh minyak tanah karena pengambilan GPC


dapat dilakukan dilokasi sekitar sumur-sumur minyak di
daerah terpencil.
Untuk awal

produksi

1370

ton/

bulan

dari

pemanfaatan produksi kondensat DOH SBS sebesar 300


barel/hari. Pengenalan Prototipe ini merupakan bagian
dari upaya Pertamina menghadapi perubahan global yang
sangat kompetitif, dinamis dan memerlukan langkah
antisipatif terhadap peluang maupun tantangan yang
muncul. Salah satu tantangan yang dihadapi pertamina
ialah mengusahakan penyediaan bahan bakar yang
ekonomis bagi masyarakat dan mencitakan nilai tambah
serta menguntungkan Pertamina. Tahap komersialisasi
GPC akan terus dikaji dan dikembangkan khususnya yang
terkait dengan infrastruktur serta kajian supplay secara
komprehensif.
2.3.4
Non Bahan Bakar Minyak (Non-BBM)
a. Aspal
Aspal Pertamina diproduksi di Kilang Pertamina RU
IV Cilacap daru Crude Oil jenis Asphallic berbentuk semi
solid, bersifat non-metallic, larut dalam CS2 (carbon
disulphide), mempunyai sifat water proofing dan adhesive.
Kapasitas produksi sebesar 650.000 ton/tahun, diproduksi
dalam 2 grade, yaitu penetrasi 60/70 dan penetrasi
80/100. Dengan dukungan sarana pabrik yang sangat

101

memadai, Pertamina memberikan kualitas aspal yang


telah teruji, memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
dan Standar Mutu Internasional. Jaminan kelancaran
suplai dan jaringan pemasaran tersebar di seluruh
Indonesia. Kegunaan aspal Pertamina diantaranya :
Pembuatan jalan dan landasan pesawat yang
berfungsi sebagai perekat, bahan pengisi dan bahan
kedap air.

Juga dapat digunakan sebagai pelindung atau coating


anti karat, isolasi listrik kedap suara atau penyekat
suara dan getar apabila digunakan dilantai.

Tabel 2.18 Spesifikasi Produk Aspal Penetrasi 60/70 (60 PEN)


Parameter
Penetration
25oC 100 g, 5

Spesifikasi
Min
60

Max
79

Satuan
mm

102

secs
Softening Point
48

58

(Ring and Ball)


Flash Point
(Cleveland open

200

cup)
Loss Weight 163

Heavy
0,4

C, 5 hours
Dissolve in CS2

Precentage
Heavy
99

or CCl4
Ductility 25oC, 5

Precentage
100

cm

75

Percentage

cm/minute
Penetration after
percentage
weight loss
towards the real
weight
Tabel 2.19 Spesifikasi Produk Aspal Penetrasi 80/100 (80 PEN)
Parameter

Spesifikasi
Min

Max

80

99

46

54

Satuan

Penetration
25oC 100 g, 5
secs
Softening Point
(Ring and Ball)
Flash Point
(Cleveland open
cup)
Loss Weight 163
o

C, 5 hours

225

0,4

mm

Heavy
Precentage

103

Dissolve in CS2

Heavy

99

or CCl4
Ductility 25oC, 5
cm/minute
Penetration after

Precentage

100

cm

75

Percentage

percentage
weight loss
towards the real
weight
Weight density

25/25oC

b. Solvent dan Minarex


Pertamina menghasilkan beberapa jenis solvent
(pelarut) dan Minarex. Diantara jenis solvent adalah
Minasol, Pertasol, Solvent Cemara, Heavy Aromatic, dan
lain-lain. Dengan kapasitas produksi 110.000 ton/tahun.
Kegunaanya antara lain:
Sebagai komponen dalam pembuatan : ban, zat
perekat,

industri

farmasi,

industri

cleaning

dan

degreasing.
Sebagai deluents untuk cat, lacquers dan varnish.
Sebagai pelarut dan diluents pada industri tinta cetak.
Sebagai industri pelarut pada industri thinner, cat dan

lacquers.
Penunjang proses printing pada industri tekstil.

104

Bahan baku pada adhesive (zat perekat).


c. Heavy Aromatic
Heavy Aromatic adalah hasil kilang RU IV Cilacap
yang

merupakan

Kapasitas

produksi

senyawa
per

Aromatic

tahun

adalah

Hydrocarbons.
36.000

ton.

Digunakan sebagai solvent tinta cetak, pembersih industri


dan proses industri kimia.
d. Solvent Cemara
Solvent Cemara dihasilkan dari LPG mini plant
Cemara PT. Pertamina Eksplorasi Produksi Jawa bagian
Barat. Solvent ini mempuyai titik didih antara 30oC hingga
160oC dan kualitas warna diatas 25 (Color Saybout).
Merupakan

cairan

jernih,

stabil

dan

tidak

korosif.

Penggunaan Solvent Cemara diantaranya :


Thinner dari cat dan varnish.
Tinta cetak
Sebagai komponen dalam preparasi industri kayu
mebel, sepatu dan pemoles lantai.
Sebagai pelarut dalam proses industri kimia.
Industrial Cleaning.
e. Minarex
Minarex diproduksi di Kilang RU IV Cilacap dari unit
Lube Oil Complex dengan kandungan senyawa terbesar
adalah

komponen

komponen

Aromatic

Napthenic

dan

Hydrocarbon,
Parafinic

ditambah

Hydrocarbon.

Keunggulan dari produk ini sebagai bahan pembantu yang


sangat penting peranannya dalam pembuatan komponen

105

karet.

Yaitu

pemekaran

memperbaiki
karet,

serta

proses

pelunakan

menurunkan

dan

kekentalan

komponen karet.
Minarex sebagai Secondary Plasticizer pada
produksi komponen PVC untuk subtitusi DOP (Dioctyl
Phathalate) memiliki keunggulan :
Molekul PVC dapat mengalir pada suhu yang lebih
rendah dari titik lelehnya yang mengakibatkan daya

alir PVC /komponen menjadi lebih baik.


Homogenitas komponen lebih baik.
Produk akhir lebih fleksibel atau lentur.
Sedangkan

kegunaan

dari

Minarex

untuk

kebutuhan industri, Pertamina memproduksi 3 jenis


Minarex, yaitu:
Minarex-B, kapasitas produksi 24.000 ton/tahun
Minarex-A, kapasitas Produksi 24.000 ton/tahun
Minarex-H, kapasitas produksi 18.000 ton/tahun
f. Pertasol
Pertasol
merupakan
hidrokarbon
solvent

dan

dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu :


Pertasol-1, merupakan hasil Kilang RU III Plaju yang
sebelumya dikenal dengan nama Plasol. Memiliki titik

didih antara 51oC 162oC.


Pertasol-2, merupakan hasil produksi Kilang Cepu
yang sebelumnya dikenal dengan nama Pertasol CA.
Memiliki titik didih antara 45oC 140oC.

106

Kapasitas

produksi

untuk

pertasol-1

adalah

1.700

ton/tahun, sedangkan Pertasol-2 adalah 5.600 ton/tahun.


Keunggulan dari produk ini diantaranya :

Didukung sarana pabrik yang memadai dengan uji


mutu yang ketat. Pertamina menghasilkan produk

terbaik.
Jaminan

kelancaaran

pasokan

dengan

jaringan

pemasaran di seluruh Pulau Jawa.


Pertasol-1 dan Pertasol-2 dapat digunakan:

Dieluents untuk cat, lacquers dan varnish.


Pelarut pada industri tinta cetak.
Komponen di dalam pembuatan bahan karet pada
industri ban dan vulkanisir, pembuatan lem (zat
perekat), industri farmasi dan industri cleaning dan

degreasing.
g. Minasol
Minasol adalah bahan pelarut berjenis naptha ringan,
berbentuk liquid, berwana bening, stabil dan tidak korosif.
Minasol dikelompokan alam 2 grade sesuai dengan asal
produksi dan karakteristik tipikalnya.
Minasol 1 merupakan hasil produksi kilang RU III Plaju

dengan titik didih antara sebesar 7.200 ton/tahun.


Minasol 3, hasil produk Kilang LPG Pertamina Mundu
berwarna jernih, mudah menguap dengan titik didih
antara 35oC 145oC yang merupakan produk
Bottom dari unit De-ethanizer dengan bahan bau gas

107

alam. Kapasitas produksi yang dihasilkan sebesar


7.200 ton/tahun.
Kegunaan dari produk ini diantaranya:

Bahan pelarut pada industri thinner,cat dan varnish.


Pelarut pada industri tinta cetak.
Bahan kimia industri farmasi.
Preparasi dari industri mebel, sepatu dan pemoles

lantai.
Pembersih logam dan industri.
h. Special Boilling Point
Special Boilling Point atau dikenal dengan nama
SBP memiliki titk komposisi senyawa

Hydrocarbon

Aliphatic, Napthenic dan sedikit mengandung senyawa


Aromatic. Berupa cairan jernih, stabil dan tidak korosif.
SBP produksi Pertamina dikembangkan sejak tahun 1980
melalui berbagai uji mutu yang ketat, sehingga dihasilkan
produk dengan standar kualitas terbaik. Keunggulan
produk ini diantaranya :
Bermutu tinggi
Memiliki laboratorium

dan

pengembangan

yang

lengkap dan modern.


Memiliki karakteristik yang ditentukan dari density, bau
(oudor) dan Boilling Point Range sekitar 45oC 115oC
atau Initial Boiling Point di atas 45oC.

Kapasitas

produksi

yang

dihasilan

sebesar

30.000

ton/tahun. Kegunaan dari SBP ini diantaranya :

Bahan pelarut pada industri thinner,cat dan varnish.

108

Komponen pada proses preparasi untuk ban, karet

dan perekat atau industri lem.


Pelarut dalam industri farmasi, kosmetik dan industri

makanan.
Pembersih di industri, termasuk di industri mebel dan

rotan.
Pembuatan atau produksi thinner grade tinggi.
i. Low Aromatic White Spirit
Kelompok Low Aromatic White Spirit atau yang
lebih dikenal nama LAWS terdiri dari 3 range yang
dibedakan sesuai dengan karakteristik tipikalnya. LAWS
berupa cairan jernih, stabil dan tidak korosif.
LAWS-2, merupakan hasil Kilang RU III Plaju
dengan kapasitas produksi 7.200 ton/tahun, memiliki titik
didih antara 143oC dan 200oC.
LAWS-3 dan LAWS-4, yang lebih dikenal dengan
Pertasol CB dan PertasolCC yang diproduksi di Cepu,
memiliki titik didih antara 104oC 185oC untuk Pertasol
CB dan Pertasol CC antara 124oC 245oC. Kapasitas
produksi LAWS-3 adlah 4.650 ton/tahun sedangkan
LAWS-4 adalah 1.600 ton/tahun. Senyawa hidrokarbon
yang membentuk LAWS terdiri dari senyawa parafin,
cycloparafin/napthenic dan aromatik. Diproses melalui
beberapa pengujian mutu yang ketat, sehingga dihasilkan
produk yang bermutu tinggi. Kegunaan dari produk ini
diantaranya:
Bahan pelarut pada industri thinner,cat dan varnish.

109

Solvent untuk cat.


Solvent untuk pewarna tinta.
Insektisida dan pestisida
Preparasi dari industri kayu mebel, sepatu dan

pemoles lantai.
Solvent untuk industri kayu mebel, sepatu dan

pemoles lantai.
Solvent bahan kimia industri.
Solvent pembersih logam.
Produksi resins.

2.3.5
Pelumas
a. Enduro 4T SAE 20 W-50
Enduro 4T adalah pelumas bermutu tinggi untuk
motor 4 Tak masa kini. Diformulasikan dari bahan dasar
berkuakualitas tinggi dilengkapi teknologi aditif mutakhir
dalam jumlah dan komposisi yang tepat. Enduro 4T
beraroma khas, dipasarkan dalam kemasan 0,8 liter yang
menarik. Keunggulan dari produk ini diantaranya:
Memiliki kekentalan yang sangat stabil

pada

temperature rendah dan tinggi.


Tidak menyebabkan slip pada kopling.
Tidak mudah teroksidasi dan tergredasi oleh radiasi

panas dari mesin.


Menjaga kebersihan

terbentuknya deposit pada piston.


Melindungi secara optimal mesin dari korosi dan

menjaga komponen mesin kari kehausan.


Mampu meningkatkan akselerasi dengan sangat

mesin

serta

mencegah

prima sehingga motor dpat melaju dengan lebih cepat.

110

Suara mesin lebih halus dan bekerja dengan lebih


sempurna serta gesekan pada gigi transmisi dapat

diminimalisir secara optimal.


Komponen vital motor utamanya,

kopling

dan

rangkaian gear pada transmisi lebih awet dan tahan


lebih lama.
Kegunaan dari Enduro 4T sangat cocok untuk
motor 4T merek Honda, Suzuki, Kawasaki, dan laninya.
Cocok pula untuk motor 4T buatan cina dan korea selatan.
b. Fastron
Fastron memiliki 3 varian, yaitu : Fastron Fully Syntetic
SAE OW-05, Fastron Syntetic Oil SAE 10W-40 dan
Fastron Semi Syntetic SAE 20W-50.
Fastron Fully Syntetic SAE OW-05
Pelumas ini merupakan

pelumas

mesin

kendaraan bensin bermutu tinggi yang diformulasikan


khusus dari bahan dasar Fully Syntetic Polly Aplha
Olefin atau yang dikenal dengan nama PAO, sehingga
pelumas ini sangat unggul dikelasnya. Keunggulan
dari produk ini diantaranya:
1. Kekentalan ganda yang sangat stabil sehingga
mesin dapat memeberikan kinerja optimal selama
start-up dan operasi pada suhu tinggi.
2. Kekentalan yang sangat tinggi terhadap oksidasi
dan panas sehingga mampu memperpanjang
umur pemakaian pelumas.

111

3. Tingkat

penguapan

yang

rendah

pemakaian pelumas akan lebih irit.


4. Mencegah pembentukan deposit

sehingga

pad

piston

sehinga mesin tetap handal.


5. Menjaga kebersihan mesin

sehingga

mesin

beroprasi secara optimal.


Fastron Syntetic Oil SAE 10W-40
Pelumas ini merupakan

pelumas

mesin

kendaraan bermutu tingi yang diformulasikan khusus


dari bahan dasar Base Oil Syntetic dengan tingkat
unjuk kerja melampaui persyaratan API SL. Kegunaan
Fastron

Syntetic

Oil

direkomendasikan

untuk

kendaraan modern dari semua pabrikan terkemuka


yang beroprasi pada kondisi ekstrim. Keunggulan dari
produk Fastron Syntetic Oil diantaranya :
1. Kekentalan ganda yang sangat stabil sehingga
mesin dapat memeberikan kinerja optimal selama
start-up dan operasi pada suhu tinggi.
2. Kekentalan yang sangat tinggi terhadap oksidasi
dan panas sehingga mampu memperpanjang
umur pemakaian pelumas.
3. Tingkat penguapan yang

rendah

pemakaian pelumas akan lebih irit.


4. Mencegah pembentukan deposit
sehinga mesin tetap handal.
5. Menjaga kebersihan mesin
beroprasi secara optimal.
6. Meningkatkan akselerasi mobil.

sehingga

pad

piston

sehingga

mesin

112

Fastron Semi Syntetic SAE 20W-50


Fastron Semi Syntetic SAE 20W-50 adalah
minyak pelumas mesin kendaraan dengan bahan
dasar semi sintetis kualitas tinggi dengan kekentalan
ganda

(multigrade)

sehingga

pelumas

mudah

bersirkulasi pada temperatur rendah dan memberikan


perlindungan optimal terhadap kehausan komponen
mesin pada suhu dan kecepatan tinggi. Kegunaan dari
produk

Fastron

Semi

Syntetic

SAE

20W-50

direkomendasikan untuk kendaraan bermesin modern


yang dilengkapi dengan sistem Direct Injection dan
Multi tup. Fastron Semi Syntetic SAE 20W-50 dapat
juga digunakan pada kendaraan semi diesel tugas
sedang. Sedangkan keunggulan dari Fastron Semi
Syntetic SAE 20W-50 diantaranya:
1. Kekentalan ganda yang sangat stabil pada
temperatur rendah dan tinggi.
2. Mencegah pembentukan deposit

pad

piston

sehinga mesin tetap handal.


3. Melindungi mesin dari kehausan.
4. Memiliki stabilitas oksidasi yang baik.
c. Prima XP
Prima XP SAE 20 W-50 adalah pelumas mesin
bensin

yang

diformulasikan

bahan

dasar

pilihan

berkualitas tinggi dari jenis HVI dengan aditif hasil


teknologi mutakhir dalam jumlah, jenis dan komposisi

113

yang optimal antara lain : dipersant, anti oksidasi, anti aus


serta Viscosity Index Improver (VII) yang kesmuanya
mampu

memberikan

perlindungan

yang

maksimal

terhadap bagian-bagian mesin yang dilumasi.


Prima XP memiliki keunggulan utama, yaitu mempunyai
kekentalan ganda (multigrade), matap pada suhu tinggi
dan rendah sehingga mesin midah dihidupkan pada waktu
suhu rendah serta pelumas tetap mempunyai kekentalan
yang sesuai untuk pelumasan pada suhu dan kecepatan
tinggi.
Formula pelumas ini dikembangkan khusus untuk
memberikan

perlindungan

terhadap

pembentukan

endapan dan mempunyai ketahanan terhadap degradasi


serta mempunyai karakteristik tingkat penguapan yang
sangat kecil sehingga pelumas lebih hemat.
Prima XP SAE 20 W-50 merupakan generasi
pelumas terbaru sebagai upaya peningkatan pelumas
Mesran Prima generasi sebelumya. Pelumas ini diakui
(approved) dan memperoleh sertifikat dari The American
Petroleum Institute (AOPI) dan Engine Oil Licensing and
Certification System (EOLCS). Kegunaan dari Prima XP
ini direkomendasikan untuk mesin kendaraan terbaru
dengan

bahan

bakar

bensin.

Kendaraan-kendaraan

terbaru masa kini dengan multi katup yang dilengkapi


dengan DOHC atau Twin Cam merupakan pengguna yang

114

sesuai, yang memerlukan pelumas dengan performance


level API Service SJ/CF, ACEA-A2-98/BW-98 dan MB
226-1. Pelumas ini juga dapat digunakan pada kendaraan
bensin

yang

menyaratkan

API

Service

SH

dan

sebelumnya. Prima XP cocok digunakan untuk kendaraan


mesin diesel tugas sedang.

Anda mungkin juga menyukai