PUPUK SRIWIDJAJA
Hal 1 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
DAFTAR ISI
1. SPONGE IRON DESULFURIZER
2. GLYCOL ABSORBER & GLYCOL STRIPPER
3. CO2 REMOVAL FEED TREATING
4. DESULFURIZER CoMo - ZnO
5. SATURATOR
6. PRIMARY REFORMER
7. SECONDARY REFORMER
8. HIGH TEMPERATURE SHIFT CONVERTER
9. LOW TEMPERATURE SHIFT CONVERTER
10. CO2 REMOVAL MAIN BENFIELD
11. METHANATOR
12. AMMONIA CONVERTER
Hal 2 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
Ceramic Ball
Temperature
Tekanan
pH
H2S inlet
H2S outlet
Umur Teknis
27 38 oC
25 27 kg/cm2
7.5 8.0
5 ppm (max)
2 ppm (standar Pusri)
1 2 tahun
Screen
B. Reaksi
Sponge Iron
catalyst
Wooden tray
Tray support
Collector Outlet
-
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 3 of 25
Rev : 00
Stripper
Buble cap
tray
(10
stage)
T lean glycol
P stripping gas
H2O lean glycol
Press (kg/cm2A) 27
Temp (oC)
32
Press
1.42
2
((kg/cm A)
Temp (oC)
204
o
> 6 C dari T out 201-D
0.2 0.28 kg/cm2
< 0.2 % wt
B. Reaksi
Max Liquid
level
Anti swirl
Baffle
C. Deskripsi Umum
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 4 of 25
Rev : 00
(Ref: Cahyo Hardo P, Sistem Dehidrasi Gas dengan Glycol, Studium General KMI Jabar, 2003)
Nama Alat
Hal 5 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Tanggal
Kode
22 April 2004
201-E/202-E
A. Kondisi Operasi 201- E & 202 - E
Demisting
201 - E
Liquid
Distributor
1
Hold
Down
Grate 1
Packing
Gas
injection
Plate 1
Liq.
Redistribtr
Hold
Down
Grate 2
Packing
Gas
Injection
Plate 2
Max
Liquid
Level
Anti swirl
Baffle
202 - E
CO2 in/out
Penyerap
S.G. ( )
Press (kg/cm2A)
25
o
Temp ( C)
129
Press ((kg/cm2A) 1.3
Temp (oC)
129
6 10 / 0.3 0.5 (% mol)
Benfield (K2CO3, DEA,
V2O5, UCON 500 HB)
1.2 1.25 gr/cc
B. Reaksi
K2CO3 + 2CO2 + H2O 2 KHCO3
Reaksi ke kanan terjadi di Absorber (201E)
dan bersifat eksothermis sedangkan ke kiri
terjadi di stripper (202E).
C. Deskripsi Umum
CO2 harus dihilangkan dari gas umpan
karena:
Menyebabkan
reaksi
methanasi
di
desulfurizer CoMo.
CO + 3 H2 CH4 + H2O + panas
CO2 + 4 H2 CH4 + 2H2O + panas
Reaksi kesetimbangan Syn Gas bergeser
ke kiri di 101-B
Mengganggu Heat Balance di 101-B
(Primary Reformer) sehingga kebutuhan
NG cukup tinggi.
Komposisi Benfield
1. K2CO3 : penyerap ( 25 30%wt)
2. DEA : activator (2 4%wt)
3. V2O5 : corrosion inhibitor (0.8%wt)
Vtotal : 0.7% minimal
V5+
: 0.4% minimal
4. UCON 500 HB : anti foaming
Hal 6 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
MH-1
Demisting
Seal Pot
MH-2
Vapor Liq
Inlet Dist.
Hold
Down
Grid 1
Packing
Gas Inject
Plate/Liqd
Distributor
Vapor
sample
Hold
Down
Grid 2
Packing
Gas Inject
Plate 2
Drawoff
Pan
Reboiler
return
Impingem
en Baffle
MH-4
Max
Liquid
Level
Anti Swirl
Baffle
Hal 7 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
Ceramic Ball
Screen
371 oC
41.5 kg/cm2
Min 0.4 mol/mol
CoO = 3 3.5%wt
MoO = 9 11 %wt
ZnO = 90 %wt
10 - 15 tahun
B. Reaksi
Sponge Iron
catalyst
Wooden tray
Tray support
Collector Outlet
-
Hal 8 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Kinerja katalis CoMo-ZnO ditandai dengan sulfur total outlet < 0.1 ppm volume
dengan pressure drop 0.2 kg/cm2.
Diusahakan mencegah terbentuknya condensate di packed bed terutama pada
saat start up maupun shut down untuk mencegah hancurnya katalis ZnO.
Pengaruh Variabel Operasi
1. Temperature
Temperature outlet 103-B didesign antara 371 oC. Bila lebih rendah dari
300 oC, maka konversi sulfur akan rendah. Namun bila lebih dari 400 oC,
maka akan terjadi thermal cracking pada feed gas.
2. Tekanan
Design tekanan inlet 102-D 38 kg/cm2 dalam keadaan normal. Tekanan ini
harus dijaga pada nilai tertentu dan tidak boleh menjadi variable operasi
yang berubah. Makin tinggi tekanan, makin baik desulfurisasi. Yang
penting tetap monitor temperature di bed, P vessel dan kadar sulfur.
3. Ratio H2 / feed gas
Ditentukan bahwa mol ratio H2 / feed gas = 0.4 mol/mol. Umumnya
kenaikan ratio akan memperbaiki tingkat desulfurisasi yang dihasilkan.
Nama Alat
Tanggal
Kode
SATURATOR
22 April 2004
301-E
Gas outlet
Liquid Inlet
Packing
Ring
Pall
Packing
Discharge
Gas Inlet
Vortex Breaker
Liquid Outlet
B. Reaksi
Penjenuhan feed gas dengan air
C. Deskripsi Umum
Design asli pabrik tidak mempunyai saturator,
namun pada Ammonia Optimation Project
(AOP) alat ini ditambahkan untuk mengurangi
konsumsi steam di primary reformer.
Gas yang telah jenuh dengan uap air lalu siap
dimasukkan ke reformer setelah dicampur
dengan steam 42 kg/cm2 (MS).
Hal 9 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
PRIMARY REFORMER
22 April 2004
101-B
524 820 oC
1033 oC
36 kg/cm2
6 mmH2O
3.2 3.4 mol/mol
11.6 12.36 %mol
3.2 %
< 5 kg/cm2
2 - 3 tahun
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 10 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 11 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 12 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 13 of 25
Rev : 00
Hal 14 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
SECONDARY REFORMER
22 April 2004
103-D
Air
+
Steam
Platform
&
Support
Gas
Proses
Liner
Hexagon
al Brick
Alumina
Ball
795 / 979 oC
32 kg/cm2A
0.31 0.54 %mol
0.5 1.0 kg/cm2
459 500 oC
Atas
Bawah
7% wt
10% wt
Silinder 4 hole
Silinder 4 hole
5 tahun
5 tahun
B. Reaksi
Bed
Catalyst
#1
Bed
Catalyst
#2
Alumina
Ball
Dome
Brick
Upper
146 m3
Lower
576.7 m3
Alumina Ball :
Dia
Depth
Volume
Upper
1
229 mm
48 ft3
Lower
2
762 mm
88 ft3
Steam
Vent
Pipes
Hal 15 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 16 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
Rasching
Ring
Thermowell
Catalyst
Temp in/out
Tekanan
Katalis
CO leak
P
Umur teknis
343 / 432 oC
31-35 kg/cm2
Fe2O3, promoted with Cr2O3
< 3.03 %mol
0.2 kg/cm2
4 - 5 tahun
B. Reaksi
Reaksi di HTS :
CO + H2O CO2 + H2 + Q (-9.76 Kcal/gmol)
C. Deskripsi Umum
Alumina Ball
ID shell : 3505 mm
Straight side : 5106 mm
Catalyst
Depth
4267 mm
Volume
41.18 m3
Rashing Ring
Depth
Volume
152 mm
51.75 ft3
Alumina Ball
Depth
Volume
152 mm
51.75 ft3
Hal 17 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
% mol CO leak
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
100
200
300
400
500
Grafik 8.1
600
700
Temp (oC)
Hal 18 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
Rasching
Ring
Catalyst Bed
Man Hole
206 / 260 oC
31-32 kg/cm2
< 0.3 %mol
0.3 0.5 kg/cm2
Atas
Bawah
14
38 42
24
20 - 24
100 kg (axial)
5.44 kg (axial)
Alumina Ball
B. Reaksi
Thermowell
Reaksi di LTS :
CO + H2O CO2 + H2 + Q (-9.76 Kcal/gmol)
Alumina
Ball
ID shell : 3810 mm
Straight side : 6401 mm
Catalyst :
Depth
Volume
Upper
990 mm
400 ft3
Lower
4470 mm
1800 ft3
Rashing Ring
Depth
Volume
152 mm
60 ft3
Alumina Ball
Depth
Volume
457 mm
180 ft3
C. Deskripsi Umum
LTS dalam operasi normal temperatur dijaga
pada 216 oC. Meskipun demikian diizinkan
beroperasi pada temperatur lebih rendah asal
masih di atas dew point (> 10 20 oC) dari
campuran gas dan steam. Bila terjadi
kondensasi,
maka
larutan
ammonium
carbonate akan melarutkan Cu2+ aktif.
Temperatur operasi dapat dinaikkan hingga
260 oC, bila umur katalis sudah tua.
Konversi CO di LTS mempunyai pengaruh
yang sama seperti HTS dalam perubahan
temperatur,
rasio
steam-carbon
dan
komposisi gas yang masuk.
Hal 19 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
METHANATOR
22 April 2004
106-D
Alumina
Ball
Thermowell
Catalyst
Alumina
Ball
ID shell : 2438 mm
Straight side : 3812 mm
Catalyst :
Depth
3151 mm
Volume
15.44 m3
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 20 of 25
Rev : 00
Sehingga bila 3100 ppm CO dan 1000 ppm CO 2 akan memberi kenaikan
temperatur sebesar 28.4 oC.
Pengontrolan temperature inlet dengan mengatur by pass flow gass proses
outlet shell 104-C.
Pengaruh Variabel Operasi
1. Temperatur
Karena reaksi demikian tinggi exothermisnya, maka pada methanator
diproteksi dengan inlet valve untuk menutup dan vent gas bila temperatur
naik sedemikian cepat. Hal ini dilakukan untuk melindungi katalis
methanator dan mencegah masuknya CO dan CO 2 ke dalam synthesa
loop. Kerusakan katalis permanen dapat terjadi melalui operasi yang
kontinyu pada temperatur sekitar 510 oC
2. Tekanan
Tekanan methanator dijaga tetap dan bukan merupakan variabel dominan.
Namun jangan menurunkan tekanan methanator di bawah tekanan
normal jika pada up stream masih bertekanan normal, sebelum yakin
kedua valve inlet tertutup rapat dan vent diantaranya dibuka.
Jika tidak, penurunan tekanan vessel pada saat tekanan up streamnya
masih tinggi menyebabkan gas yang mengandung CO dan CO 2 bisa
masuk ke vessel.
3. Kontaminan
Feed gas proses harus bersih dari sulfur dan partikel-partikel solid, karena
merupakan racun permanen bagi katalis metanator, bahkan efeknya lebih
besar dibanding di katalis reformer. Karena bila telah terkena sulfur,
walaupun gas yang masuk kembali bersih, aktivitas katalis tidak akan
kembali seperti semula, berbeda dengan di reformer. Temperature
methanasi hingga 400 oC saja masih belum cukup untuk mengusir sulfur.
Kontaminan lain seperti minyak, dapat membungkus sisi aktif katalis
methanasi. Untuk mencegah kejadian ini, bisa dipasang KO oil pot
sebelum methanator untuk memisahkan oil dengan kontak katalis.
Kontaminan berupa uap air dalam konsentrasi cukup tinggi dapat
menghambat reaksi methanasi
Hal 21 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
101 - E
102 - E
CO2 in/out
Penyerap
S.G. ( )
Press
28
2
(kg/cm A)
Temp (oC)
122
Press
0.9
((kg/cm2A)
Temp (oC)
126
18 / 0.1 (% mol)
Benfield (K2CO3, DEA,
V2O5, UCON 500 HB)
1.25 1.29 gr/cc
B. Reaksi
Liquid
Distributor
Flexi Ring
(4 m3)
Pall Ring
(32.1 m3)
Flexi Ring
(4 m3)
Pall Ring
(26.2 m3)
Flexi Ring
(7.6 m3)
101-E
Hal 22 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Demisting
Pad #1
Demisting
Pad #2
Liquid
Distributor
#1
Hold
Down
Grating
Packing
Support
Grid
Support
Drawoff
Pan
Liquid
Distributor
#2
Drawoff
Pan
201-E
Hal 23 of 25
Rev : 00
DEPARTEMEN OPERASI I
Nama Alat
Tanggal
Kode
AMMONIA CONVERTER
22 April 2004
105-D
A. Kondisi Operasi 105- D
Temp Ops in/out
Temp min/max
Tekanan
Rasio H2/N2
Katalis
Konsentrasi
NH3
240 / 420 oC
260 / 520 oC
130 - 160 kg/cm2
2.8 3.0 % mol
Fe (oxide) 90 %wt
2.1 / 15-16 %mol
in/out
P
Umur teknis
B. Reaksi
Reaksi di Ammonia Converter :
N2 + 3H2 2NH3 + Q (52.5 KJ/mol)
Eksothermis
C. Deskripsi Umum
Volume
(m3)
4.4
9.6
14.7
28.7
1
Ft
155
339
519
1013
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 24 of 25
Rev : 00
mempunyai bed
Yang paling kecil dibanding bed lainnya. Kecenderungan panas reaksi yang
timbul di bed #1 lebih besar karena reaksi yang paling cepat terjadi disini.
Penggunaan intercooler by pass dan quench gas flow di inlet bed #2 untuk
mengatur suhu yang dilihatkan oleh panas reaksi agar tercapai temperature yang
dikehendaki. Distribusi katalis di 3 bed masing masing converter dapat dilihat
pada keterangan di bawah gambar converter.
Pengaruh Variabel Operasi
Temperatur
1.
Pengaruh perubahan temperature pada ammonia converter ada 2
macam, yaitu berpengaruh terhadap persentase keseimbangan dan
kecepatan reaksi. Hal ini disebabkan karena reaksi pembentukan NH 3
bersifat exothermic, sehingga pada kenaikan suhu, maka kecepatan
reaksi akan naik tapi menurunkan persentase keseimbangan. Ini
mengindikasikan bahwa pada kondisi jauh dari kesetimbangan, kenaikan
temperature akan menaikkan konversi, tetapi sebaliknya pada kondisi
mendekati setimbang, kenaikan suhu akan menurunkan konversi. Hal-hal
yang menyebabkan kenaikan temperature adalah :
Kenaikan jumlah gas yang masuk ke synthesis
Pengurangan dari gas yang disirkulasikan
Pendekatan terhadap perbandingan H2 : N2 yang optimum
Kenaikan tekanan converter
Pengurangan jumlah gas dingin (quench) ke converter
Penurunan konsentrasi inert dalam gas yang disirkulasikan
Kenaikan aktivitas katalis sesudah terjadi keracunan sementara
Temperatur yang baik untuk operasi adalah temperature terendah yang
menghasilkan produksi NH3 semaksimal mungkin dengan kestabilan yang
tinggi terhadap perubahan tekanan. Temperature yang berlebihan akan
mengurangi aktivitas katalis dan memperpendek life time katalis.
2.
3.
Tekanan
Reaksi pembentukan ammonia menyebabkan volume akan berkurang
karena pengurangan jumlah molekul, maka persentase keseimbangan
pembentukan NH3 akan naik kalau tekanan dinaikkan. Kecepatan reaksi
meningkat oleh kenaikan tekanan, maka konversi akan naik pada tekanan
tinggi
Space Velocity
Jika jumlah gas proses makin bertambah (space velocity dalam converter
lebih tinggi) maka waktu reaksi synthesis akan lebih sedikit sehingga gas
DEPARTEMEN OPERASI I
Hal 25 of 25
Rev : 00
5.
6.
Perbandingan H2 dan N2
Gas sinthesa (fresh feed, tidak termasuk recycle) yang menuju seksi
sinthesa harus mempunyai perbandingan H 2 terhadap N2 kira-kira 3:1.
Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa dibutuhkan 1 mol N 2 dan 3 mol H2
untuk membuat 2 mol NH3. Namun pada converter, perbandingan H 2 dan
N2 yang optimum berada pada 2.5 : 1 sampai 3.0 : 1. Rasio dalam feed
gas boleh berubah dari 3 : 1 untuk mendapatkan ratio optimum dalam gas
campuran dengan gas inert yang ke reactor.
Hal yang dapat merubah perbandingan H 2 dan N2 adalah :
Perubahan komposisi gas dari daerah reforming dan purification.
Perubahan kecepatan gas sinthesa
Perubahan jumlah/konsentrasi NH3 dalam gas yang disirkulasikan
Perubahan gas inert dari gas yang disirkulasikan.
Gas Inert
Sejumlah gas yang dikeluarkan secra kontinyu melalui suction compressor
103-J ke system purge gas. Aliran purge ini akan mengatur konsentrasi
CH4 dan Argon yang terakumulasi di area synthesa loop. Ini akan
menyebabkan kenaikan tekanan di dalam system sehingga tekanan
parsial dari gas sinthesa akan turun sehingga dapat menurunkan konversi
dan kapasitas produksi
Kecepatan gas sinthesa
Kenaikan kecepatan gas sinthesa akan menambah produksi NH 3 tetapi
akan berakibat pada :
Tekanan system akan naik
Temperatur bed katalis naik
Kandungan gas inert naik
Rasio H2 N2 akan berubah
Hal ini berlaku sebaliknya. Pada kondisi operasi normal, kecepatan gas
ditentukan oleh kebutuhan produksi. Kenaikan rate gas ke converter dapat
dicapai dengan menaikkan rate produksi di daerah depannya.