Anda di halaman 1dari 111

BAB II

DESKRIPSI PROSES
2.1 Bahan Baku PT.PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Terdapat tiga kategori bahan baku yang digunakan, yaitu : bahan baku utama
yang berupa minyak mentah (Crude Oil), bahan baku penunjang dan aditif berupa
bahan kimia, katalis, gas alam dan resin, serta bahan baku sistem utilitas berupa air
dan udara.
2.1.1 Bahan Baku Utama
Kilang RU VI-Balongan dirancang untuk mengolah minyak bumi di
Indonesia sebesar 125.000 BPSD. Bahan baku utama yang digunakan pada
PT.PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan adalah minyak Duri dan minyak
Minas yang berasal dari Dumai dan Riau, serta campuran minyak mentah Nile
Blend dari Afrika Selatan. Pada awalnya bahan baku utama yang digunakan adalah
minyak mentah yang berasal dari Duri dan Minas dengan perbandingan Duri :
Minas adalah 80% : 20%. Namun dalam perkembangan selanjutnya dengan
pertimbangan optimasi yang lebih baik, jumlah perbandingan dari minyak Duri
dan minyak Minas yang dicampurkan hampir sama, yaitu mendekati perbandingan
50% : 50%. Selain itu juga dilakukan penambahan pencampuran minyak JMCO
(Jatibarang Mixed Crude Oil), Nile Blend, MUDI (Gresik), Banyu Urip, AZERI
(Malaysia) dalam jumlah yag kecil mengingat kandungan minyak Duri dan Minas
yang sudah mulai terbatas dan sifat dari minyak mentah tersebut yang sesuai
dengan kondisi dari PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan.
Dalam prosesnya minyak mentah yang berasal dari Duri menghasilkan
residu yang lebih banyak dari pada minyak yang berasal dari Minas. Hal ini
diakibatkan komponen yang terkandung dalam minyak Duri sebagian besar adalah
senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai panjang. Komposisi minyak bumi
dapat berubah setiap hari, bergantung kepada minyak bumi yang tersedia pada

20

BAB II DESKRIPSI PROSES

lokasi sumber. Spesifikasi minyak bumi Duri, Minas, Jatibarang, Arjuna, Azeri,
Nile Blend, dan Mudi ditunjukkan pada Tabel 4, sedangkan spesifikasi minyak
bumi Banyu Urip, Cinta, Lalang, dan Sarir, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Spesifikasi minyak bumi Duri, Minas, Jatibarang, Arjuna, Azeri, Nile Blend, dan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

21

BAB II DESKRIPSI PROSES

Mudi.

Tabel 5. Spesifikasi minyak bumi Banyu Urip, Cinta, Lalang, Sarir.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

22

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.1.2 Bahan Baku Penunjang dan Aditif


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

23

BAB II DESKRIPSI PROSES

Bahan-bahan penunjang digunakan untuk mendukung proses-proses


pengolahan dan menghindari terjadinya kerusakan-kerusakan pada unit-unit
pemproses. Bahan bahan penunjang ini berupa bahan kimia, katalis, dan resin yang
digunakan pada unit-unit proses di kilang Balongan. Bahan-bahan penunjang ini
dapat dikelompokkan menjadi bahan penunjang proses, penunjang produk dan
penunjang utilitas. Beberapa bahan-bahan penunjang yang digunakan pada kilang
Balongan adalah sebagai berikut:
1. Bahan Kimia.
a) Soda Kaustik (NaOH) berfungsi untuk menetralisasi dan menaikkan pH
raw water, regenerasi resin di proses condensate degasser dan menyerap
senyawa sulfur seperti H2S, merkaptan, COS dan CS2.
b) Corrosion inhibitor, berfungsi untuk mencegah terjadinya korosi pada
overhead kolom distilasi (11-C- 101), mencegah korosi sepanjang cooling
water, dan mengurangi laju korosi di overhead sistem flash rectifier dengan
pembentukan film.
c) Amina monoetanol (C2H4OH)NH2, berfungsi untuk menyerap senyawa
COS dan CS2 serta senyawa sulfur lainnya yang terkandung dalam C3.
d) Demulsifier, berfungsi untuk menghindari dan memecah emulsi minyak
yang terbentuk sehingga dapat mempercepat pemisahan pada desalter.
Demulsifier diinjeksikan ke crude charge secara kontinyu pada suction
pump, untuk membantu difusi kimia ke dalam minyak.
e) Anti foulant, berfungsi untuk menghindari fouling-fouling yang dapat
terjadi pada preheater.
f) Wetting Agent, berfungsi memecah minyak yang mengelilingi padatan dan
memindahkan padatan tersebut dari fasa minyak ke fasa cair sehingga
mudah untuk dipisahkan.
g) Sodium nitrat (NaCO3) dan soda ash (Na2CO3), berfungsi untuk
menetralkan senyawa klorida yang dapat menyebabkan korosi austentic
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

24

BAB II DESKRIPSI PROSES

stainles steel di permukaan tube heater.


h) Trisodium phosphate (Na3PO4), berfungsi untuk menghindari fouling dan
mengatur pH.
i) Clorine (Cl2), berfungsi sebagai desinfektan pada raw water dan mencegah
terbentuknya lumut atau kerak.
j) Sodium phospat monohydrat (NaH2PO4.H2O), berfungsi untuk membantu
penyerapan senyawa dasar nitrogen (amoniak) dan entrainment solvent.
k) LPG odorant, berfungsi sebagai detektor kebocoran LPG. Anti foam,
digunakan untuk mencegah terjadinya foaming pada amine regenerator.
l) Karbon aktif, digunakan sebagai media penyerap produk korosi yang
terbawa dalam larutan lean amine. Karbon aktif dipakai pada 23-S-102
(carbon filter).
m) CO Promotor, digunakan untuk mempercepat pembakaran CO menjadi
CO2 pada CO boiler dan meminimalisir peningkatan temperatur yang
ditimbulkan seperti after burning pada dilute phase regenerator.
n) Metal Passivation, digunakan untuk menurunkan efek metal terhadap
katalis.
2. Bahan Penunjang Produk.
a) Demulsifier, berfungsi untuk menghindari dan memecah emulsi minyak
yang terbentuk sehingga dapat mempercepat pemisahan pada desalter.
Demulsifier diinjeksikan ke crude charge secara kontinyu pada suction
pump, untuk membantu difusi kimia ke dalam minyak.
b) Clay, berfungsi untuk menstabilkan warna pada produk kerosin.
c) Anti oksidan (C14H24N2), berfungsi untuk mencegah pembentukan endapan
yang menggumpal (gum) pada profuk nafta dan gasolin. Gum dapat
menyebabkan terjadinya penyumbatan pada filter atau karburator pada
mesin bahan bakar kendaraan atau mesin pengguna premium atau
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

25

BAB II DESKRIPSI PROSES

poligasolin.

3. Katalis, Resin, dan Adsorbent.


Beberapa jenis katalis dan resin yang digunakan di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-VI Balongan dapat dilihat pada tabel 6 :

Tabel 6. Katalis dan Resin PT.PERTAMINA (Persero)

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

26

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.2 Produk PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

27

BAB II DESKRIPSI PROSES

Terdapat dua kategori bahan produk yang dihasilkan yaitu : produk utama
yang berupa kerosine, solar, premium, pertamax, pertamax plus, LPG dan produk
samping berupa Decant Oil dan Propylene.
2.2.1 Produk Utama
Produk yang dihasilkan PT.PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu jenis produk dalam bentuk BBM, Non BBM dan
jenis BBK (Bahan Bakar Khusus). Jenis produk, kapasitas dan satuannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 12. Produk-Produk Kilang RU VI Balongan

Untuk mendapatkan produk-produk di atas, produk pengilangan minyak dari


tiap unit produksi (CDU, NPU, AHU, RCC, dll) perlu dicampurkan dengan
komposisi tertentu sehingga mencapai spesifikasi yang diinginkan. Tabel-tabel di
bawah ini menunjukkan spesifikasi dari tiap produk tersebut.
Tabel 13. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis minyak tanah
Sifat

Satuan

Densitas pada 15C


Titik asap
Nilai jelaga (char value)
Distilasi:
Perolehan pada 200 C
Titik akhir
Laporan
Kerja Praktek

Kg/m3
mm
mg/kg

Batasan
Min
Max
835
15
40

%vol
18
C
310
PT.
Pertamina
(Persero)
Refinery
Unit
VI
Titik nyala Abel
C
38
Balongan-Indramayu
Kandungan belerang
%wt
0,2
Jurusan
Teknik
Kimia
Universitas
Sultan
Bau dan warna
Dapat dipasarkan

28

BAB II DESKRIPSI PROSES

Tabel 14. Spesifikasi LPG


Sifat

Satuan

Vapor pressure, 100F


Weathering test at 36F
Copper corrosion
Total sulphur
Water content
Komposisi:
C2
C3 dan C4
C5+ (C5 and heavier)
Ethyl atau buthyl
mercaptan added

Psig
%vol
1 jam/100F
Grains/100
cuft

Batasan
Min Max
145
95
ASTM no.1
-

15

No free water
%vol
%vol
%vol
ml/1000 AG

97,0
50

0,8
2,0
-

Tabel 15. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin 88

Karakteristik

Satuan

Batasan
Min
Max
88
360
0,05
0,013

Bilangan oktana
RON
Stabilisasi oksidasi (periode reduksi)
Menit
Kandungan sulfur
%m/m
Kandungan timbal (Pb)
g/l
Distilasi:
10% vol penguapan
C
74
C
75
125
50% vol penguapan
C
180
90% vol penguapan
C
215
Titik didih akhir
%vol
2,0
Residu
Kandungan oksigen
%m/m
2,7
Washed gum
mg/100 ml
5
Tekanan uap (RVP)
kPa
69
Berat jenis (pada suhu 15 C)
kg/m3
715
780
Korosi bilah tembaga
Merit
Kelas 1
Uji doctor
Negative
Laporan Kerja Praktek
Sulfur mercaptan
%massa
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI0,002
Penampilan visual
Jernih dan terang
Balongan-Indramayu
Kandungan pewarna
ml
-Sultan 0,13
Jurusan Teknik Kimiag/100
Universitas
Bau
Dapat dipasarkan

29

BAB II DESKRIPSI PROSES

Tabel 16. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin 92


Batasan
Min
Max
Bilangan oktana
RON
92
Stabilisasi oksidasi (periode reduksi)
Menit
480
Kandungan sulfur
%m/m
0,05
Kandungan timbal (Pb)
g/l
0,013
Kandungan phosphor
mg/l
Tak terdeteksi
Kandungan logam
mg/l
Tak terdeteksi
Kandungan silicon
mg/l
Tak terdeteksi
Kandungan oksigen
%m/m
2,7
Kandungan olefin
%v/v
*)
Kandungan aromatic
%v/v
50,0
Kandungan benzene
%v/v
5,0
Satuan
Batasan
Distilasi: Karakteristik
Min
Max
10% vol penguapan
C
70
Bilangan
oktana
RON
95
C
77
110
50% vol
penguapan
Stabilisasi
oksidasi
(periode reduksi)
Menit
480
C
130
180
90% vol
penguapan
Kandungan
sulfur
%m/m
C
0,05
215
Titik didih akhir
%vol
2,0
Kandungan
g/l
-0,013
Residu timbal (Pb)
Kandungan
phosphor
mg/l
Tak
terdeteksi
Sedimen
mg/l
1
Kandungan
logam
mg/l
Tak
terdeteksi
Unwashed gum
mg/100 ml
70
Kandungan
mg/l ml
Tak
Washed gumsilicon
mg/100
- terdeteksi5
Kandungan
%m/m
2,7
Tekanan uapoksigen
kPa
45
60
3
Kandungan
olefin suhu 15 C)
%v/v
*)
Berat jenis (pada
kg/m
715
770
Kandungan
%v/v
- Kelas 140,0
Korosi bilaharomatic
tembaga
Merit
Kandungan
%v/v
- Negative5,0
Uji doctor benzene
Distilasi:
Sulfur mercaptan
%massa
0,002
Penampilan
10% vol penguapan
C
70
visual
Jernih dan terang
C
77
110
Kandungan
50% vol pewarna
penguapan
g/100 l
0,13
C
130 Biru 180
Warna
90% vol penguapan
C
205
Titik didih akhir
%vol
2,0
Residu
Sedimen
mg/l
1
Unwashed gum
mg/100 ml
70
Washed gum
mg/100 ml
5
Tekanan uap
kPa
45
60
Berat jenis (pada suhu 15 C)
kg/m3
715
770
Korosi bilah tembaga
Merit
Kelas 1
Laporan Kerja Praktek
Uji doctor
Negative
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Sulfur mercaptan
%massa
0,002
Balongan-Indramayu
Penampilan visual
Jernih dan terang
Jurusan Teknik Kimia
Universitas
Kandungan pewarna
g/100
l
- Sultan 0,13
Warna
Kuning
Karakteristik

Satuan

*)apabila
kandungan
olefin di atas
20%,

hasil

pengujian
angka
stabilitas
oksidasi
minimum
1000 menit
Tabel
17.
Spesifikasi
bahan bakar
minyak jenis
bensin 95
*)apabila
kandungan
olefin di atas
20%,
pengujian
angka
stabilitas
oksidasi

hasil

30

BAB II DESKRIPSI PROSES

minimum 1000 menit


Tabel 18. Spesifikasi bahan bakar minyak minyak solar
Karakteristik
Bilangan cetana
Angka cetana
Indeks cetana
Berat jenis (pada suhu 15 C)
Viskositas (pada suhu 40 C)
Kandungan sulfur
Kandungan FAME
Kandungan methanol&etanol
Kandungan abu
Kandungan sedimen
Kandungan air
Distilasi:
T90 (90% vol max)
Titik nyala
Titik tuang
Residu karbon
Biological growth
Korosi bilah tembaga
Bilangan asam kuat
Bilangan asam total
Penampilan visual
Warna

Satuan

Batasan
Min
Max

kg/m3
mm2/s
%m/m
%v/v
%v/v
%m/m
%m/m
mg/mg

48
45
815
870
2,0
5,0
0,35
10
Tak terdeteksi
0,01
0,01
500

C
C
C
%m/m

55
-

Merit
mg KOH/g
mg KOH/g

370
18
0,1
Nihil
Kelas 1

0
0,6
Jernih dan terang
3,0

Tabel 19. Spesifikasi propylene


Senyawa
Propylene
Total paraffin
Methane
Ethylene
Ethane
Cyclopropane
C4 hydrocarbons
Pentene

Satuan
% mol
% mol
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
vol ppm

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

Spesifikasi
99,6 min
0,4 max
20 max
25 max
200 max
10 max
5 max
10 max

31

BAB II DESKRIPSI PROSES

Acetylene
Methyl acetylene
Propadiene
1,3 Butadiene
Total butenes
Pentane
H2
N2
CO
CO2
O2
Water
Methanol (+ Isopropyl Alcohol)
Chloride
Total sulphur
Total carbonyl as MEK
COS
Arsine
S
Phospine
Ammonia
Antimony

wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
vol ppm
vol ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppm
mol ppm
wt ppb
wt ppb
wt ppm
wt ppm
wt ppm
wt ppb

1 max
2 max
2 max
2 max
100 max
100 max
20 max
100 max
0,1 max
1 max
1 max
2,5 max
5 max
1 max
1 max
10 max
30 max
30 max
1 max
0,03 max
5 max
30 max

Tabel 20. Spesifikasi Decant Oil


Karakteristik
Specific gravity at 60/60F
Kinematic viscosity at 50C
Flash point PMCC
Pour point
Water content
Sulphur content
Catalyst as Al

Satuan
cSt
C
C
vol%
wt%
Ppm

Spesifikasi
0,999 max
180 max
60 min
24 max
0,80 max
0,25 max
450 max

Tabel 21. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis minyak diesel (IDF)

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

32

BAB II DESKRIPSI PROSES

Sifat

Satuan

Densitas pada 15C


Viskositas kinematik (pada suhu 40 C)

Kg/m3
mm2/s

Titik nyala PMCC


Titik tuang
Micro carbon residue
Kandungan abu
Sedimen dengan ekstraksi
Kandungan air
Angka cetana
Kandungan sulfur
Vanadium
Aluminium+silicon
Warna

C
C
%m/m
%m/m
%m/m
%v/v

Batasan
Diesel I
Diesel II
Mi
Max Min Max
n
900
920
2,5 11,0
24,0
60

60
18
0,5
0,02
0,02
0,25

21
3,0
0,05

1,5
100
25

2,0
100
25

0,3

35
%m/m
mg/kg
mg/kg
Class

Tabel 22. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis minyak bakar (IFO)
Sifat
Nilai kalori
Densitas pada 15C
Viskositas kinematik (pada suhu 50 C)
Titik nyala
Titik tuang
Residue carbon
Kandungan abu
Sedimen total
Kandungan air
Kandungan sulfur
Vanadium
Aluminium+silicon

Batasan
Satuan
IFO I
IFO II
Min Max Min Max
MJ/kg 41,87
41,87
Kg/m3
991
991
2
mm /s
180
380
C
60
60
C
30
40
%m/m
16
20
%m/m
0,10
0,15
%m/m
0,10
0,10
%v/v
0,75
1,0
%m/m
3,5
4,0
mg/kg
200
mg/kg
80

Selain produk utama yang dihasilkan oleh RU VI-Balongan ini, dihasilkan


pula produk samping, yaitu sulfur. Sulfur ini berasal dari crude oil yang memiliki
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

33

BAB II DESKRIPSI PROSES

kandungan sulfur di dalamnya. Pada unit-unit pemrosesan, senyawa sulfur ini perlu
dipisahkan karena dapat mengganggu jalannya proses dan menurunkan kualitas
produk yang dihasilkan.
2.2.2 Produk Unit Proses PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan
Di kilang RU VI Balongan, untuk mendapatkan produk yang bernilai Crude
Oil diolah pada unit-unit produksi yang dibagi menjadi tiga kelompok besar yang
terilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6. Diagram Blok Proses RU VI Balongan Secara Umum

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

34

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 7. Pembagian unit-unit proses di kilang RU VI Balongan


Proses utama yang ada pada pengolahan minyak bumi di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-VI Balongan, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Hydro Skimming Complex (HSC).
Unit ini terdiri dari Distillation Treating Unit (DTU) dan Naphta
Processing Unit (NPU).
2) Distilation & Hydrotreating Complex (DHC).
Unit ini terdiri dari Atmospheric Residue Hydrometallization Unit (AHU)
dan Hydro Treating Unit (HTU).
3) Residue Catalytic Complex (RCC).
Unit ini terdiri dari Residue Catalytic Cracker Unit (RCCU) dan Light
End Unit (LEU).
4) RCC Offgas to Propylene Project (ROPP)
ROPP merupakan unit terbaru yang memulai start-upnya pada Januari
2013. Unit ini terdiri dari Low Pressure Recovery Unit (Unit 34), Selective
C4 Hydrogenation Unit (Unit 35), Catalytic Distillation Deisobutenizer
(Unit 36), Olefins Conversion Unit (Unit 37), Regeneration Systems (Unit
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

35

BAB II DESKRIPSI PROSES

38), Binary Refrigeration System (Unit 39). (Wheleer Foster, 1993)


2.3 Hydro Skimming Complex (HSC)
Pada proses Hydro Skimming Complex dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu Distillation and Treating Unit (DTU) dan Naphta Treating Unit (NPU). Proses
yang terjadi pada Hydro Skimming Complex Unit adalah proses distilasi dan treating
dari limbah yang dihasilkan dari crude oil serta proses treating produk naphtha. Unit
HSC terdiri dari Crude Distillation Unit (CDU) dan Naphtha Processing Unit (NPU).
2.3.1 Distilation and Treating Unit (DTU)
Unit ini terdiri dari Crude Distillation Unit (Unit 11), Amine Treatment
(Unit 23), Sour Water Stripper (Unit 24), dan Sulphur Plant (Unit 25). Penjelasan
dari tiap-tiap unit adalah sebagai berikut :
1. Crude Distillation Unit (Unit 11).
Crude Distillation Unit (CDU) merupakan primary processing. Kapasitas
dari unit ini adalah sebesar 125.000 BPSD (828,1 m 3/jam). Campuran minyak
mentah yang digunakan pada saat ini terdiri dari 58% crude oil Duri dan 42%
crude oil Minas dalam rangka optimalisasi kilang RU-VI, tetapi saat ini juga
digunakan komposisi dari crude oil lain yang memiliki karakteristik
mendekati crude oil Duri dan Minas yaitu Jatibarang mixed crude oil, Neil
Blend crude oil, dan Mudi crude oil.
CDU merupakan Cruide Distillation Unit yang mengolah minyak mentah
menjadi produk-produknya berdasarkan perbedaan titik didih dan titik embun.
Produk-produk yang dihasilkan dari CDU adalah Overhead product, Light
Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil (HGO) dan Atmospheric Residue (AR). Crude
Distillation Unit terdiri dari dua seksi/bagian yaitu:
a. Seksi Crude Distillation, dirancang untuk memisahkan fraksi-fraksi
hidrokarbon yang ada di dalam campuran menjadi produk overhead
distillation, combined gas-oil, dan atmospheric residue.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

36

BAB II DESKRIPSI PROSES

b. Seksi overhead fraksinasi dan Stabilizer, dirancang untuk memisahkan


lebih lanjut produk overhead distilat sehingga diperoleh produk akhir
berupa off gas, naphta dan kerosin. Seksi ini juga dirancang untuk
memproses wild-naphta dari unit Gas Oil Hydrotreating Unit dan Light
Cycle Oil Hydrotreating Unit.
Unit CDU ini juga dirancang untuk mengolah campuran wild naphtha dari
gas oil dan Light Cycle Oil (LCO) Hydrotreater. Unit ini beropreasi dengan
baik pada kapasitas antara 50-100% kapasitas desain dengan faktor on stream
0,91. Kapasitas saat ini 100% adalah 754 ton/jam. Gambar 8 di bawah ini
menunjukkan blok diagram sederhana Crude Distillation Unit.

Sedangkandiagram alir proses (process flow diagram) dari unit CDU (unit 11)
disertakan pada gambar 9.

Gambar 8. Diagram Blok Sederhana CDU


Langkah proses :

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

37

BAB II DESKRIPSI PROSES

Feed berupa campuran crude oil dialirkan oleh Crude Oil Charge
Pump (11-P-101 A/B) dan dipanaskan melewati rangkaian alat penukar panas
(Cold Preheater Train, 11-E-101 s/d 11-E-105) untuk menaikkan temperatur.
Crude oil lalu dialirkan menuju Desalter untuk mengurangi kandungan garam
yang ada di dalam crude oil. Garam dapat terpecah menjadi asam dan dapat
mengakibatkan korosi pada sistem perpipaan. Wash Water untuk pencuci
crude oil pada Desalter dipanaskan oleh Desalter Effluent Water pada
Exchanger (11-E-116), kemudian diinjeksikan pada crude oil di Upstream
Mixing Valve pada Desalter Crude Oil Charge Pump (11-P-102 A/B) melalui
Hot Preheating Train. Mixing Valve

berguna untuk meningkatkan

pencampuran yang homogen antara air dengan minyak sehingga air dapat
menyerap garam pada minyak dengan baik. Karena pencampuran air dengan
minyak dapat menyebabkan emulsi sehingga terjadi upset (air masuk ke
kolom uap) maka diberikan demulsifier. Kondisi operasi Desalter berkisar
150C dengan tekanan 8 kg/cm2.g sehingga air tetap berwujud cair.
Desalted Crude Oil lalu dipanaskan kembali dengan Hot Preheater
Train (11-E-106 s/d 11-E-111) dan dipanaskan lebih lanjut di Furnace (11-F101) hingga 340 360C. Minyak mentah yang berupa uap masuk ke dalam
Main Fractionator (11-C-101) yang terdiri dari 34 tray dimana feed masuk
pada tray ke 31.
Dari kolom ini akan dihasilkan top product berupa off gas, naphta, dan
kerosin; Side Stream Product berupa untreated Light Gas Oil (LGO) dan
untreated Heavy Gas Oil (HGO) serta bottom product berupa Atmospheric
Residue (AR). Untuk memanfaatkan dan mengambil panas dari (11-C-101)
digunakan tiga Pump Around Stream, yaitu Top Pump Around Stream (P-104),
Middle Pump Around Stream (P-105) dan Bottom Pump Around Stream (P106). Top Pump Around Stream diambil dari tray nomor 5 dan digunakan
sebagai fluida pemanas pada Cold Preheater Train (11-E-104) kemudian
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

38

BAB II DESKRIPSI PROSES

dikembalikan di top tray. Middle Pump Around Stream diambil dari tray
nomor 15 dan diambil panasnya untuk Splitter Reboiler (11-E-122) dan Hot
Preheater Train (11-E-106), lalu dikembalikan ke tray nomor 12. Bottom
Pump Around Stream diambil dari tray nomor 25 dan panasnya digunakan
oleh Stabilizer Reboiler (11-E-12) dan Hot Preheater Train (11-E-109)
sebelum dikembalikan ke tray nomor 22.
Top Product dari Main Fractionator (11-C-101) dikondensasi dengan
Fin Fan Cooler (11-E-114) serta diinjeksikan ammonia dan Corrosion
Inhibitor kemudian dialirkan menuju vessel (11-V-102). Pada (11-V-102),
dipisahkan antara fraksi minyak, gas dan airnya. Fraksi air dialirkan ke unit
Sour Water Stripper. Fraksi gasnya dialirkan menuju (11-V-103) dan akan
digunakan sebagai fuel gas untuk furnace (11-F-101). Sementara fraksi
minyaknya dialirkan menuju stabilizer (11-C-104) dengan sebelumnya
dipanaskan terlebih dahulu pada exchanger (11-E-118) dan (11-E-119).
Stabilizer berfungsi untuk memisahkan hidrokarbon fasa gas dan fasa minyak.
Hidrokarbon fasa gas sebagai top product akan dikondensasikan dan
dimasukkan ke Stabilizer Overhead Drum (11-V-104). Pada drum ini akan
dipisahkan fraksi off gas dan fraksi airnya. Fraksi off gas dikirim ke unit
Amine Treatment sedangkan fraksi minyak yang terikut dalam kondensat,
akan dikembalikan lagi ke stabilizer sebagai refluks. Sementara itu
hidrokarbon fraksi minyak sebagai bottom product dari 11-C-104 akan
diproses lebih lanjut di dalam splitter (11-C-105). Sebelum masuk splitter,
panas dari bottom product dimanfaatkan untuk memanaskan feed yang akan
masuk ke stabilizer (11-E-11). Pada splitter ini dihasilkan produk atas berupa
naphta dan produk bawah berupa kerosin. Produk naphta dialirkan menuju
Naphta Processing Unit (NPU) dan tangki, sementara setelah didinginkan
dengan Fin Fan Cooler (11-E-124) dan kondensor (11-E-126). Sedangkan

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

39

BAB II DESKRIPSI PROSES

kerosin, disimpan di dalam tangki setelah didinginkan terlebih dahulu dengan


Fin Fan Cooler (11-E-125) dan kondensor (11-E-127).
Side Stream Product dari Main Fractionator (11-C-101) berupa Light
Gas Oil (LGO) dan Heavy Gas Oil (HGO) masing-masing di stripping
menggunakan Low Pressure Steam kemudian dicampurkan sehingga
didapatkan Combined Gas Oil (CGO). Tujuan dari stripping tersebut adalah
untuk melucuti fraksi ringan dari masing-masing LCO dan HGO untuk
dikembalikan ke Main Fractionator (11-C-101). Sebelum dicampur menjadi
CGO, panas dari LGO dan HGO dimanfaatkan untuk memanaskan crude oil.
Sebagian dari Combined Gas Oil (CGO) dialirkan ke Gas Oil Hydrotreating
Unit (Unit 21) untuk diproses lebih lanjut dan sisanya ditampung di tangki
setelah didinginkan terlebih dahulu.
Striping Stream untuk kolom 11-C-101, 11-C-102 dan 11-C-103
menggunakan Low Pressure Steam (LPS) yang sudah dipanaskan di bagian
konveksi Furnace (11-F-101) menjadi superheated steam yang mempunyai
suhu 350C sebelum diinjeksikan ke dalam stripper.
Bottom

product

dari

Main

Fractionator

(11-C-101)

berupa

Atmospheric Residue yang mengandung hidrokarbon fraksi berat digunakan


panasnya untuk memanaskan crude oil di Preheater Exchanger (11-E-111, 11E-110, 11-E-107, 11-E-105, dan 11-E-103) lalu diproses lebih lanjut di
Residue Catalytic Cracking Unit, dan sisanya disimpan di tangki setelah
didinginkan di dalam Residue/Tempered Water Exchanger (11-E-115).
(Pertamina, 1992)

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

40

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

41

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 9. Diagram Alir Proses Crude Distillation Unit (CDU)


2. Amine Treatment (Unit 23)
Amine Treatment (Unit 23) merupakan unit proses yang berfungsi untuk
memurnikan refinery gas dari impurities (unsur-unsur pengotor) berupa gas
H2S. Pembersihan ini dilakukan agar off gas dapat digunakan sebagai bahan
baku Hydrogen Plant dan fuel gas. Selain itu, Amine Treatment dilakukan
sebagai salah satu upaya meminimalkan polusi udara yang ditimbulkan oleh
senyawa sulfur jika off gas dibakar berlebih pada Flare System.
Proses

penyerapan

H2S

yang

tadinya

menggunakan

larutan

Diisopropanolamine (DIPA), sekarang diganti dengan menggunakan larutan


Methyl Diethanolamine (MDEA) sebagai larutan penyerap. Kadar larutan
MDEA yang digunakan adalah 12.5 15%. Pada unit ini diharapkan

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

42

BAB II DESKRIPSI PROSES

kandugan H2S pada produk tidak melebihi 50%. Reaksi yang terjadi antara
lain adalah :
-

Reaksi dengan H2S menjadi senyawa sulfida.


(C2H5OH)2-N-CH3 + 2H2S (C2H5SH)2-N-CH3 + 2H2O
- Hidrasi CO2 menghasilkan asam karbonat.
CO2 + H2O H2CO3
- Reaksi MDEA dengan asam karbonat.
(C2H5OH)2-N-CH3 + 2H2CO3 (C2H5CO3)2-N-CH3 + 2H2O
Amine treatment dirancang untuk mengolah sour gas (gas asam) guna
menghilangkan gas H2S menggunakan lisensi proses SHELL ADIP. Pada
dasarnya unit 23 terdiri dari dua unit gas absorber (offgas absorber dengan
kapasitas 18.552 Nm3/j dan RCC unsaturated gas absorber dengan kapasitas
39.252 Nm3/j) dan satu buah amine regenerator. Offgas absorber berfungsi
mengolah sour offgas yang mengandung H2S dari unit CDU, AHU, dan
GO/LCO HTU. Letak dari absorber ini adalah di GO/LCO HTU. Offgas yang
telah diolah di unit ini selanjutnya dialirkan ke fuel gas system dan digunakan
sebagai bahan baku untuk H2 Plant maupun sebagai refinery fuel gas. RCC
unsaturated gas absorber mengolah sour gas dari RCC. Absorber ini
ditempatkan di unit 16 Unsaturated gas Plant. Produk treated offgas
selanjutnya dialirkan ke fuel gas system sebagai fuel gas. Amine regenerator
berfungsi untuk melepaskan kembali gas H2S yang terikat di dalam rich amine
dan menyuplai lean amine untuk digunakan di kedua offgas absorber.
Berikut ini merupakan diagram blok sederhana dari unit 23. Sedangkan
process flow diagram lengkapnya terlampir.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

43

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 10. Diagram Blok Sederhana Amine Treatment Unit


Unit ini terdiri dari dua Gas Absorber dan sebuah Amine Regenerator :
a) Off Gas Absorber (14-C-201).
Off gas Absorber terletak di unit GO/LCO HTU (Unit 14) dan
berfungsi untuk mengolah Sour Off Gas yang mengandung H2S dari
unit CDU, ARHDM, GO HTU dan LCO HTU. Gas yang telah diolah
dari unit ini akan dialirkan ke Fuel Gas System dan digunakan sebagai
bahan baku untuk Hydrogen Plant.
b) RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C-105).

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

44

BAB II DESKRIPSI PROSES

RCC Unsaturated Gas Absorber terletak di Unit Unsaturated Gas


Plant (Unit 16) dan berfungsi untuk mengolah Sour Off Gas dari RCC.
Produk Treated Off Gas dari Absorber ini dialirkan ke Fuel Gas
System sebagai Fuel Gas.
c) Amine Regenerator (23-C-101).
Amine Regenerator terletak di area Treating (Unit 23). Amine
Regenerator ini berfungsi untuk melepaskan kembali gas H 2S yang
terikat dalam Rich Amine dan menyuplai Lean Amine untuk
digunakan di kedua Absorber.
Langkah Proses:
Semua off gas dari unit CDU (Unit 11), GO-HTU (Unit 14), LCOHTU (Unit 21) dan ARHDM (Unit 12-13) dialirkan ke Off Gas Absorber (14C-201) setelah melalui Off Gas Absorber Feed Gas Cooler (14-E-201 A/B)
dan Off Gas Knockout Drum (14-V-201). Bottom product dari (14-V-201)
merupakan hidrokarbon yang akan dikirim ke flare untuk dibakar sedangkan
Top Product yang berupa off gas diproses lebih lanjut didalam Off Gas
Absorber (14-C-201). Seksi Off Gas Absorber (14-C-201) dilengkapi dengan
14 valve Trays untuk tempat berlangsungnya proses absorbsi. Off Gas
dialirkan dengan Lean Amine yang disuplai dari Amine Regenerator (23-C101). Gas H2S yang terdapat dalam off gas akan diserap oleh larutan amine.
Treated Off Gas yang dihasilkan dialirkan ke Treated Gas KO Drum (62-V102). Treated Off Gas disuplai ke Hydrogen Plant sebagai feed gas atau
digunakan pada Refinery Fuel Gas. Sedangkan larutan amine kaya pengotor
(rich amine) yang merupakan bottom product dialirkan ke Amine Regenerator
(23-C-101).
RCC Unsaturated Gas yang mengandung H2S dialirkan melalui bagian
bawah kolom RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C-105) dan dikontakkan
secara berlawanan arah dengan larutan Lean Amine. Seksi RCC Unsaturated
Gas Absorber (16-C-105) dilengkapi dengan 9 Valve Trays untuk tempat
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

45

BAB II DESKRIPSI PROSES

berlangsung nya proses absorbsi. Treated Off Gas yang dihasilkan dialirkan ke
Unsaturated Gas KO Drum (16-V-107) kemudian dialirkan ke Fuel Gas
System sebagai bahan bakar kilang. Sedangkan larutan amine yang telah
menyerap H2S (rich amine) yang merupakan bottom product dialirkan ke
Amine Regenerator (23-C-101).
Seksi Amine Regenerator (23-C-101) mengolah larutan rich amine
dari Off Gas Absorber (14-C-201) dan RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C105). Sekitar 20% larutan rich amine dilewatkan ke Rich Amine Filter (23-S103) untuk menyaring endapan atau partikel sampai dengan ukuran 10
mikrometer

untuk

mencegah

akumulasi

atau

penumpukan

dikolom

regenerator. Kolom regenerator (23-C-101) mempunyai 16 Valve Trays. Gas


H2S yang terserap dalam larutan rich amine dilepaskan akibat pemanasan
yang dihasilkan reboiler (23-E-103). Larutan rich amine yang sudah tidak
mengandung H2S disebut Lean Amine. Uap atau gas yang keluar sebagai
Overhead Condensor (23-E-104) dan gas asam (H2S) selanjutnya dipisahkan
dari liquid pada Regenerator Reflux Drum (23-V-101). Gas asam dialirkan ke
Sulphur Plant sebagai feed dan liquidnya dijadikan refluks dan dikembalikan
ke regenerator dengan sebelumnya ditambahkan make-up water. Lean Amine
hasil regenerasi dicampur dengan Lean Amine dari Amine Tank (23-T-101)
untuk digunakan sebagai fluida panas pada (23-E-102) dan kemudian
sebagian dilewatkan di Lean Amine Filter (23-S-101) serta Lean Amine
Carbon Filter (23-S-102). Lalu keluaran dari (23-S-102) dialirkan menuju
Exchanger (23-E-101) dan diteruskan ke Off Gas Absorber dan RCC
Unsaturated Gas Absorber untuk digunakan kembali.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

46

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 11. Diagram Alir Proses Ammine Treatment Unit (ATU)


3. Sour Water Stripper (Unit 24)
Unit Sour Water Stripper (Unit 24) adalah unit proses yang berfungsi
untuk menghilangkan kandungan H2S dan NH3 terlarut dalam air sisa proses.
Produk yang ramah lingkungan dan dapat disalurkan ke Effluent Treatmen
Facility atau digunakan kembali untuk proses unit-unit pengolahan lainnya.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

47

BAB II DESKRIPSI PROSES

Selain itu, unit ini juga bertugas untuk mengoksidasi komponen sulfur yang
terdapat dalam larutan Spent Caustic sehingga larutan Spent Caustic dapat
dialirkan ke produk air dari SWS yaitu kandungan NH3 nya < 25 ppm dan
kandungan H2S nya < 10 ppm. Selain itu, dihasilkan Off Gas yang kaya akan gas
H2S untuk dikirim sebagai umpan pada Sulphur Plant dan Off Gas yang kaya
akan NH3 akan dibakar di Incinerator. Unit ini terbagi menjadi dua seksi, yaitu
seksi Sour Water Stripper (SWS) dan seksi Spent Caustic Treating.
Tabel 23. Kapasitas pengolahan SWS

Langkah
Proses:
-

Seksi

Sour Water

Stripper (SWS).
Seksi Sour Water Stripper (SWS) terdiri dari dua train yang perbedaannya
berdasarkan asal feed berupa air buangan proses yang diolah, SWS Train I
memproses air dari unit non-RCC seperti CDU, ARHDM, GO-HTU, dan
LCO-HTU. SWS Train II memproses air dari unit RCC. Pengadaan dua train
dilakukan karena air buangan dari unit non-RCC mengandung H2S dan NH3
yang lebih banyak sehingga perlu dilakukan dua kali stripping, sedangkan
untuk air buangan dari unit RCC, hanya mengandung sedikit H2S sehingga
hanya diperlukan satu kali stripping.
Pada SWS Train I, Sour Water dimasukkan ke dalam Surge Drum agar
terpisah dari fase minyak dan gas. Minyak yang telah dipisahkan dialirkan ke
Slop Header sedangkan Sour Water dialirkan ke Stripper. Sour Water lalu
dipanaskan terlebih dahulu lalu masuk ke General H2S Stripper (24-C-101)
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

48

BAB II DESKRIPSI PROSES

untuk dihilangkan kandungan H2S nya. H2S yang terpisahkan digunakan


sebagai feed di Sulphur Plant. Kemudian aliran dilanjukan ke General NH3
Stripper (24-C-102) untuk dihilangkan kadar NH3 nya. Gas NH3 keluar dari
bagian atas kolom dikirim ke Incinerator (25-F-102). Sour Water yang sudah
bebas dari H2S dan NH3 keluar dari bawah Stripper dan didinginkan sebelum
masuk ke Unit Water Waste Treatment (WWT) atau digunakan kembali ke
Unit CDU dan ARHDM.
Pada SWS Train II, Sour Water juga dimasukkan ke dalam Surge Drum
agar terpisah dari fase minyak dan gas. Minyak yang telah dipisahkan
dialirkan ke Slop Header sedangkan Sour Water dilewatkan ke RCC SWS
Coalescer (24-S-101). Lalu Sour Water dipanaskan dan dialirkan ke RCC
Sour Water Stripper (24-C-201). Gas H2S dan NH3 dilepaskan dengan cara
pemanasan menggunakan Stripper Reboiler (24-E-203). Overhead Sour Gas
(NH3 dan H2S) akan keluar dibagian atas stripper. Gas NH3 yang keluar dari
bagian atas stripper selanjutnya digabung dengan gas yang keluar dari Train I
untuk selanjutnya dikirim ke Incinerator (25-F-102). Sour Water yang bebas
dari H2S dan NH3 akan keluar dari sisi bawah kolom (24-C-201) lalu
didinginkan sebelum dikirim ke Unit Water Waste Treatment (WWT).
Selanjutnya air yang telah diolah tersebut disalurkan ke Effluent Treatment
Facility atau digunakan kembali ke Unit CDU dan ARHDM.
-

Seksi Spent Causting Treating.


Pada unit 24 juga terdapat Spent Caustic Treating Sebagai Train III. Train
ini berguna untuk mengoksidasi sulfur yang terkandung di Spent Caustic yang
berasal dari berbagai unit. Spent Caustic yang diolah di SWS Train III berasal
dari LPG Treatment, Naphta Treatment GO-HTU, LCO-HTU, PRU dan
Catalytic Condensation Unit. Treating ini dilakukan dengan cara mengatur pH
Spent Caustic dengan menggunakan Caustic Soda atau H2SO4 dari tangki,
kemudian disalurkan ke Effluent Facility.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

49

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 12. Diagram Blok Sederhana Sour Water Stripper Unit


Gambar 13. Diagram Alir Proses Sour Water Stripper Unit.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

50

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

51

BAB II DESKRIPSI PROSES

4. Sulphur Plant (Unit 25)


Sulphur Plant dirancang untuk mengambil elemen sulfur dari gas asam
unit Amine Treatment (Unit 23) dan Sour Water Stripping (Unit 24) dan
membakar gas sisa unit Claus Sulphur Plant dan NH3 Rich Gas dari Unit
SWS di Incinerator.
Unit ini terdiri dari Unit Claus yang berfungsi untuk menghasilkan cairan
sulfur yang kemudian diikuti oleh pembentukan serpihan sulfur, unit
penyimpanan sulfur padat, dan unit pembakaran untuk mengolah gas sisa dari
Unit Claus dan untuk membakar gas-gas yang mengandung NH3 dari Unit
SWS. Kapasitas unit ini didesain untuk menghasilkan sulfur sebesar 29.8 ton
per hari dengan kemurnian 99.9%. H2S yang masih tersisa dibawa ke
Incinerator. Selain menghasilkan sulfur sebanyak 29.8 ton per hari, Sulphur
Plant juga dapat mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh emisis
Sulfur Oksida (SOx) dan Nitrogen Oksida (NOx). Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
H2S + O2 SO2 + H2O
H2S + SO2 S + H2O
Langkah Proses:
Umpan gas asam dari Amine Treatment harus dipisahkan dari liquid
yang terikat untuk mencegah flooding di Sulphur Plant. Gas asam (H2S) lalu
diumpankan ke dapur reaksi (Reaction Furnace) (25-F-101). Dalam dapur
reaksi ini berlangsung reaksi pembakaran H2S yang membentuk SO2. Gas
hasil proses didinginkan terlebih dahulu, dan diembunkan di Sulphur
Condensor (25-E-101). Cairan sulfur hasil kondensasi dialirkan ke Sulphur
Pit sedangkan non-condensable gas dipanaskan dandiumpankan ke reaktor
(25-R-101). Didalam reaktor, gas H2S dan SO2 dikonversikan menjadi elemen
sulfur dengan bantuan panas dan katalis. Gas hasil reaksi dari reaktor
dialirkan ke Sulphur Condensor. Gas sulfur yang terkondensasi akan dialrikan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

52

BAB II DESKRIPSI PROSES

ke Sulphur Pit. Proses yang sama akan diulangi untuk reaktor 2 dan reaktor 3
serta Sulphur Condensor 3. Non-condensable gas dan gas yang tidak bereaksi
dari Sulphur Condensor 4 dilewatkan melalui Sulphur Coalceser (25-S-101)
untuk memisahkan Entrainment Liquid sebelum dibakar ke Incinerator. Sulfur
yang terkumpul di Sulphur Pit dialirkan ke Sulphur Degasser untuk
menghilangkan H2S atau SO2 terlarut. Cairan sulfur yang telah di-degassing
dipompakan ke Oil Movement Facility.
Gambar 14. Diagram Alir Sulphur Plant Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

53

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.3.2 Naphta Processing Unit (NPU)


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

54

BAB II DESKRIPSI PROSES

Naphta Processing Unit terdiri dari 3 unit proses, yaitu: Naphta


Hydrotreating Unit (Unit 31), Platforming Unit (Unit 32), Continuous
Catalyst Regeneration (CCR) Unit (Unit 32) dan Penex Unit (Unit 33). Unit
ini dibangun untuk mengolah dan meningkatkan nilai oktan dari nafta.
Peningkatan bilangan oktan dilakukan dengan cara menghilangkan impurities
yang dapat menurunkan bilangan oktan seperti propana, butana, dan pentana.
Sebelumnya dilakukan penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) dan MTBE
(Methyl Tertier Butyl Eter) untuk meningkatkan bilangan oktan dan nafta.
Namun, saat ini pemakaian TEL dan MTBE telah dilarang karena dapat
berbahaya bagi kesehatan karena timbal dapat masuk dan mengendap di
dalam tubuh sehingga menghambat pembentukan sel darah merah.
1) Naptha Hydrotreating Treatment (NHDT).
Unit Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT atau NTU) memiliki fungsi
utama sebagai operasi pembersihan dimana unit ini didesain untuk proses
pemurnian katalitik dengan menggunakan katalis dan aliran gas H2 murni
untuk mengolah Straight Run Naphtha dari CDU agar dibersihkan
pengotornya seperti sulfur, nitrogen, logam, oksigen, dan klorida yang
terdapat dalam fraksi hidrokarbon yang selanjutnya akan dipisahkan menjadi
Heavy Naphta dan Light Naphta. Heavy Naphta akan digunakan sebagai feed
untuk unit Platforming (Unit 32) sedangkan Light Naphta akan digunakan
sebagai feed unit Penex (Unit 33). Nafta yang diolah berasal dari berbagai unit
pengolahan PERTAMINA (UP-III, UP-IV, UP-V) dan juga dari unit 11 Crude
Distillation Unit (CDU). Kapasitas dari NHU ini sebesar 52.000 BPSD.
Proses pembersihan pengotor pada naphta menggunakan bantuan katalis dan
aliran gas H2 murni.
Langkah Proses :
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

55

BAB II DESKRIPSI PROSES

Unit NHTU didesain oleh UOP. Unit ini terdiri dari empat seksi yaitu:
1. Seksi oxygen stripper
Feed naphtha masuk ke unit NHTU dari tangki intermediate yaitu 42T-107 A/B/C atau dari proses lainya. Tangki tersebut harus dilengkapi
dengan gas blanketing untuk mencegah O2 yang terlarut dalam naphta,
khususnya feed dari tangki. Kandungan O2 atau olefin dalam feed dapat
menyebabkan terjadinya polimerisasi dari olefin dalam tangki bila
disimpan terlalu lama. Polimerisasi dapat juga terjadi apabila kombinasi
feed reaktor yang keluar exchanger tidak dibersihkan sebelumnya. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya fouling yang berakibat hilangnya efisiensi
transfer panas. Keberadaan campuran O2 juga dapat merugikan Operasi
Unit Platformer. Setiap campuran O2 yang tidak dihilangkan pada unit
hydrotreater akan menjadi unit Platforming akan terganggu.
2. Seksi Reactor
Seksi reaktor mencakup reaktor,separator, recycle gas compressor,
sistem pemanas atau sistem pendingin. Campuran sulfur dan nitrogen akan
meracuni katalis di Platforming serta membentuk H2S, NH3 yang akan
masuk ke reaktor dan selanjutnya dibuang ke downstream. Recycle gas
compressor saat reaksi hydrotreating dengan tekanan H2 pada kondisi
atmosfer.
3. Seksi Naphtha Stripper
Seksi ini didesain untuk memproduksi sweet naphtha yang akan
membuang H2S, air, hidrokarbon ringan, serta melepas hydrogen dari
produk yang keluar dari reaktor.

4. Seksi Naphtha Splitter

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

56

BAB II DESKRIPSI PROSES

Seksi ini dirancang untuk memeisahkan sweet naphtha menjadi


light naphtha yang akan dikirim ke unit Penex dan heavy naphtha
yang akan dikirim ke unit Platforming.
Diagram sederhana dari unit 31 Naphtha Hydrotreating Process adalah
sebagai berikut.

Gambar 15. Diagram Blok Sederhana Naphtha Hydrotreating Process Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

57

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 16. Diagram Alir Proses Naphta Hydrotreating Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

58

BAB II DESKRIPSI PROSES

2) Platforming Unit (Unit 32)


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

59

BAB II DESKRIPSI PROSES

Unit 32 Platforming Process Unit dirancang untuk mengolah 29.000 BPSD


heavy naphtha dari unit proses NHT. Umpan naphtha ke unit platforming berisi
parafin, naphtha, dan aromatik C6 C11. Unit platforming didesain dengan tujuan
untuk menghasilkan aromatik dari naphtha dan paraffin untuk digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan bermotor karena memiliki bilangan oktan yang tinggi.
Bilangan atau angka oktan dari produk unit platforming diharapkan mencapai 97.
Reaksi-reaksi yang terjadi di unit Platforming adalah sebagai berikut:
a) Dehidrogenasi naphtha
b) Isomerisasi naphtha dan paraffin
c) Dehydrocyclisasi paraffin
d) Hydrocracking
e) Demethylasi
f) Dealkylasi aromatik
Unit Platforming Process Unit terdiri atas beberapa seksi yaitu:
a) Seksi reaktor
b) Seksi net gas kompresor
c) Seksi debutanizer
d) Seksi recovery plus
Net gas (hydrogen) dari unit proses CCR platforming ditransfer untuk
digunakan pada unit proses NHT dan unit Penex. Diagram sederhana dari unit 32
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

60

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 17. Diagram Blok Sederhana Platforming Unit


Langkah Proses :
Proses dimulai dengan dipanaskannya feed pada Combined Feed
Exchanger (32-E-101) dan kemudian dicampurkan dengan sulfida dan air.
Penambahan sulfida ini bertujuan untuk mengaktivasi katalis yang akan
digunakan pada reaktor. Setelah melewati (32-E-101), feed dimasukkan ke
dalam tiga buah Reaktor (32-R-101/102/103) yang dipasang secara seri.
Katalis untuk reaktor ini berasal dari unit CCR yang dimasukkan dari bagian
atas reaktor. Katalis ini memiliki inti metal berupa platina dan inti asam
berupa klorida.
Di dalam reaktor terjadi reaksi reforming yang bersifat endoterm,
dimana terjadi penataan ulang struktur molekul hidrokarbon dengan
menggunakan panas, hidrogen, dan katalis. Feed dimasukkan ke dalam
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

61

BAB II DESKRIPSI PROSES

reaktor pertama, kemudian keluarannya dipanaskan kembali menggunakan


Charge Heater (32-F-101) dan dimasukkan kembali ke dalam reaktor
berikutnya. Pemanasan kembali effluent reaktor sebagai feed reaktor
berikutnya terus dilakukan hingga feed memasuki reaktor yang ketiga. Keluar
dari reaktor ketiga, katalis akan diregenerasi di CCR Regeneration Section.
Gas buangan dari charge heater dapat dimanfaatkan sebagai penghasil HP
Steam. Panas hasil reaksi (effluent reaktor) dimanfaatkan untuk memanaskan
feed pada Heat Exchanger (32-E-101 dan 32-E-102) dan kemudian
dimasukkan ke dalam separator.
Di dalam separator fraksi-fraksi gas yang berupa hidrogen, off gas,
fraksi LPG, dan senyawa klorin yang berasal dari katalis dipisahkan dengan
fraksi nafta. Gas yang berhasil dipisahkan di dalam separator dialirkan ke
Recycle Compressor (32-K-101) dan sebagian gasnya digunakan untuk purge
gas katalis. Purge gas katalis berfungsi untuk membersihkan hidrokarbon
yang menempel pada permukaan katalis sebelum dikirim ke unit CCR.
Sebagian dari fraksi gas yang tidak terkondensasi akan dicampurkan dengan
gas dari CCR dan debutanizer, lalu akan dikirim ke Net Gas Chloride
Treatment (32-V-106A/B) untuk menghilangkan kandungan klorida yang
sangat berbahaya bila terdapat dalam bentuk gas. Net gas yang berupa
hidrogen, off gas, dan LPG kemudian akan digunakan dalam unit CCR dan
Platforming, dan sebagian lainnya digunakan sebagai fuel gas. Sebagian gas
ada yang dipisahkan menjadi hidrogen untuk digunakan pada unit NHU dan
Penex. Gas-gas hidrokarbon yang berupa LPG dan off gas dikembalikan ke
Separator (32-V-101).
Aliran campuran nafta dari Recovery Plus System akan diproses di
Debutanizer (32-C-101) untuk memisahkan fraksi nafta dengan fraksi gas
yang masih mengandung LPG. Sebelum dimasukkan ke dalam kolom, feed
kolom harus dipanaskan terlebih dahulu menggunakan Debutanizer FeedBottom Exchanger (32-E-111). Produk atas debutanizer yang berupa fraksi
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

62

BAB II DESKRIPSI PROSES

gas kemudian didinginkan di Debutanizer Trim Condenser (32-E-113) dan


dipisahkan antara fraksi gas dan fraksi airnya di Debutanizer Receiver (32-V107). Fraksi gas ringan akan dikembalikan ke Net Gas Chloride Treatment.
Fraksi LPG sebagian dikembalikan ke kolom sebagai refluks dan sebagian
lagi dimasukkan ke dalam LPG chloride treater untuk diolah menjadi
unstabillized LPG yang akan diolah di unit Penex. Air yang terpisah akan
diolah di unit SWS. Sementara itu, produk bawah debutanizer yang berupa
nafta reformat akan langsung dikirim ke Gasoline Blending System untuk
dicampurkan dengan produk lainnya

Gambar 18. Diaram Alir Proses Platforming Process Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

63

BAB II DESKRIPSI PROSES

3) Continuous Catalyst Regeneration (unit 32)


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

64

BAB II DESKRIPSI PROSES

Continuous Catalyst Regeneration (CCR) merupakan unit yang


dirancang untuk meregenerasi katalis dari unit Platforming yang telah
terdeaktivasi sehingga dapat digunakan kembali. Regenerasi katalis dilakukan
dengan menghilangkan pengotor-pengotor yang menutupi pusat aktif katalis
dimana pengotor-pengotor ini dihilangkan dengan pembakaran, klorinasi, dan
pengeringan sehingga terjadi pemulihan kembali aktivitas dan selektivitas
katalis yang membuat reaksi platforming dapat terus berlangsung.
Langkah Proses :
Feed berupa katalis yang telah digunakan dalam reaktor unit
platforming disemprot dengan purge gas untuk membersihkan katalis dari
karbon yang menempel pada permukaan katalis. Selanjutnya, katalis yang
masih mengandung coke dilewatkan ke Disengaging Hopper (32-V-115) dan
dikirim ke Regeneration Tower (32-R-104). Disengaging Hopper berfungsi
untuk mengatur level katalis dalam Regeneration Tower. Di dalam
Regeneration Tower, katalis dikontakkan dengan udara panas sehingga terjadi
reaksi pembakaran. Berikut adalah reaksi yang terjadi :
C(s) + O2 CO2 (g)
Reaksi pembakaran bertujuan untuk memisahkan coke dari katalis.
Selanjutnya katalis diklorinasi untuk meningkatkan inti asamnya yang telah
berkurang akibat reaksi platforming. Setelah melewati proses kedua, yaitu
oksi-klorinasi, katalis melalui tahap ketiga, yaitu pengeringan. Selanjutnya,
katalis didinginkan dengan udara dingin dan dibawa ke Lock Hopper (32-V114) untuk dikirim kembali ke reaktor platformer. Lock Hopper berfungsi
untuk mengatur level katalis di dalam reaktor. Selain itu, pada CCR juga
terdapat Dust Collector (32-A-110) dan Vent Gas Wash Tower (32-C-103).
Dust Collector befungsi untuk mengumpulkan debu yang telah dihilangkan
dari katalis menggunakan gas nitrogen sedangkan Vent Gas Wash Tower

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

65

BAB II DESKRIPSI PROSES

berfungsi untuk mencuci gas buang yang dihasilkan menggunakan larutan


kaustik.
Gambar 19 Diagram Alir Proses Continuous Catalytic Regeneratiom Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

66

BAB II DESKRIPSI PROSES

4) Pentane Hexane Isomerization (PENEX) Unit (Unit 33)


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

67

BAB II DESKRIPSI PROSES

Unit Penex dirancang untuk melakukan proses catalytic isomerization dari


light naphta, yang terdiri dari pentana dan heksana dari NTU (Unit 31).
Produk dari unit Penex adalah nafta isomerat yang berangka oktan 87. Nafta
isomerat dan nafta reformat akan di-blending untuk mendapatkan produk
akhir berupa pertamax yang memiliki angka oktan 92. Untuk mendapatkan
produk yang diinginkan, diinjeksikan gas hidrogen pada reaktor fixed bed
pada kondisi tertentu sehingga dapat mengarahkan proses isomerasi dan
meminimalisasi proses hydrocracking. Proses pada unit ini dilakukan pada
tekanan rendah, temperatur rendah, LHSV (Liquid Hourly Surface Velocity)
yang tinggi, dan tekanan hidrogen parsial yang rendah. Unit Penex terdiri dari
lima bagian utama yaitu:
a) Sulphur Guard Bed
Tujuan utama dari sulphur guard adalah untuk melindungi katalis dari
sulfur yang terikut di dalam liquid feed, walaupun sebagian besar sulphur
telah mengalami pengurangan di dalam unit NHT. Kandungan sulfur
diharapkan berada di bawah level aman selama operasi HOT (Hydrogen One
Throught) Penex sebagai jaminan apabila kandungan sulfur di dalam feed
cukup tinggi akibat adanya gangguan pada unit NHT.
b) Liquid Feed dan Make Up Gas Dryer
Umpan dan make up hydrogen harus dikeringkan terlebih dahulu
sebelum masuk reaktor. Dryer berfungsi sebagai alat untuk membersihkan
atau menghilangkan air dari normal paraffin,karena air akan meracuni katalis
pada saat digunakan.
c) Reactors, Associated Heaters dan Exchangers.
Seksi reaktor terdiri dari heat exchanger yang berfungsi untuk
mengoptimalkan utilitas. Proses Isomerisasi, yang berlangsung didalam
Reaktor, mengubah normal paraffin menjadi isoparaffin hingga 100%
efficiency. Untuk mengurangi kerugian akibat pemakaian katalis, katalis dapat
diganti sebagian saja. Proses isomerisasi dan benzene hidrogenasi merupakan
proses yang eksotermik. Oleh karena itu, disyaratkan menggunakan sistem
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

68

BAB II DESKRIPSI PROSES

dua reaktor untuk mengatur temperature tinggi dengan reactors dan heat
exchanger dengan media pendingin cold feed. Sebagian besar isomerisasi
berlangsung dengan kecepatan tinggi pada reaktor pertama dan sisanya
temperature rendah pada reaktor yang kedua, untuk menghindari reaksi balik.
d) Product stabilizer
Product stabilizer berfungsi untuk memisahkan produk, yaitu penexate
yang mengandung isoparafin, dengan stabilizer gas. Kandungan stabilizer gas
adalah sebagai berikut:
- Gas hydrogen yang tidak terpakai di dalam reaktor
- Gas-gas ringan (C1 C4) yang dimasukkan dengan make up gas, dan timbul
-

di dalam reaktor akibat terjadinya proses hydrocracking.


HCl (bermula dari perchloride) yang mana dapat dibersihkan di caustic
scrubber.
e) Caustic scrubber
Caustic scrubber diperlukan untuk membersihkan hydrogen chloride
(HCl). Material balance untuk scrubber ini menunjukan 10% wt larutan
caustic diturunkan hingga 2% wt yang dipakai untuk proses pemurnian,
selanjutnya akan dibuang dan diganti setiap minggu kira-kira 104,3 m3.
Teknik khusus dapat dikembangkan untuk penetralan dari caustic yang
dipakai, dengan menginjeksikan Sulfuric acid kedalam aliran ini.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

69

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 20. Diagram Blok Sederhana Penex Process Unit


Langkah proses :
Proses dimulai dengan dimasukkannya feed dari unit NHU ke dalam
Feed Driers (33-V-105). Pada driers ini dikurangi kadar airnya sampai batas
yang telah ditetapkan sehingga gangguan-gangguan terhadap proses yang
akan berlangsung di dalam reaktor dapat dihindari. Sementara itu, make up
gas dari CCR Platforming Unit dikeringkan di Unstabilized LPG Driers (33V-101A/B) dan di Gas Drier (33-V-103A/B). Selanjutnya, aliran feed yang
telah dikeringkan dimasukkan ke dalam Feed Surge Drum (33-V-107). Aliran
keluaran dari drum ini digabung dengan aliran gas hidrogen dari Gas Drier
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

70

BAB II DESKRIPSI PROSES

(33-V-103A/B) dilewatkan ke exchanger (33-E-105/106/107) kemudian


dipompakan ke Penex Reactor (33-R-101 & 31-R-102). Pada kedua reaktor
ini, terjadi reaksi isomerisasi untuk menggabungkan fraksi ringan light naphta
dari NHU. Sebagian besar isomerisasi berlangsung dengan kecepatan tinggi
pada reaktor pertama dan sisanya temperatur rendah pada reaktor yang kedua,
untuk menghindari reaksi balik.
Aliran keluaran dari Penex Reactor dan aliran gas dari Unstabilized
LPG Driers dialirkan ke dalam Stabilizer (33-C-101). Tujuan dari stabilizer
adalah untuk memisahkan fraksi gas ringan berupa hidrogen dan hidrokarbon
ringan (C1 C3/C4) dan fraksi gas berat. Fraksi gas ringan yang keluar dari
bagian atas stabilizer akan didinginkan dan dialirkan ke Stabilizer Receiver
(33-V109). Pada (33-V-109) ini, terjadi pemisahan hidrokarbon ringan (C1 dan
C2) serta komponen penyusun LPG, yaitu C 3 dan C4. C3 dan C4 akan keluar
dari bagian bawah Stabilizer Receiver dan dimasukkan ke LPG Stripper (33C-102). Dari kolom ini, akan didapatkan LPG Product. Sementara itu, produk
atas dari Stabilizer Receiver dialirkan ke Net Gas Scrubber (33-C-104). Pada
scrubber ini akan dibersihkan kandungan HCl nya dengan menggunakan
bantuan kaustik 14,4%-berat. Top product dari scrubber ini akan dialirkan ke
Fuel gas System, sedangkan spent caustic-nya diolah di Spent Caustic
Degassing Drum (33-V-112). Fraksi berat keluaran dari (31-C-101)
dilanjutkan pemrosesannya ke Deisohexanizer (33-C-103). Pada (33-C-103)
akan dipisahkan antara senyawa isoheksan, yang akan berlaku sebagai bottom
product dan non-isoheksan yang akan berlaku sebagai top product. Senyawa
non-isoheksan kemudian akan didinginkan dan akan dicampur kembali
dengan aliran bottom product ex (33-C-103). Hal ini dilakukan untuk
mengatur nilai oktan yang akan dihasilkan oleh produk keluaran unit Penex.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

71

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 21. Diagram Alir Proses Penex Unit


2.4 Unit DHC (Distillation & Hydrotreating Complex)
Produk intermediate minyak bumi pada unit Distillation and Hydrotreating
Complex akan mengalami proses treating lebih lanjut. Tujuan proses treating adalah
mengurangi atau menghilangkan kandungan impurities dari minyak bumi seperti
nitrogen, sulfur, kandungan logam (Nikel dan Vanadium), dan kandungan MCR
(Micro Carbon Residue). Unit DHC terdiri dari Atmospheric Residue
Hydrodemetalization Unit (AHU) dan Hydro Treating Unit (HTU). Pengolahan pada
unit-unit disini dilakukan dengan bantuan hidrogen, sehingga terdapat juga unit yang
memproduksi kebutuhan hidrogen pada unit-unit pemrosesan.
2.4.1 Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit (Unit 12 dan 13)
Unit AHU memiliki kapasitas operasi 58.000 BPSD (384 m3/jam) dan
mengolah Atmospheric Residue dari Crude Distillation Unit (CDU) menjadi
produk Demetallized Atmospheric Residue (DMAR) yang disiapkan sebagai umpan
(feed) untuk Residue Catalytic Cracker (RCC). Selain DMAR, unit AHU juga
menghasilkan produk lain seperti off gas, naphta, kerosene, dan gas oil.
Fungsi utama unit AHU adalah untuk mengurangi pengotor yang tidak
diinginkan seperti sulfur, nitrogen, Micro Carbon Residue (MCR), dan terutama
logam nikel (Ni) dan vanadium (V) yang dibawa oleh residu dari unit CDU. Nikel
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

72

BAB II DESKRIPSI PROSES

(Ni) dan vanadium (V) merupakan logam berat yang dapat mematikan katalis
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

73

BAB II DESKRIPSI PROSES

secara permanen.
Reaksi utama yang terjadi pada proses AHU adalah sebagai berikut:
-

Carbon residue removal


Carbon residue adalah bagian dari residue yang berbentuk residue padat
apabila dipanaskan dengan temperatur tinggi tanpa adanya hydrogen. Carbon
residue biasanya diukur sebagai micro carbon residue (MCR). Tahapan
pengambilan MCR adalah sebagai berikut:
a) Penjenuhan cincin polyaromatic dengan H2.
b) Pemecahan cincin jenuh polyaromatic.
c) Konversi (perubahan) molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil.

Hydrodemetallization
Nikel dan Vanadium terdapat dalam larutan kompleks organo metallic seperti
porphyrin atau nonporphyrin. Kedua larutan kompleks ini terdapat pada produk
dengan titik didih 370 C dan terkandung dalam asphaltene dan polar aromatic
(resin). Dua tahap hydrodemetallization adalah sebagai berikut:
a) Initial reversible hydrogenation (reaksi hidrogenasi)
b) Terminal hydrogenolysis dari ikatan metal hydrogen.

Hydrodenitrogenasi (HDN)
Nitrogen secara parsial diambil dari bahan baku dengan hidrogenasi
membentuk ammonia (NH3) dan hidrokarbon. Ammonia diambil dari
reaktor effluent, sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal di dalam
produk.

Hydrocracking
Proses pemecahan (hydrocracking) dari molekul hidrokarbon dari
titik didih yang lebih tinggi menjadi molekul dengan titik didih yang
lebih rendah, terjadi pada semua proses dengan lingkungan hydrogen
yang berlebih. Contoh dari reaksi pemecahan adalah sebagai berikut:
RCH2CH2CH2CH3 + H2

CH3CH2CH3 +RCH3

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

74

BAB II DESKRIPSI PROSES

- Hydrodesulphurization
Hidrodesulfurisasi adalah hidrogenasi dari komponen yang
mengandung sulfur membentuk hidrokarbon dan H2S. H2S selanjutnya
akan diambil dari effluent sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal
di dalam produk minyak.

Tabel 24. Spesifikasi DMAR


Parameter

Jumlah

Keuntungan

Sulfur

Max 0,5%-b Tidak perlu ditambahkan unit flue gas


desulfurization di RCC

Carbon residue

Max

7- Mengurangi kebutuhan pendinginan katalis

10%-b
Nickel+Vanadium

5-25 ppm

Mengurangi konsumsi katalis

Langkah Proses :
Feed dialirkan ke dalam Filter (J-501) dengan melewati Heat Exchanger (E-501
o

A-H). Pada exchanger ini feed dipanaskan sampai temperatur 245 C. Filter
digunakan untuk membersihkan feed dari solid yang ikut di dalam aliran. Prinsip
filter yang digunakan adalah berdasarkan pressure drop-nya. Ketika pressure drop2

nya mencapai 2 kg/cm g, filter tersebut akan di-backwash menggunakan air yang
disemprotkan ke dalamnya. Ukuran saringannya sebesar 25 mikron. Setelah di
filtrasi, feed tersebut di tampung di dalam surge drum (V-501). Kemudian aliran feed
yang akan dialirkan ke dalam furnace dibagi menjadi dua. Aliran pertama adalah
aliran utama yang bergabung dengan recycle gas dan make up gas sebelum masuk ke
heat exchanger (12/13-E-102) dan (12/13-E-101 A/B). Aliran kedua adalah aliran
cabang langsung masuk ke dalam furnace. Pada furnace (13-F-101), feed dipanaskan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

75

BAB II DESKRIPSI PROSES

hingga mencapai temperatur inlet reaktor. Feed yang keluar dari furnace dimasukkan
ke dalam 3 reaktor fixed bed yang disusun secara seri. Karena reaksi yang terjadi
(hydrotreating) bersifat eksotermis, maka dilakukan injeksi cold quench recycle gas
diantara reaktor yang berguna untuk mengatur temperatur dan tekanan agar sesuai
kondisi proses sehingga runaway (reaksi yang berkelanjutan) tidak terjadi. Di dalam
reaktor (13-R-101/102/103) terjadi reaksi hydrocracking, Hydrodemetalization,
hydrodesulphurization, hydrodenitrogenation, dan carbon residue removal.
Selanjutnya, atmospheric residue keluaran reaktor dipisahkan antara fraksi cair
dan gasnya di dalam Hot High Pressure Separator (HHPS). Fungsi dari HHPS adalah
untuk mengambil residue oil dari keluaran reaktor sebelum didinginkan karena residu
akan menyumbat exchanger di effluent vapor cooling train. Cairan panas yang keluar
dari HHPS dialirkan ke HLPS (Hot Low Pressure Separator) sedangkan uap panas
yang mengandung H2, NH3, CH4, gas ringan hidrokarbon lainnya, dan cairan
hidrokarbon dialirkan ke dalam CHPS (Cold High Pressure Separator) setelah
didinginkan dengan beberapa HE dan finfan. Untuk mencegah terjadinya kebuntuan
dan korosi, diinjeksikan kondensat dan larutan polysulfide ke pipa masuk finfan.
Fungsi dari polysulfide adalah sebagai cleaning tube pada fin fan.
Di dalam CHPS recycle gas yang kaya hidrogen terpisah dari minyak dan air
akan keluar menuju ke Recycle Gas Compressor (13-K-101) dan Hydrogen Recovery
Unit (12-A-501). Aliran recycle gas ini berfungsi untuk mengembalikan tekanan yang
hilang selama gas mengalir ke furnace, reaktor, dan separator. Hydrogen Recovery
Unit (HRU)

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

76

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 22. Diagram Blok Sederhana Atmospheric Residue


Hydrodemetallization Unit
merupakan membran yang berfungsi untuk memurnikan hidrogen agar dapat dipakai
kembali di reaktor dan sebagai media quenching pada reaktor. Sebelum memasuki
HRU, aliran gas dimasukkan ke dalam scrubber untuk mengurangi kandungan
ammoniak hingga batas maksimum 30 ppm. Prinsip dari scrubber ini adalah
pencucian gas memakai air sehingga gas bebas dari ammoniak, sedangkan air akan
melarutkan ammoniak tersebut.
Air yang keluar dari CHPS dikirim ke SWS sedangkan minyak yang telah
berhasil dipisahkan dialirkan ke CLPS (Cold Low Pressure Separator). CLPS
memiliki fungsi yang sama dengan CHPS tetapi memiliki tekanan operasi yang lebih
rendah. Air pada bagian bawah drum dialirkan ke SWS, sour gas (keluaran atas)
dialirkan ke fuel gas treating, dan minyaknya dialirkan ke Atmospheric Fractionator
(12-C-501) setelah dipanaskan terlebih dahulu di beberapa HE.
Sementara itu, fraksi cair dari HHPS dialirkan ke dalam HLPS untuk di-flash.
Fraksi yang mengandung banyak H2 dipisahkan untuk di-recovery dan produk
minyak berat dialirkan ke Atmospheric Fractionator (12-C-501). Flash gas dari
HLPS didinginkan dengan Exchanger (12-E-502) dan Air Cooler (12-E-503)
sebelum di-flash di Cold Low Pressure Flash Drum (CLPFD) (12-V-103). Flash gas
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

77

BAB II DESKRIPSI PROSES

dari CLPFD kaya akan H2 dan dialirkan ke make up gas compressor. Liquid dari
CLPFD digabung dengan aliran dari CHPS dan masuk ke CLPS.
Keluaran dari kolom (C-501) merupakan nafta, kerosene, gas oil, dan DMAR.
Aliran minyak dari HPLS berupa Hot Heavy Oil dimasukkan ke dalam tray 33,
sedangkan aliran minyak dari CLPS berupa Cold Heavy Oil dimasukkan ke dalam
tray 28. Top product dari fraksionator ini (steam dan hidrokarbon) akan dialirkan
melewati Fin Fan Cooler untuk di kondensasikan dan kemudian dimasukkan ke
dalam Overhead Accumulator (12-V-505). Selanjutnya, uap keluaran Overhead
Accumulator dikompresi menggunakan kompresor stage pertama (12-K-502 A/B),
lalu keluarannya didinginkan interstage cooler sebelum dimasukkan ke dalam
Interstage KO drum. Vapor keluaran Interstage KO drum dikompresi lebih lanjut
pada kompresor stage kedua (12-K-502 A/B). Fraksi liquid yang berasal dari
overhead accumulator dicampur dengan aliran vapor yang telah melalui kompresor
stage kedua. Campuran ini dialirkan melewati cooler dan kemudian dimasukkan ke
dalam Sour Gas Separator (12-V-507).
Sour Gas Separator ini melakukan pemisahan terhadap aliran masuknya sehingga
akan didapat unstabillized naphtha, sour water, dan sour gas. Unstabillized naphta
akan dialirkan menuju Naphta Stabillizer (12-C-504) dengan dipanaskan terlebih
dahulu menggunakan produk stabilized naphta. Pada Naphta Stabilizer, akan
dipisahkan antara stabilized naphta dan off gas. Kemudian stabillized naphtha akan
dikirim ke tangki penampungan dengan didinginkan terlebih dahulu, sedangkan off
gas-nya akan dikirim menuju fuel gas treating. Sementara sour water dialirkan ke
(12-V-502), dan off gas dilairkan ke fuel gas treating.
Side stream product dari fraksinator berupa kerosene akan dimasukkan ke
dalam Kerosene Sidecut Stripper (12-C-503) dan dipanaskan. Kemudian kerosene
akan dimasukkan ke dalam clay treater untuk penstabilan warna lalu dikirim ke
tangki. Side stream product lainnya dari tray 28 fraksinator adalah gas oil. Gas oil ini
akan dialirkan menuju Gas oil Stripper (12-C-502) dan sebagian keluarannya dikirim
ke unit 14 (GO-HTU), dan sebagian lainnya dikirim ke storage dengan dilewatkan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

78

BAB II DESKRIPSI PROSES

pada fin fan cooler terlebih dahulu.


DMAR yang dihasilkan sebesar 86% dari total produk yang dihasilkan
akan dialirkan ke unit RCC dan dimasukkan ke tangki penampungan dengan
melewati proses pendinginan terlebih dahulu menggunakan cooler. DMAR yang
dialirkan ke tangki sejumlah 10% dari aliran yang ada. Produk yang dihasilkan oleh
AHU berupa C4, naphta, kerosene, gas oil dan residue.
Tabel 25. Produk AHU
C4

170500 Nm /h
3

900 Nm /h

Naphta

Kerosene

2550 Nm /h

Gas oil

5900 Nm /h

Demetallized Atmospheric Residu

3
3

50300 Nm /h

Sumber: Pertamina,2005

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

79

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 23. Diagram Alir Proses AHU/ARHDM Unit


2.4.2 HTU (Hydro Treating Unit )
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

80

BAB II DESKRIPSI PROSES

Hydro Treating Unit (HTU) terdiri dari Hydrogen Plant (Unit 22), Gas Oil
Hydrotreating Unit /GO HTU (Unit 14), dan Light Cycle Oil Hydrotreating Unit /
LCO HTU (Unit 21). Fungsi utama dari unit ini adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities (nitrogen, senyawa sulfur organic dan senyawa logam)
yang terikut bersama minyak bumi dan fraksi-fraksinya serta memperbaiki colour
stability dengan proses hidrogenasi, yaitu mereaksikan impurities tersebut dengan
hidrogen yang dihasilkan dari Hydrogen Plant dengan bantuan katalis.
2.4.2.1 Hydrogen Plant Unit (Unit 22)
Unit-unit proses yang terdapat pada kilang RU VI Balongan sebagian
besar membutuhkan hydrogen yang akan digunakan dalam reaksi hidrogenasi,
hydrocracking, dan hydrotreating. Reaksi hidrogenasi biasanya dimanfaatkan untuk
menghilangkan impurities (pengotor) yang terikut bersama minyak bumi atau
fraksi-fraksinya.
Hydrogen Plant (Unit 22) merupakan unit yang dirancang untuk
memproduksi hidrogen dengan kemurnian 99,9% sebesar 76 MMSFSD dengan
umpan yang berasal dari refinery off gas dan natural gas. Produk gas hidrogen dari
Hydrogen Plant digunakan untuk memenuhi kebutuhan di unit-unit Light Cycle Oil
Hydrotreating Unit (LCO HTU), Gas Oil Hydrotreating Unit (GO HTU), dan unit
Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU).
Langkah Proses :
Proses yang terjadi dalam hydrogen plant dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap permurnian umpan, tahap pembentukan H 2 di reformer, dan tahap
permurnian H2 di pressure swing unit. Proses dasar hydrogen plant mencakup :
1. Feed dan Gas Supply
Seksi ini berfungsi untuk menampung dan menyiapkan umpan
sebelum masuk ke proses selanjutnya. Pertama-tama umpan ditampung
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

81

BAB II DESKRIPSI PROSES

kemudian dikompresi dan kemudian dilakukan pemanasan awal dengan


menggunakan teknik economizer.
2. Hydrogenasi dan Desulfurisasi
Pada proses ini, kadar sulfur yang terdapat dalam feed gas dihilangkan
sehingga memenuhi kadar yang sesuai untuk masuk reformer. Pada bagian ini
terjadi reaksi hidrogenasi dengan bantuan katalis cobalt/molybdenum.
Umpan yang berasal dari gas supply akan masuk ke reaktor
hidrogenasi (22-R-101) untuk mengkonversi sebagian senyawa merkaptan
(RSH) dan COS menjadi H2S. Reaksi yang terjadi pada reaktor (22-R-101)
yaitu :
COS + H2

H2S + CO

RHS + H2

RH + H2S

Gas H2S yang dihasilkan pada reaktor kemudian akan diserap di sulfur
adsorber (22-R-102 A/B). Pada reaktor terjadi reaksi desulfurisasi antara gas
H2S dengan zat ZnO. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2S + ZnO

ZnS + H2O

Umpan hidrokarbon yang telah dikurangi kandungan sulfurnya


(maksimum 0.2 ppm) kemudian dicampur dengan HP steam melewati flow
ratio control dengan ratio steam/karbon tertentu.
3. Steam Reforming
Bagian ini berfungsi untuk memproses atau mengkonversi gas
hidrokarbon yang direaksikan dengan steam menjadi gas hydrogen, CO, dan
CO2. Kecepatan feed ke reformer dan derajat konversi yang dicapai sangat
mempengaruhi hasil produksi.
Pembakaran bahan bakar di dalam reformer bagian radiasi harus
dalam temperatur yang tinggi karena reaksi reforming bersifat endotermis.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

82

BAB II DESKRIPSI PROSES

Reaksi reforming yang terjadi pada reformer (22-F-101) adalah sebagai


berikut :
- Untuk methane

CH4 + H2O

CO + 3H2

- Untuk ethane

C2H6 + H2O

2CO + 5H2

4. Pemurnian Hidrogen
Pemurnian gas hidrogen ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan
hidrogen murni 99.9%. Agar didapatkan hidrogen dengan tingkat kemurnian
tinggi, maka dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu :
a. High Temp Shift Converter (HTSC) &Waste Heat Recovery (WHR)
High Temperatur Shift Converter bertujuan untuk merubah CO menjadi
CO2, sekaligus menambah perolehan hidrogen. Reaksinya pada (22-R-103)
adalah:
CO + H2O

CO2 + H2

Reaksi terjadi dibantu dengan katalis C12-4. Waste Heat Recovery


bertujuan mengambil panas produk reformer maupun produk HTSC. Panas
yang diambil dapat digunakan untuk membangkitkan kukus.
Setelah melalui seksi HTSC dan WHR, gas hidrogen kemudian
didinginkan

kembali

dengan

menggunakan

fan

coller,

kemudian

kondensatnya dipisahkan pada KO drum. Setelah itu kondensat dari KO drum


masuk ke seksi proses pemurnian kondensat yang bertujuan memurnikan
kondensat agar dapat digunakan sebagai umpan pembangkit kukus (boiler
feed water).
b. Pressure Swing Adsorption (PSA)
Proses PSA yang dipakai untuk memurnikan hydrogen memanfaatkan
perbedaan kapasitas loading pada tekanan yang berbeda untuk memisahkan
campuran gas menjadi komponen masing-masing gas. Pada saat gas masuk ke
bed adsorben pada tekanan tinggi maka beberapa komponen akan terpisah
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

83

BAB II DESKRIPSI PROSES

karena adanya daya untuk adsorpsi (adsorption force) ke permukaan adsorben


dan akhirnya akan terikat (teradsorpsi) pada adsorben disertai timbulnya panas
adsorpsi. Dalam sistem adsorpsi dynamic, komponen-komponen yang mudah
diserap akan bergerak lambat melalui adsorben dibandingkan dengan
komponen yang sulit teradsorp. Dalam proses ini konsentrasi pengotor
berkurang.
Pada suatu titik, adsorben akan jenuh. Oleh karena itu diperlukan
pembersihan impurities dari adsorben bed yang disebut dengan regenerasi.
Dengan penurunan tekanan, kapasitas pengisian adsorben akan berkurang,
adsorben mulai melepaskan pengotor. Proses pembersihan impurities
dilakukan dengan memanfaatkan gas yang memiliki impurities dengan
konsentrasi rendah.

Gambar 24. Diagram Blok Sederhana Hydrogen Plant


Feed gas dan RCC offgas dikirim ke feed gas compressor dan
kemudian dipanaskan di feed gas preheater yang ada di bagian konveksi
reformer. Selanjutnya feed gas langsung diumpankan ke dalam hidrogenator
yang berfungsi untuk mereaksikan sulfur dengan hydrogen. Gas mengalir
melalui unggun katalis, dimana sulfur akan diubah menjadi hydrogen sulfide,
dan sejumlah kecil olefin akan dijenuhkan. Gas yang telah direaksikan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

84

BAB II DESKRIPSI PROSES

selanjutnya dialirkan ke sulphur absorber untuk diambil senyawa sulfur yang


terkandung didalamnya. Unit ini memiliki dua unit sulphur absorber yang
dipasang secara seri, dimana salah satunya akan berperan sebagai penyerap
H2S terbanyak. Kandungan sulfur yang terdapat dalam umpan reformer harus
kurang dari 0,2 ppm.
Gas umpan selanjutnya dicampur dengan steam dan dialirkan ke tubetube berisi katalis di dalam reformer. Untuk meminimalisir sisa methane yang
tidak bereaksi, reaksi reforming memerlukan temperatur yang tinggi. Produk
yang dihasilkan oleh reformer disebut sebagai syngas (syntetis gas) yang
memiliki

temperatur

850

C.

Syngas

panas

dimanfaatkan

untuk

membangkitkan steam di Reformer Waste Heat Boiler.


Keluar dari WHB, syngas dimasukkan ke HTSR (High Temperature
Shift Reactor) pada temperature 375C dan mengalir ke bawah melalui Iron
Chrome catalyst yang ada di unggun HTSR. Pada HTSR terjadi reaksi antara
karbon monoksida dengan uap air menjadi karbon dioksida dan gas H 2 yang
bersifat eksotermis. Produk HTSR memiliki temperatur sekitar 438 C. Panas
ini juga dimanfaatkan untuk membangkitkan steam pada HTSR WHB.
Setelah didinginkan hingga mencapai 40C, syngas yang kemudian
dipisahkan dengan kondensat yang terbentuk dialirkan ke PSA unit.
Kondensat yang terbentuk dari pendinginan syngas selanjutnya akan di
treatment di process condensate trearment dan akan digabungkan dengan
cold condensate untuk keperluan steam.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

85

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 25. Diagram Alir Proses Hydrogen Plant Unit


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

86

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.4.2.2 Gas Oil Hydrotreating Unit (Unit 14)


Unit Gas Oil Hydrotreating ini mengolah gas oil yang tidak stabil dan
korosif (mengandung sulfur dan nitrogen) dengan bantuan katalis dan hidrogen
menjadi gas oil yang memenuhi ketentuan pasar dengan kapasitas 32.000 BPSD
3

(212 m /jam). Selain itu unit ini juga memperbaiki colour stability gas oil dengan
menjenuhkan senyawa-senyawa tak jenuh melalui hydrotreating dengan media
hidrogen. Katalis yang digunakan pada unit ini adalah Ni/Mo yang berada di dalam
alumina base dan berbentuk bulat atau extrudate. . Feed untuk gas oil diperoleh
dari Crude Distillation Unit (CDU), Atmospheric Residue Hydrometalization Unit
(ARDHM) dan tangki penyimpanan. Make up hydrogen akan disuplai dari
hydrogen plant yang telah diolah sebelumnya oleh Steam Methane Reformer dan
unit Pressure Swing Adsorption (PSA). di dalam alumina base yang berbentuk
bulat atau extrudate.

Gambar 26. Diagram Blok Sederhana GO HTU Unit


Langkah Proses :
Feed yang berupa untreated gas oil dialirkan melalui Feed Filter (14-S101) untuk menghilangkan partikel padat yang ukurannya > 25 mikron, kemudian
masuk ke dalam Surge Drum (14-V-101), dan dipisahkan antara fraksi air dan
minyaknya. Air yang terbawa oleh feed dari tangki akan terpisah di bottom feed
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

87

BAB II DESKRIPSI PROSES

surge drum, sedangkan yang tidak terpisah ditahan oleh wire mesh blanket agar
tak tercampur ke suction feed pompa kemudian dialirkan ke SWS (unit 24).
Tekanan fuel gas dalam drum ini diatur oleh split range sebagai pressure balance
section dari reaktor charge pump. Hal ini dilakukan untuk mencegah
tercampurnya feed dengan udara.
Selanjutnya, fraksi minyak dipompakan oleh pompa (14-P-102 A/B)
ke Combined Feed Exchanger (14-E-101 A/B). Setelah melewati exchanger, gas
oil dinaikkan temperaturnya di dalam Reactor Charge Heater (14-F-101) sampai
311oC. Bahan bakar yang digunakan pada furnace ini adalah fuel gas. Pada unit
14 ini terdapat dua furnace dengan bentuk yang berbeda. Bentuk Furnace (14-F101) adalah balok sedangkan (14-F-102) berbentuk silinder. Furnace dengan
bentuk balok dapat mengolah gas oil dengan kapasitas dua kali lebih besar dari
furnace silinder.
Selanjutnya, feed diolah di dalam reaktor (14-R-101). Reaktor ini
merupakan fixed bed reactor, dimana di dalamnya terdapat dua bed yang masingmasing diisi oleh katalis. Pada reaktor ini terjadi reaksi desulfurisasi,
deoksigenasi, denitrifikasi, dan penjenuhan olefin. Karena reaksi yang terjadi
bersifat eksotermis, temperatur produk menjadi lebih tinggi daripada temperatur
feed reaktor. Panas dari produk inilah yang diambil untuk memanaskan feed di
combined feed exchanger.
Produk keluaran (14-R-101) dialirkan ke Separator (14-V-102), dengan
sebelumnya dilewatkan ke (14-E-101 A/B) sebagai fluida penukar panas dan
dilewatkan di Fin Fan Cooler (14-E-102). Pada (14-V-102), fraksi gas, fraksi
minyak, dan fraksi air dipisahkan. Seperti pada unit-unit lainnya, fraksi air
langsung dikirimkan ke unit 24 dan fraksi minyaknya dialirkan ke High Pressure
Stripper (14-C-101). Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor
(14-K-102) dan bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 berfungsi
untuk mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

88

BAB II DESKRIPSI PROSES

selanjutnya dikirim ke combined feed exchanger.


Selama pengaliran feed ke (14-C-101), diinjeksikan hidrogen ke dalam
pipa. Pada Stripper (14-C-101), digunakan bantuan steam untuk memisahkan
fraksi minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas
dikondensasikan oleh Fin Fan Cooler (14-E-105) kemudian dialirkan ke Vessel
(14-V-106). Di dalam (14-V-106), fraksi air dan off gas akan terpisah. Air yang
terpisah, dikirim ke effluent reaktor sebelum ke (14-E-102) dan ke tiap tube
bundle (14-E-102) sebagai wash water, atau ke (14-V-103). Lalu sisanya
dikirimkan ke unit 24 dan sebagian lagi dikembalikan ke (14-V-106) untuk
menjaga aliran minimum pompa. Sementara off gas dikirimkan ke Amine
Treatment (unit 23) untuk menghilangkan kandungan H2S bersama dengan sour
water dari (14-V-102). Selain itu, jika terdapat fraksi minyak yang berasal dari
Stripper (14-C-101) yang terikut, maka akan dimasukkan kembali ke dalam
stripper.
Gas oil yang merupakan produk bawah Stripper (14-C-101) dinaikkan
temperaturnya dengan bantuan Fractionator Charge Heater (14-F-102) dari
temperatur 217oC menjadi 260oC. Kemudian gas oil ini difraksinasi di dalam
fractionator (14-C-102) menggunakan pemanas steam. Produk atas yang
dihasilkan adalah wild naphta yang akan dialirkan ke CDU sedangkan produk
bawahnya adalah gas oil. Gas oil ini dikondensasikan kemudian dialirkan ke
Coaleser (14-S-101) yang berfungsi untuk memisahkan air sisa kondensasi yang
ikut terbawa oleh gas oil. Selanjutnya gas oil dikeringkan di dalam Dryer (14-V108) dan dialirkan ke tangki penyimpanan. Produk yang dihasilkan GO-HTU
berupaoff gas, wild naphta (750 BPS), dan treated gas oil (31.600 BPSD).

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

89

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

90

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 27. Diagram Alir Process GO-HTU Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

91

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.4.2.3

Light Cycle Hydrotreating Unit (Unit 21)


Unit 21 Light Cycle Oil Hydrotreater Unit (LCO HTU) atau KERO
HTU adalah unit proses yang mengolah light cycle oil (LCO) dari unit 15
(RCC). LCO yang berasal dari unit RCC masih banyak mengandung senyawa
organik seperti nitrogen dan sulfur. Light Cycle Oil Hydrotreater Unit (LCO
HTU), unit yang mempunyai kapasitas 15.000 BPSD (99,4 m 3/jam), dibangun
dengan tujuan untuk menghilangkan nitrogen dan sulfur yang terkandung
dalam umpan dengan batuan katalis tanpa perubahan rentang titik didih
sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi syarat dan spesifikasi
produk yang bisa dipasarkan.
Selain umpan berupa LCO, proses yang terjadi dalam unit ini juga
memerlukan katalis serta gas hydrogen. Make-up hydrogen akan disuplai dari
unit 22 Hydrogen Plant. Dan katalis yang digunakan adalah katalis
hydrotreating UOP yang mengandung oksida nikel/molybdenum (S-12) dan
Cobalt/molybdenum (S-19 M) di dalam alumina base serta dibuat dengan
bentuk bulat.
LCO HTU terdiri dari dua seksi, yaitu :
1. Seksi reaktor, terjadi reaksi antara feed LCO dengan katalis dan hidrogen.

2.

Seksi fraksionasi, untuk memisahkan LCO hasil reaksi dari produk lain
seperti off gas, wild naphtha dan hydrotreated light cycle oil.
Distribusi feed dan produk yang diolah dari unit LCO HTU meliputi :

1.

Feedstock LCO diperoleh dari RCC kompleks.


2. Katalis Hydrotreating UOP mengandung oksida nikel/molybdenum (S-12)
dan Cobalt/molybdenum (S-19 M) di dalam alumina base dan dibuat
berbentuk bulat atau extrude.

3.

Make-up Hydrogen akan disuplai dari hydrogen plant unit.


Produk LCO HTU berupa :
1. LCO yang telah diolah langsung ditampung di tangki dan siap dipasarkan.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

92

BAB II DESKRIPSI PROSES

2. Hydrotreated Light Cycle Oil dipakai untuk blending produk tanpa harus
diolah lagi.
3.

Off Gas di kirim ke Refinery Fuel Gas System.


4. Wild naphtha dikirim ke unit CDU atau RCC untuk proses lebih lanjut.
Langkah Proses :
Feed yang berupa untreated LCO dari RCC dan tangki penyimpanan
dialirkan masuk ke dalam Surge Drum (21-V-101). Pada vessel ini dipisahkan
antara fraksi air dan minyaknya. Fraksi air yang keluar langsung dikirim ke
unit SWS (unit 24) dan fraksi minyaknya dipompakan ke Reactor Charge
Heater (21-F-101) untuk meningkatkan temperatur LCO dari 223oC sampai
241oC. Bahan bakar yang digunakan pada furnace ini adalah fuel gas.
Sebelum dimasukkan ke dalam Heater (21-F-101), untreated LCO dipanaskan
terlebih dahulu oleh Heater (21-E-101) untuk mengurangi beban kerja (21-F101).

Gambar 28. Diagram Blok sederhana Light Cycle Hydrotreating Unit


Selanjutnya, feed diolah di dalam reaktor fixed bed (21-R-101) yang
terdiri dari dua bed yang masing-masing diisi oleh katalis. Pada reaktor ini
berlangsung reaksi desulfurisasi, deoksigenasi, denitrifikasi, dan penjenuhan

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

93

BAB II DESKRIPSI PROSES

olefin. Produk keluaran (21-R-101) dilewatkan ke (21-E-101 A/B) dan


dikondensasikan di Fin Fan Cooler (21-E-102) lalu dialirkan ke Separator
(21-V-102). Pada (21-V-102), fraksi gas, fraksi minyak, dan fraksi air
dipisahkan. Fraksi air yang berada di bagian bawah separator dikirimkan ke
unit 24 sedangkan fraksi minyak di alirkan ke High Pressure Stripper (21-C101). Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor (21-K-102)
dan bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini
selanjutnya dikirim ke combined feed exchanger.
Selama pengaliran feed ke (21-C-101), diinjeksikan hidrogen ke dalam
pipa. Pada Stripper (21-C-101), digunakan bantuan steam untuk memisahkan
fraksi minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas
dikondensasikan oleh Fin Fan Cooler (21-E-105) kemudian dialirkan ke
Vessel (21-V-106). Di dalam (21-V-106), fraksi air akan terpisah dan
dikirimkan ke unit 24 dan off gas dikirim ke Amine Treatment (unit 23). Selain
itu, jika terdapat fraksi minyak yang berasal dari Stripper (21-C-101) yang
terikut, maka akan dimasukkan kembali kedalam stripper.
LCO keluaran Stripper (21-C-101) dinaikkan temperaturnya dengan
bantuan Fractionator Charge Heater (21-F-102) dari temperatur 196oC
menjadi 272oC. Kemudian LCO ini difraksinasi di dalam Fractionator (21-C102) menggunakan pemanas steam. Produk atas yang dihasilkan adalah wild
naphta yang akan dialirkan ke CDU sedangkan produk bawahnya adalah
LCO. LCO ini dikondensasikan kemudian dialirkan ke Coaleser (21-S-101)
yang berfungsi untuk memisahkan air sisa kondesasi yang ikut terbawa oleh
gas oil. Selanjutnya gas oil dikeringkan di dalam Dryer (14-V-108) dan
dialirkan ke tangki penyimpanan. Produk yang dihasilkan LCO-HTU berupa
off gas, wild naphta, dan treated kerosene.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

94

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

95

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

96

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 29. Diagram Alir Proses Light Cycle Hydrotreating Unit


2.5 Residue Catalytic Complex Unit (RCCU).
Kelompok RCC terdiri dari dua kelompok unit besar yaitu Residue Catalytic
Cracker (RCC) dan Light End Unit (LEU). RCC merupakan suatu kompleks unit
yang dibangun dengan tujuan mengolah residue yang memiliki nilai jual rendah,
sehingga didapatkan produk akhir yang bernilai jual lebih tinggi dengan cara
perengkahan menggunakan katalis pada temperatur yang tinggi.
2.5.1 Residue Catalytic Cracker (RCC).
Residue Catalytic Cracker (RCC) berfungsi sebagai kilang minyak tingkat
lanjut (secondary processing) untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan
reisdu yang merupakan campiran dari DMAR dan AR dengan metode perengkahan
menggunakan katalis. RCC dirancang untuk mengolah DMAR yang berasal dari
unit AHU dengan desain 53.000 BPSD.
Reduced crude sebagai umpan RCC adalah campuran dari parafin, olefin,
naphta dan aromatik yang sangat kompleks yang terdiri dari rangkaian fraksi mulai
dari gasoline dalam jumlah kecil sampai fraksi berat dengan jumlah atom C
panjang.
Didalam RCC terdapat reaktor, regenerator, catalyst condenser, main air
blower, cyclone, catalyst steam dan CO boiler. Unit ini berkaitan erat dengan
Unsaturated Gas Plant unit yang akan mengelola produk puncak main column
RCC unit menjadi stabilized gasoline, LPG dan non-condensable lean gas. Produkproduk yang dihasilkan antara lain Liquified Petroleum Gas (LPG), gasoline dari
fraksi naphta, Light Cycle Oil (LCO) dan Decant Oil (DO). Produk bawah DCO
dijual ke Jepang, dimanfaatkan untuk Independent Power Plant untuk pembangkit
listrik dan digunakan untuk carbon black. Produk lainnya dikirim ke LEU untuk
diolah lebih lanjut.
Reaksi yang terjadi di unit ini adalah reaksi cracking (secara katalis dan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

97

BAB II DESKRIPSI PROSES

termal). Thermal cracking terjadi melalui pembentukan radikal bebas, sedangkan


catalytic cracking melalui pembentukan ion carbonium tersier. Reaksi cracking
merupakan reaksi eksotermis. Katalis yang digunakan yang digunakan terdiri atas
zeoilt, silica dan lain-lain. Salah satu fungsi bagian asam dari katalis adalah untuk
memecah molekul yang besar.
Persamaan reaksi cracking antara lain:
Parafin terengkah menjadi olefin dan parafin yang lebih kecil:
CnH2n+2 mCH2m + CpH2p+2
Parafin

Olefin Parafin

Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil:


CnH2n CmH2m + CpH2p
Olefin

Olefin

Olefin

Perengkahan rantai samping aromatik:


Aromatik CnH2n-1 AromatikH2m-1 + C mHC2m+2
Naphthane (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin:
Cyclo-CnH2n CyclomH2m ++Cp HC2p
Olefin

Olefin

Jika sikloparafin mengandung sikloheksane:


Cyclo-CnH2n 6CH12 + CmH2m + CpH2p
Sikloheksana

Olefin Olefin

Langkah Proses:
Umpan untuk RCC unit disebut raw oil atau biasa disebut reduced crude.
Raw oil berasal dari campuran Treated Atmospheric Residue (DMAR) dan Untreated
Atmospheric Residue (AR) yang berasal dari unit AHU, CDU dan storage. Campuran
tersebut dicampur di Feed Surge Drum (15-V-105) dengan syarat tertentu.
Selanjutnya feed dibagi menjadi tiga aliran, aliran pertama digunakan sebagai torch
oil, aliran kedua dialirkan ke main column (15-C-101) dan aliran ketiga dilewatkan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

98

BAB II DESKRIPSI PROSES

heat exchanger (16-E-101 dan 16-E-106) untuk dipanaskan. Kandungan logam Ni, V
dan MCR pada umpan harus dijaga karena logam-logam tersebut akan menjadi racun
dan merusak katalis RCC.
Sebelum mencapai riser, raw oil panas di-atomize (dikabutkan) oleh steam
berdasarkan perbedaan tekanan dan masuk ke dalam reaktor dengan metode tip and
plug. Pada reaksi ini diperlukan katalis. Katalis yang digunakan terdiri atas zeolit,
silika dan zat lain. Pengontakkan katalis dengan feed dilakukan dengan cara
mengangkat regenerated catalyst dari regenerator ke riser menggunakan lift steam
dan lift gas dari off gas hasil Gas Concentration Unit. Katalis kemudian kontak
dengan minyak dan mempercepat reaksi cracking, selain itu katalis juga memberikan
panas pada hidrokarbon (raw oil) sehingga lebih membantu mempercepat reaksi
cracking yang terjadi. Katalis dan hidrokarbon naik kebagian atas riser karena
kecepatan lift steam dan lift gas yang sangat tinggi. Aliran katalis ke riser ini diatur
untuk menjaga suhu reaktor.

Gambar 30. Diagram Blok Sederhana Residue Catalytic Cracker Unit


Setelah reaksi terjadi dibagian atas riser (reaktor) maka katalis harus
dipisahkan dari hidrokarbon untuk mengurangi terjadinya secondary cracking
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

99

BAB II DESKRIPSI PROSES

sehingga rantai hidrokarbonnya menjadi lebih kecil dan akhirnya membentuk coke.
Pada bagian atas sebagian besar katalis akan terpisah dari atomized hydrocarbon dan
jatuh ke seksi stripping, selain itu katalis juga dipisahkan pada cyclone dekat reaktor
dengan memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga katalis terpisah dari atomized
hydrocarbon berdasarkan perbedaan densitasnya dan jatuh ke seksi stripping. Steam
diinjeksikan ke stripping untuk mengambil hidrokarbon yang masih menempel pada
permukaan spent catalyst. Atomized hydrocarbon yang terkumpul di Plenum
Chamber keluar dari top riser mengalir ke main column (15-C-101) pada seksi
fraksinasi.
Regenerator dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah.
Dari stripping, spent catalyst turun ke regenerator ( 15-R-101) pada bagian upper
generator. Spent catalyst diregenerasikan dengan membakar coke yang menempel
dengan mengalirkan udara pada katalis. Coke terjadi akibat reaksi cracking dan tidak
bisa diambil oleh steam pada stripping sehingga mengurangi aktivitas katalis. Pada
bagian upper generator terjadi partial combution dimana coke akan dibakar menjadi
CO. Coke yang dibakar hanya 80%. Sedangkan pada bagian lower generator terjadi
total combustion, dimana semua sisa coke dibakar menjadi CO2.
Gas CO dari upper regenerator ini tidak langsung dibuang karena dapat
mencemari lingkungan, tetapi dibakar terlebih dahulu pada CO boiler menjadi CO2.
Hal ini dilakukan dengan melewatkan fuel gas yang menganding CO tersebut ke
dalam cyclone terlebih dahulu untuk mengambil partikel katalis yang terikut.
Tekanan fuel gas yang keluar dikurangi dengan memanfaatkan panas hasil
pembakaran CO menjadi CO2 dalam CO boiler untuk memproduksi steam tekanan
tinggi. Setelah dibakar di upper regenerator, katalis dialirkan ke lower generator.
Aliran katalis ini diatur untuk mengontrol level lower regenerator, temperatur lower
regenerator slide valve dan catalyst cooler slide valve. Kelebihan udara dalam lower
regenerator digunakan untuk membakar coke yang tersisa dan diarahkan
pembakarannya menjadi CO2. Katalis panas dari lower generator dialirkan ke riser
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

100

BAB II DESKRIPSI PROSES

melalui regenerated slide valve untuk kembali beroperasi, tetapi sebelumnya


didinginkan dengan catalyst cooler terlebih dahulu. Catalyst cooler (15-V-501)
mengambil kelebihan panas dari regenerator oleh boiler feed water (BFW) dan
diubah menjadi steam.
Atomized hydrocarbon hasil reaksi cracking dialirkan dari reaktor ke main
column (16-C-101) untuk dipisahkan menjadi Decant Oil/Slurry Oil (DCO), Heavy
Cycle Oil (HCO), Light Cycle Oil (LCO), naphta, unstabilized gasoline dan wet gas.
Atomized hydrocarbon masuk ke bottom kolom dan didinginkan sebelum pemisahan
terjadi. Pendinginan ini dilakukan dengan sirkulasi sebagian DCO dari bottom kolom
yang melalui steam generator (15-E-104) dan beberapa heat exchanger. Sirkulasi
DCO dingin dikembalikan ke kolom sebagai refluks. Sebagian DCO masuk ke
stripper untuk dipisahkan dari fase gasnya, kemudian melalui beberapa exchanger
untuk memanaskan feed dan masuk ke tangki produk.
Dari seksi DCO terjadi penguapan/fraksinasi pertama, yaitu seksi HCO. HCO
tidak diambil dan hanya digunakan sebagai refluks pendingin. Pengatur penguapan
dan pemanas untuk raw oil preheater dan debutanizer reboiler didalam gas
concentration section. HCO digunakan untuk menjaga temperatur kolom bagian
bawah tempat masuknya feed yang panas agar tetap dibawah 350C sehingga
mencegah terbentuknya coke. Net HCO kadang-kadang diambil untuk bahan bakar
pada torch oil.
Dari seksi HCO, penguapan terus terjadi dan masuk ke seksi LCO. Sebagian
produk LCO dikirim ke sponge absorber dalam Unsaturated Gas Concentration Unit
(Unit 16). LCO akan mengabsorp C3, C4 dan beberapa C5 dan C6 yang terikut dari
material sponge gas dan dikembalikan ke main column (15-C-103) untuk mengatur
flash point. Sebelum LCO masuk ke storage atau diolah berikutnya di unit 21,
panasnya digunakan untuk raw charge preheater, gas concentration unit dan stripper
reboiler debutanizer.
Produk atas main column lainnya adalah heavy naphta. Heavy naphta tidak
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

101

BAB II DESKRIPSI PROSES

diambil menjadi produk sama halnya dengan HCO. Sirkulasi naphta digunakan
dalam preheater umpan atau peralatan penukar panas lain sebelum kembali ke kolom
sebagai refluks. Sebelum kembali ke kolom, heavy naphta ditambahkan wild naphta
yang akan dihasilkan RCC pada seksi teratas kolom. Light gas dan naphta teruapkan
melalui top column dan melewati overhead condenser untuk dikondensasikan dan
dipisahkan dalam (15-V-106) menjadi fraksi air, fraksi minyak dan fraksi gas. Fraksi
minyak dikirim kembali ke main column sebagai refluks, dikembalikan ke riser dan
dikirim ke Gas Concentration Unit (16-E-103) untuk diproses lebih lanjut. Fraksi air
dikirim ke unit SWS dan fraksi gas dikirim ke Wet Gas (16-V-106) atau dibakar di
flare.
Gambar 31. Diagram Alir Proses Residue Catalytic Cracker Unit

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

102

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.5.2

Lig
ht

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

103

BAB II DESKRIPSI PROSES

End Unit (LEU)


Unit LEU (Light End Unit) ini terdiri atas beberapa unit yaitu Unsaturated
Gas Plant (Unit 16), LPG Treatment (Unit 17), Gasoline Treatment Unit (Unit 18),
Propylene Recovery Unit (Unit 19) dan Catalytic Condensation Unit (Unit 20).
Berkut ini adalah penjelasan untuk masing-masing unit proses.
2.5.2.1 Unsaturated Gas Plant (Unit 16)
Unit 16 Unsaturated gas Concentration merupakan unit proses lanjutan
dari residue catalytic cracking unit yang berfungsi untuk memisahkan produk atas
main column RCC (15-C-101) menjadi LPG, stabilized gasoline, dan noncondensable lean gas yang sebagian akan dipakai sebagai lift gas sebelum
ditreating di unit 23 (amine treatment) sebagai offgas.
Unit yang dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) ini memiliki
kapasitas 83.000 BPSD Atmospheric Residue. Untuk menghasilkan Sweetened
fuel gas yang dikirim ke Refinery Fuel Gas System untuk diproses lebih lanjut.
Unit ini juga mengahasilkan untreated LPG yang akan diproses lebih lanjut di
LPG Treatment Unit (Unit 17) dan gasoline yang akan diproses lebih lanjut di
gasoline Treatment Unit (Unit 18).
Langkah Proses :
Proses awal dimulai dengan memasukkan feed berupa top product dari
RCU ke dalam High Pressure (HP) Receiver (15-V-106). Pemisahan pada alat ini
menggunakan prinsip kompresi sehingga dihasilkan hidrokarbon fraksi ringan
(condensable) dan hidrokarbon fraksi berat (non condensable). Berikut ini adalah
diagram alir sederhana dari unit unsaturated gas concentration.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

104

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 32. Diagram blok sederhana Unsaturated Gas Plant


Hidrokarbon fraksi berat akan dikirim ke primary absorber (16-C-101).
Sementara itu, untuk fraksi ringan hidrokarbon fraksi ringan akan dialirkan ke
vessel (16-V-101) untuk menghilangkan kandungan air yang ada di dalam aliran
gas sebelum memasuki Wet Gas Compressor (WGC).
WGC pada unit ini terdiri dari 2 stage, yaitu (16-K-101) dan (16-K102). Diantara kedua WGC ini terdapat vessel (16-V-102) dan intercooler. Vessel
(16-V-102) berfungsi untuk memisahkan gas yang terkondensasi sedangkan
intercooler berfungsi untuk menjaga temperatur operasi WGC. Selanjutnya
hidrokarbon fraksi ringan di lewatkan ke heat exchanger (16-E-102) dan dialirkan
ke vessel (16-V-104). Pada (16-V-104), top product yang berupa off gas dialirkan
ke primary absorber (16-C-101) sedangkan bottom product yang berupa
hidrokarbon fraksi berat yang masih terbawa dilewatkan ke heat exchanger (16-E108) dan dimasukkan ke stipper (16-C-103). Pada stripper ini akan dipisahkan
hidrokarbon fraksi ringan (C1 dan C2) dengan hidrokarbon fraksi berat (C3-C7).
Top product dari stripper yang berupa fraksi ringan dialirkan kembali
ke (16-V-104). Sementara itu, bottom productnya yang berupa hidrokarbon C3-C7
dialirkan ke debutanizer (16-C-104). Pada debutanizer ini, C3 dan C4 dipisahkan
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

105

BAB II DESKRIPSI PROSES

dari nafta (C5-C7) dan dimasukkan ke dalam vessel (16-V-106).pada 16-V-106 gas
yang masih mengandung hidrokarbon C5 dikembalikan ke dalam debutanizer,
sedangkan gas C3 dan C4 nya langsung dialirkan ke unit proses LPG Treatment
(unit 17). Sementara itu, bottom product dari debutanizer yang merupakan
hidrokarbon C5-C7 dilewatkan di heat exchanger (16-E-108) san dipisahkan antara
produk akhirnya yang berupa nafta dengan off gas yang terikut didalamnya. Nafta
akan dialirkan ke unit Gasoline Treatment (unit 18), sedangkan off gas nya akan
dialirkan ke primary absorber (16-C-101).
Off gas yang dialirkan ke 16-C-101 akan dipisahkan dari fraksi C 3dan
C4. Fraksi C3 dan C4 ini diabsorbsi dengan nafta yang keluar dari 15-V-106
kemudian dikembalikan ke vessel (16-V-104). Sementara itu, sisa off gas sebagai
top product 16-C-101 akan dialirkan ke sponge absorber (16-C-102) di absorbsi
hidrokarbon fraksi beratnya (>C5) dengan light cycle oil (LCO). Top product dari
sponge absorber yang berupa off gas dimasukkan ke vessel (16-V-105) sedangkan
bottom product yang berupa hidrokarbon fraksi berat dialirkan ke RCU (unit 15).
Pada vessel 16-V-105, off gas dipisahkan dri LCO kemudian dialirkan ke Amine
Absorber (16-C-105) yang berfungsi untuk menyerap hidrogen sulfida (H 2S) yang
terkandung pada off gas. Treated off gas akan digunakan di Fuel System.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

106

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

107

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 33. Diagram Alir Proses Unsaturated Gas Concentration Plant


2.5.2.2 LPG Treatment (Unit 17)
Unit LPG Treatment merupakan unit yang dirancang untuk
memurnikan LPG yang berasal dari unit proses Unsaturated Gas Plant (unit
16) dengan menyingkirkan pengotor yang terkandung didalamnya. Pengotor
yang terdapat didalam LPG tersebut yaitu 30 ppm hidrogen sulfida (H2S)
serta 65 ppm merkaptan (RSH). Penyingkiran pengotor dilakukan dengan
mekanisme reactive extraction menggunakan bantuan kaustik. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
H2S + 2NaOHS+ H 2 O Na
2Na2S + 2O2 + H2O 2 SONa3+ 2NaOH
RSH + NaOH 2O NaSR + H
2NaSR + H2O + O2 RSSR + 2NaOH
Batas maksimum pengotor yang diperbolehkan keluar dari unit ini
adalah 10 ppm H2S, 5 ppm sulfur, dan 0,5 ppm Na +. Produk yang dihasilkan
unit ini yaitu treated mixed LPG untuk selanjutnya dikirim ke Propylene
Recovery Unit (unit 19). Kapasitas dari unit proses LPG Treatment ialah
sebesar 22.500 BPSD.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

108

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 34. Diagram Blok Sederhana LPG Treatment


Langkah Proses :
Feed berupa produk atas debutanizer (untreated LPG) dari unit 16
dimasukkan ke Strainer (17-S-101 A/B) untuk dipisahkan dari solid yang
ukurannya lebih besar dari 150 mikron. Selanjutnya LPG yang sudah bebas
solid dimasukkan ke dalam Separator (17-V-101) yang dilengkapi dengan
Fiber Film Contactor (17-A-202) untuk dihilangkan H2S-nya. LPG
dikontakkan dengan kaustik, kemudian H2S dihilangkan dengan mekanisme
reactive extraction. Reaksi yang terjadi adalah (i) dan (ii). Produk bawah dari
separator ini berupa spent caustic yang telah menyerap H2S sedangkan
produk atasnya berupa LPG yang bebas H2S.
LPG yang keluar dari (17-V-101) dialirkan ke separator kedua dan
ketiga (17-V-102 dan 17-V-103). Pada kedua separator ini kandungan
merkaptan disingkirkan dengan menggunakan bantuan kaustik. Prinsip
alatnya sama seperti (17-V-101), yaitu dengan mengontakkan kaustik dengan
LPG di Fiber Film Contactor (17-A-202 dan 17-A-203). Reaksi yang terjadi
adalah (iii).
Mercaptide caustic dari kedua separator ini akan diregenerasi di
Oxidation Tower (17-V-105). Mercaptide (RSNa) dioksidasi menjadi disulfida
(DSO) kemudian dihilangkan dari kaustik menggunakan solvent yang
berupa gasoline di dalam
Separator (17-V-106) yang dilengkapi dengan Fiber Film Contactor
(17-A-209). LPG yang telah bebas merkaptan dan hidrogen sulfida
dimasukkan ke dalam Vessel (17-V-104). Pada vessel ini terjadi proses
aquafining, yaitu proses pencucian kaustik yang terikut pada LPG dengan
bantuan air. Pada akhirnya, akan didapatkan treated
LPG yang akan digunakan sebagai feed pada Propylene Recovery
Unit (Unit 19). Produk yang dihasilkan oleh LPG Treatment berupa treated
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

109

BAB II DESKRIPSI PROSES

RCC LPG, fuel gas, spent solvent, dan spent water.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

110

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

111

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 35. Diagram Alir Proses LPG Treatment


2.5.2.3 Gasoline Treatment (Unit 18)
Unit proses Gasoline Treatment (Unit 18) berfungsi untuk
mengolah ulang produk nafta dengan cara mengurangi kadar hidrogen
sulfida (H2S) dan merkaptan (RSH) dalam untreated naphtha.
Pengurangan kadar H2S dan merkaptan bertujuan untuk memenuhi
standar kualitas nafta sebagai blending component pada pembuatan
produk premium. Penyingkiran pengotor dilakukan dengan mekanisme
reactive extraction menggunakan bantuan kaustik. Reaksi yang terjadi
pada proses ini adalah :
2NaSR + H2O + O2 RSSR + 2NaOH
2RSH + O2 RSSR2O + H
2NaOH + H2S 2S + HNa2O
2Na2S + 2O2 + H2O 2SO3 Na+2NaOH
Unit 18 ini dirancang untuk mengolah feed berupa nafta yang
berasal dari bottom product kolom debutanizer dari unit 16. Kapasitas
unit ini adalah 47.500 BPSD.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

112

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 36. Diagram Blok Sederhana Gasoline Treatment


Langkah Proses:
Feed berupa untreated naphta dimasukkan ke dalam Strainer
(18-S-101) untuk disaring dari partikel-partikel padat yang berukuran
150 mikron. Aliran feed yang telah bebas dari solid dialirkan ke
Separator (18-V-101 dan 18-V-102). Sebelum dimasukkan ke dalam
separator, aliran feed dibagi dua dan diinjeksikan udara tambahan untuk
oksidasi.
Seperti pada unit 17, feed yang masuk ke separator dikontakkan
dengan kaustik pada Fiber Film Contactor (18-A-201 dan 18-A-204)
untuk memisahkan H2S dan merkaptan dari nafta. Selanjutnya, dalam
separator dipisahkan treated naphta dan kaustiknya. Treated naphta
yang keluar dari separator dialirkan ke storage, sedangkan kaustiknya
dialirkan ke tangki penampungan kaustik dan sebanyak 20% volume
disirkulasikan kembali ke dalam fiber film contactor. Produk yang
dihasilkan Gasoline Treatment Unit berupa treated gasoline, fresh
solvent, dan fresh water.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

113

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

114

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 37. Diagram Alir Proses Gasoline Treatment


2.5.2.4. Propylene Recovery Unit (Unit 19)
Propylene Recovery Unit (Unit 19) merupakan unit proses lanjutan dari
LPG Treating Unit yang dirancang dengan maksud untuk memisahkan
campuran propan (propane dan propylene) dan campuran butan (butane dan
butane) supaya dihasilkan propylene dengan kemurnian yang tinggi (min.
99,6%) yang dapat dipakai sebagai bahan baku untuk pembuatan di Propylene
Unit.
Produk yang dihasilkan yaitu Propylene dengan kapasitas terpasang
7150 BPSD, Propana, dan campuran Butana. Proses yang digunakan adalah
Selective Hydrogenation Process (SHP) dengan reaktor Huels.
Langkah Proses :
Umpan untuk PRU berasal dari LPG Treatment Unit dengan kapasitas
82,776 ton/jam yang telah diolah pada Unit Gas Concentration, dipompakan ke
C3/C4 splitter (19-C-101) untuk memisahkan campuran C3 pada bagian atas dari
campuran C4 pada bagian bawah. Uap yang terbentuk di bagian overhead
masuk ke C3/C4 Spiltter Condenser, sedangkan kondensat yang terbentuk
masuk ke C3/C4 Spiltter Recevier. Sebagian campuran C3 direfluks ke C3/C4
Splitter dan sebagian lagi dikirim ke solvent settler.
Pada Solvent Settler, campuran C3 dihilangkan kandungan sulfurnya.
Air di Water Boot dikirim ke Water Degassing Drum, selanjutnya ke unit Sour
Water Splitter (unit 24). Campuran C4 yang terbentuk di bottom C3/C4 Spiltter
sebagian dipanaskan di C3/C4 Splitter Reboiler dan sebagian lagi dikirim ke unit
Catalytic Condensation (unit 20). Jika campuran C4 masih tersisa, maka dikirim
ke tangki penampungan. Proses unit ini dirancang oleh UOP (Universal Oil
Product).
Dari Solvent Settler, campuran C3 dikirim ke Wash Water Column untuk
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

115

BAB II DESKRIPSI PROSES

dikontakkan dengan larutan fosfat dari arah berlawanan (counter current).


Produk atas kolom ini dipisahkan dari airnya pada sand filter, sedangkan
produk bottom sebagian di-recycle dan sebagian lagi di tampung di water
degassing drum untuk kemudian dikirim ke unit 24. Campuran C 3 dari sand
filter dikeringkan di C3 Feed Driers. Keluaran Feed Driers tersebut diperiksa
kadar moisture-nya untuk keperluan regenerasi drier, campuran C3 ini
kemudian dipisahkan pada C3 Splitter.

Gambar 38. Diagram Blok Sederhana Propylene Recovery Unit


Uap propylene terbentuk di bagian atas overhead dan propane di
bottom. Propane dikirm ke tangki penampungan, sedangkan sebagian
propylene di refluks dan sebagian dikompresikan untuk memanaskan propana di
C3 Splitter Flash Drum. Propylene yang terbentuk dipisahkan kandungan COSnya di COS Removal dan dipisahkan dari logam menggunakan metal treater.
Dari metal treater, propylene dimasukkan ke reaktor SHP untuk
mengubah kandungan diane dan acetylene yang ada menjadi mono olefin
guna memenuhi persyaratan produksi. Propylene keluaran reaktor didinginkan
dan dikirim ke tangki penampungan dengan dilengkapi analisa kandungan
propane.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

116

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 39. Diagram Alir Proses Propylene Recovery Unit


Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

117

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.5.2.5 Catalytic Condensation Unit (Unit 20)


Unit ini berfungsi untuk mengolah campuran butan atau butilen dari
Unit 19 menjadi polygasoline dengan berat molekul yang tinggi menggunakan
bantuan katalis Solid Phosporus Acid (SPA) untuk reaksi alkilasi dan
polimerisasinya. dimana produk polygasoline ini dibentuk dari campuran
senyawa-senyawa C4 tak jenuh (butilen) dan butan dari RCC Complex dengan
proses UOP. Reaksi polimerisasi yang berlanjut akan membentuk heavy
carbonated material yang akan menempel dan menumpuk pada katalis
sehingga akan menurunkan keaktifan katalis, sehingga katalis harus diganti
secara periodik ( 3 bulan sekali). Kapasitas dari unit ini sebesar 13.000
BPSD. Reaksinya:
CH3CH3
CH3-C=CH2

+ CH3-CH-CH3

CH3

CH3

CH3-C-CH2-CH-CH3

+ panas

CH3

(isobutilen)
(isobutan)
(isooktan/polygasoline)
Selain polygasoline, didapatkan juga produk samping berupa butane.
Langkah Proses:
Proses dimulai dengan dimasukkannya feed mixed C4 yang berasal
dari PRU ke dalam Wash Water Column (20-C-101) dan dikontakkan dengan
air untuk menghilangkan kandungan amine, ammonia, dan kaustiknya. Di
dalam aliran air diinjeksikan asam fosfat untuk dihilangkan basic nitrogennya
sehingga tidak bereaksi dengan katalis. Mixed C4 kemudian dialirkan ke Feed
Surge Drum (20-V-101) untuk memisahkan larutan fosfatnya.
Selanjutnya, mixed C4 dialirkan ke Reaktor (20-R-101 A/B/C) yang
merupakan tiga buah reaktor paralel. Sebelum dimasukkan ke reaktor, feed
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

118

BAB II DESKRIPSI PROSES

diinjeksikan air terlebih dahulu untuk mencegah dehidrasi katalis. Pada


reaktor terdapat 5 bed yang didalamnya terjadi reaksi isomerisasi dan alkilasi
dengan bantuan katalis. Sebagai pengatur temperatur di dalam unggun-unggun
di dalam reaktor, diinjeksikan recycle quench melalui samping reaktor
diantara dua unggun.
Selanjutnya,

keluaran

reaktor

disaring

kotorannya

dengan

menggunakan Reactor Filter (20-S-102) karena dapat menyebabkan


kebuntuan pada peralatan lain serta korosi karena katalis yang terikut bersifat
asam. Dari (20-S-102), aliran dilanjutkan ke Flash Rectifier (20-C-102). Di
dalam rectifier ini, mixed C4 dipisahkan antara bottom product-nya, berupa
saturated LPG, polygasoline, dan unreacted feed, dan top product-nya yang
berupa uap butilen dan butan. Top product-nya dialirkan ke Rectifier Receiver
(20-V-102) untuk dijadikan kondensat dan dikembalikan ke (20-C-102).
Sementara itu, bottom product dari rectifier dialirkan ke Stabilizer (20C-103) untuk dipisahkan secara distilasi bertekanan sehingga menghasilkan
uap butan yang keluar dari bagian atas stabilizer. Uap butan ini dikondensasi
dan dialirkan ke Stabilizer Receiver (20-V-103). Selanjutnya, aliran butan
dimasukkan ke dalam Caustic Wash (20-V-106) untuk dibersihkan dari
senyawa sulfur. Kemudian butan dimasukkan ke Sand Filter (20-S-101) untuk
menghilangkan sisa air yang terikut dan dikirim ke tangki penampungan.
Bottom product dari stabilizer yang berupa polygasoline akan dikirimkan ke
tangki penampungan. Produk yang dihasilkan CCU berupa polymer gasoline,
butane, wash water effluent, dan water ke PRU.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

119

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 40. Diagram Blok Sederhana Catalytic Condensation Unit.


1. Seksi Reaktor
UOP catalytic merupakan salah satu unit yang dirancang UOP untuk
memproses Unsaturated Mixed Butan dari unit-unit RCC complex. Feed
campuran butane/butilene dari Propylene Recovery Unit masuk ke wash
water column untuk dicuci dengan larutan fosfat secara counter current untuk
memudahkan reaksi (katalis) dan menghilangkan kotoran. Wash water
sebagian disirkulasi dan sisanya dibuang. Campuran butana bersama aliran
rectifier dipompakan ke tiga reaktor yang dipasang secara paralel. Pada
reaktor terjadi reaksi isomerisasi (membentuk isobutan dan isobutilen) dan
alkilasi
2. Seksi Rectification
Hasil reaktor disaring oleh filter untuk mencegah katalis padat terikut
dalam produk. Effluent-nya masuk ke flash rectifier. Di dalam rectifier ini,
effluent dipisahkan dengan cara penguapan menghasilkan saturated LPG,
polygasoline, dan unreactedfeedsebagai hasil bawah. Sedangkan hasil atasnya
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

120

BAB II DESKRIPSI PROSES

berupa uap butilen dan butan yang dialirkan ke rectifier receiver untuk
dijadikan kondensat seluruhnya. Kondensat yang terbentuk sebagian
dikembalikan ke flash rectifier sebagai refluks dan sebagian sebagai produk
recycle untuk kembali direaksikan pada reaktor. Hasil bawah flash rectifier
masuk ke stabilizer.
3. Seksi Stabilizer
Umpan masuk ke tray 16 dari 30 tray, dimana pada seksi ini terjadi
pemisahan secara distilasi. Hasil atas berupa LPG butana kemudian masuk ke
stabilizer receiver dan dihilangkan airnya dengan water boot. Kondensat yang
ada sebagian dikembalikan ke stabilizer dan sebagian dialirkan ke caustic
wash (untuk menyerap senyawa sulfur) kemudian dialirkan ke sand filter
(untuk menyaring padatan natrium) dan selanjutnya dimasukkan ke storage.
Produk bawahnya berupa polygasoline didinginkan sebelum masuk ke tangki
penyimpanan.

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

121

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

122

BAB II DESKRIPSI PROSES

Gambar 41. Diagram Alir Proses Catalytic Condensation Unit.


2.6 RCC Off Gas to Prophylene Product (ROPP).
ROPP merupakan unit baru di RU VI, Balongan. Unit ini dibangun setelah
melewati berbagai pertimbangan mengenai naiknya nilai jual propilen yang masih
dapat di ambil dan diolah. Proses produksi propilen melalui beberapa langkah yang
secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
2.6.1

Low Pressure Unit (LPR).

1) RCC Off Gas Treatment.


RCC Off Gas mengandung senyawa oksigen, gas asam, dan berbagai
zat pencemar lainnya. Off Gas yang berasal dari kilang existing pertama kali
akan dibersihkan di unit LPR, kemudian Off Gas diolah di Amine/Water Wash
Column untuk menghilangkan gas asam yang terkandung di dalam Off Gas
dengan menggunakan pelarut alkaline. Gas asam yang terkandung di dalam
Off Gas adalah H2S, Disulfida (CS2), HCN, HCl, COS, merkaptans (Methyl
dan Ethyl), Nitrogen Oksida (NOx) dan SOx. Spent Amine (amine yang sudah
jenuh) kemudian dikirim ke Amine Regeneration Package Unit untuk di
regenerasi. Pelarut Alkaline Amine telah dipakai secara luas di berbagai
industri, terutama di industri Petrokimia dan kilang pengolahan minyak dan
gas. Pelarut ini dipakai untuk menyerap zat-zat pengotor yang terbawa di
dalam aliran gas, diantaranya gas CO, CO2, dan H2S. Pelarut alkali amine
yang kita kenal antara lain MEA, DEA, MDEA, DIPA, dan lain-lain. Masingmasing pelarut ini mempunyai daya larut serta selektivitas yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Pada proyek RCC Off Gas Recovery ini, pelarut alkaline
amine yang akan digunakan adalah Diethanol Amine (DEA). Penyerapan zatzat pengotor seperti CO, CO2 dan H2S terjadi dikolom Amine/ Water Wash
Column.
Larutan DEA dapat terdegradasi akibat reaksi irreversible dengan zatzat pengotor yang terdapat dalam umpan gas, khususnya O2, hidrokarbon,
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

123

BAB II DESKRIPSI PROSES

CO2, dan COS. Proses degradasi amine berbanding lurus dengan kenaikan
suhu, untuk itu suhu Amine/ Water Wash Column sangat penting untuk
diperhatikan. Untuk memonitor laju degradasi serta kapasitas penyerapan gas
asam dari larutan DEA, maka harus dilakukan analisa secara berkala dari
sirkulasi amine. Apabila kualitas larutan amine di bawah target operasinya,
maka perlu dilakukan penambahan larutan DEA, sehingga kemampuan kerja
kolom Amine/Water Wash dapat dijaga pada kondisi yang optimal. Off Gas
yang sudah diolah di Amine/Water Wash dipanaskan dan kemudian dikirim ke
Impurity Adsorber untuk diambil kandugnan arsen dan phospine yang dapat
meracuni katalis. Gas yang keluar dari Impurity Adsorber akan dipanaskan
dan dialirkan ke Oxygen Converter. Didalam Oxygen Converter, oksigen akan
beraksi dengan hidrogen didalam Off Gas membentuk air. Kontaminan lain
yang terkandung di dalam Off Gas, akan direaksikan sebagai berikut:
Nitride dan nitrile akan dikonversi menjadi NOx, COS, H2S dan DMDS.
Sisa H2S yang masih terkandung di dalam Off Gas direaksikan dengan O2
menjadi elemen sulfur.
Acetylene dikonversi menjadi ethane.
Ethylene dihidrogenasi menjadi ethane.
C2 acetylene akan di konversi menjadi ethane, methylacetylene,
propadiene, dan sebagian lagi akan dikonversi menjadi propylene.
Kemudian butadiene dikonversi menjadi butane.
Mekanisme pemisahan senyawa sulfur yang terkandung di dalam RCC
Off Gas adalah sebagai berikut:
H2S yang terkandung didalam Off Gas akan diserap di Unit Amine
Treatment, dalam proses ini akan menggunakan pelarut amine yang salah
satunya adalah DEA dimana fungsi pelarut ini adalah untuk menyerap zat-zat
pengotor yang ada di dalam Off Gas. Gas yang dikeluarkan dari Oxygen
Converter kemudian didinginkan dan diolah lebih lanjut di Caustic/Water
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

124

BAB II DESKRIPSI PROSES

Wash Column. Kolom ini dirancang dengan 2 packed Bed yang terdiri dari
Spent Caustic dan Wash Water. Wash Water dan Spent Caustic dikirim ke
Sour Water Stripper Unit dan Spent Caustic Neutralization Unit.
Off Gas yang keluar dari kolom ini kemudian didinginkan dan
dialirkan ke Dryer Feed Gas KO Drum, yang dirancang untuk menghilangkan
kandungan air, merkaptan, senyawa nitrogen, CO2, H2S, dan COS.
Selanjutnya Off Gas dialirkan ke Mercury Adsorber untuk menghilangkan
mercury yang kemungkinan ada didalam Off Gas. Senyawa merkaptan di
Sour Water Stripper Unit akan diproses lagi menjadi H2S dan Ammonia. H2S
yang terbentuk di dalam unit SWS adalah dalam bentuk padat dan gas.
Senyawa H2S dalam bentuk gas selanjutnya dialirkan ke Sulphur Plant.
2) Off Gas Chilling and Demethanaizer.
RCC Off Gas yang sudah dihilangkan kandungan impuritasnya
kemudian didinginkan dan dicampur dengan ethylene rich vent dari kolom
OCU Deethylenizer dan dialirkan ke kolom Demethanizer. Didalam kolom ini
akan terjadi fraksinasi yang didasarkan apda prinsip absorpsi, dimana ethylene
yang terkandung dalam RCC Off Gas akan diserap oleh cairan pencuci yang
terdiri dari hidrokarbon C2+ (Senyawa ehane yang lebih berat berat
molekulnya). Cairan C2+ yang keluar dari dasar kolom Front-End
Deethylenizer didinginkan dan digunakan sebagai cairan pencuci di
Demethanizer. Cairan C2+ akan menyerap ethylene dari treated RCC Off Gas,
produk atas kolom Demethanizer mengandung methane dan senyawa yang
lebih ringan digabung dengan produk atas kolom Deethanizer kemudian
dialirkan ke Regeneration Unit dan Fuel Gas System. Proses selanjutnya
adalah produk bawah kolom Demethanizer dipompakan dan dialirkan ke
Front-End Deethylenizer.
3) Front End Deethylenizer.
Produk bawah demethanizer column dialirkan ke Front-End
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

125

BAB II DESKRIPSI PROSES

Deethylenizer kemudian dipanaskan dengan Front-End Deethylenizer


reboiler. Produk atas kolom Front-End deethylenizer yang mengandung
ethylene kemudian dialirkan ke Olefin Convertion Unit (OCU). Produk
bawah kolom Fron-End Deethylenizer yang mengandung ethane dan
komponen yang lebih berat dibagi menjadi 2 aliran, satu bagian sebagai cairan
pencuci ke kolom demethanizer, sedangkan sisanya dialirkan ke kolom
deethanizer.
4) Deethanizer.
Produk atas kolom deethanizer yang mengandung ethane digabung
dengan produk atas kolom demethanizer untuk dialirkan ke Regeneration
Unit/Fuel Gas System. Produk bawah kolom Deethanizer yang mengandung
propylene dan senyawa yang lebih berat dipompakan ke existing Propylene
Recovery Unit.
2.6.2 Selective C4 Hydrogenation Unit (SHU).
C4 Feed Treatment. Campuran senyawa C4 (i-C4 dan n-C4) pertama kali
akan diolah dikolom C4 Feed Water Wash untuk dihilangkan kandungan
sodiumnya. Mixed C4 kemudian dialirkan ke C4 Feed Surge Drum dan
selanjutnya dipompakan ke C4 Feed Treater.
1) C4 Feed Treater dirancang untuk menghilangkan kandungan senyawa yang
dapat meracuni katalis, diantaranya senyawa oksigen, sulfur, alkohol,
karbonil, merkaptan, dan air. Untuk menghilangkan logam arsine dan
phospine, campuran C4 tersebut diolah di C4 Feed Metals Treater.
2) SHU Reactor System.
Unit Selective C4 Hydrogenation (SHU) berfungsi untuk hidrogenasi
butadiene dan C4 Acetylene didalam mixed C4 sebelum diolah lebih lanjut di
unit CD Hydro Deisobutanizer dan unit Olefin Conversion. Di unit SHU juga
terjadi reaksi hidroisomerisasi sebagian 1-butene menjadi 2-butene. Campuran
C4 yang sudah diolah di C4 Feed Treater kemudian dialirkan ke reaktor SHU.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

126

BAB II DESKRIPSI PROSES

Sebelum masuk ke reaktor SHU, aliran ini dicampur dengan aliran recycle
dari produk reaktor dan kemudian dipanaskan di Feed Heater. Untuk
memenuhi kebutuhan hidrogenasi, maka ditambahkan gas hidrogen pada
aliran sebelum masuk Feed Heater. Aliran recycle dibutuhkan untuk
mengurangi konsentrasi butadiene, sehingga kenaikan temperatur yang
berlebihan di reaktor dapat dibatasi.
Proses reaksi selektif hidrogenasi dan isomerisasi adalah reaksi
eksotermis, oleh sebab itu akan terjadi kenaikan temperatur di reaktor. Produk
reaksi ini kemudian dialirkan ke reaktor Separator Drum dimana adanya
kelebihan gas hidrogen, metana dan sejumlah C4 yang teruapkan akan
dipisahkan dari cairannya. Uap dari reactor Separator Drum didinginkan di
Vent Condenser untuk mengkondensasikan C4. Fraksi hidrokarbon yang tidak
terkondensasi dialirkan ke fuel gas system.
Cairan yang keluar dari separator drum adalah produk kombinasi dan
recylce streams. Aliran kombinasi ini kemudian dipompakan dan dipisahkan
menjadi 2 aliran, yaitu aliran produk dikirim ke kolom CD Hydro
Deisobutanizer dan aliran recycle digabung dengan fresh feed untuk dialirkan
kembali ke reaktor.
Di Selective C4 Hydrogenation Unit, aktivitas katalis secara bertahap
akan berkurang karena sites aktif di katalis terjadi coking. Regenerasi katalis
diperlukan apabila aktivitas katalis turun pada titik dimana inlet temperatur
reaktor mencapai kondisi desain.
2.6.3

Catalytic Distilation Hydro Deisobutanizer (CDHDIB).


Produk C4 dari SHU diumpan ke kolom CD Hydro Deisobutanizer

bersama dengan sejumlah kecil gas hidrogen. Isobutene akan diambil bagian
atas kolom CD Hydro Deisobutanizer bersama dengan isobutene dan sisa
butadiene dari umpan C4+. Pada distilasi konvensional, sebagian besar 1butene akan keluar pada bagian atas kolom disebabkan titik didih yang dekat
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

127

BAB II DESKRIPSI PROSES

antar isobutene dan 1-butene. Untuk memaksimalkan pengambilan normal


butene, catalytic bed ditambahkan pada kolom CD Hydro Deisobutanizer
untuk isomerisasi 1-butene dan 2-butene dan hidrogenasi sisa butadiene.
Produk bawah yang kaya kandungan 2-butene, dikirmkan ke Unit Olefin
Conversion. Hampir semua isobutene dalam umpan akan terambil dibagian
atas kolom CD Hydro Deisobutanizer akan dijadikan sebagai komponen
blending LPG.
2.6.4

Olefin Conversion Unit (OCU).


1) OCU Reactor Feed Treaters.
Produk bawah kolom CD Hydro Deisobutanizer mengandung
n-butene yang dibutuhkan untuk reaksi di DP reaktor, tetapi harus
diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa yang dapat
meracuni katalis, seperti oksigenat, sulfur, alkohol, karbonil dan air.
Produk bawah kolom CD Hydro Deisobutanizer digabung dengan
recycle C4 di Fresh/Recycle C4 Surge Drum dan dipompakan ke Unit
OCT dan digabung dengan fresh dan recycle etilen selanjutnya diolah
di OCT Reaktor Feed Treater.
2) Disproportionation OCT Reactor.
Umpan ke OCT reaktor dipanaskan sampai temperatur reaksi,
masuk ke OCT reaktor dan didinginkan sebelum dilakukan fraksinasi.
Reaksi utama pada DP reaktor adalah antara etilen dan n-butene
membentuk propilen. Reaksi samping juga terjadi dan menghasilkan
produk samping terutama C5-C8 olefin.
3) Fractionation Section.
DP reaktor meruapakan fixed bed catalytic reactor dan reaksi
yang terjadi di DP reaktor adalah isotermal. Katalis pada DP reaktor
merupakan silica yang direaksikan dengan magnesium oxide dan
tungsten oxide. Pada regenerasi, coke yang menempel pada katalis
akan dibakar dengan campuran nitrogen dan udara pada kondisi
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

128

BAB II DESKRIPSI PROSES

tertentu.
4) Deethylenizer.
Hasil reaksi di OCT mengandung campuran propilen, etilen,
butene, n-butene dan komponen C5+ sebagai hasil reaksi samping.
Pada unit OCU ini terdapat 3 kolom fraksinasi. Kolom Deethylenizer
berfungsi untuk memisahkan etilen yang tidak bereaksi dan didaur
ulang ke reaktor OCT.
5) Depropylenizer.
Kolom depropylenizer untuk memisahkan produk propilen
sebagai produk atas dan produk bawah yang banyak mengandung C4
dan sebagian kecil C5+ hasil reaksi samping.
6) Debutanizer.
Kolom Debutanizer berfungsi untuk memisahkan produk C4
LPG pada produk atas dan C5+ gasoline pada produk bawah.
2.6.5

Regeneration Unit.
Regenerasi adsoben pada Off Gas Dryer/Treater. C4 Feed Treater dan
OCT Feed Treater dilakukan dengan menggunakan regerneration gas, yang
merupakan kombinasi produk atas Demethanizer dan Deethanizer. Pada
sistem regenerasi ini terdapat 2 independen sistem regenerasi, yaitu oncethrough system untuk Off Gas Dryer/Treater dan OCT Feed Treater serta
sistem resirkulasi untuk C4 Feed Treater.
2.6.6

Binary Refrigeration Unit.


Binary Refrigeration Unit berfungsi untuk menyediakan media

pendingin untuk keperluan proses. Bahan pendingin yang dipakai merupakan


campuran 31% mol etilen dan 69% propilen dan sejumlah kecil metan, etana
dan propana. Binary Refrigeration Unit merupakan sistem yang tertutup dan
menggunakan kompresor sentrifugal 3 stage dengan penggerak steam turbine
driven. Etilen disuplai dari produk atas kolom OCU Depropylenizer dari Unit
RCC Sekarang.
Gambar 42. Diagram Alir RCC Off Gas Propylene Production Unit
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

129

BAB II DESKRIPSI PROSES

Laporan Kerja Praktek


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI
Balongan-Indramayu
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan

Anda mungkin juga menyukai