Karya Ilmiah
Karya Ilmiah
KARYA ILMIAH
Oleh
FRANSISKUS SIHOTANG
SYNTAXIS IPS 2
KARYA ILMIAH
Oleh
FRANSISKUS SIHOTANG
SYNTAXIS IPS 2
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis
Oleh
FRANSISKUS SIHOTANG
SYNTAXIS IPS 2
Pada tanggal:
Pada tanggal:
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan kekuatan serta kemampuan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi
tugas Bahasa Indonesia semester genap Tahun Pelajaran 2022/2023. Karya tulis ini
merupakan salah satu cara dan sarana, untuk mengembangkan kreatifitas penulis dan
para seminaris lainnya.
Penulis
MY FAVORITE WORDS
Orangtua
Saudara-saudariku:
Teman-teman seangkatan
Syntaxis 71
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN………………………………………………………………....i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………iii
MY FAVORITE WORDS…………………………………………………………..v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii
ABSTRAKSI………………………………………………………………………...ix
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..1
1.2 Pembatasan Masalah…………………………………………………….2
1.3 Perumusan Masalah……………………………………………………..3
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………..3
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………4
HIPOTESIS…………………………………………………………………………27
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………28
4.1 Kondisi Umum Siswa Kelas Syntaxis IPS SMA Seminari
Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar………………………28
4.2 Hasil Penelitian………………………………………………………...29
BAB V PENUTUP………………………………………………………………...37
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….37
5.2 Saran…………………………………………………………………...38
5.2.1 Bagi Guru……………………………………………………….38
5.2.2 Bagi Siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos...........38
5.2.3 Bagi Orangtua…………………………………………………...39
BIBLIOGRAFI
CURICULUM VITAE
LAMPIRAN
ABSTRAKSI
Pemilihan cara belajar yang salah oleh siswa, menyebabkan siswa menjadi
kesulitan dalam belajar. Siswa yang kesulitan dalam belajar, akan mencari cara agar
ia bisa mendapat nilai yang bagus, walau ia tidak paham materi yang diajarkan.
Pemilihan cara belajar yang efektif sangat penting dilakukan oleh setiap siswa.
Karena pada zaman sekarang, banyak siswa yang menganggap sepele terhadap
belajar dan lebih mengandalkan teman yang pintar, untuk dimintai jawaban. Ketika
seseorang mendapat juara umum berturut-turut di sekolah dari hasil menyontek, ia
tidak akan mampu bersaing secara positif dan sportif, dalam kompetisi besar di
bidang pendidikan.
siswa. Hal ini tentu tidak baik bagi siswa. Karena, mereka akan lebih
mengandalkan orang lain daripada mengandalkan usaha sendiri, sehingga mereka
kesulitan dalam mencapai dan meraih impiannya.
PENDAHULUAN
1
menyontek jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan di Indonesia.
Kurangnya pembahasan mengenai menyontek, mungkin disebabkan karena
kebanyakan pakar, menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya sepele.
Padahal, masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat
mendasar.
Perbuatan menyontek secara umum disebut sebagai kejahatan siswa. Karena,
sama halnya dengan mencuri jawaban teman atau menyalin kata-kata yang ada
dibuku secara lengkap.
Sampai saat ini, masih sering terjadi perbuatan menyontek dikalangan
pelajar. Selain itu, banyak para pelajar yang menyadari dirinya sulit untuk memahami
materi pelajaran, tetapi tidak berusaha agar ia semakin paham dan mengerti materi
yang diajarkan. Kenyataannya, banyak dari antara para pelajar yang sulit memahami
materi pelajaran, memilih untuk melakukan hal negatif, yakni menyontek.
Menanggapi hal yang beredar dalam lingkungan siswa tersebut, Guru
Bimbingan dan Konseling di setiap sekolah, diharapkan terlibat dan selalu
memberikan pelayanan yang lebih mendalam kepada siswa, agar terjadi perubahan
perilaku yang baik dalam belajar, yang secara tidak langsung, akan berpengaruh pada
perilaku siswa di masa mendatang.
1
1.3 Perumusan Masalah
Penelitian tentang pengaruh menyontek terhadap cara belajar siswa Syntaxis
IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos, dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan rinci tentang pengaruh menyontek terhadap cara belajar
siswa. Pada penelitian ini, penulis mempermudah proses penelitian dengan mengkaji
data serta menyiapkan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah ini bertujuan
mempersempit masalah yang akan diteliti.
Masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai
berikut.
a. Bagaimana cara belajar yang efektif dan tepat bagi siswa?
b. Apa dampak bagi siswa yang salah memilih cara belajarnya?
c. Bagaimanakah keterkaitan kebiasaan menyontek dengan tingkat kesulitan belajar
siswa?
d. Apa penyebab seorang siswa mau berbuat menyontek?
e. Berapa persen pengaruh perbuatan menyontek terhadap cara belajar siswa?
1
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
a. Siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar
Diharapkan melalui karangan ini, siswa SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar dapat terbantu dalam menentukan cara belajar
yang tepat bagi diri sendiri untuk mendapat prestasi yang tinggi dan menggapai
cita-cita.
b. Para Guru
Diharapkan melalui karangan ini, para guru dapat mengetahui ciri-ciri
anak didik yang kurang memahami materi pelajaran dan ciri-ciri anak didik yang
sering menyontek. .
c. Para Pembaca
Diharapkan melalui karangan ini para pembaca semakin menyadari
betapa pentingnya menentukan cara belajar yang tepat dan karangan ini dapat
dijadikan sebagai pedoman dan panduan bagi para pembaca dalam menentukan
cara belajarnya.
1
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam artikel yang ditulis oleh Alhadza (2004), kata menyontek sama
dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower (1964) yang mengatakan
cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan
yang sah/terhormat, yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari
kegagalan akademis. Sedangkan menurut Deighton (1971), cheating adalah upaya
yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang
tidak jujur.
5
membocorkan soal ulangan, sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan di
Indonesia.
Dalam makalah yang ditulis Alhadza (2004), yang termasuk dalam kategori
menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman
ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan atau kertas pada anggota
tubuh atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari
pihak luar, mencari bocoran soal, saling tukar mengerjakan soal dengan teman,
menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas maupun ujian
di kelas atau take home test.
Menurut Dien F. Iqbal, dosen Fakultas Psikologi Unpad, seperti yang dikutip
Rakasiwi (2007), orang menyontek disebabkan faktor dari dalam dan diluar dirinya.
Dalam ilmu psikologi, ada yang disebut konsep diri dan harga diri. Konsep diri
merupakan gambaran apa yang orang-orang bayangkan, nilai dan rasakan tentang
dirinya sendiri. Misalnya, anggapan bahwa, “Saya adalah orang pintar”. Anggapan itu
akan memunculkan komponen afektif yang disebut harga diri. Namun, anggapan
seperti itu bisa runtuh, terutama saat berhadapan dengan lingkungan di luar
pribadinya.
5
sistem pengaruh yang saling berinteraksi. Proses interaksi yang terjadi dalam individu
terdiri dari empat proses, yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan motivasi.
Menurut Vegawati, Oki dan Noviani (2004), pada saat dorongan tingkah
laku menyontek muncul, terjadilah proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap
dorongan karena adanya harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia
menyontek.
Pada proses retensi, faktor-faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku
menyontek itu, menjadi sebuah informasi baru, atau digunakan untuk mengingat
kembali pengetahuan maupun pengalaman mengenai perilaku menyontek, baik secara
maya (imaginary) maupun nyata (visual).
5
Pertimbangan-pertimbangan yang sering digunakan adalah nilai-nilai agama
yang akan memunculkan perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri
terhadap prestasi akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan
ujian kondusif atau tidak untuk menyontek. Masalah kepuasan prestasi akademik juga
menjadi sebuah konsekuensi, yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang
untuk menyontek. Bila ia menyontek, maka ia menjadi tidak puas dengan hasil yang
diperolehnya.
5
mengerjakan ujian. Dengan adanya keyakinan pada kemampuan diri, maka
hal tersebut akan mempengaruhi kinerja siswa dalam mencapai keberhasilan
dalam ujian.
sehingga siswa tersebut akan merasa putus asa dalam menghadapi rintangan
saat ujian dilaksanakan, dan akhirnya memutuskan untuk menyontek sebagai
alternatif terakhir.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh
(Murdock, Hale dan Weber, 2001) di sekolah menengah atas, yang
menemukan bahwa keyakinan diri yang rendah menjadi salah satu indikator
munculnya perilaku menyontek. Selanjutnya dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Clara Maradina (2008), diketahui bahwa adanya hubungan
negatif yang signifikan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian, dengan
kecenderungan menyontek pada mahasiswa semester akhir Fakultas
Psikologi Ubaya.
5
dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978;
dalam Hartanti dan Boy Soedarmadji, 2013:84).
Biasanya kecemasan yang normal disebut khawatir atau was-was,
yaitu rasa takut yang tidak jelas, tetapi terasa sangat kuat (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2012:134).
Kecemasan yang berlebihan pada siswa memberikan stimulus pada
otak, untuk tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Karena
keadaan ini, siswa terdorong untuk melakukan perilaku menyontek demi
ketenangan dirinya. Calabrese dan Cochran berpendapat bahwa kecemasan
ini muncul karena ketakutan mendapatkan kegagalan, dan adanya ekspetasi
siswa untuk sukses yang terlalu tinggi (Whitley, 1998; Kristin Voelkl Finn,
2004).
5
lebih memilih untuk meminta bantuan dari orang lain. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang rendah ini, juga akan memilih tugas atau pekerjaan
yang tidak memiliki tingkat kesulitan tinggi, dan mudah diselesaikan.
Teori motivasi menjelaskan bahwa menyontek bisa terjadi apabila
seseorang berada dalam kondisi tertekan dan tidak percaya diri, atau adanya
dorongan atau harapan untuk berprestasi, jauh lebih besar dari pada potensi
yang dimiliki. Semakin besar harapan atau prestasi yang diinginkan dari
pada potensi yang dimiliki, maka akan menimbulkan hasrat untuk
menyontek.
5
Siswa yang sering mengalami ini adalah siswa yang berada pada
usia remaja, karena remaja sedang berada pada proses pencarian identitas
diri. Remaja cenderung akan mengikuti apa yang diinginkan oleh teman
sebayanya, agar tidak di jauhi.
Menurut Garrison (Andi Mapiare, 1982; dalam Sarlito Wirawan
Sarwono, 2012:160), kebutuhan khas dari remaja, yaitu kebutuhan akan
ketidakikutsertaan dan diterima di dalam kelompok, kebutuhan akan
pengakuan dari orang lain, dan kebutuhan untuk dihargai. Berbagai
kebutuhan remaja tersebut, dapat membuat remaja ingin diakui dan diterima
oleh kelompok, walaupun dengan cara menyontek.
5
tinggi. Disaat ujian, ada kemungkinan siswa untuk mengalami kegagalan.
Untuk menghindari kegagalan tersebut, siswa menggunakan cara menyontek
agar mendapatkan nilai yang tinggi.
f. Pikiran Negatif
Pikiran negatif ini seperti ketakutan dikatakan bodoh dan dijauhi
oleh teman-teman, ketakutan dimarahi oleh orang tua dan guru, dan
pemikiran negatif lainnya.
Jika seorang siswa mengetahui bahwa nilai yang diperolehnya jelek
atau dibawah standar rata-rata kelas, maka dia akan mendapatkan cap atau
label sebagai anak bodoh dan dijahui oleh teman-temannya, sehingga
timbullah gejala menyontek pada siswa tersebut.
Indikasi munculnya perilaku menyontek, juga dapat diawali dengan
adanya hubungan yang tidak baik antara siswa dengan orang tua. Orang tua
yang memberikan dorongan dan kepercayaan kepada siswa, akan dapat
meminimalisir perilaku menyontek. Hal ini terjadi, karena tidak adanya rasa
tertekan dan rasa takut siswa terhadap orang tuanya.
5
penelitian Abdullah Alhadza di PPs UNJ, mengungkapkan bahwa alasan
pertama mengapa mahasiswa menyontek, karena terpengaruh setelah melihat
orang lain menyontek, meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
5
Independent-planned yang diidentifikasikan sebagai perilaku siswa,
yang menggunakan catatan ketika tes atau ujian sedang berlangsung, atau
membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya
terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
Social-active merupakan perilaku siswa yang melihat atau meminta
jawaban dengan orang lain.
Social-passive adalah mengizinkan seseorang melihat atau menjiplak
jawaban.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dody Hartanto (2010)
kepada siswa di salah satu sekolah swasta di kota Yogyakarta, diketahui bahwa
bentuk perilaku menyontek yang paling dominan adalah social-active. Pada
kegiatan menyontek tersebut, siswa lebih banyak memilih cara untuk melihat
jawaban teman pada saat tes sedang berlangsung. Bentuk lainnya, seperti
meminta jawaban kepada teman, baik melalui pemberian kode nonverbal,
maupun dengan tulisan.
Dalam penelitian yang dilakukan dengan oleh Friyatmi (2011) pada
mahasiswa FE UNP, juga ditemukan bentuk perilaku menyontek yang paling
dominan dilakukan oleh mahasiswa tersebut, yaitu menyalin jawaban teman dan
mengizinkan teman menyalin jawaban mereka.
Menurut Dody Hartanto (2012:37), bentuk dari perilaku menyontek
diantaranya, (a) menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan
akademik, (b) membuat informasi, referensi atau hasil dengan menipu orang lain,
(c) plagiat, dan (d) membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku
menyontek.
Perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Menyontek dengan usaha sendiri, seperti membuat catatan sendiri,
membuka buku saat ujian, membuat coret-coretan di kertas kecil,
5
rumus di tangan, dikerah baju dan bisa juga dengan cara mencuri
jawaban teman.
b. Menyontek dengan kerjasama, seperti membuat kesepakatan terlebih
dahulu dan membuat kode-kode tertentu atau meminta jawaban dari
teman.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih pada zaman
sekarang ini, timbul bentuk perilaku menyontek yang baru akibat kecanggihan
teknologi. Hal ini seperti menggunakan kalkulator, memfoto materi yang akan
diujiankan dengan kamera handphone, membuka internet dengan handphone
ketika ujian sedang berlangsung, SMS-an dengan teman, dan lain sebagainya.
Jadi, dapat disimpulkan bentuk-bentuk perilaku menyontek antara lain:
a. Individual-opportinistic,
b. Independent-planned,
c. Social-active,
d. Social-passive,
e. Melihat jawaban teman pada saat tes berlangsung,
f. Meminta jawaban kepada teman,
g. Mengizinkan teman menyalin jawaban,
h. Menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik,
i. Plagiat,
j. Membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku menyontek,
k. Membuat catatan sendiri,
l. Membuka buku saat ujian,
5
2.3 Penyebab Perilaku Menyontek
Menurut Alhadza (2004) dalam makalahnya mengenai masalah menyontek
yang ia istilahkan dengan cheating, ia menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan
terbuka kepada 60 orang mahasiswa di PPs UNJ. Dari hasil kuesioner tersebut,
didapatkan jawaban tentang alasan seseorang melakukan cheating dengan
pengelompokan sebagai berikut.
1. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan cheating, meskipun
pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku, sehingga
memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari buku.
3. Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
4. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5. Takut gagal. Maksudnya, yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian
tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
6. Ingin mendapatkan nilai tinggi, tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan
belajar keras atau serius.
7. Tidak percaya diri. Sebenarnya yang bersangkutan sudah belajar teratur,
tetapi ada kekhawatiran akan lupa materi yang dihafal, yang dapat
menimbulkan kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan
kecil.
8. Terlalu cemas menghadapi ujian, sehingga hilang ingatan akan materi yang
diujiankan, lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk
berdekatan.
9. Merasa sulit meghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal
yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan, daripada mempelajari sesuatu
yang belum tentu keluar, lebih baik mencari bocoran soal.
5
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi
kepada dosen/guru lebih efektif dari pada belajar serius.
12. Penugasan guru/dosen tidak rasional, yang mengakibatkan siswa/mahasiswa
terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya, sehingga bermaksud membalas dengan
mengelabui dosen/guru yang bersangkutan.
Selain dari hasil penelitian diatas, faktor yang menyebabkan seseorang
menyontek antara lain:
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada siswa dari hasil studi
berupa angka dan nilai, yang diperoleh siswa dalam test formatif atau
sumatif.
b. Pendidikan moral baik dirumah maupun disekolah kurang diterapkan dalam
kehidupan siswa.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa, sehingga ketinggalan dalam
menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d. Anak remaja lebih sering menyontek daripada anak SD, karena masa remaja
bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer dikalangan
teman-teman sekelasnya.
e. Kurang mengerti arti dari pendidikan.
f. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
g. Takut gagal karena yang bersangkutan merasa belum siap menghadapi ujian
dan dia tidak ingin mengulang.
h. Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabannya sendiri.
Dampak yang timbul dari praktik menyontek yang secara terus menerus
dilakukan, akan mengakibatkan ketidakjujuran. Peserta didik akan menanam
kebiasaaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya akan menjadi kandidat koruptor.
(Poedjinoegroho, 2006).
5
Pengajaran yang orientasinya siswa mampu menjawab soal, dan bukan pada
pengertian serta pengembangan inovasi dan kreatifitas siswa, akan menumbuhkan
kebosanan, kejenuhan, dan suasana monoton yang dapat mengakibatkan stress.
Jika masalah menyontek ini masih saja dianggap sepele oleh semua orang,
tidak ada respon dan tanggapan dari guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, para
pakar pendidikan dan pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan, penulis pesimis
dunia pendidikan akan maju, kreativitas siswa akan hilang, dan tumbuh orang-orang
yang tidak jujur, yang bekerja disemua sektor kehidupan.
5
Menyontek dapat mengikis pribadi jujur dalam diri seorang pelajar,
serta dapat menghambat seorang pelajar mengoptimalkan kemampuannya dalam
belajar dan memperoleh hasil belajar.
Sommers dan Sattel (2005 dalam Paris S. Strom; Robert D. Strom:
2007; dalam Dody Hartanto, 2012:5) menyatakan bahwa menyontek terjadi
karena adanya erosi perilaku, yaitu ketika siswa lebih mementingkan membantu
teman-teman mereka dalam mengerjakan tugas dan ujian. Hal ini juga dapat
membuat siswa terbiasa untuk berbohong, karena mereka lebih mengutamakan
untuk membantu teman dalam ujian. .
5
Siswa yang menyontek biasanya tidak mandiri, karena ia tidak bisa
lepas dari bantuan orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak mau
berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain dalam berbagai hal.
.
5. Malas belajar, malas berfikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka
meneliti
Siswa yang sudah terbiasa tidak belajar sebelum menempuh ujian, lama-
kelamaan akan memunculkan perilaku malas belajar, malas berfikir dan
merenung, malas membaca dan tidak suka meneliti. .
5
Tempat duduk dibelakang letaknya jauh dari meja pengawas ujian, sehingga
bisa beroperasi dengan bebas.
2. Jika dipandang oleh guru pengawas, biasanya mereka tidak berani menatap
pandangan guru. Ketidakberanian mereka disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu, takut ketahuan sedang menyontek dan wajah dari pengawas ujian yang
sangat menyeramkan, sehingga tidak berani menatap mata pengawas.
3. Duduknya tidak tenang. Hal ini merupakan ciri seorang siswa yang perlu
mendapat perhatian khusus. Siswa yang duduk tidak tenang ini perlu dicurigai
akan melakukan tindakan menyontek. Misalnya saja, duduk tidak menghadap
depan, melainkan kesamping. Terkadang, siswa melakukan tindakan-tindakan
yang tidak terduga seperti, menggaruk kepala, meletakkan alat tulis dibibir
atau terkadang menggigit alat tulis, dan kadangkala siswa pura-pura
mengerjakan soal dengan serius, namun setelah dilakukan riset, ternyata
mereka tidak mengerjakan soal akan tetapi menggambar atau mempertebal
tulisan.
4. Menggunakan kode rahasia. Kode yang digunakan seperti menggunakan
bagian tubuh, seperti jari atau menunjuk bagian tubuh dan berbisik.
5. Mengalihkan perhatian guru. Tipe menyontek seperti ini, biasanya dilakukan
oleh sindikat tertentu (kerjasama antara teman yang satu dengan teman yang
lainnya). Ada salah satu siswa yang dijadikan umpan untuk mengalihkan
perhatian guru pengawas, sehingga guru pengawas hanya fokus pada siswa
tersebut. Waktu yang singkat ini dimanfaatkan siswa yang lain untuk
menyontek atau berdiskusi dengan siswa lain.
6. Lembar jawaban biasanya penuh dengan coretan. Dalam tindakan menyontek,
ditemukan unsur dilemanitas terhadap pilihan jawaban yang berbeda antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain. Apabila dilemanitas ini tidak segera
diselesaikan, akan terdapat jawaban ganda. Siswa harus bisa memilih pilihan
5
yang tepat dengan menggunakan hatinya. Jawaban yang pertama biasanya
hanya didasarkan pada emosi sesaat. Setelah berdiskusi dengan teman yang
lain, siswa harus mengganti jawaban yang pertama dengan jawaban yang baru
didapatkan.
5
Pemilihan cara belajar yang tidak efektif oleh siswa, menyebabkan siswa
menjadi kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok
kesulitan, yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam
kemahiran, dan penggunaan kemampuan dalam bidang akademik.
Siswa yang kesulitan dalam belajar, biasanya akan mencari berbagai cara,
agar ia dapat menyelesaikan tugas-tugas dalam semua bidang studi, dan biasanya ia
akan mudah terpengaruh oleh hal negatif, seperti menyontek. Berikut beberapa cara
belajar efektif yang dapat diterapkan oleh siswa, agar tidak sampai pada tindakan
menyontek, yakni:
1. Membuat jadwal.
2. Jauhi distraksi.
3. Catat kata kunci dan bagian penting.
4. Ajarkan materi kepada orang lain.
5. Kerjakan soal-soal tes.
6. Belajar besama teman.
5
5
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian karya ilmiah ini, penulis melakukan pengumpulan data dari
jawaban responden dan menjadi bahan penyusunan karya ilmiah ini dengan metode
kuesioner, studi kepustakaan dan metode penelitian kelas.
24
jawaban kuesioner yang dibagikan berupa angket pada responden.
Pada penelitian ini, penulis mengambil populasi para siswa SMA Seminari
Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023. Tujuan
diambilnya populasi ini, untuk membuktikan pengaruh kebiasaan menyontek
terhadap cara belajar siswa-siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar.
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dari penelitian ini adalah
35 sampel siswa-siswa kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus
Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023.
24
3.4.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari responden diolah dan diklasifikasikan oleh
penulis, serta membuat persentasenya.
24
24
IUVANTE DEO VINCIMUS
24
HIPOTESIS
Pada umumnya, siswa-siswa kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023, telah menyadari
dan paham tentang dampak perilaku menyontek.
Kemalasan yang timbul dalam diri siswa, disebabkan karena cara belajar
siswa tersebut, kurang efektif. Sehingga timbul rasa malas dan kemudian muncul sifat
ketergantungan pada seseorang.
27
IUVANTE DEO VINCIMUS
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Para siswa kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar, umumnya adalah orang-orang yang jujur. Hal ini tampak dari sikap
mereka, terutama bila mereka menemukan sebuah barang yang tertinggal, pasti
mereka mengumumkannya dan mengembalikannya pada pemiliknya. Sebagian siswa
kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar,
juga memiliki pribadi yang tidak jujur. Hal ini tampak ketika ujian. Mereka tidak
mempersiapkan dirinya sebelum ujian, yang menyebabkan mereka tergoda untuk
menyontek. Hal ini dapat berpengaruh buruk bagi siswa yang jujur, kerena dapat
membuat mereka yang jujur, ikut-ikutan melakukan tindakan menyontek.
Tabel 4.2.1
28
Tabel 4.2.2
Tabel 4.2.3
28
Responden yang memilih jawaban lainnya, malakukan tindakan menyontek dengan
alasan:
Tabel 4.2.4
Menasihatinya 2 5%
Apa yang Anda
lakukan jika ada Menegurnya 16 45%
teman Anda yang Mendiamkannya saja 9 26%
menyontek
Melaporkannya 8 24%
28
terlihat bahwa, tindakan responden dalam menanggapi temannya menyontek,
berbeda- beda.
Tabel 4.2.5
Dari tabel 4.2.5 di atas, terdapat sebanyak 10 responden merasa senang, jika
nilai yang mereka dapat tersebut dari hasil menyontek. Bisa saja mereka merasa
senang karena nilai yang mereka dapatkan tersebut tinggi atau melewati nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Sedangkan 25 responden lainnya merasa tidak senang,
jika nilai yang mereka dapatkan dari hasil menyontek. Mereka menjawab tidak
senang karena:
a. Hasil yang didapat mereka, bukan dari hasil usaha sendiri.
b. Menyontek merupakan perbuatan tidak jujur.
c. Dipenuhi rasa cemas dan gelisah.
d. Timbul rasa malu dengan teman yang mendapat nilai yang sama dengan kita,
tetapi temannya tersebut tidak menyontek.
e. Timbulnya rasa menyesal dalam diri.
f. Hasil yang didapat mereka tersebut rendah dan tidak lulus, atau tidak
melewati nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
28
.
Tabel 4.2.6
28
Tabel 4.2.7
Dari tabel 4.2.7 di atas, diketahui bahwa sebanyak 100% atau 35 responden
merasakan adanya pengaruh yang muncul akibat dari tindakan menyontek bagi cara
belajar mereka. Mereka menjawab “ya” karena mereka merasakan langsung pengaruh
yang timbul, akibat dari tindakan menyontek bagi cara belajar mereka, yakni:
a. Siswa yang sering menyontek, akan semakin malas belajar.
b. Siswa akan sering menganggap remeh suatu pelajaran ataupun ujian tertentu.
c. Adanya sifat ketergantungan pada orang lain.
d. Suka pada hal yang praktis dan tidak mau berusaha.
28
Tabel 4.2.8
Dari tabel 4.2.8 di atas, diketahui bahwa sebanyak 66% atau 23 responden
menyatakan pendapatnya, bahwa budaya menyontek yang sering terjadi di
lingkungan
Tabel 4.2.9
28
Cara Belajar yang Efektif Menurut Responden
Tabel 4.2.10
28
Anda lakukan belajar secara konsisten
agar tidak Belajar sungguh-sungguh, tekun
menyontek 17 49%
dan serius
28
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan, yang sering dan
bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari.
Menyontek juga merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengerjakan tugas dan ujian, terutama perilaku yang dilakukan oleh siswa kelas
Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar,
merupakan suatu perbuatan tidak jujur.
Ternyata dari hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis di SMA
Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar, para siswa kelas Syntaxis
IPS tersebut, mengaku bahwa mereka semua, pernah melakukan tindakan menyontek.
Responden juga mengakui bahwa tindakan menyontek yang sering dilakukan,
cenderung memberikan dampak negatif pada seseorang yang melakukannya.
Responden menyatakan, bahwa sebagian besar siswa Syntaxis IPS, lebih condong
melakukan tindakan menyontek dibanding berusaha sendiri. Hal ini disebabkan,
karena kurangnya persiapan diri dan ragu atau tidak percaya diri dengan jawaban
sendiri.
Dari studi kepustakaan yang sudah dilakukan oleh penulis, penulis
menyimpulkan bahwa seorang siswa memilih melakukan tindakan menyontek
37
dikarenakan kurangnya persiapan diri, keyakinan diri yang rendah, keinginan untuk
mendapatkan nilai tinggi, tidak adanya usaha untuk belajar, cara belajar yang tidak
efektif, dan mempunyai moral yang rendah. Cara belajar yang tidak efektif yang
dipilih siswa, dapat menyebabkan siswa tersebut menjadi malas, karena siswa tidak
mengerti atau memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Ketika rasa
malas sudah ada dalam diri siswa, maka siswa akan melakukan segala cara agar
nilainya bagus walau sering bermalas-malasan dalam belajar. Oleh sebab itu,
hipotesis penulis pada halaman sebelumnya diterima
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa kebiasaan menyontek dapat
mempengaruhi cara belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai “Pengaruh
Kebiasaan Menyontek terhadap Cara Belajar Siswa”, penulis memberikan beberapa
saran, yaitu:
37
banyak siswa yang berprestasi yang dapat memajukan Bangsa Indonesia
dikemudian hari.
Bagi orang tua selaku pendidik dan pembimbing anak dalam keluarga,
diharapkan mampu memperhatikan anak-anaknya dengan baik, agar anak-anak
dapat memiliki cara belajar yang efektif, sehingga tidak terpengaruh untuk
melakukan tindakan menyontek.
37
BIBLIOGRAFI
Sumber buku:
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3 vols. Jakarta: Balai
Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Tim Huta Publisher. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Huta Publisher.
Sumber internet:
http://eprints.ums.ac.id/20328/2/03._BAB_1.pdf
http://repository.uinsuska.ac.id/5865/4/BAB%20III.pdf
http://etheses.uinmalang.ac.id/1781/6/09410125_BAB_3.pdf
http://etheses.uinmalang.ac.id/618/6/10410172%20BAB%202.pdf
https://typoonline.com/kbbi/menyontek
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5699/3/BAB%20II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35521/2/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://etheses.uin-malang.ac.id/2222/6/08410011_Bab_2.pdf
https://blog.kejarcita.id/macam-macam-metode-belajar-menurut-para-ahli-lengkap-
beserta-pembahasannya/
https://pakdosen.co.id/menyontek-adalah/
37
https://www.kajianpustaka.com/2019/12/perilaku-menyontek-pengertian-jenis-aspek-
dan-faktor-penyebab.html?m=1
CURICULUM VITAE
37
LAMPIRAN
LEMBAR KONSULTASI
Tanda Tangan
NO Tanggal Hasil yang dikonsultasi
Siswa Pembimbing
37
11. 11 Mei 2023 Pengajuan Curiculum Vitae
Kuesioner
Pengaruh Kebiasaan Menyontek Terhadap Cara Belajar
Siswa Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023
Nama : Kelas :
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Malas Belajar
c.Lainnya:_________________________________________________
__
4. Apa yang anda lakukan jika ada teman anda yang menyontek?
37
Jelaskan:__________________________________________________
___
5. Apakah anda merasa senang jika nilai yang anda dapatkan dari hasil
menyontek?
a. Ya
b. Tidak
Alasan:_______________________________________________________
Jawaban:__________________________________________________
___
a. Ya
b. Tidak
Alasan:____________________________________________________
__
a. Ya
b. Tidak
37
Alasan:____________________________________________________
__
Jelaskan:__________________________________________________
___
Jelaskan:_________________________________________________
___
37
Deo Caprino Ginting Laki-laki
37
Noza Nazarius Ginting Suka Laki-laki
37
Gambar 2 Penulis Sedang Menjelaskan Kuesioner yang Akan dibagikan Pada
Responden
37
Gambar 4 Penulis Membagikan Kuesioner kepada Responden
37
Gambar 6 Penulis Menjelaskan dan Menjawab Pertanyaan Responden Terkait
Kuesioner Penulis
37
Gambar 7 Penulis Mengumpulkan Kuesioner yang Sudah dijawab Responden
37