Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH KEBIASAAN MENYONTEK TERHADAP CARA BELAJAR

SISWA SYNTAXIS IPS SMA SEMINARI MENENGAH CHRISTUS


SACERDOS PEMATANG SIANTAR TAHUN PELAJARAN 2022/2023

KARYA ILMIAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia


Semester Genap T.A. 2022/2023

Iuvante Deo Vincimus

Oleh

FRANSISKUS SIHOTANG
SYNTAXIS IPS 2

SEMINARI MENENGAH CHRISTUS SACERDOS


PEMATANG SIANTAR
2023
PENGARUH KEBIASAAN MENYONTEK TERHADAP CARA BELAJAR
SISWA SYNTAXIS IPS SMA SEMINARI MENENGAH CHRISTUS
SACERDOS PEMATANG SIANTAR TAHUN PELAJARAN 2022/2023

KARYA ILMIAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia


Semester Genap T.A. 2022/2023

Iuvante Deo Vincimus

Oleh

FRANSISKUS SIHOTANG
SYNTAXIS IPS 2

SEMINARI MENENGAH CHRISTUS SACERDOS


PEMATANG SIANTAR
2023

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis

PENGARUH KEBIASAAN MEYONTEK TERHADAP CARA BELAJAR

SISWA SYNTAXIS IPS SMA SEMINARI MENENGAH CHRISTUS SACERDOS

PEMATANG SIANTAR TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Oleh

FRANSISKUS SIHOTANG

SYNTAXIS IPS 2

Dinyatakan telah memenuhi syarat oleh pembimbing

Pada tanggal:

Dinyatakan telah memenuhi syarat oleh Kepala Sekolah

Pada tanggal:

Mengetahui

Kepala Sekolah Pembimbing


Henrita Tambunan, S.Pd., M.M. M. L. Pasaribu

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan kekuatan serta kemampuan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi
tugas Bahasa Indonesia semester genap Tahun Pelajaran 2022/2023. Karya tulis ini
merupakan salah satu cara dan sarana, untuk mengembangkan kreatifitas penulis dan
para seminaris lainnya.

Dalam karya ilmiah ini, penulis mengambil topik “Pengaruh Kebiasaan


Menyontek terhadap Cara Belajar Siswa Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023”.

Dalam penyelesaian karangan ilmiah ini, penulis memperoleh dukungan dan


bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:

1. RD. Joseph Gultom, selaku Rektor Seminari Menengah Christus Sacerdos


yang telah memberi izin kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
2. Henrita Tambunan, S.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Seminari
Menengah Christus Sacerdos yang juga memberi izin dalam penulisan karya
ilmiah ini.
3. RP. Walden Sitanggang OFM Cap., selaku Prefek domus Alverna yang
mengizinkan penulis melakukan penelitian tentang pengaruh kebiasaan
menyontek terhadap cara belajar siswa Syntaxis IPS.
4. Bapak M. L. Pasaribu, selaku Guru dan pembimbing penulis serta yang
mengarahkan dan memeriksa karya ilmiah ini.
5. Orangtua penulis yang senantiasa memberikan dukungan melalui doa maupun
materi kepada penulis.

6. Saudara-saudara seperjuangan, Syntaxis angkatan 2022/2023 yang ikut


membantu penulis dalam memberi masukan dan menjadi motivator penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan karya ilmiah
ini, yang tidak dapat penulis cantumkan.

Karya ilmiah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Maka, penulis


mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca yang bersifat membangun. Agar
dalam menulis karya selanjutnya, penulis lebih hati-hati dalam menyusun atau
membuat karya sejenis. Semoga dengan adanya karya ilmiah ini, pembaca dapat
mengetahui pengaruh kebiasaan menyontek terhadap cara belajar siswa, dan semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Terima kasih.

Pematang Siantar, Mei 2023

Penulis
MY FAVORITE WORDS

Tujuan yang indah pasti memiliki jalan yang sulit.

Semakin banyak kamu berkeringat dalam latihan, semakin sedikit kamu


berdarah dalam pertempuran.

Berjalanlah jangan berlari, karena hidup adalah

perjalanan bukan pelarian.

Kebahagiaan hanyalah kesedihan yang belum terjadi

Jangan takut karena kamu berjalan lambat, tetapi takutlah jika


kamu hanya bisa berdiam diri.
HALAMAN PERSEMBAHAN

Orangtua

Saudara-saudariku:

Putra Gregorius Sihotang

Yulita Fitriani Sihotang

SMA Seminari Menengah

Christus Sacerdos Pematang Siantar

Para sahabat penulis

Teman-teman seangkatan

Syntaxis 71

DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN………………………………………………………………....i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………iii

MY FAVORITE WORDS…………………………………………………………..v

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………vi

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii

ABSTRAKSI………………………………………………………………………...ix

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..1
1.2 Pembatasan Masalah…………………………………………………….2
1.3 Perumusan Masalah……………………………………………………..3
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………..3
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………4

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………...5


2.1 Pengertian Perilaku Menyontek…………………………………………5
2.2 Gejala dan Bentuk-bentuk Menyontek……………………………….....8
2.2.1 Gejala Menyontek………………………………………………...8
2.2.2 Bentuk-bentuk Menyontek……………………………………...14
2.3 Penyebab Perilaku Menyontek………………………………………...16
2.4 Dampak Perilaku Menyontek………………………………………….18
2.5 Ciri-ciri Siswa yang Sering Menyontek……………………………….20
2.6 Pengertian Cara Belajar………………………………………………..22
2.7 Cara belajar yang Efektif………………………………………………22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………….24
3.1 Data, Populasi, dan Sampel……………………………………………24
3.2 Lokasi dan Waktu……………………………………………………...25
3.3 Instrumen Penelitian…………………………………………………...25
3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………..25
3.4.1 Pengolahan Data………………………………………………...25
3.4.2 Penafsiran Data………………………………………………….25
3.4.3 Pengumpulan data……………………………………………….26
3.5 Studi Kepustakaan……………………………………………………..26
3.6 Penelitian Kelas………………………………………………………..26

HIPOTESIS…………………………………………………………………………27

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………28
4.1 Kondisi Umum Siswa Kelas Syntaxis IPS SMA Seminari
Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar………………………28
4.2 Hasil Penelitian………………………………………………………...29

BAB V PENUTUP………………………………………………………………...37
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….37
5.2 Saran…………………………………………………………………...38
5.2.1 Bagi Guru……………………………………………………….38
5.2.2 Bagi Siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos...........38
5.2.3 Bagi Orangtua…………………………………………………...39

BIBLIOGRAFI

CURICULUM VITAE

LAMPIRAN
ABSTRAKSI

Sihotang, Fransiskus Pengaruh Kebiasaan Menyontek terhadap Cara


Belajar siswa Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar. Karya tulis, Pematang Siantar Seminari Menengah Christus
Sacerdos, 2023. Pembimbing: M. L. Pasaribu.

Latar belakang penulis mengambil judul “Pengaruh Kebiasaan Menyontek


terhadap Cara Belajar Siswa Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus
Sacerdos Pematang Siantar”, untuk mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif
dan tepat untuk siswa, keterkaitan kebiasaan menyontek dengan tingkat kesulitan
belajar siswa, penyebab seorang siswa mau berbuat menyontek, gejala dan bentuk-
bentuk menyontek serta dampak dari perilaku meyontek.

Pemilihan cara belajar yang salah oleh siswa, menyebabkan siswa menjadi
kesulitan dalam belajar. Siswa yang kesulitan dalam belajar, akan mencari cara agar
ia bisa mendapat nilai yang bagus, walau ia tidak paham materi yang diajarkan.
Pemilihan cara belajar yang efektif sangat penting dilakukan oleh setiap siswa.
Karena pada zaman sekarang, banyak siswa yang menganggap sepele terhadap
belajar dan lebih mengandalkan teman yang pintar, untuk dimintai jawaban. Ketika
seseorang mendapat juara umum berturut-turut di sekolah dari hasil menyontek, ia
tidak akan mampu bersaing secara positif dan sportif, dalam kompetisi besar di
bidang pendidikan.

Kurangnya pembahasan mengenai menyontek dalam wacana pendidikan di


Indonesia, menyebabkan semakin banyak siswa yang melakukan tindakan
menyontek. Kurangnya pembahasan mengenai menyontek, disebabkan karena
kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya sepele.
Padahal, masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat
mendasar. Tindakan menyontek yang semakin sering dilakukan oleh siswa, akan
berdampak terhadap merosotnya semangat belajar, dan menimbulkan kemalasan yang
mendalam pada diri

siswa. Hal ini tentu tidak baik bagi siswa. Karena, mereka akan lebih
mengandalkan orang lain daripada mengandalkan usaha sendiri, sehingga mereka
kesulitan dalam mencapai dan meraih impiannya.

Metode yang dilakukan penulis adalah metode kuesioner, metode studi


pustaka dan metode penelitian kelas. Metode kuesioner adalah teknik pembagian
angket kepada responden dan dijawab oleh responden. Metode studi pustaka adalah
teknik pengumpulan data melalui buku-buku referensi yang berkaitan dengan cara
belajar dan perilaku menyontek. Metode penelitian kelas adalah metode penelitian
dengan tujuan untuk menemukan solusi yang terjadi pada kelas Syntaxis IPS SMA
Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar.

Dari data yang diperoleh, memang benar bahwa sangat berpengaruh


kebiasaan menyontek terhadap cara belajar siswa Syntaxis IPS SMA Seminari
Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar. Oleh karena itu, hipotesis penulis
diterima.
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cara belajar merupakan pola-pola umum kegiatan anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Artinya,
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Pemilihan cara belajar yang salah oleh siswa, menyebabkan siswa menjadi
kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan, yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran, dan
penggunaan kemampuan dalam bidang akademik.
Siswa yang kesulitan dalam belajar, biasanya akan mencari berbagai cara,
agar ia dapat menyelesaikan tugas-tugas dalam semua bidang studi, dan biasanya ia
akan mudah terpengaruh oleh hal negatif, seperti menyontek.
Menyontek adalah salah satu fenomena pendidikan, yang sering dan bahkan
selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari. Tetapi,

1
menyontek jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan di Indonesia.
Kurangnya pembahasan mengenai menyontek, mungkin disebabkan karena
kebanyakan pakar, menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya sepele.
Padahal, masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat
mendasar.
Perbuatan menyontek secara umum disebut sebagai kejahatan siswa. Karena,
sama halnya dengan mencuri jawaban teman atau menyalin kata-kata yang ada
dibuku secara lengkap.
Sampai saat ini, masih sering terjadi perbuatan menyontek dikalangan
pelajar. Selain itu, banyak para pelajar yang menyadari dirinya sulit untuk memahami
materi pelajaran, tetapi tidak berusaha agar ia semakin paham dan mengerti materi
yang diajarkan. Kenyataannya, banyak dari antara para pelajar yang sulit memahami
materi pelajaran, memilih untuk melakukan hal negatif, yakni menyontek.
Menanggapi hal yang beredar dalam lingkungan siswa tersebut, Guru
Bimbingan dan Konseling di setiap sekolah, diharapkan terlibat dan selalu
memberikan pelayanan yang lebih mendalam kepada siswa, agar terjadi perubahan
perilaku yang baik dalam belajar, yang secara tidak langsung, akan berpengaruh pada
perilaku siswa di masa mendatang.

1.2 Pembatasan Masalah


Masalah-masalah yang terkandung dalam penelitian ini, dibatasi
pembahasannya. Hal ini dimaksud agar data yang diperoleh penulis tidak dikaji dan
diolah secara meluas. Oleh sebab itu, penulis hanya meneliti pengaruh menyontek
terhadap cara belajar siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang
Siantar, dan dipersempit menjadi kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar.

1
1.3 Perumusan Masalah
Penelitian tentang pengaruh menyontek terhadap cara belajar siswa Syntaxis
IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos, dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan rinci tentang pengaruh menyontek terhadap cara belajar
siswa. Pada penelitian ini, penulis mempermudah proses penelitian dengan mengkaji
data serta menyiapkan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah ini bertujuan
mempersempit masalah yang akan diteliti.
Masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai
berikut.
a. Bagaimana cara belajar yang efektif dan tepat bagi siswa?
b. Apa dampak bagi siswa yang salah memilih cara belajarnya?
c. Bagaimanakah keterkaitan kebiasaan menyontek dengan tingkat kesulitan belajar
siswa?
d. Apa penyebab seorang siswa mau berbuat menyontek?
e. Berapa persen pengaruh perbuatan menyontek terhadap cara belajar siswa?

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai
berikut.
a. Untuk mengetahui cara belajar yang efektif dan tepat untuk digunakan oleh siswa.
b. Untuk mengetahui dampak memilih cara belajar yang salah bagi siswa.
c. Untuk mengetahui keterkaitan kebiasaan menyontek dengan tingkat kesulitan
belajar yang dialami siswa.
d. Untuk mengetahui penyebab seorang siswa mau berbuat menyontek.
e. Untuk mengetahui persentase pengaruh perbuatan menyontek terhadap cara belajar
siswa.

1
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
a. Siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar
Diharapkan melalui karangan ini, siswa SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar dapat terbantu dalam menentukan cara belajar
yang tepat bagi diri sendiri untuk mendapat prestasi yang tinggi dan menggapai
cita-cita.

b. Para Guru
Diharapkan melalui karangan ini, para guru dapat mengetahui ciri-ciri
anak didik yang kurang memahami materi pelajaran dan ciri-ciri anak didik yang
sering menyontek. .

c. Para Pembaca
Diharapkan melalui karangan ini para pembaca semakin menyadari
betapa pentingnya menentukan cara belajar yang tepat dan karangan ini dapat
dijadikan sebagai pedoman dan panduan bagi para pembaca dalam menentukan
cara belajarnya.

1
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perilaku Menyontek

Menyontek atau menjiplak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


karangan W.J.S. Purwadarminta adalah mencontoh, meniru atau mengutip tulisan
pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.

Dalam artikel yang ditulis oleh Alhadza (2004), kata menyontek sama
dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower (1964) yang mengatakan
cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan
yang sah/terhormat, yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari
kegagalan akademis. Sedangkan menurut Deighton (1971), cheating adalah upaya
yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang
tidak jujur.

Menurut Suparno (2000), segala sistem dan taktik penyontekan sudah


dikenal siswa. Sistem suap agar mendapat nilai baik dan membayar guru agar

5
membocorkan soal ulangan, sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan di
Indonesia.

Berdasarkan contoh-contoh pengalaman diatas, menyontek adalah suatu


perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara
untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata
pelajaran.

Dalam makalah yang ditulis Alhadza (2004), yang termasuk dalam kategori
menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman
ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan atau kertas pada anggota
tubuh atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari
pihak luar, mencari bocoran soal, saling tukar mengerjakan soal dengan teman,
menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas maupun ujian
di kelas atau take home test.

Menurut Dien F. Iqbal, dosen Fakultas Psikologi Unpad, seperti yang dikutip
Rakasiwi (2007), orang menyontek disebabkan faktor dari dalam dan diluar dirinya.
Dalam ilmu psikologi, ada yang disebut konsep diri dan harga diri. Konsep diri
merupakan gambaran apa yang orang-orang bayangkan, nilai dan rasakan tentang
dirinya sendiri. Misalnya, anggapan bahwa, “Saya adalah orang pintar”. Anggapan itu
akan memunculkan komponen afektif yang disebut harga diri. Namun, anggapan
seperti itu bisa runtuh, terutama saat berhadapan dengan lingkungan di luar
pribadinya.

Menurut Bandura (dalam Vegawati, Oki dan Noviani, 2004), fungsi


psikologis merupakan hubungan timbal balik yang interdependen dan berlangsung
terus-menerus antara faktor individu, tingkah laku, dan lingkungan. Dalam hal ini,
faktor penentu tingkah laku internal (a.l., keyakinan dan harapan), serta faktor
penentu tingkah laku ekternal (a.l., hadiah dan hukuman) merupakan bagian dari

5
sistem pengaruh yang saling berinteraksi. Proses interaksi yang terjadi dalam individu
terdiri dari empat proses, yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan motivasi.

Menurut Vegawati, Oki dan Noviani (2004), pada saat dorongan tingkah
laku menyontek muncul, terjadilah proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap
dorongan karena adanya harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia
menyontek.

Pada proses retensi, faktor-faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku
menyontek itu, menjadi sebuah informasi baru, atau digunakan untuk mengingat
kembali pengetahuan maupun pengalaman mengenai perilaku menyontek, baik secara
maya (imaginary) maupun nyata (visual).

Proses selanjutnya adalah reproduksi motorik, yaitu memanfaatkan


pengetahuan dan pengalamannya mengenai perilaku menyontek, untuk memprediksi
sejauh mana kemampuan maupun kecakapannya dalam melakukan tingkah laku
menyontek tersebut. Dalam hal ini, ia juga mempertimbangkan konsekuensi apa yang
akan ia dapatkan jika perilaku tersebut muncul. Dalam proses ini, terjadi mediasi dan
regulasi kognitif. Kognisi berperan dalam mengukur kemungkinan-kemungkinan
konsekuensi apa yang akan diterimanya bila ia menyontek.

Dari teori-teori tentang motivasi, diketahui bahwa menyontek bisa terjadi


apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure, atau adanya dorongan dan
harapan untuk berprestasi, jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki. Semakin
besar harapan atau semakin tinggi prestasi yang diinginkan dari pada potensi yang
dimiliki, maka semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk melakukan tindakan
menyontek. Dalam hal seperti itu, perilaku menyontek tinggal menunggu kesempatan
atau peluang saja, seperti kita dengar iklan di televisi mengatakan tentang teori
kriminal, bahwa kejahatan akan terjadi apabila bertemu antara niat dan kesempatan.

5
Pertimbangan-pertimbangan yang sering digunakan adalah nilai-nilai agama
yang akan memunculkan perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri
terhadap prestasi akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan
ujian kondusif atau tidak untuk menyontek. Masalah kepuasan prestasi akademik juga
menjadi sebuah konsekuensi, yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang
untuk menyontek. Bila ia menyontek, maka ia menjadi tidak puas dengan hasil yang
diperolehnya.

2.2 Gejala dan Bentuk-bentuk Menyontek

2.2.1 Gejala Menyontek

a. Prokrastinasi dan Self-efficacy

Prokrastinasi merupakan perilaku yang suka menunda-nunda tugas


penting. Prokrastinasi menjadi gejala yang paling sering ditemui pada siswa
yang menyontek. Hal ini terjadi karena, siswa yang diketahui menunda-
nunda pekerjaan memiliki kesiapan yang rendah dalam menghadapi ujian.
Siswa yang menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan memilki
pengetahuan yang rendah mengenai ujian yang dihadapi dan akan terdorong
untuk menyontek.

Self-efficacy merupakan kepercayaan seseorang tentang


kemampuan diri dalam bertindak. Self-efficacy juga dapat dimaknai sebagai
keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas atau
permasalahan.

Menurut Bandura (1994), self-efficacy menentukan bagaimana


seseorang merasa, berfikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku. Jadi,
self-efficacy ini sangat penting dimiliki oleh seorang siswa, terutama saat

5
mengerjakan ujian. Dengan adanya keyakinan pada kemampuan diri, maka
hal tersebut akan mempengaruhi kinerja siswa dalam mencapai keberhasilan
dalam ujian.

Seorang siswa yang memiliki self-efficacy yang baik dalam


menghadapi ujian, akan memiliki pengharapan akan nilai yang bagus dan
hasil yang memuaskan, dengan mempersiapkan diri sebelum dilakukannya
ujian. Sebaliknya, bagi siswa yang mempunyai self-efficacy yang rendah
pada saat menghadapi ujian, akan merasakan perasaan cemas, menunjukkan
sikap yang tidak tenang karena tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal
ujian,

sehingga siswa tersebut akan merasa putus asa dalam menghadapi rintangan
saat ujian dilaksanakan, dan akhirnya memutuskan untuk menyontek sebagai
alternatif terakhir.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh
(Murdock, Hale dan Weber, 2001) di sekolah menengah atas, yang
menemukan bahwa keyakinan diri yang rendah menjadi salah satu indikator
munculnya perilaku menyontek. Selanjutnya dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Clara Maradina (2008), diketahui bahwa adanya hubungan
negatif yang signifikan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian, dengan
kecenderungan menyontek pada mahasiswa semester akhir Fakultas
Psikologi Ubaya.

b. Kecemasan yang Berlebihan


Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidak
menyenangkan, dan merupakan pengalaman yang samar-samar, disertai

5
dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978;
dalam Hartanti dan Boy Soedarmadji, 2013:84).
Biasanya kecemasan yang normal disebut khawatir atau was-was,
yaitu rasa takut yang tidak jelas, tetapi terasa sangat kuat (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2012:134).
Kecemasan yang berlebihan pada siswa memberikan stimulus pada
otak, untuk tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Karena
keadaan ini, siswa terdorong untuk melakukan perilaku menyontek demi
ketenangan dirinya. Calabrese dan Cochran berpendapat bahwa kecemasan
ini muncul karena ketakutan mendapatkan kegagalan, dan adanya ekspetasi
siswa untuk sukses yang terlalu tinggi (Whitley, 1998; Kristin Voelkl Finn,
2004).

Studi yang dilakukan oleh Malinowski dan Smith (1985, dalam


Dody Hartanto, 2012:17), memaparkan bahwa kecemasan yang berlebihan
pada saat tes, mengakibatkan sesorang menyontek. Kecemasan ini, kerap
kali terlihat pada siswa yang akan menghadapi ujian. .

c. Motivasi Belajar dan Berprestasi


Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, akan
menjadi hal yang dapat mendorong siswa untuk menyontek. Siswa yang
memiliki motivasi berprestasi, akan berusaha menyelesaikan tugas atau
pekerjaan yang diberikan kepadanya, melalui usahanya sendiri dengan
sebaik-baiknya. Siswa ini sangat menyukai tantangan dalam berbagai ujian
yang diberikan kepadanya.
Siswa yang cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah, akan
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan apa adanya, dan

5
lebih memilih untuk meminta bantuan dari orang lain. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang rendah ini, juga akan memilih tugas atau pekerjaan
yang tidak memiliki tingkat kesulitan tinggi, dan mudah diselesaikan.
Teori motivasi menjelaskan bahwa menyontek bisa terjadi apabila
seseorang berada dalam kondisi tertekan dan tidak percaya diri, atau adanya
dorongan atau harapan untuk berprestasi, jauh lebih besar dari pada potensi
yang dimiliki. Semakin besar harapan atau prestasi yang diinginkan dari
pada potensi yang dimiliki, maka akan menimbulkan hasrat untuk
menyontek.

d. Keterikatan pada Kelompok


Siswa yang tergabung dalam kelompok akan merasa ada ikatan
yang kuat diantara mereka, yang mengharuskan mereka untuk saling tolong
menolong dan berbagi, termasuk dalam menyelesaikan tugas atau tes dan

ujian yang sedang dilakukan. Keterikatan kelompok ini menimbulkan


perasaan tanggung jawab siswa secara bersama-sama, untuk saling
membantu meskipun melanggar aturan dan merugikan.
Keterikatan pada kelompok ini juga berkaitan dengan konformitas.
Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial, yang didalamnya
individu mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan norma sosial.
Konformitas ini juga dapat diartikan sebagai perilaku mengikuti pendapat
teman-teman sebaya.
Jadi, karena siswa ingin diterima oleh teman-temannya didalam
kelompok, maka mereka akan melakukan apa yang diminta di kelompok
termasuk dalam bekerja sama saat ujian. Selain itu, siswa juga takut akan
diasingkan atau dijauhi oleh teman-temannya, karena dianggap tidak
kompak.

5
Siswa yang sering mengalami ini adalah siswa yang berada pada
usia remaja, karena remaja sedang berada pada proses pencarian identitas
diri. Remaja cenderung akan mengikuti apa yang diinginkan oleh teman
sebayanya, agar tidak di jauhi.
Menurut Garrison (Andi Mapiare, 1982; dalam Sarlito Wirawan
Sarwono, 2012:160), kebutuhan khas dari remaja, yaitu kebutuhan akan
ketidakikutsertaan dan diterima di dalam kelompok, kebutuhan akan
pengakuan dari orang lain, dan kebutuhan untuk dihargai. Berbagai
kebutuhan remaja tersebut, dapat membuat remaja ingin diakui dan diterima
oleh kelompok, walaupun dengan cara menyontek.

e. Keinginan akan Nilai Tinggi


Siswa juga di dorong oleh keinginan untuk mendapatkan nilai
tinggi, yang merupakan gejala yang dapat menyebabkan perilaku
menyontek.
Siswa yang berfikir bahwa nilai adalah segalanya, akan
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik. Semua
berfikir

bahwa dengan mendapatkan nilai yang baik, maka mereka akan


mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Siswa yang menyontek berfikiran bahwa akan lebih mudah
menggapai cita-cita di masa yang akan datang, jika mereka tidak gagal
dalam menghadapi ujian atau pekerjaan yang diberikan.
Pendidikan di Indonesia juga menggunakan nilai sebagai hasil
evaluasi belajar siswa, yang mengakibatkan masyarakat memandang bahwa
prestasi belajar, hanya dari pencapaian nilai yang tinggi dan bukan pada
prosesnya. Hal ini juga dapat mendorong siswa untuk mendapatkan nilai

5
tinggi. Disaat ujian, ada kemungkinan siswa untuk mengalami kegagalan.
Untuk menghindari kegagalan tersebut, siswa menggunakan cara menyontek
agar mendapatkan nilai yang tinggi.

f. Pikiran Negatif
Pikiran negatif ini seperti ketakutan dikatakan bodoh dan dijauhi
oleh teman-teman, ketakutan dimarahi oleh orang tua dan guru, dan
pemikiran negatif lainnya.
Jika seorang siswa mengetahui bahwa nilai yang diperolehnya jelek
atau dibawah standar rata-rata kelas, maka dia akan mendapatkan cap atau
label sebagai anak bodoh dan dijahui oleh teman-temannya, sehingga
timbullah gejala menyontek pada siswa tersebut.
Indikasi munculnya perilaku menyontek, juga dapat diawali dengan
adanya hubungan yang tidak baik antara siswa dengan orang tua. Orang tua
yang memberikan dorongan dan kepercayaan kepada siswa, akan dapat
meminimalisir perilaku menyontek. Hal ini terjadi, karena tidak adanya rasa
tertekan dan rasa takut siswa terhadap orang tuanya.

g. Harga Diri dan Kendali Diri


Siswa dengan harga diri yang tinggi dan berlebihan, juga memilih
untuk melakukan perbuatan menyontek. Menyontek ini bertujuan untuk
menjaga agar harga dirinya tetap terjaga dengan mendapatkan nilai yang
tinggi, meskipun dilakukan dengan cara yang salah.
Selain itu, siswa yang menyontek juga menunjukkan adanya gejala
pengendalian diri yang rendah. Seseorang yang memiliki pengendalian diri
yang baik, akan memperkecil kemungkinan untuk menyontek. Hasil

5
penelitian Abdullah Alhadza di PPs UNJ, mengungkapkan bahwa alasan
pertama mengapa mahasiswa menyontek, karena terpengaruh setelah melihat
orang lain menyontek, meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.

h. Perilaku Impulsive dan Cari Perhatian


Ketika individu memiliki kebutuhan untuk melakukan sensasi,
mereka akan melakukan eksperimen, dan terkadang melakukan perbuatan
yang mengandung risiko seperti menyontek. Kebutuhan sensasi merupakan
perbuatan evolusi individu untuk tetap bertahan hidup (Zuckerman, 1994;
Anderman, 2007).
Dalam memahami perilaku menyontek, sering muncul dua buah
pendekatan, yaitu pendekatan impulsive dan pendekatan sensasi. Siswa
dikatakan impulsive, ketika ia membuat keputusan lebih banyak didasarkan
pada dorongan, dibandingkan memikirkan alasan. Dorongan tersebut
merupakan dorongan agar mendapat keuntungan bagi dirinya sendiri.
Sedangkan siswa yang memiliki kebutuhan akan sensasi yang berlebihan
ketika siswa sedang tumbuh dan berkembang, ditunjukkan dengan
melakukan perbuatan menyontek, karena tindakan tersebut dianggap bersifat
alami sehingga harus diikuti, untuk dapat terus bertahan hidup.

2.2.2 Bentuk-bentuk Menyontek


Berkenaan dengan bentuk-bentuk menyontek, Hetherington dan
Feldman (1964; dalam Dody Hartanto, 2012:17) mengelompokkan perilaku
menyontek ke dalam empat bentuk, yaitu:
Individual-opportinistic yang dimaknai sebagai perilaku siswa, untuk
mengganti jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung, dengan
menggunakan catatan ketika guru pengawas keluar dari kelas.

5
Independent-planned yang diidentifikasikan sebagai perilaku siswa,
yang menggunakan catatan ketika tes atau ujian sedang berlangsung, atau
membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya
terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
Social-active merupakan perilaku siswa yang melihat atau meminta
jawaban dengan orang lain.
Social-passive adalah mengizinkan seseorang melihat atau menjiplak
jawaban.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dody Hartanto (2010)
kepada siswa di salah satu sekolah swasta di kota Yogyakarta, diketahui bahwa
bentuk perilaku menyontek yang paling dominan adalah social-active. Pada
kegiatan menyontek tersebut, siswa lebih banyak memilih cara untuk melihat
jawaban teman pada saat tes sedang berlangsung. Bentuk lainnya, seperti
meminta jawaban kepada teman, baik melalui pemberian kode nonverbal,
maupun dengan tulisan.
Dalam penelitian yang dilakukan dengan oleh Friyatmi (2011) pada
mahasiswa FE UNP, juga ditemukan bentuk perilaku menyontek yang paling
dominan dilakukan oleh mahasiswa tersebut, yaitu menyalin jawaban teman dan
mengizinkan teman menyalin jawaban mereka.
Menurut Dody Hartanto (2012:37), bentuk dari perilaku menyontek
diantaranya, (a) menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan

akademik, (b) membuat informasi, referensi atau hasil dengan menipu orang lain,
(c) plagiat, dan (d) membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku
menyontek.
Perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Menyontek dengan usaha sendiri, seperti membuat catatan sendiri,
membuka buku saat ujian, membuat coret-coretan di kertas kecil,

5
rumus di tangan, dikerah baju dan bisa juga dengan cara mencuri
jawaban teman.
b. Menyontek dengan kerjasama, seperti membuat kesepakatan terlebih
dahulu dan membuat kode-kode tertentu atau meminta jawaban dari
teman.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih pada zaman
sekarang ini, timbul bentuk perilaku menyontek yang baru akibat kecanggihan
teknologi. Hal ini seperti menggunakan kalkulator, memfoto materi yang akan
diujiankan dengan kamera handphone, membuka internet dengan handphone
ketika ujian sedang berlangsung, SMS-an dengan teman, dan lain sebagainya.
Jadi, dapat disimpulkan bentuk-bentuk perilaku menyontek antara lain:
a. Individual-opportinistic,
b. Independent-planned,
c. Social-active,
d. Social-passive,
e. Melihat jawaban teman pada saat tes berlangsung,
f. Meminta jawaban kepada teman,
g. Mengizinkan teman menyalin jawaban,
h. Menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik,
i. Plagiat,
j. Membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku menyontek,
k. Membuat catatan sendiri,
l. Membuka buku saat ujian,

m. Membuat coret-coretan dikertas kecil, rumus di tangan, di kerah baju,


n. Mencuri jawaban teman, dan
o. Menggunakan dan memanfaatkan teknologi.

5
2.3 Penyebab Perilaku Menyontek
Menurut Alhadza (2004) dalam makalahnya mengenai masalah menyontek
yang ia istilahkan dengan cheating, ia menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan
terbuka kepada 60 orang mahasiswa di PPs UNJ. Dari hasil kuesioner tersebut,
didapatkan jawaban tentang alasan seseorang melakukan cheating dengan
pengelompokan sebagai berikut.
1. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan cheating, meskipun
pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku, sehingga
memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari buku.
3. Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
4. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5. Takut gagal. Maksudnya, yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian
tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
6. Ingin mendapatkan nilai tinggi, tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan
belajar keras atau serius.
7. Tidak percaya diri. Sebenarnya yang bersangkutan sudah belajar teratur,
tetapi ada kekhawatiran akan lupa materi yang dihafal, yang dapat
menimbulkan kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan
kecil.
8. Terlalu cemas menghadapi ujian, sehingga hilang ingatan akan materi yang
diujiankan, lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk
berdekatan.

9. Merasa sulit meghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal
yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan, daripada mempelajari sesuatu
yang belum tentu keluar, lebih baik mencari bocoran soal.

5
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi
kepada dosen/guru lebih efektif dari pada belajar serius.
12. Penugasan guru/dosen tidak rasional, yang mengakibatkan siswa/mahasiswa
terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya, sehingga bermaksud membalas dengan
mengelabui dosen/guru yang bersangkutan.
Selain dari hasil penelitian diatas, faktor yang menyebabkan seseorang
menyontek antara lain:
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada siswa dari hasil studi
berupa angka dan nilai, yang diperoleh siswa dalam test formatif atau
sumatif.
b. Pendidikan moral baik dirumah maupun disekolah kurang diterapkan dalam
kehidupan siswa.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa, sehingga ketinggalan dalam
menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d. Anak remaja lebih sering menyontek daripada anak SD, karena masa remaja
bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer dikalangan
teman-teman sekelasnya.
e. Kurang mengerti arti dari pendidikan.
f. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
g. Takut gagal karena yang bersangkutan merasa belum siap menghadapi ujian
dan dia tidak ingin mengulang.
h. Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabannya sendiri.
Dampak yang timbul dari praktik menyontek yang secara terus menerus
dilakukan, akan mengakibatkan ketidakjujuran. Peserta didik akan menanam

kebiasaaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya akan menjadi kandidat koruptor.
(Poedjinoegroho, 2006).

5
Pengajaran yang orientasinya siswa mampu menjawab soal, dan bukan pada
pengertian serta pengembangan inovasi dan kreatifitas siswa, akan menumbuhkan
kebosanan, kejenuhan, dan suasana monoton yang dapat mengakibatkan stress.
Jika masalah menyontek ini masih saja dianggap sepele oleh semua orang,
tidak ada respon dan tanggapan dari guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, para
pakar pendidikan dan pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan, penulis pesimis
dunia pendidikan akan maju, kreativitas siswa akan hilang, dan tumbuh orang-orang
yang tidak jujur, yang bekerja disemua sektor kehidupan.

2.4 Dampak Perilaku Menyontek


Dampak yang timbul dari praktik menyontek yang dilakukan secara terus
menerus, akan mengakibatkan ketidakjujuran. Jika praktik menyontek tidak dapat
diatasi, maka semakin banyak peserta didik yang akan menanam kebiasaan berbuat
tidak jujur, dan akan banyak orang di masa mendatang menjadi kandidat koruptor,
pecundang dan lain sebagainya.
Yang lebih mengkhawatirkan, kebiasaan menyontek juga akan
mengakibatkan seseorang itu tidak mau berusaha sendiri, tidak mau bertanggung
jawab dan selalu mengandalkan orang lain. Sehingga, siswa tersebut tidak akan mau
mempergunakan otaknya sendiri, dan tentu saja akan muncul generasi-generasi yang
bodoh, tidak percaya diri, malas dan tidak jujur. Bahkan yang lebih parah lagi,
pendidikan tidak akan pernah maju. Berikut dampak perilaku menyontek yaitu:
1. Perilaku menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong
Menyontek termasuk perilaku berbohong, baik pada diri sendiri maupun
orang lain. Siswa yang sudah terbiasa menyontek, akan terbiasa untuk
berbohong, tidak hanya ketika ujian, namun juga terbawa-bawa dalam kehidupan
sehari-hari.

5
Menyontek dapat mengikis pribadi jujur dalam diri seorang pelajar,
serta dapat menghambat seorang pelajar mengoptimalkan kemampuannya dalam
belajar dan memperoleh hasil belajar.
Sommers dan Sattel (2005 dalam Paris S. Strom; Robert D. Strom:
2007; dalam Dody Hartanto, 2012:5) menyatakan bahwa menyontek terjadi
karena adanya erosi perilaku, yaitu ketika siswa lebih mementingkan membantu
teman-teman mereka dalam mengerjakan tugas dan ujian. Hal ini juga dapat
membuat siswa terbiasa untuk berbohong, karena mereka lebih mengutamakan
untuk membantu teman dalam ujian. .

2. Siswa tidak menghargai proses belajar


Siswa yang hanya mengandalkan menyontek ketika ujian, dalam belajar
siswa tersebut hanya bermain-main saja, karena bagi mereka yang penting adalah
hasil ujian dan proses belajar tidak penting. .

3. Melahirkan koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang menghalalkan


segala cara untuk mendapat keuntungan bagi dirinya sendiri
Menyontek dapat mengikis kejujuran dan mendidik siswa untuk
berbohong. Jika banyak siswa yang sering melakukan tindakan menyontek, hal
tersebut akan tertanam di dalam diri siswa, dan akan melahirkan pekerjaan-
pekerjaan yang tidak baik, seperti koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang
menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan bagi dirinya sendiri.

4. Tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain


Ketergantungan adalah suatu keadaan seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya yang tidak bisa lepas dari bantuan pihak lain (Hartono
dan Boy Soerdarmadji, 2013:88). Di dalam belajar, masalah ini dapat
menimbulkan penurunan kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk
mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga usaha belajarnya menjadi rendah.

5
Siswa yang menyontek biasanya tidak mandiri, karena ia tidak bisa
lepas dari bantuan orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak mau
berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain dalam berbagai hal.
.

5. Malas belajar, malas berfikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka
meneliti
Siswa yang sudah terbiasa tidak belajar sebelum menempuh ujian, lama-
kelamaan akan memunculkan perilaku malas belajar, malas berfikir dan
merenung, malas membaca dan tidak suka meneliti. .

6. Membodohi diri sendiri


Menyontek termasuk perilaku yang dapat membodohkan diri sendiri.
Seorang siswa yang suka menyontek, akan kesulitan memahami materi pelajaran
dan hal tersebut akan membuat siswa membodohi dirinya sendiri. .

7. Mempunyai kepercayaan diri yang rendah


Siswa yang menyontek ketika ujian, biasanya tidak memiliki rasa
percaya diri ketika menjawab soal-soal ujian, sehingga lebih memilih untuk
menyontek. Karena terus-menerus menyontek, maka siswa tersebut semakin
merasa bahwa dia tidak percaya diri dalam ujian maupun tes yang lainnya.

2.5 Ciri-ciri Siswa yang Sering Menyontek


Siswa yang sering menyontek memiliki ciri-ciri seperti berikut.
1. Kegiatan menyontek biasanya dilakukan oleh siswa yang duduknya
dibelakang. Siswa yang duduk dibelakang mempunyai peluang besar untuk
menyontek, dibanding dengan siswa yang duduk didepan maupun ditengah.

5
Tempat duduk dibelakang letaknya jauh dari meja pengawas ujian, sehingga
bisa beroperasi dengan bebas.

2. Jika dipandang oleh guru pengawas, biasanya mereka tidak berani menatap
pandangan guru. Ketidakberanian mereka disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu, takut ketahuan sedang menyontek dan wajah dari pengawas ujian yang
sangat menyeramkan, sehingga tidak berani menatap mata pengawas.
3. Duduknya tidak tenang. Hal ini merupakan ciri seorang siswa yang perlu
mendapat perhatian khusus. Siswa yang duduk tidak tenang ini perlu dicurigai
akan melakukan tindakan menyontek. Misalnya saja, duduk tidak menghadap
depan, melainkan kesamping. Terkadang, siswa melakukan tindakan-tindakan
yang tidak terduga seperti, menggaruk kepala, meletakkan alat tulis dibibir
atau terkadang menggigit alat tulis, dan kadangkala siswa pura-pura
mengerjakan soal dengan serius, namun setelah dilakukan riset, ternyata
mereka tidak mengerjakan soal akan tetapi menggambar atau mempertebal
tulisan.
4. Menggunakan kode rahasia. Kode yang digunakan seperti menggunakan
bagian tubuh, seperti jari atau menunjuk bagian tubuh dan berbisik.
5. Mengalihkan perhatian guru. Tipe menyontek seperti ini, biasanya dilakukan
oleh sindikat tertentu (kerjasama antara teman yang satu dengan teman yang
lainnya). Ada salah satu siswa yang dijadikan umpan untuk mengalihkan
perhatian guru pengawas, sehingga guru pengawas hanya fokus pada siswa
tersebut. Waktu yang singkat ini dimanfaatkan siswa yang lain untuk
menyontek atau berdiskusi dengan siswa lain.
6. Lembar jawaban biasanya penuh dengan coretan. Dalam tindakan menyontek,
ditemukan unsur dilemanitas terhadap pilihan jawaban yang berbeda antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain. Apabila dilemanitas ini tidak segera
diselesaikan, akan terdapat jawaban ganda. Siswa harus bisa memilih pilihan

5
yang tepat dengan menggunakan hatinya. Jawaban yang pertama biasanya
hanya didasarkan pada emosi sesaat. Setelah berdiskusi dengan teman yang
lain, siswa harus mengganti jawaban yang pertama dengan jawaban yang baru
didapatkan.

2.6 Pengertian Cara Belajar


Menurut Suryabrata (2007:84), cara belajar adalah cara atau jalan yang harus
ditempuh, untuk mencapai tujuan dalam belajar dan cara-cara tersebut akan menjadi
suatu kebiasaan.
Cara belajar menurut Wina Sanjaya (2016:147), yaitu cara untuk
mengimplementasikan rencana yang telah disusun, supaya bisa mencapai tujuan yang
optimal.
Menurut Nur Hamiyah dan Jauhar (2014:49), cara belajar yakni cara untuk
mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk nyata, untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian cara belajar menurut Ridwan Abdullah Sani, yaitu langkah
operasional, yang dipilih dalam strategi pembelajaran, guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Abdurrahman Ginting (2014:12), cara belajar merupakan pola atau
cara yang khas untuk memanfaatkan prinsip dasar pendidikan, berbagai teknik, dan
sumber daya yang terkait pada proses pembelajaran peserta didik.

2.7 Cara Belajar yang Efektif

5
Pemilihan cara belajar yang tidak efektif oleh siswa, menyebabkan siswa
menjadi kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok
kesulitan, yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam
kemahiran, dan penggunaan kemampuan dalam bidang akademik.

Siswa yang kesulitan dalam belajar, biasanya akan mencari berbagai cara,
agar ia dapat menyelesaikan tugas-tugas dalam semua bidang studi, dan biasanya ia
akan mudah terpengaruh oleh hal negatif, seperti menyontek. Berikut beberapa cara
belajar efektif yang dapat diterapkan oleh siswa, agar tidak sampai pada tindakan
menyontek, yakni:
1. Membuat jadwal.
2. Jauhi distraksi.
3. Catat kata kunci dan bagian penting.
4. Ajarkan materi kepada orang lain.
5. Kerjakan soal-soal tes.
6. Belajar besama teman.

5
5
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian karya ilmiah ini, penulis melakukan pengumpulan data dari
jawaban responden dan menjadi bahan penyusunan karya ilmiah ini dengan metode
kuesioner, studi kepustakaan dan metode penelitian kelas.

3.1 Data, Populasi, dan Sampel


Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis memerlukan data yang kualitatif
untuk menjadi objek dari penelitian ini. Sumber data, penulis peroleh dari hasil

24
jawaban kuesioner yang dibagikan berupa angket pada responden.
Pada penelitian ini, penulis mengambil populasi para siswa SMA Seminari
Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023. Tujuan
diambilnya populasi ini, untuk membuktikan pengaruh kebiasaan menyontek
terhadap cara belajar siswa-siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar.
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dari penelitian ini adalah
35 sampel siswa-siswa kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus
Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023.

3.2 Lokasi dan Waktu


Penulis mengumpulkan data kualitatif dari SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar, pada tanggal 4 mei 2023, dimulai pukul 17.25
sampai 18.25.

3.3 Instrumen Penelitian


Metode penelitian yang digunakan penulis berupa kuesioner dan dijawab
oleh responden. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan tentang pengaruh kebiasaan
menyontek terhadap cara belajar para siswa. Penulis juga mengembangkan
pembahasan tentang judul karya ilmiah ini, melalui peninjauan tentang studi pustaka.
Melalui peninjauan ini, pengembangan pembahasan tentang judul karya ilmiah ini
dapat tercapai dengan baik. Penulis juga menggunakan metode penelitian kelas.
Melalui penelitian kelas ini, ditemukan solusi sekaligus faktor penyebab serta dampak
perilaku menyontek, sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dengan baik.

3.4 Teknik Analisis Data


Penulis mengembangkan data dari hasil kuesioner sebagai berikut.

24
3.4.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari responden diolah dan diklasifikasikan oleh
penulis, serta membuat persentasenya.

3.4.2 Penafsiran Data


Setelah pengklasifikasian data dan pembuatan persentase data yang
diperoleh dilakukan penulis, kemudian penulis akan melakukan penafsiran
mengenai kemana arah dan maksud dari hasil jawaban tersebut, sehingga mudah
dipahami.

3.4.3 Pengumpulan Data


Penulis mengumpulkan data, kemudian mempertimbangkan jawaban
yang diberikan responden, untuk mendapatkan sebuah kesimpulan.

3.5 Studi Kepustakaan


Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelaahan, dan mengutip
suatu karya manusia berupa tulisan yang telah dibukukan. Penulis menggunakan
metode ini, sekaligus mendukung metode kuesioner yang digunakan penulis. Penulis
menelusuri referensi-referensi yang berhubungan dengan data-data dari metode
kuesioner, lalu mengkombinasikannya dengan metode kepustakaan tersebut.

3.6 Penelitian Kelas


Penelitian kelas merupakan suatu metode penelitian dengan tujuan untuk
memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu. Penulis
menggunakan metode ini, untuk menemukan solusi sekaligus mencari faktor
penyebab dan dampak dari perilaku menyontek, yang terjadi pada kelas Syntaxis IPS
SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar.

24
24
IUVANTE DEO VINCIMUS

24
HIPOTESIS
Pada umumnya, siswa-siswa kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023, telah menyadari
dan paham tentang dampak perilaku menyontek.

Tindakan menyontek yang sering dilakukan, dapat memicu dan membuat


siswa menjadi malas dan banyak mengharapkan jawaban dari teman. Hal ini
menyebabkan siswa yang sering menyontek, mudah berbohong dan tidak percaya
diri.

Siswa melakukan tindakan menyontek, bisa disebabkan karena cara


belajarnya yang kurang efektif. Seperti, tidak membuat jadwal belajar, tidak bertanya
pada guru atau teman bila tidak mengerti materi yang diajarkan di sekolah, dan tidak
membuat catatan-catatan penting dari penjelasan guru.

Kemalasan yang timbul dalam diri siswa, disebabkan karena cara belajar
siswa tersebut, kurang efektif. Sehingga timbul rasa malas dan kemudian muncul sifat
ketergantungan pada seseorang.

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan hipotesa yaitu siswa-siswa kelas


Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar, banyak
yang melakukan tindakan menyontek, karena cara belajar mereka yang kurang
efektif. Sehingga muncul rasa malas dalam diri, dan kemudian timbul sifat
ketergangtungan pada teman. Kemudian ketika ujian, mereka memilih untuk
menyontek, dengan harapan mendapat nilai yang bagus. Hal ini merupakan hipotesis
sementara penulis, yang akan diuji kebenarannya, melalui kuesioner yang dibagikan
penulis untuk dijawab oleh para responden.

27
IUVANTE DEO VINCIMUS

27
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Siswa Kelas Syntaxis IPS SMA Seminari


Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar

SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar merupakan


lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Katolik
Santo Yoseph Pematang Siantar, siswa kelas Syntaxis IPS umumnya berasal dari
berbagai daerah seperti: Pematang Siantar, Medan, Tarutung, Saribudolog,
Kabanjahe, Berastagi, Sidikalang dan Parsoburan.

SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar memiliki


pedoman yang diterapkan pada seluruh siswa SMA Seminari Menengah Christus
Sacerdos Pematang Siantar, yakni PANDU. Kepanjangan dari PANDU, yakni
Pendoa, bersAudara, maNdiri, Disiplin, jUjur. Seluruh siswa harus menghidupi nilai-
nilai PANDU tersebut.

28
Para siswa kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar, umumnya adalah orang-orang yang jujur. Hal ini tampak dari sikap
mereka, terutama bila mereka menemukan sebuah barang yang tertinggal, pasti
mereka mengumumkannya dan mengembalikannya pada pemiliknya. Sebagian siswa
kelas Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar,
juga memiliki pribadi yang tidak jujur. Hal ini tampak ketika ujian. Mereka tidak
mempersiapkan dirinya sebelum ujian, yang menyebabkan mereka tergoda untuk
menyontek. Hal ini dapat berpengaruh buruk bagi siswa yang jujur, kerena dapat
membuat mereka yang jujur, ikut-ikutan melakukan tindakan menyontek.

4.2 Hasil Penelitian

Dari angket yang dibagikan, penulis mendapatkan hal-hal yang aktual.


Kebanyakan para siswa beranggapan bahwa tindakan menyontek yang sering
dilakukan, memberikan pengaruh yang dominan terhadap cara belajar mereka. Hal ini
didapatkan penulis melalui hasil kuesioner yang telah dibagikan.

Tabel 4.2.1

Siswa yang Pernah dan Tidak Pernah Menyontek

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Apakah Anda pernah Ya 35 100%


menyontek Tidak 0 0%

Dari tabel 4.2.1 di atas, terdapat sebanyak 35 responden yang mengakui


dirinya pernah melakukan tindakan menyontek.

28
Tabel 4.2.2

Hasil yang Memuaskan dan Tidak Memuaskan dari Tindakan Menyontek

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Apakah hasil yang Anda dapatkan Ya 10 28%


dari menyontek selalu memuaskan Tidak 25 72%

Dari tabel 4.2.2 di atas, terdapat sebanyak 10 responden yang menyatakan


bahwa tindakan menyontek selalu membuahkan hasil yang memuaskan, dan terdapat
sebanyak 25 responden yang menyatakan bahwa tindakan menyontek tidak selalu
membuahkan hasil yang memuaskan. Dari tabel ini, kita tahu bahwa hasil ujian yang
didapat responden dari menyontek tidak selalu memuaskan. .

Tabel 4.2.3

Alasan Responden Melakukan Tindakan Menyontek

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Malas belajar 6 17%


Apa alasan Anda
Ingin mendapat nilai
melakukan tindakan 21 61%
bagus
menyontek
Lainnya 8 22%

Dari tabel 4.2.3 di atas, terdapat sebanyak 6 responden memilih melakukan


tindakan menyontek karena malas belajar, dan terdapat juga sebanyak 21 responden
yang melakukan tindakan menyontek dengan alasan ingin mendapat nilai bagus pada
daftar nilai, serta terdapat sebanyak 8 responden yang memilih jawaban lainnya.

28
Responden yang memilih jawaban lainnya, malakukan tindakan menyontek dengan
alasan:

a. Terpaksa melakukannya karena lupa mempelajari materi yang akan


diujiankan.
b. Kurang mempersiapkan diri untuk ujian.
c. Ragu atas jawaban sendiri. .

Tabel 4.2.4

Tindakan yang dilakukan Responden Ketika Melihat Temannya Sedang Menyontek

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Menasihatinya 2 5%
Apa yang Anda
lakukan jika ada Menegurnya 16 45%
teman Anda yang Mendiamkannya saja 9 26%
menyontek
Melaporkannya 8 24%

Dari tabel 4.2.4 di atas, terdapat sebanyak 5% atau 2 responden yang


menasihati temannya jika ada yang menyontek. Terdapat juga sebanyak 16 orang
responden yang menegur temannya, jika ia melihat temannya tersebut menyontek.
Sedangkan 9 responden lainnya, memilih untuk membiarkan dan mendiamkan
temannya tersebut menyontek. Mereka tidak peduli, karena mungkin mereka juga
ikut terlibat didalamnya, atau takut di cap sebagai pengadu atau pelapor. Terdapat
juga sebanyak 8 responden yang melaporkan temannya kepada guru bila ia melihat
temannya menyontek. Dari tebel di atas, banyak responden yang lebih memilih
sekadar menegur dan banyak juga yang hanya mendiamkannya saja. Dari hal tersebut

28
terlihat bahwa, tindakan responden dalam menanggapi temannya menyontek,
berbeda- beda.

Tabel 4.2.5

Perasaan Responden jika Nilai yang didapat dari Hasil Menyontek

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Apakah Anda merasa senang Ya 10 29%


jika nilai yang Anda dapatkan
dari hasil menyontek Tidak 25 71%

Dari tabel 4.2.5 di atas, terdapat sebanyak 10 responden merasa senang, jika
nilai yang mereka dapat tersebut dari hasil menyontek. Bisa saja mereka merasa
senang karena nilai yang mereka dapatkan tersebut tinggi atau melewati nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Sedangkan 25 responden lainnya merasa tidak senang,
jika nilai yang mereka dapatkan dari hasil menyontek. Mereka menjawab tidak
senang karena:
a. Hasil yang didapat mereka, bukan dari hasil usaha sendiri.
b. Menyontek merupakan perbuatan tidak jujur.
c. Dipenuhi rasa cemas dan gelisah.
d. Timbul rasa malu dengan teman yang mendapat nilai yang sama dengan kita,
tetapi temannya tersebut tidak menyontek.
e. Timbulnya rasa menyesal dalam diri.
f. Hasil yang didapat mereka tersebut rendah dan tidak lulus, atau tidak
melewati nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

28
.

Tabel 4.2.6

Pengertian Cara Belajar Menurut Responden

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Metode atau teknik yang dilakukan


28 80%
pelajar untuk mencapai target belajar
Menurut
Anda Metode tersendiri yang diciptakan pelajar
apakah untuk belajar dan memperluas 4 11%
pengertian pengetahuan
cara belajar
Suatu teknik dalam memahami hal baru
3 9%
dengan konsisten

Dari tebel 4.2.6 di atas, diketahui bahwa sebanyak 28 responden menyatakan


pendapatnya, bahwa cara belajar ialah metode atau teknik yang dilakukan seorang
pelajar untuk mencapai target belajarnya. Sedangkan 4 responden lainnya,
menyatakan bahwa cara belajar adalah metode tersendiri yang diciptakan pelajar,
untuk belajar dan memperluas pengetahuan, dan 3 responden lainnya, berpendapat
bahwa cara belajar itu merupakan suatu teknik dalam memahami hal baru dengan
konsisten. Dari tabel ini kita tahu bahwa pengertian cara belajar berbeda-beda
menurut pandangan responden.

28
Tabel 4.2.7

Pengaruh Tindakan Menyontek Terhadap Cara Belajar Siswa

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Menurut Anda berpengaruhkah tindakan Ya 35 100%


menyontek terhadap cara belajar siswa Tidak 0 0%

Dari tabel 4.2.7 di atas, diketahui bahwa sebanyak 100% atau 35 responden
merasakan adanya pengaruh yang muncul akibat dari tindakan menyontek bagi cara
belajar mereka. Mereka menjawab “ya” karena mereka merasakan langsung pengaruh
yang timbul, akibat dari tindakan menyontek bagi cara belajar mereka, yakni:
a. Siswa yang sering menyontek, akan semakin malas belajar.
b. Siswa akan sering menganggap remeh suatu pelajaran ataupun ujian tertentu.
c. Adanya sifat ketergantungan pada orang lain.
d. Suka pada hal yang praktis dan tidak mau berusaha.

28
Tabel 4.2.8

Budaya Menyontek dihilangkan dari Lingkungan Sekolah

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Menurut Anda dapatkah budaya menyontek Ya 23 66%


dihilangkan dari lingkungan sekolah Tidak 12 34%

Dari tabel 4.2.8 di atas, diketahui bahwa sebanyak 66% atau 23 responden
menyatakan pendapatnya, bahwa budaya menyontek yang sering terjadi di
lingkungan

sekolah dapat dihilangkan. Mereka berpendapat bahwa budaya menyontek tersebut


dapat dihilangkan dengan cara:
a. Memberi sanksi dan hukuman pada siswa yang ketahuan menyontek.
b. Diskors atau dikeluarkan dari sekolah.
c. Diadakan bimbingan khusus yang dapat menumbuhkan kesadaran diri pada
siswa.
Mereka menjawab “ya”, karena menurut mereka setiap hal yang ada atau diketahui
penyebab terjadinya, pasti ada cara dan solusi terbaik untuk mengatasinya. Oleh
karena itu, mereka menjawab “ya” dan menyatakan solusi menurut pandangan
mereka masing-masing.
Sedangkan 34% atau 12 responden lainnya, berpendapat bahwa budaya
menyontek tersebut, tidak dapat dihilangkan dari lingkungan sekolah. Mereka
menjawab “tidak”, karena menurut mereka tindakan menyontek tersebut, sudah
turun-temurun dilakukan oleh siswa, dan menurut mereka banyak siswa yang
memiliki karakter yang tidak jujur. Sehingga, mereka menyatakan bahwa budaya
menyontek dalam lingkungan sekolah, tidak dapat dihilangkan.

Tabel 4.2.9

28
Cara Belajar yang Efektif Menurut Responden

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Mempelajari pelajaran yang telah


16 46%
dipelajari secara berulang-ulang

Menurut Anda Menerapkan metode belajar sendiri


7 20%
bagaimana cara dan membuat jadwal belajar
belajar yang Belajar bersama teman sekaligus
efektif yang dapat bertanya kepada teman bila tidak 5 14%
diterapkan oleh paham materi pelajaran
siswa
Mempersiapkan diri dengan
konsisten untuk pelajaran 7 20%
keesokan harinya

Dari tabel 4.2.9 di atas, diketahui bahwa sebanyak 16 responden menyatakan


pendapatnya, bahwa cara belajar yang efektif yang dapat diterapkan oleh siswa, yakni
dengan mempelajari pelajaran yang telah dipelajari, secara berulang-ulang.
Sedangkan 7 responden lainnya berpendapat, bahwa cara belajar yang efektif yang
dapat diterapkan oleh siswa, yakni dengan menentukan dan menerapkan metode
belajar sendiri dan membuat jadwal belajar. Sedangkan 5 responden lainnya
berpendapat, bahwa cara belajar yang efektif yang dapat diterapkan oleh siswa, yakni
dengan belajar bersama teman, sekaligus bertanya kepada teman bila tidak paham
materi pelajaran. Sedangkan 7 responden lainnya berpendapat, bahwa cara belajar
yang dapat diterapkan oleh siswa yakni dengan mempersiapkan diri dengan konsisten
untuk pelajaran keesokan harinya.

Tabel 4.2.10

Upaya yang dilakukan Responden agar Tidak Menyontek

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

Upaya apa yang Mempersiapkan diri dengan 18 51%

28
Anda lakukan belajar secara konsisten
agar tidak Belajar sungguh-sungguh, tekun
menyontek 17 49%
dan serius

Dari tabel 4.2.10 di atas, diketahui bahwa sebanyak 18 responden


menyatakan pendapatnya, bahwa upaya yang dapat dilakukan agar tidak menyontek,
yaitu dengan mempersiapkan diri dengan belajar secara konsisten. Sedangkan 17
responden lainnya berpendapat, bahwa upaya yang dapat dilakukan agar tidak
menyontek, yaitu dengan belajar sungguh-sungguh, tekun dan serius. Dari hal
tersebut terlihat bahwa, upaya yang dilakukan responden agar tidak menyontek,
berbeda-beda.

28
IUVANTE DEO VINCIMUS
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan, yang sering dan
bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari.
Menyontek juga merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengerjakan tugas dan ujian, terutama perilaku yang dilakukan oleh siswa kelas
Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar,
merupakan suatu perbuatan tidak jujur.
Ternyata dari hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis di SMA
Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar, para siswa kelas Syntaxis
IPS tersebut, mengaku bahwa mereka semua, pernah melakukan tindakan menyontek.
Responden juga mengakui bahwa tindakan menyontek yang sering dilakukan,
cenderung memberikan dampak negatif pada seseorang yang melakukannya.
Responden menyatakan, bahwa sebagian besar siswa Syntaxis IPS, lebih condong
melakukan tindakan menyontek dibanding berusaha sendiri. Hal ini disebabkan,
karena kurangnya persiapan diri dan ragu atau tidak percaya diri dengan jawaban
sendiri.
Dari studi kepustakaan yang sudah dilakukan oleh penulis, penulis
menyimpulkan bahwa seorang siswa memilih melakukan tindakan menyontek

37
dikarenakan kurangnya persiapan diri, keyakinan diri yang rendah, keinginan untuk
mendapatkan nilai tinggi, tidak adanya usaha untuk belajar, cara belajar yang tidak

efektif, dan mempunyai moral yang rendah. Cara belajar yang tidak efektif yang
dipilih siswa, dapat menyebabkan siswa tersebut menjadi malas, karena siswa tidak
mengerti atau memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Ketika rasa
malas sudah ada dalam diri siswa, maka siswa akan melakukan segala cara agar
nilainya bagus walau sering bermalas-malasan dalam belajar. Oleh sebab itu,
hipotesis penulis pada halaman sebelumnya diterima
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa kebiasaan menyontek dapat
mempengaruhi cara belajar siswa.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai “Pengaruh
Kebiasaan Menyontek terhadap Cara Belajar Siswa”, penulis memberikan beberapa
saran, yaitu:

5.2.1 Bagi Guru

Bagi guru selaku tenaga pengajar dan pembimbing, diharapkan mampu


mendampingi, mendidik anak-anak dan memberikan pelayanan atau konseling
bagi siswa, untuk mengurangi dan menangani perilaku menyontek yang
dilakukan siswa.

5.2.2 Bagi Siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang


Siantar

Bagi para siswa SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang


Siantar yang saat ini banyak melakukan tindakan menyontek, diharapkan mampu
menentukan cara belajar yang efektif dan cocok bagi dirinya. Agar semakin

37
banyak siswa yang berprestasi yang dapat memajukan Bangsa Indonesia
dikemudian hari.

5.2.3 Bagi Orang Tua

Bagi orang tua selaku pendidik dan pembimbing anak dalam keluarga,
diharapkan mampu memperhatikan anak-anaknya dengan baik, agar anak-anak
dapat memiliki cara belajar yang efektif, sehingga tidak terpengaruh untuk
melakukan tindakan menyontek.

37
BIBLIOGRAFI
Sumber buku:

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3 vols. Jakarta: Balai
Pustaka.

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Tim Huta Publisher. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Huta Publisher.

Sumber internet:

http://eprints.ums.ac.id/20328/2/03._BAB_1.pdf

http://repository.uinsuska.ac.id/5865/4/BAB%20III.pdf

http://etheses.uinmalang.ac.id/1781/6/09410125_BAB_3.pdf

http://etheses.uinmalang.ac.id/618/6/10410172%20BAB%202.pdf

https://typoonline.com/kbbi/menyontek

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5699/3/BAB%20II.pdf

https://eprints.ums.ac.id/35521/2/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

http://etheses.uin-malang.ac.id/2222/6/08410011_Bab_2.pdf

https://blog.kejarcita.id/macam-macam-metode-belajar-menurut-para-ahli-lengkap-
beserta-pembahasannya/

https://pakdosen.co.id/menyontek-adalah/

37
https://www.kajianpustaka.com/2019/12/perilaku-menyontek-pengertian-jenis-aspek-
dan-faktor-penyebab.html?m=1

CURICULUM VITAE

Penulis, Fransiskus Sihotang lahir di


Pematang Siantar, 12 Juni 2006. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis merupakan anak dari Bapak Leonardus
Sihotang dan Ibu Arline Nurmauli Pasaribu.

Penulis memulai pendidikan pertamanya di


SD RK 7 Jl. Medan Km.6. Penulis menempuh pendidikannya di SD RK 7 selama 6
tahun (2012-2018). Setelah menyelesaikan pendidikan SD, penulis melanjutkan
pendidikannya di SMP Cinta Rakyat 1 Jl. Sibolga. Penulis menempuh pendidikannya
di SMP Cinta Rakyat 1 selama 3 tahun (2018-2021). Setelah menyelesaikan
pendidikan SMP, penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Seminari Menengah
Christus Sacerdos Pematang Siantar. Sekarang, penulis duduk di kelas Syntaxis IPS 2
(Tahun ke-2 di Seminari). Karya tulis ini merupakan karya tulis pertama penulis di
Seminari.

37
LAMPIRAN

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Fransiskus Sihotang

Kelas : Syntaxis IPS 2

Judul Penelitian : Pengaruh Kebiasaan Menyontek terhadap Cara Belajar Siswa


Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023

Tanda Tangan
NO Tanggal Hasil yang dikonsultasi
Siswa Pembimbing

1. 13 Februari 2023 Pengajuan judul

2. 21 Maret 2023 Pengajuan Proposal

3. 29 Maret 2023 Pengajuan Angket

4. 11 Mei 2023 Pengajuan Kata pengantar

5. 19 April 2023 Pengajuan Bab I

6. 08 Mei 2023 Pengajuan Bab II

7. 11 Mei 2023 Pengajuan Bab III

8. 29 Mei 2023 Pengajuan Bab IV

9. 29 Mei 2023 Pengajuan Bab V

10. 11 Mei 2023 Pengajuan Bibliografi

37
11. 11 Mei 2023 Pengajuan Curiculum Vitae

12. 29 Mei 2023 Pengajuan Abstraksi

Kuesioner
Pengaruh Kebiasaan Menyontek Terhadap Cara Belajar
Siswa Syntaxis IPS SMA Seminari Menengah Christus Sacerdos
Pematang Siantar Tahun Pelajaran 2022/2023

Nama : Kelas :

1. Apakah Anda pernah menyontek?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah hasil yang anda dapat dari menyontek selalu memuaskan?

a. Ya

b. Tidak

3. Apa alasan anda melakukan tindakan menyontek?

a. Malas Belajar

b. Ingin Mendapat Nilai Bagus

c.Lainnya:_________________________________________________
__

4. Apa yang anda lakukan jika ada teman anda yang menyontek?

37
Jelaskan:__________________________________________________
___

5. Apakah anda merasa senang jika nilai yang anda dapatkan dari hasil
menyontek?

a. Ya

b. Tidak

Alasan:_______________________________________________________

6. Menurut anda apakah pengertian cara belajar?

Jawaban:__________________________________________________
___

7. Menurut anda berpengaruhkah tindakan menyontek terhadap cara belajar


siswa?

a. Ya

b. Tidak

Alasan:____________________________________________________
__

8. Menurut anda dapatkah budaya menyontek dihilangkan dari lingkungan


sekolah?

a. Ya

b. Tidak

37
Alasan:____________________________________________________
__

9. Menurut anda bagaimana cara belajar yang baik

Jelaskan:__________________________________________________
___

10. Upaya apa yang anda lakukan agar tidak menyontek?

Jelaskan:_________________________________________________
___

Nama-nama responden kelas Syntaxis IPS

Nama Jenis kelamin

Abednego Sihotang Laki-laki

Adrian Sion Tinambunan Laki-laki

Andreas Marudut Tua Naibaho Laki-laki

Benedictus Ginting Laki-laki

Boido Escudeto Haloho Laki-laki

Bona Risky Ventura Barus Laki-laki

Boni Risky Ventura Barus Laki-laki

Brain Septianus Haloho Laki-laki

Daniel Sebastian Sinaga Laki-laki

David Yudha Simarmata Laki-laki

37
Deo Caprino Ginting Laki-laki

Deo Paskah Hutabalian Laki-laki

Dimas Brahmana Laki-laki

Fransiskus Sihotang Laki-laki

Gerardus Gracio Alvaro Liu Laki-laki

Gilbert Simanjuntak Laki-laki

Imanuel Simatupang Laki-laki

Indra Lamcando Sinabutar Laki-laki

Indra Susanto Pardosi Laki-laki

Inigo Pedrozza Morette Simamora Laki-laki

Jai Alnoer Pardosi Laki-laki

James Adonius Samosir Laki-laki

Juminho Martutur Marbun Laki-laki

Justinus Orlando Pane Laki-laki

Johanes Pane Laki-laki

Jonroni Binsar Purba Laki-laki

Joshua Saut Fransiskus Pardosi Laki-laki

Martin Partogi Imam Benedictus Simalango Laki-laki

Natanael Sinaga Laki-laki

37
Noza Nazarius Ginting Suka Laki-laki

Ondo Octo Adeo Purba Laki-laki

Owen Eligius Sitorus Laki-laki

Owen Riski Damanik Laki-laki

Satrianus Purba Laki-laki

Wendi Ananda Ginting Laki-laki

Foto-foto Bukti Penelitian

Gambar 1 Penulis Sedang Memperlihatkan Kuesioner kepada Responden

37
Gambar 2 Penulis Sedang Menjelaskan Kuesioner yang Akan dibagikan Pada
Responden

Gambar 3 Penulis Membagikan Kuesioner kepada Responden

37
Gambar 4 Penulis Membagikan Kuesioner kepada Responden

Gambar 5 Penulis Mengawasi dan Memeriksa Kuesioner yang diisi Responden

37
Gambar 6 Penulis Menjelaskan dan Menjawab Pertanyaan Responden Terkait
Kuesioner Penulis

37
Gambar 7 Penulis Mengumpulkan Kuesioner yang Sudah dijawab Responden

Gambar 8 Penulis Berfoto Bersama dengan Responden

37

Anda mungkin juga menyukai