Anda di halaman 1dari 48

DAMPAK PERATURAN ASRAMA

TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KEDISIPLINAN


ANAK-ANAK ASRAMA SANTO PAULUS JEMBER

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Akhir Sekolah


Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
serta Tugas Akhir Semester Genap
Karya Tulis Ilmiah Bidang Psikologi
Tahun Pelajaran 2022/2023

Oleh:
STANISLAUS LEXY SAPUTRA
KELAS XII IPA 2/25/11810

SEKOLAH MENENGAH ATAS KATOLIK SANTO PAULUS JEMBER


2023
DAMPAK PERATURAN ASRAMA
TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KEDISIPLINAN
ANAK-ANAK ASRAMA SANTO PAULUS JEMBER

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Akhir Sekolah


Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
serta Tugas Akhir Semester Genap
Karya Tulis Ilmiah Bidang Psikologi
Tahun Pelajaran 2022/2023

Oleh:
Nama : Stanislaus Lexy Saputra
Kelas : XII IPA 2
Nomor Urut : 25
Nomor Induk : 11810
Tahun Pelajaran : 2022/2023

Disetujui oleh
Pembimbing,

Yohanes Suparno, S.Pd.


HENGESAHA

2
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Dampak Peraturan Asrama Terhadap
Pembentukan Karakter Kedisiplinan Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember”
telah diuji oleh Tim Penguji dan disahkan SMA Katolik Santo Paulus Jember
pada:
hari : Selasa
tanggal : 28 Februari 2023
tempat : SMAK Santo Paulus Jember

Tim Penguji:

Penguji I, Penguji II,

Yohanes Suparno, S.Pd. Dyah Kirana .N, S.S., S.Pd.

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Yohanes Suparno, S.Pd.

3
Seseorang bisa bergerak
mundur dan nyaman, atau
maju terus dan bertumbuh
(Abraham H. Maslow)

4
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini dipersembahkan kepada:


1. Yth. Yohanes Suparno, S.Pd.
2. Ytk. Teman-teman asrama putra
3. Ytk. Teman-teman kelas 12 IPA 2
4. Yth. Almamater SMAK Santo Paulus Jember

5
ABSTRAK

DAMPAK PERATURAN ASRAMA


TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KEDISIPLINAN
ANAK-ANAK ASRAMA SANTO PAULUS JEMBER

OLEH: STANISLAUS LEXY SAPUTRA


XII IPA 2/25/11810
PEMBIMBING: Yohanes Suparno, S.Pd.

Asrama adalah satu atau sekelompok bangunan tempat tinggal bagi pelajar.
Pelajar yang dimaksud adalah mereka yang sedang menuntut ilmu dan berlokasi
di dekat instansi tertentu. Tujuan dari asrama adalah meningkatkan prestasi
akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai usaha pengembangan
kepribadian pelajar. Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata
tertib dan sebagainya). Penerapan disiplin mempunyai tujuan yang beragam.
Salah satunya adalah mengembangkan pribadi agar dapat mengendalikan diri
dengan baik. Saat seseorang terikat dengan peraturan dan berusaha mematuhinya,
hal ini dapat menghindarkannya dalam berlaku secara semena-mena dan diluar
kendali. Hal ini juga dapat mengurangi resiko gesekan sosial yang mungkin
terjadi dalam anggota masyarakat. Maka dari itu, disiplin juga bertujuan untuk
menciptakan masyarakat yang tertib dan damai. Disiplin merupakan suatu
sikap/perilaku yang pasti diharapkan oleh setiap pendidik agar kegiatan
pembelajaran yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika kita berbicara tentang disiplin maka
pastilah kita memandang pada suatu peraturan, organisasi, kerja sama, mematuhi
prosedur dan lain-lain. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Inggris
Disciple, discipline, yang artinya penganut atau pengikut.

Kata kunci: Disiplin, karakter

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan YME atas kasih dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan tepat waktu. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai syarat
kelulusan dalam Bidang Pelajaran Sejarah Indonesia Tahun Pelajaran 2022/2023.
Penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Yohanes Suparno, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Katolik Santo
Paulus Jember dan guru pembimbing karya tulis ilmiah yang telah meluangkan
waktu untuk membantu membimbing penulisan sehingga penyusunan karya
tulis ilmiah ini dapat berjalan dengan lancar;
2. Ytk. Teman-teman asrama putra, selaku teman di tempat tinggal yang telah
mendukung pembuatan karya tulis.
3. Ytk. Teman-teman kelas 12 IPA 2 yang telah membantu dan mendukung
pembuatan karya tulis.
4. Yth. Almamater SMAK Santo Paulus Jember, sebagai kakak kelas yang
telah memberi bantuan saran serta arahan dalam membuat karya tulis ini.
Besar harapan peneliti agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk menambah luas wawasan. Akhir kata,karya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan peneliti agar para pembaca
memberikan masukan-masukan yang berguna agar karya tulis ini dapat menjadi
lebih baik

Jember, September 2022


Hormat Penulis

7
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………….…… i
HALAMAN PERSETUJUAN GURU PEMBIMBING ………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii
HALAMAN MOTO …..………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……...…………………………………… v
ABSTRAK…………………………………………………………….…… vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ………….………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……..………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 2
1.5 Definisi Operasional …………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 5
2.1 Remaja …………...……………………………………………… 4
2.2 Pembentukan Karakter ..………………………………………… 10
2.3 Kedisiplinan …...……………………...………………………… 15
BAB III METODE PENELITIAN …..………………………………… 17
3.1 Desain Penelitian …...…………………………………………… 17
3.2 Metode Pengumpulan Data……………………………………… 17
3.3 Instrumen Penelitian ……..……………………………………… 18
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..……………………………………. 20
3.5 Teknik Analisis Data ……..……………………………………… 23
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………. 24
4.1 Hasil
Penelitian ………………….……………………………… 24

8
4.2
Pembahasan …………..………………………………………….
25

BAB V PENUTUP
…………………………………………………………. 29
5.1
Kesimpulan
………………………………………………………. 29
5.2 Saran
……………………………………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian disiplin
adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya) (Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa). Penerapan disiplin mempunyai tujuan
yang beragam. Salah satunya adalah mengembangkan pribadi agar dapat
mengendalikan diri dengan baik. Saat seseorang terikat dengan peraturan dan
berusaha mematuhinya, hal ini dapat menghindarkannya dalam berlaku secara
semena-mena dan di luar kendali. Hal ini juga dapat mengurangi risiko gesekan
sosial yang mungkin terjadi dalam anggota masyarakat. Maka dari itu, disiplin
juga bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang tertib dan damai (Insani
2022).
Menurut The Encyclopedia American, asrama yang dikenal dengan istilah
Dorminotory. Kata tersebut berasal dari kata Dormotorius (Latin), yang berarti a
sleeping place, dengan pengertian bahwa dorminotory merupakan keseluruhan
bangunan dalam hubungannya dengan bangunan pendidikan, yang terbagi atas
kamar tidur dan meja belajar bagi penghuninya. Sedangkan menurut KH.
Dewantoro, asrama adalah (pondok, pawiyatan, bahasa Jawa) merupakan rumah
pengajaran dan pendidikan yang dipakai untuk pengajaran dan pendidikan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asrama adalah bangunan tempat tinggal
bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan
dipimpin oleh seorang kepala asrama (Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa).
Dari penjelasan di atas, asrama adalah satu atau sekelompok bangunan
tempat tinggal bagi pelajar. Pelajar yang dimaksud adalah mereka yang menuntut
ilmu dan berlokasi di dekat instansi tertentu. Tujuan dari asrama adalah
meningkatkan prestasi akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai
usaha pengembangan kepribadian pelajar.
Peneliti ingin meneliti mengenai peraturan asrama karena peneliti ingin
mencari dimana kelemahan peraturan tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Peraturan Asrama terhadap
Pembentukan Karakter Kedisiplinan Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama
Santo Paulus Jember?
1.2.2 Bagaimanakah pengaruh penerapan peraturan asrama terhadap
pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama Santo Paulus
Jember?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Peneliti mengetahui pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama
Santo Paulus Jember.
1.3.2 Peneliti mengetahui pengaruh penerapan peraturan asrama terhadap
pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama Santo Paulus Jember.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Pihak Asrama
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumbang pemikiran dan
informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
mengoptimalkan pelaksanaan tata tertib asrama sehingga dapat bermanfaat
untuk semua pihak.
1.4.2 Bagi Guru
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan
pengembangan karakter anak-anak asrama.

2
1.4.3 Bagi Siswa
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagaimana membentuk
karakter yang baik.
1.4.4 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dijadikan pengembangan pengetahuan mengenai
karakter anak anak asrama Santo Paulus Jember. Pengalaman yang dapat
berguna menghadapi dunia pendidikan di masa mendatang.

1.5 Definisi Operasional


Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Dampak
Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa). Dampak secara sederhana
bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat.
1.5.2 Peraturan
Peraturan adalah sesuatu yang dibuat dan dilaksanakan oleh individu agar
tercipta suatu kondisi yang tertib, teratur dan kondusif. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, atur artinya disusun baik-baik, rapi, tertib.
Peraturan artinya tataan atau petunjuk, kaidah, ketentuan, yang dibuat
untuk mengatur (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa).
1.5.3 Asrama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asrama adalah suatu tempat
penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya
murid-murid sekolah (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa).
Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang
dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya.
1.5.4 Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara

3
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

1.5.5 Kedisiplinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kedisiplinan adalah tata tertib,
ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan, mengusahakan supaya menaati
dan mematuhi tata tertib (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Tata
tertib dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun
yang berasal dari luar.
1.5.6 Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember
Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember adalah murid SMAK Santo
Paulus Jember yang tinggal di asrama putra-putri.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Masa remaja secara umum dimulai dengan pubertas, proses yang mengarah
kepada kematangan seksual atau fertilisasi, kemampuan untuk bereproduksi. Masa
remaja dimulai pada usia 12-18 tahun atau awal usia dua puluhan, dan masa
tersebut membawa peluang untuk tumbuh bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi
juga dalam kompetensi kognitif dan psikososial (Andi, 2018, hlm. 147). Masa
remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Menurut King (2012), remaja merupakan perkembangan yang merupakan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia
12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun (King, 2012, hlm. 188).
Menurut Monks (2008) remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
hingga dewasa. Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih
dalam koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu
proses pendewasaan pada diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari usia 12
sampai 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut:
a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.
Fase ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya satu
tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun dan 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga
fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif.
Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak dengan orang tua.
Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-
perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan perubahan
suasana hati yang tak terduga. Remaja menunjukkan peningkatan reflectiveness
tentang diri mereka yang berubah dan meningkat berkaitan dengan apa yang orang
pikirkan tentang mereka.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 15-18 tahun.
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal
terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini, statusnya tidak
jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa muda,
remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol,
pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan semakin banyak waktu
diluangkan diluar keluarga.
c. Remaja akhir (late adolescence) umur 18-21 tahun.
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian, ia ingin menonjolkan dirinya
caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi,
bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkan
identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.
2.1.2 Tahap - tahap Perkembangan dan Batasan Remaja
Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, terdapat 3 tahap
perkembangan remaja yaitu: Soetjiningsih (2010)
a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun
Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahan- perubahan itu,
mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan
jenis, mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan
jenis ia sudah akan berfantasi erotik.
b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun
1) Kebingungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebingungan adalah kekacauan
hati (pikiran). Orang-orang cenderung mencari teman yang mirip dengan dirinya
sendiri, seperti mencari kesamaan dalam kepribadian. Dalam konteks psikologi
perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam
perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja.

6
Meskipun tugas pembentukan identitas ini telah mempunyai akar-akarnya pada
masa anak-anak, namun masa remaja adalah menerima dimensi-dimensi baru
karena berhadapan dengan perubahan- perubahan fisik, kognitif, dan relasional.
Selama masa remaja ini, kesadaran akan identitas menjadi kuat, karena itu ia
berusaha mencari identitas dan mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat ini dan
akan menjadi “siapakah” atau menjadi “apakah” ia pada masa yang akan datang
(Desmita, 2006).
2) Butuh Teman
Kita semua pasti membutuhkan teman. Pertemanan membantu kita dalam
mengatasi rasa stres serta membantu memulihkan berbagai masalah kesehatan
dengan cepat. Menghabiskan waktu dengan teman secara positif juga bisa
membuat penampilan lebih baik; karena hal tersebut membuat kita merasa lebih
bahagia.
c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun
Tahap ini merupakan dimana masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:
1) Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek.
Intelek adalah daya atau potensi untuk memahami. Minat akan
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
2) Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
Ego adalah pikiran di alam sadar kita, bagian dari identitas kita yang kita
anggap sebagai "diri" kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ego bisa
berarti rasa sadar akan diri sendiri atau konsepsi individu tentang dirinya sendiri.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas seksual adalah
bagaimana seorang berpikir mengenai dirinya sendiri dalam kaitan dengan siapa
ia tertarik secara romantis atau seksual. Identitas seksual dapat juga merujuk pada

7
identitas orientasi seksual, dimana orang mengidentifikasi atau mengidentifikasi
dengan sebuah orientasi seksual atau memilih untuk tidak mengidentifikasi
dengan sebuah orientasi seksual. Identitas seksual dan perilaku seksual
berhubungan erat dengan orientasi seksual, tetapi mereka terpisah dengan
identitas yang merujuk kepada konsep individu mengenai dirinya sendiri. Perilaku
merujuk kepada kelakukan seksual yang nyata dan dilakukan oleh individu
tersebut. Orientasi seksual merujuk pada ketertarikan romantis atau seksual
terhadap orang yang berbeda atau sesama jenis kelamin atau gender, keduanya
atau lebih dari satu gender, atau tidak semuanya.
4) Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, egosentrisme adalah kualitas
atau keadaan seseorang menjadi egosentris, yakni perhatian yang berlebihan pada
diri sendiri dan berfokus untuk kesejahteraan atau keuntungan sendiri dengan
mengorbankan atau mengabaikan orang lain. Egosentrisme juga bisa diartikan
sebagai ketidakmauan seseorang untuk melihat dari perspektif orang lain, yang
meliputi gagalnya seseorang untuk menarik kesimpulan dari apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilihat orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dengan
masyarakat umum (Sarwono, 2012).
Private Self adalah memandang diri kita sendiri. Ini terjadi ketika orang
menjadi sadar akan beberapa aspek dari diri mereka sendiri, tetapi hanya secara
pribadi. Misalnya, melihat wajah kita di cermin adalah jenis kesadaran diri
pribadi.
2.1.3 Perubahan Sosial pada Masa Remaja
Tugas perkembangan remaja yang tersulit ialah berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Remaja yang harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada sehingga menyesuaikan diri dengan
orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman. Maka pengaruh teman-
teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih

8
besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui
bahwa mereka telah memakai model pakaian yang sama dengan anggota
kelompok yang populer, maka kesempatan untuk diterima menjadi anggota
kelompok lebih besar (Nasution, 2007). Kelompok sosial yang sering terjadi pada
remaja (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007):
a. Teman dekat
Teman dekat yaitu kelompok remaja bersahabat karib dengan ikatan
persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2 – 3
remaja dengan jenis kelamin sama, memiliki minat, kemampuan dan kemauan-
kemauan yang mirip. Beberapa kemiripan itu membuat mereka sangat akrab,
walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan, tetapi dengan mudah mereka
lupakan seperti halnya teman sekamar.
b. Kelompok kecil
Kelompok kecil biasanya terdiri dari 4 – 5 remaja yang memiliki minat,
kemampuan dan kemauan-kemauan yang relatif sama. Kelompok kecil biasanya
terjadi dari penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua teman dekat yang terjadi
pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu
teman dekat umumnya sama. Seorang remaja putri bersahabat karib dengan
remaja putri lainnya, seorang remaja putra bersahabat karib dengan remaja putra
lainnya. Pada pertengahan dan akhir remaja awal umumnya terjadi kelompok
kecil dengan anggota yang berlainan. Dalam kelompok inilah remaja pada
mulanya banyak melakukan kegiatan-kegiatan bersama menonton bersama,
rekreasi, pesta, saling menelpon, dan sebagainya. Mereka para remaja ini, banyak
menghabiskan waktu dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, sehingga sering menjadi
sebab pertentangan dengan orang tua mereka.
c. Kelompok besar
Kelompok besar biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding
dengan kelompok kecil. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antara
anggota juga agak renggang. Kalau ditinjau dari proses terbentuknya, biasanya
dari teman dekat menjadi kelompok kecil, dan dari sini tercipta kelompok besar.
Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta terdapat keragaman

9
kemampuan, minat dan kemauan di antara para anggota kelompok besar. Hal yang
sama dimiliki mereka adalah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh teman-
teman dalam kelompoknya.
d. Kelompok yang terorganisasi
Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk
dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga
tertentu, misalnya sekolah dan yayasan-yayasan keagamaan. Umumnya,
kelompok ini timbul atas dasar kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat
membutuhkan penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut serta dalam
suatu kelompok-kelompok. Berdasarkan ini, maka kelompok-kelompok yang
diorganisir dan dibentuk secara sengaja ini terbuka bagi semua remaja dalam
lembaga atau yayasan yang bersangkutan. Anggota kelompok ini terdiri dari
remaja-remaja, baik yang telah memiliki sahabat dalam kelompok tersebut
terdahulu maupun (terutama) remaja yang belum mempunyai kelompok.
e. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar, dan merasa
tidak puas dengan kelompok yang terorganisir akan mengikuti kelompok geng.
Anggotanya biasanya terdiri dari anak anak sejenis dan minat utama mereka
adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

2.2 Pembentukan Karakter


2.2.1 Sumber Pembentukan Karakter
Menurut kemendiknas (2010), terdapat 5 sumber pembentukan karakter
yaitu:
a. Agama
Dalam kehidupan, sudah barang tentu kita mempunyai agama yang sesuai
dengan keyakinan kita masing-masing. Agama merupakan kunci utama dalam
pembentukan karakter manusia, karena agama merupakan tuntunan untuk
kehidupan kita agar kita dapat bersikap, berucap, dan memiliki karakter yang
sesuai dengan norma dan etika. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat
atau sosial, serta bangsa harus selalu didasarkan pada ajaran-ajaran agama.

10
b. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat
pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang
terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
c. Budaya
Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu
konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya
yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya
menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Budaya ini
cenderung pada implementasinya, harus dipraktekkan hingga titik beratnya bukan
pada teori.
d. Media
Media massa berfungsi sebagai penyalur upaya pembangunan karakter
yang perlu pula ditambahkan sebagai suatu kekuatan pembentuk perilaku umum
(common opinion) sekaligus saluran informasi yang dalam banyak hal dapat
memperluas pendidikan karakter. Tetapi disisi lain juga dapat menjadi saluran
penetrasi budaya asing. Media massa, baik media cetak maupun elektronik, harus
sadar bahwa yang ditampilkan selalu menjadi perhatian publik. Oleh karena itu,
berita yang ditampilkan harus melalui seleksi yang ketat ditinjau dari efek negatif
bagi publik. Tayangan televisi dalam bentuk sinetron, hiburan, dan acara lain yang
tidak mendidik publik harus dihindari, sehingga tidak berdampak negatif bagi
pemirsanya terutama kalangan anak anak.

11
e. Pendidikan

Pendidikan merupakan medium transformasi nilai budaya, penguatan


ikatan sosial antar masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
mengukuhkan peradaban umat manusia. Ranah pendidikan juga merupakan
sumber pendidikan karakter yang penting bagi kehidupan manusia. Adapun
sumber tersebut dapat kita peroleh melalui pendidikan formal. Salah satu contoh
pendidikan formal adalah melalui sekolah. Sekolah merupakan sarana bagi
terbentuknya karakter seseorang. Sistem persekolahan adalah salah satu pilar
penting yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu
tatanan kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Sekolah
adalah miniatur masyarakat karena didalamnya ada struktur, status, fungsi, peran,
norma, dan nilai. Sekolah menjadi sarana bagi setiap anak didik untuk belajar
memainkan peran dan menjalankan fungsi menurut posisi dan status dalam
struktur sekolah itu. Dalam menjalankan peran dan fungsi, setiap anak didik juga
diajarkan mengenai makna tanggung jawab sosial. Untuk kepentingan pendidikan
karakter dalam setting sekolah, sekolah perlu mengembangkan sejumlah nilai
yang dianggap penting untuk dimiliki setiap lulusanya.

2.2.2 Pengaruh Pembentukan Karakter


Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan serta budaya yang berlaku di tempat anak tumbuh merupakan
salah satu faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan karakter seorang
anak. Faktor lain dalam perkembangan kepribadian masa kanak-kanak ini
termasuk kualitas pengasuhan yang diterima anak dari orang tua mereka.
b. Faktor Genetik dan Gender
Faktor seperti genetik pada umumnya melekat pada anak sejak lahir.
Namun seiring dengan perkembangannya, hal-hal seperti umpan balik dari orang
tua, pengasuh, saudara kandung juga dapat mempengaruhi perkembangan karakter
anak. Perbedaan gender dan urutan kelahiran juga dapat membuat anak memiliki
kepribadian yang berbeda dengan saudara kandungnya. Anak laki-laki akan

12
mengalami interaksi yang berbeda dengan orang sekitar dibanding saudara
perempuannya.

c. Faktor Sosial

Sejumlah teori tentang perkembangan karakter pada masa kanak-kanak


menyatakan kondisi sosial juga dapat mempengaruhi kepribadian anak.
Lingkungan sosial turut meliputi lingkungan keluarga, saudara, hingga teman
bermain. Umpan balik dari lingkungan sosial juga kerap dipengaruhi gender si
anak. Anak perempuan dan anak laki-laki umumnya diperlakukan berbeda oleh
orang tua dan sekitar mereka, tergantung pada gagasan masyarakat di lingkungan
tersebut tentang peran gender yang sesuai.

d. Faktor Orang Tua

Anak-anak umumnya akan menarik kesimpulan tentang dunia dan


tempatnya di dalamnya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang mereka
miliki, dan kesimpulan tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi karakter anak.
Dalam hal ini, orang tua biasanya menjadi sumber utama yang membentuk
pandangan anak terhadap dunia dan mempengaruhi perkembangan karakternya.
Disiplin dan kualitas interaksi yang diberikan orang tua juga memberikan
pengaruh yang kuat terhadap pembentukan sifat anak. Terutama, anak-anak
berumur sangat kecil yang sangat sering mencoba dan meniru orang tua mereka
atau pengasuh mereka. Oleh karena itu, sifat dan kepribadian orang tua dapat
menjadi faktor yang kuat dalam mempengaruhi karakter anak. Kepribadian
biasanya didefinisikan sebagai kumpulan sifat dan karakter yang secara bersama-
sama berfungsi membentuk kepribadian individu yang unik. Perkembangan
karakter pada masa kanak-kanak ini biasanya dimulai sekitar usia dua tahun,
ketika anak mulai mengembangkan rasa percaya diri. Kebanyakan ahli percaya
bahwa karakter dan sifat dasar seorang anak terbentuk sepenuhnya pada usia enam
tahun.

13
2.2.3 Macam-macam Karakter Kedisiplinan

Karakter kedisiplinan secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Disiplin Waktu

Waktu adalah hal yang sangat berharga bagi kita semuanya untuk hidup di
dunia ini. Hal ini dikarenakan waktu yang sudah terlewati tidak akan bisa
dikembalikan lagi. Seperti dalam Efesus 5:15-17 yang berisi “Karena itu,
perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang
bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-
hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya
kamu mengerti kehendak Tuhan”. Maka dari itu kita harus menggunakan waktu
yang tersisa ini dengan baik untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif
demi keberhasilan dan kesuksesan kita.

b. Disiplin Belajar

Belajar yang baik adalah belajar dengan penuh disiplin yang tinggi.
Dengan disiplin yang tinggi untuk melalui arahan pedoman yang baik dalam
usaha belajar, maka seseorang tersebut akan mempunyai metode belajar yang
baik. Sifat malas-malasan, ingin yang instan saja, tidak mau bersusah payah
memusatkan pikiran, kebiasaan melamun, dan gangguan lainnya selalu menjadi
penghalang belajar setiap orang. Akan tetapi gangguan tersebut dapat diatasi
dengan membutuhkan sikap disiplin yang tinggi.

c. Disiplin Ibadah

Menjalankan ajaran agama menjadi parameter utama kehidupan utama


kehidupan manusia di dunia ini. Pendidikan agama harus ditekankan pada
pembiasaan beribadah untuk peserta didik, yaitu kebiasaan-kebiasaan untuk
melaksanakan atau mengamalkan ajaran agama, misalnya mengikuti perayaan
Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari raya yang diwajibkan, berpuasa dan
berpantang pada hari yang ditentukan.

14
d. Disiplin Dalam Bersikap

Disiplin dalam mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi awal mula untuk
menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin untuk tidak marah, tergesa-gesa dan
tidak gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam sikap ini membutuhkan latihan dan
perjuangan. Karena setia saat banyak hal yang menggoda kita untuk
melanggarnya. Kalau kita disiplin memegang prinsip dan perilaku dalam
kehidupan ini niscaya kesuksesan akan menghampiri kita.

e. Disiplin Menegakkan dan Mentaati Peraturan

Disiplin menegakkan dan mentaati peraturan atau tata tertib sangat


berpengaruh terhadap kewibawaan, model pemberian sanksi diskriminatif harus
ditinggalkan. Peserta didik sekarang apabila diperlakukan semena-mena dan pilih
kasih, mereka akan memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri
pendidiknya.

2.3 Kedisiplinan

2.3.1 Definisi Kedisiplinan


Disiplin merupakan suatu sikap/perilaku yang pasti diharapkan oleh setiap
pendidik agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik di dalam kelas maupun
di luar kelas dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika kita berbicara
tentang disiplin maka pastilah kita memandang pada suatu peraturan, organisasi,
kerja sama, mematuhi prosedur dan lain-lain. Secara etimologi disiplin berasal
dari bahasa Inggris Disciple, discipline, yang artinya penganut atau pengikut.
2.3.2 Macam-macam Kedisiplinan
Menurut G.R Terry bahwa jenis-jenis untuk menciptakan sebuah
kedisiplinan yang akan dapat timbul baik dari diri sendiri maupun dari perintah,
yang terjadi dari:
a. Self Imposed Discipline yaitu kedisiplinan yang timbul dari sendiri atas dasar
kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas paksaan. Kedisiplinan ini timbul
karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi

15
bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan
secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku.
b. Command Discipline yaitu disiplin yang timbul karena takut akan konsekuensi
hukuman. Dengan demikian disiplin ada yang timbul dari dorongan diri sendiri
untuk taat kepada peraturan dan ada disiplin yang timbul karena terpaksa. Maka
suatu disiplin kerja yang baik yaitu timbul dengan dirinya tanpa paksaan. Disiplin
yang timbul dari diri sendiri adalah suatu disiplin yang paling efektif. Hal ini
ditimbulkan oleh usaha-usaha penggerakan administrasi secara tepat.
2.3.3 Konsep Kedisiplinan
Pengertian disiplin secara konvensional mengajarkan bahwa hadiah adalah
pendorong terbaik dalam membantu individu untuk melakukan sesuatu yang lebih
baik. Dan salah satu prinsip pembentuk disiplin adalah mengajari seseorang untuk
melakukan hal yang benar agar memperoleh perasaan yang nyaman yang hakiki
saat melakukan sesuatu dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Disiplin
tidak sama dengan hukum, karena hukum adalah sesuatu yang menyakitkan atau
menghina yang dilakukan orang yang lebih berkuasa kepada orang yang kurang
berkuasa dengan harapan akan menghasilkan perubahan perilaku (Kenneth W,
2005).
Dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan mental discipline. Mental
discipline adalah teori yang latihan khususnya menghasilkan perbaikan fungsi
atau perbaikan umum pada kemampuan mental (mental ability). Kata disiplin
semula disinonimkan dengan education (pendidikan), sedangkan dalam pengertian
modern pengertian dasarnya adalah kontrol terhadap kelakuan, baik oleh suatu
kekuasaan luar maupun oleh individu sendiri. Jadi mental discipline berarti
kontrol terhadap mental sehingga mempunyai kemampuan (Muhaimin, 1996).

16
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian bertujuan untuk menjelaskan metode yang digunakan


peneliti untuk meneliti dampak peraturan asrama terhadap pembentukan karakter
kedisiplinan anak-anak asrama Santo Paulus Jember. Metode penelitian terdiri
atas lima substansi penelitian, yaitu (1) desain penelitian, (2) populasi dan sampel
penelitian, (3) instrumen penelitian, (4) teknik pengumpulan data, dan (5) teknik
analisis data. Uraian dari kelima substansi penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
3.1 Desain Penelitian
Penelitian dampak peraturan asrama terhadap pembentukan karakter
kedisiplinan anak-anak asrama Santo Paulus Jember merupakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan
statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Penelitian ini ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif anak-anak
asrama Santo Paulus Jember (Siyoto & Sodik, 2015, hlm. 11).

3.2 Metode Pengumpulan Data


3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Siyoto & Sodik, 2015, hlm. 63).
Populasi penelitian pada penelitian ini, populasi dari pengumpulan angket adalah
80 anak asrama Santo Paulus Jember.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Siyoto & Sodik,
2015, hlm. 64). Sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah 30
anak asrama Santo Paulus Jember.

3.3 Instrumen Penelitian


Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang
diperlukan (Siyoto & Sodik, 2015, hlm. 78). Instrumen penelitian yang digunakan
peneliti dalam penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul “Dampak Peraturan
Asrama terhadap Pembentukan Karakter Kedisiplinan Anak-Anak Asrama Santo
Paulus Jember” adalah instrumen angket. Berikut ini adalah pernyataan angket
dari kedua variabel yang akan disajikan kepada responden untuk direspon.
Tabel 3.1
NO DIMENSI INDIKATOR DESKRIPTOR NO.
URUT
Disiplin waktu 1. Anda menghadiri jam 5
belajar tepat waktu
2. Anda menghadiri jam 1
sarapan tepat waktu
3. Anda berangkat ke 2
sekolah tepat waktu
4. Anda menghadiri jam 7
1. Disiplin makan malam tepat
waktu
Disiplin aturan 1. Anda mematikan 4
lampu dan AC ketika
akan keluar kamar
2. Anda mengikuti doa 8
malam setiap hari
3. Anda meminta izin 10
kepada pengurus
asrama setiap kali
bepergian keluar

18
asrama
4. Anda mematikan air
kran setelah mandi
5. Anda mematikan 13
lampu setelah
digunakan 14

Tanggung jawab 1. Anda selalu berbicara 11


kepada diri sopan kepada pengurus
sendiri asrama
2. Anda memberi salam 12
dan sapaan setiap kali
bertemu dengan
pengurus asrama
2. Tanggung 3. Anda menciptakan 15
Jawab suasana yang kondusif
di asrama
4. Anda bertanggung 17
jawab dalam
menjalankan tata tertib
asrama secara dewasa
5. Anda membersihkan 3
kamar setiap hari

19
Tanggung jawab 1. Anda bertanggung 20
kepada keluarga jawab atas
kepercayaan orang tua
untuk sekolah di SMA
Katolik Santo Paulus
dengan belajar
sungguh-sungguh
Tanggung jawab 1. Anda memiliki 19
kepada tenggang rasa dan peka
lingkungan terhadap kebutuhan
bersama
2. Anda bertanggung 18
jawab terhadap
lingkungan yang
bersih, indah, rapi, dan
teratur sebagaimana
menjadi rumah
keluarga sendiri
3. Anda memiliki 16
semangat doa,
persaudaraan, dan
sikap kepedulian untuk
saling melayani satu
sama lain
4. Anda membantu teman 6
asrama yang sedang
sakit
5. Anda menggunakan 9
fasilitas asrama dengan
baik

20
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian karya tulis ilmiah
yang berjudul “Dampak Peraturan Asrama Terhadap Pembentukan Karakter
Kedisiplinan Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember” adalah penyebaran dan
pengumpulan angket. Angket yang digunakan adalah angket tertutup karena para
responden mengisi angket dengan menggunakan pilihan jawaban yang telah
disediakan oleh peneliti. Dalam angket ini, terdapat kumpulan pernyataan yang
tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.

Identitas Responden
Nama :
Kelas/No.Absen :

Petunjuk
Angket ini berisi 20 Item pernyataan tentang disiplin waktu, disiplin
lingkungan, dan disiplin pribadi. Bacalah dengan cermat setiap pernyataan yang
diberikan. Kemudian, berikanlah jawaban dengan cara memberi tanda centang
pada salah satu kolom yang dirasa paling sesuai dengan tingkat persetujuan Anda.
Pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut :
SE : Selalu
S : Sering
KK : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
Jawaban tidak dituntut jawaban benar atau salah dan tidak berhubungan
dengan penentuan kelulusan atau hal lain yang akan merugikan kedua belah pihak
di sekolah ini. Kesungguhan, ketelitian, dan kejujuran Anda dalam menjawab
merupakan bantuan yang amat bermanfaat. Karena itu, Anda diminta menjawab
dengan jujur semua item pernyataan yang tersedia tanpa mengikuti jawaban dan
paksaan dari orang lain. Atas bantuan dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

21
Tabel 3.3 Angket Kedisiplinan Anak-Anak Asrama SMAK Santo Paulus Jember
PENILAIAN
NO PERNYATAAN
SE S KK TP
1. Anda menghadiri jam sarapan tepat waktu

2. Anda berangkat ke sekolah tepat waktu

3. Anda membersihkan kamar setiap hari


4. Anda mematikan lampu dan AC ketika akan
keluar kamar
5. Anda menghadiri jam belajar tepat waktu
6. Anda membantu teman asrama yang sedang
sakit
7. Anda menghadiri jam makan malam tepat
waktu
8. Anda mengikuti doa malam setiap hari
9. Anda menggunakan fasilitas asrama dengan
baik

10. Anda meminta izin kepada pengurus asrama


setiap kali bepergian keluar asrama
11. Anda selalu berbicara sopan kepada
pengurus asrama
12. Anda memberi salam dan sapaan setiap kali
bertemu dengan pengurus asrama
13. Anda mematikan air kran setelah mandi
14. Anda mematikan lampu setelah digunakan
15. Anda menciptakan suasana yang kondusif di
asrama
16. Anda memiliki semangat doa, persaudaraan,
dan sikap kepedulian untuk saling melayani
satu sama lain

22
17. Anda bertanggung jawab dalam
menjalankan tata tertib asrama secara
dewasa
18. Anda bertanggung jawab terhadap
lingkungan yang bersih, indah, rapi, dan
teratur sebagaimana menjadi rumah keluarga
sendiri
19. Anda memiliki tenggang rasa dan peka
terhadap kebutuhan bersama
20. Anda bertanggung jawab atas kepercayaan
orang tua untuk sekolah di SMA Katolik
Santo Paulus dengan belajar sungguh-
sungguh

3.5 Teknik Analisis Data


Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah
terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak
berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis
data di sini berfungsi untuk memberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam
data itu (Siyoto & Sodik, 2015, hlm. 109). Teknik analisis data yang digunakan
peneliti dalam penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul “Dampak Peraturan
Asrama Terhadap Pembentukan Karakter Kedisiplinan Anak-Anak Asrama Santo
Paulus Jember” adalah teknik analisis dengan metode kuantitatif. Analisis data
penelitian kuantitatif menggunakan statistik yang dapat berupa statistik deskriptif
dan inferensial atau induktif (Siyoto & Sodik, 2015, hlm. 111).

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan masalah pada penelitian karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk
menyajikan hasil penelitian terkait dampak peraturan asrama terhadap
pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama Santo Paulus Jember.
Uraian dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap anak-anak
asrama Santo Paulus Jember, didapatkan hasil seperti pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Survei Tipe Kepribadian Remaja Santo Paulus Jember dalam
Bersosialisasi

No. Selalu Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Total


Pernyataan

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 14 46% 11 36% 4 13% 1 3% 30 100%

2 23 76% 5 16% 2 6% 0 0% 30 100%

3 8 26% 3 10% 18 60% 1 3% 30 100%

4 17 56% 7 23% 5 16% 1 3% 30 100%

5 14 46% 5 16% 8 26% 3 10% 30 100%

6 15 50% 11 36% 4 13% 0 0% 30 100%

7 15 50% 11 36% 3 10% 1 3% 30 100%

8 22 73% 7 23% 1 3% 0 0% 30 100%

9 19 63% 9 30% 2 6% 0 0% 30 100%

10 16 53% 7 23% 5 16% 2 6% 30 100%

11 26 86% 3 10% 1 3% 0 0% 30 100%

12 20 66% 7 23% 3 10% 0 0% 30 100%


13 25 83% 4 13% 0 0% 1 3% 30 100%

14 20 66% 7 23% 3 10% 0 0% 30 100%

15 12 40% 15 50% 3 10% 0 0% 30 100%

16 9 30% 16 53% 5 16% 0 0% 30 100%

17 13 43% 14 46% 3 10% 0 0% 30 100%

18 15 50% 9 30% 6 20% 0 0% 30 100%

19 12 40% 14 46% 4 13% 0 0% 30 100%

20 21 70% 8 26% 1 3% 0 0% 30 100%

4.2 Pembahasan
Berdasarkan angket hasil penelitian yang dilakukan, berikut adalah
pembahasan dari karya tulis ilmiah ini.
4.2.1 Kedisiplinan Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember
a. Disiplin Waktu
Pernyataan terkait disiplin waktu ada pada pernyataan nomor 1, 2, 5,
dan 7. Pada pernyataan nomor satu, sebanyak 46% responden menjawab selalu.
Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus Jember merupakan
anak yang disiplin terhadap waktu salah satunya yaitu dengan menghadiri jam
sarapan tepat waktu. Waktu adalah hal yang sangat berharga bagi kita
semuanya untuk hidup di dunia ini. Hal ini dikarenakan waktu yang sudah
terlewati tidak akan bisa dikembalikan lagi. Seperti dalam Efesus 5:15-17 yang
berisi “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah
waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu
bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan”. Maka dari
itu kita harus menggunakan waktu yang tersisa ini dengan baik untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat dan positif demi keberhasilan dan kesuksesan kita.
Anak-anak asrama Santo Paulus Jember menerapkan Self Imposed Discipline
yaitu kedisiplinan yang timbul dari sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan

25
bukan timbul atas paksaan. Kedisiplinan ini timbul karena seseorang merasa
terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi
sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela
memenuhi segala peraturan yang berlaku.
Kemudian, pada pernyataan nomor dua, sebanyak 76% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang disiplin terhadap waktu salah satunya yaitu
dengan berangkat ke sekolah tepat waktu. Waktu adalah hal yang sangat
berharga bagi kita semuanya untuk hidup di dunia ini. Hal ini dikarenakan
waktu yang sudah terlewati tidak akan bisa dikembalikan lagi. Seperti dalam
Efesus 5:15-17 yang berisi “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu
janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak
Tuhan”. Maka dari itu kita harus menggunakan waktu yang tersisa ini dengan
baik untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif demi keberhasilan
dan kesuksesan kita. Anak-anak asrama Santo Paulus Jember menerapkan
Command Discipline yaitu disiplin yang timbul karena takut akan konsekuensi
hukuman. Dengan demikian disiplin ada yang timbul dari dorongan diri sendiri
untuk taat kepada peraturan dan ada disiplin yang timbul karena terpaksa.
Maka suatu disiplin kerja yang baik yaitu timbul dengan dirinya tanpa paksaan.
Disiplin yang timbul dari diri sendiri adalah suatu disiplin yang paling efektif.
Hal ini ditimbulkan oleh usaha-usaha penggerakan administrasi secara tepat.
Selanjutnya, pada pernyataan nomor lima, sebanyak 46% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang disiplin terhadap waktu salah satunya yaitu
dengan menghadiri jam belajar tepat waktu. Waktu adalah hal yang sangat
berharga bagi kita semuanya untuk hidup di dunia ini. Hal ini dikarenakan
waktu yang sudah terlewati tidak akan bisa dikembalikan lagi. Seperti dalam
Efesus 5:15-17 yang berisi “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu

26
janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak
Tuhan”. Maka dari itu kita harus menggunakan waktu yang tersisa ini dengan
baik untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif demi keberhasilan
dan kesuksesan kita. Anak-anak asrama Santo Paulus Jember menerapkan Self
Imposed Discipline yaitu kedisiplinan yang timbul dari sendiri atas dasar
kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas paksaan. Kedisiplinan ini timbul
karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi
bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan
secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku.
Pada pernyataan nomor tujuh, sebanyak 50% responden menjawab
selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus Jember
merupakan anak yang disiplin terhadap waktu salah satunya yaitu dengan
menghadiri jam makan malam tepat waktu. Waktu adalah hal yang sangat
berharga bagi kita semuanya untuk hidup di dunia ini. Hal ini dikarenakan
waktu yang sudah terlewati tidak akan bisa dikembalikan lagi. Seperti dalam
Efesus 5:15-17 yang berisi “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu
janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak
Tuhan”. Maka dari itu kita harus menggunakan waktu yang tersisa ini dengan
baik untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif demi keberhasilan
dan kesuksesan kita. Anak-anak asrama Santo Paulus Jember menerapkan Self
Imposed Discipline yaitu kedisiplinan yang timbul dari sendiri atas dasar
kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas paksaan. Kedisiplinan ini timbul
karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi
bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan
secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku.

b. Disiplin Aturan
Pernyataan terkait disiplin waktu ada pada pernyataan nomor 4, 8, 10,
13, dan 14. Pada pernyataan nomor empat, sebanyak 56% responden menjawab
selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus Jember

27
merupakan anak yang disiplin terhadap aturan salah satunya yaitu dengan
mematikan lampu dan AC ketika akan keluar kamar. Disiplin menegakkan dan
mentaati peraturan atau tata tertib sangat berpengaruh terhadap kewibawaan,
model pemberian sanksi diskriminatif harus ditinggalkan. Peserta didik
sekarang apabila diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan
memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri pendidiknya. Anak-
anak asrama Santo Paulus Jember menerapkan Self Imposed Discipline yaitu
kedisiplinan yang timbul dari sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan
timbul atas paksaan. Kedisiplinan ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi
kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang
akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala
peraturan yang berlaku.
Kemudian, pada pernyataan nomor delapan, sebanyak 73% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang disiplin terhadap aturan salah satunya yaitu
dengan mengikuti doa malam setiap hari. Disiplin menegakkan dan mentaati
peraturan atau tata tertib sangat berpengaruh terhadap kewibawaan, model
pemberian sanksi diskriminatif harus ditinggalkan. Peserta didik sekarang
apabila diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan memakai cara
mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri pendidiknya. Anak-anak asrama
Santo Paulus Jember menerapkan Self Imposed Discipline yaitu kedisiplinan
yang timbul dari sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas
paksaan. Kedisiplinan ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi
kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang
akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala
peraturan yang berlaku.
Selanjutnya, pada pernyataan nomor sepuluh, sebanyak 53%
responden menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo
Paulus Jember merupakan anak yang disiplin terhadap aturan salah satunya
yaitu dengan meminta izin kepada pengurus asrama setiap kali bepergian
keluar asrama. Disiplin menegakkan dan mentaati peraturan atau tata tertib
sangat berpengaruh terhadap kewibawaan, model pemberian sanksi

28
diskriminatif harus ditinggalkan. Peserta didik sekarang apabila diperlakukan
semena-mena dan pilih kasih, mereka akan memakai cara mereka sendiri untuk
menjatuhkan harga diri pendidiknya. Anak-anak asrama Santo Paulus Jember
menerapkan Command Discipline yaitu disiplin yang timbul karena takut akan
konsekuensi hukuman. Dengan demikian disiplin ada yang timbul dari
dorongan diri sendiri untuk taat kepada peraturan dan ada disiplin yang timbul
karena terpaksa. Maka suatu disiplin kerja yang baik yaitu timbul dengan
dirinya tanpa paksaan. Disiplin yang timbul dari diri sendiri adalah suatu
disiplin yang paling efektif. Hal ini ditimbulkan oleh usaha-usaha penggerakan
administrasi secara tepat.
Lanjut ke pernyataan nomor tiga belas, sebanyak 83% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang disiplin terhadap aturan salah satunya yaitu
dengan mematikan air kran setelah mandi. Disiplin menegakkan dan mentaati
peraturan atau tata tertib sangat berpengaruh terhadap kewibawaan, model
pemberian sanksi diskriminatif harus ditinggalkan. Peserta didik sekarang
apabila diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan memakai cara
mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri pendidiknya. Anak-anak asrama
Santo Paulus Jember menerapkan Self Imposed Discipline yaitu kedisiplinan
yang timbul dari sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas
paksaan. Kedisiplinan ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi
kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang
akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala
peraturan yang berlaku.
Pada pernyataan nomor empat belas, sebanyak 66% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang disiplin terhadap aturan salah satunya yaitu
dengan mematikan lampu setelah digunakan. Disiplin menegakkan dan
mentaati peraturan atau tata tertib sangat berpengaruh terhadap kewibawaan,
model pemberian sanksi diskriminatif harus ditinggalkan. Peserta didik
sekarang apabila diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan
memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri pendidiknya. Anak-

29
anak asrama Santo Paulus Jember menerapkan Self Imposed Discipline yaitu
kedisiplinan yang timbul dari sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan
timbul atas paksaan. Kedisiplinan ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi
kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang
akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala
peraturan yang berlaku.

4.2.2 Sifat Tanggung Jawab Anak-Anak Asrama Santo Paulus Jember


a. Tanggung Jawab kepada Diri Sendiri
Pernyataan terkait tanggung jawab kepada diri sendiri ada pada
pernyataan nomor 3, 11, 12, 15, dan17. Pada pernyataan nomor tiga, sebanyak
60% responden menjawab kadang-kadang. Hasil ini menandakan meskipun anak-
anak asrama Santo Paulus Jember merupakan anak yang disiplin terhadap
waktu, tetapi mereka masih belum bisa bertanggung jawab kepada diri sendiri
salah satunya yaitu dengan membersihkan kamar setiap hari. Pada dasarnya,
setiap manusia memiliki kepribadian yang utuh dalam bertingkah laku,
menentukan keinginan, menentukan perasaan, dan menuntut hak yang
dimilikinya. Namun, setiap individu juga memiliki tanggung jawab atas dirinya
sendiri. Dimana seseorang harus mampu menentukan dan memilih tindakan,
posisi maupun berbicara sesuai dengan tanggung jawab yang ingin diambilnya.
Kemudian, pada pernyataan nomor sebelas, sebanyak 86% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap diri sendiri salah
satunya yaitu dengan selalu berbicara sopan kepada pengurus asrama. Pada
dasarnya, setiap manusia memiliki kepribadian yang utuh dalam bertingkah
laku, menentukan keinginan, menentukan perasaan, dan menuntut hak yang
dimilikinya. Namun, setiap individu juga memiliki tanggung jawab atas dirinya
sendiri. Dimana seseorang harus mampu menentukan dan memilih tindakan,
posisi maupun berbicara sesuai dengan tanggung jawab yang ingin diambilnya.
Selanjutnya, pada pernyataan nomor dua belas, sebanyak 66%
responden menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo
Paulus Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap diri sendiri

30
salah satunya yaitu dengan memberi salam dan sapaan setiap kali bertemu
dengan pengurus asrama. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kepribadian
yang utuh dalam bertingkah laku, menentukan keinginan, menentukan
perasaan, dan menuntut hak yang dimilikinya. Namun, setiap individu juga
memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri. Dimana seseorang harus mampu
menentukan dan memilih tindakan, posisi maupun berbicara sesuai dengan
tanggung jawab yang ingin diambilnya.
Lanjut ke pernyataan nomor lima belas, sebanyak 50% responden
menjawab sering. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap diri sendiri salah
satunya yaitu dengan menciptakan suasana yang kondusif di asrama. Pada
dasarnya, setiap manusia memiliki kepribadian yang utuh dalam bertingkah
laku, menentukan keinginan, menentukan perasaan, dan menuntut hak yang
dimilikinya. Namun, setiap individu juga memiliki tanggung jawab atas dirinya
sendiri. Dimana seseorang harus mampu menentukan dan memilih tindakan,
posisi maupun berbicara sesuai dengan tanggung jawab yang ingin diambilnya.
Pada pernyataan nomor tujuh belas, sebanyak 46% responden
menjawab sering. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap diri sendiri salah
satunya yaitu dengan bertanggung jawab dalam menjalankan tata tertib asrama
secara dewasa. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kepribadian yang utuh
dalam bertingkah laku, menentukan keinginan, menentukan perasaan, dan
menuntut hak yang dimilikinya. Namun, setiap individu juga memiliki
tanggung jawab atas dirinya sendiri. Dimana seseorang harus mampu
menentukan dan memilih tindakan, posisi maupun berbicara sesuai dengan
tanggung jawab yang ingin diambilnya.

b. Tanggung Jawab kepada Keluarga


Pernyataan terkait tanggung jawab kepada diri sendiri ada pada
pernyataan nomor 20. Pada pernyataan nomor dua puluh, sebanyak 70% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap keluarga yaitu dengan

31
bertanggung jawab atas kepercayaan orang tua untuk sekolah di SMA Katolik
Santo Paulus dengan belajar sungguh-sungguh. Tanggung jawab itu tidak
hanya sekedar sebagai tulang punggung, akan tetapi juga dapat seperti
tanggung jawab sebagai seorang anak guna menuntaskannya pendidikan dan
bisa membanggakannya orang tua.

c. Tanggung Jawab kepada Lingkungan


Pernyataan terkait tanggung jawab kepada diri sendiri ada pada
pernyataan nomor 6, 9, 16, 18, dan 19. Pada pernyataan nomor enam, sebanyak
50% responden menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama
Santo Paulus Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap
lingkungan yaitu dengan membantu teman asrama yang sedang sakit. Manusia
merupakan makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan masyarakat
dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu setiap individu memiliki tanggung
jawab atas perbuatannya yang berkaitan dengan lingkungan, masyarakat, dan
juga negara. Seseorang harus bertanggung jawab dan menanggung tuntutan jika
melakukan kesalahan.
Kemudian, pada pernyataan nomor sembilan, sebanyak 63% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap lingkungan salah
satunya yaitu dengan menggunakan fasilitas asrama dengan baik. Manusia
merupakan makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan masyarakat
dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu setiap individu memiliki tanggung
jawab atas perbuatannya yang berkaitan dengan lingkungan, masyarakat, dan
juga negara. Seseorang harus bertanggung jawab dan menanggung tuntutan jika
melakukan kesalahan.
Selanjutnya, pada pernyataan nomor enam belas, sebanyak 53%
responden menjawab sering. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo
Paulus Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap lingkungan
salah satunya yaitu dengan memiliki semangat doa, persaudaraan, dan sikap
kepedulian untuk saling melayani satu sama lain. Manusia merupakan makhluk
sosial yang harus hidup berdampingan dengan masyarakat dan tidak bisa hidup

32
sendiri. Untuk itu setiap individu memiliki tanggung jawab atas perbuatannya
yang berkaitan dengan lingkungan, masyarakat, dan juga negara. Seseorang
harus bertanggung jawab dan menanggung tuntutan jika melakukan kesalahan.
Lanjut ke pernyataan nomor delapan belas, sebanyak 50% responden
menjawab selalu. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap lingkungan salah
satunya yaitu dengan bertanggung jawab terhadap lingkungan yang bersih,
indah, rapi, dan teratur sebagaimana menjadi rumah keluarga sendiri. Manusia
merupakan makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan masyarakat
dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu setiap individu memiliki tanggung
jawab atas perbuatannya yang berkaitan dengan lingkungan, masyarakat, dan
juga negara. Seseorang harus bertanggung jawab dan menanggung tuntutan jika
melakukan kesalahan.
Pada pernyataan nomor sembilan belas, sebanyak 46% responden
menjawab sering. Hasil ini menandakan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus
Jember merupakan anak yang tanggung jawab terhadap lingkungan salah
satunya yaitu dengan memiliki tenggang rasa dan peka terhadap kebutuhan
bersama. Manusia merupakan makhluk sosial yang harus hidup berdampingan
dengan masyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk itu setiap individu
memiliki tanggung jawab atas perbuatannya yang berkaitan dengan lingkungan,
masyarakat, dan juga negara. Seseorang harus bertanggung jawab dan
menanggung tuntutan jika melakukan kesalahan.

33
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah yang didukung oleh tinjauan teori, metode


pembahasan masalah, dan hasil analisis yang ditemukan, maka pada Bab V ini,
peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari hasil
analisis.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut.
5.1.1 Berdasarkan hasil dari perhitungan dampak peraturan asrama terhadap
pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama Santo Paulus Jember, dapat
disimpulkan bahwa anak-anak asrama Santo Paulus Jember disiplin dan tanggung
jawab.
5.1.2 Rata-rata dari jawaban responden mengenai pernyataan yang berhubungan
tentang peraturan asrama berupa kedisiplinan dan tanggung jawab yang telah
diberikan oleh peneliti adalah anak-anak asrama Santo Paulus Jember memiliki
kedisiplinan yang baik serta bertanggung jawab.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan masalah dampak peraturan
asrama terhadap pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama Santo
Paulus Jember, peneliti memberikan saran bagi guru, murid, dan pembaca. Uraian
dari saran tersebut adalah sebagai berikut.
5.2.1 Bagi Guru
Guru diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji
dampak peraturan asrama terhadap anak-anak asrama Santo Paulus Jember. Guru
diharapkan juga dapat meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab murid
melalui kedisiplinan dan tanggung jawab yang diterapkan pendamping asrama
terhadap anak-anak asrama Santo Paulus Jember.
5.2.2 Bagi Murid
Murid diharapkan dapat melakukan penelitian lain mengenai dampak
peraturan asrama terhadap pembentukan karakter kedisiplinan anak-anak asrama
Santo Paulus Jember di angkatan selanjutnya.

5.2.3 Bagi Pembaca


Pembaca diharapkan dapat melaukan penelitian lanjutan mengenai
kedisiplinan dan sifat tanggung jawab anak-anak asrama Santo Paulus Jember,
sehingga pembaca dapat memberi saran dan masukan yang berguna bagi murid
maupun asrama.

35
DAFTAR PUSTAKA

A.M. Muhaimin, 1996, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media

Andi Thahir, E. (2018). Psikologi Perkembangan. Lampung: Aura Publishing.

Arikunto. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2022). Kamus Besar Bahasa


Indonesia Edisi Kelima (Versi 0.4.1) [Mobile app]. Play Store.
https://play.google.com/store/apps/details?id=yuku.kbbi5

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. (2011), Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.

Kemendiknas.2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa.Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

King A., Laura. (2012). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika.

Koesoema A, Donie. 2007. Pendidikan Karakter, Jakarta : Grasindo.

Miftahul J, Insani. 2022. Peran Kepala Sekolah Menciptakan Kedisiplinan


Lingkungan sekolah. https://blog.kejarcita.id/

Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2008. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Nasution.2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Program Studi Psikologi


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara : Medan.

Sarwono, Sarlito W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian Dr. Sandu Siyoto,
SKM, M.Kes M. Ali Sodik, M.A. 1.
Soetjiningsih. 2010.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.

Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya Dalam


Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

LAMPIRAN

SE : Selalu

37
S : Sering
KK : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah

PENILAIAN
NO PERNYATAAN
SE S KK TP
1. Anda menghadiri jam sarapan tepat waktu

2. Anda berangkat ke sekolah tepat waktu

3. Anda membersihkan kamar setiap hari


4. Anda mematikan lampu dan AC ketika akan
keluar kamar
5. Anda menghadiri jam belajar tepat waktu
6. Anda membantu teman asrama yang sedang
sakit
7. Anda menghadiri jam makan malam tepat
waktu
8. Anda mengikuti doa malam setiap hari
9. Anda menggunakan fasilitas asrama dengan
baik

10. Anda meminta izin kepada pengurus asrama


setiap kali bepergian keluar asrama
11. Anda selalu berbicara sopan kepada
pengurus asrama
12. Anda memberi salam dan sapaan setiap kali
bertemu dengan pengurus asrama
13. Anda mematikan air kran setelah mandi
14. Anda mematikan lampu setelah digunakan
15. Anda menciptakan suasana yang kondusif di
asrama

38
16. Anda memiliki semangat doa, persaudaraan,
dan sikap kepedulian untuk saling melayani
satu sama lain
17. Anda bertanggung jawab dalam
menjalankan tata tertib asrama secara
dewasa
18. Anda bertanggung jawab terhadap
lingkungan yang bersih, indah, rapi, dan
teratur sebagaimana menjadi rumah keluarga
sendiri
19. Anda memiliki tenggang rasa dan peka
terhadap kebutuhan bersama
20. Anda bertanggung jawab atas kepercayaan
orang tua untuk sekolah di SMA Katolik
Santo Paulus dengan belajar sungguh-
sungguh

39

Anda mungkin juga menyukai