Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DI UPTD PUSKESMAS

a. PENDAHULUAN

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk
didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dengan makin kompleksnya upaya pelayanan kesehatan khususnya
masalah terapi obat, telah menuntut kita untuk memberikan perhatian dan orientasi pelayanan
farmasi kepada pasien.

b. LATAR BELAKANG

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional
standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat
lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk.
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya
misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam
hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.

c. TUJUAN

- Tujuan Umum : Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas.

- Tujuan Khusus : Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas - Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam
pembinaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas

d. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

a. ADMINISTRASI

Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam rangka


penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.

1. Perencanaan

2. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota.

3. Penerimaan obat dari instalasi farmasi kabupaten/kota

4. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau computer

5. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO


b. PELAYANAN RESEP

Pelayanan Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.Pelayanan resep adalah prosesresep dilakukan sebagai berikut

1. Penerimaan Resep

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, paraf dokter, tanggal,
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan
jenis kelamin pasien

b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara dan
lama penggunaan obat.

c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis.

d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak
tersedia

2. Peracikan Obat

Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat

b. Peracikan obat

c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar,
serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan

d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk
menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah

3. Penyerahan Obat

Penyerahan Obat Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.

b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.

c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya

d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat
tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan
efek samping, cara penyimpanan obat, dll.
c. PELAYANAN INFORMASI OBAT

Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh
pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat
Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-
buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang
berisi :

• Nama dagang obat jadi

• Komposisi • Bobot, isi atau jumlah tiap wadah

• Dosis pemakaian

• Cara pemakaian

• Khasiat atau kegunaan

• Kontra indikasi (bila ada)

Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu
pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau
sesudah makan.

b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun
sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena
itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama
untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung,
obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

d. CARA PENYIMPANAN OBAT

Penyimpanan Obat secara Umum adalah :

a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan

b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.

d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.

e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak

beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.

g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.


h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak. Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan
obat: a. Alfabetis berdasarkan nama generik Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama
generiknya. Saat menggunakan sistem ini, pelabelan harus diubah ketika daftar obat esensial
direvisi atau diperbaharui.

b. Kategori terapetik atau farmakologi Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan
kelas farmakologinya.

c. Bentuk sediaan Obat mempunyai bentuk sediaan yang berbeda-beda, seperti sirup, tablet,
injeksi, salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya.
Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk mengatur obat
secara rinci.

d. Frekuensi penggunaan Untuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya
disimpan pada ruangan yang dekat dengan tempat penyiapan obat.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Memberikan Pelayanan kefarmasian setiap hari kerja,sesuai dengan standar operasional


prosedur dengan tujuan memberikan pelayanan terbaik kepada semua pasien.

f. SASARAN

1. Kegiatan kegiatan pelayanan program sesuai dengan kebutuhanan harapan masyarakat.

2. Kegiatan-kegiatan program dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.


TUGAS MAKALAH SISTEM PENCERNAAN I

“GANGGUAN ULKUS PEPTIKUM”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan rahmat, nikmat,dan hidayahnya,
sehingga kami kelompok VI dapatmenyelesaikan penulisan makalah ini.Dengan penulisan makalah ini
semoga dapat dijadikan sebuah sarana sebagai penunjang pembelajaran.Kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing kami Farida YuanitaS.Kep,Ners sebagai dosen mata kuliah Sistem
Pencernaan I yang telah memberikan tugasmakalah ini sehingga kami dapat mengerti tentrang ulkus
peptikum.Teman-teman yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.Kami sadar
bahwamakalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan di masa yang akan datang.Lamongan, 03 Juni 2012Kelompok VI
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. iDaftar


Isi ....................................................................................................... iiBAB I PENDAHULUANA.
Epidemiologi............................................................................................. 1B. Anatomi dan fisiologi
gaster..................................................................... 2BAB II ISIA.

Defenisi................................................................................................... 6B.

Etiologi.................................................................................................... 6C.

Manifestasi Klinis.................................................................................... 6D.

Patofisiologi............................................................................................ 7E.

Penatalaksanaan ..................................................................................... 111.

Farmakologi........................................................................................ 112.

Medis.................................................................................................. 12F.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang........................................................ 13G.

Pertimbangan Pembedahan..................................................................... 14H.

Pertimbangan Pemulangan...................................................................... 14BAB III ASUHAN


KEPERAWATANI.

Pengkajian............................................................................................... 15II.

Diagnosa Keperawatan........................................................................... 19III.

Tujuan...................................................................................................... 21IV.

Intervensi Keperawatan.......................................................................... 22BAB IV PENUTUPA.

Kesimpulan ............................................................................................. 25B.

Saran........................................................................................................ 25
Di lapisan mukosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu selgoblet[goblet cell], sel
parietal [parietal cell], dan sel chief [chief cell]. Sel goblet berfungsiuntuk memproduksi mucus atau
lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusakkarenaenzim pepsin dan asam lambung. Sel
parietal berfungsi untuk memproduksi asamlambung[Hydrochloric acid] yang berguna dalam
pengaktifan enzim pepsin.Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung
yangmembuat tingkat keasaman dalamlambung mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam.Sel chief
berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif.Sel
chiefmemproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang
dimilikioleh sel tersebutyang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.Di bagian dinding
lambungsebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkangetah lambung.Aroma,
bentuk,warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akanmenimbulkan sekresi
getahlambung.Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan
renin.Asamlambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme danmengaktifkan enzim
pepsinogenmenjadi pepsin.Pepsinmerupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul
yanglebih kecil.Musinmerupakan mukosa protein yang melicinkan makanan.Renin merupakan enzim
khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagaikaseinogenmenjadi kasein. Kasein
digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin.Tanpa adanya renim susu yang
berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuingdanusus tanpa sempat dicerna. Kerja enzim dan
pelumatan oleh otot lambung mengubahmakanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme(kim)
atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikitdemi sedikit dalam
duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk
kim yang bersifatasam. Sebaliknya, otot pilorus yangmengarah ke duodenum akan berkontraksi
(mengerut) jikatersentu kim. Jadi, misalnya kimyang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus
akanmembuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang,
pilorus menutup.Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan yang bersifat
basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makananyang asam
darilambung masuk ke duodenum.Demikian seterusnya.Jadi, makanan melewati pilorus menuju
duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercernaefektif.Seteleah 2 sampai 5
jam, lambung kosong kembali.Pengaturan peristiwa ini terjadi baik

melalui saraf maupun hormon. Impuls parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagusakan
meningkatkan motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosonganlambung. Refleks
pengosongan lambung iniakan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemakyang tinggi dan reaksi asam
pada awal duodenum. Keasaman ini disebabkan oleh hormonsaluran cerna terutama sekretin
dankholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosaduodenum dan dibawa bersama aliran
darah ke lambung.Dengan demikian proses pengosongan lambung merupakan prosesumpan balik
humoral.Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getahlambung, yang
merupakanlarutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung
pulaenzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkanuntuk absorpsi vitamin B12.Asam
klorida menyebabkan denaturasi protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatiklebih
mudah. Asam klorida juga menyediakan pH yangcocok bagi enzim lambung danmengubah pepsinogen
yang tak aktif menjadi pepsin.Asam klorida juga akan membunuh bakteriyang terbawa bersama
makanan. Pengaturans ekresi getah lambung sangat kompleks.Seperti pada pengaturan motilitas
lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan olehsaraf maupun hormon. Berdasarkan
saatterjadinya, maka sekresi getah lambung dibagi atas fasesefalik, lambung (gastral) dan
usus(intestinal).Fase Sekresi Sefalik diatur sepenuhnya melalui saraf. Penginderaan penciuman dan rasa
akanmenimbulkanimpuls saraf aferen, yang di sistem saraf pusat akan merangsang serabut
vagus.Stimulasinervus vagus akan menyebabkan dibebaskannyaasetilkolindari dinding lambung. Iniakan
menyebabkan stimulasi langsung pada sel parietal dan selepitel serta akan membebaskangastrin dari sel
G antrum.Melalui aliran darah, gastrin akan sampai pada sel parietal dan akan menstimulasinyasehingga
sel itu membebaskan asamklorida. Pada sekresi asam klorida ini, histamin juga ikut berperan.Histamin
ini dibebaskanoleh mastosit karena stimulasi vagus (gambar 3).Secara taklangsung dengan pembebasan
histamin ini gastrin dapat bekerja. Fase Lambung.Sekresi getahlambung disebabkan oleh makanan yang
masuk ke dalam lambung. Relaksasi serta rangsangkimia seperti hasil urai protein, kofein atau alkohol,
akan menimbulkan reflekskolinergik lokaldan pembebasan gastrin. Jika pH turun di bawah 3,
pembebasan gastrin akan dihambat.Pada FaseUsus mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian
akan diikuti dengan penurunansekresigetah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus duabelas jari
akan dibebaskan

sekretin.Ini akan menekan sekresi asam klorida dan merangsang pengeluaran pepsinogen.Hambatan
sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jikakim yang
banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas.Di samping zat-zatyang sudah
disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya yang berperan pada sekresidanmotilitas. GIP (gastric
inhibitory polypeptide) menghambat sekresi HC1 dari lambungdankemungkinan juga merangsang
sekresi insulin dari kelenjar pankreas.Somatostatin, yangdibentuk tidak hanya di hipothalamus tetapi
juga di sejumlah organlainnya antara lain sel Dmukosa lambung dan usus halus serta kelenjar
pankreas,menghambat sekresi asam klorida,gastrin dan pepsin lambung dan sekresi sekretin di
usushalus.Fungsi endokrin dan eksokrin pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon
sertaasamkarbonat dan enzim pencernaan). Di samping itu, ada tekanan sistemik yang tak berubah,
pasokan darah di daerah n. Splanchnicus akan berkurang sekitar 20-30%
c.

Obat-obatan.Keterangan :a.

Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaanumum.1.

cairan per oral.Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengandehidrasi
ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandunglarutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalahuntuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebihlanjut.2.

Cairan parenteral.Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan
atauringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.2.1.Dehidrasi ringan.2.1.1. 1 jam pertama 25

50 ml / Kg BB / hari2.1.2. Kemudian 125 ml / Kg BB / oral2.2. Dehidrasi sedang.2.2.1. 1 jam pertama 50

100 ml / Kg BB / oral2.2.2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.2.3. Dehidrasi berat.2.3.1. Untuk anak umur 1
bulan

2 tahun dengan berat badan 3

10 kg

1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13tetes / kg
BB / menit.

7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).

16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intravena 2
tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.2.3.2.

Untuk anak lebih dari 2


5 tahun dengan berat badan 10

15 kg.1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg

BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).

7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak

mau minum dapat diteruskandengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB /
menit.2.3.3. Untuk anak lebih dari 5

10 tahun dengan berat badan 15

25 kg.1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).16 jam
berikutnya 105 ml / kg BB

oralit per oral.2.4. Diatetik ( pemberian makanan ).Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum
khusus kepada penderita dengan tujuanmeringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan
penderita.Hal

hal yang perlu diperhatikan :2.4.1.

Memberikan Asi.2.4.2.

Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral danvitamin,makanan


harus bersih.2.5.

Obat-obatan.2.5.1. Obat anti sekresi.2.5.2. Obat anti spasmolitik.2.5.3. Obat antibiotik.

F.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1.

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensiabdominal.2.

Bising usus mungkin tidak ada.3.

Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus,
namunendoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan.4.
Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi.Melalui
endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan.Endoskopi telahdiketahui dapat
mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karenaukuran atau
lokasinya.5.

Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap darahsamar.6.

Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosisaklorhidria(tidak


terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison.

Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul
jugamengidentifikasikan adanya ulkus.7.

Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun halini
merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H.Pylori.

G.

H.Pertimbangan Pembedahan

1. Perfurasi.2. Obstruksi organis3. Perdarahan masif.4. Ulkus yang besar sekali.

H.

Pertimbangan Pemulangan

1. Perawatan lanjutan.2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di
rumah.

Sianotik

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.

Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa


lambung.Tindakan/Intervensi RasionalMandiri:Kaji tingkat nyeri, lokasilamanya dan karakteristik
nyeriserta faktor yang dapatmemperburuk atau meredakan. Nyeri merupakan pengalaman subjektifdan
harus dijelaskan oleh pasien.Identifikasi karakteristik nyeri dan faktoryang berhubungan merupakan hal
yang penting untuk memilih intervensi yangcocok dan untuk mengevaluasikeefektifan terapi yang
diberikan.Beri dorongan untukmelakukan aktivitas yangmeningkatkan istirahat danrelaksasiRelaksasi
otot menurunkan peristaltic danmenurunkan nyeri gastritis.Anjurkan klien untuk makandengan
teraturMakanan yang mencukupi jumlah partikeldalam lambung membantu menetralisirkeasaman
sekresi lambungDorong klien untukmenghindari merokok danmenurunkan masukanminuman yang
mengandungalkohol ataupun kafein, danmakan yang mengandung gas.Alkohol pada lambung yang
kosong akanmengikis lapisan mukosa. Merokokmenurunkan sekresi bikarbonat pankreasyang
meningkatkan keasaman sedangkanmencerna kafein dapat merangsangsekresi asam lambung.Masase
daerah yang nyeri jika pasien dapat mentoleransisentuhanMasase dapat meningkatkan relaksasiotot,
memfokuskan perhatian danmeningkatkan kemampuan koping.Kompres hangat pada
daerahnyeriMeningkatkan sirkulasi otot danmeningkatkan relaksasi ototTindakan
kolaboratifMenghilangkan nyeri dan menurunkan

Berikan obat sesuai indikasiAnalgesikAseraminofenAntasidaaktivitas peristalticMeningkatkan


kenyamanan dan istirahatMenurunkan keasaman lambungBerikan dan lakukan perubahan diitBerguna
untuk membuat program dietuntuk memenuhi kebutuhan individu2.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya intake oral.Tindakan/Intervensi


RasionalMandiri:Berikan makan sedikit tapiseringMakan terlalu banyak mengakibatkanrangsangan
berlebihan dan berulangnyagejala.Diskusikan yang disukaiklien dan masukkan dalamdiet murniDapat
meningkatkan masukan, meningkatkanrasa berpartisipasi.Bantu pasien dalam pemilihan
makanan/cairanyang memenuhi kebutuhannutrisi dan pembatasan biladiet dimulaiKebiasaan diet
sebelumnya mungkin tidakmemuaskan pada pemenuhan kebutuhan saatini untuk regenerasi jaringan
dan penyembuhanTimbang berat badan setiaphari sesuai dengan indikasiMengkaji pemasukan yang
adekuatAnjurkan makan pada posisiduduk tegakmenurunkan rangsangan penuh pada abdomendan
dapat meningkatkan pemasukanTindakan kolaboratifBerikan diet sesuai kebutuhanMakanan

lunakBerguna

untuk membuat program dietuntuk memenuhi kebutuhan individu.Berikan obat sesuai


indikasiantiemetikUntuk menekan timbulnya rangsanganyang dapat menghambat intake oral.3.

Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan mukosa kapiler.


Tindakan/Intervensi RasionalMandiri:Pantau terhadap darah samar pada aspirat lambung
danfeses.Pengkajian yang sering dan cermatterhadap status klien dapat membantumendiagnosa
perdarahan sebelum statusklien terganggu lebih parahPantau pH lambung setiap 4 jamDengan
mempertahankan pH lambung di bawah 5 telah menurunkan perdarahanPantau tanda dan
gejalahemorogiHemorogi adalah komplikasi paling umumdari penyakit Ulkus peptikum. Tanda
dangejala hemorogi dapat tersembunyi atautimbul secara bertahap dan cukup jelas danmassif.Tindakan
kolaboratifBerikan obat sesuai indikasiPemberian obat yang sesuai dapatmengurangi adanya
perdarahanBerikan diet sesuai kebutuhan Pemberian diit yang sesuai dapatmencegah adanya
kerusakan mukosalambung yang dapat merangsangterjadinya perdarahan.EVALUASI.1.

Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.2.

Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.3.

Integritas kulit kembali noprmal.4.

Rasa nyaman terpenuhi.5.

Pengetahuan kelurga meningkat.6.

Cemas pada klien teratasi


BAB IVPENUTUP

A.

KESIMPULAN

1.

Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa dibagian mana saja di saluran gastrointestinal,
tetapi biasanya di lambung atau duodenum.2.

Gejala yang sering muncul pada ulkus peptikum yaitu nyeri, muntah, konstipasi dan perdarahan.

B.

SARAN

1.

Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proseskeperawatan
harus dilaksanakan sedacara sistematis.2.

Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan


tetapmemperhatikan dan menjaga privacy klien.3.

Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik kepadateman
sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatanmaupun dalam hal
pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

A, Price, Silvya. Patofisiologi.Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit BukuKedokteran


EGC. 1991: Jakarta.Engram Barbara.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit
BukuPenerbit Kedokteran. 1994: JakartaSoeparman. Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. 1990: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai