Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGANGGARAN KESEHATAN DAERAH MANAJEMEN

UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT PESISIR

(FUNGSI STABILISASI)
DOSEN PEMBIMBING : Esy Subroto, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI
NAMA :

1. Khairunnisa 0801183505
2. Reni Mardhani 0801181165
3. Dina Amalia 0801183405
4. Ika Herawati Siregar 0801182193
5. Ayu Safitri 0801182302

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN


TAHUN 2021/2022

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada ALLAH SWT, yang telah


memberikan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.Tanpa kesulitan yang berarti.

Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai “Fungsi Stabilisasi“


atau yang lebih khususnya membahas defenisi,.pengertian dan fungsi stabilisasi.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan.Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki segala kekurangannya, dan juga kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi semuanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, 18 April 2021

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i


Daftar Isi .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fungsi Stabilisasi ...........................................................3
B. Fungsi Stabilisasi APBN dan Contohnya ........................................4
C. Stabilisasi Perekonomian di Bidang Kesehatan ..............................7

BAB III Kesimpulan


A. Kesimpulan ....................................................................................18
B. Saran ..............................................................................................18

Daftar pustaka...........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Stabilitas perekonomian suatu negara menjadi fokus bagi setiap negara.


Hal ini dikarenakan apabila perekonomian suatu negara tidak stabil maka akan
menimbulkan masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan
ekonomi, tingginya tingkat pengangguran, dan tingginya tingkat inflasi. Didalam
ekonomi makro yang membahas perekonomian secara keseluruahan atau agregat
memiliki variabel-variabel yang saling mempengaruhi didalam menjaga stabilitas
perekonomian.

Variabel makroekonomi tersebut diantaranya yaitu, tingkat bunga, tingkat


harga atau inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Variabel makroekonomi tersebut
menjadi instrument yang penting didalam menjaga kestabilan perekonomian suatu
negara. Dengan kata lain, setelah melihat hubungan diantara instrument
makroekonomi tersebut pemerintah (otoritas moneter) mampu melakukan
kebijakan yang tepat untuk ekonomi makro suatu negara. Stabilitas perekonomian
juga merupakan sasaran dalam pembangunan nasional, dan juga menjadi prasyarat
bagi tercapainya kualitas pertumbuhan.

Oleh karena itu adanya keseimbangan didalam variabel makroekonomi


akan menentukan stabilitas perekonomian. Di Indonesia, perekonomian dapat
dikatakan belum stabil hal ini tentu dapat disebabkan oleh beberapa hal salah
satunya yaitu inflasi yang tinggi, inflasi yang tinggi sering kali disebabkan oleh
krisis global, kesalahan manajemen, kurangnya produksi, dan perubahan sistem
ekonomi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengertian fungsi stabilisasi ?
2. Apa saja yang termasuk fungsi stabilisasi ?
3. Bagaimana stabilisasi perekonomian di bidang kesehatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fungsi stabilisasi
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi stabilisasi
3. Untuk mengetahui stabilisasi perekonomian di bidang kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fungsi Stabilisasi


Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian. APBN juga berfungsi untuk memelihara dan menjaga
keseimbangan perekonomian dasar negara. Dalam prosesnya, APBN harus
berguna untuk menjaga arus uang atau mencegah tingginya tingkat inflasi dan
deflasi yang terlampau besar. Melalui fungsi stabilisasi, APBN sebagai alat
stabilisasi perekonomian agar berjalan dalam kapasitasnya. Jika perekonomian
dalam keadaan lesu maka peran pemerintah melakukan intervensi dengan
menambah pengeluaran, atau sebaliknya jika perekonomian terlalu panas atau
pada saat permintaan aggregat domestik tumbuh di atas kemampuan sektor
penawaran untuk tumbuh, maka peran pemerintah melakukan kebijakan fiskal
ketat.
Dalam stabilisasi tersebut pada dasarnya dilihat dari dua hal, yaitu alat
pengendali inflasi dan penstabil pertumbuhan ekonomi. Kedua hal ini pada
dasarnya memiliki hubungan yang sangat erat. APBN juga dapat mengurangi
dampak inflasioner dengan melakukan sterilisasi anggaran, yaitu
meningkatkan simpanan pemerintah pada Bank Indonesia atau mempercepat
pembayaran beban utang luar negeri.
Dengan demikian dalam penetapan APBN, mengacu kepada UU No.23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana yang telah diubah dengan
UU No.3 Tahun 2004, Bank Indonesia memberikan pendapat dan
pertimbangan kepada Pemerintah mengenai RAPBN (Pasal 54 Ayat 2).
Praktek tujuan APBN terhadap stabilisasi ini, misalnya dilakukan oleh
Kabinet Ampera yang dibentuk dalam bulan Juli 1966 dengan tujuan
pokoknya adalah meningkatkan taraf hidup rakyat banyak terutama dalam

3
bidang sandang dan pangan, dimana dalam melaksanakan program stabilisasi
ekonomi (pengendalian inflasi) dan program rehabilitasi (pemulihan produksi)
dipakai skala prioritas, yang salah satunya adalah pengendalian inflasi.APBN
mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APBN menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian negara. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran
yang menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBN.
Fungsi stabilisasi APBN untuk perekonomian Indonesia nyata terlaksana
di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat adanya berbagai peristiwa
dunia mulai dari tensi perdagangan hingga krisis Chile. Dalam menjalankan
fungsi ini APBN bersifat countercyclical yang memberikan stimulus fiskal
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengertian APBD sebagai fungsi stabilitas
berarti anggaran daerah dijadikan sebagai alat dalam memelihara dan menjaga
keseimbangan dasar perekonomian daerah setempat.

B. Fungsi Stabilisasi APBN dan Contohnya


 Pengertian dan Fungsi APBN
Biar kamu lebih paham mengenai pengertian dan fungsi APBN, mari kita
bahas satu per satu dalam artikel ini.

 Pengertian APBN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara pasal 1, APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
adalah sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Rencana keuangan negara ini
ditetapkan setiap tahun yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab demi kemakmuran rakyat.

4
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan kalau APBN menjadi sebuah
daftar yang memuat rincian berbagai sumber pendapatan negara dan jenis-
jenis pengeluaran negara dalam satu tahun. APBN juga menjadi alat untuk
mengontrol kegiatan pemerintah sehingga pemerintah memiliki acuan
yang jelas mengenai pengeluaran dan pendapatan negara dalam kurun
waktu tersebut.
 Fungsi APBN
Sebagai rancangan pengelolaan pendapatan dan pengeluaran negara,
APBN memiliki beberapa fungsi, di antaranya:

 Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi APBN dilaksanakan agar pemerintah dapat membagi-bagi
pendapatan negara yang diterima sesuai dengan target atau sasaran yang
diinginkan. Misalnya, menetapkan besarnya anggaran untuk belanja gaji
pegawai, belanja barang, dan anggaran pembangunan suatu proyek.
Contohnya, pemerintah menetapkan berapa besar pendpatan yg
dialokasikan untuk gaji pegawai, belanja barang dan proyek pembangunan
negara.

 Fungsi Distribusi
Fungsi APBN yang satu ini dibuat agar pemerintah dapat menyalurkan
pendapatan negara secara adil dan merata. Adanya fungsi ini diharapkan
membuat pemerintah mampu memperbaiki distribusi pendapatan
masyarakat. Contoh fungsi distribusi APBN yaitu memberikan subsidi
BBM, bahan pokok, dan listrik, atau memberi bantuan dana pendidikan
bagi masyarakat kurang mampu.

 Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi ini digunakan pemerintah untuk menstabilkan keadaan
ekonomi negara agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Misalnya, pada saat terjadi inflasi, harga barang dan jasa cenderung naik.

5
Maka, pemerintah dapat menstabilkan perekonomian dengan cara
menaikan pajak agar jumlah uang yang beredar dapat dikurangi dan harga-
harga dapat kembali turun.

 Fungsi Otorisasi
Fungsi ini dibuat sebagai dasar pelaksanaan pendapatan dan belanja negara
pada tahun yang sedang berjalan. Adanya fungsi ini membuat
pembelanjaan dan pendapatan negara nantinya bisa
dipertanggungjawabkan pada rakyat.

 Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan bisa menjadi acuan bagi negara untuk bisa
merencanakan berbagai kegiatannya dalam satu tahun. Artinya, jika
anggaran belanja sudah disusun rapi, negara bisa dengan mudah membuat
rencana kegiatan guna mendukung pembelanjaan tersebut.
Misalnya, ada anggaran proyek pembangunan jalan senilai Rp10 miliar,
maka pihak pemerintah bisa langsung melaksanakan proyek tersebut agar
nantinya berjalan lancar tanpa ada masalah.

 Fungsi Pengawasan
APBN juga berfungsi sebagai pengawasan. Artinya, pembuatan rencana
anggaran bisa menjadi pedoman untuk menilai segala jenis aktivitas
penyelenggaraan pemerintah. Apakah sesuai dengan yang sudah
ditetapkan? Lewat fungsi ini, masyarakat pun akan mudah menilai
ketepatan pemerintah dalam menggunakan uang negara.

6
C. Stabilisasi Perekonomian di Bidang Kesehatan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat


kinerja perekonomian, baik ditingkat nasional maupun regional (daerah). Pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output agregat (keseluruhan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan perekonomian) atau Produk
Domestik Bruto. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-
faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh
masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
kualitas sumber daya manusia (SDM), diantaranya yaitu kesehatan. Kesehatan
memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah Negara
berkembang untuk mendapatkan SDM yang berkualitas agar terciptanya ekonomi
yang berkelanjutan. Dalam ekonomi berbasis pengetahuan global, kesehatan
diakui sebagai bentuk investasi dalam modal manusia yang menghasilkan
keuntungan ekonomi dan memberikan kontribusi untuk kekayaan masa depan
bangsa. Kesehatan merupakan investasi yang sangat berguna bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia, kesehatan dianggap faktor penting yang
mempengaruhi kualitas SDM. Negara yang mempunyai tingkat kesehatan yang
rendah mempunyai tantangan yang lebih berat dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi, karena diasumsikan bahwa jika masyarakat sehat maka produksi akan
meningkat dan akan berujung pada pertumbuhan ekonomi.

Arora (2001) menggunakan angka harapan hidup saat lahir dan gaya hidup
orang dewasa sebagai indikator kesehatan di 10 negara industri. Penelitian
tersebut menemukan bahwa peningkatan variabel kesehatan akan meningkatkan

7
pertumbuhan ekonomi sebesar 30-40% dalam jangka panjang. Penelitian juga
menemukan bahwa tingginya penyakit dan angka kematian merupakan penyebab
utama terhambatnya pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang dalam jangka
panjang.

Bhargava (2001) dalam penelitian hubungan antara kesehatan dan


pertumbuhan ekonomi di India menemukan hubungan positif antara tingkat
kelangsungan hidup orang dewasa dan pertumbuhan ekonomi. Hasil tetap sama
ketika tingkat kelangsungan hidup orang dewasa diganti dengan angka harapan
hidup yaitu berhubungan positif. Namun, tingkat kesuburan memiliki hubungan
negatif dengan pertumbuhan ekonomi.

Bloom, dkk (2004) dengan menggunakan teknik 2SLS menemukan bahwa


angka harapan hidup dan tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto. Peningkatan kesehatan juga
meningkatkan produktifitas tenaga kerja, dan akumulasi modal. Penelitian juga
menemukan setiap peningkatan 1 tahun angka harapan hidup populasi akan
meningkatkan 4% produksi.

Idowu Daniel (2014) melihat hubungan ekonomis jangka panjang antara


kesehatan dan Produk Domestik Bruto di Nigeria yang menggunakan data time
series selama 42 tahun. Dari hasil penelitian tersebut menemukan bahwa
kesehatan sangat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang di Nigeria. Semua variabel kesehatan yang digunakan seperti
angka harapan hidup, angka kelahiran berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Nigeria.

Mutia Sari, dkk (2016) melihat pengaruh investasi, tenaga kerja dan
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil penelitian tersebut
menemukan bahwa investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah secara
simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, investasi
secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

8
Naeem Akram, dkk (2008) menganalisis dampak jangka panjang dan
dampak jangka pendek modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di
Pakistan, menemukan bahwa usia, populasi, angka harapan hidup dan angka
kematian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Menurut hasil
yang didapatkan di dalam penelitian bahwa kesehatan sangat memainkan
perannya dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa semua variabel
kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
jangka panjang di Pakistan. Menurut peneliti jika Negara seperti Pakistan ingin
meningkatkan Produk Domestik Bruto per kapita maka juga di perlukan
peningkatan kesehatan pada sumber daya manusia.

Selama bertahun-tahun, pertumbuhan Produk Domestik Bruto merupakan


tujuan dari pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut data yang di dapat
dari tahun ke tahun perkembangan PDB di Indonesia selalu mengalami
peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatknya Produk
Domestik Bruto yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) salah satunya
kesehatan. Dari data yang didapatkan perkembangan angka harapan hidup di
Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahun nya dimulai dari tahun 1985
yaitu sebesar 61,555 meningkat ke tahun 2015 yaitu sebesar 69,025 (World Bank
2018) ini menandakan bahwa kualitas kesehatan di Indonesia sudah membaik di
bandingkan tahun sebelumnya, tetapi dibandingkan dengan negara maju angka
tersebut masih di bawah rata-rata. Jika di hubungkan dengan PDB yang juga
meningkat setiap tahunya angka harapan hidup mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia.

Angka kelahiran merupakan jumlah bayi yang dilahirkan per 1000 wanita
dalam usia reproduksi, dari tahun ke tahun angka kelahiran di Indonesia selalu
mengalami penurunan, pada tahun 1985 sebesar 3,745 menurun hingga tahun
2015 yaitu sebesar 2,389 (World Bank 2018), ini mengindikasikan bahwa angka
kelahiran di Indonesia telah berhasil di tekan mengingat jumlah penduduk
Indonesia yang sudah terlalu padat. Sumber daya manusia merupakan faktor

9
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dimana menurut sebagian
ahli jika jumlah penduduk yang banyak dan didukung oleh pemanfaatan sumber
daya alam yang baik maka pertumbuhan ekonomi akan terjadi. Namun, jika
dilihat dari jumlah penduduk indonesia yang sudah terlalu padat pertumbuhan
jumlah penduduk dianggap beban bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ahli
berpendapat (Mulyadi 2003) Tingginya angka pertumbuhan penduduk yang
terjadi di negara berkembang seperti Indonesia dapat menghambat proses
pembangunan. Jadi jika angka kelahiran dihubungkan dengan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mempunyai hubungan yang negatif.

Angka kesakitan merupakan persentase masyarakat yang mempunyai


keluhan akan kesehatan. Dari data yang di dapat angka kesakitan di Indonesia
terus mengalami peningkatan terlihat bahwa dari tahun 1985 angka kesakitan
sebesar 24,60 dan meningkat hingga tahun 2015 yaitu sebesar 30,35 (Badan Pusat
Statistik 2018). Hal ini menujukkan bahwa kualitas kesehatan di Indonesia masih
banyak yang perlu diperbaiki dari peningkatan sarana prasarana maupun kualitas
pekerja kesehatan. Angka kesakitan jika dihubungkan dengan pertumbuhan
ekonomi akan memiliki hubungan yang negatif karena diasumsikan bahwa
semakin banyak orang yang mengalami keluhan akan kesahatan akan menurunkan
produktifitasnya dan akan berdampak pada penurunan Produk Domestik Bruto
maupun pertumbuhan ekonomi.

Investasi merupakan penanaman modal, dari data yang didapatkan


perkembangan angka investasi di Indonesia sangat berfluktuasi terlihat dari data
yang di dapatkan melalui World Bank 2018 daru tahun 1985 investasi indonesia
sebesar 310 juta US$ meningkat hingga tahun 1997 yaitu sebesar 4.677 milyar
US$, namun pada tahun berikutnya yaitu 1998 terjadi penurunan drastis sebesar -
240 juta US$ dan terus turun hingga tahun 2001 yaitu sebesar -2.977 milyar US$.
Jika dilihat melalui sejarah Indonesia pada tahun tersebut terjadi gejolak
perekonomian dan politik yang sangat besar di Inonesia yang berdampak terhadap
perkembangan investasi, dimana investor tidak mau menanamkan modal nya di
Indonesia jika situasi politik dan perekonomian tidak stabil. Namun, pada tahun

10
berikutnya dimana situasi politik dan perekonomian di Indonesia sudah berangsur
membaik terlihat dari data yang diperoleh investasi kembali meningkat
singnifikan hingga tahun 2015 yaitu sebesar 19.779 milyar US$, hal ini
mengasumsikan bahwa Indonesia tetap menjadi target investor dalam negeri
maupun asing dikarenakan mempunyai kualitas sumber daya alam yang melimpah
dan jumlah penduduk atau sumber daya manusia yang berpotensi. Investasi
merupakan faktor penting penggerak perekonomian, oleh sebab itu hubungan
antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia memiliki hubungan yang
positif.

Dengan ini terdapat beberapa pengaruh untuk meningkatkan Stabilisasi


perekonomian di bidang kesehatan antara lain:

Pengaruh angka harapan hidup dalam kesehatan terhadap


pertumbuhan ekonomi

Peningkatan angka harapan hidup menggambarkan membaiknya nutrisi


dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan lingkungan sehingga akan
berpengaruh terhadap membaiknya produktivitas penduduk yang akan berdampak
positif pada laju pertumbuhan ekonomi. Produktifitas yang meningkat otomatis
akan memicu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bukti-bukti makroekonomi
menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan yang rendah,
menghadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan
berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan
kesehatanya. Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh World Health Organization (WHO, 2002) menyebutkan bahwa
secara statistik diperkirakan setiap peningkatan 10% dari angka harapan hidup
(AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4%
per tahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap.

Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah


panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan

11
antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan
hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang
tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih
lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh
pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang,
cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang kesehatan dan
menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat,
dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Naeem Akram dkk (2008) bahwa angka harapan hidup berpengaruh positif
dan signifikan di Pakistan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Bloom dkk
(2004) menemukan bahwa angka harapan hidup dan sekolah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap PDB, peningkatan kesehatan meningkatkan output tidak
hanya melalui produktivitas tenaga kerja, tetapi juga melalui akumulasi modal.

Pengaruh Angka Kesakitan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Indonesia

Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan


masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan
mempengaruhi produktivitas kerja. Pembangunan ekonomi sangat erat dengan
masalah kesehatankarena pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan
lancar bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan. Dalam Undang-Undang
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi.

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh


tersedianya berbagai macam fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana
fasilitas kesehatan yang representatif, dan murah yang aksesnya mudah dicapai

12
sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.Masyarakat yang sehat tentunya akan
dapat melakukan aktifitas dengan kondisi yang prima sehingga produktifitasnya
pun dapat terjaga. Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial
akan menyebabkan penurunan secara bermakna beban penyakit di negara-negara
berkembang.

Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan
adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah.
Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih
produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi
di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan
kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-
laki yang menderita anemia menyebabkan kurang produktif jika dibandingkan
dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak
yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi
dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak
cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak
sehat.

Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik


merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.Beberapa pengalaman
sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang
kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Negara-
negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi
tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika
dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatanya.

Peningkatan angka kesakitan menggambarkan kesadaran masyarakat akan


pentingnya pola hidup sehat sehingga akan berpengaruh terhadap membaiknya
produktifitas penduduk yang akan berdampak positif pada laju pertumbuhan
ekonomi.

13
Faktor penyebab angka kesakitan berpengaruh positif dan signifikan
adalah masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia, adapun keluhan kesehatan yang sering dialami masyarakat yaitu sakit panas,
pilek, sakit kepala, batuk, diare, asma/sesak nafas, dan sakit gigi. Penyakit
tersebut merupakan penyakit yang sering dikeluhkan oleh penduduk usia lanjut,
bukan penduduk pada usia produktif. Untuk itu penduduk usia lanjut mempunyai
angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat
pula. Angka kesakitan yang berpengaruh positif dalam penelitian ini juga
dikarenakan untuk tenaga kerja yang berkerja di bidang kesehatan, semakin
banyak keluhan penyakit akan meningkatkan pendapatan. Dapat dilihat dampak
angka kesakitan terhadap Produk Domestik Bruto, jadi apabila banyak keluhan
penyakit di masyarakat maka juga akan meningkatkan penjualan obat-obatan, dan
peningkatan penggunaan layanan kesehatan.

Pengaruh Investasi Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Indonesia

Peran Investasi sangatlah penting adalam pergerakkan pertumbuhan


ekonomi, karena pembentukkan modal mampu memperbesar kapasitas produksi,
menaikkan pendapatan nasional maupun menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini
akan mengurangi tingkat pengangguran sehingga pertumbuhan ekonomi dapat
meningkat. Sejalan dengan pendapat Harrod-Domar dalam Arsyad (2010:82-85)
mengembangkan teori Keynes dengan memberi peranan kunci kepada investasi di
dalam proses pertumbuhan ekonomi, khusunya mengenai sifat ganda yang
dimiliki investasi.

Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang,


ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat terbatas,
oleh karena itu pemilihan alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective
menjadi penting. Pada tahun 1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan
bagi semua telah disetujui oleh seluruh negara anggota Organisasi Kesehatan

14
Sedunia (World Health Organization-WHO). Beberapa kesepakatan dalam
deklarasi tersebut adalah komitmen negara-negara anggota terhadap keadilan
kesehatan, lebih memfokuskan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan
peningkatan (promotive) dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan
pemulihan (rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas sektoral, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat.

Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat diwujudkan.


Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak
mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan kesehatan pengobatan. Hal ini
menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi, penggunaan teknologi yang tidak
tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit negara yang sukses mencapai
kesehatan yang adil dan berhasil menjalin kerjasama lintas sektor dan partisipasi
masyarakat dengan baik.

Mobilisasi Sumberdaya Dalam Negeri Yang Lebih Besar Untuk


Kesehatan

Negara-negara termiskin didunia ditandai dengan teramat rendahnya


pengeluaran biaya untuk kesehatan dibanding dengan standar negara-negara
berpendapatan tinggi. Walaupun seandainya negara-negara miskin tersebut
mengalokasikan sumber daya dalam negeri lebih banyak untuk kesehatan hal ini
tidak akan memecahkan masalah mendasar: negara-negara miskin tidak memiliki
sumber daya biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakatnya. Dengan perkiraan US$ 30 40 per kapita
untuk pelayanan esensial, jumlah ini akan menyerap sekitar 10% dari GNP dari
negara miskin tersebut, jauh dari sumber daya dalam negeri yang dapat
dimobilisasikan.

Komisi telah menguji secara hati hati peningkatan sumber daya dalam
negeri, terutama sumber daya biaya yang dapat dimobilisasi untuk kesehatan di
negara-negara berpendapatan rendah. Berkaitan dengan sumber daya sektor
publik, kemampuan untuk meningkatkan anggaran kesehatan tentu akan berbeda

15
antar negara hal ini dipengaruhi oleh struktur ekonomi, kemampuan
mengumpulkan pajak, kemampuan bayar hutang, dan banyak faktor lainnya.
Masih terdapat beberapa kasus dimana pengeluaran publik untuk kesehatan yang
sangat rendah mungkin dapat dimobilisasi, tetapi komitmen politik sangat sulit
diperoleh. Jika masyarakat secara tegas dapat dibedakan secara geografis maupun
etnis, pemerintah cenderung memilih untuk mengalokasikan untuk kelompok
minoritas daripada untuk kelompok penduduk yang luas. Begitu pula halnya jika
terdapat diskriminasi yang merugikan terhadap perempuan yang bertanggung
jawab terhadap perawatan kesehatan keluarga, seringkali perhatian menjadi
kurang terhadap kelompok miskin secara keseluruhan.

Dapat juga terjadi pengeluaran kesehatan seringkali menjadi tidak efisien


atau bahkan percuma. Keadaan ini terutama terjadi akibat pengeluaran langsung
untuk kesehatan oleh orang miskin guna memperoleh pelayanan kesehatan
berkualitas rendah dan pengobatan kurang tepat. Di China dan India sebagai
contoh, penduduk miskin di desa membayar langsung sekitar 85% palayanan
kesehatannya untuk hal-hal yang tidak layak misalnya untuk pembelian obat yang
tidak bermutu, dan tenaga kesehatan yang kurang profesional dan tidak memiliki
lisensi.

Walaupun sebagian besar negara akan memobilisasi lebih banyak biaya


untuk kesehatan, tetapi sangatlah realistik untuk memperkirakan bahwa
meningkatnya pendapatan tidak akan lebih dari 1 2% dari GNP dinegara-negara
berpendapatan rendah. Sebagai pedoman indikatif, diperkirakan bahwa rata-rata di
negara berpendapatan rendah akan meningkatkan pengeluaran biaya untuk
kesehatan menjadi 1% dari GNP pada tahun 2007 dan 2% pada tahun 2015. Bagi
negara-negara dengan pendapatan per kapita US$ 500, kenaikan $ 5 per kapita per
tahun pada tahun 2007 dan $ 10 pada tahun 2015 tidaklah cukup untuk menutupi
jurang antara biaya untuk pelayanan esensial dengan ketersediaan sumber daya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan memobilisasi sumber
sumber dana dari luar negeri (donor) untuk dapat menutupi kekurangan
pembiayaan bagi negara-negara berpendapatan rendah.

16
Strategi dasar untuk reformasi pembiayaan kesehatan di negara-negara
berpendapatan rendah, Komisi menyarankan 6 langkah yaitu: (1) meningkatkan
mobilisasi pajak umum untuk kesehatan guna mencapai 1% dari GNP pada tahun
2007 dan 2% pada tahun 2015, (2) meningkatkan bantuan dari negara donor untuk
membiayai pengadaan barang publik guna menjamin akses penduduk miskin
terhadap pelayanan kesehatan esensial, (3) mengalihkan pengeluaran langsung ke
sistem pra bayar, termasuk program pembiayaan masyarakat yang didukung oleh
pembiayaan publik jika memungkinkan, (4) menggali inisiatif untuk membantu
negara-negara sangat miskin (HIPC), (5) mengatasi inefisiensi sumber daya
pemerintah dan digunakan untuk sektor kesehatan, (6) realokasi pengeluaran
biaya publik dari pengeluaran yang tidak produktif dan subsidi untuk sektor sosial
agar lebih fokus untuk penduduk miskin.

17
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian. Dalam stabilisasi tersebut pada dasarnya
dilihat dari dua hal, yaitu alat pengendali inflasi dan penstabil
pertumbuhan ekonomi. Kedua hal ini pada dasarnya memiliki hubungan
yang sangat erat.
Fungsi stabilisasi APBN untuk perekonomian Indonesia nyata
terlaksana di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat adanya
berbagai peristiwa dunia mulai dari tensi perdagangan hingga krisis Chile.
Dalam menjalankan fungsi ini APBN bersifat countercyclical yang
memberikan stimulus fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengertian
APBD sebagai fungsi stabilitas berarti anggaran daerah dijadikan sebagai
alat dalam memelihara dan menjaga keseimbangan dasar perekonomian
daerah setempat.

A. SARAN
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar
menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya
makalah ini menjadi lebih baik dan lebih sempurna.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Kementerian Keuangan RI. 2014. Nota keuangan.

Adeniyi, Abiodun. 2010. The Impact Of Health Expenditure On Economic


Growth In Nigeria, Journal Of Economics, Nigeria
Arora, S. 2001. Health, Human Productivity, and Long-term Economic
Growth. The Journal of Economic History 699-749.
Akram, Naeem dkk. 2008. The Long Term Impact of Health on Economic
Growth in Pakistan, Pakistan : University of Arts Science and Technology
Islamabad.
Badan Pusat Statistik. Indonesia Dalam Angka 2000-2015 BPS Sumatera
Barat. Sumatera Barat.
Bhargava. 2001. The Relationship Between Health And Economic Growth
In India, Journal Of Economics, India
Bloom dkk. 2004. The Effect of Health on Economic Growth, World
Development.
Daniel, Idowu. 2014. The Impact of Health on Economic Growth in
Nigeria. Federal University Gombe state, Nigeria.
Engla, dkk. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di
Indonesia. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang.
Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Riman, Akpan. 2010. The Long Term Causality Between Health
Expenditure, Poverty And Health Status In Nigeria, Journal Of Economics,
Department Of Economics University of Ibadan, Nigeria.
https://pahamify.com/blog/pengertian-tujuan-dan-fungsi-apbn/

19

Anda mungkin juga menyukai