Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH DAERAH

Nama Kelompok;

1. Atika Salsabila (0801183349)


2. Mila Nurlia Harahap( 0801181120)
3. Mahfira Aulia Sifa (0801181123)
4. Nada Nurjannah Afrillia (0801182244)

Kelas/Semester : PEMINATAN AKK-D /VI

Dosen Pengampu : Rapotan Hasibuan, SKM,M.Kes

1. Gizi Menjadi Masalah Utama di Indonesia


Terkait peran pemerintah dalam menanggulangi kekurangan gizi di Indonesia telah diatur
dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Pasal 141 – Pasal 143 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(“UU 36/2009”), juga telah diatur pula mengenai upaya pemerintah dalam
menanggulangi kekurangan gizi, salah satunya, yaitu dengan upaya perbaikan gizi untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat melalui:
a. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;
b. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi; dan
d. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat bersama-sama menjamin
tersedianya bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi secara merata dan
terjangkau. Pemerintah berkewajiban menjaga agar bahan makanan yang dimaksud
memenuhi standar mutu gizi yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
Selain itu, penyediaan bahan makanan dilakukan secara lintas sektor dan antarprovinsi,
antarkabupaten atau antarkota. Upaya perbaikan gizi di atas dilakukan pada seluruh siklus
kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada
kelompok rawan.
a. bayi dan balita;
b. remaja perempuan; dan
ibu hamil dan menyusui.
2. Stunting
PERAN pemerintah daerah dapat menjadi ujung tombak dalam penanganan stunting di
Indonesia. Pasalnya, Pemda dinilai dapat memberikan edukasi penuh kepada masyarakatnya
untuk mencegah terjadinya stunting."Peran Pemda sangat penting untuk mengedukasi, seperti
bikin surat edaran. Semua ibu harus minum tablet tambah darah kalau mau anemia dan angka
stunting kita turun. Saat ini mungkin sekitar 140 dari 514 kabupaten yang punya kebijakan
penanggulangan stunting," kata Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes, Dhian Proboyekti, di
Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (14/1). Baca juga: Pemberian Zat Gizi Mikro Upaya
Tekan StuntingGlobal Nutrition Report 2018 menyatakan Indonesia merupakan salah satu
negara di dunia yang mengalami triple burden malnutrition. Permasalahan tidak hanya
mengenai defisiensi energi dan protein seperti underweight, wasting dan stunting, tapi juga
gizi lebih dan defisiensi mikronutrien.Sejalan dengan itu, Riset Kesehatan Dasar 2018
menunjukkan bahwa prevalensi balita underweight (17,7%), stunting (30.8%), Wasting
(102%) dan obesitas (balita, 8%).Sementara itu, prevalensi anemia pada ibu hamil (48,9%)
dan prevalensi wanita usia subur yang kurang energi kronis (KEK) masih tinggi, yaitu 17,
3%. Di sisi lain, anemia pada kelompok remaja putri usia 15-24 tahun 18,4%."Kalau kita
asosiasikan anemia berakibat pada stunting, tingkat stunting akan tinggi," imbuh Dhian.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Nutrition International untuk
menangani stunting di 20 kabupaten Jawa Timur dan NTT dengan cara mengontrol
pemberian gizi mikro.

3. Memenuhi Gizi Seimbang


Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah masalah gizi kurang dan gizi lebih.
Pola pertumbuhan dan status gizi merupakan indikator kesejahteraan. Oleh karena itu,
perlu adanya program gizi yang berguna untuk mendorong kedua hal tersebut. Faktor
mendasar yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan nutrisi dengan baik sehingga
terjadi gizi buruk, adalah masalah ekonomi, pola pikir, dan perilaku kesehatan yang
minim serta pelayanan kesehatan yang masih belum merata dan maksimal. Faktor lainnya
berupa kualitas pangan, yakni rendahnya asupan vitamin dan mineral, buruknya
keragaman pangan dan sumber protein hewani, dan faktor lain seperti, pendidikan,
infrastruktur, budaya, dan lingkungan. Berbagai pihak terkait perlu memahami problem
masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga sebaliknya, bagaimana
pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada perbaikan status gizi. Oleh
karena itu tujuan pembangunan beserta target yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi
memerlukan keterlibatan seluruh pihak terkait. Untuk itu sebagai upaya meningkatkan
pemenuhan gizi seimbang, pemerintah melalui Kementerian Sosial memberikan program
bantuan sosial pangan dengan salah satu tujuannya adalah memberikan gizi yang lebih
seimbang kepada KPM.

4. Masalah Gizi Mikronutrien Remaja Indonesia


Komitmen nasional untuk gizi ditunjukkan melalui keputusan pemerintah untuk
memasukkan target gizi dalam RPJMN 2014-2019 dan komitmen ini telah menguat
dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah telah berjanji untuk memenuhi target gizi
global WHA pada tahun 2025 (WHO, 2012) dan merupakan penandatangan target yang
sama yang terdapat dalam SDGs (UN, 2015). Pada tahun 2011, Indonesia bergabung
dengan Gerakan Peningkatan Gizi (Scaling up Nutrition/SUN Movement) dan
meluncurkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi pada Seribu Hari Pertama
Kehidupan. Inisiatif yang lebih baru adalah peluncuran pada tahun 2017 tentang Gerakan
Penurunan Stunting Nasional sebagai bagian dari kampanye anti-kemiskinan yang lebih
luas dari Pemerintah. Ini bertujuan untuk memperkuat dukungan politik dan
kepemimpinan untuk gizi di semua tingkatan, dan untuk memperkuat koordinasi dan
konvergensi lintas berbagai sektor. Pada tahun 2018, gerakan ini sedang dilaksanakan di
100 kabupaten prioritas dengan tingkat kemiskinan dan prevalensi stunting yang tinggi,
dan rencananya adalah untuk memperluas ke seluruh 514 kabupaten yang ada pada 2021.
Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (Germas), yang dimulai tahun 2016, adalah
program kesehatan masyarakat nasional yang juga menggunakan pendekatan
multisektoral. Program ini melibatkan 18 kementerian dan lembaga. Salah satu dari enam
kegiatan utama Germas adalah penyediaan makanan sehat dan akselerasi perbaikan gizi.
Provinsi dan kabupaten juga diharuskan untuk mengembangkan Rencana Aksi Pangan
dan Gizi (RAD-PG), di bawah tanggung jawab Bappeda. Namun hanya 3 dari 7 provinsi
dan tidak ada kabupaten yang baru-baru ini masuk dalam Penilaian Kapasitas Gizi
(Nutrition Capacity Assessment) yang memiliki rencana terkini (Institute of Social and
Economic Research, 2018 Unpublished). Disimpulkan bahwa kapasitas pemerintah
daerah untuk merencanakan, mengelola dan memantau layanan gizi masih perlu
ditingkatkan dan bahwa ada kebutuhan untuk memperkuat dukungan teknis dalam hal
merancang dan menganggarkan RAD-PG yang praktis yang menggunakan pendekatan
multisektoral (Institute of Social and Economic Research, 2018 Unpublished).

Anda mungkin juga menyukai