Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 1

Tesa Audrey Sefarani - 2501972373


Stella Hermine Lufgard - 2501982866
Safira - 2502002356
Muhammad Rizky Hidayatullah - 2502018796 (Tidak Mengerjakan)
M. Kalif N. Ramadhan - 2502022175

Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kebisingan di perkotaan dapat berdampak


negatif bagi kesehatan mental seseorang. Dalam studi yang dijalankan sebelumnya ditunjukkan
bahwa paparan kebisingan yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan,
kecemasan, stres, depresi, hingga masalah tidur. Dalam buku Happy City dijelaskan bahwa para
pengendara mengalami stres yang berat dan meningkat dalam menghadapi kemacetan di ibu
kota, kemacetan juga akan menambah jangka waktu yang diperlukan pengendara untuk
bepergian ke tempat yang mereka tuju sehingga menambah paparan terhadap kebisingan di
sekitar. Dr. John Larson mengatakan bahwa semua pasien serangan jantungnya memiliki satu
kesamaan yaitu, mereka lebih mudah tersulut emosi saat berkendara. Hal tersebut dikarenakan
situasi bising yang ada di sekitar mereka dapat mengganggu konsentrasi dan membuat seseorang
sulit untuk fokus pada tugas dan aktivitas yang sedang dilakukan, serta dalam menyebabkan
ketegangan fisik yang berlebihan.

Selain itu, kebisingan di perkotaan juga dapat mempengaruhi interaksi sosial dan kualitas
hidup seseorang. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang yang tinggal di daerah yang sangat
bising cenderung merasa lebih kesepian dan kurang berhubungan dengan tetangga mereka, serta
memiliki kualitas hidup yang lebih rendah secara keseluruhan. Namun, perlu diingat bahwa
dampak kebisingan pada kesehatan mental dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti
intensitas kebisingan, durasi paparan, dan karakteristik individu yang terpapar kebisingan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kebisingan di
perkotaan, seperti memasang peredam suara atau menjaga jarak dari sumber kebisingan, serta
untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami masalah kesehatan mental yang terkait
dengan kebisingan.
Inspirasi baru yang kami ciptakan untuk meredakan kebisingan tersebut adalah
1. Dinding Penahan Suara: Membangun dinding penahan suara di sepanjang jalan-jalan
utama dan daerah yang ramai dapat membantu mengurangi penyebaran suara ke daerah
sekitarnya. Dinding penahan suara biasanya terbuat dari bahan yang dapat menyerap
suara, sehingga mengurangi tingkat kebisingan yang mencapai permukiman atau area
sensitif lainnya.

2. Pohon Penyerap Suara: Menanam pepohonan dengan sifat penyerap suara di sepanjang
jalan dan di daerah-daerah yang terkena polusi suara dapat membantu mengurangi tingkat
kebisingan. Pepohonan tidak hanya menambahkan estetika, tetapi juga dapat menyerap
dan menghalangi sebagian suara yang berasal dari lalu lintas atau aktivitas manusia
lainnya.

3. Penggunaan Material Redaman Suara: Menggunakan material bangunan yang mampu


meredam suara dapat mengurangi polusi suara di dalam ruangan. Misalnya, penggunaan
kaca ganda atau bahan insulasi suara pada jendela dan dinding dapat mengurangi
penetrasi suara ke dalam bangunan. Ini sangat penting di daerah yang berdekatan dengan
jalan raya atau area bising lainnya.

4. Transportasi Ramah Lingkungan: Mengurangi polusi suara dari kendaraan bermotor


adalah langkah penting. Mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan seperti
kendaraan listrik atau berbagi kendaraan dapat membantu mengurangi kebisingan dan
polusi suara dari lalu lintas. Peningkatan infrastruktur untuk sepeda dan pejalan kaki juga
dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor.

5. Pengaturan Lalu Lintas: Mengoptimalkan pengaturan lalu lintas dengan menggunakan


teknologi canggih seperti sensor lalu lintas, pengaturan lampu lalu lintas yang cerdas, dan
pemantauan lalu lintas real-time dapat membantu mengurangi kemacetan dan kebisingan
lalu lintas. Ini dapat mengurangi polusi suara yang disebabkan oleh suara klakson, rem
mendadak, dan kendaraan yang terjebak dalam kemacetan.
Kombinasi dari berbagai inovasi ini dapat membantu meredakan polusi suara di Jakarta.
Penting untuk melibatkan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat
umum untuk bekerja sama dalam menghadapi masalah ini dan menciptakan lingkungan
yang lebih tenang dan nyaman bagi semua penduduk kota.

Referensi:
Luxson, M., Darlina, S., & Malaka, T. (2010). Kebisingan di tempat kerja. Jurnal Kesehatan
Bina Husada, 6(2), 75-85.
Syidiq, M., Suwaji, M. K., Hardjanto, M. S., & OK, S. (2013). Pengaruh Intensitas Kebisingan
Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja di PT Pertani (Persero) Cabang Surakarta
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai