Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Aqil Musyarif

NIM : 1910914210021
Dosen Pengampu : Rahmi Fauzia M.Psi, Psikolog

UTS Psikofisik dan Lingkungan


A. Konsep Paparan Iluminasi
Penelitian yang dilakukan oleh John E. Flynn dan kawan-kawan (1973) telah
menunjukkan hubungan antara siang hari dan efek psikologis. Hasil pengamatan yang
dilakukan terhadap subjek menunjukkan bahwa variasi pencahayaan mempengaruhi bentuk
perilaku individu. Temuan lain oleh Kemal dan kawan-kawan (2007) menyatakan bahwa
penghuni gedung kantoran mengalami peningkatan stres fisiologis dan psikologis setelah
pindah ke tempat kerja yang jauh dari jendela. Lebih lanjut Bertram W. Wells (1965)
melakukan wawancara terhadap pekerja kantoran di Inggris untuk menentukan hubungan
antara kondisi dan sikap orang terhadap jendela, pencahayaan alami, serta pencahayaan buatan
dan menemukan bahwa sebanyak 69% percaya mata mereka lebih baik bekerja di siang hari.
Terakhir penelitian oleh Suzanne Escuyer dan Marc Fontoynont (2001) mendapatkan hasil
bahwa orang yang bekerja di depan komputer umumnya menyukai tingkat cahaya 200-300 lux,
sedangkan untuk orang yang menghabiskan sedikit waktu di depan komputer, tingkat cahaya
yang disukai meningkat menjadi kisaran 300-600 lux.
Penjelasan di atas menunjukkan banyak bukti bahwa desain pencahayaan secara
sengaja dan tidak sengaja berfungsi lebih aktif dalam pengalaman visual manusia, memandu
sirkulasi, memusatkan perhatian, dan mempengaruhi kesan ruangan atau aktivitas. Efek
paparan cahaya pada ritme sirkadian juga dapat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan
individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan cahaya berperan penting dalam
proses kehidupan makhluk hidup di bumi, terutama pada siang hari. Cahaya sendiri merupakan
radiasi elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia. Terdapat dua jenis sumber
cahaya, yaitu sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti lampu. Adapun
pencahayaan atau iluminasi didefinisikan sebagai banyaknya arus cahaya yang datang pada
suatu bidang yang diukur dalam satuan lux atau lumen/m2.
B. Konsep Paparan Baru
Baru atau kebaruan seringkali dialami oleh individu yang tinggal di tempat yang belum
pernah didatangi sebelumnya dan merasa asing dengan segala yang ada pada tempat tersebut
termasuk lingkungan dan masyarakat sekitar. Individu dituntut untuk mengenal tetangga atau
orang penting, menjelajah daerah sekitar, serta beradaptasi dengan norma-norma dan budaya
setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah kehidupannya sebagai orang asing yang
baru dan mencegah datangnya masalah di kemudian hari. Kebaruan juga dapat menimbulkan
dampak negatif berupa culture shock atau kecemasan yang timbul akibat hilangnya simbol
hubungan sosial yang familiar (Oberg, 2960). Culture shock dapat muncul ketika individu
dipisahkan dari budaya asalnya secara fisik maupun psikis dan menghadapi kondisi yang
berbeda atau bertolak belakang dari asumsi yang dipercaya sebelumnya. Fenomena tersebut
sejalan dengan konsep kebaruan yang berkaitan dengan setting lingkungan yang berbeda yang
mengharuskan menyerap informasi dan mengatasi budaya dan pengharapan baru sementara
budaya dan pengharapan lamanya sudah tidak lagi relevan. Reaksi yang ditimbulkan dari
culture shock dapat berupa kebencian terhadap lingkungan sosial baru, disorientasi diri,
menolak keadaan, ganggungan psikomatis, merasa kehilangan status dan pengaruh sosial, dan
menarik diri dari masyarakat.
C. Konsep Kebisingan dan Visual
Manusia hidup berdampingan dengan lingkungan dan sedikit-banyak aktivitasnya
terpengaruh oleh lingkungannya. Lingkungan mengandung berbagai macam unsur alam yang
mempengaruhi kehidupan manusia, seperti gelombang-gelombang suara. Sebagian terdiri dari
suara-suara alami seperti suara hewan, desiran angin, aliran air, gemericik hujan, atau gelegar
guntur. Sebagian terdiri dari suara-suara buatan seperti dengungan mesin, alat musik, atau
teriakan-teriakan manusia. Seluruh gelombang-gelombang suara tersebut dikategorikan
sebagai bunyi (voice) atau suara (sound) jika tidak mengganggu dan dikategorikan kebisingan
(noise) jika dirasa mengganggu (Sarwono, 2018). Secara sederhana, kebisingan adalah bunyi
atau suara yang tidak diinginkan.
Adapun menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-
48/MENLH/11/1996, bising merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari kebisingan secara umum adalah
peningkatan tekanan darah, gangguan pencernaan, sakit kepala, rasa mual, bahkan kerusakan
alat pendengaran. Dampak lainnya dapat berupa penurunan prestasi kerja/belajar dan
meningkatnya agresivitas pada manusia.
Sedangkan media merupakan alat atau sarana komunikasi, berupa koran, majalah,
radio, televisi, poster, spanduk, sampai internet (Kemendikbud, 2016). Media visual adalah
sarana komunikasi yang menyalurkan pesan atau informasi kepada penerima melalui indra
visual (mata) dan simbol-simbol visual. Media visual dapat didefinisikan sebagai media yang
mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat, dan terpadu, melalui kombinasi
pengungkapan kata-kata dan gambar. Media ini sangat tepat untuk tujuan menyampaikan
informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Escuyer, S., & Fontoynont, M. (2001). Lighting controls: a field study of office workers’
reactions. Lighting Research & Technology, 33(2), 77-94.
Flynn, J. E., Spencer, T. J., Martyniuk, O., & Hendrick, C. (1973). Interim study of procedures
for investigating the effect of light on impression and behavior. Journal of the
Illuminating Engineering Society, 3(1), 87-94.
Kemendikbud. (2016). KBBI V. Jakarta: Balai Pustaka.
Oberg, K. (1960). Cultural shock: Adjustment to new cultural environments. Practical
anthropology, (4), 177-182.
Sarwono, W. S. (2018). Psikologi lingkungan. Jakarta: PT Grasindo
Wells, B. W. P. (1965). Subjective responses to the lighting installation in a modern office
building and their design implications. Building Science, 1(1), 57-68.
Yildirim, K., Akalin-Baskaya, A., & Celebi, M. (2007). The effects of window proximity,
partition height, and gender on perceptions of open-plan offices. Journal of
Environmental Psychology, 27(2), 154-165.

Anda mungkin juga menyukai