Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RESIKO BAHAYA FISIK


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan dosen pengampu Delli Yuliana Rahmat, S.Kep.,Ners., M.Kep

Di Susun Oleh :
Kelompok 1
Ai Nunung Susilawati NIM : 1708169
Diki Haris NIM : 1708196
Intan Nur Oktaviani NIM : 1708223
Liska Nurjanah NIM : 1708231
Mimay Linda Yunita NIM : 1708238
Susi Septiani Rahayu NIM : 1708290
Wahyu Egi NIM : 1708300
Yully Anggraeni NIM : 1708306

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2020
Kata Pengantar

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin tidak ada penolong yang maha dalam menolong, tiada
pemberi kemudahan yang maha memudahkan, tiada cinta dan kasih yang maha mulia kecuali
Allah SWT., atas rahmat dan ridhoNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Dengan kesungguhan dan kerja keras kami menyusun makalah ini, meski kami tahu
istirahat sangat kami butuhkan tapi kami sadar menjadi seorang mahasiwa bukanlah penikmat
lalai. Waktu tak begitu banyak, tugas tak begitu sedikit, semuanya rapih dikerjakan dengan
ketekunan.

Makalah ini mungkin bukanlah makalah yang sempurna, menyusunnya pun manusia yang
tak pernah luput dari kesalahan, tapi kami mengerjakan semaksimal mungkin agar isi makalah
ini berbobot tinggi, setidaknya pembahasannya sesuai dengan tema “Resiko Bahaya Fisik” dan
sumbernya pun terpercaya.

Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih
Kepada Dosen Pengampu Ibu Delli Yuliana Rahmat, S.Kep.,Ners., M.Kep dan berbagai pihak
yang telah turut membantu kami dalam penyusunan makalah ini. kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami maupun masyarakat luas.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan
kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu
yang berada di sekitar pekerja atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dapat
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.Kesehatan
lingkungan kerja membahas tentang kegiatan pemecahan masalah kesehatan di
lingkungan kerja. Pemecahan masalah lingkungan kerja pada hakekatnya merupakan
upaya pengurangan terhadap beban tambahan bagi pekerja dan upaya penyerasian antara
kapasitas kerja dengan lingkungan kerja.
Apabila tidak memenuhi persyaratan maka lingkungan kerja dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dalam dua bentuk yaitu kecelakaan kerja (Occupational accident) dan
penyakit akibat kerja (Occupational diseaces).
Di Indonesia, upaya Kesehatan lingkungan kerja dikembangkan selaras dengan
aspek ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja, baik dari segi keilmuan maupun
penerapannya. Sedang pada perusahaan besar diberbagai Negara, pelaksananya adalah
Industrial Hygienist yang mempunyai latar belakang pendidikan teknis yang memperoleh
tambahan pengetahuan dibidang lain yang terkait seperti fisika, kimia, kesehatan,
kedokteran dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan bahaya lingkungan kerja?
1.2.2 Macam macam bahaya lingkungan kerja, cara pencegahannya serta bahaya kimia
lingkungan kerja dan dampak terhadap kesehatan?
1.2.3 Bagaimana penanggulangan keselamatan lingkungan kerja?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui pengertian bahaya lingkungan kerja
1.3.2 Mengetahui macam macam bahaya lingkungan kerja, cara pencegahan serta
bahaya kimia lingkungan kerja dan dampaknya terhadap kesehatan
1.3.3 Mengetahui penanggulangan keselamatan lingkungan kerja
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bahaya Lingkungan Fisik


Bahaya Lingkungan Fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
2.2 Macam Macam Bahaya Lingkungan fisik
2.2.1 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi.
Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya
adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven),
komputer, dan lain-lain. 
Pengaruh radiasi terhadap manusia
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Bila sel yang
mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan
diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila
sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan
tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis
rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik
dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan
paparan individu.
1. Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
2. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
3. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
4. Contoh :  Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku
pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .

2.2.2 Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan.
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka
bising dibagi dalam 3 kategori:
1. Occupational noise  (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising
yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi
bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan
bedil.
4. Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan
apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan
seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak
dikehendaki / bising.
2.2.3 Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang
didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja
juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan
sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan
dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana
makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang
sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik
dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan
intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Untuk mengurangi
kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur
pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
2. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
3. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.
4. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas,
penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga
menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga
menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau
dicegah.
Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela
yang langsung memasukkan sinar matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu
benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelemahan mental
3. Kerusakan alat penglihatan (mata).
4. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
2.2.4 Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit
tulang belakang.Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai
tubuh:
1. 3,9 Hz  : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
2. 6,10 Hz  : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian
O2 dan   volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat
banyak perubahan sistem peredaran darah.
3. 10 Hz   : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
4. 13,15 Hz  : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
5. < 20 Hz  : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi
lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

2.2.5 Alat Pelindung Diri

Penggunaan APD (alat pelindung diri) merupakan pengendalian risiko terakhir


untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Menerapkan kepatuhan menggunakan APD penting dilakukan sebagai tanggung jawab
perusahaan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya keselamatan kerja dan
kesehatan.
Macam Macam Jenis APD
Penanggulangan Keselamatan Kerja

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah. Pertama,


melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi, dengan mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi. Kedua, menentukan prioritas masalah dan masalah yang
palingmencolok harus ditangani lebih dulu. Kemudian dilakukan analisa, untuk
menentukan alternatif intervensi.
Hal yang harus diprhatikan dalam penerapan ergonomi, yaitu :
1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin, sehingga
didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produltif.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri,
lingkup gerak sendi kekuatan otot.
3. Lingkungan kerja. Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota
tubuh, sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
4. Pembebanan kerja fisik Selama bekerja, peredaran darah dapat meningkat 10-20 kali.
Meningkatka peredaran darah pada otot-otot bekerja, memaksa jantung untuk
memompa darah lebih banyak.
5. Sikap tubuh dalam bekeja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat
duduk, meja kerja dan luas pendangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapan yang dipergunakan, diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin
sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang
dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahaya Lingkungan Fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Macam- macam resiko bahaya fisik
1. Kebisingan
2. Pencahayaan
3. Radiasi
4. Getaran
5. Alat Pelindung Diri
3.2 Saran
Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan diatas, banyak sekali resiko bahaya fisik
di lingkungan kita khususnya di lingkungan kerja. Maka kami selaku penyusun
makalah ini memberikan saran kepada semua tempat kerja agar menjaga keselamatan
semua pekerja dengan menggunakan APD sesuai kebutuhan serta menyebarluaskan
mengenai bahaya lingkungan fisik ini kepada semua pekerja atau semua masyarakat
yang kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Putri, K. D. S., & Yustinus Denny, A. W. (2014). Analisis faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan menggunakan alat pelindung diri. The Indonesian Journal of Occupational
Safety, Health and Environment, 1(1), 24-36.

Anda mungkin juga menyukai