Anda di halaman 1dari 24

01

Tips
Menyusun

MENULIS BERSAMA AZKIYA PUBLISH


Naskah
Nenny Makmun
Introduce a quote that inspires you

"Orang boleh pandai setinggi langit,


tapi selama ia tidak menulis, ia akan
hilang di dalam masyarakat dan
dari sejarah. Menulis adalah bekerja
untuk keabadian."
- Pramoedya Ananta Toer

02
Azkiya Publishing
CIPTAKAN BUKUMU

Buatlah 1 buku dalam hidupmu


sebagai warisan abadi.

03
04
Jika ingin punya
buku ...
Menulis.

MARKETING PRESENTATION
05

TEMA
PILIHLAH TEMA TERDEKAT DENGAN
KEHIDUPAN

Adalah ide dasar yang


menjadi pokok penulisan. Hal
pokok atau terpenting apa
yang ingin kita ungkapkan

AZKIYA PUBLISHING
kepada pembaca.
JANUARI 2023
06

JUDUL
UNTUK MOTIVASI MENGGERAKAN
JARI JEMARI

Tidak ada aturan harus


di awal - di tengah - di akhir.

AZKIYA PUBLISHING
JANUARI 2023
07

SINOPSIS
KALIMAT PENDEK DARI KESELURUHAN YANG KITA TULIS.

Berisikan awal (perkenalan) -


pertengahan (konflik) -
akhir (penyelesaian).

AZKIYA PUBLISHING
JANUARI 2023
08

OUTLINE
KERANGKA PEMIKIRAN

Outline perincian lebih detail dari sinopsis.


Mempermudah kita saat eksekusi menulis.
Outline jadi petunjuk dan pembatas tema
tidak melebar ke mana-mana.

AZKIYA PUBLISHING
JANUARI 2023
Menyusun Outline
Menggunakan
Adiksimba

Apakah ---- What


Di mana ---- Where
Kapan ---- When
Siapa ---- Who
Mengapa ---- Why
Bagaimana ---- How

09
Self Editing

Tips:
Saat mengeksekusi tulisan, ketiklah terus.
Jangan mengedit dulu.

Karena ada saatnya kita melakukan


self editing.

10
TEMA : Jasmaniah (Mendapatkan Pasangan Hidup)
JUDUL : Jodohku
SINOPSIS : Menjadi perawat yang masih lajang di usia
yang tidak lagi muda dan menemukan jodoh.
OUTLINE:
Paragraf 1 Siapa aku sekarang? (Flashback) I
Paragraf 2 Mengapa jadi perawat? M
Paragraf 3 Apakah yang menyebabkan jadi perawat? A
Paragraf 4 Kapan jadi perawat? K
Paragraf 5 Siapa yang memotivasi? S
Paragraf 6 Bagaimana cerita ketemu jodoh? B
Paragraf 7 Di mana terjadinya? D
Paragraf 8 Bagaimana akhir sebuah cerita? 11
OUTLINE:
Paragraf 1 Siapa aku sekarang? (Flashback)

Aku sekarang merasa bersyukur, pilihan


profesi yang dulu sama sekali bukan idaman
menunjukan aku jalan hidup jodohku. Aku yang
sudah di ambang tiga puluh akhirnya bertemu
jodoh dengan jalan tak terduga. Pasti kamu
penasaran ceritaku ini?

12
OUTLINE:
Paragraf 2 Mengapa jadi perawat?

“Aku tidak mau jadi perawat!” tolakku keras


ketika ibuku memutuskan agar aku mencoba
mendaftar sekolah D3 keperawatan. Perawat
bukan cita-citaku, aku ingin mengambil Fakultas
Ekonomi dan aku ingin jadi wanita kantoran.

13
OUTLINE:
Paragraf 3 Apakah yang menyebabkan jadi perawat?
Sekeras apa pun aku menolak, pada akhirnya aku tak
bisa membantah keputusan ibuku yang seperti hakim di
rumah, terlebih setelah bapak tiada. Ibu begitu keras
mendidik kami, ya kami bertiga anak ibu, masalah
sekolah diatur semua oleh ibuku. Dulu aku belum paham
kenapa ibuku sepertinya otoriter begitu, tapi sekarang
aku sadar ibuku yang hanya penulis lepas harus
menghidupi tiga anak pastilah sudah menghitung
kekuatan ekonomi kita. Terbukti sekarang abangku
berhasil jadi abdi negara, aku sekarang perawat dengan
gelar S2 dan ehem calon istri dokter (sebentar lagi), dan
adikku menjadi editor di penerbit sudah berkeluarga.
Begitulah aku suka iri dengan adikku ini, cepat dapat
jodoh dan sudah punya dua anak yang lucu-lucu. Aku
sama sekali tak keberatan saat adikku meminta izin
melangkahi aku. 14
OUTLINE:
Paragraf 4 Kapan jadi perawat?
Setelah lulus D3 keperawatan, doa ibuku
adalah aku bisa langsung bekerja dan ternyata
aku memang cepat dapat pekerjaan. Aku
merasakan restu ibu dan aku terima ikhlas jalan
hidup menjadi perawat memudahkan rezekiku,
tapi sayangnya tidak masalah pasangan hidup.
Beberapa kali mencoba dekat dengan pria
berakhir kandas, ada satu pria yang aku merasa
cocok tapi ibuku kurang setuju, lagi-lagi aku pun
memilih mundur daripada ibuku tak memberikan
restunya. Sejak itu aku tak bisa lagi dekat dengan
pria.
15
OUTLINE:
Paragraf 5 Siapa yang memotivasi?

Kujalani hidup ini dengan tenang, walau gelisah


karena umur semakin bertambah bahkan aku
sudah selesaikan S2 karena ibuku terus
memotivasiku untuk terus belajar, alhamdulillah
aku mendapat beasiswa. Ibuku yang keras dan
otoriter itu tetaplah yang aku utamakan, entahlah
walau kadang aku sungguh kesal, tapi aku
berprinsip ibuku pasti punya indera terbaik
buatku.

16
OUTLINE:
Paragraf 6 Bagaimana cerita ketemu jodoh?

Indera terbaik itu seperti firasat yang menggulir waktu …


wanita tergolek karena sakit komplikasi yang dideritanya
membuat aku merasa iba. Setiap hari aku coba
merawatnya dengan profesional tapi juga dengan hatiku.
Wanita tua itu mengingatkan sosok ibuku di rumah yang
semakin sepuh. Hingga dua minggu aku jadi begitu dekat,
tiba-tiba dia berkata,”Nak Laras, Ibu punya anak laki-laki
yang susah ketemu jodoh, mungkin Dito terlalu patuh
dengan Ibu sampai-sampai beberapa pacar dia putuskan
karena hati Ibu merasa kurang sreg … entahlah Ibu
merasa gadis-gadis yang dekat dengan Dito tidak
mencintai tulus. Nak Dito nanti sore datang, kamu nanti
Ibu kenalin ya.” Begitulah singkat cerita sore itu aku
dikenalkan dengan Dito yang dua minggu ini diceritakan
di sakitnya. 17
OUTLINE:
Paragraf 7 Di mana terjadinya?

Sore itu Dito benar-benar datang ke rumah


sakit di mana aku bekerja hampir tujuh tahun ini.
“Oh ini Laras yang suka Ibu ceritakan, perawat
kesayangan Ibuku ya …,” kata Dito sambil
memandangi wajahku. Entah kenapa aku
merasa seperti mengenalnya dekat. “Ya ampun
inikan dr. Dito Satrio beberapa tahun lalu aku
pernah magang di salah satu rumah sakit
swasta dan aku hanya berani menatapnya dari
jauh, setiap menatapnya hatiku ada debar aneh.

18
OUTLINE:
Paragraf 8 Bagaimana akhir sebuah cerita?

Ternyata pertemuan sore itu bagai


chemistry, hari-hari penyembuhan ibunda
Dito adalah hari-hari kedekatan kami.
Kesembuhan ibunda Dito berkat putera
kesayangannya sosok dokter yang menawan
dan baik hati telah bertemu jodohnya karena
campur tangannya.

19
Kumpulan
Paragraf
adalah
Naskah

Terima kasih
20
21
Terima kasih
09

22
Tema: Jasmaniah (Mendapatkan Pasangan Hidup)

Menjadi perawat yang masih lajang di usia yang tidak muda kutemukan jodohku

Judul : Jodohku

Outline : Adiksimba

1. Siapa aku sekarang? (Flashback)


2. Mengapa jadi perawat?
3. Apakah yang menyebabkan jadi perawat?
4. Kapan jadi perawat?
5. Siapa yang memotivasi?
6. Bagaimana cerita ketemu jodoh?
7. Di mana terjadinya?
8. Bagaimana akhir sebuah cerita?

JODOHKU

Aku sekarang merasa bersyukur, pilihan profesi yang dulu sama sekali bukan idaman
menunjukan aku jalan hidup jodohku. Aku yang sudah di ambang tiga puluh akhirnya bertemu
jodoh dengan jalan tak terduga. Pasti kamu penasaran ceritaku ini?

“Aku tidak mau jadi perawat!” tolakku keras ketika ibuku memutuskan agar aku mencoba
mendaftar sekolah D3 keperawatan. Perawat bukan cita-citaku, aku ingin mengambil Fakultas
Ekonomi dan aku ingin jadi wanita kantoran.

Sekeras apa pun aku menolak, pada akhirnya aku tak bisa membantah keputusan ibuku
yang seperti hakim di rumah, terlebih setelah bapak tiada. Ibu begitu keras mendidik kami, ya
kami bertiga anak ibu, masalah sekolah diatur semua oleh ibuku. Dulu aku belum paham
kenapa ibuku sepertinya otoriter begitu, tapi sekarang aku sadar ibuku yang hanya penulis lepas
harus menghidupi tiga anak pastilah sudah menghitung kekuatan ekonomi kita. Terbukti
sekarang abangku berhasil jadi abdi negara, aku sekarang perawat dengan gelar S2 dan ehem
calon istri dokter (sebentar lagi), dan adikku menjadi editor di penerbit sudah berkeluarga.
Begitulah aku suka iri dengan adikku ini, cepat dapat jodoh dan sudah punya dua anak yang
lucu-lucu. Aku sama sekali tak keberatan saat adikku meminta izin melangkahi aku.
Setelah lulus D3 keperawatan, doa ibuku adalah aku bisa langsung bekerja dan ternyata
aku memang cepat dapat pekerjaan. Aku merasakan restu ibu dan aku terima ikhlas jalan hidup
menjadi perawat memudahkan rezekiku, tapi sayangnya tidak masalah pasangan hidup.
Beberapa kali mencoba dekat dengan pria berakhir kandas, ada satu pria yang aku merasa
cocok tapi ibuku kurang setuju, lagi-lagi aku pun memilih mundur daripada ibuku tak
memberikan restunya. Sejak itu aku tak bisa lagi dekat dengan pria.

Kujalani hidup ini dengan tenang, walau gelisah karena umur semakin bertambah bahkan
aku sudah selesaikan S2 karena ibuku terus memotivasiku untuk terus belajar, alhamdulillah
aku mendapat beasiswa. Ibuku yang keras dan otoriter itu tetaplah yang aku utamakan, entahlah
walau kadang aku sungguh kesal, tapi aku berprinsip ibuku pasti punya indera terbaik buatku.

Indera terbaik itu seperti firasat yang menggulir waktu … wanita tergolek karena sakit
komplikasi yang dideritanya membuat aku merasa iba. Setiap hari aku coba merawatnya
dengan profesional tapi juga dengan hatiku. Wanita tua itu mengingatkan sosok ibuku di rumah
yang semakin sepuh. Hingga dua minggu aku jadi begitu dekat, tiba-tiba dia berkata,”Nak
Laras, Ibu punya anak laki-laki yang susah ketemu jodoh, mungkin Dito terlalu patuh dengan
Ibu sampai-sampai beberapa pacar dia putuskan karena hati Ibu merasa kurang sreg … entahlah
Ibu merasa gadis-gadis yang dekat dengan Dito tidak mencintai tulus. Nak Dito nanti sore
datang, kamu nanti Ibu kenalin ya.” Begitulah singkat cerita sore itu aku dikenalkan dengan
Dito yang dua minggu ini diceritakan di sakitnya.

Sore itu Dito benar-benar datang ke rumah sakit di mana aku bekerja hampir tujuh tahun
ini. “Oh ini Laras yang suka Ibu ceritakan, perawat kesayangan Ibuku ya …,” kata Dito sambil
memandangi wajahku. Entah kenapa aku merasa seperti mengenalnya dekat. “Ya ampun ini
kan dr Dito Satrio beberapa tahun lalu aku pernah magang di salah satu rumah sakit swasta dan
aku hanya berani menatapnya dari jauh, setiap menatapnya hatiku ada debar aneh.

Ternyata pertemuan sore itu bagai chemistry, hari-hari penyembuhan Ibunda Dito adalah
hari-hari kedekatan kami. Kesembuhan ibunda Dito berkat putera kesayangannya sosok dokter
yang menawan dan baik hati telah bertemu jodohnya karena campur tangannya.

Anda mungkin juga menyukai